NPM: 150510220349
GUIDING QUESTION 4A
5. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam proses pencarian inang oleh
serangga hama?
6. Apa saja organ tubuh serangga yang terlibat dalam mekanisme penemuan dan
a. Pengaruh positif
b. Pengaruh negatif
10. Jelaskan interaksi multitrofik antara tumbuhan, serangga herbivor dan musuh alami
jawab
3. Interaksi antara serangga dan tumbuhan sangat kompleks dan beragam, dan dapat
dikategorikan menjadi beberapa tipe interaksi, di antaranya:
Polinasi: Ini adalah salah satu interaksi yang paling penting antara serangga dan
tumbuhan. Serangga seperti lebah, kupu-kupu, dan lalat, mengunjungi bunga
tumbuhan untuk mencari makanan seperti nektar dan serbuk sari. Saat melakukan itu,
mereka membawa serbuk sari dari satu bunga ke bunga lainnya, membantu tumbuhan
melakukan fertilisasi dan menghasilkan buah dan biji baru.
Herbivori: Beberapa jenis serangga seperti ulat dan belalang, memakan daun dan
bagian tumbuhan lainnya. Ini dapat merusak tanaman dan mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan mereka.
Mutualisme: Interaksi mutualisme terjadi ketika kedua pihak saling menguntungkan
satu sama lain. Contoh dari interaksi ini adalah hubungan simbiosis antara semut dan
tumbuhan yang menghasilkan madu (meliaceae). Tumbuhan menyediakan semut
dengan makanan dalam bentuk nektar, sedangkan semut membantu melindungi
tumbuhan dari serangga herbivora dan mengusir hewan lain yang ingin memakan
daun dan bagian tumbuhan lainnya.
Parasitisme: Interaksi parasitisme terjadi ketika serangga menggunakan tumbuhan
sebagai tempat untuk bertelur dan berkembang biak, sehingga merugikan tumbuhan.
Contohnya adalah kutu daun, yang dapat merusak tanaman dengan mengisap sari-sari
makanan yang terdapat di dalam jaringan tumbuhan.
Predasi: Beberapa jenis serangga seperti kumbang predator dan tawon, memangsa
serangga lain yang merusak tanaman, sehingga membantu mengendalikan populasi
serangga pengganggu.
Interaksi antara serangga dan tumbuhan memiliki arti penting yang besar bagi
keberlangsungan hidup keduanya, dan juga membantu menjaga keseimbangan
ekosistem di mana mereka hidup.
5. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pencarian inang oleh serangga hama,
di antaranya:
Faktor lingkungan: Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan cuaca dapat
mempengaruhi aktivitas serangga hama dalam mencari inang. Serangga hama
cenderung lebih aktif saat suhu dan kelembaban ideal untuk aktivitas mereka.
Faktor musim: Musim juga dapat mempengaruhi aktivitas serangga hama dalam
mencari inang. Beberapa serangga hama lebih aktif pada musim tertentu, seperti saat
musim tanam atau saat musim panen.
Faktor keberadaan inang: Keberadaan inang yang cocok untuk serangga hama akan
mempengaruhi aktivitas mereka dalam mencari inang. Serangga hama akan mencari
inang yang paling mudah dijangkau dan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan
lingkungan yang mereka butuhkan.
Faktor bau dan aroma: Bau dan aroma dari inang dapat mempengaruhi serangga hama
dalam mencari inang. Beberapa serangga hama seperti kutu daun, mengikuti jejak bau
yang ditinggalkan oleh inang sebelumnya untuk menemukan inang baru.
Faktor visual: Beberapa serangga hama, seperti lalat buah, lebih banyak mencari
inang berdasarkan tampilan dan bentuk inang daripada bau atau aroma.
Faktor genetik: Serangga hama memiliki informasi genetik yang terprogram untuk
mencari inang dan kebutuhan nutrisi tertentu. Faktor genetik dapat mempengaruhi
preferensi inang dan perilaku serangga hama dalam mencari inang.
Semua faktor ini saling terkait dan saling mempengaruhi dalam proses pencarian
inang oleh serangga hama. Memahami faktor-faktor ini dapat membantu dalam
pengembangan strategi pengendalian serangga hama yang lebih efektif.
6. Ada beberapa organ tubuh serangga yang terlibat dalam mekanisme penemuan dan
pemilihan inang oleh serangga, di antaranya:
Antena: Antena adalah organ tubuh serangga yang sangat penting dalam proses
penemuan inang. Antena serangga mengandung ribuan reseptor yang dapat
mendeteksi bau, rasa, suara, dan getaran lingkungan sekitar.
Mata: Mata serangga juga sangat penting dalam proses penemuan inang. Mata
serangga dapat mendeteksi cahaya dan warna, serta membantu serangga dalam
navigasi dan orientasi di lingkungan sekitar.
Mulut dan alat pengisap: Mulut dan alat pengisap serangga seperti probosis dan
mandibula digunakan untuk mencari, memilih, dan menyerang inang. Alat pengisap
serangga juga digunakan untuk menghisap nutrisi dari inang.
Kaki: Kaki serangga digunakan untuk bergerak di sekitar lingkungan sekitar dan
mencari inang. Beberapa serangga hama seperti lalat buah menggunakan kaki mereka
untuk merasakan getaran dan bau dari buah yang diinfestasi.
Organ olfaktori: Organ olfaktori seperti sensilla di antena, tarsus, dan bagian tubuh
lainnya juga berperan dalam penemuan dan pemilihan inang oleh serangga. Organ ini
dapat mendeteksi bau dan aroma dari inang dan lingkungan sekitar.
Semua organ tubuh serangga tersebut bekerja secara terintegrasi untuk membantu
serangga dalam mencari, memilih, dan menyerang inang. Keterlibatan organ-organ
tersebut dalam mekanisme penemuan dan pemilihan inang dapat berbeda-beda
tergantung pada spesies serangga dan inang yang menjadi targetnya.
7. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi serangga dalam menerima tanaman tertentu
sebagai inangnya, di antaranya:
Ketersediaan nutrisi: Serangga memilih tanaman yang dapat memberikan nutrisi yang
dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang. Beberapa serangga hama memiliki
preferensi nutrisi tertentu, misalnya kutu daun yang lebih memilih tanaman yang
mengandung banyak nitrogen.
Faktor lingkungan: Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan cahaya dapat
mempengaruhi preferensi serangga dalam memilih tanaman. Beberapa serangga hama
cenderung lebih aktif pada kondisi lingkungan tertentu, seperti kelembaban yang
tinggi.
Faktor bau dan aroma: Serangga hama dapat mendeteksi bau dan aroma dari tanaman,
yang dapat mempengaruhi preferensi mereka dalam memilih inang. Misalnya, kutu
kebul lebih tertarik pada tanaman yang memiliki aroma khas, seperti lavender.
Faktor genetik: Serangga hama memiliki preferensi inang yang terprogram dalam
genetika mereka. Beberapa serangga hama lebih suka menyerang tanaman tertentu
karena memiliki ketahanan yang rendah terhadap serangga hama tertentu.
Faktor pengalaman: Serangga hama dapat belajar dan memilih inang berdasarkan
pengalaman sebelumnya. Misalnya, jika serangga hama telah menemukan inang yang
cocok untuk mereka pada waktu sebelumnya, mereka cenderung kembali ke inang
tersebut.
Semua faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi preferensi serangga
dalam memilih tanaman sebagai inang. Memahami faktor-faktor ini dapat membantu
dalam pengembangan strategi pengendalian serangga hama yang lebih efektif.
8. ..
a. Pengaruh terhadap morfologi tumbuhan:
Serangga dapat mempengaruhi morfologi tumbuhan melalui serangan langsung
maupun tidak langsung. Serangan langsung seperti pengisapan getah atau pemakanan
daun, dapat menyebabkan kerusakan pada tumbuhan seperti daun yang berlubang-
lubang atau bunga yang rusak. Serangan tidak langsung seperti penyebaran virus atau
bakteri melalui gigitan serangga juga dapat mempengaruhi morfologi tumbuhan.
b. Pengaruh perubahan metabolism tumbuhan:
Serangga dapat mempengaruhi metabolisme tumbuhan melalui kerusakan yang
ditimbulkan pada bagian-bagian tumbuhan seperti daun dan akar. Kondisi stres akibat
serangan serangga dapat memicu perubahan metabolisme tumbuhan seperti
peningkatan kadar hormon jasmonat dan asam salisilat yang memicu respons
pertahanan tumbuhan.
c. Reaksi fisik tumbuhan:
Tumbuhan memiliki respons fisik yang berbeda terhadap serangan serangga, seperti
menggulung daun, menghasilkan rambut halus, atau menghasilkan lendir. Respons ini
membantu tumbuhan dalam melindungi diri dari serangan serangga.
d. Reaksi kimia tumbuhan:
Serangan serangga dapat memicu tumbuhan untuk menghasilkan senyawa kimia
tertentu sebagai respons pertahanan, seperti alkaloid, terpenoid, dan fenolik.
Senyawa-senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pestisida alami untuk melindungi
tumbuhan dari serangan serangga.
Secara keseluruhan, serangga dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tumbuhan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan memicu respons
tumbuhan yang beragam seperti perubahan morfologi, metabolisme, respons fisik, dan
respons kimia.
9. a. Pengaruh positif:
b. Pengaruh negatif:
Tumbuhan juga dapat memberikan pengaruh negatif terhadap serangga, terutama jika
tumbuhan tersebut menghasilkan senyawa kimia yang bersifat toksik atau menjadikan
serangga sebagai mangsanya.
Secara keseluruhan, tumbuhan dapat memberikan pengaruh baik dan buruk terhadap
serangga, dan memiliki mekanisme pertahanan tertentu untuk melindungi diri dari
serangan serangga. Sedangkan serangga berevolusi dalam merespons tumbuhan, dan
beberapa bahkan menjadi spesialis dalam memakan jenis tumbuhan tertentu.
10. Interaksi multitrofik adalah interaksi antara tiga atau lebih tingkat trofik dalam sebuah
ekosistem. Salah satu contoh interaksi multitrofik yang umum terjadi adalah interaksi
antara tumbuhan, serangga herbivora, dan musuh alami serangga herbivora.
Contoh kasus yang menarik adalah interaksi antara tanaman tomat, serangga
herbivora seperti ulat grayak (Spodoptera litura), dan musuh alami seperti beberapa
jenis parasitoid (misalnya Cotesia plutellae). Ulat grayak adalah salah satu hama
penting pada tanaman tomat yang dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan pada
tanaman. Namun, tanaman tomat memiliki kemampuan untuk mengeluarkan senyawa
kimia sebagai respons terhadap serangan ulat grayak.
Senyawa kimia ini, seperti metanol dan beberapa jenis asam amino, dapat
menarik beberapa jenis parasitoid, seperti C. plutellae. Parasitoid ini memanfaatkan
ulat grayak sebagai inangnya dan mengendapkan telurnya pada ulat grayak. Setelah
telur menetas, larva parasitoid akan memakan ulat grayak dari dalam dan
membunuhnya. Tanaman tomat juga dapat meningkatkan produksi senyawa kimia
dalam respons terhadap serangan ulat grayak jika serangan semakin parah.
Melalui interaksi multitrofik ini, tanaman tomat memanfaatkan musuh alami
untuk mengendalikan populasi ulat grayak dan mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Selain itu, parasitoid juga mendapatkan sumber makanan dari inangnya,
yaitu ulat grayak.
Dalam interaksi multitrofik, tumbuhan dapat berperan sebagai produsen,
serangga herbivora sebagai konsumen tingkat satu, dan musuh alami serangga
herbivora sebagai konsumen tingkat dua. Interaksi ini menunjukkan betapa
kompleksnya hubungan antara makhluk hidup di dalam sebuah ekosistem dan
bagaimana interaksi tersebut dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dari setiap
tingkat trofik di dalamnya.