Anda di halaman 1dari 4

NASKAH TUGAS MATA KULIAH

UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/20203 Genap

Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Manajemen
Kode/Nama MK : EKMA4367/Hubungan Industrial
Tugas : 2
Penulis Soal/Institusi : Fahriansyah, SE, MM
Penelaah Soal//Institusi : Faridah Iriani, SE.,MM

No Soal Skor
1. Sebutkan dan jelaskan siapa saja pemangku kepentingan dalam
perjanjian kerja sama serta analisis apa hubungan dari masing-masing
pemangku kepentingan terhadap perjanjian kerjasama  40

2. Sebutkan dan jelaskan permasalahan khusus ketenagakerjaan yang


ada di Indonesia, serta analisis hubungan beberapa permasalahan
tersebut terhadap perusahan 60
Jawab:

Skor Total 100


*) coret yang tidak perlu

Menyetujui, 01/03/2023
Ka. Prodi Penelaah Penulis,

Faridah Iriani, SE.,MM


Dr. Ami Pujiwati, S.E.,M.S Fahriansyah,SE,MM
NIP. 196101171992032001
197103192005012001 Nip. 198212042006041002
LEMBAR JAWABAN TUGAS 2 MATA KULIAH
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/20203 Genap

Nama : Karlina Putri


NIM : 044373822
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Manajemen
Kode/Nama MK : EKMA4367/Hubungan Industrial

1) Beberapa pemangku kepentingan dalam perjanjian kerja sama antara lain


pemerintah, pengusaha, serikat pekerja dan kerja sama, sertakonsumen dan
masyarakat (Prasad, 2009)

a) Pemerintah
Dalam negara kolektif, perjanjian kerja bersama jarang di temui. Dalam
sistem perekonomoian terpusat ada ketakutan bahwa jika kesepakatan kerja
bersama hilang, akan ada distorssi dalam upah dan biaya karyawan. Oleh
karean itu, ada kecendrungan pemerintah mengatur peningkatan upah. Upah
merupakan pengendalian jangka pendek,sedangkan pengendalian jangka
panjang adalah mendapatkan penghasilandan harga. Dalam sistem
pemerintahan demokraasi, perjanjian kerjabersama merupakan kebijakan
publik yang bertujuan mempromosikan hubungan harmonisasi dan kerja
sama, serta mendukung pertumbuhan.

b) Pengusaha
Pandangan manajer dan karyawan atau pengusaha dan serikat pekerja
berbeda dan bertentangan dalam situasi perjanjian kerja bersama. Jika
manajemen dan karyawan merealisasikan nilai kerja sama dan kolaborasi,
mereka suka menjadi konsultan yang lebih besar. Peningkatan upah dapat di
lakukan apabila dalam perbaikan produktivitas dan profitabilitas
perusahaan/organisasional. Menurut karyawan, upah harus selalu meningkat,
padahal peningkatan upah akan menyebabkan inflasi.

c) Karyawan dan Serikat Perdagangan


Perusahaan manufaktur pada umumnya mengadakan perjanjian kerja
bersama dalam menentukan upah, sedangkan dalam perusahaan jasa tidak
pernah ada perjanjian kerja bersama untuk menentukan tingkat upah. Oleh
karena itu, jarang perusahaan jasa yang tergabung dalam serikat pekerja.
Kekuatan tawar menawar serikat pekerja tinggi bila input dan output
karyawan tidak dapat di gantikan. Tujuan serikat pekerja adalah menjamin
upah dan manfaat bagi anggota. Semakin tinggi koordinasi dan sentralisasi
dalam perjanjian atau kesepakatan, maka semakin besar kecendrungan
untuk melihat beberapa moderasi dalam upah yang lemah dan kuat bagi
karyawan pada tingkat keahlian dan kesempatan yang sama.

d) Karyawan dan Masyarakat


Penelitian dalam hubungan industrial menggunakan berbagai asumsi normatif
seperti hubungan antar karyawan yang melekat pada motif, berisi konflik dan
ketertarikan atau minat bersama yang mendapatkan solusi secara periodik
dan merupakan cara mencapai hasil yang terintegrasi Berbagai perubaha
dalam hubungan industrial yang terkait dengan pergeseran hubungan antar
manusia secara khusus. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik
untuk mempelajari pekerjaan dan hubungannya dengan institusi lain dalam
masyarakat, khususnya hubungan antara pekerjaan dan keluarga. Berbagai
perubahan dalam hubungan industrial di abad 20 adalah melibatkan modal
karyawan atau manusia, menggunakan pengetahuan atau keahlian yang
merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan atau organisasi.

2) Berikut sejumlah masalah klasik ketenagakerjaan di Indonesia.

1. Pendidikan
Sektor pendidikan salah satu yang menjadi sorotan. Penyebabnya adalah
tidak meratanya kualitas standar pengajar, rendahnya kualitas calon tenaga
kerja, karakter kebiasaan calon tenaga kerja yang kurang baik, serta
kurangnya lapangan kerja yang sesuai dengan bidang pendidikan.

Hal tersebut menandakan bahwa pendidikan tinggi tidak menjamin calon


tenaga kerja terdidik mendapatkan pekerjaan baik sesuai bidang maupun di
luar bidang studi.

2. Keterampilan
Memiliki sejumlah keterampilan sangat diperlukan bagi tenaga kerja. Dengan
mengantongi keterampilan tertentu dapat menjadi nilai tambah para tenaga
kerja dalam persaingan mendapatkan pekerjaan.

Biasanya, faktor ekonomi turut berperan dalam menghambat para tenaga


kerja mendapatkan keterampilan tertentu lantaran keterbatasan biaya. Namun
bukan berarti skill atau keterampilan sulit didapatkan.

Saat ini sudah banyak program pelatihan, workshop, maupun sertifikasi yang
bisa diakses secara gratis guna meningkatkan daya saing.

3. Alih Daya atau Outsourcing


Sedari dulu tenaga kerja alih daya atau outsourcing selalu menjadi
permasalahan berulang terlebih saat ketok palu UU Cipta Kerja.

Sebelum diberlakukannya UU Cipta Kerja, tenaga kerja alih daya kerap


mendapatkan upah di bawah standar minimum regional dan tidak
mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai.

4. PHK
Pesangon karyawan PHK seringkali tidak sesuai nominalnya, lama
prosesnya, bahkan tidak dibayarkan.

PHK karyawan bisa terjadi karena banyak hal di antaranya perusahaan pailit,
peleburan, pemisahan, pengusaha tidak bersedia menerima tenaga kerja di
perusahaan.

Selain itu, kondisi pandemi corona juga membuat ekonomi lesu yang


mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan
kerja (PHK) dan membuat pekerja kehilangan pekerjaan.

5. Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata


Pulau Jawa masih menjadi sasaran bagi warga luar pulau untuk mengadu
nasib dan mencari penghasilan atau pun pekerjaan yang lebih baik.

Hal ini tentu berdampak pada tidak meratanya pembangunan dan


pengembangan sumber daya di daerah lain.

Klasifikasi Tenaga Kerja


a. Tenaga Kerja Terdidik
Tenaga kerja terdidik berarti tenaga kerja yang menempuh pendidikan formal
hingga ke jenjang sarjana dan di atasnya.

Tenaga kerja terdidik mempunyai keahlian pada bidang tertentu yang sesuai
dengan bidang pendidikannya, misalnya arsitek, pengacara, dokter,
dosen/guru, akuntan, desainer, dan sebagainya.

b. Tenaga Kerja Terlatih


Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerja dengan keahlian atau keterampilan
pada bidang tertentu seperti tukang jahit, montir, juru masak, operator alat
berat, dan sebagainya.

c. Tenaga Kerja Tidak Terlatih dan Tidak Terdidik


Tenaga kerja tidak terlatih dan tidak terdidik adalah tenaga kerja yang hanya
mengandalkan tenaga atau pekerja kasar.

Di Dalam pelaksanaannya setiap pelaku usaha dan tenaga kerja terikat dalam
suatu ikatan atau perjanjian kerja atau kontrak kerja yang telah disepakati
kedua belah pihak.

Kesepakatan tersebut umumnya bersifat tertulis dan lisan yang sesuai


dengan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.

Dalam banyak kasus kesepakatan kerja tidak berjalan sebagaimana mestinya


dan menimbulkan masalah ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai