Anda di halaman 1dari 13

MODEL PEMBELAJARAN

LITERASI SOSIAL BUDAYA


A. Model Pembelajaran

Pembelajaran literasi sosial budaya perlu dikemas secara menarik, interaktif,


kontekstual serta bermakna untuk peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu variasi penggunaan model pembelajaran nampaknya perlu
dilakukan. Pada modul ini akan dicontohkan beberapa perencanaan
pembelajaran literasi sosial budaya yang menggunakan berbagai model.
Berikut ini dicontohkan model-model pembelajaran yang dapat mendukung
dalam pengembangan keterampilan literasi sosial budaya peserta didiIk.

1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (MPBM)

Bagian 02
Pembelajaran literasi sosial budaya berusaha untuk mengoptimalkan
keterampilan berpikir peserta didik, agar mampu menganalisis,
mengevaluasi atau bahkan memberikan solusi kreatif terhadap isu-isu
sosial dan budaya. Pembelajaran berbasis masalah sebaiknya diberikan
kepada peserta didik yang sudah memiliki tingkat kemahiran yang cukup,
sehingga proses pembelajarannya akan sesuai dengan perkembangan
kognitifnya.

Pengertian

Model Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pembelajaran


yang menghadapkan peserta didik pada berbagai macam permasalahan-
permasalahan praktis sebagai stimulus dalam aktivitas belajar dan
pengembangan kemampuan berpikir.

Tahapan

• Orientasi masalah
Peserta didik dikenalkan dengan masalah yang telah dipilih oleh guru,
sesuai dengan kebutuhan atau tujuan pembelajaran. Untuk
pembelajaran literasi sosial budaya, masalah yang dipilih sebaiknya
sesuai dengan konten dan sub konten. Sedapat mungkin
permasalahan tersebut praktis, kontekstual dan juga relevan.
• Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Pada tahap ini peserta didik secara konstruktif dikondisikan untuk
mengenal masalah yang diangkat, sehingga mampu memahami apa
yang sebenarnya menjadi pokok utama permasalahan yang
dihadirkan.
• Membimbing penyelidikan mandiri atau kelompok
Pada tahap ini peserta didik dibimbing oleh peserta didik untuk
mampu menganalisis penyebab atau dampak yang ditimbulkan dari
permasalahan yang diangkat. Pada tahap ini dapat dilakukan kerja
secara kolaboratif atau berkelompok.

• Mengembangkan dan menyajikan hasil karya


Penyebab atau dampak dari masalah yang sudah berhasil dianalisis
dapat dikembangkan menjadi sebuah karya, seperti mindmap, peta
konsep, powerpoint, atau desain visual grafis yang menarik. Hasil
tersebut dikembangkan dan kemudian disajikan.
• Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Hasil yang sudah disajikan kemudian dianalisis dan dievaluasi secara
bersama-sama dalam forum kelas, sehingga terjadi peningkatan
kualitas karya yang disajikan.
Sistem pendukung
• Masalah berbasik isu-isu faktual dan terbaru
• LKPD
• Media pembelajaran
Peran guru
• Pemantik, guru berperan sebagai pembangkit rasa ingin tahu peserta
didik sebelum dihadapkan pada masalah.
• Fasilitator, guru mengarahkan peserta didik untuk belajar, eksplorasi,
dan berkolaborasi pada tahap-tahap pembelajaran.
• Evaluator, guru dapat memberikan penilaian terhadap peserta didik,
baik itu hasil dan proses yang dilakukan peserta didik selama
pembelajaran. Hal itu dapat membantu peserta didik mendapatkan
umpan balik tidak hanya akhir pembelajaran namun selama proses
pembelajaran.
Prinsip-prinsip
• Bermakna, pembelajaran berbasis masalah mengedepankan pada
permasalahan yang bersifat khusus dan memiliki kebermaknaan,
sehingga peserta didik dapat benar-benar mendapatkan
pembelajaran yang relevan dengan kondisi lingkungan sekitar.
• Pengalaman Belajar, peserta didik akan memiliki pengalaman
langsung dalam menghadapi masalah, dengan pengalaman tersebut
diharapkan mereka akan mampu meningkatkan keterampilan analisis
masalah.
• Memberikan tanggung jawab yang besar kepada murid dalam
membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka
sendiri
2. Model Pembelajaran LOK-R

Pembelajaran literasi identik dengan aktivitas literasi yang dilakukan


peserta didik. Aktivitas literasi dalam pembelaran sosial budaya tidak
hanya terbatas membaca teks, namun lebih luas lagi. Aktivitas literasi
dapat berupa pengamatan fenomena sosial, budaya yang ada di
lingkungan. Aktivitas literasi dapat berupa memaknai nilai-nilai yang
muncul pada aktivitas budaya di lingkungan masyarakat, dll. Sehingga
perlu juga diberikan sebuah tahap pembelajaran yang menegaskan
bahwa aktivitas literasi itu dilakukan, salah satunya adalah Model LOK-R.

Model pembelajatan literasi, orientasi, kolaborasi, dan refleksi (LOK-R)


ini berisi langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh
guru ketika aktivitas pembelajaran telah memasuki tahap penyampaian
inti pelajaran. Karena itu, sebelum memasuki inti pembelajaran, guru
dengan berbagai cara dan gaya yang dikuasainya dapat melakukan
berbagai aktivitas yang mengarah pada penyiapan peserta didik untuk
menerima pembelajaran. Ketika dipandang peserta didik siap melakukan
aktivitas belajar, pembelajaran dapat dilanjutkan ke tahap inti
pembelajaran. Tahapan tersebut secara garis besar dapat dijelaskan
berikut

a. Tahap literasi

Pada tahap ini, guru mengarahkan peserta didik agar melakukan


aktivitas secara mandiri untuk memahami isi teks, mencari tokoh,
perilaku baik, serta memilih tokoh yang disenangi beserta
penjelasannya dan rencana tindakan setelah membaca teks. Pada
tahap ini, guru dapat memberikan arahan berkaitan dengan
aktivitas yang perlu dilakukan oleh peserta didik agar mereka
memperoleh pengalaman belajar yang bermakna sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan.
b. Tahap orientasi

Pada tahap ini, guru lebih fokus pada aktivitas yang mengarahkan
peserta didik pada capaian kompetensi yang telah ditetapkan.
Dalam aktivitas tersebut, guru dapat mengembangkan berbagai
teknik pembelajaran (tanya-jawab, penjelasan, dan sebagainya)
untuk membahas perihal pokok yang terdapat dalam teks cerita
bergambar inspiratif yang digunakan sebagai materi dan media
belajar.

c. Tahap kolaborasi

Tahap kolaborasi ini memberikan kesempatan kepada guru dan


peserta didik untuk memperluas dan memperdalam wawasan
terkait dengan materi yang diajarkan melalui kerjasama yang
melibatkan seluruh peserta didik dan guru. Aktivitas pembelajaran
pada tahap ini diarahkan pada penyelesaian permasalahan yang
dihadapi dalam pembelajaran dan capaian kompetensi yang telah
ditetapkan.

c. Tahap refleksi

Tahap refleksi merupakan tahap akhir dalam pembelajaran. Pada


tahap refleksi ini, guru dan peserta didik berusaha mengenali
kembali proses pembelajaran yang telah dilakukan, kendala yang
dihadapi, kesan yang diperoleh peserta didik dalam pembelajaran,
dan sebagainya. Pada tahap ini, guru dapat memanfaatkan untuk
melakukan penguatan/pengulangan/simpulan atau sintesis terkait
dengan aktivitas pembelajaran yang sudah dilakukan.

3. Model Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual sangat dibutuhkan oleh pembelajaran literasi


sosial budaya. Pembelajaran yang mengedepankan keterkaitan dengan
kondisi faktual di lingkungan sekitar akan sangat baik untuk
mengembangkan keterampilan berpikir. Pendekatan ini dapat menjadi
salah satu alternatif yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran literasi
sosial budaya. Peserta didik diharapkan akan dapat mengambil nilai-nilai
yang bermakna dari pembelajaran kontekstual. Berikut ini komponen
dalam pendekatan kontekstual.
Pengertian
Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah bentuk pembelajaran
yang bertujuan untuk membantu peserta didik melihat makna yang
terkandung dalam materi pembelajaran yang mereka pelajari.
Menekankan keterlibatan peserta didik agar dapat menemukan meteri
yang dipelajari dengan cara menghubungkan dengan kehidupan nyata,
kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari mereka baik dalam
lingkungan keluarga, masyarakat dan negara.
Prinsip-prinsip
• Konstruktivisme. Peserta didik didorong agar bisa mengkonstruksi
pengetahuannya melalui pengamatan dan pengalaman.
• Inquiry. Peserta didik memperoleh pengetahuan bukan dari
menghafal, namun menemukannya sendiri.
• Questioning. Menstimulus peserta didik dengan pertanyaan untuk
merefleksi keingintahuan para peserta didik, dan cara menjawabnya
adalah untuk melatih kemampuan berpikirnya.
• Learning community. Membagi peserta didik menjadi kelompok-
kelompok yang anggotanya heterogen. Mereka bersama-sama akan
memecahkan masalah yang guru sajikan.
• Modelling. Meragakan sesuatu untuk ditiru oleh peserta didik,
namun bukan hanya berasal dari guru. Namun bisa dari peserta didik
yang paling dianggap mampu.
• Reflection. Menanyakan kepada peserta didik tentang pengalaman
yang di dapat selama pembelajaran, juga kesan dan saran peserta
didik tentang pembelajaran di hari itu.
• Assessment. Pengumpulan berbagi data oleh guru yang dapat
dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui perkembangan belajar
para peserta didik.
Tahapan
• Relating (Keterkaitan/Relevansi). Proses pembelajarannya harus ada
kaitannya dengan pengetahuan yang ada pada peserta didik dengan
konteks pengalaman dalam kehidupan nyata dan dapat dijadikan
bekal untuk kehidupan di masyarakat kelak.
• Experiencing (Pengalaman Langsung). Peserta didik perlu
mendapatkan pengalaman langsung melalui kegiatan eksplorasi,
penemuan, investigasi dan penelitian.
• Applying (Aplikasi). Peserta didik mampu menerapkan konsep, fakta,
prinsip dan prosedur yang dipelari dalam pembelajaran. Dan
diharapkan dapat menerapkannya dalam situasi yang lain.
• Cooperating (Kerjasama). Peserta didik saling bertukar pikiran,
bertanya dan menjawab, komunikasi antar peserta didik atau dengan
guru, memecahkan masalah dan mengerjakan tugas bersama-sama.
• Transferring (Alih Pengetahuan). CTL menekankan pada proses
kemampuan para peserta didik agar dapat mentransfer
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang telah dimiliki dalam situasi
lain yang ia hadapi.
Sistem Pendukung
• Bahan ajar yang bermakna
• LKPD
• Media pembelajaran
Peran Guru
• Menyajikan materi dengan presentasi dan tanya jawab.
• Menstimulus penampilan peserta didik.
• Memberikan umpan balik
• Memberikan tindak lanjut
4. Model Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintiik merupakan proses pembelajaran yang dirancang


untuk mengkonstruksikan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dan metakognitif melalui langkah-langkah mengamati, merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan. Pembelajaran literasi sosial budaya juga sangat
memerlukan pembelajaran saintifik karena relevan dengan pencapaian
kompetensi yang memerlukan pengalaman belajar yang berpusat pada
peerta didik.

Pengertian

Pembelajaran saintifik merupakan proses belajar yang mengedepankan


keaktifan peserta didik dengan melalui pengalaman belajar yang nyata.
Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangakan keterampilan berpikir
kritis dan ilmiah.

Tahapan

• Mengamati, tahap dimana peserta didik melakukan pengamatan,


objek yang diamati sanga fleksibel, mulai dari stimulus berupa teks,
video, gambar, kasus, fenomena lingkungan sosial budaya.

• Menanya, setelah mengamati peserta didik dihadapkan pada


pengembangan keterampilan berpikir kritis dengan membentuk
pertanyaan.

• Mengasosiasikan, membangun keterampilan penalaran untuk


berpikir logis, sistematis peserta didik untuk mengolah informasi data
factual.

• Mencoba, peserta didik diberikan pengalaman langsung untuk


melakukan percobaan, pembuktian hipotesis. Dalam konteks
pembelajaran literasi sosial budaya tahap ini dapat mencoba
menyelesaikan masalah secara kolaboratif.
• Membentuk Jejaring, di tahap ini peserta didik melakukan ekspose
hasil yang ditemukan pada tahap sebelumnya, dapat dilakukan secara
diskusi kecil dan besar.

Sistem Pendukung

• Bahan ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

• LKPD, lembar kegiatan peserta didik yang sesuai aktivitas


pembelajaran.

• Media pembelajaran

Peran Guru

• Memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif dalam pengembangan


keterampilan berpikir.

• Membimbing peserta didik dari tahap satu ke tahap lainnya.

• Memberikan penilaian selama proses pembelajaran berlangsung.

5. Model Pembelajaran Discovery

Salah satu pembelajaran yang menggunakan pendekatan


konstruktivisme adalah discovery learning. Pembelajaran ini sangat
sesuai dengan kebutuhan literasi sosial budaya yang mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan menyelesaikan masalah.

Pengertian

Pembelajaran discovery dalam literasi sosial budaya fokus pada


kemampuan peserta didik untuk menemukan dan menggunakan
bermacam-macam informasi untuk memahami suatu permasalahan atau
pertanyaan.
Tahapan

• Pemberian rangsangan (stimulation), dalam konteks pembelajaran


literasi sosial budaya, stimulus ini dapat disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran, sehingga stimulus yang dihadirkan benar-benar
dimanfaatkan.

• Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement), guru dapat


memberikan arahan aktivitas yang dilakukan untuk melakukan
analisis sehingga mampu mengidentifikasi permasalahan atau
mengajukan pertanyaan.

• Pengumpulan data (data collection), Guru membimbing dan


mengarahkan peserta didik untuk melakukan pengumpulan

• Pengolahan data (data processing)

• Pembuktian (verification)

• Menarik simpulan/generalisasi (generalization)

Sistem Pendukung

• Bahan ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

• LKPD, lembar kegiatan peserta didik yang sesuai aktivitas


pembelajaran.

• Media pembelajaran

Peran Guru

• Memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif dalam pengembangan


keterampilan berpikir.

• Membimbing peserta didik dari tahap satu ke tahap lainnya.

• Memberikan penilaian selama proses pembelajaran berlangsung.


6. Model Project Based Learning (PJBL)

Project based learning dapat membantu peserta didik untuk belajar


secara aktif dan mandiri. Guru tetap perlu melakukan pendampingan
dan pembimbingan secara berkala agar tahapan-tahapan pembelajaran
dan proyek yang dihasilkan peserta didik sesuai dengan apa yang
diharapkan. Pemantauan secara berkala akan membuat peserta didik
tetap memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan dan menyelesaikan
proyek secara mandiri.

Terdapat dua jenis pembelajaran proyek menurut Fried-Booth, (2002),


proyek skala kecil atau sederhana, dan proyek skala penuh. Proyek skala
kecil hanya cukup membutuhkan 2-3 pertemuan dalam
penyelesaiannya, dapat dilakukan di lingkungan sekolah. Sedangkan,
untuk proyek skala penuh, waktu yang dibutuhkan lebih Panjang, dan
sangat memungkinkan dilakukan di luar sekolah.

Tahapan

• Penentuan Proyek, langkah ini dapat dilakukan dengan menentukan


tema proyek atau produk yang dihasilkan.
• Perancangan langkah-langkah penyelesaian, guru dan peserta didik
secara kolaboratif menentukan hal-hal yang perlu disiapkan untuk
menyelesaikan proyek.
• Penyusunan jadwal perencanaan proyek, peserta didik secara
kolaboratif menyusun jadwal sehingga mempunyai timeline kerja
yang jelas, selama proses pembelajaran proyek.
• Penyelesaian proyek dan fasilitasi dan monitoring, guru melakukan
fasilitasi kepada peserta didik untuk memantau perkembangan
proyeknya, untuk skala kecil, cukup dilakukan ketika peserta didik
mengalami kesulitan dan meminta arahan.
• Penyusunan laporan presentasi dan publikasi hasil, tahap ini
dilakukan untuk menunjukan proyek yang telah peserta didik
lakukan, sehingga antar peserta didik juga dapat melihat hasil karya
orang lain.
• Evaluasi proses dan hasil proyek
Sistem Pendukung
• Instrumen penilaian (rubrik)
• Pedoman proyek.
Peran Guru
• Fasilitator, mengarahkan potensi peserta didik agar mereka mampu
menyelesaikan proyek.
• Evaluator, memberikan penilaian kepada produk yang dihasilkan
peserta didik.
• Motivator, memberikan motivasi kepada peserta didik agar mereka
mampu menyelesaikan proyeknya

Anda mungkin juga menyukai