Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN KERJA KELOMPOK

BIDANG STUDI : GEOGRAFI


PERIHAL : KEBUDAYAAN

Kelompok 3 (XI IPS3)


Anggota Kelompok :
1. Aurelia Tiara Callista
2. Desi Wulansari
3. Eriana Oktaviani
4. Fifi Indriani
5. Keysha Luna Savitri Sail
6. Laili Alifia Riski
7. Melani Sri Ayu Sianipar
8. Rizky Amalia Syafira

SMA NEGERI 17 KOTA BEKASI


Jl. H. Ilyas No.1, RT.002/RW.012, Jaka Mulya, Kec. Bekasi Sel.
Kota Bks, Jawa Barat 17146
2023
PEMBAHASAN

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (disingkat DKI Jakarta) adalah ibu kota negara dan kota
terbesar di Indonesia. Menurut sistem pembagian administratif Indonesia, Jakarta merupakan
provinsi dengan status daerah khusus. Sementara menurut pengertian secara umum, Jakarta
merupakan kota metropolitan. Jakarta terletak di pesisir bagian barat laut Pulau Jawa.

SEJARAH DKI JAKARTA

DKI Jakarta mengalami empat kali perubahan nama, sebagai berikut ;

1. Sunda Kelapa

Sunda Kelapa merupakan wilayah pesisir pasundan, wilayah lereng gunung salak. Sunda
Kelapa sebagai centra niaga dunia. Tionghoa pertama kali masuk melalui jalur Sunda
Kelapa dan di teruskan oleh bangsa Portugis, sekitar abad 14-15 Portugis menguasai kota
Jakarta tujuannya adalah untuk berniaga sekaligus mengeskplor potensi kekayaan alam
bumi Indonesia. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu
pelabuhan yang dimiliki Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede,
Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang
terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo
(dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti “ibu kota”).

2. Jayakarta

Dari tangan Portugis sekitar abad 15-16 Fatahillah berhasil merebut kekuasaan Portugis
dan mengubah nama “Sunda Kelapa” menjadi “Jayakarta” yang artinya adalah
kemenangan yang sempurna. Jayakarta berasal dari dua kata Sanskerta yaitu Jaya (जय)
yang berarti “kemenangan” dan Karta (कृत) yang berarti “dicapai”. Bertepatan dengan
hari jadi kota Jakarta yaitu 22 juni 1527.

3. Batavia

Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada
tahun 1596. Jayakarta pada awal abad ke-17 diperintah oleh Pangeran Jayakarta, salah
seorang kerabat Kesultanan Banten. Pada 1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon
Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan
kemudian mengubah namanya menjadi Batavia. Belanda yang membangun infrastruktur
infrastruktur yang ada di Batavia.

4. Jakarta

Pendudukan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia menjadi
Djakarta untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II. Kota ini juga merupakan
tempat dilangsungkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus
1945 dan diduduki Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949.

1. 1 BAHASA

Letak Jakarta yang berada di pesisir membuat tempat ini dahulu menjadi pusat
dagang, administrasi, dan lain sebagainya. Adanya berbagai bangsa yang singgah ke Jakarta
pada saat itu, membuat banyaknya percampuran budaya yang terjadi. Sehingga memunculkan
bahasa Betawi sebagai bentuk dari dialek bahasa Melayu.
Bahasa Betawi sendiri disebut sebagai bahasa Melayu yang digunakan oleh penduduk
asli kota Jakarta atau Batavia pada saat itu.Bahasa Melayu ini juga menjadi dasar dari bahasa
Indonesia, sehingga bahasa ini mudah berbaur dengan bahasa Indonesia yang memiliki
banyak kesamaan. Bahasa melayu dengan dialek Jakarta sudah mulai digunakan masyarakat
Jakarta sejak abad ke-10. Nah, pembeda dari bahasa Melayu ini dengan bahasa Indonesia
yaitu pengucapan bunyi a menjadi e, misalnya kata apa diucapkan menjadi ape. Hal ini bisa
terjadi karena adanya pengaruh dari bahasa Tiongkok, Jawa, Sunda, dan Arab di Jakarta pada
saat itu.
Dalam pengaruhnya terhadap bahasa Betawi, ada dua suku yang berperan yaitu
Melayu dan Makassar. Suku Melayu pada zaman dahulu banyak berada di daerah Kebayoran
dan sekitarnya serta sering menggunakan huruf e di ujung kata saat berbicara. Sementara
suku Makassar memberikan pengaruh berupa aksen bahasa yang menggertak dan cepat. Suku
Makassar pada saat itu mendiai wilayah Cilincing, Sukapura, Marunda, Warakas, dan
sekitarnya. Bahasa Melayu dengan dialek Betawi kemudian dikenal dengan sebutan bahasa
Betawi, Adjarian. Bahasa ini menjadi ciri khas dari orang Betawi dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai