Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Badung merupakan salah satu kota yang memiliki peranan penting dalam
pariwisata yang ada di Indonesia, khususnya Provinsi Bali. Keadaan wilayah yang telah
berkembang secara signifikan dengan jarak antar bangunan sangat kecil menjadikan Kota
Badung menjadi salah satu Urban area di Bali. Perkotaan atau Urban area dapat
didefinisikan sebagai daerah dengan masyarakat berjumlah besar yang berada di dalamnya.
Urban area dapat dilihat melalui kehidupan masyarakatnya yang berbeda dengan
masyarakat pedesaan. Salah satu ciri-ciri masyarakat urban menurut Soekanto adalah
perubahan-perubahan sosial tampak nyata di kota, karena kota pada dasarnya selalu terbuka
dalam menerima pengaruh dari luar.(Sumber : http://www.investorwords.com/5192/urban.html)
Perubahan sosial yang berkembang secara signifikan di Bali khususnya Kota
Badung sebagai lokasi kegiatan bisnis, membentuk konstruksi gaya hidup urban dan
memunculkan konsumerisme. Contoh sederhana, masyarakat tidak lagi menghabiskan
banyak waktunya di rumah untuk memasak makanan, melainkan cenderung memilih pergi
bersama keluarga mengunjungi rumah makan seperti cafe yang sudah banyak dibangun di
Ibu kota.
Istilah cafe berasal dari bahasa Perancis yang secara harfiah artinya (minuman)
kopi, namun digunakan sebagai nama tempat dimana orang-orang berkumpul atau sekedar
bersantai untuk melepas lelah sehabis beraktivitas sambil minum kopi. Seiring berjalannya
waktu, cafe bukan hanya menyediakan kopi, tetapi juga minuman lain serta makanan
ringan. Salah satu yang menjadi daya tarik cafe untuk dikunjungi adalah suasana dan desain
bangunan dari cafe.
Desain cafe yang unik memiliki nilai lebih dari para pengunjung, karena selain
dapat menikmati makanan, minuman, bersantai dan berkumpul, masyarakat juga dapat
menyalurkan gaya hidup social nya, salah satunya yaitu pengunjung memiliki banyak spot
foto di dalam café yang nantinya bisa dibagikan kepada orang lain melalui media sosial.
Namun café yang banyak dibangun di ibu kota atau yang biasa disebut dengan urban café,
cenderung memiliki desain dan tampilan fasad maupun interior yang sama, sehingga
membuat cafe tampak monoton dan mulai membosankan.

P a g e 1 | 44
Desain café yang monoton menimbulkan keinginan penulis untuk membuat
suatu café dengan gaya yang lebih dinamis yaitu bergaya etnik. Definisi etnik adalah
keadaan atau kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tertentu yang
mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya kepada generasi mereka
yang berikutnya, salah satunya adalah ethic di negara New Zealand. (sumber ?)
Suku Muriwhenua merupakan salah satu suku yang berada di bagian utara dari
Negara New Zealand. Para peneliti dari berbagai situs tradisi mengatakan bahwa
Muriwhenua diyakini sebagai tempat kelahiran Maori di Selandia Baru. Dahulu, suku yang
memiliki bentuk pulau menyerupai ekor ikan ini memiliki banyak suku didalamnya, namun
karena banyaknya pertarungan antar suku kini hanya menyisakan 6 (enam) suku saja yang
diantaranya adalah Suku Ngati Kuri, Ngati Kuha, Ngati Te Rarawa, Ngati Te Aupouria,
Ngati Paatu, dan Ngati Tatoko. Keenam suku tersebut memiliki kebudayaan yang hampir
sama, hanya saja dibedakan oleh beberapa legenda dan mitos yang berkembang di suku
tersebut, salah satunya adalah mitos dan legenda dari Suku Ngati Kuri.
Ngati Kuri memiliki kebudayaan yang sama seperti Suku Maori pada umumnya
seperti, hangi yang merupakan cara memasak di oven bumi atau hongi, yaitu cara
bersalaman dengan cara menempelkan hidung dan dahi. Suku Ngati Kuri memiliki
beberapa kisah yang melegenda. Salah satunya adalah legenda Tumatahina ‘Jejak Kaki
Besar’, menceritakan aksi pelarian diri Suku Ngati Kuri yang tengah dikepung musuh.
Mereka membuat sebuah tali panjang yang kemudian digunakan untuk menuntun mereka
berjalan beriringan menuju sebuah goa di bagian selatan pantai. Uniknya, jejak kaki yang
mereka ciptakan harus mengikuti jejak kaki orang pertama, hal itu bertujuan untuk
mengelabuhi musuh bahwa mereka adalah sekelompok orang.
Kebudayaan serta kisah-kisah dari Suku Muriwhenua-Ngati Kuri akan di
aplikasikan menjadi suatu tema dan konsep pada urban café yang akan dirancang. Dari
kisah Tumatahina akan diadopsi bentukan dari posisi mereka saat berjalan beriringan yaitu
garis lurus untuk menjadi bentuk dasar pada elemen pembentuk ruang yaitu dinding. Selain
itu, bentukan dari jejak kaki juga akan dijadikan bentuk untuk furniture dan aksesoris pada
Urban Café.

P a g e 2 | 44
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mendesain sebuah urban café yang dapat memfasilitasi masyarakat
urban dengan tema dan konsep desain etnik dari negara New Zealand?

1.3 Batasan Desain


Agar mempermudah didalam merancang Urban cafe serta pembahasannya tidak meluas,
penulis merasa perlu memberikan batasan yaitu:
1. Perancangan dilakukan pada urban area
2. Bangunan yang dirancang berupa urban cafe
3. Perancangan dilakukan dengan luas bangunan minimal 150m2 – 200m2
4. Bangunan urban café terdiri dari dua lantai.

1.4 Tujuan dan Manfaat


1.4.1 Tujuan Desain
Dari apa yang telah diuraikan dalam rumusan masalah, maka penulisan makalah ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui desain interior Urban café yang dapat memfasilitasi masyarakat
dengan tema dan konsep desain etnik dari negara New Zealand.

1.4.2 Manfaat Desain


1. Manfaat bagi penulis :
Mengenal dan menambah wawasan mengenai Urban Cafe dan tata letak yang
efektif serta efisien. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan
atau merancang interior yang disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsi dari
ruang-ruang yang ada.
2. Manfaat akademis :
Untuk menambah pemahaman tentang standar perancangan sebuah urban café.
3. Manfaat bagi masyarakat :
Memberikan gambaran mengenai urban café yang tidak monoton dengan tema
dan konsep etnik.

P a g e 3 | 44
BAB II
LANDASAN TEORI

Data literatur merupakan data tertulis yang berasal dari buku, jurnal dan internet. Pada
bab ini berisi tentang tinjauan teori yang berhubungan dengan urban café.
2.1 Urban Café
2.1.1 Definisi
A. Urban
Definisi dari area urban adalah berkaitan dengan kota besar. Daerah perkotaan dapat
didefinisikan sebagai daerah dengan sejumlah besar orang yang berada didalamnya,
wilayah yang telah berkembang secara signifikan, atau area dimana jarak antar bangunan
sangat kecil. Perkotaan berbeda dengan pedesaan yang umunya mengindikasikan populasi
rendah, seringkali berbasis pertanian.
B. Café
Menurut Kamus Istilah Pariwisata dan Perhotelan (2003:66) cafe adalah Restoran
dengan menu terbatas. Café adalah istilah lain dari Coffee yang biasa dipakai untuk
menyebut istilah Coffee Shop. Artinya tempat makan dan minum yang menyediakan menu
cepat dan sederhana serta menyediakan minuman ringan untuk orang yang santai atau
menunggu sesuatu.
Menurut Budiningsih (2009:51) cafe atau cape adalah suatu restoran kecil yang
berada di luar hotel. cafe memiliki pilhan makanan yang sangat terbatas dan tidak menjual
minuman yang beralkohol tinggi, tetapi tersedia minuman sejenis bir, soft drink, teh, kopi,
rokok, cake, cemilan, dan lain-lain.
Berdasarkan dua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa café menrupakan sebuah
restoran kecil yang menyediakan makanan dan minuman yang cepat, sederhana dan
terbatas. Café tidak menyediakan minuman beralkohol namun minuman sejenis bir, soft
drink, teh, kopi, cake dan cemilan.
C. Urban Café
Berdasarkan pemaparan dari definisi urban dan café, dapat disimpulkan bahwa urban
café merupakan sebuah tempat berupa restoran kecil yang makanan dan minuman yang
cepat, sederhana dan terbatas yang berlokasi di daerah perkotaan.

P a g e 4 | 44
2.1.2 Sejarah
A. Café
Istilah kata café berasal dari bahasa Prancis yang berarti kopi. Orang Perancis
menyebut kedai kopi dengan istilah café. Perancis menjadi salah satu Negara yang dijuluki
‘Negri Caffe’ karena pesatnya perkembangan café disana dan dari Perancislah café mulai
tersebar luas di dunia.
Café atau Coffee Shop berasal dari Turki (sekarang Istanbul). Coffee Shop pertama
kali berdiri di Constatinopel di Turki pada tahun 1475. Pada awalnya Coffee Shop hanya
menjual minuman kopi.
Coffee Shop pertama di eropa didirikan pada tahun 1529. Minuman ini menjadi sangat
digemari di Eropa karena adanya ide untuk menyaring kopi dan memperhalus cita rasa
minuman kopi dengan susu dan gula. Coffee Shop di Eropa semakin popular karena tidak
hanya menjual minuman kopi tetapi mulai menjual kue-kue manis dan penganan yang
lainnya.
Coffee Shop pertama di Britania Inggris didirikan pada tahun 1652. Di Coffee Shop
ini lah istilah kata ‘tips’ pertama kali digunakan. Guna menjamin servis yang cepat, sebuah
toples diletakkan di meja counter, orang-orang akan memasukkan koin tips ke toples untuk
dapat dilayani dengan cepat.
Sejarah berdirinya Coffee Shop diberbagai belahan dunia akan disajikan dalam
berntuk tabel dibawah ini.
Negara Tahun Berdiri
Contatinopel (Istanbul) 1475
Eropa 1529
Britania 1652
Italia 1654
Perancis 1672
German 1673
Berlin 1721
Amerika 1792

Tabel 2.1 Tabel berdirinya coffee shop di berbagai belahan dunia


Sumber : Buku All about coffee by William H.Ukers:Adams Media, 2012 dalam jurnal binus.ac.id)

P a g e 5 | 44
2.1.3 Tipologi
Tipologi adalah ilmu yang mempelajari atau berhubungan dengan klasifikasi atau
pengelompokan bangunan dengan kesamaan ciri-ciri atau totalitas kekhususan yang
diciptakan oleh suatu masyarakat atau kelas sosial yang terikat dengan kepermanenan dari
karakteristik yang tetap atau konstan.
1. Tipologi café berdasarkan cara penyajian makanan
Cara penyajian makanan dalam kafe terdapat beberapa cara, yaitu:
A. Self Service.
Pengunjung melakukan pelayanan bagi dirinya sendiri. Pengunjung datang
kemudian mengambil makanan dan minuman yang mereka inginkan kemudian
menuju ke kasir dan membayar makanan mereka lalu duduk di tempat yang
telah disediakan. Cara ini terkesan familiar dan bersahabat.
B. Waiter of Waitress Service to Table.
Pengunjung datang lalu duduk pada kursi yang telah disediakan, kemudian
pramusaji akan melayani mereka, mengantar menu dan makanan hingga
membayar ke kasir, sehingga orang tidak perlu beranjak dari kursinya. Cara ini
terkesan formal.
C. Counter Service.
Terdapat area khusus yang terdapat display makanan yang ada, biasanya
digunakan untuk pelayanan yang cepat dan service tidak formal.
D. Automatic Vending
Menggunakan mesin otomatis. Pengunjung memasukkan koin lalu dari mesin
keluar makanan yang dipilihnya
2. Tipologi café berdasarkan jenis menu
Berdasarkan menu yang ditawarkan, restoran dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
diantaranya :
A. A la carte
A la carte adalah daftar makanan secara lengkap dalam menu, dimana tiap
makanan memiliki harga tersendiri. A la carte biasanya disajikan di coffee shop,
room service, dan lain-lain.

P a g e 6 | 44
B. Set Menu
Set menu biasanya diadakan pada banquet, tamu tidak banyak memuiliki pilihan
menu.
C. Plate de Jour / Special Today
Adalah menu yang disediakan oleh café sebagai menu istimewa pada hari itu.
Hal tersebut bertujuan untuk menimbulkan suasana baru dan menghilangkan
rasa kebosanan tamu terhadap menu-menu yang ada.
3. Tipologi café berdasarkan lokasi
Berdasarkan lokasinya, café didedakan menjadi dua yaitu urban café dan café yang
berada di pedesaan/daerah pelosok.
4. Tipologi café berdasarkan segmen pasar
Berdasarkan sasaran pengunjungnya, café dibedakan menjadi café yang memiliki
sasaran wisatawan lokal, domestik, dan mancanegara.

2.2 Philosophy of Vernacular


Arsitektur vernakular adalah gaya arsitektur yang dirancang berdasarkan
kebutuhan lokal, ketersediaan bahan bangunan, dan mencerminkan tradisi lokal.
Definisi luas dari arsitektur vernakular adalah teori arsitektur yang mempelajari
struktur yang dibuat oleh masyarakat lokal tanpa intervensi dari arsitek profesional.
Arsitektur vernakular bergantung pada kemampuan desain dan tradisi pembangunan
lokal. Namun, sejak akhir abad ke-19 telah banyak arsitek profesional yang membuat
karya dalam versi gaya arsitektur vernakular ini.
Istilah vernakular berasal dari kata vernaculus di Bahasa Latin, yang berarti
"domestik, asli, pribumi", dan dari Verna, yang berarti "budak pribumi" atau "budak
rumah-lahir". Dalam linguistik, vernakular mengacu pada penggunakan bahasa
tertentu pada suatu tempat, waktu, atau kelompok. Dalam arsitektur, vernakular
mengacu pada jenis arsitektur yang asli pada waktu atau tempat tertentu (tidak diimpor
atau disalin dari tempat lain).
Arsitektur vernakular memiliki konsep yang sangat terbuka dan komprehensif.
Arsitektur vernakular merupakan istilah yang juga merepresentasikan arsitektur
primitif atau asli, arsitektur adat, arsitektur leluhur atau tradisional, arsitektur
pedesaan, arsitektur etnis, arsitektur informal, atau arsitektur tanpa ars itek. Arsitektur

P a g e 7 | 44
vernakular tidak dapat disamakan dengan arsitektur tradisional, meskipun ada
hubungan di antara keduanya.

Gambar 2.1 Replika rumah vernacular di Dubai, lengkap dengan windcatcher


Sumber: www.wikiwand.com

Arsitektur vernakular dipengaruhi oleh berbagai aspek berbeda, mulai dari


perilaku manusia hingga kondisi lingkungan, yang membuat bentuk bangunan menjadi
berbeda-beda tergantung fungsinya. Beberapa aspek yang mempengaruhi arsitektur
vernacular diantaranya kondisi iklim, budaya, lingkungan dan material.

Gambar 2.2 Arsitektur Vernakular dari beberapa negara. (a) Arsitektur vernakular di Tunisia, (b) Rumah
di Timur Tengah, (c) Iglo, rumah suku Inuit untuk menghadapi dingin
Sumber : https://www.arsitag.com/article/apa-itu-arsitektur-vernakular

2.3 Suku Muriwhenua-Ngati Kuri


2.3.1 Sejarah dan Tradisi
Muriwhenua adalah nama yang diadopsi oleh para tetua di Timur Jauh selama
persiapan klaim penangkapan ikan mereka ke pengadilan Waitangi. Muriwhenua diyakini
sebagai tempat lahir atau tempat kelahiran Maori di Selandia Baru. Orang-orang
Muriwhenua menempati daratan yang membentang ke utara dari Pegunungan
Maungataniwha ke Cape Rēinga. Dalam legenda, tanah ini membentuk ekor ikan yang
dibawa Māui dari kedalaman lautan. Sesepuh dari Muriwhenua kadang mengatakan bahwa
meskipun kepala ikan Māui ada di Wellington, ia hanya bisa pergi ke tempat yang
diinginkan ekornya.

P a g e 8 | 44
Godwit (kūaka) adalah simbol bagi suku Muriwhenua. Godwits bermigrasi dari
belahan bumi utara pada awal setiap musim semi dan berduyun-duyun di pelabuhan
wilayah Muriwhenua. Mereka pergi bersama di musim gugur, sama seperti orang-orang
Tūmatahina telah pindah bersama saat melarikan diri dari pa yang terkepung.

Gambar 2.3 Godwit (kūaka)


Sumber : www.google.com

Awalnya suku muriwhenua memiliki banyak suku didalamnya, akan tetapi


pertikaian antar suku menyebabkan sebagaian besar suku mati dan lainnya hilang tidak
ditemukan jejaknya, kini hanya tersisa enam suku di Muriwhenua dengan nama Ngati Kuri,
Te Aupouri, Ngai Takoto, Te Rarawa, Ngati Kahu dan Te Paatu. Ke enam suku ini memiliki
beberapa perbedaan yang diantaranya adalah perbedaan tradisi dan sejarah mereka dalam
berperang.
Suku Ngati Kuri merupakan salah satu sub suku dari suku Muriwhenua yang ada
di New Zealand. Beberapa kebudayaan orang-orang ngati kuri hampir sama dengan milik
orang Maori, hal itu disebabkan karena orang-orang ngati kuri adalah bagian dari orang-
orang Maori. Beberapa kebudayaan mereka diantaranya :
1. Hongi
Hongi adalah salam yang dilakukan oleh suku-suku di New Zealand yang diungkapkan
dengan menggosok atau menyentuh hidung dan dahi, sesuatu yang mirip dengan
kebiasaan orang Barat atau Timur yang menyapa dengan cara bersalaman atau mencium
pipi dan lain sebagainya. Hongi memiliki makna yang sangat dalam terkait dengan
legenda dan mitos yang beredar di negara New Zealand.

Gambar 2.4 Dua Orang yang melakukan Hongi


Sumber : www.google.com

P a g e 9 | 44
Hongi adalah tradisi Selandia Baru yang berasal dari legenda Mãori berusia tua
yang menggambarkan bagaimana wanita diciptakan. Menurut legenda, bentuk wanita
itu diciptakan oleh Tuhan yang dibentuk dari bumi, namun tidak memiliki kehidupan
sampai God Tãne menghembuskan nafas ke lubang hidung dan memeluk sosok cantik
itu. Setelah menghirup lubang hidungnya, perempuan itu bersin dan hidup. Sosok
perempuan itu kemudian diberi nama Hineahuone, yang secara kasar diterjemahkan
menjadi 'wanita yang ditempa bumi'.
Melakukan hongi bukan hanya berarti bersalaman, melakukan hongi berarti dua
orang telah berbagi nafas yang artinya bahwa kedua orang tersebut adalah sama, mereka
berada ditempat, diwaktu dan menghirup udara yang sama.

2. Hangi
Hāngi adalah gaya memasak tradisional Māori yang masih biasa dipraktekkan
di seluruh Selandia Baru saat ini. Ini adalah proses dimana uap digunakan sebagai media
memasak makanan saat berada di bawah tanah.
Untuk "meletakkan hāngi" diperlukan menggali lubang di tanah, memanaskan
batu di lubang dengan api besar, menempatkan keranjang makanan di atas batu, dan
menutupi segala sesuatu dengan daun-daun selama beberapa jam sebelum mengangkat
hangi.

Gambar 2.5 Cara Memasak ‘Hangi’


Sumber : www.google.com

3. Haka Dance
Tarian haka adalah sejenis tari perang Māori kuno yang secara tradisional dilangsungkan
di medan perang, sekaligus saat berbagai kelompok berkumpul dalam damai. Haka
adalah pertunjukan berapi-api yang menampilkan kebanggaan, kekuatan, dan kesatuan
suatu suku. Gerakannya mencakup hentakan kaki keras, juluran lidah, dan tepukan tubuh
berirama untuk mengiringi nyanyian keras. Syair tarian haka seringkali menggambarkan
leluhur dan peristiwa dalam sejarah suku tersebut secara puitis.
P a g e 10 | 44
Gambar 2.6 Tarian Haka
Sumber : www.google.com
Sekarang, tarian haka masih dipentaskan dalam upacara dan perayaan Māori untuk
menghormati tamu dan menekankan pentingnya suatu acara. Tarian ini juga digunakan
untuk menantang lawan di arena olahraga.

4. Poi Dance
Poi adalah bentuk tarian di mana setiap penari dengan lihai memutar satu poi (bola diikat
senar) atau lebih dalam keselarasan sempurna dengan para penari yang lain. Perubahan
arah mendadak dilakukan dengan memukulkan bola ke tangan atau bagian tubuh yang
lain, dan suara yang tercipta menghasilkan irama perkusif. Penari poi biasanya
perempuan, dan pertunjukan yang bermutu sangat menekankan pesona keanggunan,
keindahan, serta keluwesan.

Gambar 2.7 Tarian Poi


Sumber : www.google.com

Ngati Kuri juga terkenal akan kisahnya yang melegenda, dua diantaranya adalah kisah
Tumatahina dan kisah dari asal usul nama Ngati Kuri.
1. Kisah Tumatahina
Tumatahina adalah kepala morimotu sebuah pulau di pesisir utara Cape. Tumatahina
juga merupakan keturunan orang-orang dari kano tainui yang telah bergabung dengan
pemukim asli. Dalam satu kejadian dalam hidupnya sebagai pemimpin, benteng utama
di pulau morimotu dikepung dari Te Rarawa dan Ngapuhi, dan Tumatahina dihadapkan
P a g e 11 | 44
pada masalah untuk menyingkirkan orang-orangnya dari pulau mereka ke daratan.
Pertama, dia mengarahkan mereka untuk menjepit tali rami panjang, yang perenang
terbaiknya diamankan di tanjung di daratan. Kemudian dia memerintahkan bangsanya
untuk menyeberang ke tanjung pada malam hari sambil memegang tali untuk
membimbing mereka.

Gambar 2.8 Jejak Kaki Tumatahina


Sumber : www.google.com

Ketika menyeberangi pasir Pantai Waikuku di pantai timur, dia menyuruh mereka untuk
saling menapak jejak kaki, yang kemudian ditutupi dengan cetakan besarnya sendiri saat
dia mengejarnya, sehingga menyembunyikan fakta bahwa seluruh kelompok suku.
Mereka berjalan sampai menjumpai goa Whareana, di sebelah sekalat pantai Waikuku.

2. Kisah Asal Usul Nama Ngati Kuri


Kisah ini didasarkan pada keinginan balas dendam salah seorang nenek
monyang dari suku Ngati Kuri. Setelah seseorang yang dikasihinya dibunuh oleh musuh
dan diusir dari tempat tinggalnya sendiri, kepala suku tersebut pergi ke bagian selatan
menuju Lembah Rotokakahi dekat Whangape untuk membangun kembali orang-
orangnya yang kuat dan dapat menghukup musuh-musuhnya. Setelah berhasil
mengembalikan kekuatan, mereka kembali ke Utara untuk menghukum Ngati Miru,
yang saat itu tinggal di sekitar Gunung Wangatauatia di Ahipara. Karena mereka tau
bahwa tidak mungkin menyerang musuh dengan tangan kosong meskipun mereka kuat,
mereka memikirkan sebuah cara cerdas yang dirasa ampuh untuk melawan musuh.
Mereka membangun seekor ikan paus dari kulit anjing (kedua komoditas sangat
berharga untuk Maori awal) dan meninggalkannya 'terdampar' di pantai. Ngati Miru
pergi ke pantai untuk menyelidiki dan Ngati Kuri membalas dendam saat musuh lengah
dan tergoda dengan ikan paus palsu tanpa mempersiapkan diri dengan senjata mereka.

P a g e 12 | 44
2.4 Teori Desain
2.4.1 Elemen Pembentuk Ruang
Elemen Pembentuk Ruang adalah struktur wadah ruang kegiatan diidentifikasikan
sebagai lantai, dinding, dan langit-langit/plafond yang menjadi satu kesatuan struktur
dalam sehari-hari. Elemen pembentuk ruang terdiri dari :
a. Lantai
Fungsi utama lantai adalah sebagai penutup ruang bagian bawah. lainnya adalah
untuk mendukung beban-beban yang ada di dalam ruang. (Ching,1996)
Jenis-jenis material lantai yang akan di gunakan pada urban café di kota Denpasar
yaitu lantai tegel, lantai kayu, lantai plesteran. Berikut penjelasannya :
1. Lantai Tegel
Tegel memiliki pola floral yang dapat dikombinasikan dengan bentuk polos.
Tegel juga dapat di desain dengan pola "border" dengan warna yang berbeda.
Tegel terbuat dari bahan dasar berupa campuran pasir dan semen. Ukuran :
20x20, 30x30,40x40. Tekstur dari lantai tegel umumnya datar, halus, pori-pori
pada permukaannya tidak tertutup. Warna dan motif beragam, umumnya
berwarna gelap & motifnya banyak pilihan. tegel dapat di terapkan pada bidang
lantai & dinding.

Gambar 2.9 Motif lantai tegel


Sumber : www.google.com

2. Lantai Kayu
Lantai kayu parket/parquet solid adalah bahan material yang terbuat dari 100%
kayu utuh serta kayu yang kuat, keras dan memiliki serat yang indah sehingga
cocok digunakan untuk lantai. Lantai kayu yang akan di gunakan pada urban
café yaitu lantai kayu Bengkirai dan Kruing.

Gambar 2.10 Lantai kayu parket (a) Lantai kayu Kruing, (b) Lantai kayu Bengkirai
Sumber : http://centralparquet.blogspot.com
P a g e 13 | 44
3. Lantai Plesteran
Plesteran adalah lapisan yang digunakan untuk menutupi suatu bidang
bangunan agar tingkat kekuatannya lebih kokoh. Memplester berarti melapisi
suatu bidang bangunan memakai adukan yang terbuat dari campuran semen,
pasir, dan air.

Gambar 2.11 Lantai plesteran


Sumber : www.google.com

b. Dinding
Jenis-jenis material dinding yang akan di gunakan pada perancangan urban café
yaitu dinding bata exposed, dinding kayu, dinding kaca, dan dinding keramik.
1. Dinding bata exposed
Bata ekspos adalah batu bata merah seperti biasa yang terbuat dari tanah liat.
Namun mempunyai tingkat presisi yang tinggi dan pori yang sedikit.
Pembuatannya menggunakan mesin press lalu dibakar.

Gambar 2.12 Dinding bata exposed


Sumber : www.google.com

2. Dinding kayu
Penerapan kayu pada elemen dinding akan memunculkan atmosfir yang hampir
sama, hangat, homy, nyaman, tetapi mewah dan elegan. Tekstur dan warna
kayu yang khas dapat dikatakan matching untuk dipadukan dengan tekstur dan
warna apapun dari material yang lain.

P a g e 14 | 44
Gambar 2.13 Dinding Kayu
Sumber : www.google.com

3. Dinding kaca
Ada banyak cara pengaplikasian dinding kaca. Bingkai (frame) dapat
memberikan tampilan dinding kaca yang lebih kuat dan rapi. Bagi yang tidak
menyukai dinding kaca berbingkai, bisa memilih yang frameless atau
tanpa frame.

Gambar 2.14 Dinding Kaca (a) Dinding Kaca Berbingkai (b) Dinding Kaca tanpa Frame
Sumber : www.google.com

4. Dinding keramik
Keramik yang digunakan untuk melapisi dinding berbeda dengan keramik
lantai. Karena tidak digunakan untuk menopang benda yang berat seperti
keramik lantai, keramik dinding lebih tipis dibandingkan dengan keramik lantai.

c. Plafon
Jenis-jenis plafon yang akan di gunakan pada perancangan urban café yaitu plafon
kayu dan plafon gypsum
1. Plafon Kayu
Plafon kayu adalah salah satu media yang sering di cari dalam dunia interior
untuk menutupi atap pada suatu bangunan untuk memberikan suasana dalam
ruangan menjadi natural atau bisa disebut lambersering. Jenis kayu yang akan
digunakan pada plafon urban café adalah kayu bengkirai. Kayu bengkirai
termasuk dalam golongan kayu yang cukup kuat dan awet. Kayu ini sering
digunakan sebagai material konstruksi berat seperti atap kayu. Kayu

P a g e 15 | 44
bangkirai juga tahan terhadap cuaca sehingga cocok digunakan pada area
eksterior.

Gambar 2.15 Plafon Kayu Bengkirai


Sumber : www.google.com

2. Plafon Gypsum
Kelebihan plafon gypsum yaitu cepat dalam pengerjaan dan hasilnya juga akan
lebih rapi karena sambungannya bisa dibuat tidak kelihatan sama sekali.Model
dan bentuk plafon juga bisa dibuat sesuai keinginan karena sudah tersedia
bermacam-macam lis profil,motif panel papan tengah dan material pendukung
lainnya.Bentuk plafon gypsum bisa dibuat dalam berbagai bentuk misalnya
bentuk bertingkat(drop ceiling), kubah(dome) dan lain-lain.

Gambar 2.16 Plafon Gypsum


Sumber : www.google.com

2.4.2 Elemen Pelengkap Pembentuk Ruang


a. Pintu
Menurut Ching (1996 : 220), pintu dan jalan masuk memungkinkan akses fisik
untuk kita sendiri, perabot, dan barang-barang untuk masuk dan keluar bangunan
dan dari satu ruang ke ruang lain dalam bangunan. Jenis-jenis pintu yang akan
digunakan pada perancangan urban café ini adalah swing door dan sliding door.

P a g e 16 | 44
1. Pintu Swing

Gambar 2.17 Pintu Swing


Sumber : https://indonesian.alibaba.com/

Jenis pintu yang paling umum dan selalu digunakan di bangunan manapun
adalah pintu swing atau pintu kupu-kupu, yaitu pintu biasa yang dapat
membuka dan menutup dengan cara didorong ke depan atau ditarik kebelakang
dengan putaran satu arah maupun dua arah.

b. Jendela
Jendela adalah salah satu bukaan ruang yang berfungsi sebagai penghubung antara
ruang dalam dan ruang luar baik secara visual maupun sebagai sirkulasi udara dan
cahaya pada ruang tersebut. Jenis jendela yang akan diaplikasikan pada
perancangan urban café diantaranya adalah fixed window, Casement, Awning and
Hopper Window dan Pivoted Window.
1. Fixed Window
Adalah jendela yang tidak berventilasi sehingga hanya bisa memasukkan
sumber cahaya.

Gambar 2.18 fixed window


Sumber : http://www.gudangart.com/

2.4.3 Sirkulasi
A. Sirkulasi Penghubung Ruang
Terdapat dua jenis sirkulasi penghubung ruang yang akan diterapkan pada
perancangan urban café yaitu menembus ruang dan berakhir dalam ruang.

P a g e 17 | 44
1. Menembus ruang

Gambar 2.19 Sirkulasi menembus ruang


Sumber : www.google.com

Sirkulasi dapat menembus sebuah ruang menerus sumbunya, miring atau


sepanjang sisinya. Dalam memotong sebuah ruang, sirkulsi membentuk
wilayah-wilayah tertentu untuk aktifitas dan gerak dalam ruang tersebut.

2. Berakhir dalam ruang

Gambar 2.20 Sirkulasi berakhir dalam ruang


Sumber : www.google.com

Lokasi ruang menentukan arah sirkulasi. Hubungan ini digunakan untuk


memasuki ruang secara fungsional atau ingin juga melambangkan ruang-ruang
yang penting.

B. Pola Sirkulasi
Terdapat 4 jenis pola sirkulasi umum yang diantaranya adalah pola linear,
pola radial, pola spiral, pola network dan pola campuran. Pola sirkulasi yang akan
diterapkan pada urban café adalah pola linear, pola radial dan campuran.
1. Linear

Gambar 2.21 Pola sirkulasi linear


Sumber : www.google.com
P a g e 18 | 44
Semua jalan lurus yang dapat menjadi unsur pembentuk utama deretan ruang.
Contoh pola linear adalah jalan.
2. Radial

Gambar 2.22 Pola sirkulasi Radial


Sumber : www.google.com

Pola radial memiliki jalan berkembang dari atau menuju pusat


contoh pola radial : candi borobudur ground plan
3. Campuran

Gambar 2.23 Pola sirkulasi campuran


Sumber : www.google.com

Suatu bangunan biasanya memiliki kombinasi dari pola-pola diatas. Untuk


menghindari terbentuknya orientasi yang membingungkan, dibentuk aturan
urutan utama dalam sirkulasi tersebut.

2.4.4 Utilitas
2. Sistem pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan
yang amandan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia.
Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi 2 yaitu pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan. Kedua jenis pencahayaan ini akan digunakan pada urban café
yang akan dirancang.

P a g e 19 | 44
1. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar
matahari yang masuk melalui jendela dan ventilasi.
2. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya
selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi
ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atausaat pencahayaan alami
tidak mencukupi. Pencahayaan buatan yang akan digunakan adalah
pencahayaan yang berasal dari jenis lampu downlight, pendant lamp, spot light.
1. Down light
Down Light adalah lampu yang bersembunyi / masuk kedalam / atau di
sebut juga lampu sembunyi. Populer sejak tahun 1930-an, Down
Light telah menjadi trend tersendiri untuk pancahayaan pada tiap bangunan
baik itu rumah tinggal , gedung , mall dan sebagainya. Keunggulan
downlight diantaranya pencahayaan terfokus, lebih terang dengan lampu
halogen, beraneka ragam.
2. Pendant lamp
Merupakan lampu yang tinggi rendahnya dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Biasa dipakai diruangan makan atau diruang keluarga. Jika
diletakkan diatas meja makan, ketinggian minimum sekitar 55- 60 cm dari
meja makan.
3. Spot Light
Merupakan armature lampu sorot dengan persebaran cahaya yang sempit
sehingga bias cahaya terfous di satu titik/searah. Fungsinya untuk
menerangi suatu objek pada ruangan agar objek tersebut terlihat elbih
menonjol.

3. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan dalam gedung terbagi menjadi dua jenis yaitu sistem
penghawaan alami dan seistem penghwaan buatan.
1. Penghawaan Alami
Penghawaan alami atau ventilasi alami adalah proses pertukaran udara di
dalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen bangunan yang terbuka.

P a g e 20 | 44
Sistem cross ventilation atau ventilasi silang adalah system penghawaan
ruangan yang ideal dengan cara memasukkan udara ke dalam ruangan melalui
bukaan penangkap angin dan mengalirkannya ke luar ruangan melalui bukaan
yang lain.Sistem cross ventilation akan diaplikasikan pada perancangan urban
café.
2. Penghawaan Buatan
Alternatif lain yang dapat digunakan dalam sistem penghawaan selain
penghawaan alami yaitu penghawaan Buatan. Penghawaan buatan diantaranya
adalah AC (Air Conditioner). Jenis AC yang akan digunakan dalam
perancangan urban café ini adalah AC split wall.
1. AC Split Wall

Gambar 2.24 AC Split Wall


Sumber : www.google.com

Kelebihan AC split Wall :


 Bisa dipasang pada ruangan yang tidak berhubungan dengan udara luar,
misalnya pada ruangan yang posisinya di tengah pada bangunan Ruko,
karena condenser yang terpasang pada outdoor bisa ditempatkan yang
berhubungan dengan udara luar jauh dari ruangan yang didinginkan.
 Suara didalam ruangan tidak berisik.
Kekurangan AC split Wall:
 Pemasangan pertama maupun pembongkaran apabila akan dipindahkan
membutuhkan tenaga yang terlatih.
 Pemeliharaan/perawatan membutuhkan peralatan khusus dan tenaga
yang terlatih.
 Harganya lebih mahal.

P a g e 21 | 44
2.4.5 Teori Warna
Warna adalah suatu aspek yang dapat menghidupkan ruang dan membentuk/
menciptakan kesan pada ruang. Warna-warna yang dominan terdapat pada Suku
Muriwhenua Ngati Kuri yaitu warna merah, biru, hijau, coklat, krem dan hitam.
 Merah
Warna merah menciptakan kesan hangat pada sebuah ruangan. Akan tetapi, pilihan
tingkat kemerahan juga berpengaruh terhadap kesan tersebut. Misalnya, merah
cerah akan terasa lebih ceria dibandingkan merah tua. Selain itu, warna merah
dapat memberikan kesan romantic.
 Biru
Secara umum, warna biru dapat menimbulkan kesan dingin dan sejuk. Warna ini
sesuai untuk diaplikasikan pada ruangan yang membutuhkan kesan dingin seperti
dapur. Selain biru, warna ungu juga memiliki karakter yang mirip sehingga dapat
dijadikan alternatif.
 Hijau
Hijau merepresentasikan alam, keseimbangan, dan kemakmuran. Pengaruh warna
ini adalah memberikan ketenangan pikiran. Bahkan konon warna hijau bisa
menghalau datangnya mimpi buruk. Karenanya, warna hijau banyak dipakai di
kamar tidur. Tapi jangan terlalu banyak menggunakan hijau di rumah, karena akan
menimbulkan efek terlalu tenang, pendiam, malas, lambat/tidak cekatan, moody,
depresi, dan lemah lesu.
 Coklat
Warna ini bersifat hangat dan bersahabat. Cukup aman digunakan untuk interior,
namun terkadang juga kaku. Coklat adalah warna bumi, memberikan kesan hangat,
nyaman dan aman. Namun selain itu, coklat juga memberikan kesan
‘sophisticated’ karena dekat dengan warna emas. Bisa di bayangkan kesan ‘mahal’
desain dengan kombinasi warna hitam dan coklat muda. Dan tidak lupa, coklat
juga bisa memberikan nuansa ‘dapat di andalkan’ dan ‘kuat’.
 Hitam
Warna hitam atau abu-abu merepresentasikan sikap protektif, fomal, dan kuat.
Warna hitam menunjukkan adanya kepercayaan diri yang tinggi, kemauan yang
kuat, dan kekuasaan. Warna hitam dan abu-abu bisa digunakan di semua ruangan
dengan dikombinasikan bersama warna-warna lainnya.

P a g e 22 | 44
2.4.6 Syarat dan Kebutuhan Ruang
A. Dapur
Empat aspek yang perlu dipikirkan dalam membuat dapur yang
ergonomis adalah Kenyamanan, kesehatan, keamanan, produktivitas dan
efisiensi kerja. Ukuran-ukuran standar berbagai perabot dapur, yang kerap kali
dilalaikan meliputi hal berikut. (Aini, 2013)
1. Ukuran meja kerja.
Menurut Gilly Love (Aini, 2013), tinggi area kerja idealnya sama tinggi dengan
pinggang. Bahkan, bisa jadi lebih rendah jika digunakan untuk pekerjaan yang
lebih berat dari sekadar meracik bumbu; memasak misalnya. Pada kegiatan ini
ketinggian meja yang cukup rendah akan membuat lengan lebih mudah bekerja
saat mengaduk atau membolak-balik makanan di penggorengan atau panci.
2. Daya jangkau.
Permukaan meja kerja juga harus diperhatikan lebarnya. Daya jangkau tangan
manusia, khususnya wanita, ke depan adalah 85 cm. Sementara ke samping
antara 42cm - 62cm. Daya jangkau dalam bekerja akan memengaruhi efektivitas
bekerja. Selain itu, daya jangkau juga memengaruhi ketahanan tubuh dan lama
bekerja.

Gambar 2.25 Daya Jangkau Kabinet


(Sumber: Panero & Zelnik, 1979:137)

Zona segitiga kerja yang ergonomis di dapur berdasarkan blocking area dan
konfigurasi dapur juga bisa memengaruhi efisiensi dan ergonomi dalam dapur.
Keamanan kerja di dapur yakni area atau cabinet untuk penyimpanan benda
tajam dan benda mudah pecah harus dibedakan dan dipisah. Yang tidak kalah
penting adalah untuk keamanan pada area masak kemungkinan terjadinya
kebakaran dan ledakan pada tabung gas LPG. Makapenyimpanan tabung
tersebut sebaiknya jangan terlalu dekat dengan kompor dan harus ada saluran
udara yang cukup.

P a g e 23 | 44
Akses menuju dapur tidak harus berbentuk pintu –dengan daun pintu berbentuk
pivot yang membuka 90˚- namun harus memiliki lebar minimal 80cm.
Sementara lebar pintu yang direkomendasikan sekitar 85cm. Bila lebar bidang
kerja yang berada tepat di samping pintu mencapai 60cm, maka lebar pintu
minimal ditingkatkan menjadi 90cm. Selain itu, gerakan daun pintu jangan
sampai menghalangi bidang kerja atau bertabrakan dengan peralatan dapur,
misalnya pintu lemari es dan oven. Perhatikan pula posisi pintu dari
kelengkapan dapur lainnya, jangan sampai saling bertabrakan ketika dibuka.
Contoh : pergerakan pintu lemari kabinet dan pintu microwave. Oleh karena itu,
atur penempatan lemari dan perlengkapan dapur lain agar tidak saling
berhadapan.

Gambar 2.26 Macam-macam Konfigurasi Layout Dapur


(Sumber: kitchenergonomic)

B. Parkir
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai kriteria area parkir, perlengkapan area
parkir, dan cara parkir yang akan diterapkan pada Urban café ini.
1) Kriteria area parkir
Berikut adalah kriteria yang harus dipenuhi dari suatu area parkir :
 Jumlah kendaraan yang akan ditampung sehingga diketahui perkiraan luas
yang dibutuhkan.
 Ukuran dan jenis kendaraan yang akan di tamping
 Terdapat penerangan yang cukup untuk malam hari, bisa menggunakan lampu
tiang setinggi 2 meter atau lampu mercury.
 Terdapat ruang tunggu pengemudi/ sopir dan tempat sampah.
 Terdapat pos penjagaan dan petugas jaga yang berkeliling.
 Arah masuk dan keluar parkir harus jelas, tidak membingungkan, pengemudi,
dan tidak menyebebkan kecelakaan kendaraan.

P a g e 24 | 44
2) Perlengkapan area parkir
Perlengkapan yang akan di adakan pada area parkir urban café diantaranya
adalah :
 Marka parkir, berupa garis utuh mengelilingi ruang parkir, bisa berwarna
kuning, garis putih atau warna yang terang.

Gambar 2.27 Marka Parkir


(Sumber: kitchenergonomic)

 Stopper, berfungsi untuk menahan roda mobil agar tidak kebablasan mundur
karena keterbatasan pandangan pengemudi.

Gambar 2.28 Stopper


(Sumber: kitchenergonomic)

3) Perlengkapan area parkir


Pada perancangan Urban café ini akan digunakan parkir parallel.

P a g e 25 | 44
BAB III
METODE DESAIN

Metode pengumpulan data adalah metode perancangan dalam mengumpulkan data-data


yang mendukung dalam perancangannya. Tentunya ini menentukan acuan teori dan data yang
digunakan tersebut valid atau tidak. Akan dipaparkan Teknik pengolahan data dan kemudian
akan di Analisa sehingga menjadikan sebuah rancangan yang tepat.

3.1 Metode Pengumpulan Data


Dalam melakukan proses pengumpulan data untuk merancang interior pada Urban Café
di kota Denpasar ada beberapa metode yang digunakan, yaitu :
1. Data Primer merupakan data yang diperoleh dari hasil observasi dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi merupakan tinjauan lapangan kelahan dimana objek perancangan akan
diadakan serta melakukan pengamatan langsung ke objek dan fasilitas sejenis.
Tinjauan lapangan dimana objek perancangan akan diadakan adalah lahan tidak
terpakai yang terletak di jalan Sunset Road, Denpasar. Sedangkan 3 (tiga) tempat
yang dijadikan data pembanding adalah 9/11 Cafe yang terletak di Jalan Teuku Umar
Barat 337, Denpasar, Nilo Café yang terletak di Jalan Drupadi II no. 9z, Denpasar,
dan Sisterfield Café yang terletak di Jalan Kayu Cendana 7, Denpasar, Bali.
b. Dokumentasi
Mendokumentasikan keadaan dan kegiatan yang berlangsung untuk memperoleh
data yang berupa laporan tertulis atau berupa foto.
2. Data Sekunder merupakan data yang diperoleh melalui bebeapa sumber. Data sekunder
yang penulis kumpulkan adalah mengenai data literature hal-hal yang terkait dengan
perancangan Urban Café di Kota Denpasar.

3.2 Metode Analisis Data


Metode Analisis Data terbagi dalam dua kelompok, yaitu Analisis Data Kuantitatif
dan Analisis Data Kualitatif.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis
(Sugiyono,2010:335). Banyak orang menganggap penelitian yang berdasar metode

P a g e 26 | 44
kualitatif lebih dapat memberi kejelasan yang mendalam (deeper clearity) karena
didikung dengan pertanyaan – pertanyaan (5W 1H) seperti: apa, siapa, kapan, di mana,
mengapa, bagaimana? Ke dalam segala bidang yang ingin diteliti.
Penelitian dengan metode kuantitatif yaitu suatu kegiatan mengungkapkan fakta
dari suatu masalah bidang penelitian tertentu berdasarkan ukuran jumlah atau banyaknya
suatu data yang didukung dengan angka – angka tertentu dengan alat statistik dalam
mengolah data. Statistik terbagi menjadi dua macam yaitu statistik deskriptif dan statistik
inferensial atau analitik.

3.3 Metode Desain


Menurut Jones, ( 1978 ), bahwa ada dua cara atau metode seorang desainer atau
seorang arsitek dalam memecahkan / merancang sesuatu yang berkaitan dengan hasil
desain. Metode tersebut yaitu metode black box dan metode glass box. Metode desain
yang penulis lakukan dalam proses perancangan Urban Café di Kota Denpasar adalah
metode glass box.
Model ini berkeyakinan bahwa proses desain dapat dilakukan secara rasional dan
sistematis. Seperti halnya sebuah komputer, otak menerima umpan permasalahan,
kemudian mengkaji secara terencana, analitis, sintetis dan evaluatif sehingga kita akan
mendapatkan optimasi pemecahan yang mungkin dilakukan. Beberapa karakteristik
metode glass-box adalah: Sasaran, variable, dan kriteria ditetapkan sebelumnya;
Mengadakan analisis sebelum melakukan pemecahan masalah; Mencoba mensintesiskan
hal-hal yang di dapat secara sistematis; Mengevaluasi secara logis (kebalikan dari
eksperimental). (Sachari ;1999;20-30).
Jones (1978) juga menyatakan, bahwa proses awal yang penting dari desain adalah
proses analitik yang dimulai dengan observasi objektif dan induktif yang di dalamnya juga
termasuk dan terlibat proses-proses kreatif, kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya
subyektif dan proses deduktif. Jika simpulan terhadap suatu masalah sudah dihasilkan,
maka dilanjutkan dengan alternatif desain, gambar-gambar, rencana kerja, maket dan lain-
lain.

P a g e 27 | 44
3.4 Proses Desain
Dalam proses desain, terdapat 3 langkah yang harus dilewati yaitu Input, Proses kemudian
Output. Didalam ketiga langkah tersebut terdapat hal-hal yag harus diselesaikan tahap demi
tahap seperti yang tersaji dalam bagan dibawah ini :

1. Pengantar Karya
Masalah 2. Gambar Keja :
a) Layout & Denah 2 lantai
b) Potongan 4 Jenis (Memperlihatkan
hubungan ruang yang penting
c) Detai Ruang : 4 ruang (1 denah & 2
potongan)
d) Detail Brand : segala detail yang
relevan dengan brand.
e) Rencana dan detail
f) 3d Interior : 4 Jenis Ruangan
g) Animasi : min. 50 detik

P a g e 28 | 44
BAB IV
ANALISA DATA LAPANGAN DAN PEMBANDING

4.1 Analisa Penentuan Lokasi


Daerah utama yang akan dijadikan lokasi pengadaan Urban café adalah kota Badung dan
kota Denpasar. Untuk memilih site yang paling tepat dari dua site terpilih, penulis
melakukan analisis. Terdapat 6 (tujuh) kriteria yang menjadi acuan site yang tepat untuk
pengadaan proyek Urban Café, yaitu :
1. Tingkat kepadatan penduduk
Kebutuhan konsumen akan adanya tempat makan siap saji dan tempat bersantai adalah
salah satu hal yang perlu dipertimbangkan. Kebutuhan akan ada dengan adanya
penduduk, oleh karena itu tingkat kepadatan penduduk berpengaruh pada kebutuhan
masyarakat akan makanan siap saji.
2. Tingkat kepadatan jalan
Tingkat kepadatan jalan berpengruh pada akses keluar masuk pengunjung café.
3. Dekat dengan pusat kota
Pusat kota merupakan tempat masyarakat berkumpul dan banyak fasilitas yang
menyediakan kebutuhan masyarakat, sehingga lokasi perancangan dibuat agar tidak
jauh dari pusat kota.
4. Dekat dengan bandara
Bandara merupakan tempat dimana orang-orang pergi dan datang dari berbagai kota
dan negara. Orang-orang dapat berkunjung sambil bersantai sebelum berangkat dan
dapat melepas penat saat baru tiba dibandara. Oleh karena itu lokasi perancangan dibuat
agar dekat dengan bandara.
5. Banyak fasilitas sejenis
Dengan adanya fasilitas-fasilitas sejenis akan mempermudah masyarkat dalam mencari
kebutuhan sejenis dengan sekali jalan, sehingga akan menghemat waktu, tenaga dan
dana.
6. Mata pencaharian penduduk (pekerja swasta dan negeri, mahasiswa dan pelajar)
Kesibukan dari aktivitas sejumlah orang berbeda-beda, namun seiring berjalannya
waktu, pekerja swasta/negeri, mahasiswa dan pelajar tidak lagi memiliki waktu yang
cukup untuk memasak dirumah maupun tidak lagi memiliki tempat bersantai dengan
fasilitas mengerjakan tugas yang nyaman. Oleh karena itu mata pencaharian penduduk

P a g e 29 | 44
yang didominasi oleh pekerja swasta, mahasiswa dan pelajar sangat berpengaruh pada
lokasi pengadaan urban café.
Nomor Kriteria
No Kriteria Nilai Rank bobot
1 2 3 4 5 6
1 Tingkat kepadatan penduduk X 1 1 1 1 1 5 1 10
2 Tingkat kepadatan jalan 0 X 0 0 0 0 0 4 7
3 Dekat dengan pusat kota 0 1 X 0 0 0 1 3 8
4 Dekat dengan Bandara 0 1 1 X 1 0 3 2 9
5 Banyaknya Fasilitas sejenis 0 1 1 0 X 1 3 2 9
Mata Pencaharian (Pekerja 2
6 swasta/negeri, Mahasiswa, 0 1 1 1 0 X 3 9
Pelajar)
X : Kriteria Sama , 1 : Kriteria Lebih Penting, 0 : Kriteria Kurang Penting

Tabel 4.1 Pembobotan Kriteria Pemilihan Lokasi


Sumber : Analisa Pribadi

Terdapat 2 (dua) site yang menjadi alternative tempat perancangan urban café. Aternatif
pertama adalah site yang berda di Jalan Sunset road dan alternative kedua adalah site
yang berada di Jalan By Pass Ngurah Rai, Jimbaran.

Penilaian Alternatif
rank

Kriteria Bobot Alternatif 1 Alternatif 2


Nilai Jumlah Nilai Jumlah
1 Tingkat kepadatan penduduk 10 3 30 5 50
2 Dekat dengan Bandara 9 0 0 0 0
3 Banyaknya Fasilitas sejenis 9 0 0 3 27
Mata Pencaharian (Pekerja
4 9 3 27 5 45
swasta/negeri, Mahasiswa, Pelajar)
5 Dekat dengan pusat kota 8 5 40 0 0
6 Tingkat kepadatan jalan 7 5 35 5 35
132 157
5 : sangat memenuhi, 3 : cukup memenuhi, 0 : kurang memenuhi

Tabel 4.2 Pembobotan Alternatif Lokasi


Sumber : Analisa Pribadi

P a g e 30 | 44
Dari hasil Analisa diatas, diantara kedua alternative site dengan 6 (enam) kriteria yang
ada, site terbaik untuk pengadaan urban café adalah site yang berada di Jalan By Pass
Ngurah Rai, Jimbaran.

4.2 Data Eksisting Lapangan


Data eksisting lapangan akan menjelaskan mengenai data fisik yaitu mengenai peta lokasi
perancangan urban cafe, gambar kondisi lahan dan data non fisik.

4.2.1 Data Fisik


Lahan yang akan dipakai untuk perancangan urban café adalah lahan yang berlokasi
di Jalan By Pass Ngurah Rai, Jimbaran.

Lokasi Site

Gambar 4.1 Denah Lokasi Site


Sumber : Data pribadi

P a g e 31 | 44
Adapun Batasan-batasannya sebagai berikut : bagian utara dari site adalah gang kecil dan
rumah makan, bagian selatan adalah sebuah toko dan rumah warga, bagian timur adalah
tanah kosong yang ditumbuhi banyak tanaman, bagian barat adalah jalan raya unud dan
Bali Paragon Resort.

Gambar 4.2 Keadaan Lokasi Site


Sumber : Data pribadi

Gambar 4.3 Batasan-batasan site


Sumber : Data pribadi

Analisis Site
Analisis bertujuan untuk mengevaluasi kondisi site, sehingga nantinya akan muncul
permasalahan dan potensi yang terdapat pada site. Analisis site meliputi dua factor utama,
yaitu factor alam dan factor lingkungan (kultur dan budaya).

P a g e 32 | 44
a) Faktor Alam
Faktor alam meliputi topografi, dasar geologi, hidrografi, fauna dan iklim (orientasi
matahari, curah hujan, kelembapan, arah angina, temperature udara dan tekanan udara)
1) Iklim

Penyinaran matahari pada site rata-rata


mencapai 80%, dimana matahari
bersinar antara pukul 07.30-16.30 WITA.
Arah angin dari timur laut

Arah angin dari Barat daya

Gambar 4.4 Analisa Site Faktor Iklim


Sumber : Analisa pribadi

2) Topografi, Hidrografi, dan Geologi


Daerah site merupakan lahan
subur terlihat dari vegetasi
yang tumbuh disekitar site

U Site memiliki
tanah yang datar

Site sejajar degan jalan raya, dengan


arah aliran air dari site menuju roil
kota dipinggir jalan raya.

Gambar 4.5 Analisa Site Faktor Topologi, Hidrologi, dan Geologi


Sumber : Analisa pribadi

P a g e 33 | 44
b) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi tata guna lahan, lalu lahan, lalu lintas, dan traffic.
1) Tata Guna Lahan

Gambar 4.6 Tata Guna Lahan


Sumber : Analisa pribadi
Keterangan :
: Supermarket (Pepito, Indomart, Alfamart)
: Rumah Makan (KFC, MCD, rumah makan babi guling, dan rumah makan lainnya)
: Pertokoan
: Lahan Kosong
: Resort

2) Bentuk, Dimensi site

Gambar 4.7 Bentuk, Dimensi Site


Sumber : Analisa pribadi

3) Traffic dan Akses


Akses menuju site dari arah
barat juga dapat melalui jalan
Nirmala Indah. Sirkulasi dua

U arah, namun tidak dapat

Akses menuju site


dari arah barat dapat
melalui jalan by pass Akses dari arah
ngurah rai. Sirkulasi selatan dapat
melalui jalan raya

Akses dari arah


Timur dapat
melalui jalan by

Gambar 4.8 Traffic dan Akses


Sumber : Analisa pribadi
P a g e 34 | 44
4) Kebisingan

Kebisingan yang terjadi pada


site dipengaruhi oleh aktivitas
kendaraan dijan raya unud dan
di jalan Nirmala indah.

Gambar 4.9 Kebisingan


Sumber : Analisa pribadi

4.2.2 Data Non Fisik


Lokasi dari lahan yang akan digunakan untuk melakukan perancangan urban café
merupakan lahan tak terpakai dari gedung yang sudah tutup. Sehingga tidak ada
civitas dan aktivitas yang terjadi disana. Oleh karena itu data non fisik dari site tidak
di jabarkan disini

4.3 Identifikasi dan Analisis Studi Pembanding


Bangunan yang dijadikan studi pembanding adalah urban café yang berada di wilayah
kota Denpasar, diantaranya adalah 9/11 Café yang berlokasi di Jalan Teuku Umar Barat
337, Denpasar, Nilo Café yang berlokasi di Jalan Drupadi II no. 9z, Denpasar dan
Sisterfield Café yang berlokasi di Jalan Kayu Cendana 7, Denpasar, Bali.

4.3.1 9/11 Café & Concept Store


A. Data Fisik
9/11 Café & Concept Store berada di jalan Teuku Umar barat 337, Denpasar,
Bali. 9/11 Café memiliki 2 lantai yang terbagi menjadi 5 ruang utama yaitu
outdoor area, indoor area, kirtchen, toilet pengunjung dan store.
Deskripsi dan Analisa ruang dari 9/11 Café & Concept Store : Terlampir
B. Data Non Fisik
Data non fisik berupa Analisa penulis terhadap akhtivitas pegunjung yang
paling banyak di lakukan.

P a g e 35 | 44
Masuk dan Membaca Makan
Parkir memilih menu lalu dan
tempat duduk memesan minum

Membayar
Pulang pesanan

Bagan 4.1 Aktivitas Pengunjung Tipe B


Sumber : Analisa Pribadi

Masuk dan Membaca Makan


Parkir memilih menu lalu dan
tempat duduk memesan minum

Membayar Mengobrol, bersantai,


Pulang pesanan mengerjakan pekerjaan

Bagan 4.2 Aktivitas Pengunjung Tipe B


Sumber : Analisa Pribadi

4.3.2 Nilo Coffee & Croissant


A. Data Fisik
Nilo Coffe & Croissant merupakan sebuah cafe yang berada Jalan Kayu
Cendana 7, Denpasar, Bali. Nilo Coffee & Croissant terdiri dari satu lantai
dengan ruang yang terbagi menjadi outdoor area, indoor area, kitchen dan
display area, toilet.
Deskripsi dan Analisa ruang dari Nilo Coffe & Croissant: Terlampir
B. Data Non Fisik
Data non fisik berupa Analisa penulis terhadap akhtivitas pegunjung yang
paling banyak di lakukan. Data non fisik dari Nilo Coffee & Croissant sama
seperti data pada 9/11 Café & Concept Store

4.3.3 Sisterfield
A. Data Fisik
Sisterfield berada di Jalan Kayu Cendana 7, Denpasar, Bali. Café ini memiliki
3 (tiga) area makan, yaitu area beranda/semi outdoor yang berada didepan café,
yang kedua yaitu area indoor meliputi kasir, display etalase, dapur bar, dapur

P a g e 36 | 44
utama dan toilet, yang ketiga adalah area outdoor yang berada dibagian
belakang dari café.
Deskripsi dan Analisa ruang dari Sisterfield: Terlampir
B. Data Non Fisik
Data non fisik berupa Analisa penulis terhadap akhtivitas pegunjung yang
paling banyak di lakukan. Data non fisik dari Sisterfield sama seperti data pada
9/11 Café & Concept Store

P a g e 37 | 44
BAB V
PROGRAM PERANCANGAN INTERIOR

5.1 Tema dan Konsep


Tema dan Konsep merupakan hal yang penting untuk dibahas selama proses perencanaan
dan perancangan desain berlangsung, karena selain fungsi dan kebutuhan, tema dan konsep
turut serta menentukan output/hasil dari urban cafe itu sendiri.
5.1.1 Definisi
Tema adalah suatu pola atau gagasan spesifik yang berulang di seluruh desain pada
suatu proyek. Tema bersifat lebih umum dibandingkan dengan konsep. Pada sebuah
rancangan tema tidak dapat dilihat wujudnya secara nyata. Misalnya : Tropical atau
Industrial.
Konsep adalah abstraksi dari sebuah ide atau gambaran mental, yang dinyatakan
dalam sebuah kata atau simbol. Konsep berada pada proses sintesa dan pada sebuah
perancangan, konsep dapat dilihat hasilnya/ secara nyata. Misalnya : Metafora Perahu
Layar atau Suistainable Building.

5.1.2 Tema dan Konsep Perancangan


Pada sub bab tema dan konsep perancangan akan dibahas mengenai pendekatan
yang dilakukan dalam memilih tema dan konsep, penentuan tema dan konsep, program
civitas dan aktifitas, kebutuhan ruang, program performansi, program arsitektural, studi
luasan ruang, hubungan ruang dan terakhir adalah zoning.
A. Pendekatan Tema dan Konsep
Dasar pertimbangan tema dari urban café ini adalah :
1. Pendekatan fungsional yaitu urban café merupakan sebuah tempat yang
mengakomodasi kegiatan makan, relaksasi dan nongkrong di barengi dengan
membuat tugas/ pekerjaan dengan kerabat.
2. Pendekatan civitas yaitu orang-orang yang ditargetkan akan mendatangi dan
berbelanja di urban café yang sedang di rancang. Civitasnya adalah pekerja
kantoran, baik swasta maupun negeri , freelancer, masyarakat produktif dengan
usia berkisar pada 17-35 tahun, mahasiawa dan pelajar.

P a g e 38 | 44
3. Pendekatan aktivitas yaitu segala aktivitas yang meliputi datang, memesan
makanan, makan & minum, bersantai, membuat tugas, mengadakan acara reuni atau
acara keluarga didalam cafe.

B. Penentuan dan Penjelasan Tema/Konsep Urban Café


Berdasarkan pendekatan-pendekatan diatas, maka tema dan konsep yang dipilih
dalam perancangan urban café ini adalah tema BumTeTa of History (Bumpy Te Taone
of History) dan konsep yang diambil adalah Ngati Kuri’s Art.
1) Penjabaran Tema
Suku Ngati kuri memiliki dua kisah melegenda yang menceritakan perjuangan
mereka melindungi diri dari serangan musuh. Kedua kisahnya terjadi di pesisir
pantai dan segala sesuatu yang mereka gunakan untuk melakukan penyerangan
berasal dari material di sekitar pantai. Oleh karena itu terpilihlah tema ‘BumTeTa
of History merupakan singkatan dari ‘Bumpy Te Taone of History’. Bumpy
merupakan sebuah kata yang berarti bergelombang, tidak rata, apa adanya dan dapat
dikelompokkan menjadi sesuatu yang alami, sedangkan Te Taone merupakan
sebuah kata yang berasal dari Bahasa Maori yang berarti daerah pesisir pantai. Jadi,
Bumpy Te Taone of History merupakan sebuah tema yang menggambarkan segala
sesuatu yang bersifat alami dengan suasana pesisir pantai yang luas, lapang dan
sejuk yang merupakan bagian dari kisah suku Ngati Kuri.

Gambar 5.1 Daerah Pesisir Pantai


Sumber : theculturetrip.com/pacific/new-zealand/articles/

Tema BumTeTa of History ini akan menciptakan suasana yang lapang, luas, sejuk
pada urban café yang dirancang. Seluruh elemen yang ada pada urban café akan
menggambarkan sesuatu yang alami dengan sentuhan suasana pantai yang segar.

2) Penjabaran Konsep
Konsep yang terpilih untuk diaplikasikan dalam perancangan urban café ini adalah
Ngati Kuri’s Art yang berarti seni dari Suku Ngati Kuri. Seni dari Ngati Kuri
P a g e 39 | 44
merupakan cara cerdas orang-orang Ngati Kuri dalam upaya melindungi diri dan
melakukan penyerangan pada musuh. Konsep ini akan menggambarkan kisah dari
Suku Ngati Kuri yang di tuangkan dalam bentuk visual yang bertujuan untuk
membuat pengunjung yang berkunjung ke urban café ini dapat merasa relaks dan
dapat menyelesaikan permasalahnya. Konsep Ngati Kuri’s Art ini juga bertujuan
untuk menjawab permasalahan urban yang diantaranya adalah aktivitas monoton,
rentan terhadap stress, sibuk dan membutuhkan relaksasi.
Adapun bentuk-bentuk dasar yang diadopsi pada konsep ini, pertama adalah
bentuk dan karakteristik dari ikan paus, merupakan hewan yang sangat dicari oleh
seluruh suku dan dikatakan sebagai pembawa keberuntungan, kedua adalah bentuk
dan karakteristik dari telapak kaki yang merupakan bagian dari kisah bernama
Tumatahina, ketiga adalah karakteristik kulit anjing yang berbulu dan warna dari
kulit anjing yang diantaranya adalah coklat, krem dan hitam, keempat adalah pola
yang diadopsi dari cara suku ngati kuri menyerang musuhnya yaitu melakukan
penyerangan searah dari belakang, membentuk pola melingkar/ mengelilingi
sesuatu.

C. Aplikasi Tema dan Konsep


Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai aplikasi tema dan konsep pada tiap-tiap
elemen ruang maupun ruangan yang ada pada urban café,
1. Aplikasi tema dan konsep pada landscape urban café
Lanscape menurut arti katanya yaitu pemandangan. Penataan landscape yang baik
pada sebuah bangunan memiliki nilai lebih tersendiri, terutama untuk bangunan
komersil. View yang indah dapat tercipta dari penataan landscape yang baik.
Landscape pada urban café akan lebih dominan menampilkan tema Bumpy Te Taone
of History yang memiliki suasana segar, sejuk, luas dengan aksen pesisir pantai.
Ruang hijau akan didominasi oleh pasir pantai putih yang khas ada di sekitar lokasi
site.

P a g e 40 | 44
Tanaman yang dominan ada pada urban café adalah jenis pohon ketapang dan kiara
payung sebagai tanaman peneduh, pandan pantai, tanaman gantung lee kwan yew
dan garlic vine.

(a) (b) (c) (d)

Gambar 5.2 Tanaman pada perancangan Urban Café, (a) Pohon Ketapang, (b) Pohon Kiara
Payung, (c) Lee Kwan Yeew, (d) Garlic Vine
Sumber : www.google.com

2. Aplikasi tema dan konsep pada entrance urban café


Entrance merupakan kesan pertama yang akan didapatkan oleh pengunjung saat
mengunjung café. Entrance yang menarik akan memberikan kesan pertama yang
baik untuk pengunjung sebelum masuk lebih jauh. Pada perancangan urban café ini,
pintu entrance akan dibuat berbentuk bidang lima sisi , yang mengadopsi filosofi
dari telapak kaki Tumahanina yang berjari 5 (lima).

Gambar 5.3 Pintu Masuk Urban Café yang di Rancang


Sumber : Data Pribadi, 2017

Kemudian akan di berikan visual hongi (cara bersalaman orang maori) pada pintu,
yang memiliki makna bahwa setiap pengunjung yang memasuki café merupakan
bagian dari café dan pengunjung akan merasa nyaman layaknya berada dirumah
sendiri.

3. Aplikasi tema dan konsep pada lantai, dinding dan plafon urban café
Lantai, dinding dan plafon merupakan elemen utama pembentuk ruang. Aplikasi
tema dan konsep pada lantai yaitu motif lantai tegel yang akan mengadopsi bentuk
gigi ikan paus yang runcing. Sedangkan pada dinding akan diadopsi bentuk dari
salah satu cara berbakaian suku ngati kuri saat menari. Selain itu akan dibuat dinding

P a g e 41 | 44
dengan tekstur saling menumpuk seperti bentuk bulu pada kulit anjing dan salah satu
dinding juga akan diaplikasikan penggunaan tali tambang yang merupakan material
lokal Suku Ngati Kuri.
Plafon pada urban café akan dibuat plafon menyerupai goa yang merupakan tempat
persembunyian Suku Ngati Kuri.

4. Aplikasi tema dan konsep pada tata letak meja dan kursi pengunjung urban
café
Meja dan kursi pengunjung dominan dibentuk seperti jejak kaki yang tercipta saat
berjalan.Selain itu akan di letakkan lebih banyak meja untuk berkelompok untuk
mengaplikasikan konsep Ngati Kuri’s Art. Peletakan kursi dan meja dibuat berada
diatas pasir pantai agar pengunjung merasakan seolah-olah ada di pantai.

5.2 Programing
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai programing yang meliputi program
civitas, aktivitas, kebutuhan ruang, studi luasan ruang, hubungan ruang, soning dan
sirkulasi.
5.2.1 Analisa Programing
Data Terlampir

5.2.2 Studi Luasan Ruang


Data Terlampir

5.2.3 Hubungan Ruang

Gambar 5.4 Hubungan Ruang


Sumber : Analisa Pribadi

P a g e 42 | 44
5.2.4 Soning
Dibawah ini merupakan gambar dari soning lantai dasar dan lantai dua.

5.2.5 Sirkulasi
Dibawah ini merupakan gambar dari sirkulasi pengunjung dan staff pada lantai
dasar dan lantai dua.

Sirkulasi Pengunjung dan


Sirkulasi Pengunjung dan
staff di Lantai Dasar
staff di Lantai Dasar

STAFF

PENGUNJUNG

P a g e 43 | 44
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Masyarakat urban merupakan masyarakat yang hidup di area urban atau
perkotaan. Menurut Soekanto, masyarakat urban memiliki ciri-ciri dalam social culturenya,
perubahan-perubahan social tampak nyata di lingkungan masyarakat urban. Masyarakat
urban adalah tipe masyarakat pekerja yang sibuk, rentan terhadap stress, cenderung
individualis. Oleh karena itu, dibutuhkan café yang dapat membantu masyarakat urban
untuk merilekskan pikiran mereka dari stress, dan dapat memberikan suasana berbeda yang
nyaman. Dalam perancangan ini, selain merupakan tempat makan yang unik, disediakan
pula fasilitas terapi ikan untuk pengunjung gunakan sebagai area relaksasi, selain itu
disediakan pula working area bagi freelancer yang ingin berkerja dengan suasana yang
santai dan penuh inspirasi.

6.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah disimpulkan diatas dan dalam upaya
perancangan urban cafe, dikemukakan saran sebagai berikut.

Dalam merancang sebuah urban café sangat diperlukan bagi perancang mengetahui
sasaran pasar, lokasi perancangan café, kecenderungan aktivitas pengunjung yang akan
mendatangi café, dan kebutuhan dari masyarakat urban. Karena hal-hal tersebut sangat
berkaitan dengan bentuk bangunan, sirkulasi, fasilitas yang harus ada didalam urban café
dan tentu saja kenyamanan dari civitas.

P a g e 44 | 44

Anda mungkin juga menyukai