Model-model
Pembelajaran Literasi Sains
Tindak Lanjut Pemaknaan Hasil Diagnosis
Asesmen Kompetensi
Madrasah Indonesia (AKMI)
MODEL PEMBELAJARAN
Dalam Literasi Sains
Tahap literasi, pada tahap ini, guru mengarahkan peserta didik agar melakukan
aktivitas secara mandiri untuk memahami isi teks fenomena sains, mengidentifikasi
fenomena, sikap baik, serta menentukan konsep-konsep pokok (essentials concept) yang
terkait dengan fenomena sains beserta penjelasannya dan rencana tindakan setelah
memahami konsep-konsep sains. Pada tahap ini, guru dapat memberikan arahan berkaitan
dengan aktivitas yang perlu dilakukan oleh peserta didik agar mereka memperoleh
pengalaman belajar yang bermakna sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
Tahap Orientasi, pada tahap ini, guru lebih fokus pada aktivitas yang mengarahkan
peserta didik pada capaian kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam aktivitas tersebut, guru
dapat mengembangkan berbagai teknik pembelajaran (tanya-jawab, penjelasan, dan
sebagainya) untuk membahas perihal pokok yang terdapat dalam teks fenomena sains yang
digunakan sebagai materi dan media belajar.
Tahap Kolaborasi, pada tahap ini memberikan kesempatan kepada guru dan
peserta didik untuk memperluas dan memperdalam wawasan terkait dengan materi yang
diajarkan melalui kerjasama yang melibatkan seluruh peserta didik dan guru. Aktivitas
Tahap Refleksi, tahapan ini merupakan tahap akhir dalam pembelajaran. Pada
tahap refleksi ini, guru dan peserta didik berusaha mengenali kembali proses pembelajaran
yang telah dilakukan, kendala yang dihadapi, kesan yang diperoleh peserta didik dalam
pembelajaran, dan sebagainya. Pada tahap ini, guru dapat memanfaatkan untuk melakukan
penguatan/pengulangan/simpulan atau sintesis terkait dengan aktivitas pembelajaran yang
sudah dilakukan.
MPL samping waktu, ini dilakukan di luar jam belajar peserta didik. Ketika
peserta didik berangkat ke sekolah atau perjalanan ke mana pun peserta didik diminta
mengamati suatu objek atau suatu peristiwa yang menarik perhatiannya. Kemudian di
sekolah dia diminta memaparkannya secara lisan atau tertulis. Guru dapat menentukan
apakah deskripsi tersebut seragam bentuknya (semua menulis dan membuat Bagan
Materi) atau bebas, artinya peserta didik bebas memilih bentuk penyajiannya (multi
representatif: peta jalan, Bagan Materi, poster, model dan lain-lain). Sebaiknya,
pengerjaan tugas tersebut berpasangan atau berkelompok sehingga peserta didik dapat
berbagi pengalaman. Kelebihan bentuk MPL ini tidak menyita jam pelajaran, sedangkan
kelemahannya adalah kegiatan pengamatan peserta didik kurang bisa dipantau.
d. MPL Proyek
4. Pembelajaran Kontekstual
5. Pendekatan Saintifik
Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
a. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan
media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi
(meaningfulness).
b. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau
dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang
abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari
situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih
memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana
a. Fase Stimulasi dapat dilakukan dengan kegiatan pembelajaran dimulai dengan guru
mengajukan pertanyaan, contoh-contoh atau referensi lainnya, dan penjelasan singkat
yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Tahap ini berfungsi untuk
menyiapkan kondisi belajar yang dapat membantu peserta didik dalam mengeksplorasi
bahan ajar atau fenomena sains di sekitar. Peserta didik dihadapkan dengan pertanyaan
atau persoalan relevan untuk menumbuhkan keinginan untuk menyelidiki dan mencari
tahu sendiri jawabannya.
b. Fase identifikasi masalah dapat dicoba dengan memulai dari guru yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan pendapat atau jawaban sementara
terkait dengan topik pembahasan.
Model Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan
keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah. Dilakukan secara
berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang
dituangkan dalam sebuah produk. untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain.
a. Karakteristik PjBL
Karakteristik yang tercakup dalam Model PjBL sebagai berikut:
1) Penyelesaian tugas dilakukan secara mandiri dimulai dari tahap perencanaan,
penyusunan, hingga pemasaran produk;
2) Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan;
3) Proyek melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat;
Guru memastikan setiap peserta didik Peserta didik berdiskusi menyusun rencana
Fase 2 :Mendesain dalam kelompok memilih dan pembuatan proyek pemecahan masalah meliputi
Perencanaan Produk mengetahui prosedur pembuatan pembagian tugas, persiapan alat, bahan, media,
proyek/produk yang akan dihasilkan. sumber yang dibutuhkan.