Anda di halaman 1dari 50

1.

Jelaskan definisi dari miopia, hipermetropia, dan astigmatisme beserta cara pemberian
koreksi kacamatanya!
a. Miopia → kelainan refraksi dimana sinar sejajar aksis visual tanpa akomodasi dibiaskan
di depan retina→ oleh karena panjang bola mata AP terlalu besar/kekuatan pembiasan
media refraksi terlalu kuat
Pengobatan pasien → kacamata sferis negatif terkecil → ketajaman penglihatan
maksimal. Contoh: pasien dikoreksi dengan S-2.00D → visus 6/6 dan koreksi S-
2.25D visus tetap 6/6, maka resep lensa yang diberikan adalah S-2.00D.
b. Hipermetropia → keadaan gangguan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak
cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina → dapat disebabkan
oleh sumbu bola mata pendek (sumbu/aksial); kelengkungan kornea/lensa lemah
(kurvatur); indeks bias yang lemah kurang pada sistem optik (refraktif)
Tata laksana → kacamata sferis positif terkuat atau lensa positif terbesar →
ketajaman penglihatan maksimal. Contoh: pasien dengan koreksi lensa S+2.00D
atau S+2.25D → visus 6/6, maka diberikan lensa S+2.25D.
c. Astigmatisme→sinar tidak difokuskan pada 1 titik akan tetai pada 2 garis titik api yang
saling tegak lurus → akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea
Koreksi dan pemeriksaan → px mata sentris di permukaan kornea → untuk
mengamati ireguler kornea dan kelengkungan kornea dan astigmat dial untuk
pemeriksaan subyektif. Koreksi dengan lensa silindris.
2. Apakah yang dimaksud dengan presbiopia dan bagaimana prinsip penatalaksanaanya?
Presbiopia →gangguan akomodasi pada usia lanjut →proses degeneratif → akibat
kelemahan otot akomodasi dan lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat
sklerosis lensa.
Kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca dekat→
a. S+1.00D → 40 tahun
b. S+1.50D → 45 tahun
c. S+2.00D → 50 tahun
d. S+2.50D → 55 tahun
e. S+3.00D → 60 tahun
Jarak baca 33 cm → adisi S+3.00D → lensa positif terkuat.
3. Jelaskan tentang derajat kekeruhan katarak senilis!

a. Katarak insipien → kekeruhan mulai tampak dari tepi ekuator ke korteks


anterior&posterior; vakuol mulai tampak di dalam korteks; menimbulkan poliopia akibat
indeks refraksi tidak sama pada bagian lensa
b. Katarak imatur → sebagian lensa keruh, belum mengenai seluruh lapisan lensa; volume
lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang
degeneratif; menimbulkan hambatan pupil → glaukoma sekunder
c. Katarak matur → kekeruhan seluruh masa lensa akibat deposisi ion Ca → kalsifikasi
lensa. Bilik maya depan kedalaman normal; uji bayangan iris negatif
d. Katarak hipermatur → proses degenerasi lanjut; dapat menjadi keras/lembek dan
mencair; masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul → lensa mengecil, kuning
dan kering. Proses degenerasi lanjut → kapsul tebal dan korteks degenerasi dan cair →
katarak Morgagni.
4. Sebutkan kelebihan dan kekurangan dari teknik operasi katarak ECCE dan
fakoemulsisfikasi!
ECCE Fakoemulsifkasi
Keuntungan a. Dapat insersi IOL PC a. Bilik mata depan selalu
b. Jarang komlikasi vitreous di terbentuk
bilik mata depan b. Insisi kecil
c. Angka kejadian CME dan c. Astigmatisme menurun
ablasio retina lebih jarang d. Penutupan luka mudah
d. Bila terjadi ablasio retina e. Rehabilitasi tajam
lebih mudah diatasi dan penglihatan cepat
prognosis lebih baik
e. Dapat dilakukan pada
penderita umur >40 tahun
Kerugian a. Perlu learning curve lebih a. Instrumen mahal
lama b. Tidak semua mempunyai
b. 10-50% terjadi katarak alat fakoemulsifikasi
sekunder setelah 3-5 tahun c. Biaya pemeliharaan alat
c. Tidak dapat dilakukan pada lebih tinggi
penderita dengan uveitis d. Learning curve lebih lama.
kronis yang aktif
5. Sebutkan tanda & gejala klinis dari glaukoma simpleks (POAG) serta bagaimana tata
laksananya!
Tanda→ Trias POAG: peningkatan TIO (24-32 mmHg); perubahan penampakan diskus
optik atau glaucomatous cupping; defek lapang pandang.
Gejala → onset tersembunyi, progresif perlahan, tidak menimbulkan nyeri, kadang bilateral
dapat asimetris. Biasanya terdiagnosis kalau sudah berat karena tidak memberikan tanda dari
luar.
Penatalaksanaan → medikamentosa dengan B adrenergik blocker sebagai lini pertama
pengobatan; pembedahan trabekulektomi; laser trabekuloplasti.
6. Sebutkan tanda dan gejala glaukoma akut beserta penatalaksanaannya.
Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada glaukoma akut adalah mata merah,
penglihatan turun, TIO meningkat, pupil melebar, kornea keruh oleh edema, nyeri hebat
pada mata dan sekitarnya, serta mual sampai muntah.
Pada keadaan akut, tekanan dapat diturunkan terlebih dahulu dengan pilokarpin 2%
setiap menit selama 5 menit, kemudian disusul setiap 1 jam selama satu hari. Pilokarpin
bekerja sebagai miotikum yang dapat membantu membuka sudut iridokornealis.
Asetazolamid dapat diberikan secara per oral untuk mengurangi produksi aqueous humor.
Bila keluhan mual dan muntah ditemukan, sebaiknya asetazolamid diberikan secara IV.
Nyeri hebat dapat diredakan dengan pemberian morfin sub kutis. Dengan pemberian obat
tersebut, TIO turun dalam 30 menit atau beberapa jam kemudian.
Selanjutnya, diperlukan tindakan pembedahan untuk mencegah serangan berulang.
Tindakan pembedahan dilakukan pada saat TIO telah terkontrol dan mata tenang. Mata yang
tidak mengalami glaukoma juga diberi miotik untuk mencegah serangan.
7. Sebutkan mekanisme penyebab peningkatan TIO pada glaukoma! Sebutkan macam-macam
obat anti glaukoma beserta cara kerjanya.
Peningkatan TIO pada glaukoma dapat disebabkan oleh bertambahnya produksi
cairan mata oleh badan siliar, atau berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut
bilik mata atau di celah pupil.
Berikut merupakan beberapa obat anti glaukoma beserta cara kerjanya.
 Lokal  Sistemik
Miotika Penghambat karbonik anhidrase
Mengecilkan pupil sehingga Menyebabkan diuresis dan
membantu pengeluaran cairan menurunkan sekresi cairan mata yang
(Pilokarpin, Karbakol). menurunkan tekanan bola mata
Beta blocker (Asetazolamid).
Menghambat rangsangan Obat hiperosmotik
simpatis, mengakibatkan penurunan Mengatur tekanan bola mata
tekanan bola mata. Obat ini tidak dengan mengatur tekanan osmotik cairan
mempengaruhi pupil, sehingga tidak mata (Gliserin, Manitol).
mengakibatkan gangguan akomodasi
(Timolol).
8. Apakah yang disebut dengan hifema dan bagaimana penatalaksanaanya.
Hifema merupakan sel darah yang di dalam bilik mata depan. Hifema dapat
ditemukan pada kasus cedera mata, trauma bedah, diskrasia darah (hemofilia), serta tumor
intrakranial. Pada kasus hifema didapatkan sakit disertai dengan penurunan penglihatan.
Tatalaksana yang diberikan adalah merawat pasien dalam posisi tidur dengan kepala
ditinggikan 30 derajat, pemberian koagulan, serta penutupan mata. Asetazolamid dapat
diberikan bila ditemukan glaukoma. Parasentesis bilik mata depan dapat dilakukan bila
terdapat tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh berwarna hitam, atau
setelah 5 hari tidak ditemukan perbaikan.

9. Sebutkan perbedaan antara pterigium dan pseudopterigium.


Pterigium Pseudopterigium
Bentuk Pertumbuhan fibrovaskularPerlekatan konjungtiva dengan
konjungtiva bersifat degeneratifkornea yang cacat, ditemukan
dan invasif pada proses penyembuhan
Letak Celah kelopak mata bagian nasalDaerah konjungtiva terdekat
atau temporal konjungtiva,dengan kornea, tidak harus pada
meluas ke kornea berbentukcelah kelopak atau fisura palpebra
segitiga dengan puncak bagian
sentral atau tengah kornea
Sonde Tidak dapat dilakukan Dapat dilakukan
Kerusakan permukaan korneaTidak ada Ada
sebelumnya

10. Jelaskan tentang tata laksana ulkus kornea!


Penatalaksanaan ulkus kornea disesuaikan dengan etiologinya.
a. Ulkus Kornea oleh Bakteri Karbenisilin yang diberikan secara lokal
- Ulkus Streptococcus : menggunakan subkonjungtiva serta intravena.
antibiotik Sefazolin, Basitrasin dalam - Ulkus Stafilokokus : menggunakan
bentuk tetes, injeksi subkonjungtiva dan antibiotik cefazolin (sefalosforin generasi
intravena. pertama).
- Ulkus Pseudomonas : menggunakan b. Ulkus Kornea oleh Virus
antibiotik Gentamisin, Tobramisin, - Virus herpes : menggunakan antiviral
Idoxuridine.
c. Ulkus Kornea oleh Jamur : menggunakan - Ulkus Marginal : pengobatan dengan
antifungal spektrum luas. Apabila sudah kortikosteroid topikal akan sembuh dalam
ada hasil kultur menggunakan antifungal 3-4 hari (bisa rekurens).
spesifik dengan jamurnya. - Ulkus Cincin : menggunakan kortikosteroid
d. Ulkus Kornea oleh Reaksi Hipersensitivitas lokal hasilnya baik.

11. Jelaskan tentang gambaran klinis dan penatalaksanaan dari keratitis Herpes Simplek (HSV)!
Keratitis yang disebabkan oleh HSV dapat terjadi 2 bentuk: epitelial dan stromal.
a. Epitelial
Kerusakan sel yang terjadi akibat pembelahan virus di dalam epitel dan membentuk
ulkus kornea superfisial.
b. Stromal
Merupakan reaksi imunologik. Antigen (HSV) dan antibodi (pasien) bereaksi di stroma
kornea, dan menarik sel leukosit dan sel radang lainnya, sel mengeluarkan bahan
proteolitik untuk merusak virus, namun juga merusak jaringan stromal.
Gejala Klinis Pasien :
- Nyeri
- Fotofobia
- Pandangan kabur
- Mata merah
- Keluar airmata
Tatalaksana :
- IDU (idoxuridine), merupakan antiviral yang menghambat sintesis DNA virus dan
manusia (toksik untuk epitel normal) sehingga tidak boleh diberikan >2 minggu.
Sediaan : larutan 1% diberikan tiap 1 jam; salep 0,5% diberikan tiap 4 jam.
- TFT (Trifluorotimin) 1% diberikan tiap 4 jam.
- Acyclovir salep 3% diberikan tiap 4 jam.

12. Jelaskan macam-macam trauma kimia pada mata dan bagaimana penatalaksanaannya!
a. Trauma Asam Trauma alkali pada mata merupakan kondisi
Bahan asam anorganik, organik (asetat, sangat gawat karena alkali dengan cepat
forniat), dan organik anhidrat (asetat). Bila menembus kornea, bilik mata dan sampai ke
bahan asam mengenai mata akan terjadi retina. Sedangakan trauma basa dapat
pengendapan/penggumpalan protein menyebabkan penghancuran jaringan
permukaan dan menyebabkan kerusakan sel. kolagen kornea, menyebabkan lisis sel dan
Tatalaksana : irigasi secepat mungkin dengan nekrosis jaringan. Trauma basa dan alkali
NaCl atau aquades selama 15-30 menit. dapat mengakibatkan kebutaan.
Untuk menetralkan pH diberikan natrium Tatalaksana : irigasi menggunakan NaCl 60
bikarbonat 3%. Prognosis baik dan tidak menit, kemudian diberikan sikloplegia dan
begitu mengganggu tajam penglihatan. antibiotik. Setelah satu minggu trauma
b. Trauma Basa atau Alkali diberikan EDTA untuk mengikat basa.

13. Jelaskan tentang gambaran klinis dan penatalaksanaan dari Herpes Zoster Ophtalmica
(HZO)!
Virus Herpes Zoster dapat menginfeksi ganglion gasseri nervus trigeminus. Bila yang
terkena ganglion cabang oftalmik akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata.
Gejala yang terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena an badan berasa
hangat. Penglihatan berkurang dan merah. Pada kelopak akan terlihat vesikel dan infiltrat
pada kornea, vesikel akan tersebar sesuai dengan dermatom yang dipersarafi nervus
trigeminus yang dapat progresif dengan terbentuknya jaringan parut. Daerah yang terkena
tidak melewati garis meridian. Pengobatan tidak spesifik dan hanya simptomatik,
menggunakan acyclovir dan pada usia lanjut dapat diberikan steroid.
14. Sebutkan gambaran klinis, diagnosis banding, dan penatalaksanaan kasus episkleritis!
Episklera merupakan lapisan paling luar dari sklera. Peradangan pada episklera
dinamakan episkleritis. Gejala klinis pada pasien penderita episkleritis antara lain speerti mata
merah, nyeri ringan yang hilang timbul, dan keluhan silau (fotofobia) ringan. Gambaran klinis
yang dapat ditemukan antara lain hiperemi lokal episkleritis, kongesti pembuluh darah pada
episkleritis, mata tidak berair dan tidak ditemukan gangguan penglihatan atau penurunan visus.
Diagnosis banding dari episkliritis adalah skleritis, yakni inflamasi yang mengenai
sklera. Skleritis menunjukkan gejala lebih parah daripada episkleritis : nyeri yang lebih hebat,
mata merah berair, dan visus dapat pula menurun. Episkleritis difusa yang luas, memiliki
gambaran klinis yang hampir sama dengan konjugtivitis. Penatalaksanaan yang diberukan
berupa terapi tetes mata kortikosteroid dengan tujuan menghentikan proses peradangan pada
episklera.

15. Sebutkan tanda, gejala, dan tata laksana kasus uveitis anterior!
Gejala klinis uveitis anterior (iridosiklitis) berupa sakit mata, sakit kepala, fotofobia,
dan hiperlakrimasi. Sakit nyeri terbatas di daerah periorbita dan mata, bertambah nyeri apabila
dihadapkan pada cahaya an tekanan disertai derajat fotofobia yang bervariasi. Temuan klinis
pada kasus uveitis anterior antara lain seperti terdapat injeksi siliar, presipitat keratik, sinekia
posterior mungkin dapat terjadi apabila terdapat endapan fibrin pada pupil.
Prinsip penatalaksanaan uveitis anterior adalah menghentikan proses inflamasi,
membuka pupil, dan menghilangkan agen penyebabnya. Tetes mata steroid empat hingga enam
kali sehari dapat diberikan untuk menghentikan inflamasi, serta pemberian midriatikum berupa
sulfas atropine 1% atau yang lebih kuat demi membuka pupil. Pemberian midriatikum
memperhatikan faktor lain kontraindikasi, seperti pada pasien suspek glaucoma, sementara
antimikroba dapat diberikan apabila agen penyebab infeksi telah diketahui.

16. Sebutkan tanda, gejala, dan tata laksana dari buta senja (xeroftalmia)!
Gejala klinis yang muncul pada penderita xerophtalmia yaitu berupa hemeralopia
(penurunan kemampuan penglihatan pada senja hari atau pada ruang kurang cahaya akibat
gangguan pada sel batang retina). Xerophtalmia disebabkan oleh defisiensi vitamin A pada
anak-anak, sehingga umumnya penderita xerophtalmia merupakan anak-anak dengan gizi
kurang. Tanda klinis yang dapat ditemukan pada penderita xeroftalmia berupa xerosis
konjugtiva, bintik bitot, dan keratomalasia. Penatalaksanaan pada pasien xeroftalmia berupa
pemberian vitamin A sebanyak 50.000 hingga 75.000 IU/KgBB yang tidak melebihi (dosis
maksimal) 400.000 IU, diberikan 100.000 IU tiap minggu selama empat minggu dengan
memperhatikan gejala hispervitaminosis A.
17. Apakah yang disebut dengan trikiasis, entropion, dan ektropion?
Entropion merupakan kelainan pada kelopak mata karena posisi margo palpebra
mengarah kedalam bola mata, sedangkan ektropion merupakan kelainan kelompak mata karena
posisi margo palpebramengarah keluar disebabkan relaksasi otot orbicular. Pelipatan palpebra
kearah dalam pada entropion menyebabkan bulu mata selalu menyentuh bola mata, keadaan
demikian disebut sebgai trikiasis.

18. Apakah yang disebut dengan ptosis dan lagoftalmos?


Ptosis
Ptosis adalah keadaan dimana kelopak mata atas tidak dapat diangkat atau terbuka
sehingga celah kelopak mata menjadi lebih kecil dibandingkan dengan keadaan normal.
Ptosis disebabkan oleh penurunan fungsi m. levator palpebral akibat kelumpuhan nervus
okulomotorius, atau jaringan penyokon bola mata yang tidak sempurna sehingga bola mata
tertarik ke belakang. Ptosis disebabkan oleh kelainan congenital yaitu congenital, miogenik,
dan neurogenic
Ptosis dapat menyebabkan ambiliopia atau anopsia, karena itu perlu ditatalaksana dengan
memperbaiki fungsi otot levator palpebral dengan memperpendek levator palpebral hingga
tarsus terangkat.
Lagoftalmos
Keadaan dimana kelopak mata tidak dapat menutup bola mata dengan sempurna.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh:
- jaringan parut dan sikatrik yang menarik - tumor retrobulbar
kelopak - koma, oleh karena tidak adanya reflex
- ektropion mengedip
- paralisis orbicularis okuli - lagoftalmos parsial dapat disebabkan oleh
- eksoftalmos goiter hysteria, lelah, atau pada anak sehat

19. Apakah yang disebut dengan eviscerasi, enuklueasi, dan eksenterasi!


Eviserasi adalah tindakan mengeluarkan seluruh isi bola mata seperti kornea, lensa,
vitreus, retina, dan koroid, serta limbus dijahit kembali dengan meninggalkan sklera secara
utuh, nervus optic, dan otot ekstraorbita.
Enukleasi adalah tindakan mengeluarkan seluruh bola mata dengan memotong dan
melepas jaringan yang mengikatnya di dalam rongga mata.
Eksentrasi adalah tindakan radikal dengan mengeluarkan seluruh isi orbita sampai
jaringan periosteum.

20. Sebutkan diagnosis banding leukokoria pada anak!


Leukokoria adalah pupil berwarna atau menampilkan reflex putih.
Differential diagnosis pada leukokoria:
- Katarak kongenital
- Fibroplasia retrolental pada bayi premature yang mendapat O2 konsentrasi tinggi
- Retinoblastoma
- Perdarahan badan kaca yang sudah diorganisasi
- Abses badan kaca

21. Sebutkan tanda dan gejala optic neuritis!


Tanda pada Neuritis Optik: - Edem papil dengan perdarahan lidah api
- Papilitis, peradangan pada saraf opticGejala pada Neuritis Optik:
yang terlihat dengan funduskopi - Penurunan tajam penglihatan yang
- Neuritis retrobulbar, radang saraf optic berlangsung mendadak dan bersifat
yang terletak di belakang bola mata dan intermitten
tidak menunjukkan kelainan - Nyeri pada rongga orbita terutama pada
- Tanda uhtoff, penurunan visus setelah pergerakan bola mata
olahraga atau peningkatan suhu tubuh - Penglihatan warna yang terganggu
- Defek pupil aferen relative (marcus gunn- Gangguan lapang pandang sentral /
pupil) sekosentral
- Sel di dalam badan kaca
1. Ablatio retina adalah keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel batang retina dari sel epitel
pigmen retina yang melekat erat pada koroid. Sesungguhnya sel kerucut dan sel batang
retina tidak ada perlekatan structural dengan koroid/ pigmen epitel sehingga mudah lepas
secara embriologi. Terdapat 3 jenis ablatio retina:
a. Ablatio retina regmatogenosa
Terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke belakang antara sel
pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair yang
masuk melalui robekan ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas
dari lapis epitel pigmen koroid.
Gejala yang dialami adalah
1) Fotopsia
2) Floaters
3) Defek lapang pandang
Hasil pemeriksaan fisik:
1) Terdapat relative afferent pupillary defect yang muncul pada mata dengan abaltio
retina ekstensif.
2) Tekanan intraokuler lebih rendah 5 mmHg daripada mata yang tidak mengalami
ablatio.
3) Iritis ringan
4) Gambaran tobacco dust
5) Robekan retina nampak seperti diskontinuitas dari permukaan retina berwarna
kemerahan pada funduskopi.
6) Kelainan pada retina sesuai dengan lamanya ablatio retina yang terjadi.
b. Ablatio retina eksudatif
Terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan mengangkat retina.
Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah
retina dan koroid (ekstravasasi). Hal ini disebabkan karena penyakit koroid. Gejala yang
dialami adalah:
1) Penglihatan menurun seperti tertutup tirai
2) Floaters
Hasil pemeriksaan fisik:
1) Penurunan tajam penglihatan
2) Gambaran konfigurasi ablatio yang konveks dengan permukaan licin
3) Gambaran shifting fluid sesuai gaya gravitasi.
c. Ablatio retina traksi
Lepasnya jaringan retina karena tarikan jaringan parut pada badan kaca. Pada badan
kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan karena diabetes mellitus
proliferative, trauma, dan pendarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi. Gejala yang
dialami adalah:
1) Mata tenang dengan penglihatan menurun
2) Terdapat fotopsia atau floaters
Hasil pemeriksaan fisik:
1) Penurunan tajam penglihatan
2) Pada pemeriksaan funduskopi ditemukan:
a) Konfigurasi konkaf dari ablastio retina
b) Tidak ditemukan shifting fluid
c) Elevasi retina yang paling tinggi terjadi pada tempat traksi vitreoretina
d) Bila terdapat robekan, akan muncul gambaran khas ablatio retina regmatogenosa
dan penyakit akan memiliki progresivitas yang lebih cepat.

2. Papil edema adalah keadaan di mana terjadi pembengkakan diskus optikus karena
meningkatnya tekanan intrakranial. Rongga subarachnoid terhubung dengan membran
nervus opticus. Apabila tekanan cerebrospinal meningkat, ia akan mendesak membran
nervus opticus sehingga terjadi papil edema. Gambaran klinis yang ditemukan adalah:
a. Sakit kepala
b. Mual dan muntah
c. Tinitus pulsatil
d. Gangguan penglihatan
e. Pada pemeriksaan fundus (early) didapatkan hiperemis diskus, pendarahan sedikit dari
serabut saraf, dan pulsasi vena spontan terlihat jika tekanan intrakranial lebih dari 200
mmHg
f. Pada tahap yang lebih lama terdapat pembengkakan serabut saraf, pendarahan retina
sensori peripapiler nampak.

3. Kriteria bayi yang perlu dilakukan screening ROP:


a. Usia kehamilan ≤ 32 minggu atau berat bayi lahir ≤ 1500 gram
b. Neonatus dengan usia kehamilan >32 minggu atau berat bayi lahir 1500-2000 gram
yang membutuhkan suplementasi oksigen lebih dari seminggu
c. Neonatus dengan faktor resiko seperti pemakaian oksigen > 28 hari, sepsis, transfuse
darah berulang, sindrom gawat nafas, dan kelahiran kembar.

4. Asthenopia adalah kelelahan mata. Pada keadaan ini didapatkan kelaian refraksi yang tidak
dikoreksi dengan betul, presbyopia, anisometropia yang berat, insifiensi konvergen, paresis
otot penggerak mata, penerangan saat membaca yang kurang baik, dan otot yang tidak
seimbang.
Tatalaksana:
a. Koreksi refraktif secara akurat
b. Manipulasi akomodasi
c. bedah

Sumber
Ilyas Sidarta (2003). Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbitan FKUI
: Jakarta.
Ilyas S, Mailangkay HHB, Taim H, Saman RR, Simarmata M, Widodo PS, et al. (2010). Ilmu
penyakit mata untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta : Sagung Seto.

1. Gambarkan penampang melintang bola mata (beri keterangan dengan lengkap) !


2. Sistem lakrimalis
Appartus lakrimalis terdiri dari kel lakrimal aksesorius (glandula Krause dan Wolfring) yang
terletak di substansia propria di konjungtiva palpebra. Aliran air mata berjalan melalui lactus
lacrimalis ke punctum superius dan inferius serta kanalikuli kemudian melewati saccus
lacrimalis di fossa glandula lacrimalis ke ductus nasolacrimalis dan berakhir di meautus
inferior rongga hidung.
3. Visual pathway
Retina -> saraf optik ->khiasma optikum-> traktus optikus -> korpus genikulatum laterale ->
radiasio optika traktus genikulokalkarina-> korteks visual (area striata/17) -> korteks
asosiasi visual
4. Fungsi air mata
Lapisan lemak-> mencegah penguapan berlebihan, meningkatkan tekanan permukaan,
melubrikasi kelopak mata.
Lapisan aqueus->pelarut bagi oksigen, karbondioksida dan mengandung elektrolit, protein,
antibodi,enzim, mineral, glukosa; menghancurkan dinding sel bakteri yang masuk ke mata;
mempertahankan integritas bola mata dan mempercepat penyembuhan luka kornea.
Lapisan musin->melapisi sel epitel kornea dan konjungtiva agar air mata dapat membasahi
permukaannya dan mempertahankan stabilitas air mata.
5. Sebutkan otot-otot ekstra okuler pergerakan bola mata beserta inervasinya.
a. Musculus rectus superior d. Musculus rectus lateralis
i. Inervasi : N. oculomotorius (N.III) i. Inervasi : N. abducens (N.VI)
b. Musculus rectus inferior e. Musculus obliquus superior
i. Inervasi : N. oculomotorius (N.III) i. Inervasi : N. trochlearis (N.IV)
c. Musculus rectus medialis f. Musculus obliquus inferior
i. Inervasi : N. oculomotorius (N.III) i. Inervasi : N. oculomotorius (N.III)
6. Jelaskan bagaimana cara pemeriksaan Hirschberg test dan interpretasi hasilnya.
a. Hirschberg test merupakan salah satu metode pengukuran derajat deviasi bola mata
dengan melihat refleks pada kornea. Dari jarak 60 cm langsung di depan pasien,
arahkan cahaya lampu senter pada kedua mata pasien, kemudian inspeksi pantulan
cahaya pada tiap kornea. Ketidakimetrisan pantulan kornea menunjukkan deviasi dari
kesejajaran mata yang normal.
b. Deviasi mata dari posisi normal disebut strabismus atau juling. Strabismus dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok; yaitu nonparalitik (dengan deviasi yang
konstan pada semua arah pandangan) dan paralitik (dengan deviasi bervariasi meurut
arah pandangan). Strabismus nonparalitik dapat diklasifikasikan menurut arahnya
menjadi strabismus konvergen (esotropia) dan strabismus divergen (eksotropia).
c. Berikut merupakan interpretasi deviasi mata berdasarkan derajat deviasi refleks sinar.
i. Juling 5-6 derajat : refleks sinar dekat tengah pupil dibanding tepi pupil
ii. Juling 15 derajat : refleks sinar satu di tengah, yang lain di tepi pupil
iii. Juling 45 derajat : refleks sinar berada antara tepi pupil dengan limbus
iv. Deviasi 60-80 derajat : refleks sinar diluar limbus
7. Jelaskan cara dan tujuan melakukan Placido test.
a. Placido test dilakukan untuk melihat kelengkungan kornea. Papan plasido diletakkan
menghadap pada sumber cahaya, sedangkan pasien diposisikan membelakangi
sumber cahaya tersebut. Melalui lubang di tengah plasidoskop, dapat dilihat
gambaran bayangan plasido pada kornea.
b. Interpretasi normal placido test berupa lingkaran konsentris yang menunjukkan
bahwa permukaan kornea licin dan regular. Bila terdapat gambaran lingkaran lonjong,
berarti terdapat astigmatisme kornea. Garis lingkaran tidak teratur menunjukkan
astigmatisme iregular.
8. Sebutkan pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi air mata.
a. Uji Anel
Uji untuk mengetahui fungsi ekresi sistem lakrimal. Pasien diberi anastesi lokal dan
dilakukan dilatasi punctum lakrimal. Jarum anel dimasukkan ke dalam punctum dan
kanalikuli lakrimal lalu semprotkan garam fisiologis. Tanyakan ke pasien apakah ada
cairan masuk ke tenggorokkan/ ada refleks menelan. Bila ada, fungsi ekskresi sistem
lakrimal baik sedangkan bila tidak, ada penyumbatan duktus nasolakrimal.
b. Uji Rasa
Uji untuk mengetahui fungsi ekresi sistem lakrimal. Pasien diberi 1 tetes sakarin pada
konjungtiva lalu tunggu hinga 5 menit. Bila pasien merasa rasa manis, sistem eksresinya
dalam kondisi baik.
c. Uji Schirmer I
Uji untuk menilai kualitas dan kuantitas air mata yang tidak berhubugan dengan kadar
musin yang dikeluarkan oleh sel goblet. Mata pasien sebaiknya tidak dimanipulasi.
Pertama, selipkan kertas filter pada forniks konjungtiva bulbi bawah dan biarkan ujung
lainnya menggantung. Biarkan selama 5 menit. Apabila kertas tidak basah, kuantitas air
mata kurang. Hal itu dapat disebabkan oleh refleks yang terlalu kuat. Apabila kertas filter
yang basah sebesar <10 mm, fungsi sekresi air mata terganggu.
d. Uji Schrimer II
Uji ini dilakukan jika kertas filter yang basah sebesar <10 mm setelah 5 menit. Uji ini
menilai apakah gangguan sekresi terjadi karena hambatan kelelahan sekresi atau fungsi
dari refleks sekresi kurang. Salah satu mata pasien ditetesi anastesi topikal dan diletakkan
kertas Schirmer. Beri rangsang pada hidung selama 2 menit lalu tungu selama 5 menit. Jika
kertas tidak basah, refleks eksresi gagal. Dikatakan normal apabila kertas basah sebanyak
15 mm.
9. Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan sebelum memberikan midriatikum pada seorang
penderita yang akan kita periksa?
Obat midriatikum memiliki kontraindikasi yaitu pada penderita glaucoma, hipertensi,
dan penyakit jantung bawaan. Hal ini disebabkan oleh karena midriatikum bersifat
anticholinergic agent, yang kompetitif dalam memblock reseptor muskarinik. Pada mata,
sehingga menimbulkan midriasis (dilatasi pupil) yang dapat menyebabkan menutupnya
kanal schlemm. Pada sistem kardiovaskular, midriatikum dapat menimbulkan efek yang
berbeda menurut dosisnya, pada dosis rendah dapat memberikan efek bradikardia, pada
dosis tinggi akan menyekat reseptor jantung pada nodus SA dan memberikan efek
takikardia.
Maka sebelum memberikan midriatikum, cek terlebih dahulu:
- Cek tekanan darah
- Cek tekanan intraokular pasien. Penggunaan midriatikum pada pasien glaukoma
merupakan kontraindikasi. Pada pasien glaukoma penyaluran cairan intraokular akan
terhambat, terutama pada glaukoma sudut tertutup, sehingga dapat meninggikan tekanan
intraokular. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan midriasis saluran Schlemm yang
terletak di sudut bilik depan mata terbendung.
- Usia pasien. Untuk pasien anak menggunakan midriatikum 0,5% satu tetes dengan
pelarut efrisel, sedangkan pasien dewasa menggunakan midriatikum 1% satu tetes.
- Penyakit jantung bawaan. Pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan tidak boleh
diberikan efrisel, cukup diberikan midriatikum.
10. Jelaskan prosedur pemeriksaan tajam penglihatan dekat!
Alat pemeriksaan visus untuk jarak dekat adalah dengan menggunakan Jaeger eye chart.
Jaeger eye chart digunakan untuk membaca dekat dan untuk menentukan penglihatan jarak
dekat seseorang. Pada chart tersebut, ada notasi J1 kemudian ada paragraf dengan teks yang
paling kecil, selanjutnya tulisan di paragraf berikut (seterusnya) menjadi lebih besar ditandai
dengan peningkatan nomor J (misalnya J2, J3).
Nomor 15 pada gambar di atas berada di tengah atas dari baris tulisan yang paling kecil
yang ditandai dengan J1. Nomor ini mewakili penglihatan 20/15. J2 mempunyai nomor 20,
untuk penglihatan 20/20. Semakin besar huruf pada paragraf, menunjukkan penurunan
kejelasan penglihatan. Standar kejauhan Jaeger eye chart untuk memeriksa seseorang adalah
12-14 inci, atau 305-356 mm.
11. Jelaskan tentang alur aliran humor akuos mata!
Cairan mata (humor akuous) diproduksi oleh epitel proccesus ciliares dan mengalir melalui
pupilla ke ruang mata sebelah depan dan lalu terbawa ke dalam kanal Schlemm di area sudut
iridokorneal (sudut ruang). Di tempat ini pula reticulum trabeculare yang juga disebut
ligamentum pectinatum membentuk jalinan jaringan yang rapat dengan celah-celah di
antaranya, spatium anguli iridokornealis.
12. Sebutkan 10 lapisan retina secara urut!
a. Membran limitan interna
b. Lapisan serabut sel saraf
c. Lapisan sel ganglion
d. Lapisan pleksiform dalam
e. Lapisan nukleus dalam
f. Lapisan pleksiform luar
g. Lapisan nukleus luar
h. Membran limitan eksterna
i. Lapisan fotoreseptor (terdiri dari sel batang dan kerucut)
j. Lapisan epitel pigmen
k. Sebutkan lapisan-lapisan kornea beserta jaringan penyusunnya!
13. Sebutkan lapisan-lapisan kornea beserta jaringan penyusunnya!

Kornea terdiri dari lima lapisan penyusun :


a. Epitel
Epitel kornea meruakan lapis paling luar kornea dan berbentuk epitel gepeng berlapis
tanpa tanduk dimana bagian terbesar ujung syaraf kornea berakhir. Lapisan epitel
memiliki daya regenerasi, sehingga mampu diperbaiki tanpa membentuk jaringan parut
atau fibrosis.
b. Membran Bowman
Merupakan membrane tipis homogeny yang terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang
mempertahankan bentuk kornea. Kerusakan pada membrane Bowman dapat berakibat
terbentuknya jaringan parut atau fibrosis
c. Stroma
Merupakan lapisan tebal terdiri atas jaringan kolagen yang tersususn dalam lamel-lamel
dan terisi oleh matriks, berjalan sejajar dengan permukaan kornea. Stroma bersifat
higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan. Serat dalam stroma sedemikian
teratur sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau jernih. BIla terjadi
gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea
akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh.
d. Membran Descemet
Merupakan suatu lapisan tipis enyal, kuat, tidak berstruktur dan bening, terletak di
bawah stroma, yang berfungsi sebagai barrier terhadap infeksi dan tempat masuknya
pembuluh darah.
e. Endotel

Merupakan lapisan penyusun kornea yang terdiri atas sel-sel endotel kornea. Sel endotel
mengatur cairan dalam stroma kornea, dan tidak memiliki daya regenerasi.
14. Sebutkan secara urut lapisan penyusun air mata (tear film) dan beserta organ yang
memproduksi masing-masing lapisan!

Terdiri dari tiga lapisan, yakni


1. Oily layer / lapisan lemak
Lapisan lemak pada bagian luar, disekresikan oleh kelenjar meibom
2. Water layer / lapisan air
Lapisan akuos atau air, disekresikan oleh kelenjar lakrimalis
3. Mucin layer / lapisan mucus
Lapisan mucus, disekresikan oleh sel goblet konjungtiva
15. Jelaskan tentang fungsi sel cone dan rod retina serta dimana letak distribusi masing masing
sel!
Sel batang dan sel kerucut merupakan bagian dari fotorespetor pada sistem penglihatan
manusia. Fotorespetor diaktifkan ketika fotopigmen yang terkandung di dalamnya menyerap
secara berbeda berbagai panjang gelombang cahaya. Penyerapan cahaya menyebabkan
perubahan biokimia di fotopigmen yang akhirnya diubah menjadi perubahan dalam laju
perambatan potensial aksi di jalur penglihatan yang keluar dari retina. Perubahan rangsangan
cahaya menjadi sinyal listrik dikenal sebagai proses fototransduksi. Pesan visual ditransmisikan
melalui jalur kompleks ke korteks penglihatan di lobus oksipitalis otak untuk pemrosesan
preseptual
Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi tetapi hanya dapat digunakan untuk
meilhat pada siang hari atau pada keadaan terang, karena sensitivitasnya yang rendah terhadap
cahaya. Perbedaan stimulasi ketiga jenis sel kerucut (sel kerucut merah, hijau, dan biru) oleh
panjang gelombang yang berbeda menghasilkan penglihatan warna. Sel batang hanya memberi
gambaran kabur dalam bayangan abu-abu, tetapi karena sangat peka terhadap cahaya, maka sel
ini dapat digunakan untuk penglihatan malam hari. Distribusi sel batang terdapat lebih bayak di
tepi retina, sedangkan sel kerucut terkonsentrasi di daerah fovea.
16. Jelaskan cara pemeriksaan BMD dengan menggunakan senter dan apa saja yang dievaluasi!

Bilik mata depan disinari dengan cahaya senter membentuk sudut dengan iris (45-60
derajat). Pemeriksaan menggunakan cahaya senter dapat mengevaluasi kedalaman bilik mata
depan, temuan cahaya akan menyebar menandakan bilik mata depan dalam dan sudut terbuka,
sedangkan pada temuan cahaya yang tidak tersebar merata sehingga ada bagian yang gelap,
menunjukkan bahwa bilik mata depan dangkal dan sudut tertutup. Bilik mata depan dangkal
terdapat pada dislokasi lensa, tumor iris, sinekia anterior, blokade pupil, dan glaukoma subakut.
Penyinaran menggunakan cahaya senter pada bilik mata depan dapat menemukan
penimbunan sel radang dibagian bawah bilik mata depan (hipopion), dan transudat cairan darah
(hifema). Hipopion dapat ditemukan pada kasus ulkus kornea, endoftalmitis, dan tumor
intraokular, sedangkan hifema dapat ditemukan pada trauma mata, hemophilia, dan tumor
intrakranial.
17. Jelaskan bagaimanakah cara melakukan pemeriksaan tes konfrontasi!

Tes Konfrontasi
Tujuan : pemeriksaan dilakukan untuk melihat gangguan lapang pandang penderita
Dasar : membandingkan lapang pandang penderita dengan pemeriksa
Alat : tidak ada alat khusus
Teknik :
1. Penderita dan pemeriksa duduk dengan berhadapan muka dengan jarak kira-kira 60
cm
2. Mata kiri pemeriksa ditutup dan mata kanan penderita ditutup
3. Sekarang mata kanan pemeriksa dengan mata kiri penderita saling berpandangan
4. Benda diletakkan antara penderita dengan pemeriksa pada jarak yang sama
5. Benda digerakkan dari perifer kearah sentral, dan penderita diminta untuk
memberitahu apabila mulai melihat benda obyek
6. Hal ini dilakukan untuk semua arah (atas, bawah, nasal, temporal)
7. Percobaan dilakukan juga pada mata satunya baik pada pemeriksa maupun penderita

Nilai : bila penderita dapat melihat sama dengan pemeriksa maka lapang
pandangan sama, namun bila penderita terlambat maka lapang pandangan lebih sempit
dibandingkan pemeriksa
Catatan : pemeriksa harus memiliki lapang pandangan normal. Pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan kasar lapang pandangan. Apabila dilakukan dengan obyek
tertentu kadang-kadang dapat ditentukan adanya scotoma dan lokasi titik buta

18. Sebutkan 3 tehnik pemeriksaan TIO dan bagaimanakah cara serta interpretasi hasilnya!

Tonometri Schiotz
Tujuan : melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer
Dasar : Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan bola mata ke dalam dan
mendapat perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea. Keseimbangan tekanan tergantung
pada beban tonometer. Tonometer schiotz merupakan tonometer indentasi. Dalam nya
indentasi menunjukkan sejauh mana bola mata dapat ditekan. Beban akan memberikan
indentasi lebih dalam bila tekanan mata lebih rendah dibanding mata dengan tekanantinggi.
Alat :
- Obat tetes anestesi lokal
- Tonometer Schiotz

Teknik :
1. Penderita diminta tidur terlentang
2. Mata ditetes obat tetes anestesi lokal
3. Ditunggu sampai penderita tidak merasa pedas
4. Kelopak mata penderita dibuka dengan telunjuk dan ibu jari (jangan menekan
bola mata penderita)
5. Setelah telapak tonometer terletak pada kornea, skala tonometer akan
menunjukkan angka yang tetap

Nilai : pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui tekanan bola mata
dalam mmHg. Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg maka dicurigai adanya
glaucoma, apabila tekanan lebih tinggi dari 25 mmHg maka pasien dinyatakan
penderita glaucoma
Catatan : tonometer schiotz tidak dapat dipercaya pada myopia dan penyakit
tiroid dibanding dengan memakai tonometer aplanasi. Tonometer harus dibersihkan
atau disterilisasi setiap sebelum pemakaian paling sedikit dengan alcohol untuk
cegah penularan infeksi.

Tonometer Aplanasi
Tujuan : pemeriksaan ini untuk mendapatkan TIO dengan menghilangkan pengaruh
kekakuan sklera (scleral rigidity)
Dasar :
tekanan adalah sama besar dengan tenaga dibagi dengan luas yang ditekan.
P=F/A P = Pressure F = Force A = Area
Tonometer aplanasi goldmann mempunyai diamteter 3.06 mm. Pada tonometer
goldmann jumlah tekanan dibagi penampang dikali sepuluh dikonversi langsung
dalam mmHg bola mata. Dengan tonometer aplanasi tidak diperhatikan kekakuan
sclera (scleral rigidity) karena pada tonometer aplanasi prisma yang dipakai hanya
menggeser cairan dalam mata 0,5 mm kubik shingga tidak terjadi pengembangan
sklera yang berarti
Alat :
- Slit lamp, dengan lampu biru
- Tonometer aplanasi
- Fluoresensi
- Obat tetes anastetik topical

Teknik :
1. Diberi anestesi lokal pada mata yang diperiksa
2. Fluoresensi diberikan pada mata penderita
3. Sinar oblik warna biru dari slit lamp disinarkan pada dasar telapak prisma
tonometer aplanasi goldmann
4. Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan diameter 10 mm
5. Telapak prisma aplanasi didekatkan pada kornea perlahan-lahan
6. Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah sehingga gambar
kedua setengah lingkaran pada kornea yang sudah diberi fluoresensi
terlihat bagian luar berimpit dengan bagian dalam
7. Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang memberi
gambaran setengah lingkaran berimpit. Tekanan tersebut merupakan
tekanan intraokuler dalam mmHg

Nilai : dengan tonometer aplanasi bila tekanan mata lebih dari 20 mmHg maka
dianggap sudah menderita glaucoma
Tonometri Digital Palpasi
Dasar : merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan jari pemeriksa
Alat : tidak menggunakan alat khusus
Teknik :
1. Mata penderita ditutup
2. Pandangan kedua mata menghadap ke bawah
3. Jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi pasien
4. Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea
bergantian (alternate)
5. Satu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya menekan bola
mata

Nilai :
- Didapat kesan berupa ringannya bola mata dapat ditekan
- Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat dicatat,
maka N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan lebih
rendah dari pada normal
- Tekanan dapat dibandingkan dengan tahanan bagian lentur telapak tangan
dengan tahanan tekanan bola mata bagian superior. Bila tekanan lebih tinggi
dapat dicurigai adanya glaucoma.
- Catatan : pemeriksaan ini terdapat faktor subyektif
19. Hal – hal apa sajakah yang perlu diperhatikan sebelum memberikan midriatikum pada
seorang penderita yang akan kita periksa?

Obat midriatikum memiliki kontraindikasi yaitu pada penderita glaucoma, hipertensi,


dan penyakit jantung bawaan. Hal ini disebabkan oleh karena midriatikum bersifat
anticholinergic agent, yang kompetitif dalam memblock reseptor muskarinik. Pada mata,
sehingga menimbulkan midriasis (dilatasi pupil) yang dapat menyebabkan menutupnya
kanal schlemm. Pada sistem kardiovaskular, midriatikum dapat menimbulkan efek yang
berbeda menurut dosisnya, pada dosis rendah dapat memberikan efek bradikardia, pada
dosis tinggi akan menyekat reseptor jantung pada nodus SA dan memberikan efek
takikardia.
Maka sebelum memberikan midriatikum, cek terlebih dahulu:
- Cek tekanan darah
- Cek tekanan intraokular pasien. Penggunaan midriatikum pada pasien glaukoma
merupakan kontraindikasi. Pada pasien glaukoma penyaluran cairan intraokular akan
terhambat, terutama pada glaukoma sudut tertutup, sehingga dapat meninggikan tekanan
intraokular. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan midriasis saluran Schlemm yang
terletak di sudut bilik depan mata terbendung.
- Usia pasien. Untuk pasien anak menggunakan midriatikum 0,5% satu tetes dengan
pelarut efrisel, sedangkan pasien dewasa menggunakan midriatikum 1% satu tetes.
- Penyakit jantung bawaan. Pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan tidak boleh
diberikan efrisel, cukup diberikan midriatikum.
20. Jelaskan tentang tujuan, cara, dan interpretasu hasil dari siedel test!

Siedel test
Tujuan : tes untuk mengetahui letak kebocoran pada luka operasi pasca bedah intraocular
Dasar : kebocoran kornea scleral akan terlihat dengan pewarnaan fluoresin
Alat : Fluoresin 2% tetes mata
Teknik :
1. Konjungtiva dibuka pada bleb yang dicurigai tempat adanya kebocoran
2. Fluoresin 2% diteteskan pada mata yang diperiksa
3. Dilihat dengan filter kobalt
4. Dilihat bagian yang diwarnai

Nilai : aquous humor yang bocor dari luka kornea scleral akan membersihkan fluoresin
sehingga tidak tampak warna hijau di tempat tersebut dengan demikiran diketahui letak
kebocoran
Catatan : kadang-kadang diperlukan sedikit penekanan pada bola mata untuk menambah
pengaliran aquous humor keluar pasca bedah
1. Gambarkan secara skematik sistem lakrimalis mata dengan lengkap!

Glandula Concha nasalis


lakrimalis superior

Duktus
2. Jelaskan bagaimanakah cara melakukan pemeriksaan dan evaluasi segmen anterior secara urut!

a. Pasien dan dokter duduk berhadapan dengan ikut pergerakan konjungtiva/tidak, ada
jarak ± 60 cm. sekret/tidak.
b. Perhatikan kulit palpebra: terdapat edema, h. Perhatikan sklera apakah ada penipisan atau
hiperemi, hematoma, benjolan-benjolan, dan penonjolan.
kulit di atas benjolan terfiksasi atau bisa i. Perhatikan kornea (menggunakan senter dari
digerakkan. arah 45° temporal kornea supaya tidak silau,
c. Perhatikan rima palpebra: kanan dan kiri sesekali boleh bergerak ke nasal) lalu amati:
sama lebar, gerakan membuka dan menutup kejernihan, bentuk, ukuran, kecembungan,
mata ada yang tertinggal atau tidak. permukaan licin/kasar, adanya pembuluh
d. Perhatikan apakah palpebra menutupi daerah darah, pterygium, dan lainnya.
pupil atau tidak (normalnya menutupi ± 2 j. Periksa kedalaman bilik mata anterior dengan
mm kornea bagian superior). sinar yang diarahkan dari temporal limbus.
e. Amati silia dan margo palpebra. Tentukan kedalam dan kejernihannya.
f. Lakukan eversio palpebra lalu amati: warna k. Lakukan pemeriksaan refleks pupil terhadap
mukosa, adanya benjolan sikatriks, benda cahaya (direct dan indirect). Perhatikan pula
asing, bangunan-bangunan folikel, cabble’s bentuk pupil, bulat/tidak, sentral/tidak.
stone, dan lain-lain. l. Periksa iris: bentuk, gambarannya, warna,
g. Perhatikan konjungtiva bulbi: warna, adakah synechia.
oedema, bangunan/penonjolan, pelebaran m. Periksa kejernihan lensa (sebaiknya pupil
pembuluh darah, berkelok-kelok atau lurus, dilebarkan jika tidak ada kontraindikasi).
Sinari dari arah 30°-45° temporal kornea.
Perhatikan letak dan kejernihannya (shadow test).

3. Jelaskan bagaimana cara pemeriksaan Shadow test dan interpretasinya!


Shadow test bertujuan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa.
Cara melakukan: Sinari pupil dari arah 30°-45° temporal kornea lalu lihat bayangan iris pada
lensa keruh.
Interpretasi:
a. Positif: bayangan iris pada lensa terlihat lebih besar dan jauh terhadap pupil. Hal ini
menandakan bahwa lensa belum keruh sepenuhnya. Hasil positif sering dijumpai pada
katarak imatur.
b. Negatif: bayangan iris pada lensa terlihat lebih kecil dan dekat terhadap pupil. Hal ini
menandakan bahwa lensa telah keruh sepenuhnya. Hasil negatif sering dijumpai pada
katarak matur.
4. Jelaksan perbedaan antara Conjunctival Vascular Injection dan Pericorneal Vascular Injection!

Conjunctival Vascular Injection Pericorneal Vascular Injection


Asal a. konjungtiva posterior a. siliar
Memperdarahi Konjungtiva bulbi Kornea segmen anterior
Lokalisasi Konjungtiva Dasar konjungtiva
Warna Merah ungu
Arah aliran Ke perifer Ke sentral
Konjungtiva Ikut bergerak Tidak ikut bergerak
digerakkan
Ditetesi Epinefrin Menciut Tidak menciut
1:1000
Penyakit Konjungtiva Kornea, iris, glaukoma
Sekret + -
Penglihatan Normal Menurun

5. Sebutkan pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi air mata!
a. Uji Anel
Uji untuk mengetahui fungsi ekresi sistem lakrimal. Pasien diberi anastesi lokal dan
dilakukan dilatasi punctum lakrimal. Jarum anel dimasukkan ke dalam punctum dan
kanalikuli lakrimal lalu semprotkan garam fisiologis. Tanyakan ke pasien apakah ada
cairan masuk ke tenggorokkan/ ada refleks menelan. Bila ada, fungsi ekskresi sistem
lakrimal baik sedangkan bila tidak, ada penyumbatan duktus nasolakrimal.
b. Uji Rasa
Uji untuk mengetahui fungsi ekresi sistem lakrimal. Pasien diberi 1 tetes sakarin pada
konjungtiva lalu tunggu hinga 5 menit. Bila pasien merasa rasa manis, sistem eksresinya
dalam kondisi baik.
c. Uji Schirmer I
Uji untuk menilai kualitas dan kuantitas air mata yang tidak berhubugan dengan kadar
musin yang dikeluarkan oleh sel goblet. Mata pasien sebaiknya tidak dimanipulasi.
Pertama, selipkan kertas filter pada forniks konjungtiva bulbi bawah dan biarkan ujung
lainnya menggantung. Biarkan selama 5 menit. Apabila kertas tidak basah, kuantitas air
mata kurang. Hal itu dapat disebabkan oleh refleks yang terlalu kuat. Apabila kertas filter
yang basah sebesar <10 mm, fungsi sekresi air mata terganggu.
d. Uji Schrimer II
Uji ini dilakukan jika kertas filter yang basah sebesar <10 mm setelah 5 menit. Uji ini
menilai apakah gangguan sekresi terjadi karena hambatan kelelahan sekresi atau fungsi
dari refleks sekresi kurang. Salah satu mata pasien ditetesi anastesi topikal dan diletakkan
kertas Schirmer. Beri rangsang pada hidung selama 2 menit lalu tungu selama 5 menit. Jika
kertas tidak basah, refleks eksresi gagal. Dikatakan normal apabila kertas basah sebanyak
15 mm.

KOMPETENSI 4A
Kelopak Mata Blefaritis Hordeolum Trichiasis
Konjungtiva Benda asing di Konjungtivitis Subkonjungtiva Mata kering (dry
hemmorhagic eyes)
konjungtiva
Sklera Episkleritis
Akomodasi dan Refraksi Hipermetropia, Miopia Astigmatisme Presbiopia Buta Senja
ringan Ringan

KOMPETENSI 3B
Kelopak Mata Laserasi Kelopak Mata
Glaukoma Glaukoma Akut

KOMPETENSI 3A
Kelopak Mata Kalazion
Konjungtiva Pterigium
Kornea Keratitis Xerophtalmia
Sklera Skleritis
COA (bilik anterior) Hifema Hipopion
Iris dan Korpus Siliaris Iritis Iridosklitis
Akomodasi dan Refraksi Anisometropia pada dewasa
Glaukoma Glaukoma lainnya
Apparatus Lakrimalis Dakrioadenitis Dakrosistitis
KONJUNGTIVITIS
 Mata MERAH, visus NORMAL
 Definisi:
Peradangan konjungtiva/radang selaput lendir yang melapisi belakang kelopak (tarsal) dan
bola mata (bulbi)
 Gejala Klinis:
1. Hiperemi konjungtiva bulbi dan atau tarsal
2. Injeksi konjungtiva bulbi dan atau tarsal
3. Lakrimasi
4. Sekret yang nyata di pagi hari
5. Pseudoptosis (karena kelopak bengkak)
6. Kemosis, hipertrofi papil, folikel, pseudomembran/membran, flikten, sikatrik/granulasi
7. Mata terasa seperti ada benda asing/pasir
8. Adenopati preaurikular
9. Keluhan: silau, mata berair, gatal
 Pemeriksaan Fisik:
1. Cuci tangan
2. Pemeriksaan visus  normal
3. Pemeriksaan segmen anterior
a. Kesejajaran mata: simetris
b. Rima palpebra, daerah sekitar mata (bulu mata, palpebra, alis)
c. Konjungtiva: palpebra, bulbi, fornix
- Sekret
- Oedema palpebra
- Konjungtiva tarsal folikel (virus)
- Cobble stone (alergi)
- Injeksi konjungtiva
- Trantus dot (alergi)
- Adakah: hiperemis, injeksi konjungtiva, lakrimasi (sekret pagi), pseudoptosis (kelopak
bengkak), kemosis (mata bengkak), corpal/benda asing, hipertrofi papil (cobble stone),
folikel, membran/pseudomembran, granulasi, flikten, adenopati preaurikular
d. Kornea
- Mengkilat/jernih atau keruh
- Sensibilitas kornea
e. COA: dalam atau dangkal
f. Reflek Pupil: Direk dan Indirek
g. Lensa:
- Jernih/Keruh
- Shadow test (+)/(-)

 Tatalaksana
1. Edukasi:
a. Jangan dikucek
b. Jangan pegang mata
c. Jangan bergantian handuk
d.Bersihkan sekret
e.Cuci tangan habis membersihkan/oles salep
f.Kompres air hangat tiap pagi agar tidak lengket
g.Pakai Kacamata (untuk melindungi dari kotoran)
h.Jika alergi  hindari alergen dan kompres dengan air dingin untuk hilangkan edema
i.Jaga kebersihan lingkungan
j.Rujuk jika ada komplikasi (keratokonjungtivitis), tidak sembuh (bakteri 1 minggu, viral
dan alergi 2 minggu)
2. Medikamentosa:
a. Bakteri

R/ Cendo lyteers ED fl No I Bakteri (3 hari) Bila berat, ditambah:


S 4 dd gtt I ODS R/kloramfenikol EO 1% R/Metilprednisolon tab mg 8
R/ Ciprofloksasin 0.3% ED fl No
I
tube No I No X
S 4 dd gtt I ODS S 3 dd ue ODS S 3 dd tab I
atau R/Cetirizin tab mg 10 No V
R/kloramfenikol EO 0.5% S 1 dd tab I
tube No I
S 6 dd ue ODS

b. Virus

R/Acyclovir 3% EO tube No I Virus (10 hari)


S6 dd ue ODS R/Acyclovir 3% EO tube No I
R/Cendo Lyteers ED fl No I S 5 dd ue ODS
S 6 dd gtt I
R/Na diklofenak tab 50 mg No VI
S 2 dd tab I

c. Alergi

R/Cendo Xytrol ED fl No I Alergi (2 minggu)


S 4 dd gtt I ODS R/Flumetalon 0.1% ED fl No I
R/Flarex ED fl No I S 2 dd gtt I ODS
S 4 dd gtt I ODS
R/Cetirizin tab mg 10 No V
S 1 dd tab I
 Diagnosis Banding

Bakterial Virus Alergi


Onset Akut Akut Tidak tentu
Sekret Purulen/ Mukopurulen Serous/Jernih (sedikit) Mukoid, air (sedikit)
(banyak)
Lokasi Bilateral/ Unilateral Unilateral Bilateral/Unilateral
Gatal Minimal Minimal Hebat
Faktor Pemberat Pagi hari Imunitas turun Alergen
Palpebra - - Oedem
Blobok (lebih nyata Nrocos Gatal, radang
pada pagi hari) (merah, sakit
bengkak, berulang)
- Pinguekulitis : Di awal penyakit tandanya mirip
- Episkleritis: Tidak ada sekret/sedikit sekali
- Skleritis: tidak ada sekret/sedikit
- Subkonjungtival bleeding: terutama pada konjungtivitis folikular akut
- Dry eyes
- Keratokonjungtivitis

Perbedaan Konjungtivitis Keratitis


Visus Normal Penurunan nyata
Silau Tidak ada atau sedikit Nyata
Sakit Pedes, kelilipan Nyeri atau sakit
Mata Merah Injeksi konjungtival Injeksi siliar
Sekret Ada Tidak ada
Kelopak lengket Terutama pagi hari Tidak ada
Pupil Normal Miosis?

- Gonococal Kerato Konjungtivitis


o Bayi baru lahir, ibu riwayat GO
o Discharge purulen
o Konjungtiva kemosis
o Terapi
R/Ciprofloksasin 0.3% ED fl No I
S 6 dd gtt I ODS
R/Cefotaxim mg 1000 No I
Aquabidest pro inj No I
Cum disposable syringe cc 1 No I
Disposable syringe cc 3 No I
S i.m.m
Atau
R/Gentamisin 0.3% EO No I
S per ¼ jam u.e
Atau
R/Kloramfenikol 0.5% ED fl No I
S gtt I per jam
R/Kloramfenikol 50000 UI/kgBB
- Neonatal Chlamidia Konjungtivitis
o Bayi baru lahir (5-19 hari)
o Blobok, Mukopurulen
o Ibu ada riwayat keputihan
o Terapi:
R/Ciprofloksasin 0.3% ED fl No I
S 6 dd gtt I ODS
 Pedoman Praktik Klinik
a. Konjungtivitis BAKTERI
R/Cloramphenicol ED fl No I atau R/Cloramphenicol EO No I
S 6 dd gtt I ODS S 3 dd ue ODS
b. Konjungtivitis ALERGI
R/ Flumetalon ED fl No I
S 2 dd gtt I ODS
(untuk 2 minggu)
c. Konjungtivitis VIRAL

Herpes Simpleks Herpes Zooster


R/Acyclovir 3% EO tube No I R/Acyclovir 3% EO tube No I
S 5 dd oles I ODS S 5 dd oles I ODS
(untuk 10 hari) R/Acyclovir tab mg NO XXXV
R/Acyclovir tab mg No XXI S 5 dd tab I
S 3 dd tab I R/Metilprednisolon tab mg 8 No XV
S 2 dd tab I

d. Konjungtivitis GONOCOCCAL
R/Kloramfenikol ED fl No I
S gtt I per jam ODS
R/Injeksi Kloramfenikol 50.000 unit/kg BB tiap hari sampai tidak ada kuman GO
TAMBAHAN:
Cendo Fenicol 0.25% dan 1%  Isi kloramfenikol
Flarex 0.1% = Flurometholon  steroid
Cendo xytrol  Dexametason 0.1%; Neomisin sulfat, Polimiksin B sulfat
Indikasi: Infeksi bakteri pada neomisin dan polimiksin, blefaritis tidak
bernanah,konjungtivitis tidak bernanah, skleritis, tukak kornea, dan keratitis
SUBKONJUNGTIVAL BLEEDING

 Mata MERAH, Visus NORMAL


 Definisi:
Pecahnya pembuluh darah karena umur, hipertensi, arteriosklerosis, anemia, batuk
ringan, dan trauma. Faktor penyebab karena tekanan yang tinggi dan usia. Jika hematoma
membentuk kacamata  fraktur basis cranii, biasanya warna merah sampai kehitaman
 Keluhan Utama: Mata MERAH
 Pemeriksaan Fisik:
1. Visus  Normal
2. Segmen anterior
 Penatalaksanaan
1. Tidak perlu pengobatan, karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu, jadi
cukup beri cendo lyteers (untuk menenangkan pasien)
2. Pasien berbaring dengan elevasi kepala 30-400
3. Vasokonstriktor  asam traneksamat 3x500 mg
DRY EYES (MATA KERING)
(KERATOKONJUNGTIVITIS)

 Komponen air mata: Lipid, Aqueous, dan Musin  defisiensi komponen musin
 Etiologi:
1. Defisiensi lemak air mata  blefaritis kronis
2. Defisiensi kelenjar  sindrom syogen, usia tua, alakrimia, penguapan berlebihan, jaringan
parut pada kornea
 Keluhan
- Gatal
- Mata seperti berair
- Silau
- Kabur
- Mata merah
- Nrocos
- Sekresi mukus meningkat (karena adanya respon kelenjar lakrimalis untuk produksi air
mata)
- Sulit menggerakkan kelopak mata
- Mata kering
- Erosi kornea
- Sensasi terbakar
- Perih
 Pemeriksaan Fisik
1. Visus menurun atau normal
2. Segmen anterior:
- Konjungtiva bulbi: edema, hiperemi, menebal, dan kusam
- Kadang terdapat benang mukus kekuningan pada forniks konjungtiva bagian bawah
(foamy tears pada konjungtiva)
3. Tes Schrimmer: Normal jika resapan air mata < 5 menit
 Komplikasi: Ulkus kornea, infeksi sekunder, neovaskularisasi kornea, keratitis
 Terapi:
1. Medikamentosa
R/ Cendo Lyteers ED fl No I
S 6 dd gtt I ODS (ada yang pernah nulis 4 dd gtt I ODS)
2. Air mata buatan  Karboksi metil selulosa
 Rujuk  jika muncul komplikasi (keratitis, penipisan kornea, infeksi sekunder,
neovaskularisasi kornea  mesti terus pemberian air mata buatan)
 Edukasi:
1. Menahun dan total pemulihan sukar, rujuk jika ada komplikasi
2. Jangan lama-lama di depan TV atau laptop
3. Jangan memakai kontak lensa
4. Jangan dikucek
CORPUS ALIENUM KONJUNGTIVA

 Riwayat kemasukan benda asing


 Keluhan:
- Mata merah
- Pandangan kabur
- Nyeri, perih
- Nrocos
 Terapi:
1. Evakuasi Corpal
2. Medikamentosa
R/ Cendo Xytrol ED fl No I
S 4 dd gtt I ODS
R/ Cendo Lyteers ED fl No I
S 4 dd gtt I ODS
BLEFARITIS

 Definisi: Radang kelopak mata dan tepi kelopak, akibat kurang menjaga kebersihan
 Gejala
- Bengkak
- Gatal pada tepi kelopak mata
- Bersisik putih
- Kadang bulu mata rontok (madarosis)
- Eksudat lengket  mata sulit membuka setelah tidur
- Epifora
- Seperti mengganjal
- Nyeri, panas,
 Pemeriksaan Fisik
1. Visus Normal
2. Segmen Anterior
- Margo palpebra oedema hiperemis
- Madarosis
- Skuama krusta di margo palpebra, apabila diangkat akan berdarah
- Ulkus di margo palpebra
 Penyulit: Konjungtivitis, Keratitis, Hordeolum, Kalazion, dan Madarosis
 Blefaritis
- Infeksi
o Virus: herpes zooster, herpes simpleks
o Bakteri: streptococcus, pseudomonas, pneumococcus (supefisialis, seboroik,
ulseratif, angularis, dan skuamosa)
o Jamur
- Alergi: debu, asap, bahan kronis

Blefaritis Seboroik Blefaritis Angular


Margo palpebra merah, kotor Infeksi stafilokokus
Sekret berminyak Sisik kering
Konjungtivitis hiperemi Palpebra merah
Residif, kambuh-kambuhan Ulkus di tepi palpebra  diberi sulfonamid
Skuama/krusta pada pangkal bulu mata 10%  dibersihkan
apabila dikelupas tidak menimbulkan luka

 Diagnosis Banding: Kalazion, Hordeolum, Insect bite, dan Ca sel basal

 Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
R/Siprofloksasin tab mg 500 No X R/Sulfonamid EO tube No I
S 2 dd tab I S 4 dd ue ODS
R/ Gentamisin ED fl No I R/Tertrasiklin tab mg 250 No XX
S 3 dd gtt I ODS S 4 dd tab I
R/Cendo Lyteers ED fl No I atau
S 4 dd gtt I ODS
R/ Natrium diklofenak tab mg 50 No X
S 2 dd tab I

Atau
R/ Cendo Mycos EO tube No I
S 3 dd ue palpebra ODS
Cendo Mycos: Hidrokortison asetat 0.5% dan Kloramfenikol 0.2%  apabila ada
konjungtivitis

Apabila ada tukak


R/Gentamisin 1% EO tube No I atau R/Gentamisin 0.5% ED fl No I
S 3 dd ue ODS S gtt II ODS tiap 2 jam

2. Edukasi
- Kompres air hangat 5-10 menit sebanyak 3x/ Bersihkan kelopak mata dengan cotton bud
hangat 5-10 menit
- Bersihkan dengan shampo bayi 2x
- Jaga kebersihan dan jangan dikucek
- Kontrol 3 hari
HORDEOLUM
 Definisi:
Peradangan supuratif akut pada kelenjar kelopak ata, biasanya oleh karena stafilokokus.
Kelenjar kelopak mata: Internum (kelenjar meibom)  lebih besar oedemnya, dan
Eksternum (kelenjar Zeiss dan Moll)  lebih kecil oedemnya
 Gejala
- Onset akut
- Benjolan: telokalisir, lokasi, jumlah benjolan, buat menunduk sakit?
- Kelopak mata bengkak
- Merah (+)
- Nyeri (+) terutama saat menunduk
- Sakit dan mengganjal
- Perih pada kelopak mata
- Terlokalisir dan mengkilat
 Pemeriksaan Fisik:
1. Cuci Tangan
2. Pemeriksaan Visus  Normal
3. Pemeriksaan segmen anterior:
- Benjolan
- Hiperemi
- Eksternum/Internum
- Kesejajaran mata
- Daerah sekitar mata (palpebra, air mata, bulu mata, alis)
- Konjungtiva  eversi
- Kornea dan sensibilitas kornea
- COA
- Kejernihan lensa
- Reflek pupil dan konvergensi
- Oedem palpebra
- Pseudoptosis
- Nyeri tekan
4. Cuci Tangan
 Diagnosis Banding: Kalazion, Blefaritis, Selulitis Presipital, Insect bite, Granuloma pyogenik,
Meibomitis
 Komplikasi: Abses, Selulitis
 Penatalaksanaan
1. Edukasi:
- Jaga kebersihan
- Bersihkan dengan shampo/sabun bayi
- Jangan pakai alat make up/contact lens karena akan menyebar ke kornea
- Jangan ditusuk/ditekan hordeolumnya
- Nanah 2 minggu tidak sembuh  periksa ke dokter
- Kompres hangat 10-15 menit, 3-4x untuk drainase
2. Medikamentosa
R/Siprofloksasin tab mg 500 No X
S 2 dd tab I
R/Na diklofenak tab mg 50 No X
S 2 dd tab I
R/Cendo Tobrason ED fl No I *Cendo Tobrason: Tobramisin
S 4 dd gtt I ODS dan Dexametason
Atau
R/Kloramfenikol 1% EO No I atau R/Kloramfenikol 0.5% ED fl No I
S 3 dd ue (oles pada palpebra) ODS S 12 dd gtt I ODS
R/Eritromisin tab mg 500 No X
S 2 dd tab I

