Anda di halaman 1dari 7

06 Juni 2015

Digital Audio Basic

Digital audio adalah bagian fundamental dari representasi matematis dari suara
yang terjadi secara terus – menerus. Materi kali ini adalah menjelaskan tentang
bagaimana audio digital bekerja tanpa harus mendalami secara matematis, tetapi
hanya sebagian dari informasi saja. Kunci untuk memahami digital audio adalah
apa yang terjadi dalam komputer bukanlah tentang suara, tetapi hanyalah tentang
sebuah matematika.

What is Sound?
Sound atau suara adalah sebuah getaran molekul yang secara sistematis atau
dalam sebuah gambaran adalah suatu bentuk gelombang yang menjadikan sebuah
gelombang memiliki bagian puncak / peak dan satu lembah atau palung.

Gambar 1 : Gelombang
(Sumber : www.google.com)

Syarat terjadinya bunyi ada 3 yaitu :

1. Adanya sumber bunyi / source


2. Adanya medium (Zat perantara), baik padat, cair maupun gas
3. Penerima

Semua gelombang suara minimal memiliki satu dorongan dan satu tarikan atau
satu kurva negatif dan satu kurva positif. Itulah yang disebut dengan siklus. Jadi
intinya adalah, konsep dasar dari semua gelombang suara adalah setidaknya
memiliki satu siklus tersebut.

Setiap gelombang memiliki fungsi periodik matematis yang diwakili oleh


serangkaian gelombang sinus. Dengan kata lain pengertian dari gelombang itu

1
sendiri sebenarnya mudah, yang paling rumit adalah ketika gelombang tersebut
menjadi banyak dan besar serta membentuk suara sinusoidal (Atau nada murni).

Karena sebuah suara mungkin terus berubah dalam volume dan pitch, tetapi pada
saat tertentu suara yang anda dengar sebenarnya adalah gabungan dari beberapa
koleksi nada sinus yang murni.

NB :

Frekuensi Bunyi
Berdasarkan besar kecilnya frekuens atau batas pendengaran manusia ada 3 jeni
bunyi, yaitu :

1. Infrasonik, adalah bunyi yang frekuensinya dibawah 20 Hz (Hanya


dapat didengar oleh beberapa jenis hewan : anjing dan jangkrik). 

2. Audio Sonik, Adalah bunyi yang frekuensinya diantara 20 Hz – 20.000


Hz (Dapat didengar oleh Manusia).

3. Ultrasonik, Adalah bunyi yang frekuensinya diatas 20.000 Hz (Tidak dapat


didengar oleh manusia, namun ada jenis hewan tertentu yang dapat
mendengar bunyi ini : Kelelawar dan ikan lumba – lumba).

Pada bidang teknologi ultrasonik dapat dimanfaatkan untuk:

a. Pemeriksaan Janin (USG)


b.   Memusnahkan bakteri pada makanan yang diawetkan
c.   Meratakan campuran (Campuran besi dan timah, campuran nikel dan
baja)
d.   Meratakan campuran susu homogen.

Kesimpulan dari sound atau suara yang telah dijelaskan dari materi diatas tadi
adalah :

 Sound waves atau gelombang suara yang membentuk sebuah periodik yang
dapat digambarkan sebagai kelompok gelombang sinus.
 Setiap gelombang yang melebihi rentang frekuensi audiosonik / ultrasonik
tidak diperlukan karena kita tidak bisa mendengar mereka.

 Cara Mendapatkan Sinyal Suara Dari Analog Ke Digital:

2
Gambar 2 : Sistem konversi analog ke digital
(Sumber : www.google.com)

Berikut adalah gambaran dari proses konversi sinyal gelombang suara analog
yang akan dikonversi dalam bentuk sinyal digital yang berupa angka bilangan
biner (10101010). Proses digitalisasi sinyal audio berarti adalah mengkonversi
sinyal analog menjadi sebuah aliran angka.

Untuk kebutuhan rekaman biasanya memerlukan konversi sinyal audio analog ke


dalam bentuk digital (A/D atau ADC). Begitu juga sebaliknya jika kebutuhan
untuk memutar ulang / playback file audio maka kita mengkonversi sinyal audio
dari digital ke analog (D / A atau DAC).

3
Gambar 3 : Sistem konversi sinyal digital ke analog
(Sumber : www.google.com)

Sebelum pengambilan sampel dan Analog-to-Digital konversi, sinyal audio juga


biasanya disaring untuk menghilangkan frekuensi yang tidak diinginkan.
Penyaringan pada frekuensi juga tergantung pada aplikasi yang digunakan.

Untuk kebutuhan pidato / speech biasanya menggunakan frekuensi 50Hz ke 10


kHz dipertahankan yang ditahan atau disimpan. Dan biasanya frekuensi yang
diblokir dengan menggunakan filter band-pass yang menyaring keluar frekuensi
yang lebih rendah dan yang lebih tinggi.

Atau juga dapat diaplikasikan pada saat sinyal audio digunakan untuk mengolah
musik yang mengandung frekuensi audiosonik sekitar 20 Hz – 20 KHz.

4
Gambar 4 : Sistem konversi sinyal digital ke analog
(Sumber : www.google.com)

Bit Depth & Sample Rate


Bit depth
Dalam dunia audio digital penggunaan dari pulse-code modulation (PCM), Bit
depth adalah jumlah informasi adanya bit dalam setiap sampel yang telah
disesuaikan dengan resolusi dari tiap masing – masing sampel.

Contoh dari penggunaan bit depth adalah terjadi pada saat kita melakukan
mixdown atau merender format audio ke dalam bentuk format Compact Disc
Digital Audio yang menggunakan 16 bit per sampel, atau dalam bentuk format
DVD – Audio dan Blu-ray Disc yang dapat mendukung hingga 24 bit per sampel.

Dalam Implementasi dasar yang digunakan untuk memahami bit depth, variasi
pada penggunaan bit depth juga akan mempengaruhi tingkat noise yang akan
dihasilkan dari kesalahan quantization sehingga akan mempengaruhi rasio signal-
to-noise (SNR) dan dynamic range dari sebuah data audio.

Namun, teknik seperti dithering, noise shaping, and oversampling masih dapat
digunakan tanpa harus mengubah ukuran dari Bit depth. Tetapi Bit Depth juga
dapat berpengaruh pada bit rate dan besarnya ukuran file. Berikut adalah contoh
gambaran tentang bagaimana cara kerja bit depth pada file digital audio yang
mana kurang lebih sama dengan kerja bit pada sebuah photo.

8 Bit Image 32 Bit Image

5
Gambar 5 : Contoh aplikasi bit depth pada gambar
(Sumber : www.google.com)

Seperti telah kita lihat pada gambar yang telah tersimpan pada bit depth yang
sedikit lebih rendah maka gambar akan terlihat lebih kasar dan tidak
terdefinisikan. 
Sekarang kita coba terjemahkan analogi ini ke dalam audio digital. Audio yang
direkam pada bit depth yang sedikit lebih rendah akan terdengar kasar dan kurang
terdefinisikan karenanya dengan merekam audio pada 24 bit akan memiliki
kualitas yang lebih tinggi daripada sesuatu yang direcord atau direkam pada 16
bit.

Bit Depth biasanya hanya mengacu digunakan pada saat menggunakan sinyal
digital PCM. Contoh format audio yang tanpa menggunakan PCM biasanya
menggunakan kompresi yang lossy seperti MP3, AAC, atau vorbis. Bahkan
dalam format tersebut biasa penggunaan Bit depth tidak terlalu dikaitkan atau
terlalu berpengaruh.

Binary resolution
Sebuah sinyal PCM adalah urutan sampel audio digital yang berisi data informasi
yang diperlukan untuk merekonstruksi sinyal analog asli. Setiap sampel mewakili
amplitudo, dan sampel yang seragam secara space dalam waktu. Amplitudo
adalah satu-satunya informasi yang secara eksplisit yang dapat disimpan dalam
sebuah sampel, dan itu biasanya disimpan baik sebagai bentuk integer atau nomor
floating point, yang dikodekan sebagai bilangan biner dengan jumlah tetap digit:
Bit Depth Sampel.

Bentuk resolusi dari bilangan bulat biner dapat meningkat secara eksponensial
seperti kata yang panjang dan meningkat. Menambahkan satu bit ganda resolusi,
dapat menambahkan dua atau empat kali lipat dan sebagainya.

Jumlah kemungkinan nilai yang dapat diwakili oleh kedalaman bilangan bulat bit
dapat dihitung dengan menggunakan 2n. Dimana nilai n adalah mewakil Bit
Depth. Dengan demikian, sistem 16-bit memiliki resolusi 65.536 (2 16) nilai
resolusi yang mungkin terjadi. Data audio dalam bentuk PCM biasanya disimpan
sebagai angka ditanda tangani dalam format melengkapi dua hal itu.

Floating point

Banyak format file audio dan Digital Audio Workstation (DAW) tidak
mendukung format PCM dengan sampel yang diwakili oleh angka floating point.
Tidak seperti bilangan bulat, bit pattern adalah serangkaian bilangan tunggal bit,
angka floating point bukan terdiri dari bidang yang terpisah yang terkait dengan
matematika dalam membentuk sebuah angka. Standart umum yang digunakan
pada Floating Point adalah IEEE yang terdiri dari tiga pola Bit Depth. Biasanya
diwakili dengan jumlah positf dan negatif atau exponent dan maantisa yang
diajukan oleh exponen.

6
Quantization

Quantization sendiri adalah proses sampling yang digunakan selama proses


konversi dari analog ke digital (ADC).

Bit Depth biasanya menggunakan limit rasio signal-to-noise (SNR) dari sinyal
yang direkonstruksi ke tingkat maksimum yang ditentukan pada saat kesalahan
kuantisasi. Bit Depth tidak berdampak pada frekuensi respond, yang dibatasi
biasanya sample rate.

Dynamic Range

Dynamic range adalah perbedaan sinyal sistem dari bagian yang terbesar hingga
yang terkecil dapat merekam atau mereproduksi sinyal kembali. Tanpa Dither,
dynamic range berkolerasi atau berhubungan dengan quantization noise floor.

Sample Rate

Sampling rate atau frekuensi sampel yang menggambarkan atau mendefinisikan


dari jumlah sampel per detik (atau per unit lain) yang diambil dari sinyal kontinu
untuk membuat sinyal diskrit atau digital. Untuk time-domain signals seperti
waveform atau gelombang pada suara, frekuensi dapat diukur dengan satuan
Hertz (Hz) atau cycles per second. Teori sampling dari The Nyquist–Shannon
menyatakan bahwa rekonstruksi yang sempurna adalah bila sinyal frekuensi lebih
besar dari dua kali frekuensi sinyal maksimum saat menjadi sample.

Sebagai contoh, jika sebuah sinyal audiosonik memiliki ambang batas atas 20.000
Hz / 20 KHz (batas atas perkiraan pendengaran manusia), frekuensi sampling
harus lebih besar dari 40.000 Hz (40 kHz) yang mana akan menghindari aliasing
dan memungkinkan rekonstruksi secara teoritis sempurna.

Pengenalan Jitter & Dither


Jitter
Secara teknis, Jitter adalah kesalahan atau error pada saat penempatan deteksi
sinyal periodis dalam peralatan elektronik dan telekomunikasi.

Dither
Dither adalah pola noise yang terjadi sedemikian rupa untuk menghaluskan sinyal
dari gelombang suara dikarenakan terjadinya penurunan resolusi dari resolusi
yang lebih tinggi ke dalam resolusi yang lebih rendah. Misal : 24 Bit ke 16 Bit.

Visit here : www.t-studiomix.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai