Anda di halaman 1dari 8

1d.

Bagaimana patofisiologi nyeri sendi terkait kasus (nadea)

FR: Usia dan


Jenis kelamin

System imun
terganggu

Hipersensitivitas
tipe III

Reaksi kompleks
imun

Menyerang
system organ

kulit sendi
Mukosa
mulut

Malar
alopesia artritis
rash ulserasi

kompleks imun (Ag-Ab) mengendap pada sendi  yang menyebabkan kerusakan sendi 
kerusakan organ dan jaringan menginduksi pelepasan sistem imun non spesifik dan spesifik
sebagai bentuk perlawanan terhadap jaringan yang rusak  respon sitokin pro inflamasi
meningkat (IL1, IL6, TNF-A, PGE2)  sendi bengkak, merah, panas dan nyeri.

1g. Apa makna Nn. A juga mengeluh sering demam yang hilang timbul, berkurang saat
minum obat ibuprofen dan kambuh 2-3 kali perbulan(kk siska)(dinda)

Makna Nn. A juga mengeluh sering demam yang hilang timbul adalah Nn. A mengalami
demam jenis intermitten. Makna demam berkurang saat minum obat ibuprofen dan
kambuh 2-3 kali perbulan adalah waktu paruh obat ibuprofen telah habis sehingga
demam timbul lagi. Obat ibuprofen merupakan obat antipiretik yang berfungsi untuk
menghambat pembentukan prostaglandin, prostasiklin, dan tromboxan. jika inflamasinya
dapat ditekan, pembentukan prostaglandin terhambat, maka demam akan turun.

1n. Bagaimana cara kerja dari ibu profen (faris)(faris)


Ibuprofen termasuk salah satu OAINS (obat anti inflamasi non steroid) yang kerjanya
lebih efektif dalam menghambat COX-1, dimana COX 1 ini akan membentuk
prostaglandin, prostasiklin, dan tromboxan. Oleh karena itu dengan derajat bervariasi,
semua OAINS (termasuk ibuprofen) bersifat analgesic, antiinflamasi, antipiretik, dan
semua (kecuali obat selektif COX2 dan salisilat non asetilasi) menghambat agregasi
trombosit. Ibuprofen dapat mengurangi sensitivitas pembuluh darah terhadap bradykinin
dan histamin, mempengaruhi produksi limfokin oleh limfosit T dan memulihkan
vasodilatasi pada peradangan (Katzung, 2014).

1q. Apa hubungan usia dan jenis kelamin terkait kasus(nadea)(adinda)


Wanita memiliki risiko untuk mengalami SLE yang lebih besar dibanding pria, terutama wanita
usia produktif (15-44 tahun). Perbandingan risiko wanita dan laki-laki untuk terkena SLE adalah
9-14:1 (Anggraini, 2016). Beberapa faktor yang mendasari hal ini yaitu hormon estrogen yang
terdapat pada perempuan dapat memodulasi aktivasi limfosit. Selain itu pada penderita SLE
terdapat peningkatan kadar serum prolaktin kemungkinan timbulnya gejala SLE dipengaruhi
oleh kadar prolaktin namun mekanismenya belum dapat dijelaskan secara pasti.
3b. bagaimana patofisiologi dari rambut rontok ,sariawan dilangit Langit mulut yg tidak
nyeri (dzakiya)
Factor lingkungan Predisposisi genetic:
Wanita : (radiasi UV, bahan HLA-DR2 &HLA-DR3)
estrogen kimia, dan infeksi EBV)

Faktor yang memicu Meningkatkan


onset /flares SLE kemungkinan
penyakit autoimun

Kerusakan DNA Toleransi terhadap Ag


dan protein self hilang dalam
perkembangan janin

Mempengaruhi Respon
autoimun,menyebabkan disfungsi
immune bawaan dan adaptive
menghasilkan antibody

