Anda di halaman 1dari 173

SKRIPSI

“ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA


MATA PELAJARAN IPA KELAS IV B MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMEBELAJARAN
COOPERATIVE SCRIPT DI SDN
033 TARAKAN”.

OLEH:
RAHMAWATI
14.601050.013

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TARAKAN
2018
SKRIPSI

“ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA


MATA PELAJARAN IPA KELAS IV B MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMEBELAJARAN
COOPERATIVE SCRIPT DI SDN
033 TARAKAN”.

OLEH:
RAHMAWATI
14.601050.013

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TARAKAN
2018
ABSTRAK

RAHMAWATI, 2018. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata


Pelajaran IPA Di Kelas IVB Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Cooperative Script Di SDN 033 Tarakan. Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Borneo
Tarakan. (Dibimbing oleh Kadek Dewi Wahyuni Andari dan Agustinus Toding
Bua)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis
siswa pada pelajran IPA melalui penerapan model pembelajaran. Penelitian ini
dilakukan di SDN 033 Tarakan pada kelas IV-B. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian Kualitatif Deskriptif yang dilaksanakan pada Tahun ajaran
2017/2018. Sumber penelitian adalah data primer dan data sekunder. Informan
pada penelitian ini adalah guru kelas IV-B, dan siswa kelas IV-B yang
berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data
pada penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dengan adanya model pembelajaran
cooperative sciprt dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Karena
dengan menggunakan model pembelajaran cooperative script ini, siswa lebih aktif
dalam pembelajaran dan dapat memberikan ruang bagi siswa untuk melatih daya
berpikir kritisnya. Proses pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah
satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan dan cara berpikir kritis siswa
dalam sebuah pembelajaran, kearena ketika pembelajaran di lakukan dengan cara
yang menyenangkan maka materi yang dipelajari akan mudah dipahami dan
dimengerti oleh siswa

Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis Siswa, Pembelajaran IPA, Model


Pembelajaran Cooperative Script

iii
ABSTRACT

RAHMAWATI, 2018. Analiysis Of The Critical Thingking Ability Of Students


In The Subjects Of Natural Sciens In Class IV-B Through The Application Of
Cooperative script On SDN 033 Tarakan. (Guided by Kadek Dewi Wahyuni
Andari, and Agustinus Toding Bua).
This research aims to know the critical thingking ability of students in
learning through sciens lesson. This research was done on SDN 033 Tarkan at
class IV-B. Types of research in the use of qualitative descriptive study wich
funded on the school year 2017/2018. Source of research is the primary data and
secondary data. Informants in this study is a first grade teacher and student class
IV-B capable of high, medium and low. Data collection techniques in the study
was the reduction of the data, the presentation of the data and the withdrawal of
the conclusion.
Based on the results of the study with a model cooperative learning scripts
can enhance yout critical thinking abilities of students. Because the cooperative
learning model by using this script, students more active in learning and can
provide space for students to practice critical thinking resources. A fun learning
process one the factors that can support the success and how to think critically in
a student’s learning, because when learning in a fun way to do with the learnt
material then will easy to understand and in understanding by students.

Keywords: Critical Thinking Ability of Students, Natural Sciens, Cooperative


Learning Model Script

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahma-

nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV-B Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script di SDN 033 Tarakan”.

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya dan teristimewa kepada Mama

(Kalbi), Bapak (Yusup) dan saudara-saudaraku tercinta Rusbi, Yunita, A.Md.Kep

dan Farel Septa Ramadhan yang telah menjadi motivasi terbesar bagi peneliti

dalam penyusunan skripsi ini serta jerih payah, kerja keras, doa dan dorongan

yang di berikan.

Peneliti juga menyadari bahwa selama menjalani studi, sampai pada

selesainya penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah berkontribusi secara

langsung maupun tidak langsung, baik berupa tenaga, biaya dan juga pikiran.

Oleh karena itu, tidak lupa peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya:

1. Prof. Dr. Adri Patton, M.Si sebagai Rektor Universitas Borneo Tarakan.

2. Dr. Suyadi, M.Ed sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Borneo Tarakan

3. Kartini, S.Pd, M.Sc sebagai ketua jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Borneo Tarakan

v
4. Kadek Dewi Wahyuni Andari, M.Pd sebagai pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan nasehat dengan penuh

kesabaran dan ketelitian dalam penyusunan skripsi ini.

5. Agustinus Toding Bua, S.Pd, M.Sc sebagai pembimbing anggota yang telah

memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan nasehat dengan penuh

kesabaran dan ketelitian dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Borneo

Tarakan beserta staf yang telah membantu selama peneliti kuliah.

7. Kepala Sekolah SDN 033 Tarakan beserta para guru dan staf yang telah

memberikan izin dan kesempatan peneliti untuk melakukan penelitian.

8. Sahabat-sahabat tersayang saya Asruni, Tira Tensiana, Dita Sakinah,

Hasmiati, Sarwinda Yulia Ningsi, Hartika Arsyad, Mega Bulaeng,

Sabransyah, S.Pd, Said, S.Pd dan Sudarmaji. Terimakasih atas segala

motivasi, doa dan dukungan yang telah kalian berikan hingga tersusunya

skripsi ini.

9. Teman-teman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Borneo

Tarakan khususnya angkatan 2014 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar yang telah memberikan motivasi, saran, dan bantuan selama ini dari

awal perkuliahan sampai selesainya pendidikan kita ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada peneliti, baik berupa

motivasi, saran, arahan, dan materi akan memperoleh balasan yang lebih dari

Allah SWT. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini mempunyai banyak kekurangan

vi
dan jauh dari kesempurnaan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran dalam arah

kesempurnaan yang sifatnya membangun. Akhirnya peneliti berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Tarakan, Agustus 2018

Peneliti

Rahmawati

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

ABSTRAK ....................................................................................................... iii

ABSTRACT ..................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 8

B. Hakikat Berpikir Kritis

1. Kemampuan Berpikir Kritis. ............................................................... 11

2. Aktivitas Berpikir Kritis...................................................................... 21

3. Ciri-ciri Berpikir Kritis. ...................................................................... 21

vii
C. Hakikat Pembelajaran IPA

1. Pengertian Hakikat IPA...................................................................... 22

2. Pengertian Pembelajaran IPA di SD. .................................................. 25

3. Cara Berpikir IPA. .............................................................................. 27

D. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif. ...................................... 28

2. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Script. ......................... 29

3. Langkah-langakah Model Pembelajaran Cooperative Script. ............ 29

E. Kerangka Berpikir ................................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................. 39

B. Fokus dan Dimensi ................................................................................. 40

C. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 40

D. Sumber Dan Data Informan .................................................................... 41

E. Instrumen Penelitian ................................................................................ 41

F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 43

G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 45

H. Teknik Keabsahan Data .......................................................................... 47

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi ..................................................................................... 47

B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 51

C. Pembahasan. ............................................................................................ 77

viii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................................82

B. Saran........................................................................................................82

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................84

LAMPIRAN ......................................................................................................86

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 4.1 Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan .......................................... 50

Tabel 4.2 Keadaan Peserta Didik ....................................................................... 51

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran
IPA Kelas IV-B Melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative
Script di SDN 033 Tarakan ............................................................. 38

Gambar 3.1 Komponen Analisis Data ................................................................ 45

Gambar 4.1 Jawaban siswa kemampuan tinggi.................................................. 56

Gambar 4.2 Jawaban siswa kemampuan sedang ................................................ 56

Gambar 4.3 Jawaban siswa kemampuan rendah ................................................ 57

Gambar 4.4 Jawaban siswa kemampuan tinggi.................................................. 60

Gambar 4.5 Jawaban siswa kemampuan sedang ................................................ 61

Gambar 4.6 Jawaban siswa kemampuan rendah ................................................ 61

Gambar 4.7 Jawaban siswa kemampuan tinggi.................................................. 64

Gambar 4.8 Jawaban siswa kemampuan sedang ................................................ 66

Gambar 4.9 Jawaban siswa kemampuan rendah ................................................ 67

Gambar 4.10 Jawaban siswa kemampuan tinggi................................................ 71

Gambar 4.11 Jawaban siswa kemampuan sedang .............................................. 72

Gambar 4.12 Jawaban siswa kemampuan rendah .............................................. 72

Gambar 4.13 Jawaban siswa kemampuan tinggi................................................ 76

Gambar 4.14 Jawaban siswa kemampuan sedang .............................................. 76

xi
Gambar 4.15 Jawaban siswa kemampuan rendah .............................................. 76

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia, ilmu pengetahuan merupakan aspek yang sangat

penting. Dengan adanya ilmu pengetahuan, manusia dapat beradaptasi dan

mengikuti perkembangan zaman yang akan terus berubah dan semakin maju

kedepannya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tentunya tidak

terlepas dari kemajuan bidang pendidikan. Ilmu pengetahuan dapat kita peroleh dari

berbagai macam kegiatan dibidang pendidikan. Menurut Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003, pada pasal 1 ayat (1)

menyebutkan bahwa Pendidikan ialah suatu usaha yang sadar dan

tersusun/terencana dalam mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik dapat mengembangkan dirinya secara aktif untuk dapat memiliki

kepribadian, kekuatan spiritual keagamaan, akhlak mulia, pengendalian diri,

keterampilan, serta kecerdasan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa,

dan negara.

Salah satu bentuk kegiatan formal dalam bidang pendidikan adalah kegiatan

pembelajaran di sekolah. Sekolah merupakan suatu tempat yang diharapkan dapat

memberikan ilmu pengetahuan yang cukup kepada suatu individu, sehingga

individu tersebut dapat terus meningkatkan potensi di dalam dirinya, serta mampu

bersaing dengan individu-individu lainnya. Degeng dalam Amiruddin (2016:3)

1
2

menjelaskan bahwa pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah

sebabnya, sisw tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber

belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang

dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Adapun perhatian terhadap apa yang harus dipelajari siswa merupakan

kajian dari kurikulum, yakni mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari

siswa agar dapat tercapainya tujuan. Salah satu tujuan yang ingin dicapai ialah

tujuan pembelajaran IPA. Tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

memberikan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, prinsip dan konsep

IPA, serta keterkaitannya dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam

sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diharapkan dapat membantu peserta didik

untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (BSNP,

2006). Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di sekolah

SD/MI dan SMP/MTs merupakan standar minimum yang secara Nasional harus

dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di

setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan

peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan

sendiri yag difasilitasi oleh guru.

Menurut Isriani Hardini (2011:151) mata pelajaran IPA bertujuan agar pe-

serta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : (1) Meningkatkan keyakinan


3

kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan

alam ciptaan-Nya. (2) Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam

gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat di terapkan dalam

kehidupan sehari-hari. (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan

kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, ling-

kungan, teknologi, dan masyarakat. (4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menum-

buhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak ilmiah serta berkomunikai. (5)

Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan

melestarikan lingkungan serta sumber daya alam. (6) Meningkatkan kesadaran un-

tuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

(7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

Di dalam proses pembelajaran, guru harus memiliki strategi agar siswa

dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Strategi berarti rencana yang

cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Salah satu unsur dalam

strategi pembelajaran adalah menguasai teknik-teknik penyajian atau metode

mengajar. Namun, pada pembelajaran IPA yang peneliti jumpai di kelas IV-B

SDN 033 Tarakan belum memenuhi semua dari tujuan pembelajaran IPA. Metode

pembelajaran IPA cenderung diajarkan secara konvensioanal, sehingga kurang

memberikan ruang bagi siswa untuk melatih daya berikir kritisnya dalam

memahami konsep IPA secara benar.

Bardasarkan wawancara peneliti dengan guru wali kelas IV-B SDN 033

Tarakan, diperoleh informasi tingkat kemampuan berpikir kritis siswa untuk mata
4

pelajaran IPA tergolong masih rendah. Pada pembelajaran IPA guru belum dapat

memaksimalkan kemampuan berpikir kritis pada siswa. Model pembelajaran yang

digunakan guru bersifat berpusat pada guru, sehingga siswa tidak terlibat aktif da-

lam pembelajaran. Kegiatan siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang

dikatakan oleh guru, hal tersebut mengakibatkan kemampuan berpikir kritis siswa

rendah.

Selain itu, ketika guru memberikan suatu pertanyaan pada siswa, siswa ku-

rang dapat memberikan alasan atau pendapat berkaitan dengan jawaban yang

diberikan. Jawaban yang diberikan siswa hanya sebatas hafalan yang diingat, tanpa

memiliki suatu konsep yang mendasar. Indikasi lainnya adalah keingintahuan siswa

terhadap suatu konsep IPA masih rendah. Disamping itu dengan pola pembelajaran

yang hanya mengandalkan buku mata pelajaran maka membuat siswa jenuh dan

bosan dengan pembelajaran IPA khususnya pada materi “Perubahan Kenam-

pakan Pada Bumi”. Karena siswa hanya membaca buku yang mereka punya tanpa

diikutsertakan dalam proses pembelajaran secara aktif. Selain itu, kejenuhan siswa

dalam proses pembelajaran akan membuat siswa kurang fokus dalam belajar.

Proses pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu faktor yang

dapat menunjang keberhasilan dan cara berfikir kritis siswa dalam sebuah pembela-

jaran karena ketika pembelajaran dilakukan dengan cara yang menyenangkan maka

materi yang dipelajari akan mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Untuk

mengatasi pembelajaran IPA yang monoton dan dapat mengakibatkan kebosanan

dan kemalasan berfikir bagi siswa, maka peneliti akan mencoba untuk

menggunakan suatu model pembelajaran yang di rancang sedemikian rupa guna


5

untuk menciptakan suasana belajar yang bervariasi dan menyenangkan yaitu

dengan menggunakan model pembelajaran tipe Cooperative Script. Zainal Aqib

(2014:19) menyatakan bahwa model pembelajaran Cooperative Script dapat

membuat siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran secara berpasangan dan

bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Penerapan tipe Cooperative Script ini sederhana dan sistematis.

Pembelajaran dimulai ketika guru membagi siswa secara berpasangan. Selanjutnya

guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.

Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan

siapa yang berperan sebagai pendengar. Pembicara membacakan ringkasannya

selengkapnya mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

Sementara melakukan hal berikut : (1) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-

ide pokok yag kurang lengkap. (2) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok

dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. Kemudian

kembali bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan

sebaliknya. Siswa bersama-sama guru membuat kesimpulan dan mengakhiri

pembelajaran. Melalui kegiatan tersebut, siswa akan mudah terpacu cara berfikir

kritisnya dan mengingat isi materi yang diberikan oleh guru, karena proses

pembelajaran bersifat menyenangkan dan variasi, sehingga siswa tidak merasa

bosan dengan pembelajaran mata pelajaran IPA.


6

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik mengadakan penelitian dengan

judul “Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Me-

lalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script di Kelas IV-B SD Negeri

033 Tarakan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana kemampuan berfikir kritis

siswa pada pembelajaran IPA melalui penerapan model Cooperative Script di kelas

IV-B SDN 033 Tarakan”?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui kemampuan ber-

pikir kritis siswa pada pembelajaran IPA melalui penerapan model Cooperative

Script di kelas IV-B SDN 033 Tarakan”.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi, yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, seku-

rang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia

pendidikan.
7

b) Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi guru dan kepala

sekolah mengenai kemampuan berfikir kritis siswa di SDN 033 Tarakan

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Peneliti

Peneliti dapat memperoleh wawasan baru tentang kemampuan berfikir kritis

siswa dan dampak implementasi penerapan Model Pembelajaran Cooperative

Script terhadap kemampuan berfikir kritis siswa, serta memberi bekal bagi

peneliti sebagai calon guru sekolah dasar yang nantinya akan turut andil dalam

pelaksanaan berbagai kegiatan pendidikan.

b) Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru untuk melaksanakan

penerapan model-model dalam pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan

kinerjanya lebih profesional sebagai staf pendidik. dalam meningkatkan mutu

lulusan sekolah.

c) Bagi Sekolah

Dapat memberikan masukkan kepada sekolah dalam rangka perbaikan agar

mutu sekolah akan semakin baik serta dapat menghasilkan mutu lulusan

yang berdaya saing.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Beberapa penilitian terdahulu yag relevan membahas tentang analisis

berfikir kritis siswa pada jenjang pendidikan yang berbeda telah banyak di

publikasikan. Berikut beberapa penelitian beserta hasil penelitian yang membahas

mengenai analisis kemampuan berfikir kritis siswa.

1. Yulias Feriati (2013) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan

Keamampuan Berfikir Kritis Pada Peajaran IPA Melalui Pembelajaran Berbasis

Masalah Siswa Kelas IV SD Negeri Karangtalun 1 Tanon Sragen Tagun

2012/2013”. Peneliti Yulias Feriati melakukan penelitian untuk meningkakan

kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran IPA berbasis masalah siswa

kelas IV SD Negeri Karangtalun 1 Tanon Sragen Tagun 2012/2013. Jenis

penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

dilaksanakan dalam 2 siklus yang terdiri dari 2 pertemuan dengan 4 tahapan

setiap siklus yaitu perancaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Sebagai subyek penelitian adalah guru mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD

Negeri Karangtalun 1 Tanon Sragen Tagun yang berjumlah 18 siswa. Metode

yang digunakan adalah observasi, tes wawancara dan dokumentasi.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA di kelas IV SD

Negeri Karangtalun 1 Tanon Sragen Tagun melalui pembelajaran berbasis ma-

8
9

salah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis. Hal ini di-

tunjukkan dari siklus I rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa adalah

67,82 dengan presentase ketuntasan kemampuan berpikir kritis siswa 50,00%

atau 9 siswa yang tuntas sedangkan pada siklus II rata-rata nilai kemampuan

berpikir kritis siswa adalah 83,10 dengan presentase ketuntasan kemampuan ber-

pikir kritis siswa 94,44% atau siswa yang tuntas mencapai 17 siswa dari 18

siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran IPA meningkat 77,77%

dari pra siklus sampai siklus II.

2. Nur Indah Saputri (2014) melakukan penelitian dengan judul “Upaya Mening-

katkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Melalui Inkuiri Terbimbing

Pada Mata Pelajaran IPA di SDN Punukan, Watas Kulon Progo Tahun

2013/2014”. Peneliti Nur Indah Saputri melakukan penelitian bertujuan untuk

mendeskripsikan penerapan metode inkuiri terbimbing yang dapat meningkat-

kan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada mata pelajaran IPA materi

sifat-sifat cahaya di SDN Punukan, Watas Kulon Progo Tahun 2013/2014. Jenis

penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaborasi.

Subyek peneliti ini adalah siswa kelas V SDN Punukan, Watas Kulon Progo.

Desain penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc. Taggart yang

berisi tahap perencanaan, pelaksanaan, tindakan dan pengamatan, dan re-

fleksi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah soal tes untuk men-

gukur kemampuan berpikir kritis dan panduan observasi. Teknik analisis data

yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif.


10

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode inkuiri ter-

bimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal tersebut

dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata skor kemampuan berpikir kritis siswa

yang yang pada kondisi awal 54,67 dan setelah dilaksanakan pembelajaran

dengan menggunakan inkuiri terbimbing pada siklus I rata-rata skor kemampuan

berpikir kritis siswa mencapai angka 71,5 yang artinya terjadi peningkatan sebe-

sar 16,38 % dan pada siklus II mencapai angka 77,83 dan termasuk dalam kata-

gori baik.

3. Dwi Ayu Indri Wijayanti, dkk (2015) melaukan penelitian dengan judul “An-

alisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran IPA di 3

SD Gugus X Buleleng”. Peneliti Dw. Ayu Indri Wijayanti, dkk melakukan

penelitian untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa, mengetahui

upaya-upaya guru dan siswa untuk pengembangan berpikir kritis, dan menge-

tahui kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa untuk pengembangan

kemampuan berpikir kritis di 3 Sekolah Dasar Gugus X Kecamatan Buleleng.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dan obyek

penelitian ini adalah siswa kelas V dan guru kelas V di Sekolah Dasar 1, 2 dan

3. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, wawancara

dan dokumentasi. Data dianalisis dengan statistik deskriptif dan deskriptif per-

sentasi.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir

kritis di Sekolah Dasar No. 1 Kaliuntu sebesar 17,95 tergolong rendah, Sekolah
11

Dasar No. 2 Kaliuntu sebesar 17 tergolong rendah. Sekolah Dasar No. 3 Kali-

untu sebesar 9,46 tergolong masih rendah.

Berdasarkan teori relevan di atas terdapat persamaan dan perbedaan yang di

lakukan oleh peneliti. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang di

lakukan peniliti adalah sama-sama meneliti mengenai kemampuan berpikir

kritis siswa dan subyek yang diteliti yaitu guru kelas dan siswa. Perbedaan

penelitian peneliti dengan penelitian yang pertama dan kedua yaitu Yulias Fe-

riati dan Nur Indah Saputri lebih berfokus pada penigkatan berpikir kritis pada

pelajaran IPA, sedangkan peneliti meniliti mengenai analisis berpikir kritis

siswa. Pada penelitian ketiga yaitu Dwi Ayu Indri Wijayanti, dkk dengan peneliti

memiliki perbedaan yaitu pada teknik pengumpulaan data dan teknik analisis

data. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah (observasi,

wawancara dan dokumentasi) dan teknik analisis data yang digunakan adalah

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

B. Hakikat Berpikir Kritis

1. Kemampuan Berpikir kritis

Berpikir tidak terlepas dari aktivitas manusia, karena berpikir merupakan

ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk hidup lainnya. Berpikir

pada umumnya di definisikan sebagai proses mental yang dapat menghasilkan

pengetahuan. Keterampilan berpikir dikelompokkan menjadi keterampilan ber-

pikir dasar dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Berpikir ternyata mampu mem-

persiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin serta di pakai untuk

pemenuhan kebutuhan intelektual dan pengembangan potensi peserta didik.


12

Berpikir kritis adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau

gagasan yang berhubungan dengan konsep yang di berikan atau masalah yang di

paparkan. Berpikir kritis juga dapat di pahami sebagai kegiatan menganalisis idea

atau gagasan kearah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih,

mengidentifikasi, mengkaji, dan mengembangkannya kea rah yang lebih sem-

purna. Berpikir kritis berkaitan dengan asumsi bahwa berpikir merupakan potensi

yang ada pada manusia yang perlu di kembangkan untuk kemampuan yang optimal.

Menurut Ennis dalam Susanto (2012:121) berpikir kritis adalah suatu ber-

pikir dengan tujuan membuat keputusan masuk akal tentang apa yang di yakini atau

di lakukan. Berpikir kritis merupakan kemampuan mengunakan logika. Logika

merupakan cara berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang di sertai pengkajian

kebenaran berdasarkan pola penalaran tertetu. Selanjutnya, Ennis menyebutkan

ada enam unsur dasar dalam berpikir kritis, yang di singkat dengan FRISCO, yaitu

Focus (focus), Reason (alasan), Inference (menyimpulkan), Situation (situasi),

Clarity (kejelasan), dan Overview (pandangan menyeluruh).

Menurut Halpen (2012:122), berpikir kritis adalah memberdayakan ket-

erampilan atau strategi kognitif dalam mennetukan tujuan. Proses tersebut di lalui

setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada

sasaran. Berpikir kritis merupakan bentuk berpikir yang dikembangkan dalam

rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai

kemungkinan, dan membuat keputusan ketka menggunakan semua keterampilan

tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga meru-

pakan kegiatan mengevaluasi, mempertimbangkan kesimpulan yang di ambil


13

manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Ber-

pikir kritis juga bias disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fo-

cus yang akan dituju.

Pendapat senada juga di kemukakan juga oleh Angelo (2012:122), bahwa

berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang

meliputi kegiatan menganalisis, menyintesis, mengenal permasalahan dan pemeca-

hannya, menyimpulkan dan mengevaluasi.

Menurut Tapilouw (2012:122) berpikir kritis meupakan cara berpikir

disiplin dan di kendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini mengikuti alur logis

dan rambu-rambu pemikiran yang sesuai dengan fakta atau teori yang di ketahui.

Tipe berpikir ini mencerminkan pikiran yang terarah.

Berpikir kritis dapat di interprestasikan dalam berbagai cara. Fister (2012:

122) misalnya, mengemukakan bahwa proses berpikir kritis adalah menjelaskan

bagaimana sesuat itu dipikirkan. Belajar berpikir kritis berarti belajar bagaimana

bertanya, kapan bertanya, dan apa metode penalaran yang dipakai. Seorang siswa

hanya dapat berpikir kritis atau bernalar sampai sejauh ia mampu menguji pen-

galamannya, mengevaluasi pengetahuan, ide-ide, dan mempertimbangkan argu-

ment sebelum mencapai suatu justifikasi yang seimbang. Menjadi seorang pemikir

yang kritis juga meliputi pengembangan sikap-sikap tertentu, seperti keinginan un-

tuk bernalar, keinginan untuk di tantang dan hasrat untuk mencari kebenaran.

Baron dan Strenberg (2012:123), mengemukakan lima kunci dalam ber-

pikir kritis, yaitu: praktis, reflektif, masuk akal, keyakinan, dan tindakan. Proses

berpikir dapat di kelompokkan dalam berpikir dasar dan kompleks. Berpikir


14

dasar merupakan gambaran dari proses berpikir rasional yang mengandung

sejumlah langkah dari sederhana menuju yang kompleks. Aktivitas berpikir ra-

sional, meliputi menghafal, membanyangkan, mengelompokkan, menggeneralisasi,

membandingkan, mngevaluasi, menganalisis, mensintetis, mendeduksi, dan me-

nyimpilkan.

Fisher (2012:123), membagi strategi berpikir kritis ke dalam tiga jenis,

yaitu: strategi efektif, kemampuan makro, dan keterampilan mikro. Ketiga jenis

strategi ini satu sama lain saling berkaitan. Pertama, strategi afektif bertujuan un-

tuk meningkatkan berpikir independenn denga sikap menguasai atau percaya diri:

misalnya, saya dapat mengerjakannya sendiri. Siswa harus di dorong untuk

mengembangkan kebiasaan self questioning seperti: Apa yang saya yakini?

Bagaimana saya dapat meyakininya? Apakah saya benar-benar menerima keya-

kinan ini? Untuk mencapainya, siswa perlu suatu pendamping yang mengarahkan

pada saat mengalami kebutuntuan, memberikan motivasi pada saat mengalami ke-

jenuhan dan sebagainya misalnya guru.

Kedua, kemampuan makro adalah proses yang terlibat dalam berpikir, men-

gorganisasikan keterampilan dasar yang terpisah pada saat urutan yang di perluas

dari pikiran, tujuannya tidak untuk menghasilkan suatu keterampilan-keterampilan

yang saling terpisah pada saat urutan yang di perluas dari pikiran, tujuannya tidak

untuk mengasilkan suatu keterampilan-keterampilan yang saling terpisah, tetapi

terpadu dan mampu berpikir komprehensif.

Ketiga, ketermpilan mikro adalah keterampilan yang menekankan pada ke-

mampuan global. Guru dalam melakukan pembelajaran harus memfasilitasi siswa


15

dalam mengembangkan proses berpikir kitis, melakukan tindakan yang merefleksi-

kan kemampuam, dan disposisi sepserti yang direkomendasikan.

Klasifikasi berpikir krtis menurut Ennis di bagi ke dalam dua bagian, yaitu

aspek umum dan aspek yang berkaitan dengan materi pelajaran. Pertama, yang

berkaitan dengan aspek umum, terdiri atas:

a. Aspek kemampuan (abilities), yang meliputi: (a) memfokuskan pada suatu isu

spesifik; (b) menyimpan maksud utama dalam pikiran; (c) mengklasifikasi

dengan pertanyaan-pertanyaan; (d) menjelaskan dengan pertanyaan-pertanyaan;

(e) memerhatikan pendapat siswa, baik salah maupun benar dan

mendiskusikannya; (f) mengkoneksikan pengetahuan sebelumnya dengan yang

baru; (g) secara tepat menggunakan pernyataan dan symbol; (h) menyediakan

informasi dalam suatu cara yang sistematis, menekankan pada urutan logis; dan

(i) kekonsistenan dalam pernyataan-pernyataan.

b. Aspek disposisi (dispotition), yang meliputi: (a) menekankan keutuhan untuk

mengidentifikasikan tujuan dan apa yang harus di kerjakan sebelum menjawab;

(b) menekankan kebutuhan untuk mengidentifikasikan informasi yang di beri-

kan sebelumm menjawab; (c) memberikan kesempatan pada siswa untuk men-

cari informasi yang di perlukan; (d) memberikan kesempatan kepada siswa un-

tuk menguji solusi yang di peroleh; dan (e) memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mempresentasikan informasi dengan menggunakan table, grafik,

dan lain-lain.
16

Kedua, aspek yang berkaitan dengan materi pelajaran, meliputi: konsep,

generalisasi, dan algoritme, serta pemecahan masalah. Berikut ini merupakan in-

dikator-indikator dari masing-masing aspek berpikir kritis yang berkaitan dengan

materi pelajaran, yaitu:

a. Memberikan penjelasan sederhana, yang meliputi; (a) memfokuskan per-

tanyaan; (b) menganalisis pertanyaan; dan (c) bertanya dan menjawab tentang

suatu penjelasan atau tantangan.

b. Membangun keterampilan dasar, yang meliputi: (a) mempertimbangkan apakah

sumber dapat di percaya; (b) mengamati dan mempertimbangkan suatu laporan

hasil observasi.

c. Menyimpulkan, yang meliputi: (a) mendeduksi dan mempertimbangkan hasil

deduksi; (b) menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi; dan (c) mem-

buat dan menentukan nilai pertimbangan.

d. Memberikan penjelasan lanjut, yang meliputi: (a) mendefinisikan istilah dan per-

timbangan definisi dalam tiga dimensi; (b) mengidentifikasi asumsi..

e. Mengatur strategi dan taktik, yang meliputi: (a) menentukan tindakan; (b) ber-

interaksi dengan orang lain.

Pengembangan kemampuan berpikir kritis yang optimal mensyaratkan

adanya kelas yang interaktif. Agar pembelajaran dapat interaktif, maka desain pem-

belajarannya harus menarik sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses pem-

belajaran. Dalam pembelajaran yang mengembangkan keterampialn berpikir kritis

lebih melibatkan siswa sebagai pemikir, bukan seorang yang di ajar. Adapun
17

pengajar berperan sebagai mediator, fasilitator, dan motivator yang membantu

siswa dalam belajar dan bukan mengajar.

Keterampilan berpikir kritis perlu di kembangkan dalam diri siswa karena

melalui keterampilan berpikir kritis siswa dapat lebih mudah memahami konsep,

peka akan masalah yang terjadi sehingga dapat memahami dan menyelesaikan ma-

salah, dan mampu mengaplikasikan konsep dalam situasi yang berbeda. Pendidi-

kan perlu mengembangkan peserta didik agar memiliki keterampilan hidup, mem-

iliki kemampuan bersikap dan berperilaku adaptif dalam menghadapi tantangan dan

tuntutan kehidupan sehari-hai secara efektif. Pengembangan keterampilan berpikir

kritis dalam proses dalam proses pembeljaran memerlukan keahlian guru. Keahlian

dalam memilih media yang tepat merupakan salah satu factor yang menentukan

keberhasilan pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa.

Model pembelajaran yang selama ini di lakukan secara konseptual dapat

dikembangkan untuk lebih menekankan pada peningkatan menumbuhkan ke-

mampuan siswa dalam berpikir kritis yang sesuai dengan tingkat perkembangan

usianya. Menurut Sutisyana (2012:127 ), kemampuan berpikir kritis siswa dapat di

tumbuhkembangkan melalui proses mengamati, membandingkan, menge-

lompokkan, menghipotesis, mengumpulkan data, menafsirkan, menyim-

pulkan, menyelesaikan masalah, dan mengambil keputusan.

Dalam proses pembelajaran, misalnya dalam pembelajaran IPA, dapat di-

jadiakan sarana yang tepat dalam menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa.
18

Karena dalam pembelajaran IPA banyak konsep atau masalah yang ada di lingukan-

gan siswa, sehingga dapat di jadikan suatu obyek untuk dapat menumbuhkan

cara berpikir kritis siswa.

Untuk dapat menumbuhkan berpikir kritis siswa dapat di terapkan suatu

bentuk latihan-latihan yang mengacu pada pola piker siswa. Laitihan-latihan ini

dapat dilakukan secara kontinu, serta terencana sehingga pada akhirnya siswa akan

terlatih untuk dapat menumbuhkan cara berpikir yang lebih kritis.

Memang, sesungguhnya upaya untuk menumbuhkan berpikir kritis siswaa

merupakan suatu kewajiban yang harus di lakukan guru. Dalam proses pem-

belajaran guru harus dapat melahirkan cara berpikir yang lebih kritis pada siswa.

Guru dapat memberikan kesempatan dan dukungan kepada siswa untuk dapat me-

numbuhkan kemampuan berpikir kritisnya dengan memberikan metode pembelaja-

ran yang sesuai di harapkan dapat membantu siswa menumbukan pengetahuan ket-

erampilan nalar yang nantinya dapat berpengaruh pada kemampuan untuk

berpikir kritis. Gguru harus dapat mengembangkan suasana kelas dimana siswa ber-

partisipasi selama proses belajar berlangsng. Kegiatan kelas yang mengacu pada

aktivitas siswa adalah dengan mengisi lembar kerja atau dengan mengadakan tanya

jawab yang di kembangkan guru. Hal ini berupa mengingat kembali informasi yang

telah disampaikan. Pemahaman secara luas atau mendalami tersebut dapat melatih

siswa dalam mengembangkan berpikir kritisnya.

Dalam kaitannya dengan pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa,

hakikat pembelajaran yang di lakukan guru berarti interaksi langsung antara guru

dengan siswa, guru dalam pembelajaan dapat berperan sebagai mediator antara
19

siswa dengan apa yang di pelajarinya. Guru bukan hanya memberi informasi saja

tetapi juga dapat memberi petunjuk agar siwa dapat berpikir secara kritis se-

hingga mampu menyelesaikan etip permasalahan yang muncul dalam ke-

hidupannya. Savage dan Amstrong mengembangkan empat pendekatan yang dapat

mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam pem-

belajara, yaitu: 1) kemampuan berpikir kreatif (creative thinking); 2) kemam-

puan berpikir kritis (critical thinking); 3) kemampuan memecahkan masalah

(problem solving); dan 4) kemampuan mengambil keputusan (decision making).

Upaya yang dapat di lakukan guru dalam mengembangkan kemampuan ber-

pikir kritis dapat di kembangkan melalui pembelajara yang bersifat student-cen-

tered, yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran yang ber-

pusat pada siswa ini, guru memberikan kebebasan berpikir dan keleluasaan bertin-

dak kepada siswa dalam memahami pengetahuan serta dalam menyelesaikan masa-

lahnya. Guru tidak lagi mendoktrin siswa untuk menyelesaikan masalah hanya

dengan cara yang telah ia ajarkan, namun juga memberikan kesempatan seluas-

luasnya kepada siswa untuk menemukan cara-cara baru. Dalam hal ini, siswa diberi

kesempatan untuk mengkontruksi pengetahuan oleh dirinya sendiri, tidak haya

menunggu transfer dari guru.

Untuk mengajarkan atau melatih siswa agar mampu berpikir kritis harus di

tempuh melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini sebagaimana yang di

kemukakan oleh Arief (2012 : 129), yaitu:


20

a. Keterampilan menganalisis, yaitu suatu keterampilan menguraikan sebuah

struktur ke dalam komponen-komponen agar mengetahui pen-

gorganisasian struktur tersebut. Dalam keterampilan tersebut tujuan pokok-

nya adalah memahami sebuah konsep global dengan cara menguraikan

atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil dan

terperinci. Kata-kata operasional yang mengindikasikan keterampilan ber-

pikir analitis, di antaranya: menguraikan, mengidentifikasi,

menggambarkan, menghubungkan dan memerinci.

b. Keterampilann menyintesis, yaitu keterampilan yang berlawan dengan ket-

erampilan menganalisis, yakni keterampilan menggabungkan bagian-ba-

gian menjadi sebuah bentukan atau susunan yang baru. Pertanyaan sintesis

menuntut pembaca untuk menyatupadukan semua informasi yang di peroleh

dari materi bacaannya, sehingga dapat menciptakan ide-ide baru yang tidak

di nyatakan secara eksplisit di dalam bacaannya.

c. Keterampilan mengenal dan memecahkan masalah, merupakan ket-

erampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian baru. Ket-

erampilan ini menurut pembaca untuk memahami bacaaan dengan kritis se-

hingga setelah kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap

berapa pikiran pokok bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep.

Tujuan keterampilan ini bertujuan agar pembaca mampu memahami dan

menerapkan konsep-konsep ke dalam permaslaahan atau ruang lingkup

baru.
21

d. Keterampilan menyimpulkan, yaitu kegiatan akal pikiran manusia ber-

dasarkan pengertian atau pengetahuan yang di milikunya, dapat beranjak

mencapai pengertian atau pengetahuan (kebenaran) baru yang lain. Ket-

erampilan ini menuntut pembaca untuk mampu mebguraikan dan me-

mahami berbagai aspek secara bertahap agar sampai kepada suatu formula

baru yaitu sebuah simpulan.

e. Keterampilan mengevaluasi atau menilai. Keterapilan ini menuntut

pemikiran yang matang dalam menentukan nilai sesuatu dengan berbagai

kriteria yang ada. Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar mem-

berikan penilaian tentang nilai yang di ukur dengan menggunakan standar

tertentu.

Yang perlu diperhatikan dlam pengajaran keterampilan berpikir kritis ini

adalah bahwa keterampilan tersebut harus di lakukan melalui latihan yang sesuai

dengan tahap perkembangan kognitif anak. Suprapto (2012:130) mengemukakan

tahapan tersebut, sebagai berikut:

a. Identifikasi komponen-komponen prosedural, yakni siswa di perkenalkan

pada keterampilan dan langkah-langkah khusus yang di perlukan dalam ket-

erampilan tersebut. Ketikan mengerjakan keterampilan berpikir, siswa di

perkenalkan pada kerangka berpikir yang di gunakan untuk menuntun

pemikiran siswa.

b. Instruksi dan pemodelan langsung, yakni guru memberikan intruksi dan

pemodelan secara eksplisit, misalnya tentang kapan keterampilan tersebut

dapat di gunakan. Instruksi pemodelan ini dimaksudkan supaya siswa


22

memilki gambaran singkat tentng keterampilan yang sedang dipelajari, se-

hingga instruksi dan pemodelan ini harus relatif ringkas.

c. Latihan terbimbing, yakni di maksudkan untuk memberikan bantuan

kepada anak agar nantinya bias menggunakan keterampilan tersebut secara

mandiri. Dalam tahapan ini, guru memegang kendali atas kelas dan

melakukan pengulangan-pengulangan.

d. Latihan bebas, yaitu dengan cara guru mendesain aktivitas sedemikian rupa

sehingga siswa dapat melatih keterampilannya secara mandiri, misalnya

berupa pekerjaan rumah (PR). Latihan mandiri (PR) tidak berarti sesuatu

yang menantang, melainkan sesuatu yang dapat melatih keterampilan

yang telah di ajarkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan, orang yang mampu berpikir

kritis adalah orang yang tidak begitu saja menerima atau menolak sesuatu. Mereka

akan mencermati, menganalisis, dan mengevaluasi informasi sebelum menen-

tukan apakah mereka menerima atau menolak informasi. Dan juga dalam berpikir

kitis siswa di tuntut menggunakan strategi kognitif tertentu yng tepat untuk men-

guji keandalan gagasan, pemecahan maslaah, dan mengatasi masalah serta keku-

rangannya.

2. Aktivitas Berpikir Kritis


23

Kemampuan berpikir kritis menurut dalam Nur Indah Saputri (2014:21)

terdiri atas 12 komponen yaitu: (1) merumuskan masalah, (2) menganalisis ar-

gumen, (3) menanyakan dan menjawab pertanyaan, (4) menilai kredibilitas sumber

informasi, (5) melakukan observasi dan menilai laporan hasil observasi, (6) mem-

buat deduksi dan menilai deduksi, (7) membuat induksi dan menilai induksi, (8)

mengevaluasi, (9) mengidentifikasi dan menilai identifikasi, (10) mengidentifikasi

asumsi, (11) memutuskan dan melaksanakan, (12) berinteraksi dengan orang lain.

3. Ciri-Ciri Berpikir Kritis

Fahrudin Faiz dalam Nur Indah Saputri, (2014:21) telah menyusun ciri-ciri

orang yang berpikir kritis dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kebia-

saan adalah sebagai berikut: (1) menggunakan fakta-fakta secara tepat dan jujur; (2)

mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas, logis atau masuk

akal; (3) membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid

dengan logika yang tidak valid; (4) mengidentifikasi kecukupan data; (5)

menyangkal suatu argumen yang relevan dan menyampaikan argumen yang rele-

van; (6) mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari

suatu pandangan; (7) menyadari bahwa fakta dan pemahaman seseorang selalu

terbatas; (8) mengenali kemungkinan keliru dari suatu pendapat dan kemungkinan

bias dalam pendapat.

Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih lima indikator kemampuan ber-

pikir kritis yang disesuaikan dengan perkembangan usia anak SD. Adapun ciri-ciri

berpikir kritis yang akan digunakan peneliti dalam mengukur kemampuan berpikir

kritis siswa SD adalah sebagai berikut:


24

a. Menggunakan fakta-fakta secara tepat dan jujur;

b. Mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas, logis atau masuk

akal;

c. Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid dengan

logika yang tidak valid;

d. Menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan menyampaikan argumen

yang relevan; dan

e. Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi suatu pan-

dangan.

Indikator ini penting untuk dikembangkan pada siswa, mengingat ke-

mampuan berpikir kritis mempengaruhi prestasi belajar dan membantu siswa me-

mahami konsep IPA secara mendalam.

C. Hakikat Pembelajaran IPA

1. Pengertian Hakikat IPA

Kata “Sains” biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan

alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi IPA secara harfiah meru-

pakan ilmu pengetahuan tentang alam atau yang mempelajari peristiwa-peri-

stiwa yang terjadi di alam Patta Bundu dalam Nur Indah Saputri (2014:8).

Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui

pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan di jelaskan

dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam hal ini para guru
25

khususnya yang mengajar sains di sekolah dasar, di harapkan mengetahui dan

mengerti hakikat pembelajaran IPA, sehingga dalam pembeajaran IPA guru tidak

kesulitan dalam mendesain dan melaksanakan pembelajaran. Siswa yang

melakukan pembelajaran juga tidak mendapatkan kesulitan dalam memahami kon-

sep.

Hakikat pembelajaran sains yang di definisikan sebagai ilmu tentang alam

yang dalam Bahasa Indonesia di sebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat di

klasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: ilmu pengetahuan alam sebagai produk,

proses dan sikap.

1. IPA sebagai Produk

IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA

terdahulu dan pada umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis

dalam buku teks.

2. IPA sebagai Proses

Proses di sini dimaksudkan proses mendapatkan IPA, dan saat menda-

patakan IPA digunakan suatu metode ilmiah. Maka proses IPA merupakan

metode ilmiah itu sendiri. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan

secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya

akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan

penelitian sederhana. Metode ilmiah tersebut berisi keterampilan dasar ilmiah


26

yang terdiri dari observasi, klasifikasi, interpretasi, prediksi, hipotesis, men-

gendalikan variabel, merencanakan dan melaksanakan penelitian, inferensi, ap-

likasi, dan komunikasi.

3. IPA sebagai Pemupukan Sikap

Pemupukan sikap yang dimaksud adalah sikap ilmiah terhadap alam

sekitar. Sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak SD/MI yang dikutip

dari pendapat Harlen yaitu (a) sikap ingin tahu, (b) sikap ingin mendapatkan

sesuatu yang baru, (c) sikap kerja sama, (d) sikap tidak putus asa, (e) sikap

tidak berprasangka, (f) sikap mawas diri, (g) sikap bertanggung jawab, (h) si-

kap berpikir bebas dan (i) sikap kedisiplinan diri. Sikap ilmiah ini bisa dikem-

bangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan di

lapangan.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa IPA adalah suatu ilmu

yang mempelajari tentang alam semesta yang berisi sederetan konsep untuk diamati

dan dieksperimentasi agar kita dapat hidup di alam ini. Dalam mempelajari IPA

secara lebih mendalam maka perlu juga mengetahui tentang hakikat IPA itu sendiri.

Lebih lanjut, IPA juga memiliki karakteristik sebagai dasar untuk me-

mahaminya. Karakteristik tersebur menurut Jacobson & Bregman (2012:170),

meliputi:

1. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hu kum, dan teori.


27

2. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena

alam, termasuk juga penerapannya.

3. Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyikapi ra-

hasia alam.

4. IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau be-

beberapa saja.

5. Kebenaran IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat ob-

jektif.

Dari uraian hakikat IPA di atas, dapat di pahami bahwa pembelajaran sains

merupakan pembelajaran berdasarkan pada prinsip-prinip, proses yang mana dapat

menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu,

pembelajaran IPA di sekolah dasar di lakukan dengan penyelidikan sederhana dan

bukan hapalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut

pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan,

diskusi, dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian dapat menum-

buhkan sikap ilmiah siswa yang di indikasikan dengan merumuskan masalah,

menarik kesimpulan, sehingga mampu berpikir kritis melalui pembelajaran

IPA.

2. Pengertian Pembelajaran IPA di SD

Menurut Sujana dalam Jihad dan Haris (2012:2) belajar adalah suatu proses

yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seorang, perubahan sebagai hasil
28

proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan

pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan kecakapan,

kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu belajar. Sedangkan

menurut Harman dalam Asep dan Abdul (2012:3) belajar merupakan kegiatan

setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk

dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Jadi seseorang dikatakan belajar,

bila dapat di asumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses yang

mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku.

IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu

mempelajari fenomena alam yang factual (factual), baik berupa kenyataan (re-

ality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibatnya. IPA merupakan ilmu

yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif)

namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan

berdasarkan teori (deduktif). Ada dua hal yang berkaitan dan tidak terpisahkan oleh

IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan factual,

konseptual, procedural, dan metakognitif. Dan ipa sebagai proses, yaitu kerja

ilmiah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sekolah merupakan bangunan

atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi

pelajaran. Dasar merupakan sekolah tempat memperoleh pendidikan sebagai dasar

pengetahuan untuk melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi. Jadi Sekolah Dasar

adalah bangunan tempat belajar mengajar serta tempat menerima dan memberi

pelajaran pada tingkat dasar.


29

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi dalam men-

ciptakan siswa sejak dini untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap

ilmiah. Pembelajaran IPA harus mengarahkan siswa untuk mencari tahu tentang

alam secara sistematis. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan

dan juga perkembangan teknologi, karena IPA dapat membangkitkan minat dan ke-

mampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pema-

haman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum ter-

ungkap atau bisa dikatakan masih bersifa rahasia, sehingga hasil penemuannya

dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru.

3. Cara Berpikir IPA

Menurut Asih Widi Wisudawati dan Eka Sulistyowati (2015:24-25) cara ber-

pikir IPA meliputi:

a. Percaya (believe), kecenderungan para ilmuwan melakukan penelitian ter-

hadap masalah gejala alam dimotivasi oleh kepercayaan bahwa hukum alam

dapat dikonstruksi dari observasi dan diterangkan dengan pemikiran dan pen-

alaran.

b. Rasa ingin tahu (curiosity), kepercayaan bahwa alam dapat dimengerti di-

dorong oleh rasa ingin tahu untuk menemukannya.

c. Imajinasi (imagination), para ilmuwan sangat mengandalkan pada ke-

mampuan imajinasinya dalam memecahkan masalah gejala alam.


30

d. Penalaran (reasoning), penalaran setingkat dengan imajinasi, para ilmuwan

juga mengandalkan penalaran dalam memecahkan masalah gejala alam.

e. Koreksi diri (self examination), pemikiran ilmiah adalah sesuatu yang lebih

tinggi daripada sekedar suatu usaha untuk mengerti tentang alam, pemikiran

ilmiah juga merupakan sarana untuk memahami dirinya, untuk melihat

seberapa jauh para ajli sampai pada kesimpulan tentang alam.

D. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Panitz dalam Suprijono (2009:54) menyebutkan ada dua pembelajaran ber-

basis social, yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yang selan-

jutnya di singkat CL dan pembelajran kolaboratif. Pembelajaran kolabo-

ratif di artikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap

menghormati sesama. sedangkan, pembelajaran kooperatif adalah konsep yang

lebih luas, meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang

lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Istilah ‘’kooperatif’ digunakan

dalam tulisan ini karena maknanya lebih luas,yaitu menggambarkan keseluruhan

proses social dalam belajar mencakup pengertian kolaboratif.

Menurut Johnson (2016:235), CL adalah kegiatan belajar mengajar secara

kelompok-kelompok kecil. Siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai kepada

pengalaman belajar yang berkelompok, sama dengan pengalaman induvidu

maupun kelompok. Seelanjutnya, menurut Lie (2008: 12), sister pengajaran yag

memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesame
31

siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai ‘’sistem pembelajaran

gotong royong’’ atau cooperative learning.

Nurhadi (2004:61) juga menambahkan bahwa CL adalah pembelajaran yang

secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh (saling

tenggang rasa) untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapt

menimbulkan permusuhan. Hasil belajar dalam CL tidak hanya berupa nilai-nilai

akademis saja, tetapi juga nilai-nilai moral dan budi pekerti berupa rasa tanggung

jawab pribadi,rasa saling menghargai,saling membutuhkan, dan saling

menghormati keberadaan orang lain di sekitar kita. Selain itu, terdapat unsur-unsur

dasar CL,yaitu:

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ‘’tenggelam atau ber-

enang bersama’’

b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lainnya dalam ke-

lompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri, dalam

mempelajari materi yang di hadapi..

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan

yang sama

d. Para siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya

di antara para anggota kelompok..

e. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh ket-

erampiln bekerja sama dalam belajar.


32

f. Para siswa akan di minta mempertanggungjawabkan secara individual ma-

teri yang ditanganidalam kelompok kooperatif.

Menurut Slavin (2016:237), metode CL memiliki enam karakteristik utama

yaitu:

a. Adanya tujuan kelompok

b. Adanya tanggung jawab perseorangan

c. Adanya kesempatan yang sama untukmenuju sukses

d. Adanya persaingan kelompok

e. Adanya penugasan kelompok

f. Adanya proses penyesuaian diri terhadap kepentingan pribadi.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran di mana guru membagi siswa menjadi kelompok-

kelompok kecil yang heterogen. Kelompok-kelompok kecil yang heterogen ber-

tujuan agar siswa dapat bekerja sama dan saling membantu satu sama lain.

2. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Script

Menurut Aqib (2014: 19) script cooperative adalah model belajar di mana

siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengintisarikan, bagian-ba-

gian dari materi yang telah dipelajari.


33

Menurut Suprijono dalam Dwi Mawarti (2016:10) script cooperative meru-

pakan model belajar di mana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan

mengintisarikan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

Menurut pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pem-

belajaran cooperative script adalah model pembelajaran di mana siswa secara ber-

pasangan bergantian mengintisarikan materi pelajaran dan menyampaikannya

secara lisan. Siswa harus bekerja sama dalam menunjukkan intisari materi yang

kurang lengkap.

3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Cooperative Script

Sintak tahap-tahap pelaksanaan model pembelajaran cooperative script

menurut Densereau (dalam Aqib 2014 : 19) adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa untuk berpasangan.

b. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk di baca dan membuat ring-

kasan.

c. Guru dan siswa enetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara

dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan me-

masukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar

melakukan hal berikut:

1) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang

lengkap.

2) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan mneghubungkan

materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.


34

3) Bertukar peran, semula sebagai pembicara di tukar menjadi pendengar

dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas.

4) Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru

5) Penutup

Langkah-langkah pembelajaran cooperative script menurut Kurniasih & Sani

dalam Dwi Mawarti (2016: 12-13) yaitu:

1) Guru membagi siswa untuk berpasangan.

2) Guru membagikan wacana atau materi tiap siswa untuk dibaca dan mem-

buat ringkasan.

3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pem-

bicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.

4) Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan me-

masukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar me-

nyimak atau mengoreksi atau menunjukkan ide-ide pokok yang kurang

lengkap dan membantu mengingat atau menghafal ide-ide pokok dengan

menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.

5) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar pendengar dan se-

baliknya serta lakukan seperti di atas.

6) Kesimpulan guru.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dalam pelaksanaan pembelajaran

dengan model pembelajaran cooperative script ini, peneliti menggunakan langkah-

langkah pembelajaran cooperative script menurut Kurniasih dan Sani. Kelebihan

langkah-langkah pembelajaran cooperative script menurut Kurniasih dan Sani yaitu


35

lebih mudah dipahami dan diterapkan dalam proses pembelajaran IPAdi IV B SD

Negeri 033 Tarakan.

Kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran cooperatif script dalam Thoriq

Aziz (2015:28-29) sebagai berikut:

a. Kelebihan pembelajaran kooperatif scrip diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan

2) Setiap siswa mendapat peran dalam diskusi, setiap siswa mendapatkan kes-

empatan untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya.

3) Melatih siswa mengevaluasi hasil diskusi untuk diselesaikan bersama. Metode

pembelajaran cooperative script baik digunakan dalam pembelajaran untuk me-

numbuhkan ide-ide atau gagasan baru, daya berfikir kritis serta mengem-

bangkan jiwa keberanian dalam menyampaikan hal-hal baru yang diyakininya

benar. Belajar IPA menggunakan metode cooperative script ini siswa dituntut

aktif. Siswa yang lebih banyak melakukan kegiatan sedangkan guru lebih ban-

yak membimbing dan mengarahkan.

b. Kelemahan metode cooperative script diantaranya adalah sebagai berikut, Mift-

ahul A’la (2011:98):

1) Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu.

2) Hanya seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang ter-

sebut). Setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan keku-

rangan, dilakukan dua orang (tidak melibatkan begitu juga dengan metode

pembelajaran cooperative script ini.


36

Dari uraian di atas, dapat di simpulkan tidak semua siswa mampu men-

erapkan metode pembelajaran cooperative script, sehingga banyak tersita waktu

untuk menejelaskan mengenai metode ini. Beberapa siswa mungkin pada awalnya

takut untuk mengeluarkan ide, dan takut dinilai teman dalam kelompoknya.

E. Kerangka Berpikir

Pembelajaran yang efektif apabila dilakukan dengan cara kontekstual atau

nyata, termasuk pembelajaran IPA siswa/i susah di lakukan dengan tindakan nyata,

sebagian besar siswa memiliki kesulitan dalam menerima pembelajaran yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari dan akan berpengaruh pada hasil belajar

siswa. Pembelajaran kontekstual akan mementingkan pengalaman dan kegiatan

siswa, dimana pembelajaran ini siswa dapat melihat semua keadaan atau kejadian

yang ada di lingkungan sekitar kemudian mengaitkan konsep dengan fenomena

yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Jika mengaitkan pembelajaran dengan kontekstual dalam kehidupan sahari-

hari proses belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien. Salah satu fenomena

yang ada dalam kehidupan lingkungan adalah perubahan kenampakan pada bumi

yang mampu memacu kemampuan berpikir kritis. Dengan pembelajaran coopera-

tive script ini maka siswa dapat bekerja atau berpikir sendiri tidak hanya mengan-

dalkan satu siswa saja dalam kelompoknya. Karena setiap siswa di tuntut untuk

mengintisarikan materi dan mengungkapkan pendapatnya secara langsung dengan

patnernya.
37

Pada pembelajaran cooperative script ini juga terjadi kesepakatan antara

siswa tentang aturan-aturan dalam berkolaborasi. Masalah yang dipecahkan ber-

sama akan disimpulkan bersama. Peran guru hanya sebagai fasilitator yang

mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan belajar. Pada interaksi siswa terjadi

kesepakatan, diskusi, menyampaikan pendapat dari ide-ide pokok materi, saling

mengingatkan dari kesalahan konsep yang di simpulkan, membuat kesimpulan ber-

sama. Interaksi belajar yang terjadi benar-benar interaksi dominan siswa dengan

siswa. Dalam aktivitas siswa selama pembelajaran cooperative script benar-benar

memberdayakan potensi siswa. Sesuai dengan kerangka berpikir pada gambar 2.1

Pembelajaran IPA di SD
38

Kurangnya Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa

Model Pembelajaran
Cooperative Script

Guru Interaksi Siswa

Penerapan Model Cooperative Script


Dapat Menciptakan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran Ipa Di Kelas Ivb Sd
Negeri 033 Tarakan

Gambar 2.1 Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA
Kelas IV-B Melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script di SDN
033 Tarakan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penlitian yang peniliti gunakan adalah kualitatif dengan pendekatan

deskriptif. (Milles dan Huberman, 2014:1) menjelaskan bahwa penelitian kualitattif

merupakan wujud kata-kata daripada deretan angka-angka, senantiasa menjadi

bahan utama bagi ilmu-ilmu social tertentu, terutama dalam bidang antropologi,

sejarah dan ilmu politik. Meskipun demikian, pada dasawrsa terakhir semakin

banyak peneliti dalam bidang-bidang ilmu yang secara tradisional mendasarkan

dari pada pendekatan kuantitatif (psikologi, social, ilmu bahasa, administrasi

umum, kajian organisasi, perencanaan kota, penelitian pendidikan, evaluasi

program dan analisi kebijakan) telah beralih pada paradigm yang lebih kualitatif.

Deskripsi data kualitatif menurut Miles dan Huberman (2014) data kualitatif

sangat menarik. Data kualitatif meupakan sumber dari deskripsi yang luas dan

berlandasan kokoh, serta memuat penjelasan tetntang proses-proses yang terjadi

dalam lingkup setempat.. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Penerapan

Model Pembelajaran Cooperative Script di Kelas IV-B SD Negeri 033 Tarakan.

B. Fokus dan Dimensi Penelitian

39
40

Pada penelitian ini fokus dapat dikatakan sebagai pemusatan perhatian

peneliti kepada salah satu aspek tertentu. Maka fokus penelitian ini adalah

kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA melalui penerapan model

Cooperative Script di kelas IV-B SDN 033 Tarakan. Adapun dimensi pada

penelitian ini merupakan pengembangan dari fokus penelitian yaitu:

1. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

a) Menggunakan fakta-fakta secara tepat dan jujur;

b) Mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas, logis dan

masuk akal;

c) Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid

dan tidak valid;

d) Menyangkal suatu argument yang tidak relevan dan menyampaikan

argument yang relevan; dan

e) Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi suatu

pandangan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah di SDN 033 Tarakan

yang beralamat Jalan P.Aji Iskandar RT. 15 Kelurahan Juata Laut Kecamatan

Tarakan Utara. Alasan peneliti melakukan penelitian di SDN 033 Tarakan di

dasarkan sekolah ini sekaligus sebagai tempat peneliti Pelaksanaan program PPL

(Praktik Pengalaman Lapangan), dimana dalam pelaksanaan kegiatan tersebut

peneliti melihat beberapa permasalahan yang ada disekolah tersebut. Permasalahan

yang dimaksud sebagaimana peneliti sebutkan dalam latar belakang. Dari beberapa
41

permasalahan tersebut dapat dipahami penyebabnya yaitu kurang optimalnya guru

dalam menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang

menyenangkan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang keberhasilan

dan cara berfikir kritis siswa dalam sebuah pembelajaran karena ketika

pembelajaran dilakukan dengan cara yang menyenangkan maka materi yang

dipelajari akan mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Adapun waktu

penelitian di laksanakan pada tanggal 19 Maret – 19 April 2018.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur dalam penelitian. Instrumen penelitian

kualitatif adalah peneliti sendiri, karena peneliti dapat menilai, melihat dan

merasakan bagaimana dan apa yang terjadi dengan subjek yang diteliti. Instrumen

pendukung dalam penelitian ini yaitu: pedoman wawancara, lembar observasi dan

pedoman studi dokumen.

E. Sumber dan Data Informan

Penelitian kualitatif terdapat dua sumber yaitu data primer dan data sekunder.

Menurut Miles dan Huberman (2014) menjelaskan tuntutan untuk melaksanakan

penelitian kualitatif yang tepat cukup besar. Pengumpulan data kualitatif

merupakan suatu pelaksanaan kerja yang intensif dan biasanya memakan waktu

lama, sehingga dalam penelitian kualitatif data dibedakan menjadi sumber data

utama yaitu penelitian kualitatif adalah kata

-kata dan tindakan, serta untuk data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Dimana peneliti mendapat data dari dua sumber data, yaitu:

1. Data Primer
42

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara yang

diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam

memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan. Sumber data

primer dicatat melalui perekaman recorder atau video/audio tapes. Pemilihan

informan penelitian yang digunakan peneliti adalah purposive sampling.

Pertimbangan dalam memilih informan dalam penelitian ini adalah berdasarkan

kriteria kemampuan yang dimiliki siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah

guru kelas IV-B dan peserta didik kemampuan tinggi, sedang dan rendahh. Guru

yang akan diambil sebagai informan adalah guru kelas IV-B dengan pertimbangan

bahwa guru mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik dalam pelajaran

IPA dan juga informan tersebut merupakan pihak yang mengontrol, mengawasi,

menerapkan, dan merasakan secara langsung dengan permasalahan yang peneliti

lakukan karena yang menerapkan dan merasakan dampak dari model pembelajaran

cooperative script adalah guru dan tiga orang peserta didik kemampuan tinggi,

sedang dan rendah kelas IV-B SDN 033 Tarakan. Pemilihan informan tersebut agar

peneliti memperoleh data dan informasi yang akurat.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari data yang sudah

ada dan mempunyai hubungan masalah yang diteliti yaitu meliputi literatur yang

ada. Data ini dapat di manfaatkan sebagai data tambahan yang mengarahkan pada

masalah dan tujuan penelitian dari literatur dan dokumen. Data ini dapat di

manfaatkan sebagai data yang mengantar dan mengarahkan pada yang di temukan

dan dicari sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Adapun data yang
43

digunakan yaitu, profil sekolah, visi dan misi SDN 033 Tarakan, data keadaan guru,

silabus, data perencanaan pembelajaran guru berupa RPP, dan daftar nilai ujian

IPA.

