Anda di halaman 1dari 4

PENGANTAR ILMU HUKUM/PTHI

NAMA : Resty Lidyaningsih

NIM : 049030741

TUGAS : Pengantar Ilmu Hukum/PTHI Tugas 2

Feri dan Firman merupakan teman dekat (bukan saudara) dan rumah mereka berdekatan.
Suatu hari, firman, diperintahkan tugas ke kota lain, sehingga rumah firman kosong dalam
waktu yang cukup lama. Karena ditinggalkan begitu saja, rumah firman menjadi tidak
terawat terutama rumput di depan, samping dan belakang rumahnya yang sudah tumbuh
begitu lebat hampir menutupi seluruh rumah firman. Feri yang awalnya merasa tidak nyaman
melihat keadaan rumah firman akhirnya memutuskan untuk membersihkan halaman depan,
samping dan belakang rumah firman.

1. Analisis perbuatan apa yang dilakukan feri serta apa saja konsekuensi dari
perbuatan tersebut, disertai dengan dasar hukumnya.
Berdasarkan cerita tersebut, Feri melakukan tindakan membersihkan halaman depan,
samping, dan belakang rumah Firman yang telah ditinggalkan dan tidak terawat.
Konsekuensi dari perbuatan ini dapat dibagi menjadi dua aspek:
1. Konsekuensi hukum terkait kepemilikan: Apabila merujuk pada kasus posisi
yang diberikan, Feri dapat dilihat sebagai orang yang tanpa izin melakukan
tindakan pada properti orang lain. Tindakan Feri tanpa izin pada properti
Firman dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hak milik. Pasal 1365
KUHPerdata yang menyatakan bahwa "Setiap perbuatan melawan hukum
yang menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan orang yang
melakukan perbuatan tersebut untuk mengganti kerugian yang ditimbulkan."

Dalam hal ini, jika Feri merusak properti Firman selama membersihkan
halaman, sisi hukumnya adalah Feri dapat dituntut oleh Firman untuk
mengganti kerugian yang ditimbulkan akibat tindakannya.
Namun demikian, , Feri tidak dapat dikenakan pasal 167 KUHP (Barang
siapa memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan atau pekarangan tertutup
yang dipakai orang lain dengan melawan hukum atau berada di situ dengan
melawan hukum, dan atas permintaan yang berhak atau suruhannya tidak
pergi dengan segera, diancam dengan pidana penjara paling lima sembilan
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah) karena
pada dasarnya Feri telah diberikan amanat langsung oleh Firman untuk
menjaga rumahnya tersebut, namun apabila berbicara konteks kasus posisi
diatas, menjaga tidak meliputi merawat pekarangan rumah milik Firman.

Menurut penjelasan sebelumnya, tindakan Feri dalam membersihkan halaman


rumah Firman tanpa izin dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hak milik.
Namun, hal ini tidak secara langsung memberikan Feri hak untuk meminta
ganti rugi kepada Firman terkait uang yang dikeluarkan dalam melakukan
pembersihan.

Dalam kasus ini, jika Feri mengalami kerugian finansial akibat tindakannya
sendiri dalam membersihkan halaman rumah Firman, ia tidak dapat meminta
ganti rugi kepada Firman. Sebagai orang yang melakukan tindakan tanpa izin
pada properti orang lain, Feri mungkin saja bertanggung jawab untuk
mengembalikan properti tersebut ke kondisi semula atau membayar kerugian
yang ditimbulkan akibat kerusakan yang dialami properti Firman selama
pembersihan.

Namun, jika Feri telah membicarakan tindakannya dengan Firman sebelum


membersihkan halaman dan telah mencapai kesepakatan bahwa Feri akan
membersihkan halaman dan Firman akan memberikan imbalan atau mengganti
biaya yang dikeluarkan oleh Feri, maka Feri mungkin memiliki dasar untuk
meminta ganti rugi kepada Firman terkait uang yang dikeluarkan dalam
melakukan pembersihan. Perjanjian atau kesepakatan tersebut akan menjadi
dasar hukum bagi tuntutan ganti rugi Feri.

2. Konsekuensi sosial: Dalam aspek ini, perbuatan Feri dapat dianggap sebagai
bentuk pertolongan atau tindakan baik terhadap teman dekatnya. Namun, ini
bukanlah konsekuensi langsung dari hukum, melainkan lebih pada aspek
hubungan sosial antara Feri dan Firman.
2. Analisislah tergolong hukum apa kasus di atas jika dilihat dari isinya serta masa
berlakunya.

Kasus di atas dapat tergolong dalam hukum perdata. Hukum perdata mengatur
hubungan antara individu, termasuk hak milik, tanggung jawab, dan perjanjian.
Dalam kasus ini, tindakan Feri melibatkan hak milik properti Firman dan potensi
tanggung jawab hukum terkait dengan kerugian yang mungkin ditimbulkan,
sebagaimana dijelaskan dalam poin A di atas dan hukum perjanjian pada Pasal 1320
KUHperdata. Bahwasanya, hukum perdata Indonesia mengakui perjanjian lisan
mengingat perjanjian atau kesepakatan yang dibuat oleh para pihak setidaknya
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1) kesepakatan mereka yang mengikatkan diri, dalam hal ini Feri dan Firman
mengikatkan diri dengan memberikan amanat kepada Feri untuk menjaga
properti yang dimiliki oleh Firman, i.e. Rumah.
2) kecakapan mereka yang membuat kontrak, dalam hal ini dianggap bahwa baik
Feri dan Firman merupakan subjek hukum orang perorangan yang cakap
dalam melakukan tindakan hukum (i.e. asumsi bahwa Feri dan Firman telah
berumur lebih dari 21 tahun).
3) suatu hal tertentu, yakni Firman mewajibkan (memberikan amanat) kepada
Feri untuk menjaga rumah Firman. Namun demikian, tidak dijelaskan lebih
lanjut prestasi yang diemban oleh Feri dalam hal terjadi peristiwa di luar yang
disepakati, i.e. menjaga rumah.
4) suatu sebab yang halal, dalam hal ini tidak ada perbuatan dalam kesepakatan
yang melanggar norma maupun hukum positif Indonesia.

3. Dalam mazhab ilmu hukum dikenal beberapa aliran, salah satunya positivisme,
jelaskan serta kaitkan dengan kasus ini.
Aliran Hukum Positif atau Positivisme Hukum memandang perlu memisahkan
secara tegas antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum yang
seharusnya, antara das sein dan das sollen). Positivisme Hukum sangat
mengagungkan hukum yang tertulis dan menganggap bahwa tidak ada norma hukum
di luar hukum positif. Bagi aliran ini, semua persoalan dalam masyarakat harus diatur
dalam hukum tertulis.1

Dalam kasus ini, positivisme dapat dilihat sebagai pendekatan untuk


memahami bagaimana hukum perdata Indonesia berlaku terhadap tindakan Feri
dengan memisahkan bahwa meskipun feri dan firman adalah teman dekat, yang secara
norma sosial atau masyarakat mereka masing-masing memiliki kewajiban moral
untuk menjaga milik satu sama lain. Dengan kata lain, jika aturan hukum perdata
menyatakan bahwa tindakan tanpa izin pada properti orang lain merupakan
pelanggaran hak milik dan harus mengganti kerugian yang ditimbulkan, pendekatan
positivisme akan menekankan pentingnya mematuhi aturan hukum yang ada tanpa
mempertanyakan asal-usulnya atau keadilan subjektif.

1
https://jurnalhukum.com/positivisme-hukum/

Anda mungkin juga menyukai