Anda di halaman 1dari 11

Laporan Akhir

Perencanaan Ruas Jalan Sriwijaya Kota Semarang Tahun 2014

B agian ini memberikan uraian tentang kondisi arus lalu lintas pada ruas rencana yang terlihat
dari hasil survei lalu lintas

6.1. Lingkup pekerjaan dan Kriteria Teknis


Lingkup pekerjaan dari survai lalu-lintas yang dilaksanakan dalam tahap
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
Data primer:
 Survai menghitung jumlah lalu-lintas
 Selama 40 jam menerus untuk 2 arah, dicatat pada blangko standart, form
SPL 1-2 & SPL 2-2.
 Dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 17 Oktober 2014 jam 06.00 WIB
sampai hari Sabtu tanggal 18 Oktober 2014 jam 22.00 WIB
 Lokasi : Ruas Sriwijaya Kota Semarang

6-1
Laporan Akhir
Perencanaan Teknik Jalan Sriwijaya Kota Semarang 2014

6.1.1. NILAI EKUIVALEN MOBIL ( EMP )


Volume lalu lintas terdiri-dari berbagai jenis atau golongan kendaraan.
Untuk menyamakan kesemua jenis kendaraan dalam satuan yang sama, maka
diperlukan suatu angka konversi atau angka ekuivalen yang sering disebut dengan
Ekivalen Mobil Penumpang ( EMP ). Sehingga bila jumlah suatu jenis kendaraan
dikalikan nilai EMP, maka satuannya menjadi satuan Mobil Penumpang (SMP).
Besarnya nilai EMP sangat dipengaruhi dimensi kendaraan, kecepatan kendaraan
dan medan yang dilalui. MKJI 1997 telah menetapkan nilai EMP untuk berbagai jenis
kendaraan untuk jalan luar kota, yaitu seperti dalam tabel dibawah ini:

6.1.2. VOLUME LALU LINTAS


Didalam menentukan besarnya kebutuhan lebar lajur dan jumlah lajur, maka
salah satu parameter yang diperlukan adalah volume lalu lintas , yaitu volume lalu
lintas pada waktu ruas jalan mulai dipakai dan diakhiri umur rencana.
Arus lalu lintas (kendaraan) yang lewat saat ini terbagi atas beberapa golongan
yaitu :
1. Golongan 1, yang terdiri dari sepeda motor, sekuter, sepeda
kumbang dan roda tiga.
2. Golongan 2, yang terdiri dari sedan, jeep dan station wagon.
3. Golongan 3, yang terdiri dari opiet, ,pick up, suburban dan minibus.
4. Golongan 4, yang terdiri dari mikro truck dan mobil hantaran.
5. Golongan 5, yang terdiri dari bus kecil dan besar.
6. Golongan 6, yang terdiri dari truck dua sumbu.
7. Golongan 7, yang terdiri dari truck tiga sumbu / lebih, gandengan
dan trailer.
8. Golongan 8, yang terdiri dari kendaraan tidak bermotor.

Volume lalu lintas dalam perencanaan jalan sering dinyatakan sebagai Lalu
lintas Harian Rata rata ( LHR ) dengan satuan kendaraan / hari atau smp/hari.
Volume kendaraan juga bisa dinyatakan dalam satuan kendaraan/ jam atau smp/
jam. Untuk analisa kebutuhan lebar dan jumlah lajur, maka data yang diperlukan
adalah data Volume Jam Perencanaan ( VJP ), yaitu volume lalu lintas maksimum

6-2
Laporan Akhir
Perencanaan Teknik Jalan Sriwijaya Kota Semarang 2014

selama satujam. Bila data yang dipunyai adalah LHR, maka data LHR tersebut
dijadikan VJP. Korelasi atau hubungan matematis antar VJP dengan LHR adalah
sebagai berikut:
VJP = K x LHR
Dimana K faktor adalah sebagaimana Tabel 6.1. berikut
Tabel 6.1. Faktor K
LHR ( smp/hari) Faktor K (%)
>50.000 4-6
30.000 - 50.000 6-8
10.000 - 30.000 6–8
5.000 - 10.000 8 - 10
1000 – 5000 10 - 12
< 1000 12 - 16

Data lalu lintas tersebut biasa didapat dengan survey langsung direncana
jalan tersebut ( untuk jalan yang sudah ada ), atau diprediksi dengan menggunakan
perhitungan trip generation atau trip attraction ( untuk jalan baru ). Dalam kaitan
dengan pekerjaan ini maka pencacahan lalu lintas yang lewat diruas jalan tersebut
yang paling cocok.
Pencacahan harus dilakukan minimum 2 hari ( hari normal ). Pengertian satu
hari bisa selama 24 jam atau 16 jam tergantung arus lalu lintas yang lewat. Bila
arus lalu lintasnya menerus sepanjang hari (malam hari terdapat arus lalu lintas
yang signifikan), maka pencacahan dilakukan selama 24 jam dalam satu hari. Tapi
untuk jalan yang sepi pada malam hari, maka pencacahannya cukup dilakukan
selama 16 jam dalam satu hari. Untuk mengetahui perkembangan lalu lintas dimasa
yang akan datang perlu diketahui nilai pertumbuhan lalu lintas.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan lalu lintas antara
lain :
a. Perkembangan jumlah penduduk
b. Kenaikan pendapatan bersih penduduk.
c. Perkembangan kepemilikan kendaraan.
d. Perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat.

