Anda di halaman 1dari 14

MODUL 1

Model-model
Pembelajaran Literasi Sains
Tindak Lanjut Pemaknaan Hasil Diagnosis

Asesmen Kompetensi
Madrasah Indonesia (AKMI)

Modul 1 Literasi Sains | 1


Modul 1
Pembelajaran Literasi Sains
Tindak Lanjut Pemaknaan Hasil Diagnosis
AKMI 2022

MODEL PEMBELAJARAN
Dalam Literasi Sains

Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI)

Modul 1 Literasi Sains | 2


MODEL PEMBELAJARAN DALAM LITERASI SAINS
Pada prinsipnya model pembelajaran digunakan untuk meningkatkan keefektifan
pembelajaran sehingga dapat menghadirkan proses pembelajaran yang berkualitas. Adapun
fungsi model pembelajaran dalam literasi sains adalah untuk menciptakan langkah-langkah
pembelajaran yang dapat mewadahi aktivitas literasi sains peserta didik serta mendorong
terwujudnya peningkatan tingkat kemahiran peserta didik dalam literasi sains. Oleh sebab itu
seorang guru sejatinya harus memahami beragam model-model pembelajaran untuk
diimplementasikan. Beberapa model pembelajaran yang direkomendasikan untuk mewujudkan
pembelajaran literasi sains diantaranya: Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based
Learning (PBL), Model Pembelajaran Lingkungan, Literasi Orientasi Kolaborasi-Refleksi (LOK-R),
Pembelajaran Kontekstual, Pendekatan Saintifik, Discovery Learning, dan Project Based Learning
(PjBL).

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL)


Tahapan pembelajaran PBL diuraikan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

Fase 1: Mengorientasikan peserta didik pada masalah


Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-
aktivitas yang akan dilakukan dan mengorientasian peserta didik pada masalah. Masalah
dapat disajikan melalui teks berita, video, info grafis, dll
Fase 2: Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, model
pembelajaran berbasis masalah juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi.
Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerja sama dan sharing antaranggota.
Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk
kelompok-kelompok peserta didik yang tiap-tiap kelompok akan memilih dan
memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam
pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus
heterogen, pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor

Modul 1 Literasi Sains | 3


sebaya, dan sebagainya. Guru perlu memonitor dan mengevaluasi kerja tiap-tiap
kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk
kelompok belajar, guru dan peserta didik menentukan sub-sub topik yang spesifik, tugas-
tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah
mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan
penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap
permasalahan tersebut.
Fase 3: Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari model pembelajaran berbasis masalah. Kegiatan yang
dilakukan pada fase ini meliputi mengumpulkan data dan melakukan eksperimen,
berhipotesis dan membuat penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data
dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus
mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen
sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah
agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun
ide mereka sendiri. Pada fase ini, peserta didik seharusnya lebih dari sekedar membaca
masalah-masalah dalam buku-buku. Guru perlu membantu peserta didik untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber seperti internet,
modul, buku, e-book, artikel, dll.
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan artifak (hasil karya) dan memamerkan nya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan hasil karya atau laporan tertulis.
Langkah selanjutnya adalah peserta didik menyajikan hasil karya atau laporan tertulisnya
di depan kelas untuk mendapatkan tanggapan dan masukan dari anggota dari kelompok
lain.
Fase 5: Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam model pembelajaran berbasis masalah.
Guru meminta peserta didik untuk merefleksi proses penyelidikan yang telah dilakukan,

Modul 1 Literasi Sains | 4


tantangan dalam melaksanakan penyelidikan dan menganalisis kebermaknaan
penyelidikan dengan fenomena atau pengalaman nyata peserta didik.

2. Model Pembelajaran Literasi Orientasi Kolaborasi-Refleksi (LOK-R)


Model pembelajaran literasi, orientasi, kolaborasi, dan refleksi (LOK-R) ini berisi
langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru ketika aktivitas
pembelajaran telah memasuki tahap penyampaian inti pelajaran. Karena itu, sebelum
memasuki inti pembelajaran, guru dengan berbagai cara dan gaya yang dikuasainya dapat
melakukan berbagai aktivitas yang mengarah pada penyiapan peserta didik untuk menerima
pembelajaran. Ketika dipandang peserta didik siap melakukan aktivitas belajar,
pembelajaran dapat dilanjutkan ke tahap inti pembelajaran. Tahapan tersebut secara garis
besar yaitu;

Tahap literasi, pada tahap ini, guru mengarahkan peserta didik agar melakukan
aktivitas secara mandiri untuk memahami isi teks fenomena sains, mengidentifikasi
fenomena, sikap baik, serta menentukan konsep-konsep pokok (essentials concept) yang
terkait dengan fenomena sains beserta penjelasannya dan rencana tindakan setelah
memahami konsep-konsep sains. Pada tahap ini, guru dapat memberikan arahan berkaitan
dengan aktivitas yang perlu dilakukan oleh peserta didik agar mereka memperoleh
pengalaman belajar yang bermakna sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

Tahap Orientasi, pada tahap ini, guru lebih fokus pada aktivitas yang mengarahkan
peserta didik pada capaian kompetensi yang telah ditetapkan. Dalam aktivitas tersebut, guru
dapat mengembangkan berbagai teknik pembelajaran (tanya-jawab, penjelasan, dan
sebagainya) untuk membahas perihal pokok yang terdapat dalam teks fenomena sains yang
digunakan sebagai materi dan media belajar.

Tahap Kolaborasi, pada tahap ini memberikan kesempatan kepada guru dan
peserta didik untuk memperluas dan memperdalam wawasan terkait dengan materi yang
diajarkan melalui kerjasama yang melibatkan seluruh peserta didik dan guru. Aktivitas

Modul 1 Literasi Sains | 5


pembelajaran pada tahap ini diarahkan pada penyelesaian permasalahan yang dihadapi
dalam pembelajaran dan capaian kompetensi yang telah ditetapkan.

Tahap Refleksi, tahapan ini merupakan tahap akhir dalam pembelajaran. Pada
tahap refleksi ini, guru dan peserta didik berusaha mengenali kembali proses pembelajaran
yang telah dilakukan, kendala yang dihadapi, kesan yang diperoleh peserta didik dalam
pembelajaran, dan sebagainya. Pada tahap ini, guru dapat memanfaatkan untuk melakukan
penguatan/pengulangan/simpulan atau sintesis terkait dengan aktivitas pembelajaran yang
sudah dilakukan.

3. Model Pembelajaran Berbasis Lingkungan (MPL)


Model Pembelajaran Berbasis Lingkungan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk,
mulai dari yang sederhana tidak menyita waktu sampai yang paling kompleks yang
memerlukan waktu berhari-hari. Hal ini bergantung pada tujuan pembelajaran dan kondisi
setempat.

a. MPL Samping Waktu

MPL samping waktu, ini dilakukan di luar jam belajar peserta didik. Ketika
peserta didik berangkat ke sekolah atau perjalanan ke mana pun peserta didik diminta
mengamati suatu objek atau suatu peristiwa yang menarik perhatiannya. Kemudian di
sekolah dia diminta memaparkannya secara lisan atau tertulis. Guru dapat menentukan
apakah deskripsi tersebut seragam bentuknya (semua menulis dan membuat Bagan
Materi) atau bebas, artinya peserta didik bebas memilih bentuk penyajiannya (multi
representatif: peta jalan, Bagan Materi, poster, model dan lain-lain). Sebaiknya,
pengerjaan tugas tersebut berpasangan atau berkelompok sehingga peserta didik dapat
berbagi pengalaman. Kelebihan bentuk MPL ini tidak menyita jam pelajaran, sedangkan
kelemahannya adalah kegiatan pengamatan peserta didik kurang bisa dipantau.

b. MPL Singkat Waktu

Modul 1 Literasi Sains | 6


MPL Singkat Waktu, peserta didik dibagi dalam beberapa kelompok, yang
setiap kelompok terdiri atas 4-5 peserta didik. Setiap kelompok ditugasi keluar kelas
dalam waktu 10—15 menit untuk mengamati objek berbeda-beda yang ada di
lingkungan sekolah dan mencatatnya. Hal yang perlu diamati, misalnya, bentuk objek
yang diamati, warnanya, ukurannya, bentuknya, bahan asal objek tersebut, karakteristik
dan sebagainya. Setelah selesai, mereka kembali ke kelas dan menyempurnakan catatan
atau penyajian hasil pengamatan mereka. Setiap kelompok berdiskusi menyusun laporan
tertulis hasil pengamatannya, kemudian melaporkannya secara lisan (dapat dibantu
dengan media yang dibuat) di depan kelas. Sebagai penutup setiap kelompok menulis
kesimpulan dalam bentuk paragraf deskriptif, pemetaan konsep atau bentuk lainnya
berdasarkan hasil pengamatan dan menampilkan hasilnya di papan tulis.

c. MPL Ekskursi Sehari

MPL ekskursi sehari adalah kegiatan belajar dengan melakukan kunjungan ke


suatu objek tertentu atau tempat tertentu dalam waktu satu hari. Para peserta didik
pergi bersama-sama dengan bimbingan guru ke suatu tempat yang telah diprogramkan
sebelumnya. Pilihan tempat kunjungan tersebut harus didasarkan pada tujuan
pembelajaran atau diarahkan pada pencapaian kompetensi dasar tertentu. Guru lebih
dulu menentukan beberapa kompetensi dasar yang akan dicapai dalam kegiatan itu,
kemudian peserta didik harus mengambil satu kompetensi dasar atau lebih yang
menjadi garapannya, dengan demikian peserta didik dapat memfokuskan kegiatannya
sesuai dengan tugas yang menjadi pilihannya. bekerja dalam kelompok yang bidang
garapannya sejenis, dapat menggunakan waktu di kelas, atau lebih baik di luar jam
pelajaran sekolah, selanjutnya tinggal melaporkan hasil kerja kelompok dan
mendiskusikannya bersama-sama di kelas.

d. MPL Proyek

MPL Proyek, merupakan model pembelajaran terprogram yang memerlukan


waktu agak panjang. Dalam proyek tersebut, diperlukan waktu agak lama karena
peserta didik terlibat dalam kegiatan yang cukup kompleks. Peserta didik tidak sekedar

Modul 1 Literasi Sains | 7


melakukan pengamatan, tetapi juga melakukan kegiatan-kegiatan lainnya sebagai
konsekuensi dari hasil pengamatannya itu. Dimungkinkan juga menemukan berbagai
persoalan dan berusaha untuk mencari jalan pemecahannya selanjutnya diseminarkan.

Langkah-langkah pelaksanaan MPL yaitu; (1) Penentuan Objek Pengamatan,(2) Pembentukan


Kelompok Kerja Peserta didik,(3) Pembagian Tugas Pengamatan, (4) Penjelasan tentang Hal
Diamati, (5) Penugasan Pengamatan, (6( Penyempurnaan Catatan Hasil Pengamatan,(7)
Pelaporan Hasil Pengamatan dan Diskusi Kelompok, (8) Penulisan Teks Deskripsi Hasil
Pengamatan, (9) Pameran Hasil Kerja, (10) Pengamatan dan Komentar Kelas, (11)
Pelaksanaan Refleksi.

4. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang menghubungkan materi


pembelajaran dengan pengalaman peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Berikut
merupakan komponen pembelajaran kontekstual:
a. Inquiry
1) Proses perpindahan daripengamatan menjadi pemahaman.
2) Peserta didik belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
b. Questioning (Bertanya)
1) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir
peserta didik.
2) Bagi peserta didik yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang
berbasis inquiry
c. Learning Community (Masyarakat Belajar)
1) Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
2) Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
3) Tukar pengalaman.
4) Berbagi ide
d. Modeling (Pemodelan)

Modul 1 Literasi Sains | 8


1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar.
2) Mengerjakan apa yang diingini guru agar peserta didik mengerjakannya
e. Reflection ( Refleksi)
1) Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari
2) Mencatat apa yang telah dipelajari
3) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
f. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
1) Mengukur pengetahuan dan keterampilan peserta didik
2) Penilaian produk (kinerja)
3) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

5. Pendekatan Saintifik
Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
a. Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningful learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan
media objek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi
(meaningfulness).
b. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada
peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau
dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan:
pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang
abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari
situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih
memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana

Modul 1 Literasi Sains | 9


peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua
dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin
tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat
dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih
lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta
didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
c. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya.
Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih
banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan
eksperimen.
d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan
pembelajaran adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari
hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang
bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang
bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda
sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan
informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap
jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
e. Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik
merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah
menemukan keterkaitan antara informasi dan menemukan berbagai pola dari

Modul 1 Literasi Sains | 10


keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok,
atau secara individual membuat kesimpulan.
f. Mengomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat
dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan
mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di
kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik
tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan
berbahasa yang baik dan benar.

6. Model Discovery Learning

Pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta


didik (Styers, 2018; Ulger, 2018; Winoto, 2020; Safitri, 2021). Berikut ini adalah langkah-
langkah model pembelajaran Discovery Learning.

a. Fase Stimulasi dapat dilakukan dengan kegiatan pembelajaran dimulai dengan guru
mengajukan pertanyaan, contoh-contoh atau referensi lainnya, dan penjelasan singkat
yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Tahap ini berfungsi untuk
menyiapkan kondisi belajar yang dapat membantu peserta didik dalam mengeksplorasi
bahan ajar atau fenomena sains di sekitar. Peserta didik dihadapkan dengan pertanyaan
atau persoalan relevan untuk menumbuhkan keinginan untuk menyelidiki dan mencari
tahu sendiri jawabannya.
b. Fase identifikasi masalah dapat dicoba dengan memulai dari guru yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan pendapat atau jawaban sementara
terkait dengan topik pembahasan.

Modul 1 Literasi Sains | 11


c. Fase pengumpulan data dimulai dengan memberikan kesempatan peserta didik
mengumpulkan informasi relevan sebanyak-banyaknya. Ini untuk membuktikan apakah
jawaban sementara yang mereka berikan sudah tepat atau belum. Hal ini dapat dilakukan
dengan membaca buku atau sumber daring, mengamati objek, eksperimen dan hal
lainnya yang masih sejalan dengan proses belajar mengajar.
d. Fase pengolahan data, dalam fase ini terdapat kegiatan pengolahan informasi yang
didapatkan baik melalui pengumpulan data, kemudian menafsirkannya.
e. Fase pembuktian memiliki kegiatan presentasi atas hasil pengolahan informasi masing-
masing kelompoknya di hadapan para peserta didik. Peserta didik yang lain diberikan
kesempatan untuk memberikan tanggapan, kritik dan saran, serta pertanyaan.
f. Fase generalisasi memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menarik kesimpulan
dengan bimbingan dan tuntunan guru. Tuntunan tersebut dapat menjadi hasil yang
dipresentasikan untuk mendapatkan suatu gambaran umum atau jawaban atas persoalan
yang dihadapi dan disetujui oleh setiap kelompok.
g. Fase penutup, adalah proses terakhir yang berisi ulasan kembali materi yang telah
dipelajari bersama-sama oleh peserta didik dan memberikan koreksi jika diperlukan serta
rekomendasi dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan

7. Model Project Based Learning (PJBL)

Model Project Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan
keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah. Dilakukan secara
berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu yang
dituangkan dalam sebuah produk. untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain.
a. Karakteristik PjBL
Karakteristik yang tercakup dalam Model PjBL sebagai berikut:
1) Penyelesaian tugas dilakukan secara mandiri dimulai dari tahap perencanaan,
penyusunan, hingga pemasaran produk;
2) Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan;
3) Proyek melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat;

Modul 1 Literasi Sains | 12


4) Melatih kemampuan berpikir kreatif; dan
5) Situasi kelas sangat toleran dengan kekurangan dan perkembangan gagasan.
Berdasarkan karakteristik tersebut, langkah-langkah pembelajaran Project Based
Learning (PjBL) yakni sebagai berikut;
Tabel 1. Langkah Pembelajaran Project Based Learning

Langkah Kegiatan Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik

Guru menyampaikan topik dan Mengajukan pertanyaan mendasar apa yang


Fase 1 : Pertanyaan
mengajukan pertanyaan bagaimana harus dilakukan peserta didik terhadap topik/
Mendasar
cara memecahkan masalah. pemecahan masalah.

Guru memastikan setiap peserta didik Peserta didik berdiskusi menyusun rencana
Fase 2 :Mendesain dalam kelompok memilih dan pembuatan proyek pemecahan masalah meliputi
Perencanaan Produk mengetahui prosedur pembuatan pembagian tugas, persiapan alat, bahan, media,
proyek/produk yang akan dihasilkan. sumber yang dibutuhkan.

Guru dan peserta didik membuat


Peserta didik menyusun jadwal penyelesaian
Fase 3 :Menyusun kesepakatan tentang jadwal
proyek dengan memperhatikan batas waktu yang
Jadwal Pembuatan pembuatan proyek (tahapan-tahapan
telah ditentukan bersama.
dan pengumpulan).

Guru memantau keaktifan peserta Peserta didik melakukan pembuatan proyek


Fase 4 :Memonitor
didik selama melaksanakan proyek, sesuai jadwal, mencatat setiap tahapan,
Keaktifan dan
memantau realisasi perkembangan dan mendiskusikan masalah yang muncul selama
Perkembangan Proyek
membimbing jika mengalami kesulitan. penyelesaian proyek dengan guru.

Guru berdiskusi tentang prototipe


Membahas kelayakan proyek yang telah dibuat
proyek, memantau keterlibatan
Fase 5 :Menguji Hasil dan membuat laporan produk/ karya untuk
peserta didik, mengukur ketercapaian
dipaparkan kepada orang lain.
standar.

Guru membimbing proses pemaparan


Setiap peserta didik memaparkan laporan,
Fase 6 :Evaluasi proyek, menanggapi hasil, selanjutnya
peserta didik yang lain memberikan tanggapan,
Pengalaman Belajar guru dan peserta didik merefleksi/
dan bersama guru menyimpulkan hasil proyek.
kesimpulan.

b. Penerapan Model Project Based Learning


1) Topik/materi yang dipelajari peserta didik merupakan topik yang bersifat kontekstual
dan mudah didesain menjadi sebuah proyek/karya yang menarik;
2) Peserta didik tidak digiring untuk menghasilkan satu proyek saja (satu peserta didik
menghasilkan satu proyek);

Modul 1 Literasi Sains | 13


3) Proyek tidak harus selesai dalam 1 pertemuan (diselesaikan dalam 3-4 pertemuan);
4) Proyek merupakan bentuk pemecahan masalah sehingga dari pembuatan proyek
bermuara pada peningkatan hasil belajar;
5) Bahan, alat, dan media yang dibutuhkan untuk membuat proyek diusahakan tersedia
di lingkungan sekitar. dan diarahkan memanfaatkan bahan bekas/sampah yang tidak
terpakai agar menjadi bernilai guna; dan
6) Penilaian autentik menekankan kemampuan merancang, menerapkan, menemukan,
dan menyampaikan produknya kepada orang lain.

Modul 1 Literasi Sains | 14

Anda mungkin juga menyukai