PENDAHULUAN
P a g e 1 | 44
Desain café yang monoton menimbulkan keinginan penulis untuk membuat
suatu café dengan gaya yang lebih dinamis yaitu bergaya etnik. Definisi etnik adalah
keadaan atau kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tertentu yang
mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya kepada generasi mereka
yang berikutnya, salah satunya adalah ethic di negara New Zealand. (sumber ?)
Suku Muriwhenua merupakan salah satu suku yang berada di bagian utara dari
Negara New Zealand. Para peneliti dari berbagai situs tradisi mengatakan bahwa
Muriwhenua diyakini sebagai tempat kelahiran Maori di Selandia Baru. Dahulu, suku yang
memiliki bentuk pulau menyerupai ekor ikan ini memiliki banyak suku didalamnya, namun
karena banyaknya pertarungan antar suku kini hanya menyisakan 6 (enam) suku saja yang
diantaranya adalah Suku Ngati Kuri, Ngati Kuha, Ngati Te Rarawa, Ngati Te Aupouria,
Ngati Paatu, dan Ngati Tatoko. Keenam suku tersebut memiliki kebudayaan yang hampir
sama, hanya saja dibedakan oleh beberapa legenda dan mitos yang berkembang di suku
tersebut, salah satunya adalah mitos dan legenda dari Suku Ngati Kuri.
Ngati Kuri memiliki kebudayaan yang sama seperti Suku Maori pada umumnya
seperti, hangi yang merupakan cara memasak di oven bumi atau hongi, yaitu cara
bersalaman dengan cara menempelkan hidung dan dahi. Suku Ngati Kuri memiliki
beberapa kisah yang melegenda. Salah satunya adalah legenda Tumatahina ‘Jejak Kaki
Besar’, menceritakan aksi pelarian diri Suku Ngati Kuri yang tengah dikepung musuh.
Mereka membuat sebuah tali panjang yang kemudian digunakan untuk menuntun mereka
berjalan beriringan menuju sebuah goa di bagian selatan pantai. Uniknya, jejak kaki yang
mereka ciptakan harus mengikuti jejak kaki orang pertama, hal itu bertujuan untuk
mengelabuhi musuh bahwa mereka adalah sekelompok orang.
Kebudayaan serta kisah-kisah dari Suku Muriwhenua-Ngati Kuri akan di
aplikasikan menjadi suatu tema dan konsep pada urban café yang akan dirancang. Dari
kisah Tumatahina akan diadopsi bentukan dari posisi mereka saat berjalan beriringan yaitu
garis lurus untuk menjadi bentuk dasar pada elemen pembentuk ruang yaitu dinding. Selain
itu, bentukan dari jejak kaki juga akan dijadikan bentuk untuk furniture dan aksesoris pada
Urban Café.
P a g e 2 | 44
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mendesain sebuah urban café yang dapat memfasilitasi masyarakat
urban dengan tema dan konsep desain etnik dari negara New Zealand?
P a g e 3 | 44
BAB II
LANDASAN TEORI
Data literatur merupakan data tertulis yang berasal dari buku, jurnal dan internet. Pada
bab ini berisi tentang tinjauan teori yang berhubungan dengan urban café.
2.1 Urban Café
2.1.1 Definisi
A. Urban
Definisi dari area urban adalah berkaitan dengan kota besar. Daerah perkotaan dapat
didefinisikan sebagai daerah dengan sejumlah besar orang yang berada didalamnya,
wilayah yang telah berkembang secara signifikan, atau area dimana jarak antar bangunan
sangat kecil. Perkotaan berbeda dengan pedesaan yang umunya mengindikasikan populasi
rendah, seringkali berbasis pertanian.
B. Café
Menurut Kamus Istilah Pariwisata dan Perhotelan (2003:66) cafe adalah Restoran
dengan menu terbatas. Café adalah istilah lain dari Coffee yang biasa dipakai untuk
menyebut istilah Coffee Shop. Artinya tempat makan dan minum yang menyediakan menu
cepat dan sederhana serta menyediakan minuman ringan untuk orang yang santai atau
menunggu sesuatu.
Menurut Budiningsih (2009:51) cafe atau cape adalah suatu restoran kecil yang
berada di luar hotel. cafe memiliki pilhan makanan yang sangat terbatas dan tidak menjual
minuman yang beralkohol tinggi, tetapi tersedia minuman sejenis bir, soft drink, teh, kopi,
rokok, cake, cemilan, dan lain-lain.
Berdasarkan dua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa café menrupakan sebuah
restoran kecil yang menyediakan makanan dan minuman yang cepat, sederhana dan
terbatas. Café tidak menyediakan minuman beralkohol namun minuman sejenis bir, soft
drink, teh, kopi, cake dan cemilan.
C. Urban Café
Berdasarkan pemaparan dari definisi urban dan café, dapat disimpulkan bahwa urban
café merupakan sebuah tempat berupa restoran kecil yang makanan dan minuman yang
cepat, sederhana dan terbatas yang berlokasi di daerah perkotaan.
P a g e 4 | 44
2.1.2 Sejarah
A. Café
Istilah kata café berasal dari bahasa Prancis yang berarti kopi. Orang Perancis
menyebut kedai kopi dengan istilah café. Perancis menjadi salah satu Negara yang dijuluki
‘Negri Caffe’ karena pesatnya perkembangan café disana dan dari Perancislah café mulai
tersebar luas di dunia.
Café atau Coffee Shop berasal dari Turki (sekarang Istanbul). Coffee Shop pertama
kali berdiri di Constatinopel di Turki pada tahun 1475. Pada awalnya Coffee Shop hanya
menjual minuman kopi.
Coffee Shop pertama di eropa didirikan pada tahun 1529. Minuman ini menjadi sangat
digemari di Eropa karena adanya ide untuk menyaring kopi dan memperhalus cita rasa
minuman kopi dengan susu dan gula. Coffee Shop di Eropa semakin popular karena tidak
hanya menjual minuman kopi tetapi mulai menjual kue-kue manis dan penganan yang
lainnya.
Coffee Shop pertama di Britania Inggris didirikan pada tahun 1652. Di Coffee Shop
ini lah istilah kata ‘tips’ pertama kali digunakan. Guna menjamin servis yang cepat, sebuah
toples diletakkan di meja counter, orang-orang akan memasukkan koin tips ke toples untuk
dapat dilayani dengan cepat.
Sejarah berdirinya Coffee Shop diberbagai belahan dunia akan disajikan dalam
berntuk tabel dibawah ini.
Negara Tahun Berdiri
Contatinopel (Istanbul) 1475
Eropa 1529
Britania 1652
Italia 1654
Perancis 1672
German 1673
Berlin 1721
Amerika 1792
P a g e 5 | 44
2.1.3 Tipologi
Tipologi adalah ilmu yang mempelajari atau berhubungan dengan klasifikasi atau
pengelompokan bangunan dengan kesamaan ciri-ciri atau totalitas kekhususan yang
diciptakan oleh suatu masyarakat atau kelas sosial yang terikat dengan kepermanenan dari
karakteristik yang tetap atau konstan.
1. Tipologi café berdasarkan cara penyajian makanan
Cara penyajian makanan dalam kafe terdapat beberapa cara, yaitu:
A. Self Service.
Pengunjung melakukan pelayanan bagi dirinya sendiri. Pengunjung datang
kemudian mengambil makanan dan minuman yang mereka inginkan kemudian
menuju ke kasir dan membayar makanan mereka lalu duduk di tempat yang
telah disediakan. Cara ini terkesan familiar dan bersahabat.
B. Waiter of Waitress Service to Table.
Pengunjung datang lalu duduk pada kursi yang telah disediakan, kemudian
pramusaji akan melayani mereka, mengantar menu dan makanan hingga
membayar ke kasir, sehingga orang tidak perlu beranjak dari kursinya. Cara ini
terkesan formal.
C. Counter Service.
Terdapat area khusus yang terdapat display makanan yang ada, biasanya
digunakan untuk pelayanan yang cepat dan service tidak formal.
D. Automatic Vending
Menggunakan mesin otomatis. Pengunjung memasukkan koin lalu dari mesin
keluar makanan yang dipilihnya
2. Tipologi café berdasarkan jenis menu
Berdasarkan menu yang ditawarkan, restoran dapat dibagi menjadi beberapa jenis,
diantaranya :
A. A la carte
A la carte adalah daftar makanan secara lengkap dalam menu, dimana tiap
makanan memiliki harga tersendiri. A la carte biasanya disajikan di coffee shop,
room service, dan lain-lain.
P a g e 6 | 44
B. Set Menu
Set menu biasanya diadakan pada banquet, tamu tidak banyak memuiliki pilihan
menu.
C. Plate de Jour / Special Today
Adalah menu yang disediakan oleh café sebagai menu istimewa pada hari itu.
Hal tersebut bertujuan untuk menimbulkan suasana baru dan menghilangkan
rasa kebosanan tamu terhadap menu-menu yang ada.
3. Tipologi café berdasarkan lokasi
Berdasarkan lokasinya, café didedakan menjadi dua yaitu urban café dan café yang
berada di pedesaan/daerah pelosok.
4. Tipologi café berdasarkan segmen pasar
Berdasarkan sasaran pengunjungnya, café dibedakan menjadi café yang memiliki
sasaran wisatawan lokal, domestik, dan mancanegara.
P a g e 7 | 44
vernakular tidak dapat disamakan dengan arsitektur tradisional, meskipun ada
hubungan di antara keduanya.
Gambar 2.2 Arsitektur Vernakular dari beberapa negara. (a) Arsitektur vernakular di Tunisia, (b) Rumah
di Timur Tengah, (c) Iglo, rumah suku Inuit untuk menghadapi dingin
Sumber : https://www.arsitag.com/article/apa-itu-arsitektur-vernakular
P a g e 8 | 44
Godwit (kūaka) adalah simbol bagi suku Muriwhenua. Godwits bermigrasi dari
belahan bumi utara pada awal setiap musim semi dan berduyun-duyun di pelabuhan
wilayah Muriwhenua. Mereka pergi bersama di musim gugur, sama seperti orang-orang
Tūmatahina telah pindah bersama saat melarikan diri dari pa yang terkepung.
P a g e 9 | 44
Hongi adalah tradisi Selandia Baru yang berasal dari legenda Mãori berusia tua
yang menggambarkan bagaimana wanita diciptakan. Menurut legenda, bentuk wanita
itu diciptakan oleh Tuhan yang dibentuk dari bumi, namun tidak memiliki kehidupan
sampai God Tãne menghembuskan nafas ke lubang hidung dan memeluk sosok cantik
itu. Setelah menghirup lubang hidungnya, perempuan itu bersin dan hidup. Sosok
perempuan itu kemudian diberi nama Hineahuone, yang secara kasar diterjemahkan
menjadi 'wanita yang ditempa bumi'.
Melakukan hongi bukan hanya berarti bersalaman, melakukan hongi berarti dua
orang telah berbagi nafas yang artinya bahwa kedua orang tersebut adalah sama, mereka
berada ditempat, diwaktu dan menghirup udara yang sama.
2. Hangi
Hāngi adalah gaya memasak tradisional Māori yang masih biasa dipraktekkan
di seluruh Selandia Baru saat ini. Ini adalah proses dimana uap digunakan sebagai media
memasak makanan saat berada di bawah tanah.
Untuk "meletakkan hāngi" diperlukan menggali lubang di tanah, memanaskan
batu di lubang dengan api besar, menempatkan keranjang makanan di atas batu, dan
menutupi segala sesuatu dengan daun-daun selama beberapa jam sebelum mengangkat
hangi.
3. Haka Dance
Tarian haka adalah sejenis tari perang Māori kuno yang secara tradisional dilangsungkan
di medan perang, sekaligus saat berbagai kelompok berkumpul dalam damai. Haka
adalah pertunjukan berapi-api yang menampilkan kebanggaan, kekuatan, dan kesatuan
suatu suku. Gerakannya mencakup hentakan kaki keras, juluran lidah, dan tepukan tubuh
berirama untuk mengiringi nyanyian keras. Syair tarian haka seringkali menggambarkan
leluhur dan peristiwa dalam sejarah suku tersebut secara puitis.
P a g e 10 | 44
Gambar 2.6 Tarian Haka
Sumber : www.google.com
Sekarang, tarian haka masih dipentaskan dalam upacara dan perayaan Māori untuk
menghormati tamu dan menekankan pentingnya suatu acara. Tarian ini juga digunakan
untuk menantang lawan di arena olahraga.
4. Poi Dance
Poi adalah bentuk tarian di mana setiap penari dengan lihai memutar satu poi (bola diikat
senar) atau lebih dalam keselarasan sempurna dengan para penari yang lain. Perubahan
arah mendadak dilakukan dengan memukulkan bola ke tangan atau bagian tubuh yang
lain, dan suara yang tercipta menghasilkan irama perkusif. Penari poi biasanya
perempuan, dan pertunjukan yang bermutu sangat menekankan pesona keanggunan,
keindahan, serta keluwesan.
Ngati Kuri juga terkenal akan kisahnya yang melegenda, dua diantaranya adalah kisah
Tumatahina dan kisah dari asal usul nama Ngati Kuri.
1. Kisah Tumatahina
Tumatahina adalah kepala morimotu sebuah pulau di pesisir utara Cape. Tumatahina
juga merupakan keturunan orang-orang dari kano tainui yang telah bergabung dengan
pemukim asli. Dalam satu kejadian dalam hidupnya sebagai pemimpin, benteng utama
di pulau morimotu dikepung dari Te Rarawa dan Ngapuhi, dan Tumatahina dihadapkan
P a g e 11 | 44
pada masalah untuk menyingkirkan orang-orangnya dari pulau mereka ke daratan.
Pertama, dia mengarahkan mereka untuk menjepit tali rami panjang, yang perenang
terbaiknya diamankan di tanjung di daratan. Kemudian dia memerintahkan bangsanya
untuk menyeberang ke tanjung pada malam hari sambil memegang tali untuk
membimbing mereka.
Ketika menyeberangi pasir Pantai Waikuku di pantai timur, dia menyuruh mereka untuk
saling menapak jejak kaki, yang kemudian ditutupi dengan cetakan besarnya sendiri saat
dia mengejarnya, sehingga menyembunyikan fakta bahwa seluruh kelompok suku.
Mereka berjalan sampai menjumpai goa Whareana, di sebelah sekalat pantai Waikuku.
P a g e 12 | 44
2.4 Teori Desain
2.4.1 Elemen Pembentuk Ruang
Elemen Pembentuk Ruang adalah struktur wadah ruang kegiatan diidentifikasikan
sebagai lantai, dinding, dan langit-langit/plafond yang menjadi satu kesatuan struktur
dalam sehari-hari. Elemen pembentuk ruang terdiri dari :
a. Lantai
Fungsi utama lantai adalah sebagai penutup ruang bagian bawah. lainnya adalah
untuk mendukung beban-beban yang ada di dalam ruang. (Ching,1996)
Jenis-jenis material lantai yang akan di gunakan pada urban café di kota Denpasar
yaitu lantai tegel, lantai kayu, lantai plesteran. Berikut penjelasannya :
1. Lantai Tegel
Tegel memiliki pola floral yang dapat dikombinasikan dengan bentuk polos.
Tegel juga dapat di desain dengan pola "border" dengan warna yang berbeda.
Tegel terbuat dari bahan dasar berupa campuran pasir dan semen. Ukuran :
20x20, 30x30,40x40. Tekstur dari lantai tegel umumnya datar, halus, pori-pori
pada permukaannya tidak tertutup. Warna dan motif beragam, umumnya
berwarna gelap & motifnya banyak pilihan. tegel dapat di terapkan pada bidang
lantai & dinding.
2. Lantai Kayu
Lantai kayu parket/parquet solid adalah bahan material yang terbuat dari 100%
kayu utuh serta kayu yang kuat, keras dan memiliki serat yang indah sehingga
cocok digunakan untuk lantai. Lantai kayu yang akan di gunakan pada urban
café yaitu lantai kayu Bengkirai dan Kruing.
Gambar 2.10 Lantai kayu parket (a) Lantai kayu Kruing, (b) Lantai kayu Bengkirai
Sumber : http://centralparquet.blogspot.com
P a g e 13 | 44
3. Lantai Plesteran
Plesteran adalah lapisan yang digunakan untuk menutupi suatu bidang
bangunan agar tingkat kekuatannya lebih kokoh. Memplester berarti melapisi
suatu bidang bangunan memakai adukan yang terbuat dari campuran semen,
pasir, dan air.
b. Dinding
Jenis-jenis material dinding yang akan di gunakan pada perancangan urban café
yaitu dinding bata exposed, dinding kayu, dinding kaca, dan dinding keramik.
1. Dinding bata exposed
Bata ekspos adalah batu bata merah seperti biasa yang terbuat dari tanah liat.
Namun mempunyai tingkat presisi yang tinggi dan pori yang sedikit.
Pembuatannya menggunakan mesin press lalu dibakar.
2. Dinding kayu
Penerapan kayu pada elemen dinding akan memunculkan atmosfir yang hampir
sama, hangat, homy, nyaman, tetapi mewah dan elegan. Tekstur dan warna
kayu yang khas dapat dikatakan matching untuk dipadukan dengan tekstur dan
warna apapun dari material yang lain.
P a g e 14 | 44
Gambar 2.13 Dinding Kayu
Sumber : www.google.com
3. Dinding kaca
Ada banyak cara pengaplikasian dinding kaca. Bingkai (frame) dapat
memberikan tampilan dinding kaca yang lebih kuat dan rapi. Bagi yang tidak
menyukai dinding kaca berbingkai, bisa memilih yang frameless atau
tanpa frame.
Gambar 2.14 Dinding Kaca (a) Dinding Kaca Berbingkai (b) Dinding Kaca tanpa Frame
Sumber : www.google.com
4. Dinding keramik
Keramik yang digunakan untuk melapisi dinding berbeda dengan keramik
lantai. Karena tidak digunakan untuk menopang benda yang berat seperti
keramik lantai, keramik dinding lebih tipis dibandingkan dengan keramik lantai.
c. Plafon
Jenis-jenis plafon yang akan di gunakan pada perancangan urban café yaitu plafon
kayu dan plafon gypsum
1. Plafon Kayu
Plafon kayu adalah salah satu media yang sering di cari dalam dunia interior
untuk menutupi atap pada suatu bangunan untuk memberikan suasana dalam
ruangan menjadi natural atau bisa disebut lambersering. Jenis kayu yang akan
digunakan pada plafon urban café adalah kayu bengkirai. Kayu bengkirai
termasuk dalam golongan kayu yang cukup kuat dan awet. Kayu ini sering
digunakan sebagai material konstruksi berat seperti atap kayu. Kayu
P a g e 15 | 44
bangkirai juga tahan terhadap cuaca sehingga cocok digunakan pada area
eksterior.
2. Plafon Gypsum
Kelebihan plafon gypsum yaitu cepat dalam pengerjaan dan hasilnya juga akan
lebih rapi karena sambungannya bisa dibuat tidak kelihatan sama sekali.Model
dan bentuk plafon juga bisa dibuat sesuai keinginan karena sudah tersedia
bermacam-macam lis profil,motif panel papan tengah dan material pendukung
lainnya.Bentuk plafon gypsum bisa dibuat dalam berbagai bentuk misalnya
bentuk bertingkat(drop ceiling), kubah(dome) dan lain-lain.
P a g e 16 | 44
1. Pintu Swing
Jenis pintu yang paling umum dan selalu digunakan di bangunan manapun
adalah pintu swing atau pintu kupu-kupu, yaitu pintu biasa yang dapat
membuka dan menutup dengan cara didorong ke depan atau ditarik kebelakang
dengan putaran satu arah maupun dua arah.
b. Jendela
Jendela adalah salah satu bukaan ruang yang berfungsi sebagai penghubung antara
ruang dalam dan ruang luar baik secara visual maupun sebagai sirkulasi udara dan
cahaya pada ruang tersebut. Jenis jendela yang akan diaplikasikan pada
perancangan urban café diantaranya adalah fixed window, Casement, Awning and
Hopper Window dan Pivoted Window.
1. Fixed Window
Adalah jendela yang tidak berventilasi sehingga hanya bisa memasukkan
sumber cahaya.
2.4.3 Sirkulasi
A. Sirkulasi Penghubung Ruang
Terdapat dua jenis sirkulasi penghubung ruang yang akan diterapkan pada
perancangan urban café yaitu menembus ruang dan berakhir dalam ruang.
P a g e 17 | 44
1. Menembus ruang
B. Pola Sirkulasi
Terdapat 4 jenis pola sirkulasi umum yang diantaranya adalah pola linear,
pola radial, pola spiral, pola network dan pola campuran. Pola sirkulasi yang akan
diterapkan pada urban café adalah pola linear, pola radial dan campuran.
1. Linear
2.4.4 Utilitas
2. Sistem pencahayaan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan
yang amandan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia.
Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek yang
dikerjakannya secara jelas dan cepat.
Menurut sumbernya, pencahayaan dapat dibagi 2 yaitu pencahayaan alami dan
pencahayaan buatan. Kedua jenis pencahayaan ini akan digunakan pada urban café
yang akan dirancang.
P a g e 19 | 44
1. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar
matahari yang masuk melalui jendela dan ventilasi.
2. Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber cahaya
selain cahaya alami. Pencahayaan buatan sangat diperlukan apabila posisi
ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami atausaat pencahayaan alami
tidak mencukupi. Pencahayaan buatan yang akan digunakan adalah
pencahayaan yang berasal dari jenis lampu downlight, pendant lamp, spot light.
1. Down light
Down Light adalah lampu yang bersembunyi / masuk kedalam / atau di
sebut juga lampu sembunyi. Populer sejak tahun 1930-an, Down
Light telah menjadi trend tersendiri untuk pancahayaan pada tiap bangunan
baik itu rumah tinggal , gedung , mall dan sebagainya. Keunggulan
downlight diantaranya pencahayaan terfokus, lebih terang dengan lampu
halogen, beraneka ragam.
2. Pendant lamp
Merupakan lampu yang tinggi rendahnya dapat disesuaikan dengan
kebutuhan. Biasa dipakai diruangan makan atau diruang keluarga. Jika
diletakkan diatas meja makan, ketinggian minimum sekitar 55- 60 cm dari
meja makan.
3. Spot Light
Merupakan armature lampu sorot dengan persebaran cahaya yang sempit
sehingga bias cahaya terfous di satu titik/searah. Fungsinya untuk
menerangi suatu objek pada ruangan agar objek tersebut terlihat elbih
menonjol.
3. Sistem Penghawaan
Sistem penghawaan dalam gedung terbagi menjadi dua jenis yaitu sistem
penghawaan alami dan seistem penghwaan buatan.
1. Penghawaan Alami
Penghawaan alami atau ventilasi alami adalah proses pertukaran udara di
dalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen bangunan yang terbuka.
P a g e 20 | 44
Sistem cross ventilation atau ventilasi silang adalah system penghawaan
ruangan yang ideal dengan cara memasukkan udara ke dalam ruangan melalui
bukaan penangkap angin dan mengalirkannya ke luar ruangan melalui bukaan
yang lain.Sistem cross ventilation akan diaplikasikan pada perancangan urban
café.
2. Penghawaan Buatan
Alternatif lain yang dapat digunakan dalam sistem penghawaan selain
penghawaan alami yaitu penghawaan Buatan. Penghawaan buatan diantaranya
adalah AC (Air Conditioner). Jenis AC yang akan digunakan dalam
perancangan urban café ini adalah AC split wall.
1. AC Split Wall
P a g e 21 | 44
2.4.5 Teori Warna
Warna adalah suatu aspek yang dapat menghidupkan ruang dan membentuk/
menciptakan kesan pada ruang. Warna-warna yang dominan terdapat pada Suku
Muriwhenua Ngati Kuri yaitu warna merah, biru, hijau, coklat, krem dan hitam.
Merah
Warna merah menciptakan kesan hangat pada sebuah ruangan. Akan tetapi, pilihan
tingkat kemerahan juga berpengaruh terhadap kesan tersebut. Misalnya, merah
cerah akan terasa lebih ceria dibandingkan merah tua. Selain itu, warna merah
dapat memberikan kesan romantic.
Biru
Secara umum, warna biru dapat menimbulkan kesan dingin dan sejuk. Warna ini
sesuai untuk diaplikasikan pada ruangan yang membutuhkan kesan dingin seperti
dapur. Selain biru, warna ungu juga memiliki karakter yang mirip sehingga dapat
dijadikan alternatif.
Hijau
Hijau merepresentasikan alam, keseimbangan, dan kemakmuran. Pengaruh warna
ini adalah memberikan ketenangan pikiran. Bahkan konon warna hijau bisa
menghalau datangnya mimpi buruk. Karenanya, warna hijau banyak dipakai di
kamar tidur. Tapi jangan terlalu banyak menggunakan hijau di rumah, karena akan
menimbulkan efek terlalu tenang, pendiam, malas, lambat/tidak cekatan, moody,
depresi, dan lemah lesu.
Coklat
Warna ini bersifat hangat dan bersahabat. Cukup aman digunakan untuk interior,
namun terkadang juga kaku. Coklat adalah warna bumi, memberikan kesan hangat,
nyaman dan aman. Namun selain itu, coklat juga memberikan kesan
‘sophisticated’ karena dekat dengan warna emas. Bisa di bayangkan kesan ‘mahal’
desain dengan kombinasi warna hitam dan coklat muda. Dan tidak lupa, coklat
juga bisa memberikan nuansa ‘dapat di andalkan’ dan ‘kuat’.
Hitam
Warna hitam atau abu-abu merepresentasikan sikap protektif, fomal, dan kuat.
Warna hitam menunjukkan adanya kepercayaan diri yang tinggi, kemauan yang
kuat, dan kekuasaan. Warna hitam dan abu-abu bisa digunakan di semua ruangan
dengan dikombinasikan bersama warna-warna lainnya.
P a g e 22 | 44
2.4.6 Syarat dan Kebutuhan Ruang
A. Dapur
Empat aspek yang perlu dipikirkan dalam membuat dapur yang
ergonomis adalah Kenyamanan, kesehatan, keamanan, produktivitas dan
efisiensi kerja. Ukuran-ukuran standar berbagai perabot dapur, yang kerap kali
dilalaikan meliputi hal berikut. (Aini, 2013)
1. Ukuran meja kerja.
Menurut Gilly Love (Aini, 2013), tinggi area kerja idealnya sama tinggi dengan
pinggang. Bahkan, bisa jadi lebih rendah jika digunakan untuk pekerjaan yang
lebih berat dari sekadar meracik bumbu; memasak misalnya. Pada kegiatan ini
ketinggian meja yang cukup rendah akan membuat lengan lebih mudah bekerja
saat mengaduk atau membolak-balik makanan di penggorengan atau panci.
2. Daya jangkau.
Permukaan meja kerja juga harus diperhatikan lebarnya. Daya jangkau tangan
manusia, khususnya wanita, ke depan adalah 85 cm. Sementara ke samping
antara 42cm - 62cm. Daya jangkau dalam bekerja akan memengaruhi efektivitas
bekerja. Selain itu, daya jangkau juga memengaruhi ketahanan tubuh dan lama
bekerja.
Zona segitiga kerja yang ergonomis di dapur berdasarkan blocking area dan
konfigurasi dapur juga bisa memengaruhi efisiensi dan ergonomi dalam dapur.
Keamanan kerja di dapur yakni area atau cabinet untuk penyimpanan benda
tajam dan benda mudah pecah harus dibedakan dan dipisah. Yang tidak kalah
penting adalah untuk keamanan pada area masak kemungkinan terjadinya
kebakaran dan ledakan pada tabung gas LPG. Makapenyimpanan tabung
tersebut sebaiknya jangan terlalu dekat dengan kompor dan harus ada saluran
udara yang cukup.
P a g e 23 | 44
Akses menuju dapur tidak harus berbentuk pintu –dengan daun pintu berbentuk
pivot yang membuka 90˚- namun harus memiliki lebar minimal 80cm.
Sementara lebar pintu yang direkomendasikan sekitar 85cm. Bila lebar bidang
kerja yang berada tepat di samping pintu mencapai 60cm, maka lebar pintu
minimal ditingkatkan menjadi 90cm. Selain itu, gerakan daun pintu jangan
sampai menghalangi bidang kerja atau bertabrakan dengan peralatan dapur,
misalnya pintu lemari es dan oven. Perhatikan pula posisi pintu dari
kelengkapan dapur lainnya, jangan sampai saling bertabrakan ketika dibuka.
Contoh : pergerakan pintu lemari kabinet dan pintu microwave. Oleh karena itu,
atur penempatan lemari dan perlengkapan dapur lain agar tidak saling
berhadapan.
B. Parkir
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai kriteria area parkir, perlengkapan area
parkir, dan cara parkir yang akan diterapkan pada Urban café ini.
1) Kriteria area parkir
Berikut adalah kriteria yang harus dipenuhi dari suatu area parkir :
Jumlah kendaraan yang akan ditampung sehingga diketahui perkiraan luas
yang dibutuhkan.
Ukuran dan jenis kendaraan yang akan di tamping
Terdapat penerangan yang cukup untuk malam hari, bisa menggunakan lampu
tiang setinggi 2 meter atau lampu mercury.
Terdapat ruang tunggu pengemudi/ sopir dan tempat sampah.
Terdapat pos penjagaan dan petugas jaga yang berkeliling.
Arah masuk dan keluar parkir harus jelas, tidak membingungkan, pengemudi,
dan tidak menyebebkan kecelakaan kendaraan.
P a g e 24 | 44
2) Perlengkapan area parkir
Perlengkapan yang akan di adakan pada area parkir urban café diantaranya
adalah :
Marka parkir, berupa garis utuh mengelilingi ruang parkir, bisa berwarna
kuning, garis putih atau warna yang terang.
Stopper, berfungsi untuk menahan roda mobil agar tidak kebablasan mundur
karena keterbatasan pandangan pengemudi.
P a g e 25 | 44
BAB III
METODE DESAIN
P a g e 26 | 44
kualitatif lebih dapat memberi kejelasan yang mendalam (deeper clearity) karena
didikung dengan pertanyaan – pertanyaan (5W 1H) seperti: apa, siapa, kapan, di mana,
mengapa, bagaimana? Ke dalam segala bidang yang ingin diteliti.
Penelitian dengan metode kuantitatif yaitu suatu kegiatan mengungkapkan fakta
dari suatu masalah bidang penelitian tertentu berdasarkan ukuran jumlah atau banyaknya
suatu data yang didukung dengan angka – angka tertentu dengan alat statistik dalam
mengolah data. Statistik terbagi menjadi dua macam yaitu statistik deskriptif dan statistik
inferensial atau analitik.
P a g e 27 | 44
3.4 Proses Desain
Dalam proses desain, terdapat 3 langkah yang harus dilewati yaitu Input, Proses kemudian
Output. Didalam ketiga langkah tersebut terdapat hal-hal yag harus diselesaikan tahap demi
tahap seperti yang tersaji dalam bagan dibawah ini :
1. Pengantar Karya
Masalah 2. Gambar Keja :
a) Layout & Denah 2 lantai
b) Potongan 4 Jenis (Memperlihatkan
hubungan ruang yang penting
c) Detai Ruang : 4 ruang (1 denah & 2
potongan)
d) Detail Brand : segala detail yang
relevan dengan brand.
e) Rencana dan detail
f) 3d Interior : 4 Jenis Ruangan
g) Animasi : min. 50 detik
P a g e 28 | 44
BAB IV
ANALISA DATA LAPANGAN DAN PEMBANDING
P a g e 29 | 44
yang didominasi oleh pekerja swasta, mahasiswa dan pelajar sangat berpengaruh pada
lokasi pengadaan urban café.
Nomor Kriteria
No Kriteria Nilai Rank bobot
1 2 3 4 5 6
1 Tingkat kepadatan penduduk X 1 1 1 1 1 5 1 10
2 Tingkat kepadatan jalan 0 X 0 0 0 0 0 4 7
3 Dekat dengan pusat kota 0 1 X 0 0 0 1 3 8
4 Dekat dengan Bandara 0 1 1 X 1 0 3 2 9
5 Banyaknya Fasilitas sejenis 0 1 1 0 X 1 3 2 9
Mata Pencaharian (Pekerja 2
6 swasta/negeri, Mahasiswa, 0 1 1 1 0 X 3 9
Pelajar)
X : Kriteria Sama , 1 : Kriteria Lebih Penting, 0 : Kriteria Kurang Penting
Terdapat 2 (dua) site yang menjadi alternative tempat perancangan urban café. Aternatif
pertama adalah site yang berda di Jalan Sunset road dan alternative kedua adalah site
yang berada di Jalan By Pass Ngurah Rai, Jimbaran.
Penilaian Alternatif
rank
P a g e 30 | 44
Dari hasil Analisa diatas, diantara kedua alternative site dengan 6 (enam) kriteria yang
ada, site terbaik untuk pengadaan urban café adalah site yang berada di Jalan By Pass
Ngurah Rai, Jimbaran.
Lokasi Site
P a g e 31 | 44
Adapun Batasan-batasannya sebagai berikut : bagian utara dari site adalah gang kecil dan
rumah makan, bagian selatan adalah sebuah toko dan rumah warga, bagian timur adalah
tanah kosong yang ditumbuhi banyak tanaman, bagian barat adalah jalan raya unud dan
Bali Paragon Resort.
Analisis Site
Analisis bertujuan untuk mengevaluasi kondisi site, sehingga nantinya akan muncul
permasalahan dan potensi yang terdapat pada site. Analisis site meliputi dua factor utama,
yaitu factor alam dan factor lingkungan (kultur dan budaya).
P a g e 32 | 44
a) Faktor Alam
Faktor alam meliputi topografi, dasar geologi, hidrografi, fauna dan iklim (orientasi
matahari, curah hujan, kelembapan, arah angina, temperature udara dan tekanan udara)
1) Iklim
U Site memiliki
tanah yang datar
P a g e 33 | 44
b) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi tata guna lahan, lalu lahan, lalu lintas, dan traffic.
1) Tata Guna Lahan
P a g e 35 | 44
Masuk dan Membaca Makan
Parkir memilih menu lalu dan
tempat duduk memesan minum
Membayar
Pulang pesanan
4.3.3 Sisterfield
A. Data Fisik
Sisterfield berada di Jalan Kayu Cendana 7, Denpasar, Bali. Café ini memiliki
3 (tiga) area makan, yaitu area beranda/semi outdoor yang berada didepan café,
yang kedua yaitu area indoor meliputi kasir, display etalase, dapur bar, dapur
P a g e 36 | 44
utama dan toilet, yang ketiga adalah area outdoor yang berada dibagian
belakang dari café.
Deskripsi dan Analisa ruang dari Sisterfield: Terlampir
B. Data Non Fisik
Data non fisik berupa Analisa penulis terhadap akhtivitas pegunjung yang
paling banyak di lakukan. Data non fisik dari Sisterfield sama seperti data pada
9/11 Café & Concept Store
P a g e 37 | 44
BAB V
PROGRAM PERANCANGAN INTERIOR
P a g e 38 | 44
3. Pendekatan aktivitas yaitu segala aktivitas yang meliputi datang, memesan
makanan, makan & minum, bersantai, membuat tugas, mengadakan acara reuni atau
acara keluarga didalam cafe.
Tema BumTeTa of History ini akan menciptakan suasana yang lapang, luas, sejuk
pada urban café yang dirancang. Seluruh elemen yang ada pada urban café akan
menggambarkan sesuatu yang alami dengan sentuhan suasana pantai yang segar.
2) Penjabaran Konsep
Konsep yang terpilih untuk diaplikasikan dalam perancangan urban café ini adalah
Ngati Kuri’s Art yang berarti seni dari Suku Ngati Kuri. Seni dari Ngati Kuri
P a g e 39 | 44
merupakan cara cerdas orang-orang Ngati Kuri dalam upaya melindungi diri dan
melakukan penyerangan pada musuh. Konsep ini akan menggambarkan kisah dari
Suku Ngati Kuri yang di tuangkan dalam bentuk visual yang bertujuan untuk
membuat pengunjung yang berkunjung ke urban café ini dapat merasa relaks dan
dapat menyelesaikan permasalahnya. Konsep Ngati Kuri’s Art ini juga bertujuan
untuk menjawab permasalahan urban yang diantaranya adalah aktivitas monoton,
rentan terhadap stress, sibuk dan membutuhkan relaksasi.
Adapun bentuk-bentuk dasar yang diadopsi pada konsep ini, pertama adalah
bentuk dan karakteristik dari ikan paus, merupakan hewan yang sangat dicari oleh
seluruh suku dan dikatakan sebagai pembawa keberuntungan, kedua adalah bentuk
dan karakteristik dari telapak kaki yang merupakan bagian dari kisah bernama
Tumatahina, ketiga adalah karakteristik kulit anjing yang berbulu dan warna dari
kulit anjing yang diantaranya adalah coklat, krem dan hitam, keempat adalah pola
yang diadopsi dari cara suku ngati kuri menyerang musuhnya yaitu melakukan
penyerangan searah dari belakang, membentuk pola melingkar/ mengelilingi
sesuatu.
P a g e 40 | 44
Tanaman yang dominan ada pada urban café adalah jenis pohon ketapang dan kiara
payung sebagai tanaman peneduh, pandan pantai, tanaman gantung lee kwan yew
dan garlic vine.
Gambar 5.2 Tanaman pada perancangan Urban Café, (a) Pohon Ketapang, (b) Pohon Kiara
Payung, (c) Lee Kwan Yeew, (d) Garlic Vine
Sumber : www.google.com
Kemudian akan di berikan visual hongi (cara bersalaman orang maori) pada pintu,
yang memiliki makna bahwa setiap pengunjung yang memasuki café merupakan
bagian dari café dan pengunjung akan merasa nyaman layaknya berada dirumah
sendiri.
3. Aplikasi tema dan konsep pada lantai, dinding dan plafon urban café
Lantai, dinding dan plafon merupakan elemen utama pembentuk ruang. Aplikasi
tema dan konsep pada lantai yaitu motif lantai tegel yang akan mengadopsi bentuk
gigi ikan paus yang runcing. Sedangkan pada dinding akan diadopsi bentuk dari
salah satu cara berbakaian suku ngati kuri saat menari. Selain itu akan dibuat dinding
P a g e 41 | 44
dengan tekstur saling menumpuk seperti bentuk bulu pada kulit anjing dan salah satu
dinding juga akan diaplikasikan penggunaan tali tambang yang merupakan material
lokal Suku Ngati Kuri.
Plafon pada urban café akan dibuat plafon menyerupai goa yang merupakan tempat
persembunyian Suku Ngati Kuri.
4. Aplikasi tema dan konsep pada tata letak meja dan kursi pengunjung urban
café
Meja dan kursi pengunjung dominan dibentuk seperti jejak kaki yang tercipta saat
berjalan.Selain itu akan di letakkan lebih banyak meja untuk berkelompok untuk
mengaplikasikan konsep Ngati Kuri’s Art. Peletakan kursi dan meja dibuat berada
diatas pasir pantai agar pengunjung merasakan seolah-olah ada di pantai.
5.2 Programing
Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai programing yang meliputi program
civitas, aktivitas, kebutuhan ruang, studi luasan ruang, hubungan ruang, soning dan
sirkulasi.
5.2.1 Analisa Programing
Data Terlampir
P a g e 42 | 44
5.2.4 Soning
Dibawah ini merupakan gambar dari soning lantai dasar dan lantai dua.
5.2.5 Sirkulasi
Dibawah ini merupakan gambar dari sirkulasi pengunjung dan staff pada lantai
dasar dan lantai dua.
STAFF
PENGUNJUNG
P a g e 43 | 44
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Masyarakat urban merupakan masyarakat yang hidup di area urban atau
perkotaan. Menurut Soekanto, masyarakat urban memiliki ciri-ciri dalam social culturenya,
perubahan-perubahan social tampak nyata di lingkungan masyarakat urban. Masyarakat
urban adalah tipe masyarakat pekerja yang sibuk, rentan terhadap stress, cenderung
individualis. Oleh karena itu, dibutuhkan café yang dapat membantu masyarakat urban
untuk merilekskan pikiran mereka dari stress, dan dapat memberikan suasana berbeda yang
nyaman. Dalam perancangan ini, selain merupakan tempat makan yang unik, disediakan
pula fasilitas terapi ikan untuk pengunjung gunakan sebagai area relaksasi, selain itu
disediakan pula working area bagi freelancer yang ingin berkerja dengan suasana yang
santai dan penuh inspirasi.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah disimpulkan diatas dan dalam upaya
perancangan urban cafe, dikemukakan saran sebagai berikut.
Dalam merancang sebuah urban café sangat diperlukan bagi perancang mengetahui
sasaran pasar, lokasi perancangan café, kecenderungan aktivitas pengunjung yang akan
mendatangi café, dan kebutuhan dari masyarakat urban. Karena hal-hal tersebut sangat
berkaitan dengan bentuk bangunan, sirkulasi, fasilitas yang harus ada didalam urban café
dan tentu saja kenyamanan dari civitas.
P a g e 44 | 44