Anda di halaman 1dari 10

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSANTARA INDONESIA

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


MAKASSAR
2013-2014 

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Membran merupakan alat pemisah berupa penghalang yang bersifat selektif
yang dapat memisahkan dua fase dari berbagai campuran. Campuran tersebut
dapat bersifat homogen atau heterogen dan dapat berupa padatan, cairan atau
gas. Transportasi pada membran terjadi karena adanya driving force yang dapat
berupa konveksi atau difusi dari masing-masing molekul, adanya tarik menarik
antar muatan komponen atau konsentrasi larutan, dan perbedaan suhu atau
tekanan (Pabby et al, 2009).

         Teknologi membran telah menjadi topik hangat dalam beberapa tahun


terakhir ini. Hal itu mungkin dipicu fakta bahwa pemisahan dengan membran
memiliki banyak keunggulan yang tidak dimiliki metode-metode pemisahan
lainnya. Keunggulan tersebut yaitu pemisahan dengan membran tidak
membutuhkan zat kimia tambahan dan juga kebutuhan energinya sangat minimum.
Membran dapat bertindak sebagai filter yang sangat spesifik. Hanya molekul-
molekul dengan ukuran tertentu saja yang bisa melewati membran sedangkan
sisanya akan tertahan di permukaan membran. Selain keunggulan-keunggulan yang
telah disebutkan, teknologi membran ini sederhana, praktis, dan mudah dilakukan.
Membrane separation yaitu suatu teknik pemisahan campuran 2 atau lebih
komponen tanpa menggunakan panas. Komponen-komponen akan terpisah
berdasarkan ukuran dan bentuknya, dengan bantuan tekanan dan selaput semi-
permeable. Hasil pemisahan berupa retentate (bagian dari campuran yang tidak
melewati membran) dan permeate (bagian dari campuran yang melewati
membran.
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN

Membran   ialah   sebuah   penghalang   selektif   antara   dua   fasa. 


Membran memiliki ketebalan yang berbeda-beda, ada yang tebal dan ada juga
yang tipis sertaada  yang  homogen  dan  ada  juga  ada  heterogen.  Ditinjau  dari
bahannya  membran terdiri dari bahan alami dan bahan sintetis. Bahan alami 
adalah bahan yang berasal dari alam misalnya pulp  dan kapas, sedangkan bahan
sintetis dibuat dari bahan kimia, misalnya polimer.
Membran  berfungsi  memisahkan  material  berdasarkan  ukuran  dan  bentuk
molekul,menahan  komponen  dari  umpan  yang  mempunyai  ukuran  lebih  besar
dariporipori  membran  dan  melewatkan  komponen  yang  mempunyai  ukuran
yang  lebihkecil.  Larutan  yang  mengandung  komponen  yang  tertahan  disebut
konsentrat  dan larutan yang mengalir disebut permeat. Filtrasi dengan
menggunakan membran selaiN berfungsi  sebagai  sarana  pemisahan  juga
berfungsi  sebagai  sarana  pemekatan dan pemurnian dari suatu larutan yang
dilewatkan pada membran tersebut.

Struktur Membran Berdasarkan jenis pemisahan dan strukturnya, membran dapat


dibagi menjadi 3 kategori yaitu :

• Porous membrane. Pemisahan berdasarkan atas ukuran partikel dari zat-zat yang
akan dipisahkan. Hanya partikel dengan ukuran tertentu yang dapat melewati
membran sedangkan sisanya akan tertahan. Berdasarkan klasifikasi dari IUPAC, pori
dapat dikelompokkan menjadi macropores (>50nm), mesopores (2-50nm), dan
micropores (<2nm). Porous membrane digunakan pada microfiltration dan
ultrafiltration.

• Non-porous membrane. Dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan


ukuran yang sama, baik gas maupun cairan. Pada non-porous membrane, tidak
terdapat pori seperti halnya porous membrane. Perpindahan molekul terjadi
melalui mekanisme difusi. Jadi, molekul terlarut di dalam membran, baru
kemudian berdifusi melewati membran tersebut.

• Carrier membrane. Pada carriers membrane, perpindahan terjadi dengan


bantuan carrier molecule yang mentransportasikan komponen yang diinginkan
untuk melewati membran. Carrier molecule memiliki afinitas yang spesifik
terhadap salah satu komponen sehingga pemisahan dengan selektifitas yang tinggi
dapat dicapai.
Beberapa keunggulan teknologi membran:

Pemisahan dapat dilakukan secara continue


Konsumsi energi umumnya relatif rendah
Proses membran dapat dengan mudah digabungkan dengan proses pemisahan
lainnya (hybrid processing)
Pemisahan dapat dilakukan dengan kondisi operasi yang dapat diatur
Mudah dalam scale up
Tidak memerlukan bahan tambahan
Pemakaiannya mudah diadaptasikan karena material penyusun membran yang
bervariasi

Kekurangan teknologi ini antara lain adalah fluks dan selektivitas, karena pada
proses pemisahan menggunakan membran umumnya fenomena yang terjadi adalah
fluks berbanding terbalik dengan selektivitas. Semakin tinggi fluks sering kali
berakibat menurunnya selektivitas, dan sebaliknya. Sedangkan yang diinginkan
dalam proses pemisahan berbasis membran adalah mempertinggi fluks dan
selektivitas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja membran antara lain:


Ukuran molekul
Bentuk molekul
Bahan membran
Karakteristik larutan
Parameter operasional (tekanan, suhu, konsentrasi, pH, ion strength, polarisasi)

Teknologi membran dalam pengolahan air dan limbah merupakan proses pemisahan


secara fisika yang memisahkan komponen yang lebih besar dari yang lebih kecil.
Berbagai jenis proses membran dikategorikan berdasarkan driving force, jenis dan
konfigurasi membran dan kemampuan penyisihannya. Proses membran
dipergunakan dalam sistem pengolahan air minum dan air buangan seperti dalam
proses desalinasi, pelunakan, penyisihan bahan organik, penyisihan  warna,
partikel dan lain-lain. Proses membran telah ada sejak 25 tahun yang lalu dan saat
ini proses tersebut telah mengalami  perkembangan yang pesat.
Proses membran dapat diklasifikasikan berdasarkan driving force untuk menyokong
proses pengolahan air. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
teknologi membrane adalah:
Tekanan
Daya listrik
Suhu
Gradien konsentrasi
Kombinasi lebih dari satu driving force
Proses membran dengan menggunakan tekanan dan tenaga listrik hanya tersedia
secara komersial dan telah umum dipergunakan untuk proses pengolahan air
minum dan buangan. Proses membran yang paling umum adalah proses yang
dijalankan dengan tekanan, dimana tekanan di dalam dan di luar membran
berbeda.
Berdasarkan  ukuran pori membrane, membran dapat dibagi menjadi empat tipe:
FESF (RO)
Nanofiltration (NF)
Ultrafiltration (UF)
Microfiltration  (MF)

Reverse osmosis merupakan proses filtrasi yang paling baik, yang dapat


menyisihkan partikel-partikel  berukuran 1Ao sampai 10Ao, demikian pula dengan 
ultrafiltrasi  yang mampu menyisihkan partikel berukuran 10Ao sampai 1000Ao.
Virus influenza dapat disisihkan oleh alat ini. Mikrofiltrasi dapat  juga menyisihkan 
bakteri, pseudomonas dan bakteri-bakteri lainnya. Dalam proses filtrasi membran
ini, terhadap air yang akan diolah harus dilakukan pengolahan pendahuluan supaya
partikel-partikel yang berukuran besar tidak ikut masuk, sehingga tidak
mengganggu kinerja alat yang nantinya akan merusak membran.

Tabel 2. Teknologi Pemisahan dengan Membran untuk Pengolahan Air Buangan


Feature MF UF NF RO Per-
vaporation
Pemisahan zat Sangat Tidak Tidak Tidak Tidak cocok
padat tersuspensi baik praktis praktis praktis
Pemisahan zat Tidak Sempurna Sangat baik Sangat baik Baik
organic terlarut cocok
Pemisahan Volatil Tidak Buruk Cukup Cukup-baik Sangat baik
e Organic Carbon cocok
(VOC)
Pemisahan zat Tidak Tidak cocok Baik (untuk Sangat baik Tidak cocok
inorganic terlarut cocok garam (pemisahan
inorganic 90-99%)
terlarut)
Efek tekanan Tidak Kecil Signifikan High Tidak ada
osmosis ada
Batasan total total sampai sampai Tidak cocok
konsentrasi solid organic dengan 15% dengan 15%
sampai sampai
dengan dengan 50%
5%
Kualitas Permeate Sangat Sangat baik Baik Sangat baik Sangat baik
baik
 Tekanan Kerja 1-3 bars 3-7 bars 5-10 bars 15-70 bars <25% dari
proses
Biaya capital 0.15-1.5 0.15-1.85 0.15-1.5 0.15-1.5 1.85-4.00
($/gallon per hari)
Biaya operasi 0.15-1.10 0.15-0.80 0.20-0.80 0.25-0.80 0.80-1.30
($/1000 liter
input)
Reverse Osmosis
Prinsip kerja proses ini merupakan kebalikan dari proses osmosis biasa. Pada proses
osmosis biasa terjadi perpindahan dengan sendirinya dari cairan yang murni atau
cairan yang encer ke cairan yang pekat melalui membran  semi-permeable. Adanya
perpindahan cairan murni atau encer ke cairan yang pekat pada membran semi-
permeable menandakan adanya perbedaan tekanan yang disebut tekanan
osmosis. Fenomena tersebut membuat para ahli berpipir terbalik, bagaimana
caranya agar dapat memisahkan cairan murni dari komponen lainnya yang
membuat cairan  tersebut bersifat pekat. Dengan penambahan tekanan pada
larutan yang pekat, ternyata cairan murni dapat melalui membran semi-
permeable yang nerupakan kebalikan dari proses osmosis. Atas dasar tersebut
teknologi ini disebut reverse osmosis (osmosis terbalik).
Kriteria  unjuk kerja membran bisa dilihat dari derajat impermeabilitas, yaitu
seberapa baik membran menolak aliran dari larutan pekat; dan dari derajat
permeabilitasnya, yaitu berapa mudahnya material murni melalui aliran menembus
membran. Membran selulosa asetat  merupakan bahan membran yang  baik dari
segi impermeabilitas dan permeabilitasnya. Bahan membrane lainnya yaitu etyl-
cellulose, polyvinyl alcohol, methyl polymetharcylate dan sebagainya.
Beberapa sistem reverse-osmosis  yang  sering dipergunakan, yaitu:
Tubular, dibuat dari keramik, karbon atau beberapa  jenis plastik berpori. Bentuk
tubular ini mempunyai diameter bagian dalam (inside diameter)  yang bervariasi
antara 1/8” (3,2mm) sampai dengan sekitar 1” (25,4mm).
Hollow fibre
Spiral wound
Plate and frame
Pada proses pemisahan menggunakan RO, membran akan mengalami perubahan
karena memampat dan menyumbat (fouling). Pemampatan atau fluks merosot itu
serupa dengan perayapan plastik/logam ketika terkena beban tegangan kompresi.
Makin besar tekanan dan suhu biasanya membran makin mampat dan menjadi tidak
reversible. Normalnya membran bekerja pada suhu 21-35 derajat Celcius. Fouling
membran dapat diakibatkan oleh zat-zat dalam air baku seperti kerak,
pengendapan koloid, oksida logam, bahan organik dan silika. Oleh sebab itu cairan
yang masuk ke proses reverse-osmosis harus terbebas dari partikel-partikel besar
agar tidak merusak membran. Pada prakteknya, cairan sebelum masuk ke proses
reverse-osmosis dilakukan serangkaian pengolahan terlebih dahulu, biasanya
dilakukan pretreatment dengan koagulasi dan flockulasi yang dilanjutkan dengan
adsorbsi karbon aktif dan mikrofiltrasi.
Pada suatu saat membran akan mengalami kotor, akibat dari adanya material-
material yang tidak bisa lewat.  Hal ini yang menyebabkan tersumbatnya
membran. Kotoran yang terbentuk gumpalan kotoran, kerak atau hasil proses
hidrolisa. Untuk mengembalikan kekondisi semula dilakukan pembersihan dengan
menggunakan larutan pembersih yang khusus. Bahan ini bisa melarutkan kotoran
tetapi tidak merusak membran yang biasanya terbuat dari enzim. Proses pencucian
dilakukan dengan meresirkulasi larutan pencuci ke membran selama kurang lebih
45 menit.
Keuntungan metode RO berdasarkan kajian ekonomi antara lain:
Untuk umpan dengan padatan terlarut total di bawah 400 ppm, RO merupakan
perlakuan yang murah.
Untuk umpan dengan padatan terlarut total di atas 400 ppm, dengan perlakuan
awal penurunan padatan terlarut total sebanyak 10% dari semula, RO lebih
menguntungkan dari proses deionisasi.
Untuk umpan dengan konsentrasi padatan terlarut total berapapun, disertai
dengan kandungan organik lebih dari 15 g/l, RO sangat baik untuk praperlakuan
proses deionisasi.
RO sedikit berhubungan dengan bahan kimia sehingga lebih praktis.

Nanofiltrasi
Proses nanofiltrasi merejeksi kesadahan, menghilangkan bakteri dan virus,
menghilangkan zat warna karena adanya bahan organik tanpa menghasilkan zat
kimia berbahaya seperti hidrokarbon terklorinasi. Nanofiltrasi cocok untuk
pengiolahan air dengan padatan terlarut total yang rendah, dimana bahan
organiknya dilunakkan dan dihilangkan.
Sifat rejeksi nanofiltrasi khas terhadap tipe ion; ion dwivalen lebih cepat
dihilangkan daripada ion ekavalen, sesuai saat membran tersebut diproses,
formulasi bak pembuat, suhu, waktu annealing, dan lain-lain. Formulasi dasarnya
mirip RO, namun mekanisme operasionalnya mirip ultrafiltrasi. Jadi nanofiltrasi
merupakan gabungan dari metode RO dan ultrafiltrasi.

Ultrafiltrasi
Ultrafiltasi merupakan teknologi pemisahan menggunakan membran untuk
memisahkan berbagai zat terlarut dengan berat molekul tinggi, bermacam koloid,
mikroba sampai padatan tersuspensi dalam suatu larutan. Metode ini menggunakan
membran semi permeable untuk memisahkan makromolekul dari larutannya.
Ukuran dan bentuk molekul merupakan faktor penting dalam proses ultrafiltrasi.
Cara kerja proses ultrafiltrasi mirip dengan proses revesrse-osmosis, yaitu
pemisahan partikel berdasarkan ukurannya dengan menggunakan tekanan pada
membran berpori. Ukuran pori membran ultrafiltrasi lebih besar yaitu berdiameter
sekitar 0.1 sampai 1 µm. Yang membedakan dengan reverse-osmosis adalah jenis
membran dan lebih kecilnya tekanan yang digunakan dalam pengoperasian.
Membran ultrafiltrasi dibuat dengan mencetak polimer selulosa asetat sebagai
lembaran tipis. Fluks maksimum dapat dicapai bila membrannya anisotropic,
dimana terdapat kulit tipis rapat dan pengemban berpori. Membran selulossa
asetat mempunyai sifat pemisahan yang bagus, namun sayangnya dapat rusak oleh
bakteri dan zat kimia serta rentan terhadap pH. Selain selulosa asetat ada juga
membran yang terbuat dari polimer polisulfon, akrilik, polikarbonat, PVC,
poliamidda, poliviniliden fluoride, kopolimer AN-VC, poliasetal, poliakrilat,
kompleks polielektrolit, PVA ikat silang, keramik, aluminium oksida, zirkonium
oksida, dan sebagainya. Kecepatan hasil permeate (permeation flow) berkisar
sekitar 1.0 sampai 10 m3/m2.jam.
Dalam teknologi pemurnian air, membran ultrafiltrasi dengan berat molekul
membran (MWC) 1.000 – 20.000lazim untuk penghilangan pirogen, sedangkan
membran dengan MWC 80.000 – 100.000 untuk penghilangan koloid. Tekanan dalam
ultrafiltrasi biasanya rendah, sekitar 10-100 psi (70-700 kPa), sehingga operasinya
dapat menggunakan pompa sentrifugal biasa.
Pada suatu saat proses ultrafiltrasipun akan menunjukan penurunan unjuk kerja.
Hal ini disebabkan adanya kotoran yang menyumbat pori-pori. Pembersihan
membran dilakukan dengan memasukan bahan pembersih yang terbuat dari larutan
caustic soda, sodium hypochlorite,asam belerang atau survace activator lainnya.
Ciptakan aliran yang olakannya kuat agar lebih memudahkan lepasnya kotoran yang
menempel pada permukaan dan pori-pori. Atau bisa juga dengan dicelupkan
kedalam larutan pembersih dan terakhir disemprot dengan tekanan cukup tinggi
untuk mengusir kotorannya.
Pada saat ini ultrafiltrasi lebih banyak dipakai di berbagai macam bidang karena
mudah digunakan sebagai mikrofiltrasi dan tidak sesensitif reverse-osmosis.
Pemanfaataanya mencakup pengolahan air limbah di industri pulp dan kertas, air
limbah domestik, macam-macam air limbah gedung-gedung, filtrasi MLSS di
aeration tank proses biologi dan diaplikasi lainnya.
Tabel 3. Perbandingan Kinerja Ultrafiltrasi dan Reverse-Osmosis
Uraian Ultrafiltrasi Reverse-osmosis
Fraksi berat molekul 1.000 min 500 max
Tekanan osmosis Dapat diabaikan Signinikan
Tekanan operasi 1 sampai 7 kg/cm2 20 sampai 140 kg/cm2
Mekanisme fraksi filtrasi Diffusi
Material membrane Tidak signifikan Mempengaruhi fraksi hasil
secara signifikan
Distribusi pori-pori halus signifikan Tidak nampak
Permiation flow rate 1.0 sampai 10 m3/m3.jam 0.1 sampai 1.0 m3/m2.jam
Mikrofiltrasi
Mikrofiltrasi merupakan pemisahan partikel berukuran micron atau submicron.
Bentuk lazimnya berupa cartridge yang berfungsi untuk menghilangkan partikel
dari air yang berukuran 0,04 sampai 100 micron, asalkan kandungan padatan
terlarut total dalam air tidak melebihi 100 ppm. Filtrasi cartridge merupakan
filtrasi mutlak, artinya partikel padat akan tertahan. dalam aplikasinya cartridge
tersebut akan diletakkan dalam suatu wadah tertentu (housing), dan dapat
dibersihkan jika padatan yang tertahan sudah terlalu banyak. Bahan yang dapat
digunakan untuk cartridge bermacam-macam, antara lain katun, wool, selulosa,
fibre glass, polipropilen, akrilik, nilon, asbes, ester-ester selulosa dan polimer
hidrokarbon terfluorinasi.
Jenis-jenis carrtridge dikelompokkan menjadi:
Cartridge leletan
Cartridge rajut-lekatan-terjurai
Catridge lembar berpori (kertas saring khusus, media nirpintal, membran
berkarbon

KLASIFIKASI MEMBRAN
            Berdasarkan ukuran pori, membran dapat dibedakan dibagi menjadi 2
yaitu:
1.         Membran berpori (porous membrane)
            Prinsip pemisahan membran berpori didasarkan pada perbedaan ukuran
partikel dengan ukuran pori membran. Membran jenis ini biasanya digunakan untuk
proses mikrofiltrasi  (melewatkan air, menahan mikroba) dan ultrafiltrasi
(melewatkan air menahan garam mineral).
2.         Membran non pori (non-porous membrane)
       Prinsip pemisahannya didasarkan pada perbedaan kelarutan dan kemampuan
berdifusi. Membran dengan jenis ini digunakan untuk proses permeasi gas,
pervaporasi dan dialisis.
Sedangkan berdasarkan strukturnya, membran dapat dibedakan menjadi membran
simetrik dan membran asimetrik (Mulder, 1996).

MATERIAL MEMBRAN
            Material membran dapat diklasifikasikan menjadi 3 antara lain :
1.         Organik (Polimer)
Contoh material : polycarbonate, polyamide, polysulfone, dll. Jenis polimer yang
dapat dijadikan sebagai material membran yaitu :
      Membran berpori (porous membrane)
            Digunakan untuk aplikasi mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi.
      Membran tidak berpori (non-porous membrane)
            Digunakan untuk aplikasi permeasi gas, uap dan pervaporasi. 
2.         Anorganik
Tipe material anorganik membran ada 4 yaitu :
      Membran keramik
merupakan kombinasi dari logam (alumunium, titanium, silicium atau zirconium)
dan non-logam (oxide, nitride atau carbide).
 membran gelas / kaca
                        berupa silikon oksida / silika (SiO2)
      membran logam (termasuk karbon)
      membran zeolit
3.         Biologi
Merupakan material membran yang berasal dari mahkluk hidup misalnya lipida
(phospholipid). Struktur membran dari material ini sangat kompleks. Tiap molekul
lipid terdapat bagian yang hidrofilik dan hidrofobik (Mulder, 1996).

            TEORI PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN


Pemisahan dengan membran dilakukan dengan mengalirkan feed ke dalam
membran kemudian akan terpisah sesuai driving force yang digunakan. Proses
pemisahan dengan membran menghasilkan dua aliran yaitu permeate dan
retentate. Permeate merupakan hasil pemisahan yang diinginkan sedangkan
retentate merupakan hasil sisa (Pabby et al, 2009).

 
Gambar 2.2 Skema Pemisahan menggunakan Membran (Pabby et al, 2009)

            KINERJA INSTALASI MEMBRAN


Driving force pada pemisahan menggunakan membran ada 4 macam. Kinerja
(performance) instalasi membran tergantung pada jenis driving force yang
digunakan (Mulder, 1996). Macam – macam aplikasi pemisahan dengan membran
berdasarkan driving force dan kinerja instalasinya antara lain:
       1.  Driving force gradien tekanan (∆P)
     Aplikasi penggunaan antara lain : mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi,
reverse osmosis. Kinerja instalasi membran berupa fluks (J) dan rejeksi (R) dapat
dihitung dengan persamaan berikut :
                            Dimana :  
                    Jv  = volume fluks (liter/m2.sec)
                   QP  = laju alir permeate (liter/sec)
                                  Am = luas permukaan membran (m2) 
                                  R   = rejeksi / retensi (span = 0–1)
                                 CP  = konsentrasi permeate
                                 CF  = konsentrasi umpan
Besarnya fluks dihitung dari besarnya laju alir yang melewati setiap luas
permukaan membran. Semakin besar laju alir permeate dan semakin kecil luas
permukaan membran maka fluks yang dihasilkan semakin besar. Rejeksi merupakan
ukuran perbandingan konsentrasi permeate dan retentate yang berhasil dipisahkan.
2.         Driving force gradien Konsentrasi (∆C)
              Aplikasi penggunaan : pervaporasi, permeasi gas, permeasi uap, dialisis,
dialisis – difusi. 
              Selektivitas  (α) pada pemisahan campuran gas dapat dihitung dengan
persamaan berikut
              (Cao et al, 2002) :

dimana, A dan B merupakan komponen - komponen yang terdapat pada campuran


yang akan dipisahkan dan x dan y merupakan fraksi mol umpan dan permeate.
Sedangkan selektivitas dan permeabilitas pada pemisahan gas murni dapat dihitung
dengan persamaan :

 
3.       Driving force gradien Temperatur (∆T)
Aplikasi penggunaan: thermo-osmosis, distilasi membran. Kinerja instalasi berupa
fluks (J) dan selektivitas (α).
4.         Driving force gradien Potensial Listrik (∆E)
Aplikasi penggunaan : elektrodialisis, elektro-osmosis, membran-elektrolisis.
Kinerja instalasi berupa fluks (J) dan selektivitas (α).

Penyaringan didefinisikan sebagai pemisahan dua atau lebih komponen dari aliran
cair atau gas didasarkan pada perbedaan ukuran. Secara tradisional, biasanya
merujuk pada pemisahan partikel dari zat cair atau gas. Pemisahan dengan
membran diperluas sebagai suatu proses untuk memisahkan zat terlarut. Fungsi
utama membran adalah sebagai lapisan selektif. Membran menahan komponen
tertentu dan melewatkan komponen lainnya baik pada medium cair maupun gas.
Secara lebih spesifik membran dapat didefinisikan sebagai:
Bagian tidak kontinyu yang memisahkan dua fasa.
Fase yang bertindak sebagai penahan untuk mencegah perpindahan massa tetapi
menahan atau mengatur perpindahan bagian komponen tertentu.
Dengan demikian, membran dapat berupa gas, cairan, padatan maupun
kombinasinya. Lebih lanjut, membran dapat diklasifikasi menjadi membran alami
dan buatan; berdasarakn strukturnya, berpori dan tak berpori atau sebagai
membran cair; berdasarkan aplikasinya, pemisahan gas, gas-cair, cair-cair, dll;
berdasarkan mekanisme dari fungsi membran, adsortif dan difusif, perpindahan
ion, osmosis, atau membran non selektif.
Klasifikasi membran dapat dilihat pada Tabel 1. Proses pemisahan pada Tabel 1
merupakan proses yang paling umum dan banyak diterapkan.

Diantara proses yang satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh batas yang cukup
bias, berkembang dan tergantung kesepakatan. Karena mekanisme dan proses
pemisahan yang satu dengan lainnya sangat berbeda, pembahasan pada buku ini
hanya difokuskan pada proses dengan pemicu perbedaan tekanan, yaitu
mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi dan omosis balik. Pada proses-proses
membran tersebut, pemisahan dipicu melalui perbedaan tekanan hidrolik pada
kedua sisi membran. Membran menyeleksi komponen apa saja yang dapat
melaluinya.

Gambar 1. Proses membrane yang beroperasi akibat perbedaan tekanan.


Membran mikrofiltrasi menahan partikel dengan ukuran micron (10-6 m), biasanya
merupakan partikel tersuspensi pada rentang 0,1-5 µm. Partikel dengan ukuran
diatas itu, umumnya dipisahkan menggunakan metode konvensinal dengan saringan
pasir. Membran ultrafiltrasi hanya menahan molekul besar atau partikel yang lebih
besar dari 10-200 (angstrum) (atau sekitar 0,001-0,02 µm). Nanofiltrasi menahan
senyawa organic kecil seperti gula, sedangkan osmosis balik (RO) menahan semua
zat terlarut kecuali pelarutnya (dalam hal ini air). Oleh karena itu, RO sering
dikenal sebagai proses pemurnian air, ultrafiltrasi sebagai metode yang secara
simultan memurnikan, memekatkan atau memfraksionasi makromolekul atau
suspensi koloid kecil. Mikrofiltrasi paling banyak digunakan untuk klarifikasi dan
pemisahan partikel tersuspensi dari pelarut.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Membran ialah suatu teknologi yang di ciptakan untuk bias memisahkan dua fase
dari berbagai macam campuran. Teknologi sudah menjadi topic dalam beberapa
tahun belakangan. Membran dapat bertindak sebagai filter yang sangat spesifik,
Hanya molekul-molekul dengan ukuran tertentu saja yang bisa melewati membran
sedangkan sisanya akan tertahan di permukaan membran.

Anda mungkin juga menyukai