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini, pengumpulan data di lakukan oleh peneliti sendiri (peneliti

sebagai instrumen) dengan menggunakan beberapa alat pengumpul data, yaitu:

pedoman wawancara, pedoman observasi, dan panduan dokumentasi. Untuk

mendapatkan data yang diperlukan oleh penulis maka digunakan metode sebagai

berikut:

1. Interview (wawancara)

Wawancara di gunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti.

Wawancara di gunakan hampir semua peneliti di lapangan, terkait dengan hal

tersebut ada dua segi pedoman wawancara yang harus di perhatikan, yang pertama

yaitu: Peneliti sangat terbiasa dengan pedoman, tetapi mempunyai kebebasan ruang

gerak sedikit untuk menggunakan cara yang bersifat pribadi guna menanyakan dan

membuat tahapan masalah-masalah dan menggolongkannya dengan tepat bagi

responden yang berbeda-beda. Kedua wawancara dirancang sebelum masalah

diarahkan secara sistematis, tetapi bukan sebelum penelitian lapangan berjalan

berdasarkan Miles dan Huberman (2014:66)

Macam-macam wawancara adalah wawancara terstruktur, semi terstruktur dan

tidak terstruktur. Peneliti menggunakan wawancara semi terstruktur pada penelitian

ini. Wawancara semi terstruktur pelaksanaannya lebih bebas dengan tidak memakai
44

alternatif jawaban sehingga pihak yang nantinya di ajak wawancara dapat

mengemukakan pendapat dan gagasannya. Wawancara yang dilaksanakandi SDN

033 Tarakan, peneliti datang ke sekolah dan menemui informan untuk melakukan

wawancara dengan bertatp muka secara langsung.

2. Observasi

Observasi adalah metode yang digunakan untuk mengamati dan mencatat

seluruh kegiatan-kegiatan di SDN 033 Tarakan yang berkaitan dengan masalah

yang ingin diteliti peneliti. Observasi pada penelitian ini adalah observasi

partisipatif. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati apa yang dikerjakan

orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipatif dalam kegiatan yang

dilakukan mereka. Selanjutnya observasi partisipatif digunakan khusus lagi yaitu

partisipatif aktiv (active participation) artinya peneliti ikut melakukan apa yang

dilakukan narasumber tetapi belum sepenuhnya lengkap. Jadi observasi adalah cara

seorang untuk memperoleh laporan dan data untuk di jadikan pengetahuan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang di gunakan dalampenelitian ini adalahd okumentasi

resmi. Dokumen tersebut berupa profil sekolah, visi dan misi sekolah, Tata tertib

sekolah, RPP kelas IV-B semester genap tahun akademik 2017/2018, Silabus kelas

IV-B SDN 033 semester genap tahun akademik 2017/2018, Nilai hasil belajar siswa

kelas IV-B semester genap tahun akademik 2017/2018. Data-data tersebut

diperoleh dari staf TU, dan Guru di SDN 033 Tarakan.

G. Teknik Analisis Data


45

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data menurut Miles dan

Huberman (2014:15) yang terdiri atas tiga kegiatan, yaitu reduksi data (data

reduction), penyajian data (data display), penarikan kesimpulan (verifikasi),

Berikut alur komponen analisis data menurut Miles dan Huberman dapat

digambarkan seperti gambar 3.1 di bawah ini.

Pengumpulan data

Penyajian
data

Reduksi data
data

Kesimpulan-Kesimpulan
Penarikan/Verifikasi

Gambar 3.1 Komponen Analisis data: model interaktif

1. Reduksi data (data reduction)

Mereduksi data bisa diartikan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Data-data yang

diperoleh peneliti dari SDN 033 Tarakan dicatat atau direkam dengan handphone

dan voice recorder diuraikan kedalam bentuk deskriptif naratif, selain itu peneliti

juga melakukan wawancara serta membuat catatan-catatan kecil untuk memperoleh

data yang akurat. Dengan mereduksi data akan memberikan gambaran yang lebih
46

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Proses reduksi berlangsung terus selama pelaksanaan penelitian bahkan memulai

sebelum pengumpulan data dilakukan dan selesai sampai penelitian berakhir.

2. Penyajian data (Display data)

Pada tahap ini peneliti menyajikan data hasil temuan kedalam bentuk naratif,

yaitu uraian tentang mengenai kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran

IPA di kelas IV-B melalui penerapan model pembelajaran cooperative script di

SDN 033 Tarakan. Peneliti harus menyajikan data secara logis dan sistematis,

sehingga bila dibaca akan mudah dipahami, agar memungkinkan peneliti untuk

berbuat sesuatu pada analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahamannya

tersebut. Penyajian data juga harus berpacu pada rumusan masalah yang telah

dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga uraian data yang tersaji

merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan

menjawab setiap permasalahan yang ada.

2. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan data yang telah dianalisis,

dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata untuk mendiskripsikan fakta yang

ada di lapangan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai

objek yang sebelumnya masih samar-samar sehingga setelah diteliti menjadi jelas

dan selanjutnya diambil intisarinya. Selain itu, dalam penarikan kesimpulan perlu

diverifikasi agar benar-benar bisa di pertanggung jawabkan, dalam penarikan

kesimpulan analisi kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA di
47

kelas IV-B melalui penerapan model pembelajaran cooperative script di SDN 033

Tarakan

H. Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi.

Sugiyono (2011:241) menjelaskan bahwa triangulasi diartikan sebagai teknik

keabsahan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan

data dan sumber data yang telah ada.

Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi yang berupa triangulasi

teknik dan triangulasi sumber serta waktu dalam memenuhi keabsahan data.

Pertama, dalam triangulasi teknik, peneliti mengunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama yaitu dengan

teknik wawancara, observasi dan studi dokumen untuk mengetahui kemampuan

berpikir kritis siswa pada pembelajaran IPA. Kedua, pada triangulasi sumber,

peneliti melakukan satu teknik pengumpulan data kepada lebih dari satu sumber.

Hal ini berarti peneliti tidak hanya melakukan wawancara pada satu waktu tetapi

melakukan wawancara lebih dari satu kali dengan informan yang sama sampai data

tersebut telah jenuh.


48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi
1. Sejarah SDN 033 Tarakan

Sekolah Dasar Negeri 033 Tarakan mulai berdiri pada tahun 1978 yang

berlokasi di Jl. P. Aji Iskandar Rt. XI Kelurahan Juata Laut Kecamatan Tarakan

Utara. Keberadaan sekolah dasar Negeri ini berada di tengah masyarakat Juata

Laut, yang mayoritasnya berbaur berbagai macam suku dan didiami oleh

Penduduk asli suku Tidung . Dan pada masa itu Kepala Sekolah dipegang oleh

Bapak Sarwani, sebagai Kepala Sekolah yang pertama, beberapa tahun kemudian

tiba masa purnabakti, dilanjutkan kepala sekolah kedua yakni Bapak Aris Alex

Patandung, setelah itu tahun kemudian tiba masa purnabakti dan di ganti oleh Ibu Hj.

Mudayang, S.Pd sebagai kepala sekolah ketiga dari tahun 2002 s/d 2009. Dalam masa

purnabakti di ganti lagi oleh bapak Fuatsyah sebagai kepala sekolah (Plh), dan kembali

perunabakti diganti lagi oleh Bapak Dalfian,S.Pd, namun bapak Dalfian mutasi ke

Kalimantan Utara sebagai provensi termuda pada tahun 2014 di resmikan.

Kemudian berganti lagi kepala sekolah yakni Bapak Husen S.Pd, kemudian

beliau mutasi ke SMP 2 Tarakan dan menunggu pengangkatan kepala sekolah yang baru

yakni Ibu Mukti Wiwik Wiyati,S.Pd.SD sebagai kepala sekolah yang ke 7 selama dua

tahun mutasi lagi. Dan di gantikan oleh Bapak Anwar, S.Pd sebagai kepala sekolah

yang baru menjabat dari bulan Mei 2016 hingga sekarang.


49

2. Visi dan Misi SD Negeri 033 Tarakan

Adapun Visi dan Misi SD Negeri 033 Tarakan, yaitu:

A. Visi

Visi adalah suatu hal yang memberikan petunjuk akan dibawa kemana

peserta didik dan pendidik di SDN 033, visi sekolah SDN 033 Tarakan adalah

“Terwujudnya Siswa cerdas , beriman, mandiri, berbudaya serta peduli

lingkungan”

B. Misi

Untuk mencapai visi tersebut, SDN 033 Tarakan mempunyai misi. Misi

merupakan arahan, tujuan, yang akan dicapai dan menjadi dasar program pihak

sekolah. Misi SDN 033 Tarakan antara lain:

1. Meningkatkan prestasi Akademik dan Non Akademik

2. Menanamkan budaya IMTAQ, IPTEK dan 4S (senyum, salam, sapa dan

santun)

3. Mengembangkan keterampilan dan kecakapan hidup

4. Menumbuhkan karakter budaya bangsa

5. Menanamkan jiwa peduli lingkungan

6. Menanamkan sikap cinta lingkungan

7. Mewujudkan warga sekolah yang sadar dan peduli lingkungan

8. Mewujudkan sekolah yang bersih, asri dan ramah lingkungan


50

9. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan masyarakat

dalam pelestarian lingkungan.

3. Keadaan Guru dan Tenaga Kependidikan SDN 033 Tarakan

Pada saat proses pembelajaran maupun kegiatan administrasi untuk

menyelenggarakan pendidikan di sekolah tidak dapat berjalan tanpa adanya pendidik

dan tenaga kependidikan. Pendidik atau guru merupakan salah satu hal yang pokok

dalam menjalankan proses pembelajaran. Sedangkan tenaga kependidikan merupakan

hal yang penting dalam mengatur dan menjalankan administrasi di sekolah untuk

mempermudah suatu proses pendidikan. Adapun data jumlah guru dan tenaga

kependidikan SDN 033 Tarakan tahun ajaran 2017/2018 diantaranya:

Tabel 4.1 Jumlah Guru dan Pegawai di SDN 033 Tarakan

No Keadaan Guru Jml Status Ijazah Terakhir


PNS Honor SMA KPG D3 S1
1 Kepala Sekolah 1 1 - - - - -
2 Guru Kelas 21 12 9 - 1 - 20
3 Guru PAI 2 1 1 - - - 2
4 Guru Olahraga 1 1 - - - - 1
5 Tata Usaha 3 1 2 - - 1 1
6 Pusatakawan 1 - 1 1 - - -
7 Penjaga Sekolah 2 - 2 2 - - -
8 Penjaga UKS 1 - 1 - - 1 -
9 Cleaning 1 - 1 3 1 - -
Service
Jumlah 34 16 17 4 2 24

4. Keadaan Peserta Didik SD Negeri 033 Tarakan

Peserta didik merupakan komponen pembelajaran yang sangat penying.

Jumlah peserta didik dalam pembelajaran sangat mempengaruhi keberhasilan


51

proses belajar mengajar. Peserta didik di SDN 033 Tarakan tumbuh berbagai

keberagaman baik dari segi sosial, ekonomi, suku, budaya, agama, ras, ataupun

kondisi fisik dan mental. Keberagaman itu menjadikan para peserta didik belajar

untuk saling mengerti dan menerima perbedaan. Hubungan antara guru dengan

guru sangat baik, hubungan guru dengan siswa sangat baik dan hubungan siswa

dengan siswa juga sangat baik, karena dapat hidup berdampingan dan saling

menghormati satu sama lain didalam lingkungan sekolah maupun diluar sekolah.

Sebagian besar peserta didik di SDN 033 Tarakan merupakan anak yang memiliki

orang tua dari golongan ekonomi menengah kebawah. Dari hasil dokumentasi

jumlah siswa di SDN 033 Tarakan dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.2 Keadaan Peserta Didik

Jumlah Peserta Didik Tahun Ajaran 2017/2018

Kelas Jumlah Rombel Jumlah Peserta Didik eserta Didik


L P Jumlah
1 3 46 38 84
2 3 44 52 96
3 4 60 64 124
4 4 62 61 123
5 4 60 60 120
6 3 48 45 93
Jumlah 640

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti memilih tiga peserta

didik, serta dokumentasi didapatkan dari hasil penelitian dan fokus mengenai

analisis kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV B
52

melalui penerapan model pembelajaran Cooperative Script di SDN 033 Tarakan.

Peneliti melakukan observasi di kelas dua kali pertemuan. Berikut hasil penelitian

yang didapati oleh peneliti. Pertemuan pertama ini dilakukan hari rabu 4 April 2018,

pada pertemuan ini guru memberikan penjelasan mengenai materi kenampakan pada

bumi, lalu guru membagikan wacana pada peserta didik. Selanjutnya pertemuan

kedua dilakukan pada hari Sabtu 7 April 2018, guru menjelaskan mengenai materi

kenampakan pada bumi semester satu tahun ajaran 2017/2018. Berikut adalah

penjelasan yang didapatkan peneliti dilapangan:

1. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SDN 033 Tarakan

Dimensi dalam penelitian ini yaitu analisis kemampuan berpikir kritis yang di

lakukan di SDN 033 Tarakan. Berpikir kritis merupakan suatu kegiatan melalui cara

berpikir tentang ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan

atau masalah yang dipaparkan, dalam penelitian ini menggunakan jenis masalah yang

berupa teks wacana. Adapun indikator yang di gunakan peneliti dalam mengukur

kemampuan berpikir kritis siswa SD adalah sebagai berikut:

a. Menggunakan Fakta-fakta Secara Tepat dan Jujur

Dalam proses pembelajaran IPA dapat dijadikan sarana yang tepat dalam

menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Karena dalam pembelajaran IPA

banyak konsep ataupun masalah yang ada di lingkungan sekitar, sehingga dapat

menumbuhkan berpikir kritis mereka dengan menggunakan fakta-fakta secara tepat

dan jujur sesuai dengan masalah- masalah yang mereka pernah lihat secara langsung
53

ataupun apa yang mereka alami. Berdasarkan hasil yang ditemukan oleh peneliti

dapat diketahui bahwa dimensi tersebut secara rinci akan dijelaskan dibawah ini:.

Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan siswa kriteria kemampuan

tinggi kemudian siswa tersebut memberikan pernyataannya mengenai menggunakan

fakta-fakta secara tepat dan jujur mengerjakan soal wacana sebagai berikut:

“ya, kalau menjawab soal dengan fakta yang terjadi dilingkungan saya atau
pernah dirasakan saya bisa.”( Wawancara, NA: 22 Maret 2018)

Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan tinggi (NA)

mengungkapkan bahwa dalam menggunakan fakta dengan tepat dan jujur untuk

menyimpulkan materi yang sudah diberikan oleh guru pada soal wacana, siswa dapat

menjawab soal wacana dengan melihat fakta yang yag terjadi di lingkungan

sekitarnya ataupun dari apa yang siswa pernah rasakan. Kemudian siswa mampu

menyimpulkan materi yang telah diberikan oleh guru sehingga siswa dengan

kemampuan tinggi dapat menyelesaikan soal dengan benar.

Selanjutnya penjelasan dari siswa dengan kemampuan sedang dalam

menggunakan fakta-fakta secara tepat dan jujur. Berikut hasil wawancara yang di

lakukan oleh peneliti:

“iya bu, saya bisa menjawab pertanyaan sesuai apa yang sudah pernah saya
lihat.” (Wawancara, MI: 22 Maret 2018)

Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan sedang (MI)

mengungkapkan bahwa dalam menggunakan fakta dengan tepat dan jujur untuk

menyimpulkan materi yang sudah diberikan oleh guru pada soal wacana, siswa
54

mampu menjawab pertanyaan sesuai apa yang sudah pernah di lihatnya. Namun

siswa dengan kemampuan sedang ini tidak mampu mengungkapkan dengan lancar.

Kemudian siswa dapat menyimpulkan materi yang sudah diberikan oleh guru secara

rinci sehingga siswa dengan kemampuan sedang dapat menyelesaikan soal dengan

benar.

Selanjutnya penjelasan yang diberikan oleh siswa dengan kemampuan

rendah (PR) dalam menggunakan fakta dengan tepat dan jujur untuk menyimpulkan

materi yang sudah diberikan oleh guru pada soal wacana, berbeda dengan siswa yang

kemampuan tinggi dan sedang. Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh

peneliti.

“tidak bu, karena saya tidak mengerti untuk menjawab soal wacana yang sesuai
fakta, dan saya juga tidak mampu untuk menyimpulkan materi yang udah guru
jelaskan” (Wawancara, PR: 22 Maret 2018)

Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan rendah (PR)

mengungkapkan bahwa dalam menggunakan fakta dengan tepat dan jujur untuk

menyimpulkan materi yang sudah diberikan oleh guru pada soal wacana, siswa tidak

mengerti untuk menjawab sesuai fakta yang terjadi. Kemudian siswa dengan

kemampuan rendah tidak mampu menyebutkan kesimpulan materi yang telah

diberikan oleh guru sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan benar.

Kemudian hal tersebut didukung juga dengan pernyataan dari guru kelas IV-

B dalam menggunakan fakta dengan tepat dan jujur untuk menyimpulkan materi,

yang di alami siswa pada saat mengerjakan soal wacana yang di berikan oleh guru

sebagai berikut:
55

“iya, tetapi ketika siswa diminta untuk menyampaikan masih ada sebagian
siswa yang kurang memahami maksud dari pembelajaran tersebut. Sehingga
jawaban yang diberikan oleh siswa terkadang kurang lengkap. Dan juga pada
saat diminta untuk menyampaikan kebanyakan siswa tidak berani ataupun
malu pada saat mengungkapkan jawabannya.”
(Wawancara, N: 27 Maret 2018)

Berdasarkan hasil pernyataan dari guru kelas IV-B tersebut dapat diketahui

bahwa dalam soal wacana masih ada siswa yang kesulitan untuk menggunakan fakta

dengan tepat dan jujur untuk menyimpulkan materi yang sudah diberikan oleh guru

karena masih ada siswa yang belum memahami konsep, dan kurang peka atas

masalah yang di jelaskan, sehingga dalam penyelesaian masalah sebagian siswa

kurang mampu untuk menyelesaikannya sesuai dengan fakta-fakta yang terjadi. Maka

guru harus memperkenalkan fakta-fakta yang terjadi dilingkungan sekitar, yang

terkandung dalam soal wacana tersebut sehingga siswa paham dan mampu

menyimpulkan materi yang telah diberikan oleh guru.

Hasil observasi dan wawancara peneliti terkait dengan cara siswa (NA)

kemampuan tinggi, siswa dengan kemampuan sedang (MI) dalam dimensi

menggunakan fakta dengan tepat dan jujur untuk menyimpulkan materi bahwa dua

siswa (NA dan MI) mampu menjawab dengan fakta yang ada dilingkungan

sekitarnya dan menyimpulkannya. Berbeda dengan siswa kemampuan tinggi (NA)

dan sedang (MI) , siswa dengan kemampuan rendah (PR) tidak mampu menjawab

dengan fakta yang ada dilingkungan sekitarnya dan menyimpulkannya yang terdapat

pada indikator ke 1 sehingga siswa dengan kemampan rendah ini sulit untuk

mengerjakan soal wacana yang diberikan. Observasi: 29 Maret 2018)


56

Hal ini dapat dilihat dari hasil dokumentasi pada gambar berikut ini

Gambar 4.1 Jawaban siswa kemampuan tinggi

Gambar 4.1 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan tinggi (NA)

mampu menuliskan jawaban dengan benar. Siswa mampu menggunakan fakta

dengan tepat dan jujur untuk menyimpulkan materi yang terdapat dalam soal.

Kemudian siswa juga mampu menyelesaikan soal dengan benar.

Gambar 4.2 Jawaban siswa kemampuan sedang

Gambar 4.2 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan sedang (MI)

mampu menuliskan jawaban dengan benar. Siswa mampu menuliskan sesuai fakta-

fakta untuk menjawab yang terdapat dalam soal. Kemudian siswa dengan

kemampuan sedang mampu menuliskan kesimpulan dengan jelas sehingga dapat

menyelesaikan soal dengan benar.


57

Gambar 4.3 Jawaban siswa kemampuan rendah

Gambar 4.3 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan rendah (PR)

tidak mampu menuliskan jawaban dengan benar. Siswa tidak mampu untuk

menjawab sesuai fakta-fakta yang terdapat dalam soal sehingga tidak dapat

menyelesaikan soal dengan benar. Dan juga dikarenakan siswa tidak mendengarkan

arahan mengenai cara mengerjakan soal.

Berdasarkan hasil yang ditemukan peneliti melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi dapat ditarik sebuah kesimpulan sementara bahwa pada dimensi

menggunakan fakta-fakta secara tepat dan jujur pada tiga siswa (NA, MI, dan PR)

dalam mengerjakan soal wacana dan didukung oleh pernyataan yang dikemukakan

oleh guru kelas IV-B, siswa mengalami kesulitan pada dimensi menggunakan fakta-

fakta dengan tepat dan jujur untuk menyimpulkan materi. Siswa masih kesulitan

mendefinisikan makna dari fakta-fakta tersebut. Dua siswa dengan kemampuan tinggi

(NA) dan siswa dengan kemampuan sedang (MI) tidak mengalami kesulitan dalam

menuliskan dan menyebutkan fakta yang tepat dan jujur untuk menyimpulkan pada

soal wacana tersebut sehingga siswa dapat mengerjakan sesuai logika yang benar.

Namun pada siswa kemampuan rendah (PR) mengalami kesulitan dalam menuliskan

dan menyebutkan fakta yang tepat dan jujur untuk menyimpulkan pada soal wacana

tersebut sehingga siswa tidak dapat mengerjakan sesuai dengan logika yang benar.
58

b. Mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas, logis atau masuk

akal

IPA merupakan rumpun ilmu yang memiliki karakter khusus, yaitu

mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan, atau kejadian dan

hubungan sebab akibatnya. Maka dari itu, mengorganisasi pikiran dan

mengungkapkannya dengan jelas, logis atau masuk akal atas sebuah fenomena

ataupun kejadian. Berdasarkan hasil yang ditemukan oleh peneliti dapat diketahui

bahwa dimensi tersebut secara rinci akan dijabarkan di bawah ini.

Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan siswa kriteria kemampuan

tinggi kemudian siswa tersebut memberikan pernyataannya mengenai mengorganisasi

pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas, logis atau masuk akal dalam

mengerjakan soal wacana sebagai berikut:

“ya, saya bisa menjawab pertanyaan dengan lisan yang di berikan oleh
guru.”(Wawancara, NA: 22 Maret 2018)

Berdasarkan pernyataan siswa kemampuan tinggi (NA) mengungkapkan

bahwa dalam bahwa dalam mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya dengan

jelas, siswa mampu ngungkap konsep soal dengan jelas dan benar. Sehingga siswa

mampu mengerjakan soal dengan lancar.

Selanjutnya wawancara dengan siswa kemampuan sedang memberikan

pernyataannya mengenai mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya dengan

jelas, logis atau masuk akal dalam mengerjakan soal wacana sebagai berikut

Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan peneliti.


59

“tidak, saya hanya mampu mengungkapkan pendapat saya secara tertulis, tetapi
jika di suruh berbicara langsung terkadang saya bingung.” (Wawancara, MI: 22
Maret 2018)

Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan sedang (MI)

mengungkapkan bahwa dalam mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya

dengan jelas, siswa tidak dapat mengungkap konsep soal dengan benar dan terkadang

merasa bingung, siswa dengan kemampuan sedang hanya mampu mengungkapkan

pendapatnya secara tertulis.

Selanjutnya penjelasan yang diberikan oleh siswa dengan kemampuan

rendah (PR) dalam mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas,

logis atau masuk akal, berbeda dengan siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang.

Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti.

“tidak, saya tidak mampu menyampaikan pendapat saya secara jelas”


(Wawancara, PR: 22 Maret 2018)

Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan rendah (PR)

mengungkapkan bahwa dalam mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya

dengan jelas, logis atau masuk akal siswa berkemampuan rendah tidak mampu

mengungkapkan secara jelas. Dari hasil wawancara peneliti dengan siswa

berkemampuan rendah (PR). Dapat di ketahui bahwa siswa yang memiki kemapuan

rendah tidak dapat mengungkapkan pendapanyat secara jelas, logis atau masuk akal.

Kemudian hal tersebut didukung juga dengan pernyataan dari guru kelas IV-

B mengenai mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas, logis atau

masuk akal sebagai berikut:


60

“siswa sudah mengungkapkan pendapatnya dengan jelas dan logis”


(Wawancara, N: 27 Maret 2018)

Berdasarkan hasil pernyataan dari guru kelas IV-B tersebut dapat diketahui

bahwa dalam soal wacana masih ada siswa yang kesulitan untuk mengorganisasi

pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas, logis, atau masuk akal. Hal ini di

sebabkan sebagian siswa kurang mampu untuk mengungkapkan pendapatnya secara

jelas, logis, atau masuk akal. Maka guru harus mampu membimbing siswa agar dapat

mengungkapkan pendapatnya dengan jelas yang terdapat dalam soal wacana tersebut

sehingga siswa paham dan mampu dalam mengungkapkan pendapatnya secara jelas

dan masuk akal.

Hasil observasi peneliti mengenai cara siswa (NA) kemampuan tinggi dan

(MI) kemampuan sedang dalam mengorganisasi pikiran secara jelas, logis atau masuk

akal bahwa pada dua siswa (NA) mampu menjawab pertanyaan dengan lisan dan

jelas, walaupun pada siswa kemampuan sedang (MI) hanya mampu mengungkapkan

pendapatnya secara tertulis. Kemudian pada siswa dengan kemampuan rendah (PR)

tidak mampu menyampaikan pendapat secara jelas. (Observasi: 29 Maret 2018)

Hal ini bisa dilihat dari hasil dokumentasi pada gambar berikut ini:

Gambar 4.4 Jawaban siswa kemampuan tinggi


61

Gambar 4.4 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan tinggi (NA)

mampu menjawab pertanyaan dengan lisan. Siswa mampu menangkap konsep soal

dengan benar. Siswa mampu menangkap konsep soal dengan menuliskan diketahui

dan ditanyakan dalam soal dan siswa mampu mengorganisasi pikiran dan

mengungkapkan pendapatnya secara jelas, logis atau masuk akal.

Gambar 4.5 Jawaban siswa kemampuan sedang

Gambar 4.5 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan sedang,

mengungkapkan bahwa (MI) ia juga mampu mampu mengorganisasi pikiran dan

mengungkapkannya dengan jelas, logis atau masuk akal.

Gambar 4.6 Jawaban siswa kemampuan rendah

Gambar 4.5 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan rendah (PR),

mengungkapkan bahwa ia tidak mampu mengorganisasi pikiran dan mengungkapkan

pendapat secara jelas, logis atau masuk akal.


62

Berdasarkan hasil yang ditemukan peneliti melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi dapat ditarik sebuah kesimpulan sementara bahwa pada dimensi berpikir

kritis pada tiga siswa (MA, MI, dan PR) dalam mengerjakan pada soal wacana dan

didukung oleh pernyataan dari guru kelas IV-B, satu siswa dengan kemampuan tinggi

(MA) mampu menjawab pertanyaan dengan lisan dan siswa dengan kemampuan

sedang (MI) hanya mampu mengungkapkan pendapatnya secara tertulis karena ketika

di suruh untuk menyampaikan pendapa secara langsung terkadang siswa menjadi

bingung. Namun pada siswa kemampuan rendah (PR) mengalami kesulitan dalam

menyampaikan pendapat secara jelas.

c. Membedakan antara kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid dengan

logika yang tidak valid.

Siswa dalam pembelajaran IPA akan banyak mempelajari konsep atau

masalah yang ada di lingkungan siswa, sehingga dapat di jadikan suatu obyek untuk

dapat menumbuhkan cara berpikir kritis siswa. Untuk dapat menumbuhkan berpikir

kritis siswa dapat di terapkan suatu bentuk latihan-latihan yang mengacu pada pola

pikir siswa seperti meminta siswa untuk membedakan antara kesimpulan yang di

dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid.

Upaya yang dapat di lakukan dalam mengembangkan kemampuan berpikir

kritis dapat di kembangkan melalui pembelajaran yang versifa student-centered,

yaitu pembelajaran yag berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran yang berpusat
63

pada siswa ini, guru memberikan kebebasan berpikir dan keluluasan bertindak

kepada siswa dalam memahami pegetahuan serta dalam menyelesaikan masalahnya.

Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan siswa kriteria kemampuan

tinggi kemudian siswa tersebut dapat mamemberikan pernyataannya mengenai

pemahaman siswa untuk membedakan antara kesimpulan yang di dasarkan pada

logika yang valid dengan logika yang tidak valid dalam soal wacana, sebagai

berikut:

“Iya bu, karena saya mampu membedakan kesimpulan yang benar ataupun
salah dalam mengerjakan soal”. Wawancara: (NA, 22 Maret 2019)
Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan tinggi (NA)

mengungkapkan bahwa dalam pemahaman membedakan antara kesimpulan yang di

dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid siswa sudah paham,

sehingga siswa kemampuan tinggi ini menjawab soal wacana tersebut dengan benar

dan siswa juga juga dapat memberikan kesimpulan akhir dari soal.

Selanjutnya penjelasan dari siswa dengan kemampuan sedang (MI) dalam


pemahaman

siswa untuk membedakan antara kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid

dengan logika yang tidak valid berbeda dengan siswa yang berkemampuan tinggi.

Berikut hasil wawancara yang di lakukan peneliti:

“tidak bu, saya tidak mengerti dengan membedakan kesimpulan yang benar
dan kesimpulan yang salah.” Wawancara (MI: 22 Maret 2018)
64

Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan sedang (MI)

mengungkapkan bahwa dalam pemahaman siswa untuk membedakan antara

kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid

dalam soal siswa tidak mampu menjawab soal dengan benar.

Selanjutnya penjelasan dari siswa dengan kemampuan rendah (PR) dalam

pemahaman siswa untuk membedakan antara kesimpulan yang di dasarkan pada

logika yang valid dengan logika yang tidak valid jauh berbeda dengan siswa

berkemampuan tinggi dan sedang. Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan oleh

peneliti.

“tidak bu, saya tidak mengerti dan tidak mampu untuk membedakan

kesimpulan yang benar dan salah”. Wawancara (PR: 22 Maret 2018)

Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan rendah (PR)

mengungkapkan bahwa dalam pemahaman siswa untuk membedakan antara

kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid ,

siswa tidak mampu menjawab soal dengan benar. Siswa dengan kemampuan rendah

tidak mengetahui untuk membedakan kesimpulan yang valid dan tidak valid sehingga

tidak bisa menyelesaikan jawaban dalam soal.

Kemudian hal tersebut didukung juga dengan pernyataan dari guru kelas IV-B

mengenai pemahaman siswa untuk membedakan antara kesimpulan yang di dasarkan

pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid, yang di alami siswa pada saat

mengerjakan soal wacana yang di berikan oleh guru sebagai berikut:


65

“tidak, siswa saya masih bingung jika diminta untuk membedakan kesimpulan
yang valid dan kesimpulan yang tidak valid”. Wawancara (N: 27 Maret
2018)”
Berdasarkan hasil penjelasan dari guru kelas V-B dan guru kelas V-C tersebut

dapat diketahui bahwa dalam dimensi berpikir kritis kemampuan siswa dalam

membedakan antara kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid dengan

logika yang tidak valid yang berkaitan dengan soal wacana masih kurang dikarenakan

siswa belum mampu membedakan sebuah kesimpulan yang didasarkan pada logika

vaid dan logika tidak valid.

Hasil observasi peneliti mengenai cara siswa (NA) kemampuan tinggi dan

siswa dengan kemampuan sedang (MI) dalam membedakan sebuah kesimpulan yang

didasarkan pada logika vaid dan logika tidak valid bahwa dari kedua siswa (NA dan

MI) mengetahui dalam mengerjakan soal sehingga siswa dengan kemampuan tinggi

dan sedang dapat menyelesaikan soal dengan benar. Dua siswa ini juga mampu

memberikan kesimpulan akhir dari soal. Namun berbeda dengan siswa kemampuan

rendah (PR) tidak mengetahui dalam mengerjakan soal sehingga siswa tidak dapat

memberikan jawaban dengan benar. Siswa juga tidak dapat memberikan kesimpulan

akhir dari soal. (Observasi: 27 Maret 2018)

Hal ini bisa dilihat dari hasil dokumentasi pada gambar berikut ini:
66

Gambar 4.7 Jawaban siswa kemampuan tinggi

Gambar 4.7 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan tinggi mampu

menuliskan tahap-tahap dalam mengerjakan soal setelah mengetahui kesimpulan yang

di dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid sehingga siswa

dengan kemampuan tinggi mampu menyelesaikan soal siswa dengan jawaban yang

benar. Siswa dengan kemampuan tinggi juga dapat memberikan kesimpulan akhir.

Gambar 4.8 Jawaban siswa kemampuan sedang

Gambar 4.8 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan sedang tidak

mampu menuliskan tahap-tahap dalam mengerjakan soal setelah mengetahui

kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak valid

sehingga siswa dengan kemampuan sedang tidak mampu menyelesaian soal dengan

jawaban yang benar.


67

Gambar 4.9 Jawaban siswa kemampuan rendah

Gambar 4.9 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan rendah berbeda

dengan siswa kemampuan tinggi (NA) dan sedang (MI), siswa dengan kemampuan

rendah (PR) tidak mengetahui tahap-tahap selanjutnya dalam menyelesaikan soal

sehingga siswa tidak dapat memberikan jawaban dengan benar. Siswa dengan

kemampuan rendah juga tidak dapat memberikan kesimpulan akhir.

Berdasarkan hasil yag ditemukan peneliti melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi dapat ditarik sebuah kesimpulan sementara bahwa pada dimensi

kemampuan berpikir kritis yang kurang pada tiga siswa yaitu siswa kemampuan

tinggi, sedang dan rendah dan didukung oleh pernyataan dari guru kelas IV-B, siswa

kemampuan tinggi (NA) tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan. Siswa

kemampuan sedang (MI) dan siswa (PR) kemampuan rendah mengalami kesulitan

pada mengerjakan soal wacana. Satu siswa (NA) mengetahui tahap-tahap dalam

menyelesaikan soal sehingga jawaban yang dikerjakan benar serta siswa dapat

memberikan kesimpulan akhir dari soal. Namun pada siswa kemampuan sedang (MI)

dan rendah (PR) mengalami. Siswa (MI) dan (PR) tidak mengetahui tahap-tahap

dalam menyelesaikan soal sehingga siswa tidak memberikan jawaban yang benar

serta siswa juga tidak mampu memberikan kesimpulan akhir dari soal.
68

Berdasarkan analisis di atas, maka diperoleh hasil penelitian secara

menyeluruh pada masing-masing hasil yang dicapai oleh tiga siswa dengan

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah sebagai berikut:

Siswa dengan kemampuan tinggi (NA) pada dimensi kemampuan berpikir

kritis mampu membedakan antara kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang

valid dengan logika yang tidak valid. Siswa (MI) dan (PR) tidak dapat membedakan

antara kesimpulan yang di dasarkan pada logika yang valid dengan logika yang tidak

valid. Kemudian dimensi yang kedua dimensi kesulitan mentransfer pengetahuan,

siswa mampu menangkap konsep soal dengan benar, dengan menulis dan

menyebutkan apa yang diketahui, ditanyakan serta rumus yang digunakan dalam

mengerjakan soal. Dan pada dimensi yang ketiga pemahaman bahasa matematika

yang kurang. Siswa dengan kemampuan tinggi (CA) mampu mengetahui tahap-tahap

dalam mengerjakan operasi hitung dalam menyelesaikan soal dan dapat memberikan

kesimpulan akhir dari soal.

d.) Menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan menyampaikan argumen yang

relevan.

Pengembangan kemampuan berpikir kritis yang optimal mensyaratkan adanya

kelas yang interaktif. Agar pembelajaran dapat interaktif, maka desain

pembelajarannya harus menarik sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses

pembelajaran. Dalam pembelajaran yang mengembangkan keterampilan berpikir

kritis lebih melibatkan siswa sebagai pemikir, bukan orang yang di ajar. Adapun
69

pengajar berperan sebagai mediator, fasilitator , dan motivator yang membantu siswa

dalam belajar dan bukan mengajar.

Sehingga siswa dapa menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan dapat

menyampaikan argumen yang relevan sesuai dengan pembelajaran yang

mengembangkan berpikir kritis.

Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan siswa kriteria kemampuan

tinggi kemudian siswa tersebut memberikan pernyataannya mengenai pemahamannya

untuk menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan menyampaikan argumen

yang relevan dalam mengerjakan soal sebbagai berikut:

“ya bu, karena jika ada sebuah pendapat tidak sesuai menurut saya, saya
langsung berkomentar”. Wawancara (NA: 22 Maret 2018)

Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan tinggi (NA)

mengungkapkan bahwa dalam pemahaman untuk menyangkal suatu argumen yang

tidak relevan dan menyampaikan argumen yang relevan siswa mampu menjawab soal

dengan benar. Siswa mengetahui sebuah argumen yang relevan dan tidak siswa

dengan kemampuan tinggi dapat menyelesaikan soal dengan benar.

Selanjutnya penjelasan dari siswa dengan kemampuan sedang (MI) dalam

pemahaman untuk menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan menyampaikan

argumen yang relevan siswa tidak jauh berbeda dengan siswa yang berkemampuan

tinggi. Berikut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti.


70

“saya suka protes terkadang bu, kalau menurut saya pendapat itu tidak benar”.
Wawancara (MI: 22 Maret 2018)
Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan sedang (MA)

mengungkapkan bahwa dalam menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan

menyampaikan argumen yang relevan siswa mampu menjawab soal dengan benar dan

diakahir siswa mampu untuk menyimpulkannya.

Selanjutnya penjelasan dari siswa dengan kemampuan rendah (PR) dalam

pemahaman siswa kemampuan rendah mengungkapkan bahwa dalam menyangkal

suatu argumen yang tidak relevan dan menyampaikan argumen yang relevan siswa

tidak mampu menjawab soal dengan benar. Siswa dengan kemampuan rendah tidak

mengetahui untuk mengungkapkan ataupun menyangkal suatu argumen sehingga

tidak bisa menyelesaikan jawaban dalam soal serta siswa juga tidak mampu

memberikan kesimpulan akhir dari soal.

Kemudian hal tersebut didukung juga dengan pernyataan dari guru kelas IV-B

mengenai pemahaman menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan

menyampaikan argumen yang relevan sebagai berikut:

“iya, siswa akan merespon sebuah pernyataan yang disaampaikan, tetapi

terkadang siswa masih malu-malu pada saat menyampaikannya”. Wawancara (N: 27

Maret 2018).

Berdasarkan hasil penjelasan dari guru kelas IV-B tersebut dapat diketahui

bahwa dalam dimensi menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan
71

menyampaikan argumen yang relevan tidak semua siswa mampu memberikan

pertanyaan suatu pandangan. Masih terdapat sebagian besar siswa yang masih

kesulitan dikarenakan siswa masih belum mengerti.

Hasil observasi peneliti mengenai cara siswa (NA) kemampuan tinggi dan

(MI) kemampuan sedang dalam menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan

menyampaikan argumen yang relevan bahwa pada siswa dengan kemampuan tinggi

(NA) dan siswa kemampuan sedang (MI) mampu memberikan pertanyaan terhadap

suatu pandangan dalam masalah. rendah(PR) tidak mampu menyampaikan sebuah

argumen dan tidak mengerti yang terdapat pada soal wacana. (Observasi: 29 Maret

2018)

Hal ini bisa dilihat dari hasil dokumentasi pada gambar berikut ini:

Gambar 4.10 Jawaban siswa kemampuan tinggi

Gambar 4.10 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan tinggi (NA)

mampu memberikan pernyataan terhadap suatu masalah yang terdapat pada soal

wacana. Karena siswa suka menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan

menyampaikan argumen yang relevan pada saat diberikan soal wacana.

Gambar 4.11 Jawaban siswa kemampuan sedang


72

Gambar 4.11 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan sedang (MI)

mampu memberikan pernyataan terhadap suatu masalah yang terdapat pada soal

wacana siswa juga mampu menjawab dengan benar. Karena siswa terkadang protes

jika terdepata suatu argument yang tidak relevan kemudian menyampaikan argument

yang relevan.

Gambar 4.12 Jawaban siswa kemampuan rendah

Gambar 4.12 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan rendah (PR)

tidak mampu memberikan pernyataan terhadap suatu masalah yang terdapat pada soal

wacana sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan benar. Hal ini

dikarenakan siswa tidak pernah memberi komentar pada saat temannya

menyampaikan sebuah argumen.

Berdasarkan hasil yang ditemukan peneliti melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi dapat ditarik sebuah kesimpulan sementara bahwa pada dimensi

menyangkal suatu argumen yang tidak relevan dan menyampaikan argumen yang

relevan pada tiga siswa (NA, MI, dan PR) dalam mengerjakan soal wacana dan
73

didukung oleh pernyataan dari guru kelas IV-B , siswa dengan kemampuan tinggi dan

sedang (NA dan MI) mampu pada dimensi menyangkal suatu argumen yang tidak

relevan dan menyampaikan argumen yang relevan. Namun pada siswa kemampuan

rendah (PR) mengalami kesulitan pada dimensi menyangkal suatu argumen yang

tidak relevan dan menyampaikan argumen yang relevan.

e.) Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi suatu

pandangan.

Hal ini sangat penting untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis

siswa, mengingat kemampuan berpikir kritis dapat mempengaruhi prestasi belajar dan

membantu siswa memahami konsep IPA secara mendalam, sehingga siswa dapat

mempertanyakan suatu pandangan beserta implikasinya.

Pada saat peneliti melakukan wawancara dengan siswa kriteria kemampuan

tinggi kemudian siswa tersebut memberikan pernyataannya mengenai pembelajaran

IPA dalam mengerjakan soal wacana sebagai berikut:

“ya, karena saya suka bertanya kepada teman saya mengenai pendapatnya untuk
sebuah masalah.” (Wawancara, NA: 22 Maret 2018)

Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan tinggi (NA)

mengungkapkan bahwa dalam mempertanyakan suatu pandangan dan

mempertanyakan implikasinya. Dalam hal ini siswa di tuntut agar lebih peka dalam

menanggapi suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi apa yang akan di

dapatkan. Sehingga pertanyaan yang sudah diberikan oleh guru pada soal wacana,

siswa dapat menjawab soal wacana dengan mempertanyakan suatu pandangan beserta
74

implikasinya terhadap lingkungan sekitar ataupun dari apa yang siswa pernah

rasakan. Sehingga siswa mampu memberikan pertanyaan pada suatu pandangan yang

telah diberikan oleh guru sehingga siswa dengan kemampuan tinggi dapat

menyelesaikan soal dengan benar.

Selanjutnya penjelasan dari siswa dengan kemampuan sedang dalam

mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasinya . Berikut hasil

wawancara yang di lakukan oleh peneliti:

“tidak, karena saya juga tidak mengerti.” (Wawancara, MI: 22 Maret 2018)”

Dari penjelasan yang diberikan oleh siswa dengan kemampuan sedang (MI)

mengungkapkan bahwa dalam mempertanyakan suatu dan mempertanyakan

implikasi dari suatu pandangan tersebut, siswa merasa kurang mampu dan merasa

sulit untuk memberikan pertanyaan terhadap suatu pandangan dan implikasinya.

Selanjutnya penjelasan yang diberikan oleh siswa dengan kemampuan

rendah (PR) dalam dimensi berpikir kritis. Berikut ini hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti.

“tidak, karena saya tidak tahu apa yang ingin saya tanyakan.” (Wawancara,
PR: 22 Maret 2018)

Berdasarkan penjelasan dari siswa dengan kemampuan rendah (PR)

mengungkapkan bahwa dalam mempertanyakan suatu pandangan beserta

implikasinya siswa berkemampuan rendah tidak mampu dalam memberikan

pertanyaan terhadap suatu pandangan mengungkapkan dengan jelas. Dari hasil

wawancara peneliti dengan siswa berkemampuan rendah (PR). Dapat di ketahui


75

bahwa siswa yang memiki kemampuan rendah tidak dapat mempertanyakan suatu

pandangan dan mempertanyakan implikasi dari pandangan tersebut.

Kemudian hal tersebut didukung juga dengan pernyataan dari guru kelas IV-

B mengenai mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi dari

pandangan tersebut sebagai berikut:

“tidak, karena mereka masih ragu dengan jawaban masing-masing.”


(Wawancara, N: 27 Maret 2018)

Berdasarkan hasil pernyataan dari guru kelas IV-B tersebut dapat diketahui

bahwa dalam dimensi mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan

impliksai suatu pandangan, guru telah mengajarkan kepada siswa bagaimana cara

agar siswa dapat memberikan pertanyaan terhadap suatu pandangan dan apa

implikasinya yang terdapat dalam soal wacana. Namun tidak semua siswa mampu

mampu memberikan pertanyaan suatu pandangan. Masih terdapat sebagian besar

siswa yang masih kesulitan dikarenakan siswa masih belum mengerti.

Hasil observasi peneliti mengenai cara siswa (NA) kemampuan tinggi dan

(MI) kemampuan sedang dalam mempertanyakan suatu pandangan dan

mempertanyakan implikasinya bahwa pada siswa dengan kemampuan tinggi (NA)

mampu memberikan pertanyaan terhadap suatu pandangan dalam masalah. Kemudian

siswa dengan kemapuan sedang dan rendah(MI dan PR) tidak mampu

mempertanyakan suatu pandangan beserta implikasinya yang terdapat pada soal

wacana. (Observasi: 29 Maret 2018)

Hal ini bisa dilihat dari hasil dokumentasi pada gambar berikut ini
76

Gambar 4.13 Jawaban siswa kemampuan tinggi

Gambar 4.13 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan tinggi (NA)

mampu memberikan pertanyaan terhadap suatu masalah yang terdapat pada soal

wacana. Karena siswa suka menanyakan pendapat temannya mengenai suatu

masalah.

Gambar 4.14 Jawaban siswa kemampuan sedang

Gambar 4.14 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan sedang (MI)

tidak mampu memberikan pertanyaan dengan benar. Siswa tidak mampu menangkap

konsep soal yang terdapat pada soal wacana yang di berikan oleh guru.

Gambar 4.15 Jawaban siswa kemampuan rendah


77

Gambar 4.15 menjelaskan bahwa siswa dengan kemampuan rendah (PR)

tidak mampu memberikan pertanyaan terhadap suatu pandangan beserta

implikasinya. Hal ini di karenakan siswa tidak tahu apa yang harus ia tanyakan

ditanyakan.

Berdasarkan hasil yang ditemukan peneliti melalui wawancara, observasi dan

dokumentasi dapat ditarik sebuah kesimpulan sementara bahwa pada dimensi

mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasinya pada tiga siswa

(NA, MI, dan PR) dalam mengerjakan soal wacana dan didukung oleh pernyataan

dari guru kelas IV-B , siswa dengan kemampuan tinggi (NA) mampu pada dimensi

memberikan pertanyaan pada suatu pandangan dan implikasinya. Kemudian siswa

(MI) tidak mampu karena tidak mengerti apa maksud dari soal wacana tersebut.

Namun pada siswa kemampuan rendah (PR) juga mengalami kesulitan belajar pada

dimensi mempertanyakan suatu pandangan beserta implikasinya. Siswa (PR) tidak

mampu memberikan pertanyaan terhadap suatu masalah di karenakan siswa tidak

tahu apa ingin ia tanyakan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembelajaran adalah suatu proses yang di tandai dengan adanya perubahan

pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah

laku, keterampilan kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada

pada individu (Menurut Sujana dalam Jihad dan Haris 2012:2). Sekolah Dasar
78

merupakan sekolah tempat memperoleh pendidikan sebagai dasar pengetahuan

untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Jadi Sekolah Dasar adalah

bangunan tempat belajar mengajar serta menerim dan memberi pelajaran pada

tingkat dasar.

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi dalam menciptakan

siswa sejak dini untuk memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah.

Pembelajaran IPA harus mengearahkan siswa untuk mencari tahu tentang alam

secara sistematis. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan

juga perkembangan teknologi, karena IPA dapat memangkitkan minat dan

kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

pemahahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum

terungkap atau bisa dikatakan masih bersifat rahasia, sehingga dalam pembelajaran

IPA ini mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis. Fokus dari penelitian ini

adalah menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa dikelas IV-B SDN 033

Tarakan. Hasil penelitian diperoleh dari wawancara, observasi dan studi

dokumentasi kepada guru kelas dan peserta didik kelas IV-B. Berdasarkan dari hasil

yang diperoleh, adapun pembahsan dari penelitian ini di paparkan sebagai berikut:

1. Kemampuan Berpikir Kritis

Fister (dlam Susanto 2012:122) berpikir kritis dapat di interprestasikan dalam

berbagai cara. Misalnya, mengemukakan bahwa berpikir kritis adalah menjelaskan

bagaimana sesuatu itu dipikirkan. Belajar berpikir kritis adalah menjelaskan

bagaimana sesuatu itu dipikirkan. Belajar bagaimana bertanya, kapan bertanya,dan


79

apa metode penalaran yang dipakai. Seorang siswa hanya dapat berpikir kritis atau

bernalar sampai sejauh ia mampu menguji pengalamannya, mengevaluasi

pengetahuan, ide-ide dan mempertimbangkan argument sebelum mencapai

justifikiasi yang seimbang. Menjadi seorang pemikir yang kritis juga meliputi

pengembangan sikap-sikap tertentu, seperti keinginan untuk bernalar, keinginan

untuk ditantang dan hasrat untuk mencari kebenaran.

Hasil yang diperoleh oleh peneliti dalam kemampuan berpikir kritis siswa di

kelas IV-B SDN 033 Tarakan. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis

siswa dapat terlihat pada saat guru memberikan kesempatan dalam menyampaikan

pendapat dan memberi dukungan kepada siswa dalam proses belajar belangsung.

Kegiatan kelas yang mengacu pada aktivitas siswa dengan mengisi lembar kerja atau

dengan mengadakan tanya jawab yang dikembangkan oleh guru juga mampu

memacu kemampuan berpikir kritis siswa. Pemhaman secara luas dapat melatih siswa

dalam mengembangkan berpikit kritisnya.

Adapun ciri-ciri berpikir kritis yang peneliti gunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir kritis siswa sebagi berikut:

a. Menggunakan fakta-fakta secara tepat dan jujur

Kemampuan menggunakan fakta-fakta secara tepat dan jujur merupakan

penilaian peserta didik dalam memecahkan masalah yang diberikan. Dalam

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, peserta didik mengaitkan dengan

fakta-fakta secara tepat dan jujur masalah tersebut sesuai fakta yang ada
80

dilingkungan mereka, ataupun mengungkapkan secara tepat dan jujur sebuah

fakta yang pernah mereka lihat atau alami sesuai masalah yang diberikan.

b. Mengorganisasi pikiran dan mengungkapkannya dengan jelas, logis atau

masuk akal

Kemampuan mengguanakan mengorganisasi pikiran dan

mengungkapkannya dengan jelas, logis atau masuk akal peserta didik dalam

tahapan siswa dapat mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan,

mampu menentukan pikiran utama dari suati wacana, dan dapat menjelaskan

hubungan sebab akibat dari suatu pernyataan.

c. Membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika yang valid dan

logika yang tidak valid

Kemampuan membedakan antara kesimpulan yang didasarkan pada logika

yang valid dan logika yang tidak valid dalam hal ini peserta didik mampu

menunjukkan pernyataan yang benar dan salah, mampu membedakan antara

fakta dan nilai dari suatu pendapat atau pernytaan, dan mampu merancang solusi

sederhana berdasarkan masalah.

d. Menyangkal suatu argument yang tidak relevan dan menyampaikan

argument yang relevan

Kemampuan menyangkal suatu argument yang tidak relevan dan

menyampaikan argument yang relevan dalam hal ini peserta didik dapat

membedakan informasi relevan dan tidak relevan, mendeteksi penyimpangan

dan mampu mengevaluasi pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh guru.


81

e. Mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan implikasi suatu

pandangan

Kemampuan mempertanyakan suatu pandangan dan mempertanyakan

implikasi suatu pandangan dalam hal ini peserta didik akan menanyakan sebuah

pendapat atau pandangan yang disampaikan dan menanyakan dampak dari

sebuah pandangan tersebut. Peserta didik juga dalam hal ini akan mencari solusi

yang kompleks atas sebuah pandangan tersebut.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis

siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

cooperative script pada peserta didik kelas IV-B dengan melihat ciri-ciri

berpikir kritis sudah baik, dengan menerpkan sebuah pembelajaran yang seperti

ini guru akan semakin mudah untuk membimbing peserta didik dalam

pembelajaran, dan peserta dididk juga akan aktif dalam kelas karena

pembelajaran tidak hanya berdasar pada buku, tetapi dengan lingkungan atau

pengalaman yang pernah mereka rasakan juga dapat menjadi sumbe belajar

mereka disekolah.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data da pembahsan hasil penelitian analisis berpikir

kritis siswa pada mata pelajaran IPA dikelas IV-B pada mata pelajaran IPA

melalui penerapan model pembelajaran cooperative script di SDN 033 Tarakan

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Penerapan model dalam sebuah pembelajaran sangat penting untuk memacu

kemampuan berpikir kritis siswa. Karena dengan berbantu model pembelajaran

siswa akan mengerti bagaimana bertanya, kapan bertanya,dan apa metode

penalaran yang dipakai.

Kemampuan berpikir kritis siswa dapat terlihat pada saat guru memberikan

kesempatan dalam menyamapaikan pendapat dan memberi dukungan kepada

siswa dalam proses belajar belangsung. Kegiatan kelas yang mengacu pada

aktivitas siswa dengan mengisi lembar kerja atau dengan mengadakan tanya

jawab yang dikembangkan oleh guru juga mampu memacu kemampuan berpikir

kritis siswa. Pemhaman secara luas dapat meltih siswa dalam mengembangkan

berpikit kritisnya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat di kemukakan beberapa saran

antara lain:

1. Guru kelas hendaknya melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan

bantuan model pembelajaran agar tidak monoton, sehingga pembelajaran

82
yang dilaksanakan bisa menyenangkan bagi peserta didik, dan juga

mampu mengembangkan cara berpikir kritis siswa.

2. Bagi peserta didik diharapkan lebih aktif lagi dalam belajar dan terus

berlatih dalam mengerjaka soal-soal wacana yang diberikan guru. Dan

harus rajin bertanya keapda guru jika ada mteri yang belum dipahami.

3. Bagi peneliti yag akan meneliti penelitian sejenis, diharapkan dapat

melakukan penelitian kembali analisis kemampuan berpikir kritis secara

lengkap dan rinci.

83
84

DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, 2016. Perencanaan Pembelajaran (Konsep dan Implementasi).
Bantul Yogyakarta: Dua Satria Offset

Aqib Zainal, 2014. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran


Kontekstual (Inovatif). Bandung: CV Yrama Widya

Asep Jihad, Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi


Presindo

Aziz, 2015. Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Metode

Cooperative Script Pada Siswa Kelas V MI Al-Khoiriyah Mendoh


Kabupaten Semarang Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015. Institut
Agama Islam Negeri: Salatiga

Dwi Ayu Wijayanti, dkk. 2015. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas V Dalam Pembelajaran IPA di 3 SD Gugus X Kecamatan Buleleng.
Universitas Pendidikan Indonesia: Singaraja

Hardiani Isriani, 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep &


Implementasi) Familia: Yogyakarta

Fister Alec, 2015. Berpikir Kritis. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Gunawan, 2015. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Pustaka Gama

Mawarti, 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script Untuk


Meningkatkan Keterampilan Sosial Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V
C SD Negeri 2 Branti Raya Lampung Selatan. Universitas Lampung:
Bandar Lampung

Milles, Matthew B dan Huberman A. Michael. 2014. Analisis Data Kualitatif.


Jakarta: UI-Press

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.


Bandung: Rosda

Nur Indah Sari, 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas V Melalui Inkuiri Terbimbing Pada Mata Pelajaran IPA di SDN
Punukan, Wates, Kulon Progo. Universitas Negeri Yogyakarta:
Yogyakarta
85

Ramadhaningsih, 2013. Logika Ilmu Berpikir. Bandung: PT. Reamaja Rosta


Karya

Sugiyono. 2016. Metode Penilitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Suprijono 2013. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Bumi Aksara

Susanto, 2012. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Kencana

Thobroni, 2016. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wisudawati dan Sulistyowati, 2013. Metodologi Pembelajaran IPA.


Yogyakarta: PT. Bumi Aksara

Yulias Feriati, 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Pelajaran


IPA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa Kelas IV SD Negeri
Karangtalun 1 Tanon Sragen.. Universitas Muhammadiyah Surakarta:
Surakarta
84

DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, 2016. Perencanaan Pembelajaran (Konsep dan Implementasi).
Bantul Yogyakarta: Dua Satria Offset

Aqib Zainal, 2014. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran


Kontekstual (Inovatif). Bandung: CV Yrama Widya

Asep Jihad, Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi


Presindo

Aziz, 2015. Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Metode

Cooperative Script Pada Siswa Kelas V MI Al-Khoiriyah Mendoh


Kabupaten Semarang Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015. Institut
Agama Islam Negeri: Salatiga

Dwi Ayu Wijayanti, dkk. 2015. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas V Dalam Pembelajaran IPA di 3 SD Gugus X Kecamatan Buleleng.
Universitas Pendidikan Indonesia: Singaraja

Hardiani Isriani, 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep &


Implementasi) Familia: Yogyakarta

Fister Alec, 2015. Berpikir Kritis. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Gunawan, 2015. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Pustaka Gama

Mawarti, 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script Untuk


Meningkatkan Keterampilan Sosial Dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V
C SD Negeri 2 Branti Raya Lampung Selatan. Universitas Lampung:
Bandar Lampung

Milles, Matthew B dan Huberman A. Michael. 2014. Analisis Data Kualitatif.


Jakarta: UI-Press

Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.


Bandung: Rosda

Nur Indah Sari, 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas V Melalui Inkuiri Terbimbing Pada Mata Pelajaran IPA di SDN
Punukan, Wates, Kulon Progo. Universitas Negeri Yogyakarta:
Yogyakarta
85

Ramadhaningsih, 2013. Logika Ilmu Berpikir. Bandung: PT. Reamaja Rosta


Karya

Sugiyono. 2016. Metode Penilitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Suprijono 2013. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Bumi Aksara

Susanto, 2012. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:


Kencana

Thobroni, 2016. Belajar & Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wisudawati dan Sulistyowati, 2013. Metodologi Pembelajaran IPA.


Yogyakarta: PT. Bumi Aksara

Yulias Feriati, 2013. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Pelajaran


IPA Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa Kelas IV SD Negeri
Karangtalun 1 Tanon Sragen.. Universitas Muhammadiyah Surakarta:
Surakarta
87

Lampiran 1. Wawancara Awal

CATATAN LAPANGAN

STUDI PENDAHULUAN (WAWANCARA)

Hari/ Tanggal : 04 OKTOBER 2017

Informan : Nur, S.Pd

Lokasi wawancara : Ruang Guru

1. Sudah berapa lama Ibu menjadi guru di SDN 033 Tarakan?


Jawab :Saya mengajar disekolah ini sudah cukup lama, sekitar 10 tahun
2. Selama Ibu menjadi guru di SDN 033 Tarakan apa saja permasalahan yang
biasa ibu temukan dalam proses pembelajaran ?
Jawab :Permasalahan yang biasa saya temukan adalah mengahadapi siswa
yang malas belajar, siswa yang jarang hadir kesekolah, serta permasalahan
kurangnya fasilitas media yang ada disekolah.
3. Bagaimana persiapan Ibu dalam mengajar ?
Jawab :Persiapan saya dalam mengajar seperti mempelajari silabus, RPP
berdasarkan kurikulum, serta materi yang akan saya ajarkan tetapi RPP
yang saya gunakan memang sudah terdapat dibuku sehingga saya hanya
mempelajari yang ada dibuku.
4. Menurut Ibu bagaimana minat siswa pada pembelajaran IPA ?
Jawab :Minat siswa dalam pembelajaran IPA masih rendah, karena
banyak siswa yang masih belum aktif dalam pembelajaran. Ketika ditanya
kebanyakan siswa masih takut untuk menjawab.
88

Lampiran 2. Observasi Awal

CATATAN LAPANGAN

STUDI PENDAHULUAN (OBSERVASI)

Hari/Tanggal : Senin/ 09 Oktober 2017

Nama Sekolah : SDN 033

Kelas : IV-B

Observasi dilakukan peneliti pada saat melakukan PPL di SDN 033

Tarakan. Sekolah ini beralamat di Jl.P Aji Iskandar RT.11, Kelurahan Juata

Laut, Kecamatan Tarakan Utara. Sekolah ini memiliki peserta didik yang

berbeda – berbeda. Penelitian dilakukan pada saat pagi hari, pukul 07.15 guru

dan siswa sudah rapi berbaris di lapangan untuk melakukan upacara bendera

pada hari senin. Dan dalam pembahasan upacara tentang kebersihan dan

kerapian siswa yang kurang baik. Setelah selesai upacara peneliti memohon izin

untuk mengobservasi dikelas IV-B. tepat pukul 08.30 bel pun berbunyi siswa

memasuki kelasnya masing-masing dan tak lupa guru meminta siswa-siwanya

berbaris dahulu sebelum memasuki kelas.

Peneliti pun mulai mengobservasi masuk kedalam kelas melihat proses

pembelajaran yang dilakukan yaitu tepatnya pada pelajaran IPA. Seperti biasa

sebelum pembelajaran guru mengucap salam dan membaca doa selain itu hasil

peneliti juga melihat bahwa pada saat proses pembelajaran sedang berlangsung

terlihat guru yang sudah mengajar secara baik sesuai dengan tujuan
89

pembelajaran yang ingin dicapai. Pada saat mengajar guru hanya menggunakan

metode ceramah, guru tidak menggunakan media dalam mengajar. sehingga

pembelajaran menjadi sangat membosankan bagi siswa terlihat dari siswa yang

mengantuk di kelas, ada yang ribut dibelakang, serta siswa yang hanya berdiam.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti juga menemukan siswa yang tidur

dikelas duduk paling belakang membiarkannya. Hal ini menjadi proses

pembelajaran tidak efektif dan efisien.


90

Lampiran 3. Pedoman Wawancara Guru


91
92

Nama sekolah :

Alamat sekolah :

Nama informan :

Hari/tanggal wawancara :

Tempat :

Dimensi Jawaban
Alternatif Pertanyaan
Ya Tidak Keterangan
1. Menggunakan fakta-kakta 1. Apakah siswa menggunakan fakta
secara tepat dan jujur dengan tepat dan jujur dalam
menyimpulkan materi yang sudah
diberikan oleh guru?
2. Mengorganisasi pikiran 2. Dalam mengungkapkan pendapatnya
dan mengungkapkannya apakah siswa menyampaikan dengan
dengan jeas, logis atau jelas?
masuk akal

3. Membedakan antara 3. Apakah siswa bisa membedakan antara


kesimpulan yang di kesimpulan yang valid dan tidak valid?
93

dasarkan pada logika yang


valid dengan logika yang
tidak valid
4. Apakah siswa merespon argument yang
4. Menyangkal suatu
tidak relevan?
argument yang tidak
relevan dan
menyampaikan argument
yang relevan
5. Adakah hubungan timbal balik antara
5. Mempertanyakan suatu
siswa dalam menanyakan pandangan
pandangan dan
dan implikasinya?
mempertanyakan
implikasi suatu pandangan
94

Lampiran 4. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA SISWA

Nama sekolah :

Alamat sekolah :

Nama informan :

Hari/tanggal wawancara :

Tempat :

Jawaban
Wawancara siswa
Ya Tidak Keterangan

1. Apakah kamu tertarik mengikuti pembelajaran IPA?


2. Dalam proses pembelajaran IPA apakah kamu tertantang untuk
berpikir?
3. Apakah kamu puas dengan hasil belajar IPA yang telah kamu
peroleh?
4. Selama pembelajaran IPA apakah selalu diadakan kegiatan
Tanya jawab?
5. Apakah guru memberikan kesempatan untuk bertanya ketika
kamu kurang memahami materi?
6. Ketika diakhir pembelajaran apakah guru menyimpulkan hasil
95

pembelajaran?
7. Cukupkah waktu yang diberikan oleh guru ketika diberi
kesempatan untuk menganalisis dan menjawab suatu pertanyaan?
8. Apakah guru selalu memberikan pujian atas jawaban atau
pertanyaan yang kalian ajukan?
9. Setiap akhir pembelajaran IPA apakah selalu diadakan penilaian?
10. Penialaian yang dilaksanakan guru apakah dapat meningkatkan
berpikir kalian?
96

Lampiran 5. Lembar Validasi


97
98

Lampiran 6. Silabus Pembelajaran


99
98

Lampiran 5. Dokumentasi Silabus Pembelajaran


SILABUS PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SD NEGERI 033TARAKAN


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas :4
Semester : 2 (Dua) / Genap
Standar Kompetensi : 10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan

Penilaian
Kompetensi Kegiatan Alokasi Sumber
Indikator Materi Pokok Bentuk Contoh
Dasar Pembelajaran Teknik Waktu Belajar
Instrumen Instrumen

10.1 Mendeskripsi 10.1.1Mengidenti 1. Guru menyajikan Kenampakan Tes Wacana Terlampir 4 x 35 Buku paket
menit ( 2 x Ilmu
kan berbagai fikasi materi Pada Bumi
pertemuan ) Pengetahua
penyebab berbagai pembelajaran n Alam SD
Kelas 4.
perubahan faktor 2. Guru
lingkungan penyebab menjelaskan
fisik (angin, perubahan tentang berbagai
hujan, cahaya lingkungan faktor penyebab
matahari, dan fisik. perubahan
gelombang 10.1.2Menjelaska lingkungan fisik.
air laut). n pengaruh 3. Guru
factor menjelaskan
99

Penilaian
Kompetensi Kegiatan Alokasi Sumber
Indikator Materi Pokok Bentuk Contoh
Dasar Pembelajaran Teknik Waktu Belajar
Instrumen Instrumen

penyebab pengaruh factor


perubahan penyebab
lingkungan perubahan
terhadap lingkungan
daratan terhadap daratan
(angin, (angin, hujan,
hujan, cahaya matahari
cahaya dan gelombang
matahari laut).
dan 4. Guru proses
gelombang terjadinya erosi
laut). pada permukaan
10.1.3 Mendeskri tanah.
psikan 5. Guru
proses Memberikan
terjadinya contoh cara
erosi pada mencegah erosi
tanah dan abrasi
100

Penilaian
Kompetensi Kegiatan Alokasi Sumber
Indikator Materi Pokok Bentuk Contoh
Dasar Pembelajaran Teknik Waktu Belajar
Instrumen Instrumen

permukaan 6. Guru membagi


tanah. siswa untuk
10.1.4 Memberika berpasangan
n contoh 7. Guru
cara membagikan
mencegah wacana/materi
erosi tanah tiap siswa untuk
dan abrasi di baca dan
membuat
ringkasan
8. Guru dan siswa
enetapkan siapa
yang pertama
berperan sebagai
pembicara dan
siapa yang
berperan sebagai
pendengar
101

Penilaian
Kompetensi Kegiatan Alokasi Sumber
Indikator Materi Pokok Bentuk Contoh
Dasar Pembelajaran Teknik Waktu Belajar
Instrumen Instrumen

9. Pembicara
membacakan
ringkasannya
selengkap
mungkin, dengan
memasukkan ide-
ide pokok dalam
ringkasannya.
10. Bertukar peran,
semula sebagai
pembicara di
tukar pendengar
dan sebaliknya
11. Kesimpulan guru
102
103

Lampiran 7. Dokumentasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Mata Pelajaran/ Tema : IPA
Sekolah : SDN 033 Tarakan
Kelas/ Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. Standar Kompetensi
10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan
B. Kompetensi Dasar
10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan,
cahaya matahari, dan gelombang air laut).
C. Indikator
10.1.1 Mengidentifikasi berbagai faktor penyebab perubahan lingkungan fisik.
10.1.2 Menjelaskan pengaruh factor penyebab perubahan lingkungan terhadap
daratan (angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang laut)
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini diharapkan siswa:
1. Mampu mengidentifikasi berbagai factor penyebab perubahan lingkungan fisik
2. Mampu menjelaskan pengaruh factor penyebab perubahan lingkungan terhadap
daratan (angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang laut)
E. Materi Pokok
- Kenampakan Pada Bumi
F. Metode/ Model Pembelajaran
Metode : Pembelajaran Kooperatif
Model : Cooperative Script
104

G. Langkah-langkah Pembelajaran/ Kegiatan Pembelajaran

No Kegiatan Waktu

1 Pendahuluan (apersepsi dan motivasi)


a. Salam pembukaan
b. Berdoa bersama
c. Presensi kehadiran siswa
d. Mempersiapkan materi yang akan diajarkan, dan
mempersiapkan siswa untuk belajar baik secara fisik
5 Menit
maupun mental
e. Apersepsi dan Motivasi
f. Menyampaikan Kompetensi dasar, Indikator, dan tujuan
pembelajaran
2 Kegiatan Inti
(Eksplorasi)
a. Guru menjelaskan tentang berbagai faktor penyebab
perubahan lingkungan fisik dan menjelaskan pengaruh
factor penyebab perubahan lingkungan terhadap daratan
(angin, hujan, cahaya matahari dan gelombang laut).
b. Guru membagikan wacana atau materi tiap siswa untuk
dibaca dan membuat ringkasan.
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan
sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai
pendengar.
d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap 60 Menit
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam
ringkasannya. Sementara pendengar menyimak atau
mengoreksi atau menunjukkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap dan membantu mengingat atau menghafal ide-ide
105

pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau


dengan materi lainnya.
e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar
pendengar dan sebaliknya serta lakukan seperti di atas.
(Elaborasi)
a. Guru menjelaskan mengenai faktor penyebab lingkungan
fisik
b. Guru menjelaskan mengenai pengaruh faktor penyebab
perubahan lingkungan terhadap daratan (angin, hujan,
cahaya matahari dan gelombang laut)
c. Melalui wacana, siswa menjelaskan dan menyebutkan
factor penyebab lingkungan fisik dan pengaruh faktor
penyebab perubahan lingkungan terhadap daratan (angin,
hujan, cahaya matahari dan gelombang laut).
(Konfirmasi)
a. Guru memberikan penguatan konsep atau materi yang
telah disampaikan
b. Guru membuat kesimpulan

3 Penutup
a. Siswa di bimbing guru untuk menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini

b. Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa dan


mengucapkan salam.

H. Media Pembelajaran
1. Buku
2. Spidol
106

3. Wacana Deskriptif
I. Sumber Belajar
Buku Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD Hal 151 – 157 Ka-
rangan S. Rositawaty Aris Tahun 2008 Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan De-
partemen Pendidikan Nasional Tahun 2008.
J. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Wacana
107

Indikator Pencapaian Instrumen Kunci Jawaban


Kompetensi
10.1.1Mengidentifikasi 1. Bulan merupakan benda langit yang 1. Bulan menyebabkan ter-
berbagai faktor selalu mendampingi bumi. Bulan jadinya proses pasang naik
penyebab disebut juga sebagai satelit bumi. dan pasang surut pada dae-
perubahan Bulan terlihat bersinar karena rah perairan, seperti laut, da-
lingkungan fisik. memantulkan cahaya dari matahari. nau, atau sungai yang sangat
Bulan dapat memengaruhi perubahan besar dan lebar. Pasang ada-
kenampakan pada bumi. lah perubahan ketinggian
Mengapakah bulan dapat permukaan air akibat
mempengaruhi perubahan pengaruh gaya tarik bulan
kenanmpakan pada bumi ? (gravitasibulan).

2. Angin merupakan salah satu energi 2. Karena angin Adapat


yang ada di bumi. Angin memiliki mengikis batuan dan
manfaat yang sangat banyak bagi permukaan bumi. Pengikisan
manusia, antara lain nelayan tersebut dapat mengubah
memanfaatkan angin untuk kenampakan pada permukaan
menggerakkan perahu layar Di bumi, baik cepat maupun
beberapa negara, angin lambat.
dimanfaatkan untuk menggerakkan
kincir angin sebagai sumber energi
listrik dan mengambil air. Seperti
pada gambar berikut.

Selain memberikan manffat pada


manusia, angin juga memiliki
108

pengaruh besar dalam perubahan


kenampakan pada bumi.
Mengapa angin memiliki pengaruh
yang besar dalam perubahan
kenampakan pada bumi ?
3. Jika akan terjadi hujan, langit akan 3. Hujan dapat mengubah
mendung dan diselimuti awan yang kenampakan pada permukaan
sangat tebal serta berwarna kelabu. bumi. Perubahan
Awan tebal berwarna kelabu kenampakan bumi yang dapat
tersebut terdiri atas air dari hasil kamu lihat secara langsung
penguapan. Jika awan tersebut sudah adalah permukaan bumi yang
terlalu penuh oleh air, air tersebut asalnya kering akan menjadi
akan turun. Air yang turun dari awan basah jika terkena hujan
itu disebut hujan.
Mengapa hujan dapat mengubah
kenampakan paa permukaan bumi ?

4. Bencana alam merupakan faktor 4. Karena ketiga bencana alam


perubah kenampakan permukaan tersebut berdampak
bumi yang sangat cepat. Contohnya kerusakan lingkungan.
adalah gunung meletus, gempa Dengan kekuatan yang
bumi, dan badai. sangat besar, dalam beberapa
Mengapa bencana alam dapat menit, permukaan bumi akan
merubah kenampakan permukaan berubah.
bumi ?
109

10.1.2Menjelaskan 5. Erosi adalah pengikisan yang terjadi 5. Perubahan lingkungan


pengaruh faktor pada tanah.. Erosi pada tanah dapat menjadi tidak seimbang di
penyebab disebabkan oleh perubahan akibatkan oleh pengikisan tanah
perubahan lingkungan yang tidak seimbang. oleh air dan angin
lingkungan Apa yang menyebabkan perubahan
terhadap daratan lingkungan menjadi tidak seimbang ?
(angin, hujan,
cahaya matahari
dan gelombang
laut).
110

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Mata Pelajaran/ Tema : IPA
Sekolah : SDN 033 Tarakan
Kelas/ Semester : IV/II
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

A. Standar Kompetensi
10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan
B. Kompetensi Dasar
10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan,
cahaya matahari, dan gelombang air laut).
C. Indikator
10.1.3 Mendeskripsikan proses terjadinya erosi pada permukaan tanah.
10.1.4 Memberikan contoh cara mencegah erosi tanah dan abrasi
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini diharapkan siswa:
1. Siswa mampu mendeskripsikan proses terjadinya erosi pada permukaan tanah.
2. Siswa mampu memberikan contoh cara mencegah erosi tanah dan abrasi
E. Materi Pokok
- Kenampakan Pada Bumi
F. Metode/ Model Pembelajaran
Metode : Pembelajaran Kooperatif
Model : Cooperative Script
111

G. Langkah-langkah Pembelajaran/ Kegiatan Pembelajaran

No Kegiatan Waktu

1 Pendahuluan (apersepsi dan motivasi)


a. Salam pembukaan
b. Berdoa bersama
c. Presensi kehadiran siswa
d. Mempersiapkan materi yang akan diajarkan, dan
mempersiapkan siswa untuk belajar baik secara fisik 5 Menit
maupun mental
e. Apersepsi dan Motivasi
f. Menyampaikan Kompetensi dasar, Indikator, dan tujuan
pembelajaran

2 Kegiatan Inti
(Eksplorasi)
a. Guru Mendeskripsikan proses terjadinya erosi pada
permukaan tanah dan memberikan contoh cara mencegah
erosi tanah dan abrasi
b. Guru membagikan wacana atau materi tiap siswa untuk

dibaca dan membuat ringkasan.

c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan

sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai

pendengar. 60 Menit

d. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap

mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam


112

ringkasannya. Sementara pendengar menyimak atau

mengoreksi atau menunjukkan ide-ide pokok yang kurang

lengkap dan membantu mengingat atau menghafal ide-ide

pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau

dengan materi lainnya.

e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar

pendengar dan sebaliknya serta lakukan seperti di atas.

(Elaborasi)
a. Guru menjelaskan mengenai faktor penyebab lngkungan
fisik
b. Guru menjelaskan mengenai pengaruh faktor penyebab
perubahan lingkungan terhadap daratan (angin, hujan,
cahaya matahari dan gelombang laut)
c. Melalui wacana, siswa menjelaskan dan menyebutkan
factor penyebab lingkungan fisik dan pengaruh faktor
penyebab perubahan lingkungan terhadap daratan (angin,
hujan, cahaya matahari dan gelombang laut).
(Konfirmasi)
a. Guru mendeskripsikan proses terjadinya erosi pada
permukaan tanah.
b. Guru memberikan contoh cara mencegah erosi tanah dan
abrasi
c. Guru membuat kesimpulan
113

3 Penutup
a. Siswa dibimbing guru untuk menyimpulkan hasil
pembelajaran hari ini
5 Menit
b. Guru mengakhiri pelajaran dengan berdoa dan
mengucapkan salam.

H. Media Pembelajaran
1. Buku
2. Spidol
3. Wacana Deskriptif

I. Sumber Belajar
Buku Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV SD Hal 151 – 157 Ka-
rangan S. Rositawaty Aris Tahun 2008 Diterbitkan oleh Pusat Perbukuan De-
partemen Pendidikan Nasional Tahun 2008.
J. Penilaian
Teknik Penilaian : Tes Tertulis
Bentuk Instrumen : Wacana
114

Indikator Pencapaian Instrumen Kunci Jawaban


Kompetensi
10.1.3 Mendeskripsikan 1. Abrasi adalah pengikisan daratan 1. Deburan ombak yang
proses terjadinya oleh air laut. Hal tersebut terjadi terus menerus
erosi pada akibat kuatnya ombak yang menghantam pesisir
permukaan tanah. menghantam daratan. Abrasi dapat pantai menyebabkan
menyebabkan berkurangnya luas daratan terus terkikis.
daratan. Abrasi akan terjadi
Apa yang menyebabkan daratan dengan cepat jika tidak
terus terkikis ? ada penahan ombak

10.1.4 Memberikan 2. Longsor adalah meluncurnya tanah 2. Karena tanah miring dan
contoh cara akibat tanah tersebut tidak dapat tidak terdapat tanaman
mencegah erosi lagi menampung air dalam tanah. sangat rentan terhadap
tanah dan abrasi Biasanya longsor terjadi pada tanah longsor. Hal itu akibat
yang miring atau tebing yang tidak ada akar tumbuh
curam. yang dapat menahan
Mengapa longsor terjadi hanya tanah tersebut.
pada tanah yang miring atau tebing
yang curam ?
115
115

Lampiran 8. Materi Perubahan Kenampakan Pada Bumi

Materi Pembelajaran 1

A. Perubahan Kenampakan Pada Bumi

1. Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Pengaruh Bulan

Gambar 1.1 Sumber: The Planet Earth, 1995

Bulan merupakan benda langit yang selalu mendampingi bumi. Bulan

disebut juga sebagai satelit bumi. Bulan terlihat bersinar karena memantulkan

cahaya dari matahari. Bulan dapat memengaruhi perubahan kenampakan pada

bumi. Bulan menyebabkan terjadinya proses pasang naik dan pasang surut pada

daerah perairan, seperti laut, danau, atau sungai yang sangat besar dan lebar.

Pasang adalah perubahan ketinggian permukaan air akibat pengaruh gaya tarik
116

bulan (gravitasibulan). Sebenarnya, tidak hanya gravitasi bulan yang dapat

memengaruhi pasang di perairan yang ada di bumi. Daya tarik matahari juga

dapat memengaruhi pasang pada perairan di bumi. Namun, pengaruhnya tidak

sebesar pengaruh dari gaya tarik bulan. Selain itu, pasang dipengaruhi oleh

perputaran bumi..

Pasang naik adalah naiknya

permukaan air laut di bumi

akibat tertarik oleh gravitasi

bulan. Perhatikan gambar

berikut menunjukkan

permukaan air naik. Bandingkan

dengan pasang surut yang dapat

dilihat pada gambar di samping.

Gambar 1.2 Sumber: The Planet Earth, 1995

Pasang surut adalah turunnya permukaan air laut akibat pengaruh dari

proses pasang naik di tempat yang lain. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini

Permukaan air turun karena air terkumpul di daerah pasang naik.


117

Gambar

1.2 Sumber: The Planet Earth, 1995

Dari hari ke hari, kenampakan bulan yang terlihat dari bumi berbeda.

Perubahan tersebut terjadi mulai saat bulan tidak terlihat sama sekali, bulan hanya

terlihat sebagian, sampai bulan terlihat bulat penuh. Perubahan kenampakan pada

bulan yang terlihat dari bumi terjadi akibat perubahan posisi bulan terhadap bumi.

Setiap kenampakan bulan memengaruhi waktu terjadinya pasang naik dan pasang

surut di bumi. Hal tersebut terjadi karena bulan terus bergerak mengelilingi bumi.

Oleh karena itu, posisi bulan terhadap bumi setiap harinya berubah dan berpengaruh

pada waktu pasang dan surut di bumi.

2. Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Pengaruh Angin

Angin merupakan salah satu energi yang ada di bumi. Angin memiliki

manfaat yang sangat banyak bagi manusia, antara lain nelayan memanfaatkan angin

untuk menggerakkan perahu layar. Di beberapa negara, angin dimanfaatkan untuk

menggerakan kincir angina sebagai energi listrik dan mengambil air. Seperti

gambar berikut:
118

Gambar 1.3 Sumber: The Planet Earth, 1995

Selain memberikan manfaat pada manusia, angin juga memiliki pengaruh

besar dalam perubahan kenampakan pada bumi. Angin dapat mengikis batuan dan

permukaan bumi. Pengikisan tersebut dapat mengubah kenampakan pada

permukaan bumi, baik cepat maupun lambat.

Gambar 1.4 Sumber: The Planet Earth, 1995

Angin juga berpengaruh terhadap besar atau kecilnya gelombang laut.

Gelombang air laut adalah gelombang air yang dihasilkan oleh dorongan energi

angin. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut.


119

Gambar 1.5 Sumber: The

Planet Earth, 1995

Gelombang air laut

dapat mengubah kenampakan permukaan bumi, terutama di daerah pesisir pantai.

Gelombang laut dapat mengikis batuan dan daratan di tepi pantai. Selain itu,

kekuatan angin yang sangat besar dapat menyebabkan kerusakan ditempat yang di

laluinya, seperti angin puting beliung.

Gambar 1.6 Sumber: The

Planet Earth, 1995

3. Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Pengaruh Hujan


120

Jika akan terjadi hujan, langit akan

mendung dan diselimuti awan yang sangat

tebal serta berwarna kelabu. Awan tebal

berwarna kelabu tersebut terdiri atas air dari

hasil penguapan. Jika awan tersebut sudah

terlalu penuh oleh air, air tersebut akan

turun. Air yang turun dari awan itu disebut

hujan.seperti gambar di sampig. Gambar 1.7 Sumber: The Planet Earth, 1995

Hujan dapat mengubah kenampakan pada permukaan bumi. Perubahan

kenampakan bumi yang dapat kamu lihat secara langsung adalah permukaan bumi

yang asalnya kering akan menjadi basah jika terkena hujan. Seperti pada gambar

berikut.

Gambar 1.8 Sumber: The Planet Earth, 1995


121

Gambar 1.9 Sumber The Planet

Earth, 1995

Hujan sangat bermanfaat bagi manusia. Hujan menurunkan air yang

berfungsi sebagai salah satu sumber kehidupan makhluk hidup. Namun, jika hujan

terlalu besar, akan memberikan dampak buruk bagi makhluk hidup. Hujan yang

sangat besar dapat merusak lingkungan, bangunan, dan fasilitas umum. Selain itu,

hujan yang sangat besar dapat menyebabkan banjir. Namun, hujan ini bukan

merupakan faktor satu-satunya yang menyebabkan banjir.

Faktor utamanya adalah akibat kegiatan manusia. Manusia banyak

membuang sampah dan mengurangi daerah resapan air. Oleh karena itu, air hujan

tidak dapat tertampung sungai atau tanah sehingga air akan meluap dan terjadilah

banjir.

4. Perubahan Kenampakan Bumi Akibat Pengaruh Bencana Alam

Bencana alam merupakan faktor perubah kenampakan permukaan bumi

yang sangat cepat. Contohnya adalah gunung meletus, gempa bumi, dan badai.
122

Gambar 1.10 Sumber The Planet Earth, 1995

Ketiga contoh bencana alam tersebut berdampak kerusakan lingkungan.

Dengan kekuatan yang sangat besar, dalam beberapa menit, permukaan bumi akan

berubah.

Akhir-akhir ini banyak sekali bencana alam yang terjadi di Indonesia.

Contoh beberapa bencana alam yang terjadi di Indonesia, antara lain gempa bumi

dan tsunami di Aceh, gempa bumi di Jogjakarta, Pangandaran, dan Bengkulu.

Contoh lain adalah luapan lumpur di Sidoarjo, Jawa Timur. Akibat luapan lumpur

tersebut, sebagian wilayah terendam oleh lumpur yang keluar dari perut bumi.

Akibatnya, kenampakan permukaan Bumi di wilayah Sidoarjo pun berubah. Selain

itu, banyak orang yang kehilangan tempat tinggal karena rumahnya terendam

lumpur.

Gambar 1.11 Sumber The Planet Earth, 1995


123

Materi Pembelajaran 2

B. Dampak Perubahan Lingkungan dan Pencegahannya

Beberapa perubahan lingkungan menyebabkan kerusakan pada bumi. Hal

tersebut terjadi karena perubahan lingkungan yang tidak seimbang. Berikut ini

adalah beberapa akibat yang disebabkan oleh perubahan lingkungan yang tidak

seimbang serta pencegahannya.

1. Erosi

Erosi adalah pengikisan yang terjadi pada tanah. Pengikisan tanah dapat

disebabkan oleh air dan angin. Erosi pada tanah dapat disebabkan oleh perubahan

lingkungan yang tidak seimbang. Contohnya adalah erosi yang terjadi di kawasan
124

hutan gundul. Di kawasan hutan gundul, erosi sangat mudah terjadi. Pada saat hutan

masih dipenuhi tumbuhan, kemungkinan erosi tanah terjadi sangat kecil. Jika suatu

daerah dipenuhi tumbuhan, air hujan tidak langsung jatuh ke tanah. Air hujan

tertahan terlebih dahulu oleh daun-daun tumbuhan sehingga jatuhnya air ke atas

tanah tidak terlalu cepat. Selain itu, akar tumbuhan akan lebih mengikat dan

menahan tanah dengan baik. Oleh karena itu, penyerapan air pun dapat berlangsung

dengan baik.

Selain itu, tumbuhan dapat memperlambat kecepatan angin yang

berhembus. Hal tersebut sangat bermanfaat karena pengikisan permukaan tanah

oleh

angina

menjadi

berkurang

Gambar 1.12 Sumber The Planet Earth, 1995

Sementara itu jika hutan gundul, tidak ada daun-daun tumbuhan yang

menahan jatuhnya air ke atas tanah dan menahan hembusan angin. Air hujan jatuh

langsung ke atas tanah dan membawa butiran tanah bersama aliran air. Angin juga

dapat mengikis permukaan tanah. Dampak lebih lanjut dari erosi adalah tanah

menjadi tandus dan tidak subur. Hal tersebut terjadi karena lapisan tanah yang subur

ikut terkikis air. Pencegahan yang dapat di lakukan adalah melakukan reboisasi

dan penghijauan.
125

Namun selain itu, dapat juga di lakukan dengan mencegah penebangan

secara liar dan berlebih. Reboisasi adalah menanami kembali hutanhutan gundul

dengan tumbuhan yang sesuai. Penghijauan adalah menanami daerah-daerah

kosong dan tidak termanfaatkan. Dengan cara tersebut, kamu dapat mencegah dan

mengurangi erosi tanah.

2. Abrasi

Gambar 1.13 Sumber The Planet Earth, 1995

Abrasi adalah pengikisan daratan oleh air laut. Hal tersebut terjadi akibat

kuatnya ombak yang menghantam daratan. Abrasi dapat menyebabkan

berkurangnya luas daratan. Deburan ombak yang terus menerus menghantam

pesisir pantai menyebabkan daratan terus terkikis. Abrasi akan terjadi dengan cepat

jika tidak ada penahan ombak. Penahan ombak alami adalah hutan bakau dan hutan

pantai. Namun, akibat pertambahan penduduk yang cepat dan kebutuhan tempat
126

tinggal yang bertambah, hutan-hutan di daerah pantai telah habis. Selain itu,

lingkungan di sekitar pesisir pantai pun berubah. Hal ini dapat mempercepat proses

abrasi yang terjadi di daerah pantai.

Agar abrasi tidak terus terjadi, yang harus kita lakukan adalah mencari

pencegahannya. Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah abrasi, yaitu:

a. Mengembalikan keadaan lingkungan pantaipada keadaan semula seperti

adanya hutan bakau dan hutan pantai. Mengembalikan keadaan lingkungan

pantai dapat dengan cara reboisasi dan penghijauan.

b. Jika daerah pantai tersebut merupakan pusat kehidupan manusia maka harus

dibuat daerah penahan dan pemecah ombak, seperti batu-batu besar,

dinding, atau beton.

Gambar 1.14 Sumber The Planet Earth, 1995

3. Banjir

Banjir merupakan salah satu dampak dari perbuatan manusia yang tidak

menyayangi lingkungannya. Beberapa perbuatan yang dapat menyebabkan banjir

adalah sebagai berikut:

a. Membuang sampah ke sungai yang menyebabkan aliran air menjadi

tersumbat.

b. Membuat bangunan dari tembok tanpa menyediakan peresapan air.

c. Penebangan pohon yang tidak terkendali.


127

Perbuatan manusia tersebut sangat berdampak besar terhadap perubahan

lingkungan. Banjir merupakan salah satu dampaknya. Banjir dapat merusak dan

mengubah lingkungan dengan cepat.

Gambar 1.15 Sumber The Planet Earth, 1995

Hal-hal yang dapat kamu lakukan untuk mencegah banjir antara lain:

a. Membuang sampah pada tempat yang benar dan telah disediakan.

b. Menyediakan lahan kosong untuk ditanami tanaman. Tanah tersebut

berfungsi sebagai daerah peresapan air.

c. Tidak menebang pohon secara besar-besaran dan tanpa kontrol agar tempat

peresapan dan cadangan air tetap terjaga.


128

4. Longsor

Longsor adalah meluncurnya tanah akibat tanah tersebut tidak dapat lagi

menampung air dalam tanah. Biasanya longsor terjadi pada tanah yang miring atau

tebing yang curam. Tanah miring dan tidak terdapat tanaman sangat rentan terhadap

longsor. Hal itu terjadi karena tidak ada akar tumbuhan yang dapat menahan tanah

tersebut.

Gambar 1.16 Sumber The Planet Earth, 1995

Akar-akar tumbuhan yang menjalar di dalam tanah akan saling mengait

sehingga permukaan tanah pun akan cukup kuat. Selain itu, air yang ada di dalam

tanah terus diserap oleh tumbuhan sehingga kandungan air dalam tanah tidak

berlebih.

Pencegahan longsor dapat dilakukan sebagai berikut. Jangan membiarkan

tanah yang miring menjadi gundul atau tidak ada tumbuhannya. Lakukanlah

reboisasi dan penghijauan. Jika tanah miring dijadikan lahan pertanian, buatlah

sengkedan (terasering). Sistem tersebut dapat mencegah terjadinya longsor.


129

Lampiran 9. Wacana
Soal Wacana
No Teks Wacana Jawaban
1 Bulan merupakan benda langit yang selalu 1. Bulan menyebabkan
mendampingi bumi. Bulan disebut juga sebagai terjadinya proses pasang naik
satelit bumi. Bulan terlihat bersinar karena dan pasang surut pada daerah
memantulkan cahaya dari matahari. Bulan dapat perairan, seperti laut, danau,
memengaruhi perubahan kenampakan pada bumi. atau sungai yang sangat besar
Mengapakah bulan dapat mempengaruhi dan lebar. Pasang adalah
perubahan kenanmpakan pada bumi ? perubahan ketinggian
permukaan air akibat
pengaruh gaya tarik bulan
(gravitasibulan).
2 Angin merupakan salah satu energi yang ada di 2. Karena angin Adapat
bumi. Angin memiliki manfaat yang sangat mengikis batuan dan
banyak bagi manusia, antara lain nelayan permukaan bumi.
memanfaatkan angin untuk menggerakkan Pengikisan tersebut dapat
perahu layar Di beberapa negara, angin mengubah kenampakan
dimanfaatkan untuk menggerakkan kincir angin pada permukaan bumi, baik
sebagai sumber energi listrik dan mengambil air. cepat maupun lambat.
Seperti pada gambar berikut.

Selain memberikan manffat pada manusia, angin


juga memiliki pengaruh besar dalam perubahan
kenampakan pada bumi.
Mengapa angin memiliki pengaruh yang besar
dalam perubahan kenampakan pada bumi ?

3 Jika akan terjadi hujan, langit akan mendung dan Hujan dapat mengubah
diselimuti awan yang sangat tebal serta berwarna kenampakan pada permukaan
kelabu. Awan tebal berwarna kelabu tersebut bumi. Perubahan kenampakan
terdiri atas air dari hasil penguapan. Jika awan bumi yang dapat kamu lihat
tersebut sudah terlalu penuh oleh air, air tersebut secara langsung adalah
akan turun. Air yang turun dari awan itu disebut permukaan bumi yang asalnya
hujan.
130

Mengapa hujan dapat mengubah kenampakan kering akan menjadi basah


pada permukaan bumi ? jika terkena hujan
4 Bencana alam merupakan faktor perubah Karena ketiga bencana alam
kenampakan permukaan bumi yang sangat cepat. tersebut berdampak kerusakan
Contohnya adalah gunung meletus, gempa bumi, lingkungan. Dengan kekuatan
dan badai. yang sangat besar, dalam
Mengapa bencana alam dapat merubah beberapa menit, permukaan
kenampakan permukaan bumi ? bumi akan berubah

5 Longsor adalah meluncurnya tanah akibat tanah Karena tanah miring dan tidak
tersebut tidak dapat lagi menampung air dalam terdapat tanaman sangat
tanah. Biasanya longsor terjadi pada tanah yang rentan terhadap longsor. Hal
miring atau tebing yang curam. itu akibat tidak ada akar
Mengapa longsor terjadi hanya pada tanah yang tumbuh yang dapat menahan
miring atau tebing yang curam ? tanah tersebut.
131

Lampiran 10. Lembar Validasi


132
133

Lampiran 11. Lembar Observasi Aktivitas Guru


LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU

Nama Sekolah : SDN 033 Tarakan

Nama Guru : Nur, S.Pd

Mata Pelajaran : IPA

Pokok Materi : Kenampakan Pada Bumi

Kelas/Semester : IV-B/ II

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

Petunjuk :

1. Amatilah dengan cermat kegiatan belajar mengajar (KBM) yang sedang


berlangsung dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Script.
2. Pusatkan perhatian anda pada kemampuan guru dalam mengelola KBM,
serta dampaknya pada siswa.
3. Centanglah (√) dan berikan keterangan sesuai dengan kemampuan guru
pada saat mengajar.

Kegiatan Keterangan
No Aspek yang diamati
Ya Tidak
I PRA PEMBELAJARAN
1. Guru mengucapkan salam pembuka √ Terlaksana
2. Guru mengajak siswa berdoa sesuai dengan √ Berdoa dengan
keyakinan masing-masing hikmat
3. Guru menanyakan tentang kehadiran siswa √ Terlaksana
II PELAKSANAAN
A Pendahuluan (Engegament)
4. Menyiapkan siswa untuk menerima pelajaran. √ Terlaksana
134

5. Membangkitkan minat siswa terhadap √ Terlaksana


materi/topik yang akan dipelajari
B Eksplorasi (Eksploration)
6. Guru menjelaskan materi pembelajaran √ Sebagian siswa
bermain saat
pembelejaran
7. Guru membagi siswa secara berpasangan √ Peserta didik
terlibat
langsung
8. Guru membagikan wacana atau materi kepada √ Peserta didik
siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan terlibat
langsung
9. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama √ Peserta didik
berperan sebagai pembicara dan siapa yang terlibat
berperan sebagai pendengar langsung
10. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap √ Peserta didik
mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok terlibat
dalam ringkasannya. langsung
11. Sementara pendengar bertugas menyimak, √ Peserta didik
mengoreksi, atau menunjukkan ide-ide pokok terlibat
yang kurang lengkap dan membantu mengingat langsung
atau menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan
materi lainnya
12. Bertukar peran, semula sebagai pembicara √ Peserta didik
ditukar sebagai pendengar dan sebaliknya. terlibat
langsung
C Elaborasi (Elaboration)
13. Guru mengajak siswa mengaplikasi konsep dan √ Terlaksana
keterampilan yang telah mereka miliki dan
memberikan soal.

E. Konfirmasi
14. Bertanya jawab tentang materi yang telah √ Peserta didik
dipelajari terlibat
langsung
III PENUTUP

15. Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan √ Peserta didik


pembelajaran pertemuan hari ini terlibat
langsung
16 Guru memberikan kesempatan kepada siswa √ Menyampaikan
untuk menyampaikan pendapat tentang pelajaran pendapat
yang telah diikuti
135

17. Guru bersama siswa mengakhiri pelajaran hari √ Peserta didik


ini dengan berdoa dan mengucap salam terlibat
langsung
IV. PENGOLAHAN WAKTU
18. Memulai pelajaran tepat waktu √ 2 siswa yang
terlambat
19. Meneruskan pelajaran sampai habis waktunya √ Peserta didik
terlibat
langsung
V PENGOLAHAN KELAS
20. Menjaga ketenangan kelas √ Sebagian siswa
bermain saat
pembelejaran
21. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa , antusias √ Peserta didik
dan kecerian dalam pembelajran terlibat
langsung
22. Guru antusias √ Bertanya jawab
23. Menggunakan bahasa yang baik dan benar √ Terlaksana
136

Lampiran 12. Lembar Observasi Aktivitas Siswa


LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Nama Sekolah : SDN 033 Tarakan
Nama Guru : Nur, S.Pd
Kelas/Semester : IV-B/II
Petunjuk :
1. Isilah kolom jumlah dengan jumlah siswa yang mengikuti
kegiatan sesuai dengan aktivitas
2. Skala penelitian diisi dengan tanda (√)
3. Jumlah siswa kelas IV ada 30 Siswa
Kegiatan Keterangan
No Aspek yang diamati
Ya Tidak
1 Siswa hadir dalam pembelajaran √ 2 siswa yang
terlambat
2 Siswa mendengarkan guru dalam √ Siswa antusias
menyampaikan motivasi mendengarkan
3 Siswa memperhatikan guru menjelaskan √ Sebagian siswa
materi bermain
4 Siswa aktif mendengarkan penyampaian √ Sebagian siswa
materi bermain
5 Siswa secara bergantian membacakan √ Siswa terlibat secara
ringkasannya langsung
6 Siswa dibagi secara berpasangan √ Siswa terlibat secara
langsung
7 Siswa membaca wacana yang diberikan √ Siswa terlibat secara
guru dan membuat sebuah ringkasan langsung
mengenai materi yang telah di sampaiakan
8 Siswa bersama guru menetapkan siapa √ Siswa terlibat secara
yang pertama berperan sebagai pembicara langsung
dan siapa yang berperan sebagai pendengar
9 Siswa yang beperan sebagai pendengar √ Siswa terlibat secara
bertugas untuk menyimak, mengoreksi atau langsung
mennjukkan ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau
dengan maeri lainnya
10 Siswa dan guru dapat membuat kesimpulan √ Siswa terlibat secara
tentang materi yang telah dipelajari langsung dan 1
siswa tidak dapat
membuat
kesimpulan
137

Lampiran 13. Persetujuan Menjadi Informan


138
139
140
141

Lampiran 14. Nilai UAS


142

Lampiran 15. Permohonan Izin Penelitian


143
143

Lampiran 16. Surat PernyataanTelah Melaksanakan Penilitian


144

Lampiran 17. Permohonan Validasi Pedoman Wawancara


145

Lampiran 18. Surat Pernyataan Keaslian Tulisan

SURAT PERTANYAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rahmawati

NPM :14.601050.013

Jurusan : PGSD

Program Studi : S1 PGSD

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan bahwa tulisan skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV B Melalui
Penerapan Model Pemebelajaran Cooperative Script Di SDN 033 Tarakan”
adalah benar-benar tulisan saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah diterbitkan oleh
orang lain. Kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam
daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran pertanyaan saya di

atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Tarakan, Agustus 2018


Peneliti,

Rahmawati
14601050013
146

Lampiran.19 Dokumentasi

1. Kegiatan Pembelajaran
147

2. Guru membagikan soal wacana

3. Mengerjakan soal wacana


148

4. Wawancara bersama wali kelas IV-B


149

5. Wawancara siswa kemampuan tinggi, sedang dan rendah


150
150

Lampiran 19. Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Penulis, Rahmawati dari empat bersaudara, dari Bapak

Yusup dan Ibu Kalbi.

Memulai pendidikan pada tahun 2000 di sekolah

TK Tunas Harapan Tarakan, Selanjutnya pada tahun 2002 melanjutkan ke

SDN 042 Tarakan , memperoleh ijazah pada tahun 2008. Kemudian

melanjutkan ke SMP Negeri 6 Tarakan, dan kemudian lulus pada tahun 2011,

dan meneruskan pendidikan di SMKN 3 Tarakan Jurusan Teknik Pengilahan

Hasil Perikanan, dan kemudian selesai pada tahun 2014.

Pada tahun 2014 melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, di

Universitas Borneo Tarakan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(FKIP), Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Pada tahun 2017

melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Punan Dulau. Kemudian

melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN 033 Tarakan.

Akhir studi peneliti menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajara IPA Kelas IV-B

Melalui Penerapan Model Pebelajaran Cooperative Script di SDN 033

Tarakan.

Anda mungkin juga menyukai