Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK LITERASI DIGITAL TERHADAP PENINGKATAN

KEPROFESIONALAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR


MENGAJAR

Hesty Kusumawati
(Institut Agama Islam Negeri Madura)
hestykusumawati4@gmail.com

Liana Rochmatul Wachidah


(Institut Agama Islam Negeri Madura)
lianarwachidah@gmail.com

Dinda Triana Cindi


(MA Az-Zubair Sumber Anyar Pamekasan)
dindatc840@gmail.com

Abstrak
Digitalisasi muncul disebabkan teknologi yang semakin berkembang dalam segala kegiatan
yang dilakukan manusia pada saat ini. Sehingga mengharuskan setiap manusia untuk
meningkatkan kemampuan dalam memahami digitalisasi, terutama seorang guru. Guru memiliki
peran penting dalam pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor utama bagi terciptanya
generasi yang berkualitas terutama dalam aspek intelektual. Hal ini menjadi konsekuensi guru
untuk senantiasa meningkatkan keprofesiannya sebagai pendidik profesional. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui dampak literasi
digital terhadap peningkatan keprofesionalan guru dalam kegiatan belajar mengajar di SMA
Negeri 4 Pamekasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwasanya literasi digital berdampak
penting untuk meningkatkan keprofesionalan seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar.
Dampak penting literasi digital dalam kegiatan belajar mengajar yaitu untuk membantu proses
pembelajaran, membedakan sumber-sumber belajar yang benar, signifikan, dan bermanfaat,
membuka peluang bagi guru untuk lebih produktif dalam menciptakan media belajar digital.
Oleh karena itu, literasi digital sangat berdampak untuk peningkatan keprofesionalan seorang
guru.

Kata Kunci: Literasi Digital, Keprofesionalan Guru, Kegiatan Belajar Mengajar.

PENDAHULUAN
Munculnya digitalisasi disebabkan oleh teknologi yang semakin berkembang dalam
segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada saat ini. Sehingga mengharuskan
setiap manusia untuk meningkatkan kemampuan dalam memahami digitalisasi.
Digitalisasi menuntut perkembangan pengetahuan agar tidak terjadi ketertinggalan
karena perkembangan zaman yang semakin melaju pesat. Setiap orang harus memiliki
kemampuan untuk memahami dan menjalankan teknologi digital agar dapat
memanfaatkan digitalisasi. Kemampuan dalam bidang digital tersebut disebut dengan
literasi digital, dimana kemampuan tersebut sangat berguna pada saat ini karena segala
aspek telah dipengaruhi oleh adanya teknologi yang dimanfaatkan dengan sedemikian

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SENDIKSA-3): 30-11-2021 Page 155


rupa. Berbagai macam kegiatan komunikasi, transaksi, produksi, distribusi, dan
kegiatan belajar mengajar telah menggunakan teknologi, termasuk penggunaan internet
yang telah menjadi kebutuhan sehari-hari. Teknologi dan internet saat ini merupakan
dua aspek yang saling berkaitan, sehingga internet tanpa teknologi adalah suatu hal
yang tidak mungkin untuk digunakan. Oleh sebab itu perlu adanya literasi digital untuk
menghadapi perkembangan teknologi dan internet yang berkembang begitu pesat,
terutama seorang guru. Guru memiliki peran penting dalam pendidikan. Guru
merupakan salah satu faktor utama bagi terciptanya generasi yang berkualitas tidak
hanya dari aspek intelektual, namun juga spiritual dan moral. Hal ini menjadi
konsekuensi guru untuk senantiasa meningkatkan keprofesiannya sebagai pendidik
profesional. Guru harus memiliki standar kompetensi dalam menjalankan profesinya.
Kompetensi guru menurut Sagala (2009:23) adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai guru untuk dapat
melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang profesional akan menunaikan
tanggung jawabnya. Diantara tanggung jawab guru adalah tanggung jawab intelektual
dan spiritual. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai
perangkat pengetahuan dan keterampilan yang mampu menunjang tugasnya. Tanggung
jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan. Sehingga keprofesionalan
seorang guru akan mampu mewujudkan manusia yang cerdas dan kompetitif,
(Kunandar, 2010:47).
Hamka (2016:115) mengungkapkakan bahwa guru yang sukses dalam profesinya
adalah yang senantiasa teguh dalam kemajuan modern dan memiliki wawasan pergaulan
yang luas. Hal ini akan mampu menambah ilmu tentang pendidikan pada guru.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, dalam sambutan tertulis
pada peringatan Hari Guru Nasional tahun 2018, menyatakan bahwa tantangan
pendidikan di abad 21 semakin berat, sehingga meniscayakan peningkatan
keprofesionalan menyangkut sikap dan komitmen para guru untuk senantiasa
meningkatkan kualitas agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan perkembangan
zaman. Untuk itu diperlukan guru yang mampu memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi yang sangat cepat tersebut untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas
dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar pada satuan pendidikan dalam
rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul dengan kompetensi
globalnya, (Kemendikbud, 2018).
Mulyasa (2007:106) menjelaskan, guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam
memanfaatkan teknologi pembelajaran utamanya internet (e-learning) agar ia mampu
memanfaatkan pengetahuan, teknologi, dan informasi dalam melaksanakan tugasnya
sebagai pengajar dan membentuk kompetensi peserta didik. Penggunaan teknologi
dalam proses pembelajaran (e-learning) ditujukan agar mampu memudahkan dan
mengefektifkan kegiatan pembelajaran sehingga peserta didik diharapkan mampu
mengakses materi pembelajaran melalui jaringan komputer. Dengan kata lain, guru
dituntut agar memiliki kemampuan menggunakan dan mempersiapkan materi
pembelajaran melalui pemanfaatan jaringan komputer.
Dengan adanya tuntutan di atas, maka guru harus diperkuat dalam berbagai aspek.
Mulai kurikulum, sistem, manajemen, model, strategi, dan pendekatan pembelajaran
dengan penguatan keterampilan literasi abad 21. Salah satunya, menguatkan
kemampuan literasi digital untuk menunjang profesinya.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SENDIKSA-3): 30-11-2021 Page 156


Dalam World Economic Forum 2015 juga menyatakan bahwa, guru harus mampu
memahami tiga pokok kunci kemajuan pendidikan yakni kompetensi, karakter, dan
literasi (Kemendikbud, 2018). Salah satu jenis literasi adalah literasi di era digital
adalah literasi berbasis digital atau yang biasa disebut dengan literasi digital.
Literasi digital didefinisikan dalam Kemendikbud (2017:8) sebagai pengetahuan
dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi atau jaringan
dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan
memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam
rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga
literasi digital menuntut untuk memiliki kemampuan dalam menggunakan berbagai
sumber multimedia secara lebih efektif.
Literasi digital adalah ketertarikan, sikap dan kemampuan individu yang secara
langsung menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses,
mengelola, mengintegrasikan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membangun
pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat
berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.
Hague & Payton (Hague, C & Payto, S. Digital Literacy Across the Curriculum.
Bristol: FutureLab.) mengartikan literasi digital sebagai kemampuan individu untuk
menerapkan keterampilan fungsional pada perangkat digital sehingga seseorang dapat
menemukan dan memilih informasi, berpikir kritis, berkreativitas, berkolaborasi
bersama orang lain, berkomunikasi secara efektif, dan tetap menghiraukan keamanan
elektronik serta konteks sosial-budaya yang berkembang. Pada konteks pendidikan,
literasi digital yang baik juga berperan dalam mengembangkan pengetahuan seseorang
mengenai materi pelajaran tertentu dengan mendorong rasa ingin tahu dan kreativitas
yang dimiliki siswa.
Adanya kegiatan literasi tersebut dapat memberikan kemampuan terhadap guru
dalam menggunakan dan memanfaatkan perangkat teknologi, informasi, dan
komunikasi sampai pada memahami, mengevaluasi, menganalisis informasi secara lebih
efektif sehingga akan menimbulkan sikap, berpikir kritis, kreatif, dan inspiratif melalui
sumber digital. Sehingga dengan adanya kemampuan tersebut guru mampu
mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan berpikir meliputi kemampuan
menemukan masalah, mengintegrasikan, dan menyintesis informasi, menciptakan solusi
baru, dan menciptakan kemampuan siswa dalam hal belajar mandiri maupun bekerja
dalam kelompok, (Abidin, 2016:43).
Kegiatan literasi digital juga dapat memberikan peluang dalam meningkatkan aspek
kompetensi guru dalam pengembangan keprofesian secara berkelanjutan. Kompetensi
ini telah diuraikan dalam Permendiknas RI Nomor 26 Tahun 2007 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru yaitu pengembangan diri, membuat karya
tulis ilmiah, dan membuat karya inovatif tepat guna yang dapat berkontribusi dalam
peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan pengembangan dunia
pendidikan.

Pengertian Literasi Digital


Literasi berasal dari bahasa Inggris yaitu literacy yang diartikan sebagai kemapuan
baca tulis. Namun demikian, pengertian literasi berkembang meliputi proses membaca,
menulis, berbicara, mendengar, membayangkan, dan melihat. Dalam proses membaca
melibatkan proses kognitif, linguistik, dan aktivitas sosial, (L. Ruhaena:2017).

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SENDIKSA-3): 30-11-2021 Page 157


Menurut UNESCO literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami,
menafsirkan, menciptakan, berkomunikasi, menghitung dan menggunakan bahan cetak
dan tulisan yang terkait dengan berbagai konteks. Literasi melibatkan serangkaian
pembelajaran yang memungkinkan individu mencapai tujuan mereka, untuk
mengembangkan pengetahuan dan potensi mereka, dan untuk berpartisipasi secara
penuh dalam komunitas mereka dan masyarakat luas, (Unesco:2011).
Sedangkan kata digital berasal dari kata digitus, dalam bahasa yunani yang berarti
jari-jemari. Apabila jari-jemari seseorang dihitung, maka akan berjumlah sepuluh (10).
Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 dan 0. Oleh karena itu, digital
merupakan penggambaran suatu kondisi bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau
off dan on (sistem bilangan biner), dapat juga disebut dengan istilat bit (Binary Digit).
Literasi digital adalah seperangkat kemampuan dasar teknis untuk menjalankan
perangkat komputer dan internet. Lebih lanjut, juga memahami dan mampu berpikir
kritis serta melakukan evaluasi media digital serta mampu merancang konten
komunikasi.
Menurut Paul Gilster yang dikutip oleh Dyna Herlina S, literasi digital adalah
kemampuan menggunakan teknologi dan informasi dari piranti digital secara efektif dan
efesien dalam berbagai konteks seperti akademik, karir, dan kehidupan sehari-hari,
(Dyna Herlina S:2017).
Lain halnya menurut Martin (Allan Martin:2008), literasi digital merupakan
gabungan dari beberapa bentuk literasi yaitu: komputer, informasi, teknologi, visual,
media, dan komunikasi. Dengan enam keterampilan literasi dasar tersebut, Martin
merumuskan beberapa dimensi literasi digital berikut ini:
a) Literasi digital melibatkan kemampuan aksi digital yang terikat kerja,
pembelajaran, kesenangan dan aspek lain dalam kehidupan sehari-hari.
b) Literasi digital secara individual bervariasi tergantung situasi sehari-hari yang ia
alami dan juga proses sepanjang hayat sebagaimana situasi hidup individu itu.
c) Literasi digital melibatkan kemampuan mengumpulkan dan menggunakan
pengetahuan, teknik, sikap dan kualitas personal selain itu juga kemampuan
merencanakan, menjalankan dan mengevaluasi tindakan digital sebagai bagian
dari penyelesaian masalah/tugas dalam hidup.
d) Literasi digital juga melibatkan kesadaran seseorang terhadap tingkat literasi
digitalnya dan pengembangan literasi digital.
Berbasis pada literasi komputer dan informasi, Bawden (Bawden, 2001, 218-259)
menyusun konsep litersai digital yang lebih komprehensif. Bawden menyebutkan
bahwa literasi digital menyangkut beberapa aspek berikut ini:
a) Perakitan pengetahuan yaitu kemampuan membangun informasi dari berbagai
sumber yang tepercaya.
b) Kemampuan menyajikan informasi termasuk di dalamnya berpikir kritis dalam
memahami informasi dengan kewaspadaan terhadap validitas dan kelengkapan
sumber dari internet.
c) Kemampuan membaca dan memahami materi informasi yang tidak berurutan
(non squential) dan dinamis.
d) Kesadaran tentang arti penting media konvesional dan menghubungkan nya
dengan media berjaringan (internet).
e) Kesadaran terhadap akses jaringan orang yang dapat digunakan sebagai sumber
rujukan dan pertolongan.
f) Penggunaan saringan terhadap informasi yang datang.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SENDIKSA-3): 30-11-2021 Page 158


g) Merasa nyaman dan memiliki akses untuk mengkomunikasikan dan
mempublikasikan informasi.

Berdasarkan berbagai definisi di atas, dengan demikian yang dimaksud literasi


digital adalah ketertarikan, sikap, dan kemampuan individu dalam menggunakan
teknologi digital dan alat komunikasi seperti smartphone, tablet, laptop, dan PC desktop
untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis dan mengevaluasi
informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi dengan orang
lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.

Kompetensi Literasi Digital


Kompetensi berasal dari kata competence yang menggambarkan penampilansuatu
kemampuan tertentu secara utuh yang merupakan dialetika (perpaduan) antara
pengetahuan serta kemampuan, (Nana, 2012, 18). Dalam arti umum kompetensi
mempunyai makna yang hampir sama dengan keterampilan hidup atau “life skill”, yaitu
kecakapan-kecakapan, keterampilan untuk menyatakan, memelihara, menjaga, dan
mengembangkan diri. Kompetensi atau keterampilan hidup dinyatakan dalam
kecakapan, kebiasaan, keterampilan, kegiatan, perbuatan, atau perfomansi yang dapat
diamati bahkan dapat diukur. Seseorang dapat menguasai literasi digital secara bertahap
karena satu jenjang lebih rumit dari pada jenjang sebelumnya. Kompetensi digital
mensyaratkan literasi komputer dan teknologi. Namun, untuk dapat dikatakan memiliki
literasi digital maka seseorang harus menguasai literasi informasi, visual, media, dan
komunikasi.
Paul Gilster mengelompokkannya ke dalam empat kompetensi inti yang perlu
dimiliki seseorang, sehingga dapat dikatakan berliterasi digital antara lain:
a) Pencarian di Internet (Internet Searching)
Kompetensi sebagai suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan internet
dan melakukan berbagai aktivitas di dalamnya. Kompetensi ini mencakup
beberapa komponen yakni kemampuan untuk melakukan pencarian informasi
diinternet dengan menggunakan search engine, serta melakukan berbagai
aktivitas di dalamnya.
b) Pandu Arah Hypertext (Hypertextual Navigation)
Kompetensi ini sebagai suatu keterampilan untuk membaca serta pemahaman
secara dinamis terhadap lingkungan hypertext. Jadi seseorang dituntut untuk
memahami navigasi (pandu arah) suatu hypertext dalam web browser yang
tentunya sangat berbeda dengan teks yang dijumpai dalam buku teks.
Kompetensi ini mencakup beberapa komponen anatara lain: pengetahuan
tentang hypertext dan hyperlink beserta cara kerjanya, pengetahuan tentang
perbedaan antara membaca buku teks dengan melakukan browsing via internet,
pengetahuan tentang cara kerja web meliputi pengetahuan tentang bandwidth,
http, html, dan url, serta kemampuan memahami karakteristik halaman web.
c) Evaluasi Konten Informasi (Content Evaluation)
Kompetensi ini merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir kritis dan
memberikan penilaian terhadap apa yang ditemukan secara online disertai
dengan kemampuan untuk mengidentifikasi keabsahan dan kelengkapan
informasi yang direferensikan oleh link hypertext. Kompetensi ini mencakup
beberapa komponen antara lain: kemampuan membedakan antara tampilan
dengan konten informasi yakni persepsi pengguna dalam memahami tampilan

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SENDIKSA-3): 30-11-2021 Page 159


suatu halaman web yang dikunjungi, kemampuan menganalisa latar belakang
informasi yang ada di internet yakni kesadaran untuk menelusuri lebih jauh
mengenai sumber dan pembuat informasi, kemampuan mengevaluasi suatu
alamat web dengan cara memahami macam-macam domain untuk setiap
lembaga ataupun negara tertentu, kemampuan menganalisa suatu halaman web,
serta pengetahuan tentang FAQ dalam suatu newsgroup/group diskusi.
d) Penyusunan Pengetahuan (Knowledge Assembly)
Kompetensi ini sebagai suatu kemampuan untuk menyusun pengetahuan,
membangun suatu kumpulan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber
dengan kemampuan untuk mengumpulkan dan mengevaluasi fakta dan opini
dengan baik serta tanpa prasangka. Hal ini dilakukan untuk kepentingan tertentu
baik pendidikan maupun pekerjaan. Kompetensi ini mencakup beberapa
komponen yaitu: kemampuan untuk melakukan pencarian informasi melalui
internet, kemampuan untuk membuat suatu personal newsfeed atau
pemberitahuan berita terbaru yang akan didapatkan dengan cara bergabung dan
berlangganan berita dalam suatu newsgroup, mailing list maupun grup diskusi
lainnya yang mendiskusikan atau membahas suatu topik tertentu sesuai dengan
kebutuhan atau topik permasalahan tertentu, kemampuan untuk melakukan
crosscheck atau memeriksa ulang terhadap informasi yang diperoleh,
kemampuan untuk menggunakan semua jenis media untuk membuktikan
kebenaran informasi, serta kemampuan untuk menyusun sumber informasi yang
diperoleh di internet dengan
kehidupan nyata yang tidak terhubung dengan jaringan.

Penerapan Literasi Digital di Sekolah


Menurut Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, penerapan berasal dari kata “terap”
yang berarti juru, berukir, kemudian jadi kata “penerap” yang berarti orang yang
menerapkan, sementara “penerapan” adalah pemasangan atau pengenaan, (Daryanto,
1997, 605). Penerapan dengan istilah lain adalah implementasi, yang berarti
penggunaan peralatan dalam kerja, pelaksanaan, pengerjaan hingga terwujud,
pengejawantahan, (Mangunsuwito, 2011, 242).
Penerapan literasi digital di sekolah menuntut guru sebagai fasilitator untuk tidak
hanya mendayagunakan sumber-sumber belajar yang ada di sekolah seperti hanya
mengandalkan bahan bacaan buku ajar saja, tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai
sumber belajar, seperti majalah, surat kabar, internet, dan media digital. Hal tersebut
sangat penting diterapkan, agar apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi dan
perkembangan dunia, (Mulyasa, 2009, 177).
Pendayagunaan sumber belajar dalam pembelajaran memiliki arti yang sangat
penting, selain untuk melengkapi, memelihara, dan memperkaya khasanah belajar,
sumber belajar juga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Sehingga
pendayagunaan sumber belajar secara maksimal, memberikan ketepatan dalam
menggali berbagai jenis ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidang kajian, sehingga
pembelajaran literasi digital akan senantiasa “up to date”, dan mampu mengikuti
akselerasi teknologi dan seni dalam masyarakat yang semakin global. Sehingga dengan
melakukan penerapan literasi digital disekolah, siswa dapat memperoleh berbagai
informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan
wawasan siswa dan membantu siswa menyelesaikan tugas mereka dalam menemukan

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SENDIKSA-3): 30-11-2021 Page 160


informasi dari konten digital yang tepat, akurat, dan waktu yang relatif singkat.
Penerapan literasi digital melibatkan keterampilan siswa untuk menggugah media baru,
dan pengalaman dari internet.
Di sekolah, literasi digital dapat dimasukkan ke dalam beberapa mata pelajaran
seperti Bahasa, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),
komputer, dan mata pelajaran lainnya. Misalnya, dalam mata pelajaran bahasa ada
beberapa keterampilan yang harus dikuasai siswa seperti membaca, menyimak, dan
menulis. Jika dihubungkan dengan literasi digital maka keterampilan membaca,
menyimak, dan menulis dilakukan dengan media digital seperti melalui komputer,
internet (blog, media sosial, web), dan hand phone.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Jenis penelitiannya adalah deskriptif
karena dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan dampak literasi digital terhadap
peningkatan keprofesionalan guru. Dalam penelitian ini yang akan menjadi responden
adalah guru-guru SMA Negeri 4 Pamekasan. Setiap penelitian menggunakan instrumen
yang mendukung serta memperlancar jalannya penelitian. Adapun instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner yang disebar pada guru-guru.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Menyusun perencanaan dan timeline pelaksanaan penelitian
2. Menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian
3. Menentukan responden penelitian
4. Melaksanakan survei
5. Menganalisis data dan informasi hasil survei
6. Menyusun laporan hasil penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kemajuan teknologi memberikan dampak pada kehidupan kita dan hubungan


sehari-hari, dari mengakses berbagai informasi dan berinteraksi dengan layanan publik
hingga bekerja dari rumah, mulai dari berkolaborasi dengan kolega hingga
berkomunikasi dengan teman, dan dari menerima pendidikan dari jarak jauh hingga
mengakses informasi secara cepat. Selain berdampak pada kehidupan sehari-hari, media
digital dan kemajuan teknologi memainkan peran penting dalam pengajaran. Misalnya,
bahan ajar yang dirancang oleh para guru seperti buku teks, video, dan gambar animasi
serta penggunaan akses internet dapat mendukung proses belajar mengajar. Project
Tomorrow (2012) menyatakan bahwa pendidik lebih mungkin daripada anggota
masyarakat umum untuk menggunakan alat teknologi seperti smartphone dan komputer
tablet; 54% guru dan 70% administrator menggunakan telepon pintar sebagai bagian
dari pekerjaan mereka; 52% guru dan kepala sekolah telah mengikuti kelas online untuk
tujuan pelatihan. Literasi digital sebagai keterampilan dasar atau kemampuan untuk
menggunakan komputer dengan percaya diri, aman dan efektif, termasuk: kemampuan
untuk menggunakan perangkat lunak perkantoran seperti pengolah kata, email dan
perangkat lunak presentasi, kemampuan untuk membuat dan mengedit gambar, audio
dan video, dan kemampuan untuk menggunakan browser web dan mesin pencari
Internet. Ini adalah keterampilan yang harus dapat diasumsikan oleh guru dari mata

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SENDIKSA-3): 30-11-2021 Page 161


pelajaran lain di sekolah menengah, sebagai analog dengan kemampuan membaca dan
menulis. ”(Royal Society, 2012). Kemajuan teknologi informasi dan internet saat ini
mengakibatkan sumber daya informasi digital sangat melimpah (Kurnianingsih, Rosini,
& Ismayati, 2017: 62). Pembelajaran literasi digital tidak bisa dielakkan lagi.
Literasi digital berdampak penting untuk meningkatkan keprofesionalan seorang
guru dalam kegiatan belajar mengajar. Dampak penting literasi digital dalam kegiatan
belajar mengajar yaitu untuk membantu proses pembelajaran, membedakan sumber-
sumber belajar yang benar, signifikan, dan bermanfaat, membuka peluang bagi guru
untuk lebih produktif dalam menciptakan media belajar digital.
Pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi
berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan, yaitu tercapainya
tujuan kurikulum. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Suatu pembelajaran akan terlaksana jika terdapat dua faktor yaitu 1) adanya interaksi
antara guru dengan siswa dan 2) adanya sumber belajar. Interaksi antara guru dengan
siswa dapat terjadi secara tatap muka langsung atau secara virtual melalui suatu flatform
tertentu seperti zoom, google meet, dan lain-lain. Sumber belajar dapat berupa buku,
modul, diktat, internet, dan lain lain. Sumber belajar yang baik adalah yang sesuai
dengan karakteristik peserta didik. Oleh karena itu pengembangan bahan ajar dan media
belajar perlu dilakukan oleh guru.
Adanya pandemi Covid-19 yang mengharuskan adanya pembatasan sosial,
membuat proses belajar mengajar terjadi secara jarak jauh dan sangat membutuhkan
literasi digital. Literasi digital sangat dibutuhkan pada saat pandemi Covid-19 karena
proses pembelajaran harus dilakukan secara daring. Di sinilah dampak literasi digital
sangat dirasakan oleh guru. Guru dituntut bisa, produktif, dan kreatif dalam
menggunakan literasi digital. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan literasi
digital selain untuk menghadapi pandemi Covid-19, saat ini kita sedang mengahadapi
era revolusi 4.0 menuju 5.0.
Kemampuan literasi digital mempunyai peranan yang cukup penting dalam
pembelajaran termasuk dalam pembelajaran daring. Guru harus menggunakan flatform
tertentu seperti zoom, google meet, dan lain-lain untuk melaksanakan pembelajaran
daring. Guru juga harus dapat membedakan sumber belajar yang benar, signifikan, dan
bermanfaat ketika menggunakan literasi digital. Selain itu guru juga dituntut untuk lebih
kreatif dalam menciptakan media pembelajaran supaya siswa tertarik dan dapat
memahami dengan mudah pembelajaran yang diberikan. Pembelajaran tatap muka dan
daring sangat berbeda. Pembelajaran daring memiliki kekurangan seperti kurang
cepatnya umpan balik yang dibutuhkan dalam proses belajar mengajar, guru perlu
waktu lebih lama untuk mempersiapkan diri, kemudian adanya kemungkinan muncul
kebingungan. Oleh karena itu, guru dituntut menguasai betul kemampuan literasi digital
agar pembelajaran daring terasa seperti pembelajaran tatap muka secara langsung.
Adapun dampak literasi digital yang terjadi dalam pembelajaran bahasa.
Dampak Literasi Digital dalam Pembelajaran Bahasa
Jimoyiannis, A., & Gravani, M. (2011) menyatakan peran literasi digital dalam
kurikulum sangat penting, karena bertujuan membantu pelajar untuk mencapai hal-hal
berikut: memperoleh pengetahuan teknis dan keterampilan yang diperlukan untuk
menggunakan media digital secara efektif , kompeten dalam menggunakan media
digital untuk menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari , memahami dimensi sosial

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SENDIKSA-3): 30-11-2021 Page 162


dan dampak media digital dalam masyarakat modern kita, dan menumbuhkan sikap
positif tentang media digital dan menghadapi tuntutan zaman modern.
Amiri (2012) meninjau teknologi dalam kegiatan pembelajaran bahasa dan sastra
Inggris dan komunikasi internet yang digunakan dan ada tentang alat pembelajaran
berbasis web seperti email, weblog, instant messenger, perangkat seluler, dan IPODS.
Misalnya dengan menggunakan email, guru bahasa Indonesia dapat mengambil manfaat
dari situs web yang mencakup akun email seperti Yahoo, Hotmail, dan Gmail. Jadi, para
guru dapat membuat topik diskusi dan mengirimkannya kepada siswa melalui email
ketika menerima email siswa mulai menulis komposisi atau esai dalam bahasa
Indonesia dan mendiskusikan sebuah karya dan kemudian mengirim kembali ke guru.
Ini membantu mereka untuk meningkatkan keterampilan menulis serta kemampuan
mereka untuk berlatih menganalisis karya sastra. Sebagai kesimpulan, mereka semua
mengambil bagian dalam mengembangkan keterampilan bahasa Indonesia siswa.

Tantangan dalam Penerapan Literasi Digital bagi Guru


Menjadi melek digital bagi guru dalam mendukung pengajaran digital sangat
penting karena alat digital secara fundamental mengubah sifat pengetahuan dalam arti
bahwa mereka memungkinkan cara yang lebih kreatif, aktif, kolektif, dan pribadi dalam
membangun dan mengkomunikasikan pengetahuan melalui media digital. teknologi
(Payton & Hague, 2010; Sharpe, 2011; Nguyen, 2014). Sementara itu, Olsson dan
Edman-Stålbrant (2008) menyatakan bahwa seorang pelatih guru harus memiliki
kemampuan untuk: 1) memutuskan jenis alat digital apa yang sesuai untuk konten
kursus mereka dan dapat menyajikan kursus mereka secara online, 2) menentukan jenis
apa alat digital dan metode kerja yang mendukung, mengembangkan atau meningkatkan
kualitas kursus mereka, 3) mewujudkan biaya dengan ujian digital yang berbeda
sehingga mereka dapat memilih bentuk pemeriksaan terbaik sesuai dengan tujuan dan
pedoman, dan 4) memperjelas dan menyoroti pengajaran dan masalah pembelajaran,
untuk siswa, sesuai dengan alat dan metode digital yang dipilih. Di era digital, guru
dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi, oleh karena itu, sebagai tambahan
pada keterampilan mengajar umum, beberapa keterampilan lagi diperlukan untuk
ditanamkan pada seorang guru untuk memainkan perannya secara efektif sebagai
fasilitator pembelajaran. Sharma (2017) menjelaskan ada lima keterampilan sebagai
fasilitator pembelajaran bagi guru dalam menerapkan pembelajaran digital yaitu
keterampilan jaringan, keterampilan berkomunikasi, keterampilan berpikir, kemampuan
mengayomi, dan manajemen pengetahuan.

PENUTUP
Kemampuan literasi digital berdampak penting bagi peningkatan keprofesionalan
guru. Dengan literasi digital proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan
menjadi lebih mudah terutama dalam proses pembelajaran daring. Selain itu guru dapat
membedakan sumber-sumber belajar yang benar, signifikan, dan bermanfaat. Guru juga
dapat lebih produktif dalam menciptakan media belajar digital supaya pembelajaran
yang berlangsung lebih bervariasi dan menarik bagi siswa. Tetapi, untuk memiliki
kemampuan literasi digital guru juga mengalami tantangan dalam penerapannya. Di era
digital, guru dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi, oleh karena itu, sebagai
tambahan pada keterampilan mengajar umum, beberapa keterampilan lagi diperlukan
untuk ditanamkan pada seorang guru untuk memainkan perannya secara efektif sebagai
fasilitator pembelajaran.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SENDIKSA-3): 30-11-2021 Page 163


DAFTAR PUSTAKA
Allan Martin, (2008) Digital Literacy ant the ‘Digital Society’ dalam Lankshear, C and
Knobel, M(ed). Digital literacies: concepts, policies and practices. Die Deutsche
Bibliothek.
Amiri, E.(2012). A study of the application of digital technologies in teaching and
learning English language and literature. International Journal of Scientific &
Technology Research. 1(5), 103-107.
Bawden. (2001), Information and digital literacies: a new of concepts. Journal of
documentation, 572(2), 218-259.
Daryanto. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: Apollo, 1997.
Dyna Herlina S, Membangun Karakter Bangsa Melalui Literasi Digital. Retrieved from
http://staff.uny.ac.id/sites/...msc/membangun-karakter-bangsa-melaluiliterasi-
digital.pdf
Mangunsuwito. Kamus Saku Ilmiah Populer. Jakarta: Widyatamma Pressindo, 2011.
Kurnianingsih, I., Rosini, R., & Ismayati, N.(2017). Upaya Peningkatan Kemampuan
Literasi Digital Bagi Tenaga Perpustakaan Sekolah dan Guru di Wilayah Jakarta
Pusat Melalui Pelatihan Literasi Informasi. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 3(1), 61–76. Retrieved from https://doi.org/10.22146/jpkm.25370
Mulyasa. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.
Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih. Kurikulum & Pembelajaran
Kompetensi. Bandung: Refika Aditama, 2012.
Nguyen, X.T. (2014). Switching On To Digital Literacy? A Case Study of English
Language Teachers at a Vietnamese University (Master`s Thesis). Retrieved from
http://unitec.researchbank.ac.nz/bitstream/handle/10652/2531/Xuan%20NguyenID
%201395189-Final%20Submission.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Payton, S., & Hague, C. (2010). Digital literacy in practice: Case studies of primary and
secondary classrooms Retrieved from
http://www.futurelab.org.uk/sites/default/files/Digital_Literacy_case_studies.pdf
Project Tomorrow. (2012). Mapping a personalized learning journey: K-12 students
and parents connect the dots with digital learning: Speak Up 2011 National
Findings. Retrieved from http://tinyurl.com/cq7lrvq
Royal Society. (2012). https://royalsociety.org/education/policy/computing-in-
schools/report/
Sharma, M. (2017). Teacher in a digital era. Global Journal of Computer Science and
Technology: G Interdisciplinary, (17)3.
Unesco, “Digital Literacy In Education”, in IITE Policy Brief, May 2011. Retrieved
from http://unesdoc.unesco.org/images/0021/002144/214485e.pdf

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (SENDIKSA-3): 30-11-2021 Page 164

Anda mungkin juga menyukai