Anda di halaman 1dari 15

Bagian kedua :

MENEMUKAN IDE
HEBAT

Kawan, kita hanyalah manusia biasa yang hanya bisa berusaha sebatas kemampuan, melukis mimpi
dalam alam nyata. Mungkin kita bukan siapa-siapa dan tak punya apa-apa, namun ingatlah kawan
bahwa semua itu tak bisa membatasi mimpi kita.
(Fatchul Anam Nurlaili)

Ide penelitian, selama ini cukup menjadi kendala awal bagi para pemula. Sekilas,
mungkin ide penelitian terlihat begitu mudah. Namun, dalam praktiknya banyak orang
yang mengalami kebuntuan pada tahap ini.
Saya seringkali bertanya kepada siswa bimbingan saya mengenai ide penelitian
yang akan dia jalankan. Dengan pertanyaan yang sangat singkat „idenya apa nih?‟,
terbukti mereka kelabakan untuk menjawabnya. Hampir 80% siswa kebingungan untuk
menjawabnya. Jawaban yang terlontar mungkin sangat seadanya, „waduh, apa ya mas,
bingung e‟. Ada juga yang menjawab „belum tahu mas mau ngapain. Gimana ya mas
enaknya?‟ Nah loh, malah ganti nanya.
Uraian di atas membuktikan bahwa untuk menemukan ide penelitian memang
gampang-gampang susah. Padahal, dalam penilaian lomba karya tulis ilmiah, unsur ide
penelitian memiliki porsi nilai yang cukup besar bila dibandingkan dengan unsur-unsur
lainnya. Juri akan memberikan apresiasi penilaian yang luar biasa tinggi terhadap ide
yang orisinil, inovatif, kreatif, solutif, dan aplikatif. Sobat muda, di bagian ini akan
dibahas mengenai cara-cara yang bisa digunakan untuk mendapatkan ide penelitian
dengan mudah.

Memunculkan ide individu

Seringkali kita terpesona dengan suatu ide hebat orang lain. Bagaimana tidak,
mereka bisa menemukan ide luar biasa yang begitu bermanfaat bagi manusia. Pujian pun
tak jarang kita lontarkan kepada mereka. Selama ini mungkin kita hanya sebagai
penonton atas ide hebat tersebut. namun, bagaimana dengan kita? Apakah kita pernah
terbesit ide seperti itu dalam pikiran kita? Mungkin di antara pembaca sekalian akan
banyak yang menjawab “tidak”, sedikitpun belum pernah terbesit ide sehebat itu.
Terkait dengan hal di atas, banyak orang yang berpikir bahwa kemampuan
menumbuhkan gagasan itu muncul karena adanya bakat sejak lahir, bukan karena
belajar. Anggapan itu kemudian berkembang dan menancap kuat dalam alam bawah
sadar mereka. Namun, ada juga orang yang berpendapat bahwa gagasan-gagasan muncul
begitu saja dalam pikiran manusia. Mungkin saja pendapat tersebut betul, tetapi kita
tidak dapat mengandalkan faktor kebetulan saja. Bila kita cermati, anggapan-anggapan
tersebut merupakan produk pikiran kita sendiri yang menjadi penghalang untuk
berkreasi dan berinovasi menciptakan ide hebat. Secara alami, sebenarnya kita mampu
memunculkan ide-ide besar yang bermanfaat.
Pada tahap awal, kita harus tanamkan dalam diri kita bagaimana cara untuk dapat
memunculkan gagasan-gagasan baru dan hebat sewaktu-waktu kita memerlukannya.
Proses untuk menumbuhkan ide-ide baru bersifat aktif, bukan reaktif. Berikut ini adalah
cara-cara untuk memunculkan gagasan baru.
a. Identifikasi masalah
Sekarang, pertanyaan mendasar yang harus kita jawab adalah ”mengapa kita
perlu memunculkan ide-ide baru yang hebat?” Jawaban yang disampaikan tentunya
adalah “untuk memenuhi kebutuhan kita dalam menemukan metode pemecahan masalah
secara hebat”. Kebutuhan tersebut adalah induk penemuan sedangkan kesulitan yang
sering kita temui adalah sering kali tanpa sadar kita mengejar permasalahan yang salah
dan berputar-putar sendiri. Sebetulnya yang kita perlukan adalah pemahaman yang
sangat jernih mengenai apa yang menjadi masalah sesungguhnya. Atau, dengan bahasa
yang lebih mudah, kita harus melakukan identifikasi masalah secara tepat.
Sebagai contoh adalah seorang dokter yang dituntut untuk memberikan obat
secara tepat. Dalam hal ini, dokter harus mendiagnosis penyakit si pasien sehingga baru
bisa menentukan obat apa yang cocok bagi pasien. Seperti halnya dokter, sebagai calon
peneliti kita juga harus melakukan identifikasi masalah sehingga masalah utamanya bisa
ditemukan. Hal ini membutuhkan kejernihan pikiran dan perlu dilatih sejak dini. Setelah
masalah utamanya ditemukan, kita baru bisa menentukan solusi yang akan kita
tawarkan.
Contoh kasus :
Mimin akan mengikuti suatu lomba karya tulis ilmiah yang diadakan oleh salah
satu universitas negeri ternama di Yogyakarta. Lomba tersebut mengangkat tema
“peningkatan ketahanan pangan melalui diversifikasi produk pangan berbahan baku
lokal”. Awalnya dia bingung, topik apa yang akan dia pilih agar karyanya mengandung
ide hebat. Akhirnya dia berkonsultasi dengan pembimbingnya dan terjadilah percakapan
berikut ini.
Mimin : Siang mas, saya mau ikut lomba karya tulis ilmiah, tapi saya
bingung menentukan ide utama yang akan saya angkat mas.
Pembimbing : Temanya apa emang ?
Mimin : Temanya “peningkatan ketahanan pangan melalui diversifikasi
produk pangan berbahan baku lokal” mas. Kira-kira mau tentang apa
ya yang saya tulis?
Pembimbing : Oke, sekarang saya tanya, mengapa ketahanan pangan kita perlu
ditingkatkan?
Mimin : Kan kita masih belum bisa lepas dari ketergantungan bahan pangan
dari luar negeri mas sehingga dikatakan bahwa ketahanan pangan kita
masih perlu ditingkatkan.
Pembimbing : Iya, memang benar. Sekarang, bahan pangan apa yang masih harus
kita impor 100 % dari luar negeri?
Mimin : Ehmmmm, apa yah. Oh iya, gandum mas.
Pembimbing : Tepat sekali, gandum. Sebagai ide utama karya tulis ilmiahmu, coba
kamu pikirkan, bahan pangan lokal apa yang bisa digunakan untuk
mengganti tepung gandum dalam pembuatan suatu produk pangan?
Harapannya kan impor gandum bisa menurun sehingga
ketergantungan kita pada bahan pangan impor bisa dikurangi.
Mimin : Bagaimana kalau kita mencoba memanfaatkan tepung singkong
mas ? Kita bisa mencoba membuat berbagai macam kue kering dan
brownis dari tepung singkong mas. Lumayan mas, bisa mengurangi
ketergantungan tepung gandum.

Nah, dari contoh kasus di atas, kebingungan Mimin sebenarnya terjadi karena
dia belum memahami permasalahan utama dari tema yang ditentukan panitia
penyelenggara lomba. Pembimbing berusaha mengarahkan pemikiran Mimin agar
permasalahan utamanya bisa ditemukan. Sesuai percakapan di atas, permasalahan
utamanya adalah “ketergantungan kita pada bahan pangan impor masih tinggi”.
Setelah masalah utama tersebut diketahui, ide karya tulis ilmiah bisa diambil dari solusi
yang bisa ditawarkan dari permasalahan tersebut. Sebagai solusinya, Mimin mencoba
membuat produk pangan berbahan baku tepung singkong untuk mengurangi
ketergantungan pada tepung gandum.

b. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai


Hal yang sangat penting sebelum kita mulai menyelesaikan suatu masalah adalah
kita perlu menentukan, apa tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah kita. Cara ini
sebenarnya berhubungan dengan cara sebelumnya. Hanya saja, dengan cara ini yang
didahulukan adalah penentuan tujuannya terlebih dahulu dengan tidak begitu
mementingkan identifikasi masalahnya. Penentuan ide penelitian dengan cara ini tidak
bertentangan dengan cara sebelumnya. Keduanya bisa digunakan, tergantung dengan
permasalahan yang dihadapi serta kecenderungan sobat muda sekalian selaku peneliti.
Contoh kasus :
Dari percakapan Mimin dengan pembimbingnya, kita bisa tahu bahwa Mimin
benar-benar bingung mengenai ide apa yang akan dia angkat dalam karya tulisnya. Cara
kedua selain identifikasi masalah, Mimin juga bisa menetapkan tujuan yang ingin
dicapai dari penulisan karya tulis ilmiahnya. Agar lebih jelas, berikut ini adalah contoh
konkrit metode berfikir untuk menetapkan tujuan akhirnya.
Mimin : Siang mas, saya mau ikut lomba karya tulis ilmiah, tapi nggak
tau nih mas mau ngangkat ide apa.
Pembimbing : Temanya apa, Min?
Mimin : Temanya “peningkatan ketahanan pangan melalui diversifikasi
produk pangan berbahan baku lokal” mas. Kira-kira mau tentang
apa ya yang saya tulis?
Pembimbing : Hmmm, emang menurutmu, apa sih maksud dari penulisan karya
tulis ilmiah dengan tema di atas?
Mimin : Ya kan biar dapat solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan
melalui diversifikasi produk pangan mas …iya nggak sih ?
Pembimbing : Yoa, benar. Makanya sekarang kamu mikirin produk baru yang
memanfaatkan bahan baku lokal.
Contoh kasus percakapan di atas sebenarnya mirip dengan contoh sebelumnya.
Perbedaan yang mencolok bertumpu pada landasan awal berfikirnya. Pada percakapan
sebelumnya, landasan berfikir untuk menemukan ide adalah berawal dari “menemukan
masalah utama” sedangkan yang kedua berawal dari “tujuan atau solusi yang
diharapkan”.

c. Analisis SWOT
Analisis masalah perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi serta solusi yang
dibutuhkan, bisa dilakukan dengan membaca kasus-kasus yang serupa atau melakukan
tanya jawab kepada orang-orang yang berkompeten. Cara lain yang bisa digunakan
adalah dengan melakukan analisis strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan),
opportunities (kesempatan) dan threats (ancaman), atau lebih dikenal dengan analisis
SWOT.
Teknik ini ditemukan oleh Albert Humphrey, pemimpin proyek riset di
Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an. Analisa SWOT dapat
diterapkan dengan cara memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktor-
faktor utamanya kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT.
Aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari
peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu
menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara mengatasi
kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru. Sebelum menuju contoh kasus tentang aplikasi
analisis SWOT yang spesifik dalam penelitian, nih ada contoh kasus yang asik untuk
lebih memahami analisis SWOT.

Contoh kasus berikut ini adalah contoh sederhana analisa SWOT yang dibuat oleh
seorang siswa SMA saat ingin memulai debut karirnya di dunia Entertaiment.

Strength (Kekuatan)
a. wajah saya lumayan ganteng
b. IQ lumayan membanggakan
c. saya punya cukup uang untuk jajan, nonton, beli alat musik, dan beli pulsa
modem internetan
d. saya punya bakat hebat di grup band

Weakness (Kelemahan)
a. kurang percaya diri
b. masih minder jika bertemu orang bayak
c. belum punya kendaraan pribadi
Oppurtunities (Peluang)
a. saya punya banyak teman yang menjadi MODEL
b. teman ayah saya merupakan menejer Artis di Ibu kota
c. ada Audisi ajang bakat minat di Stasiun TV
Threat (Ancaman)
a. Peserta Audisi banyak yang berdompet tebal dan suka jago berakting
b. Peserta lain banyak yang tebar pesona

Dengan kondisi SWOT seperti di atas, bagaimana langkah yang harus diambil
oleh si cowok SMA tadi saat akan memulai debut karir Entertaimennya ? Nah, paling
tidak rekomendasinya adalah seperti berikut ini.

a. lebih rajin berlatih di grup band dan cari kesempatan untuk manggung sehingga
lebih terkenal
b. belajar istiqomah update status, biar selalu eksis dan gaul

c. tabung uang yang dimiliki untuk membeli motor guna mendongkrak performa
d. harus tambah cool dan stylish untuk mengurangi mindernya

Hal penting yang harus diperhatikan saat menggunakan analisa SWOT adalah
“semua yang dituliskan haruslah jujur dan berdasarkan fakta”. Gimana coba bila si
cowok SMA di atas hanya berandai-andai bahwa ia punya cukup uang jajan, tentunya
arahan untuk menabung uang jajan buat beli motor pun jadi tidak berguna.

Nah, sudah semakin jelas kan apa itu analisis SWOT. Sekarang kita akan beralih
ke contoh kasus nyata tentang aplikasi analisis SWOT dalam hal penemuan ide
penelitian. Analisis SWOT bisa digunakan dalam menentukan atau mengerucutkan ide,
agar penelitian yang akan dilakukan memiliki nilai lebih dengan mengelola potensi
yang dimiliki.

Sebagai contoh kasus, Mimin akan membuat inovasi produk berupa brownis
dengan bahan baku utamanya adalah tepung singkong modifikasi (tepung Mocaf).
Untuk itu, ia melakukan analisis SWOT sebagai berikut.

Strength
a. Menggunakan bahan baku lokal
b. Unik
c. Tabungan yang dimiliki lebih dari cukup untuk melakukan penelitian ini
Weakness
a. Secara teori, pengembangan brownis dari tepung mocaf tidak seperti brownis
yang dari tepung terigu (terancam bantat)
b. Belum ada resep dan teknik yang baku untuk membuat produk ini
Opportunities
a. Belum banyak diangkat dalam penelitian ilmiah
b. Isu diversifikasi pangan cukup menonjol
Threats
a. Potensi kegagalan produksi cukup tinggi
b. Rasanya belum tentu enak
Berdasarkan analisis di atas, Mimin menemukan beberapa rekomendasi yang
merupakan penyempurna dari idenya tersebut :

a. Membuat variasi substitusi tepung gandum-tepung mocaf untuk meminimalkan


kebantatan produk
b. Mengujikan produk pada responden hingga didapatkan resep yang disukai
dengan menggunakan uji organoleptik
c. Menonjolkan kebaruan produk serta kaitannya dengan program diversifikasi
pangan yang digalakkan oleh pemerintah
d. Yakin sebagai pribadi kreatif
Oke sobat muda sekalian, satu hal yang tak boleh kita lupakan dalam rangka
mencari ide hebat : kita harus yakin bahwa Tuhan menganugerahi setiap manusia
dengan kreativitas dalam dirinya. Sejumlah orang yang tidak menganggap dirinya
kreatif, dapat terkejut sendiri ketika melihat betapa dirinya memiliki kreativitas yang
hebat pada waktu-waktu tertentu. Kreativitas itu tiba-tiba muncul begitu saja, entah dari
mana asalnya. Nah, permasalahannya adalah tinggal bagaimana kita memunculkan
kretaivitas tersebut ketika kita membutuhkannya. Yah, tentunya setiap orang akan
berbeda-beda metodenya. Ada yang berusaha merangsang kreativitas dengan jalan-
jalan, menyendiri, main-main ke tempat teman, ataupun hanya mengkhususkan diri
membaca di perpustakaan. Agar sobat muda tambah yakin bahwa setiap pribadi
memiliki kreativitas sendiri-sendiri, simaklah cerita Archimedes berikut :

Kisah tentang Archimedes yang banyak diceritakan oleh orang adalah kisah saat
Archimedes menemukan cara dan rumus untuk menghitung volume benda yang tidak
mempunyai bentuk baku. Menurut kisah tersebut, sebuah mahkota untuk Raja Hiero II
telah dibuat dan raja memerintahkan Archimedes untuk memeriksa apakah mahkota
tersebut benar-benar terbuat dari emas murni ataukah mengandung campuran perak.
Hal tersebut diperintahkan pada Archimedes karena Raja Hiero II tidak mempercayai
pembuat mahkota tersebut. Sobat muda, awalnya Archimedes ragu apakah ia bisa
memecahkan teka-teki tersebut atau tidak. Namun, ia yakin bahwa suatu ketika pasti ia
dapat menemukan ide untuk memecahkan teka-teki tersebut. Ia pun segera menerima
titah sang raja tersebut.

Saat Archimedes berendam dalam bak mandinya, tanpa sengaja dia melihat
bahwa air dalam bak mandi yang tumpah sebanding dengan besar tubuhnya.
Archimedes menyadari bahwa efek ini dapat digunakan untuk menghitung volume dan
isi dari mahkota tersebut. Dengan membagi berat mahkota dengan volume air yang
dipindahkan, kerapatan, dan berat jenis dari mahkota bisa diperoleh. Dengan cara
inilah kemudian Archimedes bisa memecahkan misteri keaslian mahkota raja.
Gambar 4. Secara tidak sengaja kreativitas Archimedes menghubungkan fenomena
tumpahnya air dengan teka-teki dari raja

Berat jenis mahkota akan lebih rendah daripada berat jenis emas murni apabila
pembuat mahkota tersebut berlaku curang dan menambahkan perak ataupun logam
dengan berat jenis yang lebih rendah. Karena terlalu gembira dengan penemuannya ini,
Archimedes melompat keluar dari bak mandinya, lupa berpakaian terlebih dahulu,
kemudian berlari keluar ke jalan dan berteriak "Eureka!" (“Saya menemukannya”).

Dalam kisah di atas jelas sekali bahwa munculnya ide adalah datang begitu saja.
Kreativitas Archimedes lah yang kemudian mengkonversi realita tak disengaja menjadi
teori hebat yang masih tetap diakui kebenarannya hingga saat ini. Nah, sama seperti
Archimedes, sobat muda juga memiliki kreativitas yang bisa muncul kapanpun tanpa
kita sadari.

e. Mengamati benda
Poin ini sebenarnya adalah salah satu dari sekian banyak tips untuk mengasah
kepekaan kreativitas kita. Seringkali tips ini dilupakan oleh banyak orang sehingga perlu
saya sampaikan di sini. Praktiknya cukup mudah :
Amatilah salah satu benda yang ada di sekitar sobat muda selama kurang lebih
setengah menit kemudian gambarkan kembali apa yang sobat muda ingat. Setelah itu,
pikirkan secara acak : apa yang bisa sobat muda kerjakan dengan benda tersebut ?
Tujuan dari latihan ini adalah untuk melatih ketajaman ingatan kita. Sebenarnya
nggak hanya ingatan dan penglihatan saja yang dilatih. Ketika otak diberi pertanyaan
untuk memunculkan kemungkinan yang bisa dilakukan dengan suatu benda maka hal
itu bisa melatih otak dalam memunculkan kreativitas terpendamnya.
Sebenarnya tidak hanya penglihatan saja yang bisa digunakan dalam latihan ini,
semua indera dapat membantu kita dalam membangun kreativitas karena baik indera
penglihat, pendengar, pencium, pengecap maupun peraba memperoleh berbagai
masukan sepanjang hari. Membangun kreativitas berarti meningkatkan kepekaan
penginderaan yang kita miliki. Itulah yang sobat muda bisa lakukan dalam latihan ini.

f. Beri waktu pada otak


Salah satu hal yang menakjubkan adalah bahwa kita dapat memerintahkan otak
untuk bekerja secara otomatis bagaikan autopilot dalam pesawat. Apabila kita
memberinya gagasan-gagasan dasar dan sejumlah rangsangan yang cocok, akhirnya otak
akan memunculkan gagasan-gagasan yang dapat diteruskannya. Saat dihadapkan pada
suatu tugas, sobat muda mungkin akan menunda sampai detik-detik terakhir, dengan
alasan bahwa otak akan bekerja lebih baik kalau terdesak. Namun, dalam tulisan ini saya
tegaskan bahwa :
“Jangan menunda tugas”
Mungkin ada benarnya bahwa ketegangan otak yang diakibatkan oleh mepetnya
batas waktu tugas dapat mempersatukan pikiran dengan baik. Namun, hal tersebut tidak
memberikan kesempatan yang cukup kepada otak untuk menghasilkan pekerjaan yang
maksimal.
Mencari ide hebat pun juga seperti itu. Ada baiknya bila kita meluangkan waktu
jauh-jauh hari sebelum deadline pengumpulan karya tulis sehingga kita diuntungkan
dengan beberapa hal berikut :
a. Mendapat ide yang di atas batas minimal
b. Memiliki cukup waktu untuk menindaklanjuti ide hingga menulis laporan
karya tulis ilmiahnya
c. Tersedia cukup waktu untuk mengevaluasi hasil penelitian yang didapat
g. Menerima masukan dari teman
Dengan teknik ini, kita mencoba untuk menempatkan diri kita pada posisi orang
lain, dengan tujuan untuk mengetahui reaksi seseorang atas tindakan yang kita ambil.
Sebagai contoh kasus, akan saya sampaikan cerita teman saya yang bisa dipanggil Uun.
Uun adalah seorang mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan magisternya di
Universitas Kassel, Jerman. Ia akan melakukan penelitian di Indonesia terkait
pandangan konsumen terhadap informasi nilai gizi yang ada pada kemasan produk
pangan. Untuk itu, dia membuat kuesioner yang akan dibagikan kepada responden.
Kuesioner tersebut telah selesai dibuatnya dan tinggal dibagikan saja kepada responden.
Namun, ia menyadari bahwa apa yang ia anggap sempurna belum tentu tidak memiliki
kekurangan di mata orang lain. Ia kemudian mengirimkan rancangan kuesionernya
kepada beberapa temannya via kotak masuk Facebook dan mengatakan :
“Haloooo teman2ku tercinta, apa kabar? Aku sekarang lagi dalam proses
pengerjaan thesis. Thesisku tentang "Perilaku konsumen terhadap label informasi nilai
gizi pada produk pangan". Aku akan mengadakan survei terhadap konsumen di
Semarang.
Nah, untuk mendapatkan data, aku menggunakan kuesioner. Jadi intinya aku
pengen minta pendapat teman2 mengenai konten kuesionerku sebelum aku distribusikan
(ibaratnya FGD untuk evaluasi kuesioner sebelum digunakan). Kira2 kontennya sudah
mudah dipahami atau belum? Apakah ada yang perlu diperbaiki? Dan kalo ada
masukan-masukan monggo secara kalian kan anak pangan (email ini dikirimkan kepada
kami yang merupakan alumni UGM jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian)
heheee.
Berikut aku lampirkan file kuesionerku, contoh label informasi nilai gizi produk
pangan di Indonesia, dan file proposal thesisku kalo2 teman2 tertarik untuk
membacanya”
Teman saya Uun, dalam redaksi email di atas, berusaha membuka komunikasi
dengan teman-temannya yang berlatar belakang pendidikan teknologi pangan. Langkah
ini menurut saya cukup tepat karena dengan membuka diri terhadap saran dan kritik
orang lain, ia akan mendapatkan masukan yang cukup berarti bagi kesempurnaan
pemahamannya terhadap kuesioner yang telah dibuatnya.
Memunculkan ide kelompok
Mengumpulkan orang bersama-sama untuk mencari ide merupakan cara yang
efektif, apabila ditangani dengan semestinya. Tapi, pertemuan itu dapat juga menjadi
penghamburan waktu bagi para peserta apabila tidak ditangani secara benar.

Gambar 5. Diskusi kelompok untuk menemukan ide penelitian


ataupun mencari solusi atas kendala penelitian yang tengah dihadapi

Di bawah ini ada beberapa tips agar pemunculan ide secara kelompok dapat
berjalan secara efektif.
a. Mempraktikkan brainstrorming
Nah loh, ada istilah baru nih buat sobat muda sekalian. Brainstorming kalau diartikan
secara etimologi bisa menjadi “badai otak” (brain=otak, storm=badai). Aneh kan?!
Makanya harus dilihat secara terminologis juga biar nggak kacau pengertiannya.
Brainstrorming akan lebih mudah dipahami sebagai “curah-gagasan”. Maksudnya, otak
dibiarkan berfikir secara liar (bagaikan badai) agar bisa menghasilkan banyak ide.
Maksudnya berfikir secara liar adalah bebas berfikir tanpa harus memperhatikan
berbagai “kemustahilan” yang ada. Brainstorming ini akan memudahkan kita untuk
mendapatkan banyak gagasan dengan cepat dan orisinil. Proses ini berlandaskan
anggapan bahwa sekelompok orang yang bekerja bersama di bawah pimpinan yang baik,
dapat memunculkan jauh lebih banyak ide daripada bekerja secara sendiri- sendiri.
Metode ini membutuhkan satu orang pemimpin diskusi. Namun, perlu diingat bahwa
pemimpin diskusi harus bisa mengkondisikan agar ide setiap anggota bisa muncul secara
bebas, tidak boleh ada yang mencela ataupun meremehkan.
b. Menyampaikan informasi penting
Sebelum pertemuan brainstorming, beberapa hari sebelumnya para peserta harus
mendapatkan informasi penting yang berisi beberapa hal, yaitu waktu dan tempat
diskusi, pokok pembicaraan, dan hasil akhir yang diminta.

c. Menggunakan pemandu
Sobat muda, tujuan adanya pemandu adalah untuk mengarahkan dan
mengendalikan pertemuan. Selain itu, juga untuk membantu para peserta
mengembangkan gagasan-gagasan mereka tanpa ada kendalan dalam
menyampaikannya (seperti keterangan sebelumnya). Tentunya, pemandu tersebut harus
yang sudah berpengalaman dan menguasai bidang ilmu yang akan didiskusikan.
Dengan adanya rencana yang jelas maka pemandu dapat mempersiapkan dengan
baik sehingga ia dapat mengetahui banyaknya waktu yang tersedia dan mampu membagi
waktu. Keuntungan cara ini adalah berkurangnya hambatan di dalam kelompok diskusi
dibandingkan dengan diskusi brainstorming yang tanpa pemimpin.

d. Tinggalkan pikiran negatif


Jangan membiarkan pikiran-pikiran negatif muncul di permukaan karena akan
menjadi penghalang keberhasilan diskusi. Pemimpin diskusi juga tidak boleh
membiarkan adanya peserta yang mencerca gagasan orang lain karena hanya akan
merusak suasana dan menimbulkan permusuhan. Seseorang yang telah dicerca tentunya
akan mundur dan tidak akan bersuara lagi sehingga kehadirannya menjadi tidak berarti.
Lebih buruknya lagi, ia akan menjadi agresif dan mencari peluang untuk melakukan
tindakan balas dendam. Nah, kalau sudah begini, situasinya pasti ruwet dan tidak
kondusif lagi untuk diskusi.

e. Keaktifan peserta diskusi


Dalam diskusi brainstorming, penting untuk menjaga peran aktif peserta diskusi
dalam memberikan sumbangan ide ataupun pendapatnya, bukan hanya menjadi
pengamat saja. Jika ada peserta yang hanya berdiam diri, maka ia harus didorong untuk
memberikan sumbangan pemikiran. Jika ada peserta yang terlalu aktif, maka ia harus
pula dikendalikan agar tidak sampai memaksakan ego atau pendapatnya. Inilah salah
satu pentingnya keberadaan pemandu dalam diskusi brainstrorming.
f. Belajar menghargai pendapat orang lain
Sobat muda, terkadang sulit bagi kita untuk menjadi pendengar yang baik, bisa
dikarenakan orang tersebut memang menyebalkan atau hal yang diceritakan kurang
menarik. Selain alasan-alasan itu, sebenarnya mendengarkan adalah suatu kegiatan yang
harus dilakukan secara aktif. Keuntungan dari mendengar ialah perhatian kita akan lebih
terarah ke masalah yang sedang dihadapi dan kita akan mendapatkan lebih banyak
informasi. Peserta diskusi yang menyampaikan pendapat pun akan merasa dihargai
sehingga suasana diskusi tetap kondusif.

g. Mencatat hasil diskusi dan membagi tugas


Usahakanlah untuk menyelesaikan satu masalah hanya dalam satu kali
pertemuan saja. Tidak efektif untuk melanjutkan atau memulai lagi pada hari-hari
berikutnya karena mungkin akan timbul masalah-masalah sampingan. Jika selama
pertemuan, telah didapatkan hasil diskusi yang dianggap cukup maka buatlah suatu
ringkasan akhir, dapatkan kata mufakat dari semua peserta, dan lakukan pembagian
tugas secara merata. Hal ini seringkali saya sampaikan kepada siswa bimbingan saya.
Setiap akhir diskusi saya katakan pada mereka : jangan lupa hasil diskusi ini dicatat,
kemudian sebelum kalian pulang, bagilah tugas untuk menjalankan hasil diskusi ini.
Motivasi Kita-2

Doa Yang Terkabul

Sobat muda, ada seorang ibu penjual tempe yang sudah


berpengalaman dalam membuat tempe selama lebih dari 20 tahun.
Suatu hari ia butuh uang ekstra untuk membayar SPP anak bungsunya
yang telah menunggak beberapa bulan. Seperti biasa, satu-satunya
penghasilan yang dapat ia harapkan adalah dari penjualan tempe.
Katena butuh uang ekstra, iapun juga membuat tempe yang lebih
banyak daripada biasanya. Namun, pada suatu malam ia heran karena
tempe yang dibuatnya tidak kunjung jadi. Selama 20 tahun, baru kali
ini ia gagal membuat tempe. Pada malam itu juga, dengan
meneteskan air mata ia pun berdoa kepada Tuhan : “Ya Tuhan,
semoga tempe ini segera jadi. Dengan apa saya harus membayar SPP
anak saya, wahai Tuhan?”

Dan paginya pun, bim salabim. Tempenya masih tetap belum


jadi. Sang ibu tertunduk lesu. Kali ini air mata yang mengalir lebih
banyak dari pada yang semalam. Ia bingung. Tak ada lagi stok tempe
yang tersedia. Dengan ragu, ia membawa tempe yang belum jadi
tersebut ke pasar. Pasrah kepada Tuhan. Seperti biasa, ia menggelar
dagangan di pasar. Tak satupun pembeli yang datang
menghampirinya. Tiba-tiba ada seorang ibu- ibu yang bertanya
dengan lembut, “Bu, ada tempe yang belum jadi? Saya butuh banyak
untuk saya bawa keluar kota. Kalau saya bawa yang jadi, nanti di sana
pasti sudah busuk”.

Sobat muda, ternyata Tuhan mengabulkan doa ibu tadi


dengan arti “terkabul” yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai