Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH INTERAKSI HAMA PADA TANAMAN

“SELEKSI TANAMAN INANG”

Disusun Oleh :

Fadhilah Rahmah Aprianti

150320190003

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRONOMI
2019
SELEKSI TANAMAN INANG

Proses Pemilihan Tanaman Inang

Hubungan serangga dengan tanaman merupakan salah satu interaksi biotik dalam suatu
komunitas. Interaksi biotik tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Interaksi tersebut
merupakan suatu evolusi ekstensif sebagai suatu bentuk survival untuk mempertahankan
keberadaannya (Pieterse dan Dicke 2007).

Bila dilihat dari hubungan taksonomi tanaman inangnya, maka dikenal tiga kelompok serangga
herbivora, yaitu : 1) Monofag; yaitu tanaman inangnya hanya satu jenis tanaman/sedikit jenis
tanaman yang berdekatan sesama genus. 2) Oligofag; yaitu tanaman inangnya berupa jenis
tanaman dari beberapa genus sesama famili, dan 3) Polifag; yaitu tanaman inangnya banyak
jenis dari famili-famili yang berbeda atau dari ordo yang berbeda.

Hubungan antara serangga dan tanaman dapat dilihat dari segi perilaku dan fisiologi serangga
serta sifat tanamannya sendiri. Sifat perilaku serangga herbivora yang penting dalam kaitannya
dengan interaksi serangga dan tanaman adalah tentang bagaimana langkah-langkah serangga
dalam memberikan tanggapan (respon) terhadap rangsangan (stimuli) dari tanaman sehingga
serangga herbivora datang dan memakan tanaman tersebut. Menurut Kogan (1982), ada lima
langkah yang dilaksanakan oleh serangga herbivora dalam mendapatkan tanaman inangnya,
yaitu habitat inang, penemuan inang, pengenalan inang, penerimaan inang, dan kelayakan inang.

Proses serangga dalam memilih tanaman inang dapat diasumsikan seperti gembok dan kunci,
dimana tanaman inang sebagai gemboknya dan serangga sebagai kuncinya. Dethier (1988)
mengatakan bahwa sistem gembok dan kunci ini dalam interaksi serangga terhadap tanaman
dapat berjalan baik bila respon perilaku keduanya sesuai.

Proses pemilihan inang ini bukan hanya bagaimana menanggapi sinyal positif (kairomon) atau
menghindari sinyal negatif (allomonc) saja. Proses ini adalah hasil integrasi antara beberapa zat
kimia tanaman dengan faktor internal serangga. Setiap jenis serangga memiliki sistem sensor
yang unik sebagai bagian penting dalam mengenali tanaman inangnya dalam kondisi lingkungan
tertentu.

 Sequential Behavior (Perilaku Sequential)

Pemilihan inang adalah serangkaian perilaku sebagai respon paradigma serangga terhadap
rangsangan tanaman. Setiap aktivitas dalam rangkaian perilaku membawa serangga ke
dalam situasi di mana pada tiap respon rangsangan yang sesuai akan mengarah ke aktivitas
berikutnya, Ini adalah proses catenary (Kennedy 1965) yang melibatkan: penyebaran,
penemuan inang, pengenalan inang, penerimaan atau konsumsi inang, kesesuaian inang
sebagai sumber makanan atau oviposisi (Miller dan Strickler 1984). Istilah-istilah yang
digunakan dalam proses pemilihan inang hampir mirip dengan kategori (pencarian,
pertemuan, pengejaran, dan penanganan) yang digunakan dalam teori pencarian makan
yang optimal (Schoener 1971. Stanton 1983).

Beberapa hasil penelitian menguraikan perilaku pencarian tanaman inang oleh serangga
pada umumnya dibantu oleh integrasi antara penglihatan dan sinyal bau, namun sinyal
berupa bau-bauan dari tanaman inang mempunyai peranan yang lebih besar dibandingkan
dengan penglihatan. Rangsangan kimia dari tanaman inang berperan penting dalam
pengenalan inang oleh serangga, yakni menarik serangga herbivora untuk datang dan
hinggap pada tanaman inang tersebut (Tholl et al 2011; Gitau et al 2013; Nishida 2014) dalam
Sulaeha, 2018).

 Habitat Finding (Penemuan Habitat Inang)

Serangga hama menemukan habitat inang melalui cara-cara yang umumnya tidak ada
kaitannya dengan inang itu sendiri. Rangsangan berupa fisik (cahaya, angin, gaya tarik bumi,
suhu dan kelembaban) membantu mengarahkan serangga yang sedang terbang ke tempat
dimana terdapat tanaman inangnya. Begitu habitat umum ditemukan maka serangga
kemudian dengan menggunakan indera penglihatan dan penciuman dapat menemukan
inangnya. Serangga dewasa/imago terbang mencari sumber makanan bukan untuk dirinya
sendiri melainkan untuk sumber makanan generasi berikutnya dimana imago akan
meletakkan telur pada inang yang tepat dan setelah telur menetas pradewasa tercukupi
kebutuhannya.

 Host Plant Finding (Penemuan Tanaman Inang)

Setelah melewati fase penyebaran dan migrasi, serangga fitopag secara tingkah laku dan
fisiologi akan melakukan fase berikutnya yaitu pencarian inang. Istilah ‘find’ masih digunakan
(Thorsteinson 1960, Beck 1965) dalam mendeskripsikan fenomena serangga yang telah
menemukan atau telah dekat dengan inangnya.

Proses dalam menemukan inang ini bertujuan agar serangga memiliki perilaku yang dapat
membangun dan mempertahankan kedekatan dengan habitat yang diinginkan sehingga
serangga menemukan inangnya yang sesuai. Untuk dapat menemukan inang kebanyakan
serangga hama mengandalkan sinyal visual (warna, bentuk, dan ukuran) serta kimia
(aroma). Penemuan jarak jauh umumnya melibatkan warna, bentuk tanaman, atau bagian
tanaman inang, sedangkan penemuan jarak dekat umumnya hanya melibatkan faktor kimia.’

Tanaman memiliki karakteristik kimia yang spesifik pada taksa tertentu (Harborne and Turner
1984). Zat kimia yang dikeluarkan tanaman merupakan zat yang digunakan serangga dalam
mengenal inangnya. Senyawa sulfur yang tidak mudah menguap (glukosinolat) merupakan
senyawa yang dimiliki tanaman famili Crucifer (cruciferous) dimana beberapa spesifik
serangga mampu mengetahui keberadaan inangnya melalui senyawa tersebut. Serangga
tertentu menggunakan senyawa tersebut untuk menginduksi makanan dan / oviposisi, seperti
Pieris rapae, Delia radicum, Delia floralis, Psyliodes chrysocephala (Koritas dkk 1991, Trayier
dan Truscott 1991 Birch dkk 1992, Roessingh dkk 1992). Homoptera seperti wereng dan lalat
putih diketahui merespons rangsangan melalui penciuman dan visual ketika dari jarak dekat
atau menyentuh tanaman inang (Nottingham et al 1991). Sebagian besar informasi yang
dipublikasikan menekankan daya tarik volatil tanaman terhadap herbivora (Metcalf 1986).

Pencarian tanaman inang di waktu yang tepat dan tempat yang tepat merupakan hal yang
sangat penting dalam proses penemuan inang karena sumber makan banyak tersedia
secara berkala tidak terus menerus. Selain itu, pencarian dapat didasarkan pada rangsangan
yang berasal dari sumber makanan atau ritme pencarian serangga dan keadaan fisiologis
serangga. Oleh karena itu, serangga biasanya tidak akan mencari makan ketika kenyang
dan pada saat periode inaktif, bahkan pada saat serangga menerima dan merasakan isyarat
spesifik dari sumber makanan (Southwood 1978a).

Faktor eksternal juga dapat mempengaruhi serangga dalam proses pencarian inangnya.
Perilaku serangga dalam mencari inang dapat terpengaruh oleh faktor abiotik seperti
temperatur, kelembaban, dan radiasi sinar (matahari). Contohnya pada serangga betina
Pieris rapae dimana menahan diri untuk tidak meletakkan telur pada saat cuaca dalam
keadaan mendung (Gossard and Jones 1977). Tetapi pada saat hari pertama cuaca cerah,
serangga betina mencari tanaman inang untuk memulai meletakkan telurnya. Faktor biotik
mempengaruhi pola termasuk distribusi dan ketersediaan, kualitas sumber makanan, serta
pengaruh serangga lain di dalam lingkungan mereka. Jumlah sumber makanan yang
ditemukan serangga sebanding dengan jumlah yang tersedia dalam ruang dan waktu.
Tekstur dari tanaman inang/sumber makanan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku serangga pitopag dalam mencari inangnya. Tekstur sumber makanan juga
mempengaruhi kemampuan serangga dalam meresponnya dengan berbagai cara.
tergantung pada strategi pencarian mereka dan mekanisme persepsi mereka. Contohnya
yaitu herbivora yang tanaman inangnya sudah spesifik (monopag) akan kebingungan
ataupun terjadi penolakan oleh tanaman yang bukan inangnya dalam pertanaman yang
beragam (Stanton, 1983). Sedangkan herbivora polifag yang berada dalam pertanaman
yang beragam tidak terganggu dalam proses pemilihan tanaman inangnya.

 Host Recognition (Pengenalan Inang)

serangga mencoba mencicipi (respon kimiawi) dan meraba-raba (respon fisik) tanaman
untuk mengetahui kesesuaiannya sebagai sumber makanan. Apabila ternyata tanaman
tersebut sesuai, maka serangga akan meneruskan aktivitas makannya. Proses seleksi inang
dilakukan oleh imago. Imago umumnya mempunyai sayap sehingga mampu melakukan
penerbangan jauh. Larva adalah tujuan dilakukannya seleksi inang oleh imago, agar
mendapatkan makanan untuk pertumbuhannya. Pengenalan inang berdasarkan insting,
hubungan sensor dengan kimia tanaman. Penglihatan serangga kurang kemampuan, tetapi
penciuman (organ olfaktory) lebih baik bekerja. Chemical communication hal utama bagi
serangga. Contoh lain yaitu nyamuk. Nyamuk sensitif terhadap bau-bauan. Lampu yang
tetap dinyalakan tidak menjadi masalah bagi nyamuk. Nyamuk datang pada kondisi gelap
atau terang karena tertarik oleh bau (odor) manusia. Pengetahuan ini dapat dimanfaatkan
dengan membuat repelen odor yang tidak disukai nyamuk agar dia tidak datang.

 Host Acceptance (Penerimaan Inang)

Penerimaan inang. apabila rangsangan berbagai senyawa kimiawi tanaman berdasarkan


pengujian oleh serangga dapat diterima, maka tanaman yang diuji tersebut akan diterima
sebagai inang atau makanan. Beberapa faktor fisik yang mempengaruhi proses penerimaan
inang, misalnya kondisi daun, keras atau tidaknya permukaan daun, lapisan lilin pada
permukaan daun, dan pubescence ( kepadatan dan tipe bulu daun).

Menurut Schoonhoven et al. (2005) dalam Sulaeha (2018), dalam tahapan pemilihan inang
oleh serangga, dari jarak jauh serangga akan dipandu oleh senyawa volatil untuk mendekati
inang. Akan tetapi, kecocokan dan kesesuaian inang sangat menentukan suatu tanaman
tersebut akan dipilih sebagai inang. Meskipun terdapat kecocokan inang dari segi morfologi,
namun kondisi nutrisi tidak mendukung untuk keturunanya maka tanaman tersebut tidak
akan dipilih sebagai inangnya. Hal yang sama diuraikan Jang (2002) bahwa meskipun lalat
buah tertarik dengan isyarat bau pada tanaman inang, akan tetapi dalam penetrasi oviposisi
akan bergantung pada kombinasi beberapa faktor seperti kekerasan jaringan, tahap
kematangan inang, dan ketersediaan inang.

Sensory Modalities (Modalitas Sensorik)

Serangga fitofag, dalam pilihan makanannya, berkisar dari inang yang beragam hingga yang
khas. Mereka menanggapi warna tanaman, sentuhan, dan isyarat kimia dengan
memanfaatkan satu atau beberapa modalitas indera mereka termasuk penglihatan,
mekanoresepsi, penciuman, pengecapan, dan bentuk sinyal lainnya (Schneider, 1987,
Ramaswamy 1988). Pengoperasian empat indera utama tergantung pada jarak serangga
dari sumber tanaman. Modalitas seperti penglihatan dan penciuman diperkirakan beroperasi
dalam jarak yang dekat dari sumbernya, sedangkan mekanoreception dan gustation
memerlukan kontak langsung dengan substrat (Finch 1980, Prokopy dan Owens 1983).
Lebih lanjut, serangga dengan pola siklus hidup yang bervariasi (mis. Apterygota,
Hemimetabola, dan Holometabola) memanfaatkan modalitas indera mereka secara berbeda
satu sama lain (Mitchell 1981). Jika senyawa kimia yang keluar dari sel tanaman dirasa
sesuai, maka kegiatan makan akan terus berlanjut, yang kadang-kadang menimbulkan
kerusakan bagi tanaman inang yang sekaligus menimbulkan kerugian bagi
petani/pengusaha tanaman. Beberapa senyawa kimia tumbuhan, terutama senyawa volatile
berperan penting terutama untuk proses makanan serangga ini.

 Host Suitability (Kesesuaian/Kelayakan Inang)

Tanaman dianggap sesuai apabila nutrisi yang terkandung di dalam tanaman sangat cocok
sebagai sumber makanan untuk kehidupan dan perkembangbiakan serangga secara
optimal, dan tidak mengandung zat racun yang merugikan. Selain sebagai tempat hidup
serangga, tanaman juga berfungsi sebagai tempat berlindung.

Anda mungkin juga menyukai