Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
Perkerasan jalan merupakan lapisan yang berada di atas tanah dasar yang
dipadatkan yang berfungsi untuk memikul beban lalu lintasnya ke tanah dasar
agar beban yang diterima tanah dasar tidak melebihi daya dukung tanah yang
lebih luas dibandingkan luas kontak roda dengan perkerasan, sehingga mereduksi
rata tetapi harus mempunyai kekesatan atau tahan gelincir (skid resistance) di
(Christiady, 2011).
13
2. Konstruksi perkerasan kaku (Rigid Pavement), yaitu perkerasan jalan yang
menggunakan semen sebagai bahan pengikat. Plat beton dengan atau tanpa
tulangan diletakkan diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah.
yang bersentuhan langsung dengan ban kendaraan. Lapisan ini berfungsi sebagai
penahan beban roda. Lapisan ini memiliki stabilitas yang tinggi, kedap air untuk
jalan, tahan terhadap keausan akibat gesekan rem kendaraan, dan diperuntukkan
kekuatan konstruksi bukan merupakan fungsi utama dari lapis permukaan. Bahan
untuk lapisan permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis
pondasi, dengan persyaratan yang lebih tinggi. Pemilihan bahan untuk lapis
14
Lapisan permukaan itu sendiri masih bisa dibagi lagi menjadi tiga lapisan
lagi, yaitu:
Lapis aus (wearing course) merupakan bagian dari lapis permukaan yang
terletak di atas lapis antara (binder course). Fungsi dari lapis aus adalah:
Lapis antara (binder course) merupakan bagian dari lapis permukaan yang
a. Mengurangi tegangan.
b. Menahan beban paling tinggi akibat beban lalu lintas sehingga harus
Lapis pondasi (base) adalah lapisan yang terletak diantara lapis antara (binder
course) dan lapis pondasi atas (base course) yang berfungsi untuk menerima
beban dan meneruskan ke lapis pondasi atas (base course). Struktur lapisan
perkerasan jalan lapisan aspal, dapat dilihat pada gambar 1. Lapisan perkerasan
jalan:
15
Sumber : Sertifikasi Ahli Pelaksana Jalan/Ahli PelaksanaJembatan (HPJI)
Salah satu jenis perkerasan yang didesain untuk mendapatkan stabilitas dan
durabilitas yang tinggi adalah jenis perkerasan Stone Matrix Asphalt. Stone
Matrix Asphalt adalah salah satu bahan konstruksi lapis perkerasan lentur dengan
campuran material agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal yang membentuk
mortar dengan aspal sebagai bahan pengikat yang dicampur dalam keadaan panas.
Penggunaan dan pengembangan Stone Matrix Asphalt pertama kali pada tahun
1968 yang diperkenalkan oleh Dr. Zichner, yang berprofesi sebagai manajer
memperoleh hak paten di Jerman tahun 1969. Campuran Stone Matrix Asphalt
dapat digunakan sebagai pembangunan jalan baru atau sebagai overlay pada suatu
16
(rutting) dan juga memiliki beberapa keuntungan bagi pengguna jalan, yaitu
gelincir (skid resistant) yang cukup tinggi dan mengeliminasi kebisingan. Stone
Matrix Asphalt terdiri dari 3 jenis yaitu SMA Tipis, SMA Halus, SMA Kasar
mm, 19 mm, dan 25 mm. Setiap campuran SMA yang menggunakan bahan aspal
Asphalt untuk lapis permukaan atau lapis aus, baik yang menggunakan aspal
penetrasi 60/70 atau aspal modifikasi. Proses perancangan saat ini menggunakan
poriantar mineral agregat (VMA) dan adanya kontak antara butiran agregat kasar.
Stone Matrix Asphalt yang menggunakan bahan pengikat aspal penetrasi 60/70
Stone Matrix Asphalt terdiri dari beberapa material yang bercampur menjadi
satu. Oleh karena itu, material penyusun Stone Matrix Asphalt adalah material
berkualitas baik (Roberts et al, 1996). Adapun material penyusun dari SMA yaitu:
17
1. Agregat Kasar (Coarse Aggregate)
Dalam campuran, fungsi atau peranan agregat kasar ialah sebagai penahan
kecenderungan flow tersebut akan ditahan oleh agregat kasar sehingga jumlah
Agregat kasar memiliki butiran tajam, kuat maupun keras yang bersifat
kekal, tidak hancur akibat pengaruh cuaca. Agregat kasar secara umum harus
memenuhi bentuk gradasi yang dibutuhkan dan terdiri dari batu pecah dan
kerikil alami yang bersih dan bebas dari tanah atau bahan yang tidak
18
Tabel 1. Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai
Natrium Maks.
sulfat SNI 12%
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan
Magnesium 3407:2008 Maks.
sulfat 18%
100 Maks.
putaran 6%
Campuran AC Modifikasi
500 Maks.
Abrasi dengan
putaran SNI 30%
mesin Los
100 2417:2008 Maks.
Angeles? Semua jenis campuran putaran 8%
Beraspal bergradasi lainnya 500 Maks.
putaran 40%
SNI Min.
Kelekatan agregat terhadap aspal
2439:2011 95%
SMA SNI 100/90
Butir Pecah pada Agregat Kasar
Lainnya 7619:2012 95/90
ASTM Maks.
SMA
D4791-10 5%
Partikel Pipih dan Lonjong
Perbandingan Maks.
Lainnya
1:5 10%
SNI ASTM Maks
Material lolos Ayakan No.200
C 117:2002 1%
Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018.
19
2. Agregat Halus (Fine Aggregate)
Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau
hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.4
(4,75 mm). Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan
Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari
lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Fungsi agregat halus
stabilitas campuran. Batu pecah halus harus diperoleh dari batu yang
Marga 2018
Agregat Lolos Ayakan No.200 SNI ASTM C117 : 2012 Maks. 10%
persen terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas
20
yang diberikan dalam Tabel. Rancangan dan perbandingan campuran untuk
1½ 37,5 100
1 25 100 100 90-100
¾ 19 100 90-100 100 100 100 90-100 76-90
½ 12,5 100 90-100 50-88 90-100 90-100 90-100 75-90 60-78
3/8 9,5 70-95 50-80 25-60 75-85 65-90 77-90 66-82 52-71
No. 4 4,75 30-50 20-35 20-28 53-69 46-64 35-54
No. 8 2,36 20-30 16-24 16-24 50-72 35-55 33-53 30-49 23-41
No. 16 1,18 14-21 21-40 18-38 13-30
No. 30 0,600 12-18 35-60 15-35 14-30 12-28 10-22
No. 50 0,300 10-15 9-22 7-20 6-15
No.100 0,150 6-15 5-13 4-10
No.200 0,075 8-12 8-11 8-11 6-10 2-9 4-9 4-8 3-7
Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018.
Menurut hasil penelitian Yetti Riris Rotua Saragi silika fume adalah hasil
produksi sampingan dari reduksi quarsa murni (SiO 2) dengan batu bara di tanur
listrik dalam pembuatan campuran silikon atau ferro silikon. Silika fume
mengandung kadar SiO2 yang tinggi, dan merupakan bahan yang sangat halus,
21
Ditinjau dari sifat mekanik, secara geometrikal silika fume mengisi
berdampak pada peningkatan kuat tekan beton secara signifikan. Silika Fume
bersifat pozzolan sehingga silika fume akan bereaksi dengan Ca(OH) 2 yang
merupakan residu dari reaksi semen dan air semen menghasilkan C 3S2H3. C3S2H3
inilah yang merupakan sumber kekuatan beton. Penggunaan silika fume dalam
beton akan memberikan dampak peningkatan kuat tekan beton jauh lebih besar
1. Sebagai water reduction, sehingga faktor air semen kecil dan kuat tekan
meningkat.
kekuatan tinggi digunakan, misalnya untuk kolom struktur atau dinding geser,
precast dan beberapa keperluan lain. Kriterian kekuatan beton berkinerja tinggi
saat ini sekitar 50-70 MPa untuk umur 28 hari. Untuk memperbaiki
karakteristik kekuatan dan keawetan beton dengan faktor air semen sebesar
0,34 dan 0,28 dengan atau tanpa bahan superplasticizer dan nilai slump 50 mm.
22
4. Aspal
yaitu bitumen dan lapisan kedap air. Bitumen adalah zat perekat (cementtitius)
berwarna hitam atau gelap. Aspal dapat diperoleh di alam atau pun merupakan
pengikat aspal dan agregat atau antara aspal itu sendiri, dan juga sebagai bahan
pengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada di dalam butir agregat
itu sendiri.
23
Tabel 5. Persyaratan Aspal Keraspenetrasi 60/70
Tipe II Aspal yang
Dimodifikasi
Tipe I
N Metode A B
Jenis Pengujian Aspal
o Pengujian Asbuton
Pen.60/70 Elastomer
yang
Sintetis
Diproses
1 Penetrasi pada 25°C SNI 06-2456-2011 60/70 Min. 50 Min. 40
11 Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 < 0,8 < 0,8 < 0,8
24
14 Daktilitas 25°C (cm) SNI 2432-2011 ≥ 100 ≥ 50 ≥ 25
Keelastisan setelah AASHTO T 301-
15 ≥ 60
pengambilan 98
Sumber : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2018.
Dalam pengolahan campuran SMA ada beberapa metode yang digunakan, yaitu:
1. Bahan Aditif
Jenis aditif dapat berupa bubuk atau berupa butiran atau anti
manual.
3. BahanPengisi (Filler)
Salah satu hal yang cukup berpengaruh terhadap karakteristik Stone Matrix
tertentu pula.
Catatan :
4. Modifikasi Marshall.
variasi tumbukan pada kadar aspal optimum, missal 2x40, 2x50, 2x65, dan
2x75 tumbukan. Kemudian dari setiap benda uji tersebut, hitung nilai VIM
dan buat hubungan antara jumlah tumbukan dan VIM. Dari grafik tersebut
27
6. Untuk menentukan kepadatan membal (Refusal), di sarankan
°C. Prosedur pengujian harus mengikuti serta pada Technical Guideline For
1. Stabilitas
terjadi dari gesekan antar butiran, penguncian antar partikel dan daya ikat yang
baik dari lapisan aspal. Kebutuhan akan stabilitas sebanding dengan fungsi
jalandan volume lalu lintas. Jalan yang melayani volume lalu lintas tinggi dan
tinggi.
cepat mengalami retak, disamping itu karena volume antara agregat kurang,
mengakibatkan kadar aspal yang dibutuhkan rendah. Hal ini menghasilkan film
lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan
permukaan jalan serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim,
atau selimut aspal, banyaknya pori dalam campuran, kepadatan dan kedap air
adalah:
a. Film atau selimut aspal. Selimut aspal yang tebal dapat menghasilkan lapis
yang tinggi.
b. VIM kecil sehingga hasil kedap air dan udara tidak masuk ke dalam
c. VMA besar sehingga selimut aspal dapat dibuat tebal. Jika VMA dan VIM
29
Yang dimaksud dengan VIM (Void In Mix) adalah pori dalam campuran
yang telah dipadatkan atau banyaknya pori udara yang ada dalam campuran
beton aspal. Sedangkan VMA (Void in Mix Aggregate) adalah pori di antara
partikel agregat pada suatu perkerasan beraspal, termasuk pori udara dan
volume aspal efektif (tidak termasuk volume aspal yang cukup diserap
agregat).
3. Fleksibilitas
untuk mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa
diperoleh dengan :
c. Penggunaan aspal yang cukup banyak sehingga diperoleh VIM yang kecil.
permukaan dari butir-butir agregat, kepadatan campuran dan tebal film aspal.
30
a. Penggunaan kadar aspal yang tepat sehingga tidak terjadi bleeding
yang berupa alur (rutting) dan retak. Faktor yang mempengaruhi ketahanan
adalah:
a. VIM yang tinggi dan kadar aspal yang rendah akan mengakibatkan
b. VMA yang tinggi dan kadar aspal yang tinggi dapat mengakibatkan lapis
bersifat termoplastis.
31
c. Kandungan bahan pengisi (filler) yang tinggi menyebabkan pelaksanaan
untuk mengetahui sifat-sifat dari campuran beton aspal tersebut. Pengujian itu
dilakukan pengujian pada kondisi dimana persen (%) aspal dari campuran
adalah optimum.
G. Pengujian Marshall
kelelehan plastis (flow), pori dalam campuran (Void In Mix),dan pori dalam
kemampuan menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis dengan kata lain
stabilitas Marshall ialah beban maksimum yang dapat diterima oleh campuran
campuran aspal yang terjadi akibat suatu beban hingga batasr untuh. Proses
32
Proses pemeriksaan dengan alat Marshall untuk campuran SMA,
Stone Matrix Asphalt yang direndam selama 24 jam dengan suhu 60oC. Nilai
standar yang telah ditentukan oleh Bina Marga yaitu minimal 90%.
1. Analisa Saringan
33
b.
W 10( gram)
Persen Tertahan (%) Y =Σ W 11( gram) ......................................................2
a. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar mengacu pada
b. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus mengacu pada
W7
Berat jenis bulk Sd = W 8−W 9 ....................................................................3
W8
W 8−W 9
Berat jenis bulk Ss= …...............................................................4
W7
W 8−W 9
Berat Jenis semu Sa= ................................................................5
4) Penyerapan Air
W 8−W 9
Penyerapan air Sw= W 9 ...................................................................6
34
Sp
x 100 %
Sl
a. Sand Equivalent (SE) = ...........................................................7
W 12−W 13
Keausan A= W 12 ........................................................................................9
W 12( gram)
x 100 %
W 13( gram)
a. Indeks Kepipihan (%)F= ..........................................10
W 12( gram)
x 100 %
W 13( gram)
b. Indeks Kelonjongan (%) E= ...........................................11
w3 = w1 - w2....................................................................................................12
w5 = w4 – w2....................................................................................................13
I. Penelitian Sejenis
penulis dapat memperluas teori yang akan digunakan dalam mengkaji penelitian
yang akan dilakukan. Berikut merupakan beberapa penelitian sejenis yang terkait
1. Paris Tangke Pongrekun dan Luther Junior Lethe, 2016 “Uji Karakteristik
WC ( 0%, 25%, 50%, 75%, 100% ) terhadap parameter Marshall dapat dilihat
bahwa nilai yang didapatkan untuk Stabilitas, VIM, Flow (kelelehan), VMA,
yaitu penggunaan kadar aspal yang cenderung lebih tinggi karena sifat filler
2. Delly Alex Putra dan Benedicto Pratama T, 2017 “Pengaruh Serbuk Arang
Laston AC–BC”. Laston AC–WC dengan komposisi kadar filler serbuk arang
tempurung kemiri 25%, agregat kasar = 48,72%, agregat halus = 40,15, filler =
36
5,43%, aspal = 5,7% dan komposisi campuran laston AC–BC dengan kadar
filler serbuk arang tempurung 75%, agregat kasar = 43,22%, agregat halus =
Pekerjaan Umum Republik Indonesia, mulai dari VIM, Stabilitas, Flow, MQ,
3. Suardi Mendila dan Ryeky, 2018 “Uji Karakteristik Marshall Campuran Laston
digunakan pada campuran Laston AC-WC dengan variasi cangkang keong mas
0%, 25%, 50%, 75% dan 100%, diperoleh nilai Flow antara 3,80 – 4,81, nilai
Flow dengan kadar filler cangkang keong mas 0% - 100% untuk Laston AC-
WC terdapat dua kadar filler cangkang keong mas yang tidak memenuhi syarat
Pekerjaan Umum Tahun 2010 Revisi 3 yaitu pada kadar filler cangkang keong
mas 75% dan 100%, bahwa penggunaan filler cangkang keong mas yang
cangkang keong mas kurang dari 75% maka ikatan antara agregat daam
37
menurun, yang artinya kekuatan campuran/stabilitas akan berbanding terbalik
AC-WC sebesar 90,74 dengan kadar filler cangkang keong mas sebesar 50%.
Nilai indeks peredaman ini telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh
mas dalam campuran Laston AC-WC dapat tahan terhadap suhu dan lamanya
Campuran Beton dengan Filler Sika Fume Ditinjau Dari Faktor Lama
penambahan Sika Fume terhadap nilai slump dan kuat tekan beton. Kadar Sika
Fume yang digunakan sebanyak 0%, 5%, 5.5%, 6% , 6.5% dan 7% dari berat
semen. Nilai slump yang direncanakan adalah 5.0 cm – 7.5 cm, sesuai
penggunaan beton pada perkerasan jalan. Mutu beton yang direncanakan f’c 30
MPa dan kuat tekan beton karakteristik (σ’bk) adalah 300 kg/cm2 yang diuji
pada umur 3 hari, 7 hari, 9 hari 14 hari, 21 hari dan 28 hari setelah terlebih
yang ditambahkan pada adukan beton maka kelecakan adukan akan berkurang.
Hal ini terjadi karena butiran Sika Fume sangat halus sehingga memerlukan air
yang lebih banyak untuk membasahi permukaan butiran silika fume, yang pada
38
akhirnya akanmengurangi kelecakan beton pada kadar silika fume yang lebih
menambah kuat tekan beton, tetapi konversi beton 28 hari menunjukkan bahwa
Sika Fume yang digunakan. Penggunaan kadar Sika Fume yang digunakan
sebanyak 0%, 5%, 5.5%, 6% , 6.5% dan 7% dari berat semen juga memenuhi
bawah ini:
Lapis Permukaan
40