Antibody mengikat antigent


self (autoantibodi) dan
membentuk kompleks imun
yang larut dalam sirkulasi
dan terdeposit (menumpuk) Penumpukan kompleks
di sendi, kulit, dan ginjal = imun&imunoglobulin Sariawan diatas
peradangan pada dermal-epidermal langit-langit mulut
junction (tidak terbatas
pada membrane mukosa)

Kompleks imun yang berada


didalam sirkulasi
menyebabkan perubahan
vascular dan mukosa Penghancuran molekul
rambut karena Rambut rontok
membran
peradangan ( mekanisme (alopecia)
komplek imun)

Peningkatan Defisiensi
antibody anti-DNA komplement

Penurunan clearance apoptosis antibodi  aktivasi sel B dan T, dan produksi antibodi yang
berlebihan  peningkatan produksi sel Th dan Tc1  sel Th1 dan Tc1 autoreaktif menumpuk di
dalam dan di sekitar folikel rambut (yang disebut “swarm of bees”)  kegagalan pembentukan
anagen III/IV ke V  kerontokan rambut  alopecia
Penurunan clearance apoptosis antibodi  aktivasi sel B dan T, dan produksi antibodi yang
berlebihan  akumulasi WBC (leukosit, neutrofil, monosit, histiosit) pada rongga mulut 
ulserasi pada rongga mulut yang tidak terasa nyeri.

3e. apa makna dua bulan yang lalu di daerah pipi muncul bercak kemerahan dan menjadi
merah bila terkena sinar matahari.(dinda)
Makna 2 bulan yang lalu didaerah pipi muncul bercak kemerahan adalah terdapat ruam
malar. Makna menjadi merah bila terkena sinar matahari adalah ruam tersebut memiliki
reaksi abnormal akibat sinar matahari atau yang disebut dengan fotosensitivitas. Artinya
pada dua bulan yang lalu muncul ruam malar dan fotosensitivitas yang merupakan
manifestasi klinis dari penyakit salah satunya adalah SLE.

3L. apa hubungan keluhan utama dan keluhan tambahan terkait kasus (kk siska)(kak siska)

keluhan utama

3O. apa saja jenis jenis penyakit autoimun (dinda)(dzakiya)(dinda)

(Magyari dkk, 2014)


5B. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan laboratorium (kia)
Pada orang sehat, komplek imun (Ag-Ab) akan dibersihkan oleh reseptor Fc dan komplemen,
agar sitokin anti-inflamasi meningkat sehingga inflamasi akan menurun.
Tetapi, pada orang dengan SLE, respon reseptor tersebut menurun & terjadi defisiensi
komplemen yaitu C1q, C1r/s, C2, atau C4, sehingga pembentukan kompleks imun akan
terus menerus mengendap pada jaringan dan organ  yang menyebabkan kerusakan
organ dan jaringan  kerusakan organ dan jaringan akan mengeluarkan sitokin-sitokin
yang menginduksi pelepasan sistem imun non spesifik dan spesifik sebagai bentuk
perlawanan terhadap jaringan yang rusak  respon inflamasi meningkat (Bertsias dkk,
2012)  LED meningkat

Respon inflamasi yang meningkat pengeluaran sitokin proinflamsi terus menerus


penekanan proses eritropoesis  Hb menurun

8. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus ?


Pemeriksaan penunjang minimal lain yang diperlukan untuk diagnosis dan monitoring:
- Hemoglobin, lekosit, hitung jenis sel, laju endap darah (LED) setiap 3-6 bulan bila
stabil
- Urin rutin dan mikroskopik , protein kuantitatif 24 jam, dan bila diperlukan kreatinin
urin.
- Kimia darah (ureum, kreatinin, fungsi hati, profil lipid) setiap 3-6 bulan bila stabil
- Serologi ANA (hanya untuk awal diagnosis tidak diperlukan untuk monitoring), anti-
dsDNA, komplemen (C3,C4)
- Foto polos toraks (Kasjmir dkk, 2014)

9f. apa saja manifestasi klinis dari SLE?


