Anda di halaman 1dari 4

Sumur, Sebuah Cerita

Oleh : Eka Kurniawan

Sebuah sumur di tengah hutan, pohon-pohon ranggas, pegunungan padas, nuansa langit
kelam, serta dua orang yang berhadap-hadapan—ada jarak ganjil antara keduanya. Tak bisa
ditawar lagi, pemandangan pada wajah buku ini sudah berujar tegas, bahwa ini bukan cerita
bahagia. Dan saya meyakini satu hal: nanti, akan ada seseorang yang mati dalam sumur itu.
Apakah tebakan saya terbukti?

Ketika kita berbicara perihal sumur, terlebih dengan visualisasi sedemikian terang, maka
benak kita akan segera melayang ke film-film horror macam Sadako, The Ring, Annabelle,
dan seterusnya. Satu tema besar muncul dari sana: hantu, misteri, dan tragedi. Apakah kali ini
Eka akan menulis sebuah cerita horor, rupanya tidak, sebab fokus Eka dalam buku ini adalah
kisah asmara sepasang anak kecil yang bertetangga desa, yang kemudian berkembang
menjadi kasih tak sampai sebab peristiwa yang muncul di awal cerita, tepatnya pada halaman
pertama paragraf kedua, perseteruan orang tua Toyib dan Siti, tokoh sentral dalam cerita ini. 

Sebagai latar, dalam narasinya, Eka menerakan kehendak alam yang tak pernah bisa
ditentang oleh manusia—bencana kekeringan dan kekurangan air, bagaimana orang-orang
putus asa terus bertahan, bagaimana harapan-harapan justru menghancurkan. Setidaknya itu
dibuktikan dengan apa yang dialami Siti juga Toyib. Kota membuat Siti terjebak dan harus
hidup dengan lelaki beristri, sementara Toyib harus kehilangan ayahnya sebab angan-angan
nasib baik perihal kota.

Pada akhirnya, setelah sebuah plot yang berkejar-kejaran, mereka harus balik kampung
dengan sisa-sisa cerita yang tak sedikitpun menyisakan kebahagiaan bagi keduanya, kecuali
pertemuan-pertemuan ganjil pada pagi buta di hadapan sebuah sumur. Di sanalah Toyib dan
Siti mencoba menanam tunas harapan hidup mereka yang sudah kadung membusuk.

Sepanjang membaca cerita ini, saya tersengal beberapa kali, seolah sedang berlari. Eka
menyusun plot-plot dengan sangat padat hingga seolah-olah terburu-buru. Saya memaklumi
ini, mengingat wadah cerita ini adalah cerita pendek. Cerita masa kecil Toyib dan Siti hanya
dijabarkan dalam satu alinea pendek pada halaman pertama, plot berganti pada alenia kedua,
perihal perseteruan ayah Toyib dan ayah siti, yang menjadi titik muasal kehidupan muram
anak-anak mereka.

Plot terus berjalan, kejar-mengejar, menerakan kisah hidup Toyib dan Siti yang seolah buntu,
kematian orang-orang di sekitar, memunculkan tragedi-tragedi baru, hingga akhirnya Eka
menutup plotnya dengan hilangnya istri Toyib dan suami Siti, yang belakangan, keduanya
ditemukan di dasar sumur itu. Tanpa nyawa dan tanpa catatan (hal. 47). 

Kata ‘tanpa catatan’ seolah sengaja dipakai Eka untuk mencukupkan cerita ini. Bagaimana
cara suami Siti yang tak punya kaki bisa sampai ke sumur itu, atau apa motif istri Toyib pergi
ke sumur itu, semua dilemparkan ke pembaca. Bukankah bisa saja, Toyib dan Siti
bersekongkol memanfaatkan sumur itu untuk mengakhiri pasangan buruk mereka. Pembaca
bebas mengungkap apa-apa yang tak terungkap dalam Sumur Eka ini dengan versi masing-
masing. Dan terlepas dari itu semua, tebakan saya akhirnya terjawab sudah: harus ada
seseorang yang mati dalam sumur itu.
Identitas Buku
Judul : Sumur, sebuah cerita
Penulis : Eka Kurniawan
Penerbit : Gramedia Pustaka Gunawan
Tahun terbit : 2021
Tebal halaman : 51 halaman

Kelebihan:
1. Penokohan yang kuat: Penokohan dalam cerpen ini tergambar dengan jelas dan detail,
sehingga membantu pembaca untuk lebih memahami karakter dan latar belakang mereka.
2. Gaya bahasa yang menarik: Eka Kurniawan menggunakan gaya bahasa yang khas dan
unik, sehingga membuat cerita ini lebih menarik untuk dibaca.
3. Konflik yang menarik: Konflik dalam cerita ini dihadirkan dengan baik dan terasa
menarik, membuat pembaca ingin terus membaca hingga akhir cerita.
Kekurangan:
1. Ending yang kurang memuaskan: Akhir cerita terasa kurang memuaskan dan terkesan
terburu-buru. Pembaca mungkin merasa kecewa dengan bagaimana cerita ini berakhir.
2. Plot yang kurang kompleks: Plot cerita tergolong sederhana dan tidak terlalu kompleks,
sehingga kurang menantang bagi pembaca yang lebih menyukai cerita dengan plot yang
lebih rumit dan menantang.
3. Tidak ada perkembangan karakter: Karakter dalam cerita ini tidak mengalami
perkembangan yang signifikan, sehingga terasa statis dan kurang menarik bagi pembaca
yang mencari cerita dengan karakter yang kompleks dan dinamis.

Unsur intrinsic
1. Tema
Tema yang dominan dalam cerpen "Sumur, Sebuah Cerita" karya Eka Kurniawan adalah
tentang kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat yang terkait dengan perjuangan,
keputusasaan, dan harapan.
2. Latar
Latar cerita ini adalah sebuah desa kecil yang terletak di pedesaan Indonesia. Desa ini
menggambarkan kehidupan sederhana dan tradisional, dengan rumah-rumah penduduk
yang terbuat dari bambu dan keberadaan sumur sebagai elemen penting dalam cerita.
3. Alur
Cerpen ini mengikuti alur kronologis yang sederhana. Cerita dimulai dengan pengenalan
tokoh utama, seorang anak laki-laki yang hidup di desa tersebut. Dia harus menghadapi
kenyataan bahwa sumur desa mereka kering dan tidak lagi memberikan air. Anak laki-laki
tersebut kemudian mengambil inisiatif untuk mencari sumber air baru dan melakukan
perjalanan ke hulu sungai. Di sana, dia bertemu dengan seorang pemuda yang
memberikan nasihat tentang mencari air dari sumur-sumur tua yang ditinggalkan. Anak
laki-laki itu kemudian mengikuti nasihat tersebut dan menemukan sumur tua yang
mengandung air yang melimpah. Cerita berakhir dengan anak laki-laki itu kembali ke
desa dengan air yang diharapkan dapat memperbaiki situasi mereka.
4. Suasana
Suasana dalam cerpen ini cenderung suram dan penuh keputusasaan di awal cerita karena
kekeringan yang melanda desa. Namun, ketika anak laki-laki tersebut menemukan sumur
tua yang mengandung air, suasana berubah menjadi lebih optimis dan penuh harapan.
Terdapat nuansa petualangan dan semangat perjuangan dalam cerita ini, di mana tokoh
utama harus melewati rintangan dan mencari solusi untuk memperbaiki keadaan desa
mereka.
5. Tokoh
Tokoh utama dalam cerpen "Sumur, Sebuah Cerita" karya Eka Kurniawan adalah seorang
anak laki-laki yang tidak disebutkan namanya. Ia adalah tokoh yang mengemban peran
sentral dalam cerita ini.
6. Penokohan
Tokoh utama: Anak Laki-Laki: Ia digambarkan sebagai seorang anak yang cerdas, berani,
dan penuh semangat. Ia menjadi sosok yang bertanggung jawab untuk mencari solusi atas
kekeringan sumur desa mereka. Ia menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi dan tekad
kuat untuk membantu masyarakatnya. Selain tokoh utama, terdapat juga tokoh pendukung
yang memberikan pengaruh pada alur cerita:
Pemuda di Hulu Sungai: Ia merupakan tokoh yang bertemu dengan anak laki-laki tersebut
di hulu sungai. Pemuda ini memberikan nasihat tentang mencari air dari sumur-sumur tua
yang ditinggalkan, yang menginspirasi anak laki-laki untuk mencari solusi dengan cara
tersebut.
Penokohan dalam cerita ini memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai
karakteristik dan motivasi tokoh utama, sehingga membantu pembaca untuk lebih
memahami peran dan tujuan mereka dalam cerita.

