Anda di halaman 1dari 5

Pendidikan di era digital merupakan Pendidikan yang harus mengintegrasikan teknologi informasi dan

komunikasi kedalam seluruh sistem pembelajaran. Dengan berkembangnya Pendidikan di era digital
dapat membuat siswa mendapatkan berbagai informasi secara cepat dan mudah. Karena pada saat ini
kemajuan teknologi bisa dikatakan berkembang dengan pesat. Dengan kemajuan teknologi saat ini
seseorang dapat mencari informasi ke berbagai wilayah belahan dunia tanpa harus bepergian langsung
menuju wilayah tersebut. Seiring dengan perkembangan kemajuan Teknologi yang semakin pesat
membawa pengaruh terjadinya proses transformasi Pendidikan konvensional kedalam bentuk digital
atau biasanya kita sebut dengan E-Learning. E-Learning merupakan istilah yang digunakan untuk
pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi guna mendukung dan meningkatkan proses
pembelajaran.

Terdapat berbagai macam teknologi yang digunakan didalam mendukung proses pembelajaran yang
berbasis digital seperti halnya computer dan layar proyektor. Pemanfaatan pembelajaran dengan
menggunakan media teknologi computer biasanya disebut dengan Computer Asissted Instructional (CIA)
dimana pada pemanfaatan teknologi computer ini memanfaatkan seluruh kemampuan computer,
seperti halnya teks, grafis, gambar, audio, video dan juga animasi. Selain dengan menggunakan media
teknologi computer, pembelajaran secara digital juga bisa menggunakan layer proyektor dimana
biasanya layer proyektor digunakan untuk menampilkan video animasi guna kepentingan pembelajaran.

Namun pada dasarnya pemanfaatan teknologi dalam system pembelajaran masih bisa dikatakan belum
maksimal. Sehingga tidak maksimalnya pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran menjadi tantangan
bagi berbagai pihak baik itu kementrian Pendidikan, pihak sekolah, dan tenaga pendidik. Adapun factor-
faktor yang menjadi penghambat belum maksimalnya pemanfaatan kemajuan teknologi didalam
pembelajaran, yaitu:

Kurangnya fasilitas sekolah dalam menunjang kegiatan pembelajaran yang berbasis digital.Karena pada
saat ini masih banyak sekolah-sekolah di Indonesia terutama didaerah daerah terpencil memiliki fasilitas
yang kurang memadai untuk mengintegrasikan teknologi didalam pembelajaran . Sehingga jika
ketersediaan fasilitas sekolah kurang memadai untuk melakukan pengintegrasian ke dalam system
pembelajaran maka penerapan kemajuan teknologi dalam system pembelajar masih belum bisa
dikatakan maksimal. Dan bisa dikatakan bahwa pembagian fasilitas sekolah untuk menunjang
penerapan teknologi dalam pembelajaraan masih belum merata. Karena saat ini hanya daerah daerah
tertentu saja yang mendapatkan akses TIK.

Ketidak siapan Sumber Daya Manusia dalam memanfaatkan teknologi didalam pembelajaran.Adapun
ketidak siapan ini disebabkan oleh pola kebiasaan yang menganggap bahwa pembelajaran yang berbasis
digital masih tidak terlalu penting dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Dan kebanyakan paraa
peserta didik merasa puas dengan materi yang diberikan oleh pengajar secara langsung. Sehingga
menyebabkan mereka malas untuk mencari informasi tambahan yang ada di internet walaupun sarana
dan infrastruktur sekolah sudah mendukung dalam penerapan TIK dalam pembelajaran.
Kurangnya kompetensi guru dalam penerapan pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran.Sehingga
dengan kurangnya kompetensi guru dalam pengintegrasian teknologi dalam pembelajaran membuat
pengetahuan dan keterampilan dalam mengaplikasin teknologi dalam pembelajaran seperti halnya
mengoperasikan computer. Dan tidak adanya antusias dalam penggunaan teknologi dalam
pembelajaran didalam kelas.

Kurangnya percaya diri dalam menggunakan teknologi dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Menurut Aria Septi (2021: 42) LKPD adalah salah satu sumber belajar yang berisi tentang ringkasan
materi hingga penugasan dan penilaian. Dengan adanya LKPD dapat terbentuk interaksi langsung antara
peserta didik dengan guru dan dapat menjadi jembatan pembelajaran antara peserta didik, guru dan
materi yang diajarkan selama proses pembelajaran.

Literasi budaya merupakan kemampuan untuk memahami dan menghadapi berbagai budaya yang ada
di Indonesia sebagai identitas bangsa. Inti kegiatan literasi ialah terletak pada aspek berpikir, jadi bukan
hanya melakukan kegiatan membaca atau menulis tanpa diiringi kegiatan berpikir (Verbena Ayuningsih
Purbasari, 2020).

Literasi merupakan kemampuan seseorang menggunakan potensi dan keterampilan dalam


mengolah dan memahami informasi saat melakukan aktivitas membaca dan menulis. Melalui
kemampuan literasi, seseorang tidak saja memperoleh ilmu pengetahuan tetapi juga bisa
menggunakan ilmu pengetahuaan dan pengalamannya untuk dijadikan rujukan di masa yang akan
datang. Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai
kualitas membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif
dalam konteks dan tipe yang tepat.pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif,
independen, jernih, dan rasional. Dengan kemampuan literasi yang baik, maka diharapkan
kemampuan berpikir kritispun akan meningkat. Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu proses
berpikir yang dapat diterima akal reflektif yang diarahkan untuk memutuskan apa yang dikerjakan
atau diyakini, dalam hal ini tidak sembarangan, tidak membawa ke sembarang kesimpulan tetapi
kepada ke kekesimpulan yang terbaik. . Dan hal ini berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam
literasi, dengan literasi yang dilakukan individu seperti dengan membaca atau menyimak informasi
atau cerita, maka individu dapat menemukan cara dalam menyelesaikan masalah, sehingga individu
akan melakukan analisis dari permasalahannya tersebut, sehingga pada akhirnya akan membentuk
karakter atau pribadi yang kritis.

ujuan dari literasi adalah


diantaranya,sebagai berikut :
1).
Membantu meningkatkan
pengetahuan
dengan cara membaca
berbagai informasi
Budaya literasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik. Semakin tinggi kemampuan literasi peserta didik, maka akan semakin tinggi
juga tingkat kekritisan peserta didik tersebut.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan literasi adalah kemampuan berpikir kritis.
Menurut Cahyana dkk (2017:16) berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas
yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan,
membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Dengan demikian kegiatan
literasi sangat penting untuk membangun keterampilan berpikir kritis peserta didik.

Dengan membangun budaya literasi pada peserta didik dapat meningkatkan berpikir kritis peserta
didik, karena dengan budaya literasi peserta didik akan dihadapkan beberapa permasalahan yang
mereka temukan setelah mereka membaca dan menyimak sebuah cerita atau informasi. Dengan
permasalahan yang peserta didik temukan, secara otomatis akan menimbulkan berbagai analisis
permasalahan sehingga membentuk karakter peserta didik yang kritis.

Budaya literasi yang terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas harus berorientasi pada
keterampilan berpikir kritis peserta didik sehingga mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang
lebih kondusif dan pada akhirnya menghasilkan hasil belajar yang efektif.

Berpikir kritis merupakan salah satu out put yang diharapkan dari kegiatan membangun budaya
literasi, dengan budaya literasi diharapkan meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik
sehingga membentuk karakter peserta didik yang terampil dalam memecahkan masalah serta
menganalisis segala bentuk informasi yang telah didapat dari apa yang telah mereka baca atau
pelajari.

Pembiasaan budaya baca menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik sehingga memunculkan
permasalahan yang harus dipecahkan, sehingga menuntut peserta didik memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi juga, dan pada akhirnya peranan penting HOTS (Higher Order Thinking Skills)
sangat diperlukan.

Dengan demikian dapat ditarik benang merah bahwa membangun budaya literasi dapat
meningkatkan berpikir kritis peserta didik dan pada akhirnya merujuk pada pembelajaran berbasis
HOTS (Higher Order Thinking Skills).Begitupun sebaliknya dengan keterampilan berpikir kritis
berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills) dapat meningkatkan budaya baca pada peserta didik.

Kegiatan literasi merupakan pusat dari pengembangan kegiatan yang terintegrasi dalam
pembelajaran. Kegiatan literasi dikembangkan melalui keterampilan berpikir kritis peserta didik yang
mengarah pada pembelajaran berbasis HOTS (Higher Order Thinking Skills).

Kehadiran media pembelajaran dapat membantu guru menyampaikan materi kepada siswa, sedangkan
media pembelajaran membantu siswa memahami materi yang diberikan oleh guru (Melinda & Saputra,
2021). Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran
dan aktivitas siswa adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) (Muthoharoh et al., 2017). Dengan adanya
LKPD, keterlibatan siswa dalam pembelajaran dapat ditingkatkan terlebih dengan adanya LKPD yang
disusun secara menarik.

Selain itu, demi mencapai keterampilan abad 21, guru dan siswa harus akrab dengan teknologi informasi
untuk menyokong proses pembelajaran (Elitasari, 2022). Pemanfaatan teknologi informasi dapat
memperbaiki mutu pembelajaran dengan beberapa hal yang harus dipahami: (1) siswa dan guru harus
memiliki akses teknologi digital di lembaga pendidikan; (2) adanya materi berkualitas yang bermanfaat
bagi guru dan siswa; dan (3) guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan
media pembelajaran digital untuk membantu siswa mencapai standar akademik dan mengembangkan
potensinya (Siregar & Marpaung, 2020).

Canva menjadi salah satu aplikasi yang dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Canva merupakan salah
satu aplikasi editor yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk berinovasi membuat media pembelajaran
(Melinda & Saputra, 2021). Media pembelajaran menggunakan Canva dapat mempermudah dan
menghemat waktu guru baik dalam mendesain media pembelajaran maupun dalam menjelaskan materi
pembelajaran (Hapsari & Zulherman, 2021). Penelitian tentang pemanfaatan aplikasi Canva pun sudah
banyak dilakukan. Rahmatullah (2020) dengan penelitiannya berjenis pengembangan 1800 | JMM
(Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 7, No. 2, April 2023, hal. 1797-1807 menunjukkan hasil bahwa media
pembelajaran berupa audio visual dengan memanfatkan aplikasi Canva sangat layak dan sangat efektif
digunakan dalam pembelajaran baik luring maupun daring
Aka, K. A. (2017). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) Sebagai Wujud Inovasi Sumber
Belajar Di Sekolah Menengah Kejuruan. ELSE (Elementary School Education Journal): Jurnal Pendidikan
Dan Pembelajaran SMK Volume 1 Nomor 2a Desember 2017.

Anda mungkin juga menyukai