• Gejala Konstitusional : kelelahan, ↓ BB, demam
• Manifestasi Muskuloskeletal: Artritis, myositis, dan myalgia.
• Manifestasi Kulit: malar rash, discoid rash  fotosensitif
• Manifestasi Paru: pneumonitis, pleuritis lupus, pendarahan paru, emboli paru, dan hipertensi
pulmonal.
• Manifestasi hepar: hepatitis kronik aktif, hepatitis granulomatosa, hepatitis kronik persisten,
dan steatosis.
• Manifestasi Kardiologis: gangguan pericardium.
• Manifestasi Renal:nefritis lupus
• Manifestasi system hematologic: anemia, trombositopenia, limfofenia
• Manifestasi Gastrointestinal: kelainan pada esofagus, vasculitis mesenterika, radang pada
usus, pankreatitis, hepatitis, dan peritonitis.
• Manifestasi Neuropsikiatri:

Table 3. Manifestasi Neuro-Psikiatrik dari SLE


Gangguan Sistem Saraf Pusat Gangguan Sistem Saraf Perifer
Bingung (acute confusional state) Neuropati kranial
Psikosis Poli-neuropati
Gangguan mood (mood disorder) Plexopati
Cemas Mono-neuropati
Sakit kepala Sindrom Guillen barre
Cerebro-vascular accident Miastenia gravis
Mielopati Gangguan saraf otonom
Gangguan gerak
Sindrom demielinasi
Kejang meningitis aseptik
• Manifestasi yang lain: vasculitis (Suntoko, 2014)

1o. Bagaimana tata laksana pada kasus ?

non farmakologis

1. Edukasi /Konseling
Pada dasarnya pasien SLE memerlukan informasi yang benar dan
dukungan dari sekitarnya dengan maksud agar dapat hidup mandiri. Perlu
dijelaskan akan perjalanan penyakit dan kompleksitasnya. Pasien
memerlukan pengetahuan akan masalah aktivitas fisik, mengurangi atau
mencegah kekambuhan antara lain melindungi kulit dari paparan sinar
matahari (UV) dengan memakai tabir surya, paying atau topi; melakukan
Latihan secara teratur. Pasien perlu memperhatikan bila mengalami
infeksi. Perlu pengaturan diet agar tidak kelebihan berat badan,
osteoporosis, atau terjadi dislipidemia. Diperlukan informasi akan
pengawasan berbagai fungsi organ, baik berkaitan dengan aktivitas
penyakit ataupun akibat pemakaian obat-obatan.
2. Program Rehabilitasi
Secara garis besar, maka tujuan, indikasi, dan teknis pelaksanaan
program rehibilitasi yang melibatkan beberapa maksud di bawah ini,
yaitu:
- Istirahat
- Terapi fisik
- Terapi dengan modalitas
- Ortotik
- Lain-lain

Farmakologis
Pada kasus termasuk SLE ringan maka pengobatan pada SLE dijalankan secara
bersamaan dan berkesinambungan serta ditekankan pada beberapa hal, obat-
obatannya yaitu:
- Penghilang nyeri seperti paracetamol 3x500 mg bila diperlukan.
- Obat anti inflamasi non steroid (OAINS), sesuai panduan diagnosis dan
pengelolaan nyeri dan inflamasi.
- Glukokortikoid topical untuk mengatasi ruam (gunakan preparat dengan
potensi ringan).
- Klorokuin basa 4 mg/kgBB/hari (250-200 mg/hari) dengan catatan periksa
mata pada saat awal akan pemberian dan dilanjutkan 3 bulan; sementara
hidroksiklorokuin dosis 5-6,5 mg/KgBB/hari (200-400 mg/hari) dan periksa
mata setiap 6-12 bulan.
- Kortikosteroid dosis rendah seperti prednisone <10mg/hari atau yang setara.
- Gunakan tabir surya dengan minimum SPF 15 (Kasjmir dkk, 2014).

Anda mungkin juga menyukai