6-3
Laporan Akhir
Perencanaan Teknik Jalan Sriwijaya Kota Semarang 2014

Untuk mendapatkan pertumbuhan lalu lintas dengan memperhatikan faktor


faktor tersebut memerlukan survey mendalam terhadap faktor tersebut, dan itu
memerlukan waktu yang lama. Untuk mempermudah perhitungan nilai
pertumbuhan lalu lintas, maka diganakan metoda melihat data lain lintas ( LHR )
aktual di tahun - tahun sebelumnya, kemudian dicari tren perkembangannya, baik
dengan cara membuat regresi dan mengexu-apolasil<an atau dirata rata
pertumbuhan lalu Imtas tiap tahunnya. Dengan diketahui persamaan regresinya
atau diketahui nilai pertumbuhan lalu lintasnya tiap tahun (annual growth rate),
maka dengan mudah akan didapat prakiraan volume lalu lintasnya ditahun yang
akan datang.

6.1.3. KAPASITAS JALAN


Kapasitas jalan didefinisikan senagai arus maksimum yang dapat
dipertahankan persatuan jam yang melewati suatu titik dijalan dalam kondisi yang
ada. Untuk jalan dua lajur dua arah, kapasitas didefinisikan untuk arus dua arah,
tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan perarah perjalanan dan
kapasitas didefinisikan perlajur.
Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang tiap jam (smp/jam).
Persamaan dasar untuk menetukan kapasitas adalah sebagai berikut:

C = Co X FCw X FCsp X FCsf


Dimana :
C = Kapasitas (smp/jarn)
Co = Kapasitas dasar (snip/jam)
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCsp = Faktor penyesuaian pemisah arah (untuk jalan yang takterbagi)
FCsf = Faktor penyesuaian hanibatan samping dan bahu jalan.

6.1.3.1. Kapasitas Dasar ( Co)


Kapasitas dasar adalah. kapasitas jalan dalam kondisi ideal.
Untuk jalan empat lajur dua jalur dua arah, kondisi ideal adalah kondisi
dimana jalan dalam kondisi sebagai berikut:

6-4
Laporan Akhir
Perencanaan Teknik Jalan Sriwijaya Kota Semarang 2014

- Lebar jalur lalu lintas efektif 4.0 meter.


- Lebar efektif bahu 1 m pada masing masing sisi.
- Tidak ada median
- Pemisah arah lalu lintas 50 : 50
- Tipe alinemen datar
- Tidak ada pengembangan dikanan - kiri
Untuk kondisi seperti di atas, besarnya kapasitas dasar (Co) adalah
sebesar 2900 smp/jam untuk kedua arah

6.1.3.2. Faktor Penyesuaian Lebar Jalan (FCw)


Dalam kenyataannya lebar efektif jalan tidak semua dalam
kondisi ideal. Maka diperlukan faktor penyesuaianan lebar jalan. Besarnya
faktor penyesuaian lebar jalan untuk jalan 2 lajur 2 arah tidak terbagi
sebesar 0,56

6.1.3.3. Faktor Penyesuaian Akibat Pemisahan Arah (FCsp)


Volume lalu lintas untuk kedua arah bisa sama atau tidak sama.
Untuk jalan yang tanpa median, maka diperlukan factor penyesuaian akibat
prosentasi arah arus lalu lintas. Besarnya faktor penyesuaian 'akibat pemisah
arah diberikan dalam Tabel 6.2 dibawah ini:

Tabel 6.2. Faktor Penyesuaian Akibat Pemisahan Arah ( FCsp)


Pemisah Arah SP (% - %) 50 - 50 55 - 45 60-40 65-35 70-30
Dua lajur 2/2 1.00 0.97 0.94 0.91 0.88
FCsp
Empat lajur 4/2 1.00 0.975 0.95 0.925 0.90

6.1.3.4. Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping (FCsf)


Kondisi ideal suatu ruas jalan bila dikanan kiri jalan tidak
terdapat hambatan samping, , yang berupa orang menyeberang , kegiatan
dipinggir jalan, parker dipinggir jalan dan angkot yan.g berhenti untuk
menurunkan dan menaikkan penumpang. Hambatan samping dibagi dalam
beberapa kelas yaitu :

6-5
Laporan Akhir
Perencanaan Teknik Jalan Sriwijaya Kota Semarang 2014

- Sangat Rendah (VL), , pada daerah pedesaan, pedesaam pertanian


atau belum dikembangkan.
- Rendah (L). Pedesaan ada beberapa bangunan dan kegiatan samping
jalan.
- Menengah (M), kampung dan kegiatan pemukirnan.
- Tinggi (H), kampung beberapa kegiatan pasar.
- Sangat Tinggi (VH), semi perkotaan, banyak pasar dan kegiatan
niaga.
Besarnya faktor penyesuaian akibat hambatan samping (FCsf),
seperti tertera dalam Tabel 6.3 dibawah ini:
Tabel 6.3 Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping (FCsf)
Kelas (FCsf)
Tipe Jalan Hambatan Lebar Bahu Efektif Ws
Samping <0.5 1.0 1.5 >2.0
VL 0.97 0.99 1.00 1.02
L 0.93 0.95 0.97 1.00
2/2 UD
M 0.88 0.91 0.94 0.98
4/2 UD
H 0.84 0.87 0.91 0.95
VH 0.80 0.83 0.88 0.93
VL 0.99 1.00 1.01 1.03
L 0.96 0.97 0.99 1.01
4/2D M 0.93 0.95 0.96 0.99
H 0.90 0.92 0.95 0.97
VH 0.88 0.90 0.93 0.96

Berarti untuk kondisi di Jalan Sriwijaya diambil angka FCsf = 0,99

6.1.4. DERAJAT KEJENUHAN


Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation) didefinisikan sebagai ratio arus
lalu lintas terhadap kapasitas jalan, digunakan sebagai faktor kunci dalam
penentuan kinerja lalu lintas pada suatu ruas jalan. Nilai derajat kejenuhan. (DS)
menunjukkan apakah ruas jalan mengalami masalah kapasitasnya. Bila nilai DS >

6-6
Laporan Akhir
Perencanaan Teknik Jalan Sriwijaya Kota Semarang 2014

0.80, maka kinerja lalu lintas diruas jalan tersebut bermasalah. Untuk desain
kebutuhan lebar dan jumlah lajur, maka ditentukan bahwa diakhir umur rencana
nilai DS diruas jalan tersebut < 0.80. Nilai DS didapatkan dengan rumus dibawah
ini:

DS = Q / C

Derajat kejenuhan dihitung dengan menggunakan arus (Q) dimana Q adalah


nilai VJP = K x LHR dan kapasitas (C) yang dinyatakan dalam smp/jam

6.1.5. NILAI EQUIVALENT STANDART AXLE (ESA)


Equivalent Standart Axle (ESA) dihitung berdasarkan data lalu lintas yang ada
disamping itu juga dibutuhkan data pertumbuhan lalu Lintas (i) dan umur rencana
jalan (n). Lalu lintas digolongkan menjadi beberapa :
- Mobil + Bus ringan + Truk ringan (M + B + T)
- Bus Berat (HB)
- Truk Sedang (MT)
- Truk Berat dan Trailer (HT)

ESAL Total = ESAL (M+B+T) + SSAL (MT) + E8AL (HB) + ESAL (HT)

6.2. Analisis dan Rekomendasi

6.2.1. Hasil Pengamatan Survei Lalu Lintas


Data hasil survei lalu lintas tersebut jika disajikan dalam bentuk yang
sederhana, adalah seperti dalam Gambar 6.1. berikut ini :

6-7
Laporan Akhir
Perencanaan Teknik Jalan Sriwijaya Kota Semarang 2014

Gambar 6.1. Fluktuasi kendaraan di titik Pengamatan di Ruas Jalan Sriwijaya


Pada titik pengamatan di Ruas Jalan Sriwijaya ditemukan bahwa Ruas Jalan
Sriwijaya merupakan tipe jalan yang dipengaruhi oleh kondisi week day (hari kerja)
dengan puncak pagi pada jam : 07.00 – 08.00 WIB dengan volume 9.089 kendaraan;
Prosentase jenis kendaraan yang meliwati kedua titik pengamatan
dapat dilihat pada Gambar 6.2 berikut ini :

Gambar 6.2. Prosentase kendaraan di titik Pengamatan Ruas Jalan Sriwijaya

6-8
Laporan Akhir
Perencanaan Teknik Jalan Sriwijaya Kota Semarang 2014

Berdasarkan hasil survei pada Gambar 6.2. jenis kendaraan yang lewat pada
titik pengamatan didominasi oleh kendaraan bermotor roda 2 (MC) sebesar 86%.
Kendaraan ringan (LV) sebesar 13%. Sedangkan Bus besar (LB) dan TrukBesar (LT)
tidak ditemukan melintas di titik pengamatan.

6.2.2. Prakiraan Lalu Lintas


Data hasil survei lalu lintas tersebut jika disajikan dalam bentuk yang
sederhana, adalah seperti dalam Tabel 6.4 sebagai berikut:

Tabel 6.4 Resume Jumlah kendaraan pada ruas Jl. Sriwijaya tahun 2014

Resume Data Lalu Lintas Jl Sriwijaya Tahun 2014 dalam Kend/Jam dan Smp/Jam

MHV
MC UM (Kend
LV (kend (kend LB (Bus LT (Truk
(sepeda tdk total
ringan) berat Besar) Besar)
motor) bermotor)
menengah)

Kend/jam 1209 40 0 0 7834 6 9089

Smp/jam 1209 80 0 0 5092.1 0 6386.1

Selengkapnya hasil survei lalu lintas dapat dilihat pada lampiran bersama laporan
ini. Dari wawancara dengan penduduk setempat dan diskusi dengan Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Magelang, dapat dilihat telah terjadi peningkatan arus lalu lintas
yang cukup besar setiap tahunnya. Maka untuk kepentingan praktis, angka
pertumbuhan arus lalu lintas setiap tahun diambil 5 % per tahunnya. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6.5 berikut ini :

6-9
Laporan Akhir
Perencanaan Teknik Jalan Sriwijaya Kota Semarang 2014

Tabel 6.5. Resume Jumlah kendaraan pada ruas jalan Sriwijaya tahun 2024

Resume Data Lalu Lintas Jl Sriwijaya Tahun 2024 dalam Kend/Jam dan Smp/Jam

MHV
MC UM (Kend
LV (kend (kend LB (Bus LT (Truk
(sepeda tak total
ringan) berat Besar) Besar)
motor) bermotor)
menengah)

Kend/jam 1969.3 65.2 0.0 0.0 12760.8 9.8 14805.0


Smp/jam 1969.3 130.3 0.0 0.0 8294.5 0.0 10394.1

6.2.3. Perhitungan Kapasitas Jalan


Ruas jalan pada Proyek Perencanaan Ruas Jalan Sriwijaya Kota Semarang.
Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas adalah sebagai berikut :

C = Co x FCw x FCsp x FCsf

Dimana:
C = Kapasitas (smp/ jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/ jam)
FCw = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCsp = Faktor penyesuaian pemisahan arah (untuk jalan yang tak terbagi)
FCsf = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan

Berdasarkan MKJI 1997 didapatkan untuk tipe jalan 2/2 UD sebagai berikut:

Co =1500 smp/jam ( untuk masing-masing lajur )


FCw =1,00
FCsp = 1,00
FCsf = 0,98
Sehingga didapat kapasitas masing- masing arah :
C = (1500*4) * 1,00 * 1,00 * 0,98 = 5.880 smp/jam

6 - 10
Laporan Akhir
Perencanaan Teknik Jalan Sriwijaya Kota Semarang 2014

6.2.4. Analisa Derajat Kejenuhan (DS)


Untuk mengetahui sejauh mana kinerja jalan yang baru, maka diperlukan
analisa derajat kejenuhan. Nilai derajat kejenuhan (DS) menunjukkan apakah ruas
jalan mengalami masalah kapasitas jalan. Bila nilai DS > 0,75, maka kinerja lalu
lintas di ruas jalan tersebut bermasalah.
Untuk desain kebutuhan lebar dan jumlah lajur, ditentukan bahwa di akhir
umur rencana nilai DS di ruasjalan tersebut < 0,75. Nilai DS didapatkan dengan
rumus sebagai berikut:

DS= Q/c

Derajat kejenuhan dihitung menggunakan arus (Q) dan kapasitas (C) yang
dinyatakan dalam smp/ jam.
Sehingga didapat DS sbb :
DS 2014 = (6.386,1 smp/jam) / (5.880 smp/jam ) = 1,086
DS 2024 = (10.394,1smp/jam) / (5.880 smp/jam ) = 1,77

Dari hasil perhitungan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sampai umur
rencana 10 tahun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5 % per tahunnya, ruas jalan
dengan tipe 4/2 UD dan sebagian 2/2 UD menunjukan kinerja yang memburuk dan
tidak mampu menampung arus yang akan lewat karena nilai DS > 0.75.
Hasil Survai lalu lintas berupa traffic counting yang didapat tersebut di atas,
akan digunakan sebagai input data dan dasar untuk perencanaan baik perencanaan
akan alinyemen jalan, perencanaan kendaraan dan perencanaan perkerasan
maupun perencanaan lainnya.

6 - 11

Anda mungkin juga menyukai