Hordeolum Internum  Setelah di Insisi: R/ Gentamisin EO 0.3% tube No I


S 4 dd gtt I ODS
EPISKLERITIS

 Definisi: Radang pada jaringan ikat vaskular di episklera


 Etiologi
- Reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik  TBC, Reumatoid artritis, Lues,
SLE
- Merupakan reaksi toksik, alergik, atau bagian dari infeksi
- Bisa spontan dan idiopatik
 Gejala
- Kemerahan setempat
- Visus normal
- Mata terasa kering
- Mengganjal
- Injeksi episklera
- Peradangan/oedema sklera, batas tegas warna merah
- Unilateral
- Terutama pada wanita usia pertengahan
- Bentuk radang
o Gambaran berupa benjolan setempat berbatas tegas dan warna merah ungu
dibawah konjungtiva
o Bila benjolan ditekan  sakit menjalar di sekitar mata
 Pemeriksaan Fisik
1. Cuci Tangan
2. Visus
3. Segmen anterior + COA
4. Palpasi : Nyeri Tekan (+) dan TIO meningkat
 Diagnosis Banding: skleritis, konjungtivitis, dan pterigium
 Komplikasi: skleritis
 Terapi:
R/Cendo Lyteers ED fl No I
S3 dd gtt I ODS
R/ Cendo Xytrol ED fl No I
S 3 dd gtt I ODS
Atau
Episkleritis+ Skleritis
R/Nafazoline ED fl No I
S3 dd gtt I ODS
R/Vosacon ED fl No I
S 3 dd gtt I ODS
R/Natrium diklofenak tab mg 50 No X
S 2 dd tab I
 Edukasi: peradangan pada selaput mata dan dapat sembuh sendiri
 Prognosis: sembuh dalam 4-5 minggu namun residif
KELAINAN REFRAKSI
 Anamnesis
1. Nama, umur, alamat, pekerjaan
2. Ada keluhan apa? (pandangan kabur)
3. Mata sebelah mana? (OD/OS)
4. Sejak kapan?
5. Kualitas? (jauh/dekat)
6. Kuantitas? (makin bertambah kah)
7. Faktor pemberat (makin kabur saat apa)
8. Faktor peringan (sudah diberi obat)
9. Keluhan lain: mata merah, pandangan kabur, pandangan dobel, nyeri, cekot-cekot, pusing,
silau, gatal, nrocos, blobok
10. RPD: dulu pernah seperti ini? Riwayat kacamata? HT, DM, Alergi, Asma? Trauma?
11. RPK: keluarga ada yang mengeluh serupa? Riwayat kacamata?
12. Riwayat Kebiasaan: suka baca jarak dekat? Kena debu saat berkendara?
13. Adakah yang mau disampaikan lagi?
14. Sign penting  jelaskan px visus
 Mata KABUR, mudah LELAH saat melihat jauh/dekat
 Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Visus
a. Optotipe Snellen  hitung jari: 1/60-6/60  lambaian tangan: 1/300 cahaya 1/~
0
b. Pinhole
c. Koreksi dengan trial lens
6/7 0.25
6/9 0.50
6/12 & 6/15 0.75
6/20 1.00
6/30 1.25/1.50
6/40 1.75/2.00
6/50 2.25
6/60 2.50/>2.50

d. + 0.25  kabur: koreksi benar, jelas: koreksi salah


e. Untuk Addisi disesuaikan usia
40 th +1.00
42-43 th +1.25
45 th +1.50
47-48 th +1.75
50 th +2.00
51-53 th +2.25
55 th +2.50
57-58 th +2.75
60 th +3.00

f. Ukur jarak pupil (distantia pupil)


o Distantia pupil  pasien diminta melihat jauh kedepan dan disenteri cahaya
 ukur jarak cahaya pupil  jarak jauh. Kemudian pasien suruh melihat
arah cahaya berasa  ukur pupil  jarak dekat. Normalnya jarak jauh adalah
jarak dekat + 2-3 mm.
g. Jelaskan hasil pemeriksaan
h. Tulis resep kacamata
 Tatalaksana
1. Resep Kacamata
Kanan Kiri
PD
S C A S C A
Jauh
Dekat
Pro: n......n
Keterangan: PD: Distantia Pupil; Dekat: Addisi+ Sferis Jauh
2. Edukasi:
- Posisi membaca  mengubah kebiasaan
- Penerangan cukup
- Jarak baca (≥30 cm)
- Lama baca (≤30-40 menit)
3. Medikamentosa
R/Cendo Asthenof ED fl No I *Cendo Asthenof  Vitamin A dan
S 3 dd gtt I ODS Xymethazoline HCl
Miopi anak kecil  R/ Cendo Vision ED fl No I
S 3 dd gtt II ODS
 Kelainan AMETROP
1. Miopi
- Definisi: cahaya jatuh didepan retina, rabun saat melihat jauh
- Miopi Axial: bola mata terlalu panjang pada diameter anteroposterior
- Miopi Refraktif: akibat pembiasaan media refraksi terlalu berat
- Derajat:
o Ringan 1-3 D
o Sedang 3-6 D
o Berat > 6D
- Perjalanan
o Stasioner: menetap setelah dewasa
o Progresif: bertambah terus pada usia dewasa karena sumbu bola mata bertambah
panjang
o Maligna: miopi progresif yag dapat menyebabkan asitigmatisme dan kebutaan
- Keluhan: sakit kepala, mengernyitkan mata untuk mencegah aberasi sferis dan mendapat
efek pinhole
- Terapi: kacamata sferis negatif (-) terkecil yang memberikan visus maksimal

2. Hipermetropi
- Definisi: cahaya jatuh di belakang retina, rabun saat melihat dekat dan jauh; Mata lelah
dan sakit karena terus menerus berakomodasi untuk lihat dan fokus; Melihat dan
memfokuskan bayangan yang terletak di belakang makula agar terletak di makula lutea
(astenopsia akomodasi)
- Macam
1. Manifestasi: dapat dikoreksi dengan kacamata (+) maksimal
Fakultatif: dapat diimbangi dengan akomodasi
Absolut: tidak dapat diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan lensa (+) untuk
melihat jauh
2. Laten: kelainan refraksi diimbang seluruhnya dengan akomodasi, tanpa sikloplegia
atau dengan obat yang melemahkan akomodasi
3. Total: hipermetropia yang ukurannya didapat setelah diberi siklopegia
- Keluhan:
o Penglihatan dekat dan jauh kabur
o Sakit kepala
o Silau
o Juling/lihat ganda
o Mata lelah (karena terus akomodasi)
o Esotropia  juling ke dalam karena melakukan konvergensi
- Terapi: Lensa spheris (+) terkuat atau lensa (+) terbesar yang memberikan visus
maksimal
3. Astigmatisme
- Berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina, tapi pada 2 garis
titik api yang saling tegak lurus. Terjadi akibat kelainan kelengkungan kornea
- Astigmatisme: reguler dan irreguler
- Keluhan: Pusing
- Terapi: kacamata lensa silindris
 Presbiopi
- Definisi: gangguan akomodasi usia lanjut, karena kelemahan otot akomodasi atau lensa
mata tidak kenyal/elastisitasnya berkurang karena sklerosis lensa. Rabun hanya saat
melihat dekat.
- Gejala: rabun hanya saat melihat dekat, mata lelah, berair, sering terasa pedas
- Terapi: lensa addisi (+). Kacamata baca: kacamata jauh + add (+)
 Afakia
- Definisi: Mata dengan hipermetropia tinggi akibat mata tidak mempunya lensa
- Karena pasien memerlukan lensa tebal, keluhan:
o Benda terlihat > 25%
o Efek prisma tebal, benda terlihat melengkung
o Badut dalam kotak/ jack in box, bagian yang jelas terlihat hanya bagian sentral,
bagian tepi kabur
BUTA SENJA

 Terjadi defisiensi Vitamin A, usia 6 bulan – 4 tahun terjadi defisiensi vitamin A


 Keluhan: sulit melihat saat malam hari dan mata kering
 Pemeriksaan fisik
1. Visus Normal
2. Segmen anterior  bitot konjungtiva (defisiensi vit A  hiperkeratosis folikular) dan
kornea kering
3. KU: kulit kering, bersisik
 Penatalaksanaan:
1. Edukasi:
- Banyak makan vit A
- Memakai kacamata lapis gelap
- Pekerjaan jangan malam hari
2. Medikamentosa
R/ Vitamin A caps IU 200.000 No II
S 1 dd caps 1
 Diagnosis Banding: defisiensi vitamin A, retinitis pigmentosa, sifilis, dan rubela kongenital
GLAUKOMA
 Anamnesis: cekot-cekot, visus turun
 Pemeriksaan Fisik:
1. Visus  turun
2. Segmen anterior 
- COA (dangkal/dalam; terbuka/tertutup)
- Kornea keruh
- Pupil Midriasis
3. Lapang pandang  menyempit
4. TIO  meningkat
 Penatalaksanaan
1. Edukasi:
- Kontrol DM, HT (faktor risiko)
- Kontrol TIO rutin
- Minum tidak boleh sekaligus banyak  meningkatkan TIO
- Tidak boleh minum kopi
2. Medikamentosa
R/Timolol Maleat 0.5% ED fl No I
S 2 dd gtt II ODS
R/Glaucon tab mg 250 No X
S 2 dd tab I
R/KSR tab mg 600 No V
S 1 dd tab I
R/Xalatan ED fl No I
S 1 dd gtt I ODS mane

Timolol maleat  non selektif β adrenergik reseptor blocking agent (mengurangi tekanan
bola mata)
Glaucon  asetozolamide (diuretik)
Xalatan  latanoprost (mengurangi tekanan)
 Diagnosis Banding:
o Glaukoma simpleks, glaukoma sudut tertutup kronik, glaukoma sekunder, glaukoma
sudut terbuka
o Kelainan refraksi
o Retinopati (DM, HT, Anemia, hipotensi)
o Katarak

KALAZION
 DEFINISI
Peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat, akibat infeksi kronis
 GEJALA
 Benjolan pada kelopak mata  biasanya keras
 Tidak ada hiperemi
 Tidak ada tanda peradangan
 Tidak nyeri tekan
 PEMERIKSAAN FISIK
1. Cuci tangan
2. Px. Visus normal
3. Px. Segmen anterior
 Benjolan
 Tidak hiperemis
 Nyeri tekan (-)
 Pseudoptosis
 KGB preaurikuler tidak membesar
 PENATALAKSANAAN
R/ ciprofloxacin tab mg 500 no. X
 2 dd tab I
R/ Natrium diklofenak tab mg 50 no. VI
 2 dd tab I p.c
R/ xytrol ED no. I
 4 dd gtt I OD/OS/ODS
Rujuk Sp. M  ekskokleasi
 EDUKASI
 Kompres hangat 3-4 x / hari @ 10-15 menit  ± 3-5hari
 Bisa hilang/ sembuh sendiri karena diabsorpsi
 DIAGNOSIS BANDING
 Hordeolum internum
 Blefaritis
 Meibomitis

TRICHIASIS & ENTROPION


 DEFINISI
Entropion : Margo palpebra mengarah ke dalam bola mata sehingga bulu mata
menyentuh ke dalam mata
Trikiasis : Bulu mata tumbuh kea lam sehingga menyentuh bola mata
 Trikiasis belum tentu entropion
 GEJALA
 Mata seperti ada yang mengganjal
 Nyeri (+)
 Nyocok atau tertusuk2 (+)
 Perih (+)
 Pedes (+)
 Nrocos (+)
 PEMERIKSAAN FISIK
1. Cuci tangan
2. Visus
3. Segmen anterior : kelopak mata melipat ke dalam ; bulu mata tumbuh ke
dalam
 PENATALAKSANAAN
Entropion :
a. Rujuk Sp. M
b. Operasi membuang kulit yang berlebihan di kelopak mata (blepharoplasty?)

Trikiasis :
a. Epilasi : cabut bulu mata (namun biasanya muncul lagi 6-8minggu)
b. Efektif dgn elektrolisis/ terapi krio
c. R/ Gentamycin 0,3% ED no. I
 4 dd gtt I ODS

EKTOPION
 DEFINISI
Melipatnya kelopak mata bawah keluar atau konjungtiva tarsal berhubungan langsung
dengan dunia luar
 GEJALA
- Nrocos
- Iritasi/ merah
- Kering karena terpapar
 PEMERIKSAAN FISIK
1. Cuci tangan
2. Visus
3. Segmen anterior
- Kelopak mata keluar
- Bulu mata tampak berair
- Konjungtiva palpebral merah
 PENATALAKSANAAN
R/ cendolyteers ED fl no. I
 6 dd gtt I OD
+ antibiotik u/ cegah infeksi ?
 Diagnosis Banding
Corpal, lagoftalmus

HIFEMA
 DEFINISI  Darah di COA
 GEJALA
- Nyeri post trauma (+)
- Pandangan kabur, visus turun
- Epifora (sumbatan di saccus lacrimalis)
- Blefarospasme
 PX FISIK
- Cuci tangan
- Visus  turun
- Segmen anterior : oedem, darah di COA
- Fluoresence test : defek kornea (+/-)
- TIO meningkat
 PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap, tidur dengan posisi elevasi kepala 30◦-40◦
2. R/ gentamycin 0,3% ED no. I
 6 dd gtt I ODS
R/ Asam tranexamat tab mg 500 no. VIII
 2 dd tab II
R/ Glaucon tab mg 250 No. VII
 2 dd tab ½
R/ Sulfas Atropin 1% ED fl no. I
 1 dd gtt I ODS
R/ Vasacon ED fl No. I
 2 dd gtt I ODS
Dosis asam tranexamat
Tab 1000-1500 mg  2-3 tab per hari
Kapsul : 250 mg ; 1-2 kapsul 3-4 x/ hari
Tablet salut selaput : 500 mg ; ½-1 tablet 3-4x / hari
Injeksi : 250 mg/5 ml atau 500mg/ 5ml ; 250-500 mg terbagi
dalam 1-2 dosis/hari  IM/IV
 DDx
Subkonjungtiva bleeding, ablatio retina
PINGUEKULA
 DEFINISI
Penebalan selaput lendir, penonjolan berwarna putih, kuning, atau kehijauan  hipertrofi
 ETIOLOGI
Panas, debu, sinar UV, udara kering (iritasi)
 GEJALA
- Seperti ada benda asing
- Penonjolan di bola mata
- Mata gatal, kering, ngganjel
 PX FISIK
1. Cuci tangan
2. Visus  N/ turun
3. Segmen anterior : penonjolan warna putih, kuning, keabuan, degenerasi hyalin &
konjungtiva
 PENATALAKSANAAN
R/ Tobroson ED fl no. I
 4 dd gtt I ODS
R/ methyl prednisolone tab mg 4 no. X
 2 dd tab 1
R/ Amoxicillin tab mg 500 no. XII
 3 dd tab 1

 DDx
Pterygium

PTERYGIUM
 DEFINISI
Duplikasi konjungtiva bulbi berbentuk segitiga yang menutup kornea dengan basis di limbus
dan puncak di sentral
Tipe I : kecil, di limbus atau tepi kornea
Tipe II : primer advance, invasi kornea
Tipe III : primer rekuren, zona optik
 GEJALA
- Ganjel, Ngeres
- Pandangan kabur
- Pannus  perdarahan
- Ada daging tumbuh (biasanya bilateral)
 ANAMNESIS
Serig terpapar sinar matahari? Angin? Debu? Mengganggu aktivitas? RPD  rekuren
 PX FISIK
1. Cuci tangan
2. Visus
3. Segmen anterior :
- konjungtiva bulbi (normal/ merah? Jar. Fibrovaskular?)
- kornea (normal/ sikatrik)
 PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan / ekstirpasi pterygium  rujuk Sp. M
2. R/ cendo lyteers ED fl no. I
 6 dd gtt I ODS
R/ Vasacon ED no. I
 6 dd gtt I ODS
R/ cendo xytrol ED fl no. I
 4 dd gtt I ODS
NB : bila radang  steroid + air mata buatan
 EDUKASI
- Hindari paparan sinar matahari&debu
- Pakai kacamata jika berpergian
 DDx
Pseudopterygium, pinguekula, pannus, flikten
 Prognosis
Sembuh, residif/ rekuren

PSEUDOPTERYGIUM
 DEFINISI
Perlekatan konjungtiva bulbi dgn kornea  curiga keganasan
 ETIOLOGI
Trauma kornea (+)
 ANAMNESIS
Trauma pada mata
 PX FISIK
1. Cuci tangan
2. Visus
3. Segmen anterior : Jar. Fibrosa putih, pucat, berbentuk tidak teratur
 DDx
Pterygium, pinguekula
PSEUDOPTERYGIUM PTERYGIUM PINGUEKULA
R. trauma/ defek kornea (ulkus,
Tidak ada riwayat trauma,
kerusakan permukaan) Penebalan selaput lendir /
riwayat iritasi (+) debu, sinar
penyembuhan konjungtiva konjungtiva bulbi  hipertrofi
matahari, angina
menutupi
Bentuk segitiga, basis dilimbus, Warna putih, kuning, keabuan,
Tidak berbentuk segitiga
puncak di kornea di nasal atau temporal
Tidak perlu terapi maupun
Tidak perlu terapi khusus,
pembedahan kecuali jika sudah
ekstirpasi steroid topical, membantu
sangat mengganggu visus/
meredakan radang
alasan kosmetik
Tidak progresif Progresif sedang, bisa residif
SKLERITIS
 GEJALA
- Nyeri yang hebat  menjalar hingga ke dahi, alis dagu
- Bilateral
- Visus normal/ turun
- Etiologi : peny. Sistemik
- Gabungan injeksi sklera & episklera
- Mata merah
- Beerair
- Fotofobia
 PX FISIK
1. Cuci tangan
2. Visus
3. Segmen anterior
4. TIO
 PENATALAKSANAAN
1. Rujuk Sp. M
2. Medika mentosa
R/ natrium diklofenak tab mg 50 no. X
 2 dd tab I
R/ methyl prednisolone tab mg 4 no. X
 2 dd tab 1
Note : beri NSAID dulu sebelum steroid jika tidak ada perbaikan
R/ ibuprofen tab mg 300 no. X
 3 dd tab 1
 DDx
Episkleritis, konjungtivitis

KERATITIS
 DEFINISI
Peradangan pada kornea, superficialis (epitel) / profunda
 GEJALA
- Mata merah
- Visus turun
- Pandangan kabur
- Nrocos
- Injeksi siliaris
- Merasa kelilipan
 MACAM
Bacterial, jamur, virus, alergi
 ETIOLOGI
- Penurunan produksi air mata
- Keracunan obat
- Reaksi alergi
- Konjungtivitis menahun
 PX FISIK
1. Cuci tangan
2. Visus  turun/normal
3. Segmen anterior
- Kornea keruh
- Virus : infiltrate halus berbintik di depan kornea (bilateral), tes sensibilitas turun,
ulkus berupa dendrit
- Bakteri : infiltrate putih
- Jamur : lesi satelit, infiltrate abu-abu, hipopion, peradangan, r. trauma pd kornea
(ranting, daun, tumbuhan) e.c hifa
 PENATALAKSANAAN
1. Rujuk Sp. M
2. Bila dalam, tidak diberi steroid krn lesi bisa semakin dalam (steroid menghambat
pertumbuhan epitel), lesi superficialis boleh menggunakan kortikosteroid

3. R/ gentamycin 0,3% ED fl No. I


 4 dd gtt 1 ODS
R/ cen do lteers ED fl No. I
 4 dd gtt I ODS
R/ cendo xytrol ED fl no. I
 4 dd gtt I ODS
Anti jamur : R/ Natamycin 5 % ED fl No. I  oftalmic suspension
 4 dd gtt I ODS (1-2 jam saat bangun tidur)
Anti Virus R/ acyclovir 3% ED tube no. I
 6 dd gtt I ODS

 DDx
- Glaukoma akut
- Uveitis anterior
- Keratokonjungtivitis
- Endoftalmitis (peradangan di bag. dalam mata, termasuk rongga sentral mata yg berisi
cairan vitreus)
- Panoftalmitis ( peradangan seluruh bola mata, termasuk sclera & kapsul tenon sehingga
bola mata merupakan ronggaabses)
 KOMPLIKASI
Endoftalmitis
ULKUS KORNEA
 DEFINISI
Hilangnya sebagian permukaan kornea e.c kematian jaringan kornea
 TANDA DAN GEJALA
- Mata terasa nyeri
- Visus turun
- Mata merah
- Fotofobi
- Nrocos
- Sekret (+), ngganjel
- RPD  R. trauma pd mata
 PX FISIK
1. Cuci tangan
2. Visus
3. Segmen anterior  defek jaringan
Kornea  ulkus: infiltrate, warna putih keabuan, erosi (tidak putih),
penipisan kornea
Hipopion, hifema, sinekia posterior
4. Fluorescence test (+) warna hijau
(+) : kornea tidak intak, rusaknya epitel kornea
 PENATALAKSANAAN
1. Rujuk Sp. M
2. R/ ciprofloxacin 0,3% EO tube no.I
 4 dd gtt I ODS
R/ natrium diklofenak tab mg 10 no. X
 2 dd tab I
Jika ada sikloplegi  +sulfas atropine
 DDx
Endoftalmitis
Abses kornea
Leukoma
Panoftalmitis
Keratitis
RESEP KATARAK , PSEUDOFAKIA, KEKERUHAN BADAN KACA

Pseudofakia
R/ polydex ED fl No. I
 4 dd gtt II OD
R/ methyl prednisolone tab mg 4 no. X
 1-1-0

Katarak
R/ Catarlent ED fl No. I
 3 dd gtt II ODS

Kekeruhan badan kaca


R/ Vitrolenta ED fl No. I
 ??? gtt ??? ODS

Anda mungkin juga menyukai