OLEH:
RAHMAWATI
14.601050.013
OLEH:
RAHMAWATI
14.601050.013
iii
ABSTRACT
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahma-
nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV-B Melalui
dan Farel Septa Ramadhan yang telah menjadi motivasi terbesar bagi peneliti
dalam penyusunan skripsi ini serta jerih payah, kerja keras, doa dan dorongan
yang di berikan.
selesainya penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah berkontribusi secara
langsung maupun tidak langsung, baik berupa tenaga, biaya dan juga pikiran.
Oleh karena itu, tidak lupa peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan
1. Prof. Dr. Adri Patton, M.Si sebagai Rektor Universitas Borneo Tarakan.
2. Dr. Suyadi, M.Ed sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
3. Kartini, S.Pd, M.Sc sebagai ketua jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
v
4. Kadek Dewi Wahyuni Andari, M.Pd sebagai pembimbing utama yang telah
5. Agustinus Toding Bua, S.Pd, M.Sc sebagai pembimbing anggota yang telah
7. Kepala Sekolah SDN 033 Tarakan beserta para guru dan staf yang telah
motivasi, doa dan dukungan yang telah kalian berikan hingga tersusunya
skripsi ini.
Dasar yang telah memberikan motivasi, saran, dan bantuan selama ini dari
motivasi, saran, arahan, dan materi akan memperoleh balasan yang lebih dari
Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini mempunyai banyak kekurangan
vi
dan jauh dari kesempurnaan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran dalam arah
Peneliti
Rahmawati
vii
DAFTAR ISI
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
vii
C. Hakikat Pembelajaran IPA
C. Pembahasan. ............................................................................................ 77
viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................82
B. Saran........................................................................................................82
LAMPIRAN ......................................................................................................86
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan .......................................... 50
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran
IPA Kelas IV-B Melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative
Script di SDN 033 Tarakan ............................................................. 38
xi
Gambar 4.15 Jawaban siswa kemampuan rendah .............................................. 76
xii
BAB I
PENDAHULUAN
mengikuti perkembangan zaman yang akan terus berubah dan semakin maju
terlepas dari kemajuan bidang pendidikan. Ilmu pengetahuan dapat kita peroleh dari
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pada pasal 1 ayat (1)
agar peserta didik dapat mengembangkan dirinya secara aktif untuk dapat memiliki
dan negara.
Salah satu bentuk kegiatan formal dalam bidang pendidikan adalah kegiatan
individu tersebut dapat terus meningkatkan potensi di dalam dirinya, serta mampu
1
2
sebabnya, sisw tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber
kajian dari kurikulum, yakni mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari
siswa agar dapat tercapainya tujuan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai ialah
memberikan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, prinsip dan konsep
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diharapkan dapat membantu peserta didik
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP,
2006). Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di sekolah
SD/MI dan SMP/MTs merupakan standar minimum yang secara Nasional harus
dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di
Menurut Isriani Hardini (2011:151) mata pelajaran IPA bertujuan agar pe-
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan
gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat di terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan
kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, ling-
kungan, teknologi, dan masyarakat. (4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menum-
buhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikai. (5)
melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. (6) Meningkatkan kesadaran un-
tuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
(7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Strategi berarti rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Salah satu unsur dalam
mengajar. Namun, pada pembelajaran IPA yang peneliti jumpai di kelas IV-B
SDN 033 Tarakan belum memenuhi semua dari tujuan pembelajaran IPA. Metode
memberikan ruang bagi siswa untuk melatih daya berikir kritisnya dalam
Bardasarkan wawancara peneliti dengan guru wali kelas IV-B SDN 033
Tarakan, diperoleh informasi tingkat kemampuan berpikir kritis siswa untuk mata
4
pelajaran IPA tergolong masih rendah. Pada pembelajaran IPA guru belum dapat
digunakan guru bersifat berpusat pada guru, sehingga siswa tidak terlibat aktif da-
lam pembelajaran. Kegiatan siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang
dikatakan oleh guru, hal tersebut mengakibatkan kemampuan berpikir kritis siswa
rendah.
Selain itu, ketika guru memberikan suatu pertanyaan pada siswa, siswa ku-
rang dapat memberikan alasan atau pendapat berkaitan dengan jawaban yang
diberikan. Jawaban yang diberikan siswa hanya sebatas hafalan yang diingat, tanpa
memiliki suatu konsep yang mendasar. Indikasi lainnya adalah keingintahuan siswa
terhadap suatu konsep IPA masih rendah. Disamping itu dengan pola pembelajaran
yang hanya mengandalkan buku mata pelajaran maka membuat siswa jenuh dan
pakan Pada Bumi”. Karena siswa hanya membaca buku yang mereka punya tanpa
diikutsertakan dalam proses pembelajaran secara aktif. Selain itu, kejenuhan siswa
dalam proses pembelajaran akan membuat siswa kurang fokus dalam belajar.
dapat menunjang keberhasilan dan cara berfikir kritis siswa dalam sebuah pembela-
jaran karena ketika pembelajaran dilakukan dengan cara yang menyenangkan maka
materi yang dipelajari akan mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Untuk
dan kemalasan berfikir bagi siswa, maka peneliti akan mencoba untuk
membuat siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran secara berpasangan dan
guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
ide pokok yag kurang lengkap. (2) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok
kembali bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan
pembelajaran. Melalui kegiatan tersebut, siswa akan mudah terpacu cara berfikir
kritisnya dan mengingat isi materi yang diberikan oleh guru, karena proses
judul “Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Me-
033 Tarakan”.
B. Rumusan Masalah
siswa pada pembelajaran IPA melalui penerapan model Cooperative Script di kelas
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui kemampuan ber-
pikir kritis siswa pada pembelajaran IPA melalui penerapan model Cooperative
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
pendidikan.
7
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Peneliti
Script terhadap kemampuan berfikir kritis siswa, serta memberi bekal bagi
peneliti sebagai calon guru sekolah dasar yang nantinya akan turut andil dalam
b) Bagi Guru
lulusan sekolah.
c) Bagi Sekolah
mutu sekolah akan semakin baik serta dapat menghasilkan mutu lulusan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
berfikir kritis siswa pada jenjang pendidikan yang berbeda telah banyak di
kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran IPA berbasis masalah siswa
Sebagai subyek penelitian adalah guru mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD
8
9
salah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Hal ini di-
tunjukkan dari siklus I rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa adalah
atau 9 siswa yang tuntas sedangkan pada siklus II rata-rata nilai kemampuan
berpikir kritis siswa adalah 83,10 dengan presentase ketuntasan kemampuan ber-
pikir kritis siswa 94,44% atau siswa yang tuntas mencapai 17 siswa dari 18
siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran IPA meningkat 77,77%
2. Nur Indah Saputri (2014) melakukan penelitian dengan judul “Upaya Mening-
Pada Mata Pelajaran IPA di SDN Punukan, Watas Kulon Progo Tahun
kan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada mata pelajaran IPA materi
sifat-sifat cahaya di SDN Punukan, Watas Kulon Progo Tahun 2013/2014. Jenis
Subyek peneliti ini adalah siswa kelas V SDN Punukan, Watas Kulon Progo.
Desain penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc. Taggart yang
fleksi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah soal tes untuk men-
gukur kemampuan berpikir kritis dan panduan observasi. Teknik analisis data
yang yang pada kondisi awal 54,67 dan setelah dilaksanakan pembelajaran
berpikir kritis siswa mencapai angka 71,5 yang artinya terjadi peningkatan sebe-
sar 16,38 % dan pada siklus II mencapai angka 77,83 dan termasuk dalam kata-
gori baik.
3. Dwi Ayu Indri Wijayanti, dkk (2015) melaukan penelitian dengan judul “An-
upaya-upaya guru dan siswa untuk pengembangan berpikir kritis, dan menge-
tahui kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa untuk pengembangan
penelitian ini adalah siswa kelas V dan guru kelas V di Sekolah Dasar 1, 2 dan
dan dokumentasi. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan deskriptif per-
sentasi.
kritis di Sekolah Dasar No. 1 Kaliuntu sebesar 17,95 tergolong rendah, Sekolah
11
Dasar No. 2 Kaliuntu sebesar 17 tergolong rendah. Sekolah Dasar No. 3 Kali-
kritis siswa dan subyek yang diteliti yaitu guru kelas dan siswa. Perbedaan
penelitian peneliti dengan penelitian yang pertama dan kedua yaitu Yulias Fe-
riati dan Nur Indah Saputri lebih berfokus pada penigkatan berpikir kritis pada
siswa. Pada penelitian ketiga yaitu Dwi Ayu Indri Wijayanti, dkk dengan peneliti
memiliki perbedaan yaitu pada teknik pengumpulaan data dan teknik analisis
wawancara dan dokumentasi) dan teknik analisis data yang digunakan adalah
ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Berpikir
pikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berpikir ternyata mampu mem-
persiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin serta di pakai untuk
Berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau
gagasan yang berhubungan dengan konsep yang di berikan atau masalah yang di
paparkan. Berpikir kritis juga dapat di pahami sebagai kegiatan menganalisis idea
atau gagasan kearah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih,
purna. Berpikir kritis berkaitan dengan asumsi bahwa berpikir merupakan potensi
yang ada pada manusia yang perlu di kembangkan untuk kemampuan yang optimal.
Menurut Ennis dalam Susanto (2012:121) berpikir kritis adalah suatu ber-
pikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa yang di yakini atau
ada enam unsur dasar dalam berpikir kritis, yang di singkat dengan FRISCO, yaitu
erampilan atau strategi kognitif dalam mennetukan tujuan. Proses tersebut di lalui
tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga meru-
pikir kritis juga bias disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fo-
berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang
disiplin dan di kendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini mengikuti alur logis
dan rambu-rambu pemikiran yang sesuai dengan fakta atau teori yang di ketahui.
bagaimana sesuat itu dipikirkan. Belajar berpikir kritis berarti belajar bagaimana
bertanya, kapan bertanya, dan apa metode penalaran yang dipakai. Seorang siswa
hanya dapat berpikir kritis atau bernalar sampai sejauh ia mampu menguji pen-
ment sebelum mencapai suatu justifikasi yang seimbang. Menjadi seorang pemikir
yang kritis juga meliputi pengembangan sikap-sikap tertentu, seperti keinginan un-
tuk bernalar, keinginan untuk di tantang dan hasrat untuk mencari kebenaran.
pikir kritis, yaitu: praktis, reflektif, masuk akal, keyakinan, dan tindakan. Proses
sejumlah langkah dari sederhana menuju yang kompleks. Aktivitas berpikir ra-
nyimpilkan.
yaitu: strategi efektif, kemampuan makro, dan keterampilan mikro. Ketiga jenis
strategi ini satu sama lain saling berkaitan. Pertama, strategi afektif bertujuan un-
tuk meningkatkan berpikir independenn denga sikap menguasai atau percaya diri:
kinan ini? Untuk mencapainya, siswa perlu suatu pendamping yang mengarahkan
pada saat mengalami kebutuntuan, memberikan motivasi pada saat mengalami ke-
Kedua, kemampuan makro adalah proses yang terlibat dalam berpikir, men-
gorganisasikan keterampilan dasar yang terpisah pada saat urutan yang di perluas
yang saling terpisah pada saat urutan yang di perluas dari pikiran, tujuannya tidak
Klasifikasi berpikir krtis menurut Ennis di bagi ke dalam dua bagian, yaitu
aspek umum dan aspek yang berkaitan dengan materi pelajaran. Pertama, yang
a. Aspek kemampuan (abilities), yang meliputi: (a) memfokuskan pada suatu isu
baru; (g) secara tepat menggunakan pernyataan dan symbol; (h) menyediakan
informasi dalam suatu cara yang sistematis, menekankan pada urutan logis; dan
kan sebelumm menjawab; (c) memberikan kesempatan pada siswa untuk men-
cari informasi yang di perlukan; (d) memberikan kesempatan kepada siswa un-
tuk menguji solusi yang di peroleh; dan (e) memberikan kesempatan kepada
dan lain-lain.
16
generalisasi, dan algoritme, serta pemecahan masalah. Berikut ini merupakan in-
tanyaan; (b) menganalisis pertanyaan; dan (c) bertanya dan menjawab tentang
hasil observasi.
deduksi; (b) menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi; dan (c) mem-
d. Memberikan penjelasan lanjut, yang meliputi: (a) mendefinisikan istilah dan per-
e. Mengatur strategi dan taktik, yang meliputi: (a) menentukan tindakan; (b) ber-
adanya kelas yang interaktif. Agar pembelajaran dapat interaktif, maka desain pem-
belajarannya harus menarik sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses pem-
lebih melibatkan siswa sebagai pemikir, bukan seorang yang di ajar. Adapun
17
melalui keterampilan berpikir kritis siswa dapat lebih mudah memahami konsep,
peka akan masalah yang terjadi sehingga dapat memahami dan menyelesaikan ma-
salah, dan mampu mengaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda. Pendidi-
kan perlu mengembangkan peserta didik agar memiliki keterampilan hidup, mem-
iliki kemampuan bersikap dan berperilaku adaptif dalam menghadapi tantangan dan
kritis dalam proses dalam proses pembeljaran memerlukan keahlian guru. Keahlian
dalam memilih media yang tepat merupakan salah satu factor yang menentukan
mampuan siswa dalam berpikir kritis yang sesuai dengan tingkat perkembangan
jadiakan sarana yang tepat dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa.
18
Karena dalam pembelajaran IPA banyak konsep atau masalah yang ada di lingukan-
gan siswa, sehingga dapat di jadikan suatu obyek untuk dapat menumbuhkan
bentuk latihan-latihan yang mengacu pada pola piker siswa. Laitihan-latihan ini
dapat dilakukan secara kontinu, serta terencana sehingga pada akhirnya siswa akan
merupakan suatu kewajiban yang harus di lakukan guru. Dalam proses pem-
belajaran guru harus dapat melahirkan cara berpikir yang lebih kritis pada siswa.
Guru dapat memberikan kesempatan dan dukungan kepada siswa untuk dapat me-
ran yang sesuai di harapkan dapat membantu siswa menumbukan pengetahuan ket-
berpikir kritis. Gguru harus dapat mengembangkan suasana kelas dimana siswa ber-
partisipasi selama proses belajar berlangsng. Kegiatan kelas yang mengacu pada
aktivitas siswa adalah dengan mengisi lembar kerja atau dengan mengadakan tanya
jawab yang di kembangkan guru. Hal ini berupa mengingat kembali informasi yang
telah disampaikan. Pemahaman secara luas atau mendalami tersebut dapat melatih
hakikat pembelajaran yang di lakukan guru berarti interaksi langsung antara guru
dengan siswa, guru dalam pembelajaan dapat berperan sebagai mediator antara
19
siswa dengan apa yang di pelajarinya. Guru bukan hanya memberi informasi saja
tetapi juga dapat memberi petunjuk agar siwa dapat berpikir secara kritis se-
tered, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran yang ber-
pusat pada siswa ini, guru memberikan kebebasan berpikir dan keleluasaan bertin-
dak kepada siswa dalam memahami pengetahuan serta dalam menyelesaikan masa-
lahnya. Guru tidak lagi mendoktrin siswa untuk menyelesaikan masalah hanya
dengan cara yang telah ia ajarkan, namun juga memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk menemukan cara-cara baru. Dalam hal ini, siswa diberi
Untuk mengajarkan atau melatih siswa agar mampu berpikir kritis harus di
atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan
gian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis
dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak
erampilan ini menurut pembaca untuk memahami bacaaan dengan kritis se-
baru.
21
mahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula
tertentu.
adalah bahwa keterampilan tersebut harus di lakukan melalui latihan yang sesuai
pemikiran siswa.
mandiri. Dalam tahapan ini, guru memegang kendali atas kelas dan
melakukan pengulangan-pengulangan.
d. Latihan bebas, yaitu dengan cara guru mendesain aktivitas sedemikian rupa
berupa pekerjaan rumah (PR). Latihan mandiri (PR) tidak berarti sesuatu
kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Mereka
tukan apakah mereka menerima atau menolak informasi. Dan juga dalam berpikir
kitis siswa di tuntut menggunakan strategi kognitif tertentu yng tepat untuk men-
guji keandalan gagasan, pemecahan maslaah, dan mengatasi masalah serta keku-
rangannya.
terdiri atas 12 komponen yaitu: (1) merumuskan masalah, (2) menganalisis ar-
gumen, (3) menanyakan dan menjawab pertanyaan, (4) menilai kredibilitas sumber
informasi, (5) melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi, (6) mem-
buat deduksi dan menilai deduksi, (7) membuat induksi dan menilai induksi, (8)
asumsi, (11) memutuskan dan melaksanakan, (12) berinteraksi dengan orang lain.
Fahrudin Faiz dalam Nur Indah Saputri, (2014:21) telah menyusun ciri-ciri
orang yang berpikir kritis dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebia-
saan adalah sebagai berikut: (1) menggunakan fakta-fakta secara tepat dan jujur; (2)
akal; (3) membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid
dengan logika yang tidak valid; (4) mengidentifikasi kecukupan data; (5)
menyangkal suatu argumen yang relevan dan menyampaikan argumen yang rele-
suatu pandangan; (7) menyadari bahwa fakta dan pemahaman seseorang selalu
terbatas; (8) mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat dan kemungkinan
pikir kritis yang disesuaikan dengan perkembangan usia anak SD. Adapun ciri-ciri
berpikir kritis yang akan digunakan peneliti dalam mengukur kemampuan berpikir
akal;
c. Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid dengan
dangan.
mampuan berpikir kritis mempengaruhi prestasi belajar dan membantu siswa me-
Kata “Sains” biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan
alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA secara harfiah meru-
stiwa yang terjadi di alam Patta Bundu dalam Nur Indah Saputri (2014:8).
Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan di jelaskan
dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam hal ini para guru
25
mengerti hakikat pembelajaran IPA, sehingga dalam pembeajaran IPA guru tidak
sep.
yang dalam Bahasa Indonesia di sebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat di
klasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk,
IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA
terdahulu dan pada umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis
patakan IPA digunakan suatu metode ilmiah. Maka proses IPA merupakan
metode ilmiah itu sendiri. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan
akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan
sekitar. Sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak SD/MI yang dikutip
dari pendapat Harlen yaitu (a) sikap ingin tahu, (b) sikap ingin mendapatkan
sesuatu yang baru, (c) sikap kerja sama, (d) sikap tidak putus asa, (e) sikap
tidak berprasangka, (f) sikap mawas diri, (g) sikap bertanggung jawab, (h) si-
kap berpikir bebas dan (i) sikap kedisiplinan diri. Sikap ilmiah ini bisa dikem-
lapangan.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa IPA adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang alam semesta yang berisi sederetan konsep untuk diamati
dan dieksperimentasi agar kita dapat hidup di alam ini. Dalam mempelajari IPA
secara lebih mendalam maka perlu juga mengetahui tentang hakikat IPA itu sendiri.
Lebih lanjut, IPA juga memiliki karakteristik sebagai dasar untuk me-
meliputi:
2. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena
hasia alam.
4. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau be-
beberapa saja.
5. Kebenaran IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat ob-
jektif.
Dari uraian hakikat IPA di atas, dapat di pahami bahwa pembelajaran sains
menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu,
IPA.
