Anda di halaman 1dari 3

CAFÉ BATAVIA CASE

Cafe Batavia merupakan sebuah tempat makan yang mengusung tema vintage yang sangat kental
dengan nuansa tempo dulu. Cafe ini menempati bangunan bergaya kolonial Belanda yang sudah
berusia 200 tahun. Kafe ini berdiri sejak tahun 1993, tapi bangunannya sendiri sudah
diperkirakan sudah dibangun pada tahun 1850, yakni pada masa kolonial Belanda. Awalnya
bangunan kafe ini adalah tempat tinggal seorang pejabat pemerintahan Belanda yang bekerja di
kantor pemerintahan yang terletak di depan bangunan gedung tersebut, kantor pemerintahan itu
sekarang menjadi Museum Fatahillah. Cafe ini merupakan bangunan tertua kedua setelah
Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah). Lalu pada tahun 1993, bangunan ini dibeli oleh
seorang warga negara Australia bernama Graham James yang menjadikan bangunan ini sebagai
restoran fine dining. Tentu saja, ada sedikit renovasi yang dilakukan, tapi bentuk asli bangunan
masih tetap dipertahankan. Hal ini bisa terlihat dari beberapa material bangunan yang terlihat
kuno jika dibandingkan bangunan kafe modern sekarang. Pada tahun 1997 saat terjadi krisis
moneter yang melanda Indonesia, restoran fine dining ini kemudian diubah menjadi konsep kafe
yang bisa dijadikan sebagai tempat nongkrong anak muda sambil menikmati pemandangan yang
ada di kawasan Kota Tua.
Rata-rata perabotan dan furniture yang digunakan kafe ini terbuat dari kayu jati Jawa
yang diproduksi pada akhir abad ke-19. Ditambah lagi lampu-lampu antik yang menghiasi
dinding langit-langit kafe. Ada satu spot yang sangat menarik dan menjadi buruan para
pengunjung, yakni dinding yang berada di lantai dua. Di sini ada sekitar ribuan frame foto yang
dipasang dengan rapi. Semua foto tersebut merupakan koleksi pribadi pemilik kafe. Spot unik ini
yang sering dijadikan sebagai latar prewedding banyak pasangan muda. Tak hanya dimanjakan
dengan interior yang bergaya vintage, pengunjung juga akan mendengar alunan musik jazz yang
membuat mereka membayangkan suasana Batavia pada zaman dulu. Interiornya diisi oleh
pernak-pernik dari abad 19 dipadukan dengan sedikit sentuhan modern. Di beberapa bagian
dinding cafe diisi oleh foto-foto para tokoh dari zaman kolonial Belanda hingga foto proklamator
Sukarno, juga berbagai foto seniman, artis, dan musisi, sementara di lantai bawah, pengunjung
akan disuguhi oleh nuansa cafe dan lounge yang yang kental dengan beberapa sofa. Selain itu
ada panggung kecil yang biasanya diisi oleh alunan live music. Berhadapan dengan panggung,
pengunjung bisa menikmati suasana bar di masa lalu. Winston churchill, nama mantan Perdana
Menteri Inggris ini dipakai untuk menamai bar di lantai satu ini. Bar ini pernah dinobatkan
menjadi “The World’s Best Bar” oleh Newsweek International pada tahun 1996. Menuju lantai
dua, pengunjung akan menaiki tangga besar yang terbuat dari kayu jati dan dinding yang
dipenuhi foto-foto para tokoh, artis, dan musisi dari berbagai negara. Ruangan di lantai dua ini
bernuansa restoran yang masih bergaya “tempo doeloe”. Sambil menikmati hidangan,
pengunjung juga bisa menyaksikan pemandangan suasana taman Fatahillah lewat deretan jendela
besar.
Untuk urusan menu, Café Batavia ini menyajikan beragam menu yang menggugah selera,
mulai Chinese food, western menu, hingga menu lokal Indonesia. Salah satu contoh menu yang
ada di cafe Batavia adalah “Fabulous Pancake with Maple Syrup and Vanilla Ice Cream”
Hidangan ini berupa telur dadar yang ditemani dengan sirup maple dan es krim vanilla yang
manis dengan harga Rp. 65.000. Menu lainnya bernuasan Belanda, seperti “Uitsmijter”, yang
berupa telur mata sapi yang dilengkapi dengan irisan daging sapi asap dan roti tawar. Hidangan
pembuka ini berkisar Rp. 66.000, memang tidak terbilang murah untuk turis Indonesia. Menu-
menu yang ada di cafe ini memang di sesuaikan dengan harga internasional atau setara dengan
harga untuk para turis sehingga apabila di terapkan di Indonesia, kebanyakan menu di cafe ini
dipasang dengan harga yang tergolong sedang hingga mahal. Adapun contoh menu yang
terbilang mahal yaitu menu dengan nama “Steak and Egg”. Hidangan ini berupa daging sapi
yang dipanggang dilengkapi dengan telur goreng mata sapi dan kentang goreng. Hidangan
pembuka ini dihidangkan dengan harga Rp. 130.000. Ada beberapa menu favorit yang sering
dipesan oleh pengunjung Cafe Batavia. Menu-menu tersebut seperti “Tender Dutch Veal with
Apple Flambee Brandy Sauce”. Hidangan ini berupa daging sapi muda dari Belanda yang
disajikan dengan Kentang, Apel dengan saus Brandy. Hidangan main course ini seharga Rp.
220.000. “Traditional Batavia Beef Soup with Coconut Milk served with Melinjo Cracker”
merupakan menu lokal Indonesia yang terbilang tidak terlalu tinggi harganya di Cave Batavia.
Hidangan ini berupa soto betawi dengan santan yang kental dilengkapi dengan daging sapi,
kentang tomat dan tentu saja keripik melinjo. Menu Indonesia ini dapat dipesan dengan harga
Rp. 55.000. Untuk sedikit menyegarkan badan, pengunjung dapat juga memesan pilihan wine
Autralia atau bir dingin.
Cafe Batavia memang kerap menjadi pilihan utama bagi turis asing yang ingin menikmati
suasana berbeda kota Jakarta. Cukup banyak wisatawan asing maupun ekspatriat yang
mengunjungi cafe ini. Sebuah legenda urban mengisahkan bahwa ada penunggu di bagian kamar
kecil wanita. Beberapa pengunjung bercerita mengaku pernah melihat seorang perempuan yang
memakai pakaian bergaya kolonial Belanda di kamar kecil. Nampaknya cerita ini malah
mengundang rasa penasaran. Dengan segala nuansa kolonial Belanda yang di berikan, harga
menu-menu di cafe ini terbilang cukup mahal untuk masyarakat lokal Indonesia. Namun hal
tersebut tidak mempengaruhi jumlah pengunjung café, terbukti cafe ini tidak pernah sepi
pengunjung baik di hari kerja maupun akhir pekan.

Pertanyaan:
1. Jelaskan pricing strategy yang lebih tepat untuk dijalankan oleh suatu perusahaan apabila
perusahaan tersebut memiliki keunggulan biaya (cost advantage), namun menghadapi
permintaan yang cenderung sensitif terhadap harga. Bagaimana pula pricing strategy nya
apabila permintaan yang dihadapi ternyata kurang sensitif terhadap harga. Berikan pula
contohnya masing-masing.
2. Jelaskan pula pricing strategy yang lebih tepat untuk dijalankan oleh suatu perusahaan
apabila perusahaan tersebut memiliki keunggulan manfaat (benefit advantage), namun
menghadapi permintaan yang cenderung kurang sensitif terhadap harga. Bagaimana pula
pricing strategy nya apabila permintaan yang dihadapi ternyata cenderung sensitif
terhadap harga. Berikan pula contohnya masing-masing.
3. Dengan memperhatikan berbagai uraian mengenai Café Batavia, apakah keunggulan Café
Batavia dibandingkan para pesaingnya? Pricing strategy seperti apakah yang sebaiknya
dijalankan oleh Café Batavia?

Anda mungkin juga menyukai