Disusun oleh :
Nama : Didik Rahayu
NIM : 043315487
Mata Kuliah : Perencanaan Kota
Pogram Stufi : Ilmu Administrasi Negara
Dosen Pengampu : Dr. Tatik Fidowaty, S.IP.,M.Si
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatanpada penulis untuk menyelesaikan proposal ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Proposal Pengajuan Perencanaan
Pembangunan Infrastruktur Pasc Bencana Alam Di Kabupaten Sragen tepat waktu.
Proposal Proposal Pengajuan Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Pasc
Bencana Alam Di Kabupaten Sragen disusun guna memenuhi tugas dari Dr. Tatik
Fidowaty, S.IP.,M.Si pada mata kuliah Perencanaan Kota. Selain itu, penulis juga
berharap agarproposal ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.Penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Tatik Fidowaty, S.IP.,M.Si
selaku tutor mata kuliah Perencanaan Kota. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan proposal ini. Penulis menyadari proposal ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima
demi kesempurnaan proposal ini.
Didik Rahayu
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Sragen merupakan salah satu kabupaten di propinsi Jawa Tengah.
Secara geografis Kabupaten Sragen berada di perbatasan antara Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Sragen yaitu :
• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Ngawi (propinsi jawa timur)
• Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Boyolali
• Sebelah selatan berbatasan Kabupaten Karanganyar
• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Grobogan
Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang terbagi dalam 20
Kecamatan, 12 Kelurahan dan 196 Desa. Secara astronomis Kabupaten Sragen
terletak pada 7 ° 15 LS dan 7 ° 30 LS dan 110 ° 45 BT DAN 111 ° 10 BT.
Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata rata 109
M diatas permukaa laut. Sragen menpunyai iklim tropis dengan suhu harian
yang berkisar antara 19 ° - 31 °. Wilayah Kabupaten Sragen terbagi menjadi
dua yaitu sebelah selatan dan sebelah utara Sungai Bengawan Solo, dengan
rincian :
• Sebelah selatan Bengawan Solo :
✓ Luas Wilayah : 32.760 ha (34,79 %)
✓ Tanah Sawah : 22.027 ha (54,85 %)
✓ Terdiri dari 9 Kecamatan dan 88 Desa/Kelurahan
• Sebelah utara Bengawan Solo :
✓ Luas Wilayah : 61.395 ha (65,21 %)
✓ Tanah Sawah : 18.102 ha (45,15 %)
✓ 11 Kecamatan dan 120 Desa/Kelurahan
Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di pulau Jawa, Indonesia dengan mata
air dari daerah Wonogiri dan bermuara di daerah Bojonegoro. Sungai ini
panjangnya sekitar 548,53 km dan mengaliri dua provinsi yaitu Jawa Tengah
dan Jawa Timur. Kabupaten yang dilalui adalah Wonogiri, Pacitan, Sukoharjo,
Klaten, Solo, Sragen, Ngawi, Blora, Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik.
Kabupaten Sragen berada di lembah daerah aliran Sungai Bengawan Solo yang
1
mengalir ke arah timur. Sebelah utara berupa perbukitan, bagian dari sistem
Pegunungan Kendeng. Sedangkan di selatan berupa pegunungan, lereng dari
Gunung Lawu. Sragen terletak di jalur utama Solo-Surabaya. Kabupaten ini
merupakan gerbang utama sebelah timur Provinsi Jawa Tengah, yang
berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Sragen dilintasi jalur kereta
api lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Yogyakarta-Jakarta) dengan stasiun
terbesarnya Sragen, serta lintas Semarang-Solo dengan stasiun terbesarnya
Gemolong.
Kabupaten Sragen terdiri atas 20 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah
208 desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Sragen.
Kecamatan tersebut :
• Gemolong • Tanon
• Ngrampal • Gesi
• Plupuh • Gondang
• Sambirejo • Jenar
• Sambungmacan • Kalijambe
• Sragen • Karangmalang
• Sidoharjo • Kedawung
• Sukodono • Masaran
• Sumberlawang • Miri
• Tangen • Mondokan
Keadaan Alam di Kabupaten Sragen mempunyai relief yang beraneka ragam,
ada daerah pegunungan kapur yang membentang dari timur ke barat terletak di
sebelah utara bengawan Solo dan dataran rendah yang tersebar di seluruh
Kabupaten Sragen, dengan jenis tanah : gromusol, alluvial regosol, latosol dan
mediteran.
Klimatologi Kabupaten Sragen mempunyai iklim tropis dan temperatur
sedang dengan cuah hujan rata-rata dibawah 3.000 mm/tahun dan hari hujan
dengan rata-rata dibawah 150 hari/tahun.
2
Apabila melihat dari letak geografis Kabupaten Sragen merupakan wilayah
yang dilalui oleh aliran Sungai Bengawan Solo. Potensi bencana alam yang
terjadi akibat letak geografis ini adalah banjir akibat luapan Sungai Bengawan
Solo. Selan itu faktor iklim dan cuaca saat curah hujan yang tinggi pada musim
penghujan mengakibatkan adanya angin puting beliung yang melanda beberapa
daerah di Kabupaten Sragen. Berikut rincian bencana alam yang terjadi di
Kabupaten Sragen pada kurun waktu 2022 sampai awal 2023 :
1. Angin Puting Beliung
Pada awal tahun 2023, angin puting beliung melanda beberapa daerah di
Kabupaten Sragen. Lokasi yang terdampak meliputi Kelurahan
Plumbungan dan Desa Pelemgadung, Kecamatan Karangmalang; Desa
Ngarum, Kecamatan Ngrampal; dan Desa Wonotolo, Kecamatan Gondang.
Akibat hujan deras disertai angin kencang, beberapa pohon tumbang
menimpa rumah dan melintang jalan. Total terdapat 27 pohon tumbang, 33
rumah rusak ringan. Di antaranya tertimpa pohon dan tiga tiang sibel roboh.
Pada Bulan April 2023, angin putting beliung kembali menerjang wilayah
Kecamatan Miri.
2. Banjir Akibat Luapan Sungai Bengawan Solo
Pada awal tahun 2023, terjadi bencana banjir di beberapa wilayah
Kabupaten Sragen. Terdapat 14 desa dari 4 kecamatan terendam banjir
selama tiga hari mulai tanggal 17 sampai 19 Februari 2023. Kecamatan yang
terdampak banjir meliputi :
• Kecamatan Masaran 4 Desa terdampak banjir
• Kecamatan Plupuh 4 Desa terdampak banjir
• Kecamatan Sidoharjo 5 Desa terdampak banjir
Dengan total sebanyak 618 jiwa dari 188 KK yang terdampak banjir
sehingga aktifitas warga setempat terganggu oleh luapan DAS Bengawan
Solo. Tidak hanya itu, ada beberapa bencana yang menyertai nya yaitu
adanya tanah longsor dan juga rumah roboh. Tepat di Dukuh Nglombo, Ds.
Tenggak, Kec. Sidoharjo 1 rumah huni longsor dan terseret arus banjir
Sungai Gawan DAS Bengawan Solo. Di Desa yang sama, Dukuh Metep
juga ada 1 rumah huni yang longsor dikarenakan tergerus arus banjir.
3
B. Rumusan Masalah
Bencana alam di Kabupaten Sragen terjadi bukan hanya karena faktor dari alam
semata, juga terdapat faktor lain dari luar hal itu. Maka beberapa permasalahan
yang muncul yaitu :
1. Rusaknya infrastruktur akibat bencana alam yang terjadi diluar diprediksi.
2. Akibat angin puting beliung dan tanah longsor mengakibatkan beberapa
akses jalan terputus, akses transportasi warga terganggu.
3. Rusaknya sarana dan prasarana layanan publik yang menghambat
masyarakat dalam melakukan kegiatan perekonomian.
4. Rusaknya lahan pertanian, peternakan dan beberapa akses kegiatan
kemasyarakatan.
5. Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen yang belum mencukupi
untuk melakukan pembenahan dan fasilitasi pelayanan publik terdampak
bencana, karena pemerintah daerah berfokus pada bantuan kepada korban
terdampak. Walaupun ada beberapa perbaikan infrastruktur sudah masuk
dalam anggaran tetapi belum sepenuhnya tercover.
4
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
5
baru mereka akan melakukan penanganan bencana pada saat tanggap darurat
saja. Penanggulangan bencana harus dilakukan secara komprehensif dan
terukur sehingga memerlukan strategi perencanaan yang tepat untuk
menghadapi perkembangan dan perubahan lingkungan yang terjadi agar
mampu meningkatkan kualitas pelayanan penanggulangan bencana. Forum
Pengurangan Risiko Bencana (Forum PRB) yang terdiri dari para pemangku
kepentingan dapat membantu untuk menyediakan dan memobilisasi
pengetahuan, keterampilan dan sumber daya yang diperlukan untuk
mengarusutamakan pengurangan risiko bencana (PRB) ke dalam kebijakan,
perencanaan, dan program pembangunan. Forum PRB adalah sebuah wadah
independen yang menyatukan berbagai organisasi pemangku kepentingan yang
bergerak dan mendukung berbagai upaya pengurangan risiko bencana. Forum
PRB juga berupaya mewadahi semua kepentingan terkait pengelolaan
kebencanaan di daerah, serta membantu menyelaraskan berbagai kebijakan,
perencanaan dan program pembangunan dan kegiatan PRB di masing-masing
tingkatan, serta mendukung tercapainya tujuan-tujuan Pengurangan Risiko
Bencana dan Pemulihan Pasca Bencana. Kabupaten Sragen memang tidak dekat
dengan gunung berapi dan jauh dari laut, tetapi potensi bencana tetap ada dari
segi angin putting beliung, banjir DAS Bengawan Solo dan tanah longsor.
6
partisipasi dan kemitraan publik serta swasta. Mendorong semangat gotong
royong, kesetiakawanan dan kedermawanan. Menciptakan perdamaian dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
1. Pemerintah Pusat
Tanggungjawab pemerintah pusat dalam rangka penanggulangan bencana
yaitu :
• Pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana
dengan program pembangunan.
• Perlindungan masyarakat dari dampak bencana. Penjaminan
pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara
adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum.
• Pemulihan kondisi dari dampak bencana.
• Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang memadai.
• Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana
siap pakai.
• Pemeliharaan arsip atau dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan
dampak bencana.
2. Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi:
• Penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena
bencana sesuai dengan standar pelayanan minimum.
• Perlindungan masyarakat dari dampak bencana.
• Pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana
dengan program pembangunan.
• Pengalokasian dana penanggulangan bencana dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang memadai.
7
C. Pembangunan Infrastruktur Terdampak Bencana
Infrastruktur di Indonesia setiap tahunya terus bertambah banyak. Namun,
Indonesia sering mengalami kerusakan akibat bencana alam yang
mengakibatkan kerugian yang sangat besar tak terkecuali daerah-daerah
termasuk Kabupaten Sragen. Tentu, pemerintah perlu mengambil langkah
Manajemen Risiko untuk mengurangi kerugian akibat kerusakan infrastruktur
pada setiap terjadinya bencana. Terdapat 4 (empat) klasifikasi kawasan bencana
berdasarkan frekuensi dan tingkat kerusakannya. Pada tiap kawasan ini,
terdapat teknik manajemen risiko yang dapat di ambil Kesimpulannya yaitu
terdapat beberapa kombinasi teknik yang dapat diambil untuk setiap klasifikasi
kawasan yang terbentuk. Bertambahnya kekayaan negara setiap tahunnya
menyebabkan pemerintah perlu memperhatikan berbagai aspek manajemen
aset, termasuk di dalamnya aspek manajemen risiko. Salah satu risiko terhadap
aset Barang Milik Negara (BMN) terutama pada bangunan gedung negara
adalah risiko terhadap bencana alam. Kondisi geografi Indonesia yang terletak
di jalur gunung api menjadikan negara ini tidak lepas dari ancaman bencana
alam berupa letusan gunung api, gempa bumi tektonik, banjir dan tanah longsor.
Pembangunan infrastruktur tentu sangat diperlukan untuk mempercepat
putaran roda ekonomi. Namun, pembangunan tersebut seyogyanya harus
memperhatikan potensi bencana yang ada. Menurut Davidson (1997: 5) dan
(The World Bank, 2012: 12), meningkatnya pertumbuhan tanpa adanya
manajemen risiko dan semakin bertambah tuanya aset tersebut merupakan
penyebab utama meningkatnya kerusakan pada saat bencana. Nugroho (2013)
menyatakan besarnya kerusakan dan kerugian akibat bencana gempa bumi di
indonesia setiap kejadian adalah 5 s.d. 8 kali biaya untuk membangun jembatan
besar, sehingga dampak akibat bencana alam ini tentu berpengaruh terhadap
laju pembangunan.
8
infrastruktur sederhana seperti jalan yang dapat digunakan untuk kegiatan
tanggap darurat. Bangunan Milik Negara pada daerah ini perlu diminimalisir
dan hanya diutamakan terdapat bangunan untuk pertolongan pada bencana
seperti kantor polisi, pemadam kebakaran, fasilitas kesehatan. Untuk
infrastruktur dan bangunan milik negara selain untuk kegiatan tanggap darurat,
sebaiknya direlokasi ke zona yang lebih aman. Pada zona sangat rawan ini,
bangunan milik negara dibangun tidak bertingkat atau hanya bertingkat dua
sederhana, agar beban yang disangga oleh bangunan tidak melebihi batas aman.
Bentuk bangunan harus regular atau seragam pada semua sisinya dan dan tidak
terlalu panjang seperti bangunan sekolah. Bangunan yang akan dibangun atau
telah eksisting harus diperkuat sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara.
9
tersebut di asuransikan. Bangunan yang telah existing dengan fungsi di luar
administrasi seperti laboratorium harus direlokasi dari zona ini.
D. Pembiayaan Risiko
Menurut Linnerooth, dkk (2010: 3), asuransi bukan merupakan satu-satunya
langkah manajemen risiko. Langkah asuransi diambil untuk mengurangi risiko
yang tersisa setelah langkah manajemen risiko yang lain telah diambil.
Infrastruktur pada daerah rawan bencana yang sudah dibangun (existing) dan
telah diperkuat masih memiliki risiko sehingga perlu dikurangi risikonya
dengan pembiayaan risiko.
Langkah pembiayaan risiko meliputi dua hal yaitu dengan cost saving dan
asuransi. Apabila tingkat risiko bencana dari bangunan rendah, sebaiknya
dipilih cost saving untuk rencana pembangunan kembali bangunan. Dengan
cost saving, pemerintah bisa menghemat anggaran dalam membayar premi
asuransi tiap tahunnya. Berdasarkan studi kerusakan pada gempa Yogyakarta di
Bantul, masih terdapat 17% bangunan yang kurang efektif bila mengambil
langkah asuransi. Hal ini karena tigkat kerusakannya masih lebih kecil dari
deductible valuenya (Lihat Dorojatun & Kurniawan, 2016).
Infrastruktur yang memiliki risiko bencana yang tinggi maka sebaiknya
dilakukan asuransi. Dengan dilakukan apabila terjadi bencana dan kerusakan
bangunan berat, maka Pemerintah dapat klaim asuransi untuk memperbaiki
bangunan atau membangun bangunan baru pengganti bangunan yang sudah
rusak berat.
10
BAB III
METODE PENELITIAN
11
masyarakat bisa hidup dengan aman dan nyaman. Mitigasi bencana juga
ditujukan sebagai landasan perencanaan pembangunan. Metode dalam
penanggulangan bencana antara lain :
1. Pemetaan daerah rawan bencana, seperti longsor atau banjir.
2. Pembangunan rumah, kantor, dan prasarana fisik
3. Melakukan reboisasi di hutan atau kawasan sekitarnya, sehingga saat hujan
tiba tidak terjadi banjir dan longsor.
4. Selalu memperhatikan informasi terkini tentang kebencanaan lewat
pemberitaan atau imbauan BMKG.
5. Memahami prosedur kebencanaan, misalnya saat terjadi gempa apa yang
harus dilakukan.
12
Luas wilayah terdampak banjir diperkirakan mencapai 4.240 hekatre yang
terdiri Kecamatan Sragen, Sidoharjo, Masaran, Tanon, Plupuh, Gesi,
Sukodono dan Kecamatan Jenar.
5. Dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan
Banjir telah melumpuhkan perekonomian kurang lebih selama 10 hari,
mulai dari awal banjir sampai benar-benar surut total hingga tidak
merendam ke daratan. Dampaknya adalah banyak warga yang tidak dapat
bekerja karena akses jalan tidak bisa dilewati, bagi petani tentu menunda
waktu panen bahkan sampai gagal panen dan banyak warga yang kesulitan
mendapatkan fasilitas layak seperti air bersih dan bahan makanan.
13
terwujud. Selanjutnya dengan adanya ketiga instrument anggaran tersebut
maka setiap Rupiah anggaran diharapkan dapat dipertanggungjawabkan
penggunaannya.
3. Kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure
framework)
Pendekatan anggaran ini dilakukan dengan menentukan besaran anggaran
dengan memperhatikan perspektif lebih dari satu tahun. KPJM disusun
berdasarkan kebijakan yang dipilih. KPJM harus memperhatikan kebutuhan
anggaran guna mengimplementasikan kebijakan tersebut meskipun dengan
konsekwensi penyediaan anggaran lebih dari satu tahun anggaran, sampai
kebijakan yang telah ditetapkan benar-benar terwujud. Diperlukan disiplin
penganggaran yang tinggi untuk tidak tergoda mengalokasikan anggaran
yang terbatas kepada program lain pada jangka waktu yang lebih dari satu
tahun anggaran Dalam rangka penganggaran untuk bencana alam, selain
berpedoman pada paket UU nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara juga
berpedoman pada UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana. Dalam
UU tentang Penanggulangan Bencana tersebut dinyatakan dana
penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab Snkn 2018 | Simposium
Nasional Keuangan Negara 1049 bersama antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah selain itu pemerintah daerah juga mendorong partisipasi
masyarakat. Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, pemerintah
baik pusat maupun daerah memiliki tanggung jawab, antara lain meliputi:
pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam anggaran
pendapatan dan belanja yang memadai dan pengalokasian anggaran
penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap pakai.
Perkiraan anggaran pemulihan pasca bencana alam di Kabupaten Sragen :
Keterangan / Harga Satuan Jumlah
No. Volume
Rincian
Pembangunan
1 6 Kec 30.000.000 180.000.000
Infrastruktur Publik
Subsidi Bantuan
2 Pembangunan Warga 995 KK 10.000.000 995.000.000
Terdampak
14
Subsidi Bantuan
3 Pembenahan Lahan 1.203 Ha 700.000 842.100.000
Pertanian
Pembenahan
Infrastruktur Umum
✓ Jembatan 10 unit 20.000.000 200.000.000
4
✓ Sekolah 10 unit 10.000.000 100.000.000
✓ Masjid 16 unit 10.000.000 160.000.000
✓ Jalan 10 Km 20.000.000 200.000.000
Pembangunan Lokasi
5 Pengungsian Aman 5 Unit 350.000.000 1.750.000.000
Bencana Banjir
Pembuatan dan
Pembangunan
6 7 Kec. 50.000.000 350.000.000
Teknologi Tanggap
Bencana
Jumlah Total 4.777.100.000
15
BAB IV
PENUTUP
16
normal. Semua pemangku kepentingan utama tahu apa yang harus dilakukan
jika terjadi bencana, termasuk langkah-langkah berikut :
• Memperbarui dokumentasi
• Melakukan pengujian pemulihan bencana secara berkala
• Mengidentifikasi prosedur operasi manual jika terjadi pemadaman
• Mengoordinasikan strategi pemulihan bencana dengan personel terkait
17
DAFTAR PUSTAKA
Majid, Noor Cholis. (2018). Analisis Metode Perhitungan Dan Alokasi Anggaran
Bencana Alam. Diakses pada 6 Mei 2023, dari
file:///C:/Users/user/Downloads/263-Article%20Text-2386-1-10-20181113.pdf
Pemerintah Kabupaten Sragen. (2023). Tentang Sragen. Diakses pada 6 Mei 2023,
dari https://www.sragenkab.go.id/tentang-sragen.html
18