Menurut Sujana dalam Jihad dan Haris (2012:2) belajar adalah suatu proses
yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seorang, perubahan sebagai hasil
28
kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu belajar. Sedangkan
menurut Harman dalam Asep dan Abdul (2012:3) belajar merupakan kegiatan
bila dapat di asumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses yang
mempelajari fenomena alam yang factual (factual), baik berupa kenyataan (re-
ality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibatnya. IPA merupakan ilmu
berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang berkaitan dan tidak terpisahkan oleh
IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan factual,
konseptual, procedural, dan metakognitif. Dan ipa sebagai proses, yaitu kerja
ilmiah.
atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi
pengetahuan untuk melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi. Jadi Sekolah Dasar
adalah bangunan tempat belajar mengajar serta tempat menerima dan memberi
ciptakan siswa sejak dini untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
ilmiah. Pembelajaran IPA harus mengarahkan siswa untuk mencari tahu tentang
alam secara sistematis. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan
dan juga perkembangan teknologi, karena IPA dapat membangkitkan minat dan ke-
haman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum ter-
ungkap atau bisa dikatakan masih bersifa rahasia, sehingga hasil penemuannya
Menurut Asih Widi Wisudawati dan Eka Sulistyowati (2015:24-25) cara ber-
hadap masalah gejala alam dimotivasi oleh kepercayaan bahwa hukum alam
dapat dikonstruksi dari observasi dan diterangkan dengan pemikiran dan pen-
alaran.
b. Rasa ingin tahu (curiosity), kepercayaan bahwa alam dapat dimengerti di-
e. Koreksi diri (self examination), pemikiran ilmiah adalah sesuatu yang lebih
tinggi daripada sekedar suatu usaha untuk mengerti tentang alam, pemikiran
ratif di artikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap
lebih luas, meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Istilah ‘’kooperatif’ digunakan
kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada
maupun kelompok. Seelanjutnya, menurut Lie (2008: 12), sister pengajaran yag
memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesame
31
secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh (saling
akademis saja, tetapi juga nilai-nilai moral dan budi pekerti berupa rasa tanggung
menghormati keberadaan orang lain di sekitar kita. Selain itu, terdapat unsur-unsur
dasar CL,yaitu:
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ‘’tenggelam atau ber-
enang bersama’’
b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lainnya dalam ke-
yang sama
d. Para siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya
yaitu:
tujuan agar siswa dapat bekerja sama dan saling membantu satu sama lain.
Menurut Aqib (2014: 19) script cooperative adalah model belajar di mana
pakan model belajar di mana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan
Menurut pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pem-
belajaran cooperative script adalah model pembelajaran di mana siswa secara ber-
secara lisan. Siswa harus bekerja sama dalam menunjukkan intisari materi yang
kurang lengkap.
b. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk di baca dan membuat ring-
kasan.
c. Guru dan siswa enetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara
lengkap.
5) Penutup
2) Guru membagikan wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan mem-
buat ringkasan.
3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pem-
6) Kesimpulan guru.
2) Setiap siswa mendapat peran dalam diskusi, setiap siswa mendapatkan kes-
numbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya berfikir kritis serta mengem-
benar. Belajar IPA menggunakan metode cooperative script ini siswa dituntut
aktif. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih ban-
2) Hanya seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang ter-
rangan, dilakukan dua orang (tidak melibatkan begitu juga dengan metode
Dari uraian di atas, dapat di simpulkan tidak semua siswa mampu men-
untuk menejelaskan mengenai metode ini. Beberapa siswa mungkin pada awalnya
takut untuk mengeluarkan ide, dan takut dinilai teman dalam kelompoknya.
E. Kerangka Berpikir
nyata, termasuk pembelajaran IPA siswa/i susah di lakukan dengan tindakan nyata,
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan akan berpengaruh pada hasil belajar
siswa, dimana pembelajaran ini siswa dapat melihat semua keadaan atau kejadian
hari proses belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien. Salah satu fenomena
yang ada dalam kehidupan lingkungan adalah perubahan kenampakan pada bumi
tive script ini maka siswa dapat bekerja atau berpikir sendiri tidak hanya mengan-
dalkan satu siswa saja dalam kelompoknya. Karena setiap siswa di tuntut untuk
patnernya.
37
sama akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang
mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi
sama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan
memberdayakan potensi siswa. Sesuai dengan kerangka berpikir pada gambar 2.1
Pembelajaran IPA di SD
38
Kurangnya Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa
Model Pembelajaran
Cooperative Script
Gambar 2.1 Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
Kelas IV-B Melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script di SDN
033 Tarakan.
BAB III
METODE PENELITIAN
bahan utama bagi ilmu-ilmu social tertentu, terutama dalam bidang antropologi,
sejarah dan ilmu politik. Meskipun demikian, pada dasawrsa terakhir semakin
program dan analisi kebijakan) telah beralih pada paradigm yang lebih kualitatif.
Deskripsi data kualitatif menurut Miles dan Huberman (2014) data kualitatif
sangat menarik. Data kualitatif meupakan sumber dari deskripsi yang luas dan
Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Penerapan
39
40
peneliti kepada salah satu aspek tertentu. Maka fokus penelitian ini adalah
kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA melalui penerapan model
Cooperative Script di kelas IV-B SDN 033 Tarakan. Adapun dimensi pada
masuk akal;
pandangan.
Lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah di SDN 033 Tarakan
yang beralamat Jalan P.Aji Iskandar RT. 15 Kelurahan Juata Laut Kecamatan
dasarkan sekolah ini sekaligus sebagai tempat peneliti Pelaksanaan program PPL
yang dimaksud sebagaimana peneliti sebutkan dalam latar belakang. Dari beberapa
41
dan cara berfikir kritis siswa dalam sebuah pembelajaran karena ketika
dipelajari akan mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Adapun waktu
D. Instrumen Penelitian
kualitatif adalah peneliti sendiri, karena peneliti dapat menilai, melihat dan
merasakan bagaimana dan apa yang terjadi dengan subjek yang diteliti. Instrumen
pendukung dalam penelitian ini yaitu: pedoman wawancara, lembar observasi dan
Penelitian kualitatif terdapat dua sumber yaitu data primer dan data sekunder.
merupakan suatu pelaksanaan kerja yang intensif dan biasanya memakan waktu
lama, sehingga dalam penelitian kualitatif data dibedakan menjadi sumber data
-kata dan tindakan, serta untuk data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
1. Data Primer
42
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang
kriteria kemampuan yang dimiliki siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah
guru kelas IV-B dan peserta didik kemampuan tinggi, sedang dan rendahh. Guru
yang akan diambil sebagai informan adalah guru kelas IV-B dengan pertimbangan
bahwa guru mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam pelajaran
IPA dan juga informan tersebut merupakan pihak yang mengontrol, mengawasi,
lakukan karena yang menerapkan dan merasakan dampak dari model pembelajaran
cooperative script adalah guru dan tiga orang peserta didik kemampuan tinggi,
sedang dan rendah kelas IV-B SDN 033 Tarakan. Pemilihan informan tersebut agar
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari data yang sudah
ada dan mempunyai hubungan masalah yang diteliti yaitu meliputi literatur yang
ada. Data ini dapat di manfaatkan sebagai data tambahan yang mengarahkan pada
masalah dan tujuan penelitian dari literatur dan dokumen. Data ini dapat di
manfaatkan sebagai data yang mengantar dan mengarahkan pada yang di temukan
dan dicari sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Adapun data yang
43
digunakan yaitu, profil sekolah, visi dan misi SDN 033 Tarakan, data keadaan guru,
silabus, data perencanaan pembelajaran guru berupa RPP, dan daftar nilai ujian
IPA.
mendapatkan data yang diperlukan oleh penulis maka digunakan metode sebagai
berikut:
1. Interview (wawancara)
tersebut ada dua segi pedoman wawancara yang harus di perhatikan, yang pertama
yaitu: Peneliti sangat terbiasa dengan pedoman, tetapi mempunyai kebebasan ruang
gerak sedikit untuk menggunakan cara yang bersifat pribadi guna menanyakan dan
ini. Wawancara semi terstruktur pelaksanaannya lebih bebas dengan tidak memakai
44
033 Tarakan, peneliti datang ke sekolah dan menemui informan untuk melakukan
2. Observasi
yang ingin diteliti peneliti. Observasi pada penelitian ini adalah observasi
partisipatif. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati apa yang dikerjakan
orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipatif dalam kegiatan yang
partisipatif aktiv (active participation) artinya peneliti ikut melakukan apa yang
dilakukan narasumber tetapi belum sepenuhnya lengkap. Jadi observasi adalah cara
3. Dokumentasi
resmi. Dokumen tersebut berupa profil sekolah, visi dan misi sekolah, Tata tertib
sekolah, RPP kelas IV-B semester genap tahun akademik 2017/2018, Silabus kelas
IV-B SDN 033 semester genap tahun akademik 2017/2018, Nilai hasil belajar siswa
Huberman (2014:15) yang terdiri atas tiga kegiatan, yaitu reduksi data (data
Berikut alur komponen analisis data menurut Miles dan Huberman dapat
Pengumpulan data
Penyajian
data
Reduksi data
data
Kesimpulan-Kesimpulan
Penarikan/Verifikasi
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Data-data yang
diperoleh peneliti dari SDN 033 Tarakan dicatat atau direkam dengan handphone
dan voice recorder diuraikan kedalam bentuk deskriptif naratif, selain itu peneliti
data yang akurat. Dengan mereduksi data akan memberikan gambaran yang lebih
46
Pada tahap ini peneliti menyajikan data hasil temuan kedalam bentuk naratif,
yaitu uraian tentang mengenai kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran
SDN 033 Tarakan. Peneliti harus menyajikan data secara logis dan sistematis,
sehingga bila dibaca akan mudah dipahami, agar memungkinkan peneliti untuk
tersebut. Penyajian data juga harus berpacu pada rumusan masalah yang telah
2. Penarikan kesimpulan
dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang
objek yang sebelumnya masih samar-samar sehingga setelah diteliti menjadi jelas
dan selanjutnya diambil intisarinya. Selain itu, dalam penarikan kesimpulan perlu
kesimpulan analisi kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA di
47
kelas IV-B melalui penerapan model pembelajaran cooperative script di SDN 033
Tarakan
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi.
teknik dan triangulasi sumber serta waktu dalam memenuhi keabsahan data.
yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama yaitu dengan
berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA. Kedua, pada triangulasi sumber,
peneliti melakukan satu teknik pengumpulan data kepada lebih dari satu sumber.
Hal ini berarti peneliti tidak hanya melakukan wawancara pada satu waktu tetapi
melakukan wawancara lebih dari satu kali dengan informan yang sama sampai data
A. Deskripsi Lokasi
1. Sejarah SDN 033 Tarakan
Sekolah Dasar Negeri 033 Tarakan mulai berdiri pada tahun 1978 yang
berlokasi di Jl. P. Aji Iskandar Rt. XI Kelurahan Juata Laut Kecamatan Tarakan
Utara. Keberadaan sekolah dasar Negeri ini berada di tengah masyarakat Juata
Laut, yang mayoritasnya berbaur berbagai macam suku dan didiami oleh
Penduduk asli suku Tidung . Dan pada masa itu Kepala Sekolah dipegang oleh
Bapak Sarwani, sebagai Kepala Sekolah yang pertama, beberapa tahun kemudian
tiba masa purnabakti, dilanjutkan kepala sekolah kedua yakni Bapak Aris Alex
Patandung, setelah itu tahun kemudian tiba masa purnabakti dan di ganti oleh Ibu Hj.
Mudayang, S.Pd sebagai kepala sekolah ketiga dari tahun 2002 s/d 2009. Dalam masa
purnabakti di ganti lagi oleh bapak Fuatsyah sebagai kepala sekolah (Plh), dan kembali
perunabakti diganti lagi oleh Bapak Dalfian,S.Pd, namun bapak Dalfian mutasi ke
Kemudian berganti lagi kepala sekolah yakni Bapak Husen S.Pd, kemudian
beliau mutasi ke SMP 2 Tarakan dan menunggu pengangkatan kepala sekolah yang baru
yakni Ibu Mukti Wiwik Wiyati,S.Pd.SD sebagai kepala sekolah yang ke 7 selama dua
tahun mutasi lagi. Dan di gantikan oleh Bapak Anwar, S.Pd sebagai kepala sekolah
A. Visi
Visi adalah suatu hal yang memberikan petunjuk akan dibawa kemana
peserta didik dan pendidik di SDN 033, visi sekolah SDN 033 Tarakan adalah
lingkungan”
B. Misi
Untuk mencapai visi tersebut, SDN 033 Tarakan mempunyai misi. Misi
merupakan arahan, tujuan, yang akan dicapai dan menjadi dasar program pihak
santun)
dan tenaga kependidikan. Pendidik atau guru merupakan salah satu hal yang pokok
hal yang penting dalam mengatur dan menjalankan administrasi di sekolah untuk
mempermudah suatu proses pendidikan. Adapun data jumlah guru dan tenaga
proses belajar mengajar. Peserta didik di SDN 033 Tarakan tumbuh berbagai
keberagaman baik dari segi sosial, ekonomi, suku, budaya, agama, ras, ataupun
kondisi fisik dan mental. Keberagaman itu menjadikan para peserta didik belajar
untuk saling mengerti dan menerima perbedaan. Hubungan antara guru dengan
guru sangat baik, hubungan guru dengan siswa sangat baik dan hubungan siswa
dengan siswa juga sangat baik, karena dapat hidup berdampingan dan saling
menghormati satu sama lain didalam lingkungan sekolah maupun diluar sekolah.
Sebagian besar peserta didik di SDN 033 Tarakan merupakan anak yang memiliki
orang tua dari golongan ekonomi menengah kebawah. Dari hasil dokumentasi
B. Hasil Penelitian
didik, serta dokumentasi didapatkan dari hasil penelitian dan fokus mengenai
analisis kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV B
52
Peneliti melakukan observasi di kelas dua kali pertemuan. Berikut hasil penelitian
yang didapati oleh peneliti. Pertemuan pertama ini dilakukan hari rabu 4 April 2018,
pada pertemuan ini guru memberikan penjelasan mengenai materi kenampakan pada
bumi, lalu guru membagikan wacana pada peserta didik. Selanjutnya pertemuan
kedua dilakukan pada hari Sabtu 7 April 2018, guru menjelaskan mengenai materi
kenampakan pada bumi semester satu tahun ajaran 2017/2018. Berikut adalah
Dimensi dalam penelitian ini yaitu analisis kemampuan berpikir kritis yang di
lakukan di SDN 033 Tarakan. Berpikir kritis merupakan suatu kegiatan melalui cara
berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan
atau masalah yang dipaparkan, dalam penelitian ini menggunakan jenis masalah yang
berupa teks wacana. Adapun indikator yang di gunakan peneliti dalam mengukur
Dalam proses pembelajaran IPA dapat dijadikan sarana yang tepat dalam
banyak konsep ataupun masalah yang ada di lingkungan sekitar, sehingga dapat
dan jujur sesuai dengan masalah- masalah yang mereka pernah lihat secara langsung
53
ataupun apa yang mereka alami. Berdasarkan hasil yang ditemukan oleh peneliti
dapat diketahui bahwa dimensi tersebut secara rinci akan dijelaskan dibawah ini:.
fakta-fakta secara tepat dan jujur mengerjakan soal wacana sebagai berikut:
“ya, kalau menjawab soal dengan fakta yang terjadi dilingkungan saya atau
pernah dirasakan saya bisa.”( Wawancara, NA: 22 Maret 2018)
mengungkapkan bahwa dalam menggunakan fakta dengan tepat dan jujur untuk
menyimpulkan materi yang sudah diberikan oleh guru pada soal wacana, siswa dapat
menjawab soal wacana dengan melihat fakta yang yag terjadi di lingkungan
sekitarnya ataupun dari apa yang siswa pernah rasakan. Kemudian siswa mampu
menyimpulkan materi yang telah diberikan oleh guru sehingga siswa dengan
menggunakan fakta-fakta secara tepat dan jujur. Berikut hasil wawancara yang di
“iya bu, saya bisa menjawab pertanyaan sesuai apa yang sudah pernah saya
lihat.” (Wawancara, MI: 22 Maret 2018)
mengungkapkan bahwa dalam menggunakan fakta dengan tepat dan jujur untuk
menyimpulkan materi yang sudah diberikan oleh guru pada soal wacana, siswa
54
mampu menjawab pertanyaan sesuai apa yang sudah pernah di lihatnya. Namun
siswa dengan kemampuan sedang ini tidak mampu mengungkapkan dengan lancar.
Kemudian siswa dapat menyimpulkan materi yang sudah diberikan oleh guru secara
rinci sehingga siswa dengan kemampuan sedang dapat menyelesaikan soal dengan
benar.
rendah (PR) dalam menggunakan fakta dengan tepat dan jujur untuk menyimpulkan
materi yang sudah diberikan oleh guru pada soal wacana, berbeda dengan siswa yang
kemampuan tinggi dan sedang. Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti.
“tidak bu, karena saya tidak mengerti untuk menjawab soal wacana yang sesuai
fakta, dan saya juga tidak mampu untuk menyimpulkan materi yang udah guru
jelaskan” (Wawancara, PR: 22 Maret 2018)
mengungkapkan bahwa dalam menggunakan fakta dengan tepat dan jujur untuk
menyimpulkan materi yang sudah diberikan oleh guru pada soal wacana, siswa tidak
mengerti untuk menjawab sesuai fakta yang terjadi. Kemudian siswa dengan
diberikan oleh guru sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan benar.
Kemudian hal tersebut didukung juga dengan pernyataan dari guru kelas IV-
B dalam menggunakan fakta dengan tepat dan jujur untuk menyimpulkan materi,
yang di alami siswa pada saat mengerjakan soal wacana yang di berikan oleh guru
sebagai berikut:
55
“iya, tetapi ketika siswa diminta untuk menyampaikan masih ada sebagian
siswa yang kurang memahami maksud dari pembelajaran tersebut. Sehingga
jawaban yang diberikan oleh siswa terkadang kurang lengkap. Dan juga pada
saat diminta untuk menyampaikan kebanyakan siswa tidak berani ataupun
malu pada saat mengungkapkan jawabannya.”
(Wawancara, N: 27 Maret 2018)
Berdasarkan hasil pernyataan dari guru kelas IV-B tersebut dapat diketahui
bahwa dalam soal wacana masih ada siswa yang kesulitan untuk menggunakan fakta
dengan tepat dan jujur untuk menyimpulkan materi yang sudah diberikan oleh guru
karena masih ada siswa yang belum memahami konsep, dan kurang peka atas
kurang mampu untuk menyelesaikannya sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi. Maka
terkandung dalam soal wacana tersebut sehingga siswa paham dan mampu
Hasil observasi dan wawancara peneliti terkait dengan cara siswa (NA)
menggunakan fakta dengan tepat dan jujur untuk menyimpulkan materi bahwa dua
siswa (NA dan MI) mampu menjawab dengan fakta yang ada dilingkungan
dan sedang (MI) , siswa dengan kemampuan rendah (PR) tidak mampu menjawab
dengan fakta yang ada dilingkungan sekitarnya dan menyimpulkannya yang terdapat
pada indikator ke 1 sehingga siswa dengan kemampan rendah ini sulit untuk
Hal ini dapat dilihat dari hasil dokumentasi pada gambar berikut ini
dengan tepat dan jujur untuk menyimpulkan materi yang terdapat dalam soal.
mampu menuliskan jawaban dengan benar. Siswa mampu menuliskan sesuai fakta-
fakta untuk menjawab yang terdapat dalam soal. Kemudian siswa dengan
tidak mampu menuliskan jawaban dengan benar. Siswa tidak mampu untuk
menjawab sesuai fakta-fakta yang terdapat dalam soal sehingga tidak dapat
menyelesaikan soal dengan benar. Dan juga dikarenakan siswa tidak mendengarkan
menggunakan fakta-fakta secara tepat dan jujur pada tiga siswa (NA, MI, dan PR)
dalam mengerjakan soal wacana dan didukung oleh pernyataan yang dikemukakan
oleh guru kelas IV-B, siswa mengalami kesulitan pada dimensi menggunakan fakta-
fakta dengan tepat dan jujur untuk menyimpulkan materi. Siswa masih kesulitan
mendefinisikan makna dari fakta-fakta tersebut. Dua siswa dengan kemampuan tinggi
(NA) dan siswa dengan kemampuan sedang (MI) tidak mengalami kesulitan dalam
menuliskan dan menyebutkan fakta yang tepat dan jujur untuk menyimpulkan pada
soal wacana tersebut sehingga siswa dapat mengerjakan sesuai logika yang benar.
Namun pada siswa kemampuan rendah (PR) mengalami kesulitan dalam menuliskan
dan menyebutkan fakta yang tepat dan jujur untuk menyimpulkan pada soal wacana
tersebut sehingga siswa tidak dapat mengerjakan sesuai dengan logika yang benar.
58
akal
mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan, atau kejadian dan
mengungkapkannya dengan jelas, logis atau masuk akal atas sebuah fenomena
ataupun kejadian. Berdasarkan hasil yang ditemukan oleh peneliti dapat diketahui
pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas, logis atau masuk akal dalam
“ya, saya bisa menjawab pertanyaan dengan lisan yang di berikan oleh
guru.”(Wawancara, NA: 22 Maret 2018)
jelas, siswa mampu ngungkap konsep soal dengan jelas dan benar. Sehingga siswa
jelas, logis atau masuk akal dalam mengerjakan soal wacana sebagai berikut
“tidak, saya hanya mampu mengungkapkan pendapat saya secara tertulis, tetapi
jika di suruh berbicara langsung terkadang saya bingung.” (Wawancara, MI: 22
Maret 2018)
dengan jelas, siswa tidak dapat mengungkap konsep soal dengan benar dan terkadang
logis atau masuk akal, berbeda dengan siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang.
dengan jelas, logis atau masuk akal siswa berkemampuan rendah tidak mampu
berkemampuan rendah (PR). Dapat di ketahui bahwa siswa yang memiki kemapuan
rendah tidak dapat mengungkapkan pendapanyat secara jelas, logis atau masuk akal.
Kemudian hal tersebut didukung juga dengan pernyataan dari guru kelas IV-
Berdasarkan hasil pernyataan dari guru kelas IV-B tersebut dapat diketahui
bahwa dalam soal wacana masih ada siswa yang kesulitan untuk mengorganisasi
pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas, logis, atau masuk akal. Hal ini di
jelas, logis, atau masuk akal. Maka guru harus mampu membimbing siswa agar dapat
mengungkapkan pendapatnya dengan jelas yang terdapat dalam soal wacana tersebut
sehingga siswa paham dan mampu dalam mengungkapkan pendapatnya secara jelas
Hasil observasi peneliti mengenai cara siswa (NA) kemampuan tinggi dan
(MI) kemampuan sedang dalam mengorganisasi pikiran secara jelas, logis atau masuk
akal bahwa pada dua siswa (NA) mampu menjawab pertanyaan dengan lisan dan
jelas, walaupun pada siswa kemampuan sedang (MI) hanya mampu mengungkapkan
pendapatnya secara tertulis. Kemudian pada siswa dengan kemampuan rendah (PR)
Hal ini bisa dilihat dari hasil dokumentasi pada gambar berikut ini:
mampu menjawab pertanyaan dengan lisan. Siswa mampu menangkap konsep soal
dengan benar. Siswa mampu menangkap konsep soal dengan menuliskan diketahui
dan ditanyakan dalam soal dan siswa mampu mengorganisasi pikiran dan
dokumentasi dapat ditarik sebuah kesimpulan sementara bahwa pada dimensi berpikir
kritis pada tiga siswa (MA, MI, dan PR) dalam mengerjakan pada soal wacana dan
didukung oleh pernyataan dari guru kelas IV-B, satu siswa dengan kemampuan tinggi
(MA) mampu menjawab pertanyaan dengan lisan dan siswa dengan kemampuan
sedang (MI) hanya mampu mengungkapkan pendapatnya secara tertulis karena ketika
bingung. Namun pada siswa kemampuan rendah (PR) mengalami kesulitan dalam
c. Membedakan antara kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid dengan
masalah yang ada di lingkungan siswa, sehingga dapat di jadikan suatu obyek untuk
dapat menumbuhkan cara berpikir kritis siswa. Untuk dapat menumbuhkan berpikir
kritis siswa dapat di terapkan suatu bentuk latihan-latihan yang mengacu pada pola
pikir siswa seperti meminta siswa untuk membedakan antara kesimpulan yang di
dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid.
yaitu pembelajaran yag berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran yang berpusat
63
pada siswa ini, guru memberikan kebebasan berpikir dan keluluasan bertindak
logika yang valid dengan logika yang tidak valid dalam soal wacana, sebagai
berikut:
“Iya bu, karena saya mampu membedakan kesimpulan yang benar ataupun
salah dalam mengerjakan soal”. Wawancara: (NA, 22 Maret 2019)
Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan tinggi (NA)
dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid siswa sudah paham,
sehingga siswa kemampuan tinggi ini menjawab soal wacana tersebut dengan benar
dan siswa juga juga dapat memberikan kesimpulan akhir dari soal.
siswa untuk membedakan antara kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid
dengan logika yang tidak valid berbeda dengan siswa yang berkemampuan tinggi.
“tidak bu, saya tidak mengerti dengan membedakan kesimpulan yang benar
dan kesimpulan yang salah.” Wawancara (MI: 22 Maret 2018)
64
kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid
logika yang valid dengan logika yang tidak valid jauh berbeda dengan siswa
berkemampuan tinggi dan sedang. Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan oleh
peneliti.
“tidak bu, saya tidak mengerti dan tidak mampu untuk membedakan
kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid ,
siswa tidak mampu menjawab soal dengan benar. Siswa dengan kemampuan rendah
tidak mengetahui untuk membedakan kesimpulan yang valid dan tidak valid sehingga
Kemudian hal tersebut didukung juga dengan pernyataan dari guru kelas IV-B
pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid, yang di alami siswa pada saat
“tidak, siswa saya masih bingung jika diminta untuk membedakan kesimpulan
yang valid dan kesimpulan yang tidak valid”. Wawancara (N: 27 Maret
2018)”
Berdasarkan hasil penjelasan dari guru kelas V-B dan guru kelas V-C tersebut
dapat diketahui bahwa dalam dimensi berpikir kritis kemampuan siswa dalam
membedakan antara kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid dengan
logika yang tidak valid yang berkaitan dengan soal wacana masih kurang dikarenakan
siswa belum mampu membedakan sebuah kesimpulan yang didasarkan pada logika
Hasil observasi peneliti mengenai cara siswa (NA) kemampuan tinggi dan
siswa dengan kemampuan sedang (MI) dalam membedakan sebuah kesimpulan yang
didasarkan pada logika vaid dan logika tidak valid bahwa dari kedua siswa (NA dan
MI) mengetahui dalam mengerjakan soal sehingga siswa dengan kemampuan tinggi
dan sedang dapat menyelesaikan soal dengan benar. Dua siswa ini juga mampu
memberikan kesimpulan akhir dari soal. Namun berbeda dengan siswa kemampuan
rendah (PR) tidak mengetahui dalam mengerjakan soal sehingga siswa tidak dapat
memberikan jawaban dengan benar. Siswa juga tidak dapat memberikan kesimpulan
Hal ini bisa dilihat dari hasil dokumentasi pada gambar berikut ini:
66
di dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid sehingga siswa
dengan kemampuan tinggi mampu menyelesaikan soal siswa dengan jawaban yang
benar. Siswa dengan kemampuan tinggi juga dapat memberikan kesimpulan akhir.
kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid
sehingga siswa dengan kemampuan sedang tidak mampu menyelesaian soal dengan
dengan siswa kemampuan tinggi (NA) dan sedang (MI), siswa dengan kemampuan
sehingga siswa tidak dapat memberikan jawaban dengan benar. Siswa dengan
kemampuan berpikir kritis yang kurang pada tiga siswa yaitu siswa kemampuan
tinggi, sedang dan rendah dan didukung oleh pernyataan dari guru kelas IV-B, siswa
kemampuan sedang (MI) dan siswa (PR) kemampuan rendah mengalami kesulitan
pada mengerjakan soal wacana. Satu siswa (NA) mengetahui tahap-tahap dalam
menyelesaikan soal sehingga jawaban yang dikerjakan benar serta siswa dapat
memberikan kesimpulan akhir dari soal. Namun pada siswa kemampuan sedang (MI)
dan rendah (PR) mengalami. Siswa (MI) dan (PR) tidak mengetahui tahap-tahap
dalam menyelesaikan soal sehingga siswa tidak memberikan jawaban yang benar
serta siswa juga tidak mampu memberikan kesimpulan akhir dari soal.
68
menyeluruh pada masing-masing hasil yang dicapai oleh tiga siswa dengan
kritis mampu membedakan antara kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang
valid dengan logika yang tidak valid. Siswa (MI) dan (PR) tidak dapat membedakan
antara kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak
siswa mampu menangkap konsep soal dengan benar, dengan menulis dan
menyebutkan apa yang diketahui, ditanyakan serta rumus yang digunakan dalam
mengerjakan soal. Dan pada dimensi yang ketiga pemahaman bahasa matematika
yang kurang. Siswa dengan kemampuan tinggi (CA) mampu mengetahui tahap-tahap
dalam mengerjakan operasi hitung dalam menyelesaikan soal dan dapat memberikan
d.) Menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan menyampaikan argumen yang
relevan.
pembelajarannya harus menarik sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses
kritis lebih melibatkan siswa sebagai pemikir, bukan orang yang di ajar. Adapun
69
pengajar berperan sebagai mediator, fasilitator , dan motivator yang membantu siswa
Sehingga siswa dapa menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan dapat
untuk menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan menyampaikan argumen
“ya bu, karena jika ada sebuah pendapat tidak sesuai menurut saya, saya
langsung berkomentar”. Wawancara (NA: 22 Maret 2018)
tidak relevan dan menyampaikan argumen yang relevan siswa mampu menjawab soal
dengan benar. Siswa mengetahui sebuah argumen yang relevan dan tidak siswa
pemahaman untuk menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan menyampaikan
argumen yang relevan siswa tidak jauh berbeda dengan siswa yang berkemampuan
“saya suka protes terkadang bu, kalau menurut saya pendapat itu tidak benar”.
Wawancara (MI: 22 Maret 2018)
Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan sedang (MA)
mengungkapkan bahwa dalam menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan
menyampaikan argumen yang relevan siswa mampu menjawab soal dengan benar dan
suatu argumen yang tidak relevan dan menyampaikan argumen yang relevan siswa
tidak mampu menjawab soal dengan benar. Siswa dengan kemampuan rendah tidak
tidak bisa menyelesaikan jawaban dalam soal serta siswa juga tidak mampu
Kemudian hal tersebut didukung juga dengan pernyataan dari guru kelas IV-B
Maret 2018).
Berdasarkan hasil penjelasan dari guru kelas IV-B tersebut dapat diketahui
bahwa dalam dimensi menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan
71
pertanyaan suatu pandangan. Masih terdapat sebagian besar siswa yang masih
Hasil observasi peneliti mengenai cara siswa (NA) kemampuan tinggi dan
(MI) kemampuan sedang dalam menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan
menyampaikan argumen yang relevan bahwa pada siswa dengan kemampuan tinggi
(NA) dan siswa kemampuan sedang (MI) mampu memberikan pertanyaan terhadap
argumen dan tidak mengerti yang terdapat pada soal wacana. (Observasi: 29 Maret
2018)
Hal ini bisa dilihat dari hasil dokumentasi pada gambar berikut ini:
mampu memberikan pernyataan terhadap suatu masalah yang terdapat pada soal
wacana. Karena siswa suka menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan
mampu memberikan pernyataan terhadap suatu masalah yang terdapat pada soal
wacana siswa juga mampu menjawab dengan benar. Karena siswa terkadang protes
jika terdepata suatu argument yang tidak relevan kemudian menyampaikan argument
yang relevan.
tidak mampu memberikan pernyataan terhadap suatu masalah yang terdapat pada soal
wacana sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan benar. Hal ini
menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan menyampaikan argumen yang
relevan pada tiga siswa (NA, MI, dan PR) dalam mengerjakan soal wacana dan
73
didukung oleh pernyataan dari guru kelas IV-B , siswa dengan kemampuan tinggi dan
sedang (NA dan MI) mampu pada dimensi menyangkal suatu argumen yang tidak
relevan dan menyampaikan argumen yang relevan. Namun pada siswa kemampuan
rendah (PR) mengalami kesulitan pada dimensi menyangkal suatu argumen yang
pandangan.
siswa, mengingat kemampuan berpikir kritis dapat mempengaruhi prestasi belajar dan
membantu siswa memahami konsep IPA secara mendalam, sehingga siswa dapat
“ya, karena saya suka bertanya kepada teman saya mengenai pendapatnya untuk
sebuah masalah.” (Wawancara, NA: 22 Maret 2018)
mempertanyakan implikasinya. Dalam hal ini siswa di tuntut agar lebih peka dalam
dapatkan. Sehingga pertanyaan yang sudah diberikan oleh guru pada soal wacana,
siswa dapat menjawab soal wacana dengan mempertanyakan suatu pandangan beserta
74
implikasinya terhadap lingkungan sekitar ataupun dari apa yang siswa pernah
rasakan. Sehingga siswa mampu memberikan pertanyaan pada suatu pandangan yang
telah diberikan oleh guru sehingga siswa dengan kemampuan tinggi dapat
“tidak, karena saya juga tidak mengerti.” (Wawancara, MI: 22 Maret 2018)”
Dari penjelasan yang diberikan oleh siswa dengan kemampuan sedang (MI)
implikasi dari suatu pandangan tersebut, siswa merasa kurang mampu dan merasa
rendah (PR) dalam dimensi berpikir kritis. Berikut ini hasil wawancara yang
“tidak, karena saya tidak tahu apa yang ingin saya tanyakan.” (Wawancara,
PR: 22 Maret 2018)
bahwa siswa yang memiki kemampuan rendah tidak dapat mempertanyakan suatu
Kemudian hal tersebut didukung juga dengan pernyataan dari guru kelas IV-
Berdasarkan hasil pernyataan dari guru kelas IV-B tersebut dapat diketahui
impliksai suatu pandangan, guru telah mengajarkan kepada siswa bagaimana cara
agar siswa dapat memberikan pertanyaan terhadap suatu pandangan dan apa
implikasinya yang terdapat dalam soal wacana. Namun tidak semua siswa mampu
Hasil observasi peneliti mengenai cara siswa (NA) kemampuan tinggi dan
siswa dengan kemapuan sedang dan rendah(MI dan PR) tidak mampu
Hal ini bisa dilihat dari hasil dokumentasi pada gambar berikut ini
76
mampu memberikan pertanyaan terhadap suatu masalah yang terdapat pada soal
masalah.
tidak mampu memberikan pertanyaan dengan benar. Siswa tidak mampu menangkap
konsep soal yang terdapat pada soal wacana yang di berikan oleh guru.
implikasinya. Hal ini di karenakan siswa tidak tahu apa yang harus ia tanyakan
ditanyakan.
(NA, MI, dan PR) dalam mengerjakan soal wacana dan didukung oleh pernyataan
dari guru kelas IV-B , siswa dengan kemampuan tinggi (NA) mampu pada dimensi
(MI) tidak mampu karena tidak mengerti apa maksud dari soal wacana tersebut.
Namun pada siswa kemampuan rendah (PR) juga mengalami kesulitan belajar pada
pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
pada individu (Menurut Sujana dalam Jihad dan Haris 2012:2). Sekolah Dasar
78
untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Jadi Sekolah Dasar adalah
bangunan tempat belajar mengajar serta menerim dan memberi pelajaran pada
tingkat dasar.
siswa sejak dini untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah.
Pembelajaran IPA harus mengearahkan siswa untuk mencari tahu tentang alam
secara sistematis. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan
pemahahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum
terungkap atau bisa dikatakan masih bersifat rahasia, sehingga dalam pembelajaran
IPA ini mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis. Fokus dari penelitian ini
adalah menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa dikelas IV-B SDN 033
dokumentasi kepada guru kelas dan peserta didik kelas IV-B. Berdasarkan dari hasil
yang diperoleh, adapun pembahsan dari penelitian ini di paparkan sebagai berikut:
apa metode penalaran yang dipakai. Seorang siswa hanya dapat berpikir kritis atau
justifikiasi yang seimbang. Menjadi seorang pemikir yang kritis juga meliputi
Hasil yang diperoleh oleh peneliti dalam kemampuan berpikir kritis siswa di
kelas IV-B SDN 033 Tarakan. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis
siswa dapat terlihat pada saat guru memberikan kesempatan dalam menyampaikan
pendapat dan memberi dukungan kepada siswa dalam proses belajar belangsung.
Kegiatan kelas yang mengacu pada aktivitas siswa dengan mengisi lembar kerja atau
dengan mengadakan tanya jawab yang dikembangkan oleh guru juga mampu
memacu kemampuan berpikir kritis siswa. Pemhaman secara luas dapat melatih siswa
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, peserta didik mengaitkan dengan
fakta-fakta secara tepat dan jujur masalah tersebut sesuai fakta yang ada
80
fakta yang pernah mereka lihat atau alami sesuai masalah yang diberikan.
masuk akal
mengungkapkannya dengan jelas, logis atau masuk akal peserta didik dalam
mampu menentukan pikiran utama dari suati wacana, dan dapat menjelaskan
c. Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid dan
yang valid dan logika yang tidak valid dalam hal ini peserta didik mampu
fakta dan nilai dari suatu pendapat atau pernytaan, dan mampu merancang solusi
menyampaikan argument yang relevan dalam hal ini peserta didik dapat
pandangan
implikasi suatu pandangan dalam hal ini peserta didik akan menanyakan sebuah
sebuah pandangan tersebut. Peserta didik juga dalam hal ini akan mencari solusi
cooperative script pada peserta didik kelas IV-B dengan melihat ciri-ciri
berpikir kritis sudah baik, dengan menerpkan sebuah pembelajaran yang seperti
ini guru akan semakin mudah untuk membimbing peserta didik dalam
pembelajaran, dan peserta dididk juga akan aktif dalam kelas karena
pembelajaran tidak hanya berdasar pada buku, tetapi dengan lingkungan atau
pengalaman yang pernah mereka rasakan juga dapat menjadi sumbe belajar
mereka disekolah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kritis siswa pada mata pelajaran IPA dikelas IV-B pada mata pelajaran IPA
Kemampuan berpikir kritis siswa dapat terlihat pada saat guru memberikan
siswa dalam proses belajar belangsung. Kegiatan kelas yang mengacu pada
aktivitas siswa dengan mengisi lembar kerja atau dengan mengadakan tanya
jawab yang dikembangkan oleh guru juga mampu memacu kemampuan berpikir
kritis siswa. Pemhaman secara luas dapat meltih siswa dalam mengembangkan
berpikit kritisnya.
B. Saran
antara lain:
82
yang dilaksanakan bisa menyenangkan bagi peserta didik, dan juga
2. Bagi peserta didik diharapkan lebih aktif lagi dalam belajar dan terus
harus rajin bertanya keapda guru jika ada mteri yang belum dipahami.
83
84
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, 2016. Perencanaan Pembelajaran (Konsep dan Implementasi).
Bantul Yogyakarta: Dua Satria Offset
Dwi Ayu Wijayanti, dkk. 2015. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas V Dalam Pembelajaran IPA di 3 SD Gugus X Kecamatan Buleleng.
Universitas Pendidikan Indonesia: Singaraja
Fister Alec, 2015. Berpikir Kritis. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Nur Indah Sari, 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas V Melalui Inkuiri Terbimbing Pada Mata Pelajaran IPA di SDN
Punukan, Wates, Kulon Progo. Universitas Negeri Yogyakarta:
Yogyakarta
85
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, 2016. Perencanaan Pembelajaran (Konsep dan Implementasi).
Bantul Yogyakarta: Dua Satria Offset
Dwi Ayu Wijayanti, dkk. 2015. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas V Dalam Pembelajaran IPA di 3 SD Gugus X Kecamatan Buleleng.
Universitas Pendidikan Indonesia: Singaraja
Fister Alec, 2015. Berpikir Kritis. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Nur Indah Sari, 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas V Melalui Inkuiri Terbimbing Pada Mata Pelajaran IPA di SDN
Punukan, Wates, Kulon Progo. Universitas Negeri Yogyakarta:
Yogyakarta
85
CATATAN LAPANGAN
CATATAN LAPANGAN
Kelas : IV-B
Tarakan. Sekolah ini beralamat di Jl.P Aji Iskandar RT.11, Kelurahan Juata
Laut, Kecamatan Tarakan Utara. Sekolah ini memiliki peserta didik yang
berbeda – berbeda. Penelitian dilakukan pada saat pagi hari, pukul 07.15 guru
dan siswa sudah rapi berbaris di lapangan untuk melakukan upacara bendera
pada hari senin. Dan dalam pembahasan upacara tentang kebersihan dan
kerapian siswa yang kurang baik. Setelah selesai upacara peneliti memohon izin
untuk mengobservasi dikelas IV-B. tepat pukul 08.30 bel pun berbunyi siswa
pembelajaran yang dilakukan yaitu tepatnya pada pelajaran IPA. Seperti biasa
sebelum pembelajaran guru mengucap salam dan membaca doa selain itu hasil
peneliti juga melihat bahwa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung
terlihat guru yang sudah mengajar secara baik sesuai dengan tujuan
89
pembelajaran yang ingin dicapai. Pada saat mengajar guru hanya menggunakan
pembelajaran menjadi sangat membosankan bagi siswa terlihat dari siswa yang
mengantuk di kelas, ada yang ribut dibelakang, serta siswa yang hanya berdiam.
Observasi yang dilakukan oleh peneliti juga menemukan siswa yang tidur
Nama sekolah :
Alamat sekolah :
Nama informan :
Hari/tanggal wawancara :
Tempat :
Dimensi Jawaban
Alternatif Pertanyaan
Ya Tidak Keterangan
1. Menggunakan fakta-kakta 1. Apakah siswa menggunakan fakta
secara tepat dan jujur dengan tepat dan jujur dalam
menyimpulkan materi yang sudah
diberikan oleh guru?
2. Mengorganisasi pikiran 2. Dalam mengungkapkan pendapatnya
dan mengungkapkannya apakah siswa menyampaikan dengan
dengan jeas, logis atau jelas?
masuk akal
Nama sekolah :
Alamat sekolah :
Nama informan :
Hari/tanggal wawancara :
Tempat :
Jawaban
Wawancara siswa
Ya Tidak Keterangan
pembelajaran?
7. Cukupkah waktu yang diberikan oleh guru ketika diberi
kesempatan untuk menganalisis dan menjawab suatu pertanyaan?
8. Apakah guru selalu memberikan pujian atas jawaban atau
pertanyaan yang kalian ajukan?
9. Setiap akhir pembelajaran IPA apakah selalu diadakan penilaian?
10. Penialaian yang dilaksanakan guru apakah dapat meningkatkan
berpikir kalian?
96
Penilaian
Kompetensi Kegiatan Alokasi Sumber
Indikator Materi Pokok Bentuk Contoh
Dasar Pembelajaran Teknik Waktu Belajar
Instrumen Instrumen
10.1 Mendeskripsi 10.1.1Mengidenti 1. Guru menyajikan Kenampakan Tes Wacana Terlampir 4 x 35 Buku paket
menit ( 2 x Ilmu
kan berbagai fikasi materi Pada Bumi
pertemuan ) Pengetahua
penyebab berbagai pembelajaran n Alam SD
Kelas 4.
perubahan faktor 2. Guru
lingkungan penyebab menjelaskan
fisik (angin, perubahan tentang berbagai
hujan, cahaya lingkungan faktor penyebab
matahari, dan fisik. perubahan
gelombang 10.1.2Menjelaska lingkungan fisik.
air laut). n pengaruh 3. Guru
factor menjelaskan
99
Penilaian
Kompetensi Kegiatan Alokasi Sumber
Indikator Materi Pokok Bentuk Contoh
Dasar Pembelajaran Teknik Waktu Belajar
Instrumen Instrumen
Penilaian
Kompetensi Kegiatan Alokasi Sumber
Indikator Materi Pokok Bentuk Contoh
Dasar Pembelajaran Teknik Waktu Belajar
Instrumen Instrumen
Penilaian
Kompetensi Kegiatan Alokasi Sumber
Indikator Materi Pokok Bentuk Contoh
Dasar Pembelajaran Teknik Waktu Belajar
Instrumen Instrumen
9. Pembicara
membacakan
ringkasannya
selengkap
mungkin, dengan
memasukkan ide-
ide pokok dalam
ringkasannya.
10. Bertukar peran,
semula sebagai
pembicara di
tukar pendengar
dan sebaliknya
11. Kesimpulan guru
102
103
A. Standar Kompetensi
10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan
B. Kompetensi Dasar
10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan,
cahaya matahari, dan gelombang air laut).
C. Indikator
10.1.1 Mengidentifikasi berbagai faktor penyebab perubahan lingkungan fisik.
10.1.2 Menjelaskan pengaruh factor penyebab perubahan lingkungan terhadap
daratan (angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang laut)
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini diharapkan siswa:
1. Mampu mengidentifikasi berbagai factor penyebab perubahan lingkungan fisik
2. Mampu menjelaskan pengaruh factor penyebab perubahan lingkungan terhadap
daratan (angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang laut)
E. Materi Pokok
- Kenampakan Pada Bumi
F. Metode/ Model Pembelajaran
Metode : Pembelajaran Kooperatif
Model : Cooperative Script
104
No Kegiatan Waktu
3 Penutup
a. Siswa di bimbing guru untuk menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini
H. Media Pembelajaran
1. Buku
2. Spidol
106
3. Wacana Deskriptif
I. Sumber Belajar
Buku Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD Hal 151 – 157 Ka-
rangan S. Rositawaty Aris Tahun 2008 Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan De-
partemen Pendidikan Nasional Tahun 2008.
J. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Wacana
107
A. Standar Kompetensi
10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan
B. Kompetensi Dasar
10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan,
cahaya matahari, dan gelombang air laut).
C. Indikator
10.1.3 Mendeskripsikan proses terjadinya erosi pada permukaan tanah.
10.1.4 Memberikan contoh cara mencegah erosi tanah dan abrasi
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini diharapkan siswa:
1. Siswa mampu mendeskripsikan proses terjadinya erosi pada permukaan tanah.
2. Siswa mampu memberikan contoh cara mencegah erosi tanah dan abrasi
E. Materi Pokok
- Kenampakan Pada Bumi
F. Metode/ Model Pembelajaran
Metode : Pembelajaran Kooperatif
Model : Cooperative Script
111
No Kegiatan Waktu
2 Kegiatan Inti
(Eksplorasi)
a. Guru Mendeskripsikan proses terjadinya erosi pada
permukaan tanah dan memberikan contoh cara mencegah
erosi tanah dan abrasi
b. Guru membagikan wacana atau materi tiap siswa untuk
pendengar. 60 Menit
(Elaborasi)
a. Guru menjelaskan mengenai faktor penyebab lngkungan
fisik
b. Guru menjelaskan mengenai pengaruh faktor penyebab
perubahan lingkungan terhadap daratan (angin, hujan,
cahaya matahari dan gelombang laut)
c. Melalui wacana, siswa menjelaskan dan menyebutkan
factor penyebab lingkungan fisik dan pengaruh faktor
penyebab perubahan lingkungan terhadap daratan (angin,
hujan, cahaya matahari dan gelombang laut).
(Konfirmasi)
a. Guru mendeskripsikan proses terjadinya erosi pada
permukaan tanah.
b. Guru memberikan contoh cara mencegah erosi tanah dan
abrasi
c. Guru membuat kesimpulan
113
3 Penutup
a. Siswa dibimbing guru untuk menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini
5 Menit
b. Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa dan
mengucapkan salam.
H. Media Pembelajaran
1. Buku
2. Spidol
3. Wacana Deskriptif
I. Sumber Belajar
Buku Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD Hal 151 – 157 Ka-
rangan S. Rositawaty Aris Tahun 2008 Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan De-
partemen Pendidikan Nasional Tahun 2008.
J. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Wacana
114
10.1.4 Memberikan 2. Longsor adalah meluncurnya tanah 2. Karena tanah miring dan
contoh cara akibat tanah tersebut tidak dapat tidak terdapat tanaman
mencegah erosi lagi menampung air dalam tanah. sangat rentan terhadap
tanah dan abrasi Biasanya longsor terjadi pada tanah longsor. Hal itu akibat
yang miring atau tebing yang tidak ada akar tumbuh
curam. yang dapat menahan
Mengapa longsor terjadi hanya tanah tersebut.
pada tanah yang miring atau tebing
yang curam ?
115
115
Materi Pembelajaran 1
disebut juga sebagai satelit bumi. Bulan terlihat bersinar karena memantulkan
bumi. Bulan menyebabkan terjadinya proses pasang naik dan pasang surut pada
daerah perairan, seperti laut, danau, atau sungai yang sangat besar dan lebar.
Pasang adalah perubahan ketinggian permukaan air akibat pengaruh gaya tarik
116
memengaruhi pasang di perairan yang ada di bumi. Daya tarik matahari juga
sebesar pengaruh dari gaya tarik bulan. Selain itu, pasang dipengaruhi oleh
perputaran bumi..
berikut menunjukkan
Pasang surut adalah turunnya permukaan air laut akibat pengaruh dari
proses pasang naik di tempat yang lain. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini
Gambar
Dari hari ke hari, kenampakan bulan yang terlihat dari bumi berbeda.
Perubahan tersebut terjadi mulai saat bulan tidak terlihat sama sekali, bulan hanya
terlihat sebagian, sampai bulan terlihat bulat penuh. Perubahan kenampakan pada
bulan yang terlihat dari bumi terjadi akibat perubahan posisi bulan terhadap bumi.
Setiap kenampakan bulan memengaruhi waktu terjadinya pasang naik dan pasang
surut di bumi. Hal tersebut terjadi karena bulan terus bergerak mengelilingi bumi.
Oleh karena itu, posisi bulan terhadap bumi setiap harinya berubah dan berpengaruh
Angin merupakan salah satu energi yang ada di bumi. Angin memiliki
manfaat yang sangat banyak bagi manusia, antara lain nelayan memanfaatkan angin
menggerakan kincir angina sebagai energi listrik dan mengambil air. Seperti
gambar berikut:
118
besar dalam perubahan kenampakan pada bumi. Angin dapat mengikis batuan dan
Gelombang air laut adalah gelombang air yang dihasilkan oleh dorongan energi
Gelombang laut dapat mengikis batuan dan daratan di tepi pantai. Selain itu,
kekuatan angin yang sangat besar dapat menyebabkan kerusakan ditempat yang di
hujan.seperti gambar di sampig. Gambar 1.7 Sumber: The Planet Earth, 1995
kenampakan bumi yang dapat kamu lihat secara langsung adalah permukaan bumi
yang asalnya kering akan menjadi basah jika terkena hujan. Seperti pada gambar
berikut.
Earth, 1995
berfungsi sebagai salah satu sumber kehidupan makhluk hidup. Namun, jika hujan
terlalu besar, akan memberikan dampak buruk bagi makhluk hidup. Hujan yang
sangat besar dapat merusak lingkungan, bangunan, dan fasilitas umum. Selain itu,
hujan yang sangat besar dapat menyebabkan banjir. Namun, hujan ini bukan
membuang sampah dan mengurangi daerah resapan air. Oleh karena itu, air hujan
tidak dapat tertampung sungai atau tanah sehingga air akan meluap dan terjadilah
banjir.
yang sangat cepat. Contohnya adalah gunung meletus, gempa bumi, dan badai.
122
Dengan kekuatan yang sangat besar, dalam beberapa menit, permukaan bumi akan
berubah.
Contoh beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia, antara lain gempa bumi
Contoh lain adalah luapan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur. Akibat luapan lumpur
tersebut, sebagian wilayah terendam oleh lumpur yang keluar dari perut bumi.
itu, banyak orang yang kehilangan tempat tinggal karena rumahnya terendam
lumpur.
Materi Pembelajaran 2
tersebut terjadi karena perubahan lingkungan yang tidak seimbang. Berikut ini
adalah beberapa akibat yang disebabkan oleh perubahan lingkungan yang tidak
1. Erosi
Erosi adalah pengikisan yang terjadi pada tanah. Pengikisan tanah dapat
disebabkan oleh air dan angin. Erosi pada tanah dapat disebabkan oleh perubahan
lingkungan yang tidak seimbang. Contohnya adalah erosi yang terjadi di kawasan
124
hutan gundul. Di kawasan hutan gundul, erosi sangat mudah terjadi. Pada saat hutan
masih dipenuhi tumbuhan, kemungkinan erosi tanah terjadi sangat kecil. Jika suatu
daerah dipenuhi tumbuhan, air hujan tidak langsung jatuh ke tanah. Air hujan
tertahan terlebih dahulu oleh daun-daun tumbuhan sehingga jatuhnya air ke atas
tanah tidak terlalu cepat. Selain itu, akar tumbuhan akan lebih mengikat dan
menahan tanah dengan baik. Oleh karena itu, penyerapan air pun dapat berlangsung
dengan baik.
oleh
angina
menjadi
berkurang
Sementara itu jika hutan gundul, tidak ada daun-daun tumbuhan yang
menahan jatuhnya air ke atas tanah dan menahan hembusan angin. Air hujan jatuh
langsung ke atas tanah dan membawa butiran tanah bersama aliran air. Angin juga
dapat mengikis permukaan tanah. Dampak lebih lanjut dari erosi adalah tanah
menjadi tandus dan tidak subur. Hal tersebut terjadi karena lapisan tanah yang subur
ikut terkikis air. Pencegahan yang dapat di lakukan adalah melakukan reboisasi
dan penghijauan.
125
secara liar dan berlebih. Reboisasi adalah menanami kembali hutanhutan gundul
kosong dan tidak termanfaatkan. Dengan cara tersebut, kamu dapat mencegah dan
2. Abrasi
Abrasi adalah pengikisan daratan oleh air laut. Hal tersebut terjadi akibat
pesisir pantai menyebabkan daratan terus terkikis. Abrasi akan terjadi dengan cepat
jika tidak ada penahan ombak. Penahan ombak alami adalah hutan bakau dan hutan
pantai. Namun, akibat pertambahan penduduk yang cepat dan kebutuhan tempat
126
tinggal yang bertambah, hutan-hutan di daerah pantai telah habis. Selain itu,
lingkungan di sekitar pesisir pantai pun berubah. Hal ini dapat mempercepat proses
Agar abrasi tidak terus terjadi, yang harus kita lakukan adalah mencari
b. Jika daerah pantai tersebut merupakan pusat kehidupan manusia maka harus
3. Banjir
Banjir merupakan salah satu dampak dari perbuatan manusia yang tidak
tersumbat.
lingkungan. Banjir merupakan salah satu dampaknya. Banjir dapat merusak dan
Hal-hal yang dapat kamu lakukan untuk mencegah banjir antara lain:
c. Tidak menebang pohon secara besar-besaran dan tanpa kontrol agar tempat
4. Longsor
Longsor adalah meluncurnya tanah akibat tanah tersebut tidak dapat lagi
menampung air dalam tanah. Biasanya longsor terjadi pada tanah yang miring atau
tebing yang curam. Tanah miring dan tidak terdapat tanaman sangat rentan terhadap
longsor. Hal itu terjadi karena tidak ada akar tumbuhan yang dapat menahan tanah
tersebut.
sehingga permukaan tanah pun akan cukup kuat. Selain itu, air yang ada di dalam
tanah terus diserap oleh tumbuhan sehingga kandungan air dalam tanah tidak
berlebih.
tanah yang miring menjadi gundul atau tidak ada tumbuhannya. Lakukanlah
reboisasi dan penghijauan. Jika tanah miring dijadikan lahan pertanian, buatlah
Lampiran 9. Wacana
Soal Wacana
No Teks Wacana Jawaban
1 Bulan merupakan benda langit yang selalu 1. Bulan menyebabkan
mendampingi bumi. Bulan disebut juga sebagai terjadinya proses pasang naik
satelit bumi. Bulan terlihat bersinar karena dan pasang surut pada daerah
memantulkan cahaya dari matahari. Bulan dapat perairan, seperti laut, danau,
memengaruhi perubahan kenampakan pada bumi. atau sungai yang sangat besar
Mengapakah bulan dapat mempengaruhi dan lebar. Pasang adalah
perubahan kenanmpakan pada bumi ? perubahan ketinggian
permukaan air akibat
pengaruh gaya tarik bulan
(gravitasibulan).
2 Angin merupakan salah satu energi yang ada di 2. Karena angin Adapat
bumi. Angin memiliki manfaat yang sangat mengikis batuan dan
banyak bagi manusia, antara lain nelayan permukaan bumi.
memanfaatkan angin untuk menggerakkan Pengikisan tersebut dapat
perahu layar Di beberapa negara, angin mengubah kenampakan
dimanfaatkan untuk menggerakkan kincir angin pada permukaan bumi, baik
sebagai sumber energi listrik dan mengambil air. cepat maupun lambat.
Seperti pada gambar berikut.
3 Jika akan terjadi hujan, langit akan mendung dan Hujan dapat mengubah
diselimuti awan yang sangat tebal serta berwarna kenampakan pada permukaan
kelabu. Awan tebal berwarna kelabu tersebut bumi. Perubahan kenampakan
terdiri atas air dari hasil penguapan. Jika awan bumi yang dapat kamu lihat
tersebut sudah terlalu penuh oleh air, air tersebut secara langsung adalah
akan turun. Air yang turun dari awan itu disebut permukaan bumi yang asalnya
hujan.
130
5 Longsor adalah meluncurnya tanah akibat tanah Karena tanah miring dan tidak
tersebut tidak dapat lagi menampung air dalam terdapat tanaman sangat
tanah. Biasanya longsor terjadi pada tanah yang rentan terhadap longsor. Hal
miring atau tebing yang curam. itu akibat tidak ada akar
Mengapa longsor terjadi hanya pada tanah yang tumbuh yang dapat menahan
miring atau tebing yang curam ? tanah tersebut.
131
Kelas/Semester : IV-B/ II
Petunjuk :
Kegiatan Keterangan
No Aspek yang diamati
Ya Tidak
I PRA PEMBELAJARAN
1. Guru mengucapkan salam pembuka √ Terlaksana
2. Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan √ Berdoa dengan
keyakinan masing-masing hikmat
3. Guru menanyakan tentang kehadiran siswa √ Terlaksana
II PELAKSANAAN
A Pendahuluan (Engegament)
4. Menyiapkan siswa untuk menerima pelajaran. √ Terlaksana
134
E. Konfirmasi
14. Bertanya jawab tentang materi yang telah √ Peserta didik
dipelajari terlibat
langsung
III PENUTUP
Nama : Rahmawati
NPM :14.601050.013
Jurusan : PGSD
Dengan ini menyatakan bahwa tulisan skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV B Melalui
Penerapan Model Pemebelajaran Cooperative Script Di SDN 033 Tarakan”
adalah benar-benar tulisan saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah diterbitkan oleh
orang lain. Kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam
daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran pertanyaan saya di
Rahmawati
14601050013
146
Lampiran.19 Dokumentasi
1. Kegiatan Pembelajaran
147
RIWAYAT HIDUP
melanjutkan ke SMP Negeri 6 Tarakan, dan kemudian lulus pada tahun 2011,
(FKIP), Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Pada tahun 2017
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajara IPA Kelas IV-B
Tarakan.