Unsur ekstrinsik
 Konteks Sosial dan Budaya:
Mengetahui latar belakang sosial dan budaya penulis, yaitu Indonesia, dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik tentang elemen-elemen dalam cerita. Hal ini mencakup
aspek-aspek seperti kehidupan desa, tradisi, dan kepercayaan yang mungkin
mempengaruhi cerita.
 Biografi Penulis:
Mengetahui latar belakang dan karya-karya sebelumnya dari penulis, Eka Kurniawan,
dapat memberikan wawasan tambahan tentang gaya penulisannya, tema-tema yang sering
diangkat, atau pengaruh yang memengaruhi ceritanya.
 Interpretasi Kritikus:
Melihat pandangan dan analisis dari para kritikus sastra atau ulasan dari pembaca lainnya
dapat memberikan sudut pandang yang berbeda dan membantu dalam memahami tema,
gaya penulisan, dan pesan yang ingin disampaikan dalam cerpen.
 Penerimaan dan Tanggapan Pembaca:
Melihat bagaimana cerita diterima oleh pembaca umum dapat memberikan gambaran
tentang kesuksesan cerpen tersebut dalam menyampaikan pesan dan mempengaruhi
emosi pembaca.
 Periode dan Konteks Sastra:
Menempatkan cerita dalam konteks sastra dan melihat pengaruh aliran atau gerakan sastra
pada masa penulisan cerita dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
aspek-aspek tertentu dalam cerita.

Rekomendasi
 Cerpen "Sumur, Sebuah Cerita" karya Eka Kurniawan adalah sebuah karya yang
menggugah dan menginspirasi. Saya merekomendasikan cerpen ini karena memiliki
beberapa keunggulan yang membuatnya layak untuk dibaca:
 Penokohan yang kuat: Tokoh utama, seorang anak laki-laki yang cerdas dan berani, akan
menginspirasi pembaca dengan semangatnya untuk mencari solusi atas masalah yang
dihadapi desanya. Pembaca dapat terhubung dengan perjuangannya dan merasa
terinspirasi untuk tidak menyerah dalam menghadapi tantangan.
 Pesan tentang harapan dan perjuangan: Cerpen ini menggambarkan pentingnya memiliki
harapan dan semangat perjuangan dalam menghadapi kesulitan. Melalui cerita ini,
pembaca diajak untuk percaya bahwa dengan tekad dan usaha yang keras, masalah yang
sulit dapat diatasi.
 Gaya bahasa yang menarik: Eka Kurniawan menggunakan gaya bahasa yang khas dan
unik dalam cerpennya, menjadikannya lebih menarik dan memikat untuk dibaca. Gaya
bahasanya mampu membangun suasana cerita dengan baik dan membantu pembaca
terhubung dengan emosi tokoh.
 Durasi membaca yang singkat: Cerpen ini memiliki panjang yang ideal untuk dibaca
dalam waktu singkat, menjadikannya pilihan yang tepat untuk pembaca yang ingin
menikmati cerita singkat namun bermakna.
Dengan menggabungkan elemen-elemen di atas, cerpen "Sumur, Sebuah Cerita"
menyuguhkan cerita yang menginspirasi, memotivasi, dan menghadirkan pesan yang kuat
tentang harapan dan perjuangan. Saya yakin cerpen ini akan menghibur dan meninggalkan
kesan mendalam bagi para pembaca.

Anda mungkin juga menyukai