PROGRAM SAP2000
• DILENGKAPI CONTOH SOAL DENGAN PENYELESAIAN SECARA
MANUAL + TUTORIAL VIDEO
• STUDI KASUS DESAIN GEDUNG BERTINGKAT TAHAN GEMPA
SESUAI SNI 03-1726-2012 & SNI 03-2847-2013
Ismail Batara
Web : www.ismailbatara.com
MODUL PELATIHAN
PROGRAM SAP2000
NAMA :
EMAIL :
KATA PENGANTAR
Penulis
MODUL PELATIHAN PROGRAM SAP2000 Versi 20 |
DAFTAR ISI
BAB 1
PERMULAAN SAP2000
Program SAP merupakan salah satu software yang telah dikenal luas dalam dunia
teknik sipil, terutama dalam bidang analisis struktur dan elemen hingga (finite elemen).
Pembuat perangkat lunak SAP yaitu Csi (Computer and Structure, Inc) yang berasal
dari Berkeley, California USA, telah mengembangkan program ini sejak tahun 1970-
an. Seri program SAP untuk komputer PC yang dilahirkan pertama kali adalah SAP80,
kemudian disusul dengan SAP90. Namun kedua program tersebut masih menggunakan
DOS, dan untuk perancangan elemen strukturnya masih menggunakan program
tersendiri, sehingga dirasakan cukup merepotkan pengguna.
Analisis yang dapat dilakukan dengan SAP2000 ini meliputi analisis statik dan
analisis dinamik. Analisis model struktur dapat dilakukan secara 2 dimensi dan 3
dimensi . Selain itu, untuk desain, SAP2000 telah menyediakan beberapa menu desain
untuk struktur baja maupun struktur beton, dan tidak tertutup kemungkinan
menggunakan material-material struktur lainnya.
b. Fasilitas SAP2000
1.) Model, Analisis dan Desain
Untuk memudahkan dalam pemodelan, SAP2000 telah menyediakan beberapa variasi
template (model siap pakai) dari suatu tipe struktur. Untuk membuat model struktur
pengguna cukup memodifikasi seperlunya sehingga proses pemodelan dan analisis
menjadi cepat. SAP2000 sudah terintegrasi untuk melakukan proses analisis dan desain.
Setelah analisis selesai dilakukan dan didapat hasil yang benar selanjutnya dapat
langsung dilakukan desain untuk memperoleh dimensi profil atau luas tulangan baja
yang mencukupi. Analisis ulang dan redesain dapat dilakukan dengan mudah dengan
SAP2000
Fasilitas toolbar yang ada dalam tampilan SAP2000 secara singkat dapat dilihat dalam
gambar 1.3 dibawah ini.
Setiap model struktur menggunakan koordinat yang berbeda untuk menentukan joint dana
rah beban, displacement, gaya dalam dan tegangan. Pengetahuan tentang sistem koordinat
ini sangat penting bagi pengguna, karena untuk menentukan model dan mengterprestasikan
hasil-hasil keluaran dari program, pengguna harus memahami sistem koordinat ini.
Semua sistem koordinat ditunjukkan dengan sumbu tiga dimensi, menggunakan aturan
tangan kanan dan menggunakan system cartesius (segi-empat)
Gambar 1.5 Enam derajat kebebasan joint pada system koordinat local
Dalam teori Mekanika Teknik yang kita pelajari dibangku kuliah selama ini, ada 3
macam dukungan yang sering dibahas yaitu :
• Jepit : Mampu menahan gaya vertikal, horisontal dan moment.
• Sendi : Mampu menahan gaya vertikal dan horisontal.
• Roll : Hanya mampu menahan gaya vertikal.
Catatan :
BAB 2
APLIKASI SEDERHANA
P = 100 kg
A B
5m 5m
Keterangan :
• Axial force : gaya aksial
• Shear 2-2 : gaya geser arah sumbu 2 (sb. kuat)
• Shear 3-3 : gaya geser arah sumbu 3 (sb. lemah)
• Torsion : Momen torsi
• Moment 2-2 : momen memutari sumbu 2 (sb. lemah)
• Moment 3-3 : momen memutari sumbu 3 (sb. kuat)
4. Klik “X” pada sudut bagian atas kanan dari tampilan window 3-D untuk menutup
tampilannya
5. Pilih joint yang akan diubah perletakannya
6. Klik Assign → Joint → Restraint untuk menampilkan Joint Restraint
P1 = 96 kN
B C
3m
P2 = 48 kN 5m
4m D
A
3m 3m
(Manual : Contoh 5-1 Hal.53 Buku Analisis Struktur Statis Tertentu, Haryanto YW)
Analisislah rangka batang berikut dengan menggunakan SAP 2000
2 kN
E
4 2 kN
2m
1
3 F
1 kN 5 7 9 1 kN 2 m
A 2 6 8 B
C 3 kN D
4m 4m 4m
12. Klik menu Define → Load Patterns untuk menampilkan form Define Load Patterns
- Ketik DL pada kotak Load Name
- Ketik 0 pada kotak Self Weight Multiplier
- Klik Modify Load
- Klik OK
13. Simpanlah hasil pekerjaan terlebih dahulu
Tahap 3 : Menganalisis Struktur
14. Untuk menganalisis, klik menu Analyze → Run Analysis maka tampil kotak dialog Set
Analysis Cases to Run
- Klik Modal
- Klik Run/Do Not Run sehingga action untuk modal Do Not Run
- Klik Run Now
Tahap 4 : Menampilkan Hasil Analisis
15. Untuk melihat reaksi perletakan, klik menu Display → Show Force/Stresses → Joints
maka tampil kotak dialog Joint Reaction Force dan klik OK
16. Untuk melihat hasil analisis dalam bentuk tabel, klik menu Display → Show Tables
maka tampil kotak dialog Choose Table For Display, pilihlah Frame Output dan klik
OK
BATANG L2
X 0 1 2 3 4 5
Mx - 36,8 -5,4 1,4 13,6 21,2 24,2
Dx 23,7 19,1 14,2 9,9 5,3 0,7
Lx 0 0 0 0 0 0
BATANG L3
X 0 1 2 3 4 5
Mx 24,2 24,6 23,2 18,2 8,3 -10,6
Dx 0,7 - 0,2 - 2,9 - 7, 4 - 13,7 - 21,8
Lx 0 0 0 0 0 0
BATANG L4
X 0 1 2 3
Mx - 10,6 - 7,1 - 3,6 0
Dx 3,5 3,5 3,5 3,5
Lx 0 0 0 0
Ditanyakan :
Dari hasil analisis manual (metode Matrik), diperoleh hasil gaya batang sebagai berikut :
Ditanyakan :
Catatan :
BAB 3
STUDI KASUS STRUKTUR BETON
11. Untuk material tulangan klik Add New Material, pilih ColdFormed pada Material
Type. klik Modify/Show Material, dan isilah kotak dialog Material Property Data Baja
Tulangan dan klik OK dan klik OK lagi pada kotak Define Material.
12. Tentukan elemen Frame dengan menu Define → Section Properties → Frame
Sections, akan tampil kotak dialog Frame Properties klik Add New Proprty dan ganti
Frame Section Property Type menjadi Concrete kemudian klik Rectanggular. pada
kotak dialog Rectangular Section, ubah Section Name dan Dimensions.
13. klik Concrete Reinforcement akan tampil kotak dialog Reinforcement Data.
14. Ubah Design Type menjadi Beam dan ganti penutup beton menjadi 55 mm. Kemudian
klik OK dan klik OK lagi pada Rectangular Section
16. Dari menu Define → Definine Load Patern. Pada kotak dialog Definine Load
Patern akan ditampilkan beban mati (DEAD) di load patterns.
17. Selanjutnya pada load patterns Name ketik LIVE, pada type klik drop-down pilih
LIVE, pada self weight Multiplier masukkan 0, kemudia tekan tombol add New Load
18. Klik OK
26. Pilih menu Analyze → Run Analysis kemudian klik Run Now
28. Untuk melihat gaya reaksi perletakan dari menu Display → Show Force → Joint.
Kita dapat memilih Case/Combo Name sesuai dengan beban dan kombinasi yang kita
masukkan dan reaksi perletakan yang akan dilihat.
29. Untuk melihat deformasi yang terjadi dari menu Display → Show Deformed Shape.
Kita dapa memilih Case/Combo Name sesuai dengan beban dan kombinasi yang kita
masukkan.
30. Untuk melihat hasil analisis dalam bentuk tabel dari menu Display → Show Tables.
Misalnya kita mau melihat Frame Output : dari perintah Display → Show Tables akan
tampil kotak dialog Choose Tables For Display. Pada kotak dialog tersebut dipilih
Frame Output dari Analysis Output → Element Output. Tabel tersebut dapat kita
konversikan ke format excel dengan cara menu File → Export Current Table → To
Excel.
33. Selanjutnya kita akan melakukan desain, klik menu Design → Concrete Frame Design
→ Start Design/Check of Structure. Setelah itu kita dapat memeriksa apakah struktur
telah memenuhi syarat kekuatan dengan klik menu Design → Concrete Frame Design
→ Verify All Members Passed
34. Untuk Melihat lebih detailnya, Klik pada bentang kemudia klik Kanan → Klik Tabular
Data. Seperti pada gambar 3.20.
Diketahui data
fy = 240 Mpa
fc = 25 Mpa
1
Mu = x q x L2 q = 1,2x(24x0,15x0,3) + 1,6 (10) = 17,296 kN/m’
8
1
= x 17,296 x 42
8
= 34,592 kN = 34592 N
h = 300 mm
b = 150 mm
ts = 4 cm
D. tul. lentur = 14 mm
D. tul. geser = 8 mm
Φ lentur = 0.9
Φ geser = 0.75
T. efektif (d) = h – ts – 8 – ½ 14 = 300 – 40 – 8 – 7 = 245 mm
Langkah perhitungan :
1. Perhitungan kebutuhan tulangan longitudinal
a. Rasio desain balok beton
𝑀𝑀𝑀𝑀 34592000
Rn = = = 4,269
Φ x b x d2 0,9 x 150 x 2452
= 55,504 mm
c. Luas tulangan perlu (As)
0.85 × 𝑓𝑓𝑐𝑐 ×𝑎𝑎 ×𝑏𝑏
As =
𝑓𝑓𝑦𝑦
Ouput desain dari program SAP2000 menunjukan bahwa luas tulangan lentur pada
daerah lapangan yang dibutuhkan sama pada perhitungan manual yaitu sebesar 737,168
mm2. Sedangkan pada luas tulangan geser daerah tumpuan sedikit mengalami
perbedaan yaitu sebesar 0,264 - 0,265 mm2/mm. atau selisih (0,38%)
Perhitungan manual adalah untuk membandingkan output SAP2000 saja.
Sebuah Portal Beton 2 dimensi seperti gambar 3.21, unit dalam kN-m, modulus elastis
beton Ec =4700�𝑓𝑓𝑓𝑓. Elemen kolom luar digunakan penampang 400x500, kolom tengah
400x600, elemen balok lantai dan atap digunakan penampang persegi seperti gambar
Portal direncanakan menggunakan code ACI 318-11 dengan mutu beton fc = 20 Mpa,
mutu baja tulangan longitudinal BJ57 (fy = 400 Mpa, fu = 570 Mpa) dan mutu baja
tulangan geser BJ39 (fy = 240 Mpa, fu= 390 Mpa) dengan kombinasi pembebanan
sebagai berikut :
• 1.2 D + 1.6 L
• 1.2 D + 0.5 L + 1. E
• 1.2 D + 0.5 L - 1. E
Suatu struktur portal ruang dengan ukuran terlihat seperti pada gambar. Diminta rencanakan
dimensi balok dan kolom termasuk penulangannya. E = 4700�𝑓𝑓𝑓𝑓 Mpa, BJ beton = 2400
kg/m3, mutu Beton fc = 25 Mpa., mutu baja tulangan lentur BJ57 = (fy = 400 Mpa, fu = 570
Mpa) dan mutu baja tulangan geser BJ39 = (fy = 240 Mpa, fu = 390 Mpa), Beban rencana :
- Berat sendiri elemen
- Beban mati pelat lantai atap tebal 12 cm, penggantung dan langit-langit = 350 kg/m2.
- Beban hidup pada pelat lantai atap = 150 kg/m2
Kombinasi beban rencana : WU = 1.2 D + 1.6 L. Distribusi beban lantai ke balok seperti
pada gambar 3.23 berikut :
Model portal pada gambar 3.24, semua balok adalah elemen non-prismatis dengan
dimensi yang menempel pada kolom 300x800 mm2, dan dimensi pada tengah bentang
300x300 mm2. Kolom lantai 1 adalah non-prismatis dengan dimensi bagian bawah 400x
300 mm2, dan dimensi bagian atas 400x600 mm2, sedangkan semua kolom lantai 2 dan 3
adalah elemen prismatis dengan dimensi 400x600 mm2. Material dari beton bertulang
dengan Ec = 4700�𝑓𝑓𝑓𝑓. Mpa, kuat tekan beton fc = 25 Mpa, mutu baja longitudinal fy
= 400 Mpa, dan mutu baja geser fy = 240 Mpa, beban mati (DL) pada semua balok 30
kN/m’, dan beban hidup (LL) pada semua balok 7.50 kN/m’. dengan kombinasi
pembebanan sebagai berikut :
• 1.2 DL + 1.6 LL
Catatan :
Catatan :
BAB 4
STUDI KASUS STRUKTUR BAJA
Diketahui sebuah balok baja dengan bentang 10 m, dengan material baja BJ 37 (fy = 240
Mpa, fu = 370 Mpa). Beban hidup balok 10 kN/m Terbagi rata. balok direncanakan
menggunakan code SNI 03-1729-2002 dengan kombinasi pembebanan sebagai berikut :
• 1.2 DL + 1.6 LL
5. Tentukan elemen Frame dengan menu Define → Sections Propertis → Frame Sections
untuk menampilkan form Frame Properties. Klik Import New Property pilih Frame
section Property Type menjadi steel, kemudian profil I/WF maka akan muncul kotal
section Property file ( file-file bentuk profil baja ), Klik AISC.PRO pilih W30x99
kemudian kilk Ok dan Ok lagi
6. Ubah dimensi awal frame sesuai dengan yang direncanakan, dengan cara megubah
pandangan salah satu Window menjadi x-y kemudian dipilih elemen balok dengan cara
mengklik mouse dari sisi kiri atas dan drag ke sisi kanan bawah. sehingga balok terpilih
(berupa garis putus-putus). Setelah itu dari menu Assign → Frame → Frame Sections,
maka tampil kotak Frame Propertis kemudian pilih W30x99 dan klik OK.
12. Selanjutnya kita akan melakukan desain, klik menu Design → Steel Frame Design →
Start Design/Check of Structure. Setelah itu kita dapat memeriksa rasio balok dengan
klik menu Design → Steel Frame Design → Display Design Info. Pilih Design Output
P-M Ratio Colors & values
= 1,4445 kN/m
qtot = 1.2(1,4445) + 1,6(10)
= 17,7334 kN/m
1
= x 17,7334 x 102
8
= 221,6675 kNm
Modulus of Section (Zx) = 4410,5 cm3
= 0,0044105 m3
Faktor reduksi (Φ) = 0,9
Mutu baja (Fy) = 240 Mpa = 240000 kNm
Momen tahanan Profil (Mp) = Z x Fy
= 0,0044105 x 240000
= 1058,520 kNm
Mu
Angka Keamanan =
Φ x Mp
221,6675
=
0,9 x 1058,520
Sebuah jembatan 2 dimensi terdiri dari 5 bentang seperti gambar 4.10 unit kN-m.
Properti elemen atas dan diagonal terdiri dari profil baja, 2xL5x5x3/4-3/8, elemen
bawah 2xL4x4x1/2-3/8 dalam satuan inchi. Berat sendiri masuk pada load case DL,
mutu baja fy = 400 Mpa, Fu = 570 Mpa. direncanakan menggunakan code AISC-LRFD93
dengan kombinasi pembebanan 1.2 DL + 1.6 LL.
(b). Potongan batang atas dan diagonal (c). Potongan batang bawah
Akan dibangun sebuah rangka kuda-kuda dengan konstruksi baja seperti pada gambar 4.11,
dengan mutu baja BJ37 (fy=240 Mpa,Fu=370). Desain dengan code AISC LRFD, jika tidak
aman ganti dengan profil yang aman
QD 10 KN/m
PD 15 KN
PL 5 KN
PD 15 KN
PL 5 KN PD 15 KN
PL 5 KN
PD 15 KN PD 15 KN
PL 5 KN PL 5 KN
QW 2 KN/m QW 1 KN/m
A A
4m
A
D D A
D D
D D
D D
V
V
2m
B 1m B
12 m
Profile
Beban kombinasi
B W200x150x10x12
COMB 1 1,2 D + 1,6 L
A W150x100x8x10
COMB 2 1,2 D + 0,6 L + 0,7W
D 2L80x80x5x7
COMB 3 1, 2D + 0,6 L-0,7W
V 2L60x60x4x6
Suatu struktur gedung 5 lantai yang terbuat dari baja, akan direncanakan menerima beban
merata berupa beban mati (termasuk berat struktur itu sendiri), beban hidup dan beban
gempa. Panjang bentangnya sebesar 5 m dan tinggi untuk tiap-tiap lantai 4 m. Mutu baja
yang digunakan BJ 37 (fy = 240 Mpa. Fu = 370 Mpa). Desain dengan code AISC-LRFD93,
jika tidak aman ganti dengan profil yang aman
Catatan :
BAB 5
STUDI KASUS FLAT SLAB
Sebuah pelat lantai dari beton bertulang seperti gambar 4.1, bentang memanjang dan
memendek adalah 4 m. Tebal pelat 12 cm. Mutu beton fc = 20 Mpa, mutu baja tulangan
BJ37 (fy = 240 Mpa, fu = 370 Mpa). dan beban mati tambahan (DL) 1.0 kN/m2, dan beban
hidup (LL) = 5 kN/m2. Berat sendiri elemen masuk pada DL. Tentukan jumlah tulangan
yang mampu diterima oleh pelat. Dengan kombinasi pembebanan sebagai berikut :
1.2 DL + 1.6 LL
4. Lakukan Define → Materials kemudian pilih material beton (4000psi) pada dialog
Define Materials dan klik Modify/Show Material, dan isilah kotak dialog Material
Property Data dan klik OK dan klik OK lagi pada kotak Define Material. Untuk
material tulangan laukan dengan hal yang sama pada contoh 1 Bab 3
13. Pilih menu Define → Section Propertis → Area Sections, akan tampil kotak dialog
Area Section. Pilih add new Section.
21. Dari menu Define > Definine Load Patern. Pada kotak dialog Definine Load
Patern akan ditampilkan DEAD di load patterns.
22. Selanjutnya pada load patterns Name ketik LIVE, pada type klik drop-down pilih
LIVE, pada self weight Multiplier masukkan 0, kemudia tekan tombol add New Load
23. Klik OK
Gambar 5.13 tegangan yang terjadi pada plat akibat beban Combinasi 1.2D + 1.6L
Dari hasil Analisis didapatkan Mmax Lapangan Mu = 9,21 kNm
34. Diketahui :
Beban mati dari plat sendiri DL = 24 x 0,12 = 2,88 kN/m2
Beban mati tambahan DL = 1 kN/m2
DLtotal = 3,88 kN/m2
Beban hidup LL = 24 x 0,12 = 5 kN/m2
- Beban Kombinasi WU = 1,2 DL + 1,6 LL
WU = 1,2 x 3,88 + 1,6 x 5
WU = 1,2 x 3,88 + 1,6 x 5
WU = 12,656 kN/m2
Lx =4m
Ly =4m
Ly / Lx = 4/4 = 1
Momen yang terjadi (Mu) berdasarkan tabel PBI 1971 ( terlampir)
Mu = 0,044 x Wu x Lx2
= 0,044 x 12,656 x 42
= 8,91 kN/m
Dari hasil perhitungan yang dilakukan secara otomatis dengan SAP2000 dan secara
manual berdasarkan tabel PBI 1971, terjadi sedikit perbedaan yaitu selisi 3 %. Dalam
hal ini, untuk perhitungan konservatif digunakan perhitungan berdasarkan PBI 1971.
Syarat : 0,9 Mn ≥ Mu
0,9 x 14,403 ≥ 8,91
11,523 ≥ 8,91 OK, Plat mampu menerima beban
Sebuah pelat tangga beton bertulang seperti gambar 5.14 Tebal pelat 15 cm. modulus
elastisitas beton Ec =(4700�𝑓𝑓𝑓𝑓 ) Mpa, mutu beton fc = 20 Mpa, mutu baja tulangan BJ37
(fy = 240 Mpa, fu = 370 Mpa). beban mati (DL) untuk bordes dan anak tangga 3 kN/m2.
Beban hidup (LL) untuk anak tangga = 2 kN/m2 dan untuk bordes 2.5 kN/m2. Tentukan
jumlah tulangan yang mampu diterima oleh pelat. Dengan kombinasi pembebanan sebagai
berikut:
• 1.2 DL + 1.6 LL
Catatan :
Catatan :
BAB 6
STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA
Sebuah Gedung Perkantoran 5 lantai yang berlokasi di kota Palu dengan kondisi tanah lunak,
akan direncanakan dengan struktur beton, sistem perencanaan dengan SRPMK (Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus). dengan spesifikasi sebagai berikut :
Beton :
• Kuat tekan beton, fc’ = 30 Mpa
• Modulus elastisitas beton, Ec = 4700√fc’ = 25742,96 Mpa
• Poisson ratio beton, νc = 0,2
•
Berat jenis beton, λc = 24 kN/m3
Baja Tulangan :
• Tulangan Longitudinal, BJ57 fy = 400 Mpa, fu = 570 Mpa
• Tulangan transversal/sengkang, BJ39 fy = 240 Mpa fu =390 Mpa
• Poisson ratio baja, vs = 0,3
•
Berat jenis baja, λs = 78,5 kN/m3
Penampang struktur :
• Balok Lantai 2 – 5 = B1 20 x 45 cm
• Balok Atap = B2 20 x 35 cm
• Kolom (K1) = K1 45x45 cm
• Kolom (K2) = K2 40x40 cm
• Kolom (K3) = K3 35x35 cm
• Pelat lantai = Pelat 12 cm
• Pelat Atap = Pelat 10 cm
a. Pemodelan struktur dilakukan secara Frame and Shell Element, yang berarti elemen
balok dan kolom (frame) serta plat lantai (shell) dimodelkan secara utuh untuk
mendapatkan analisis struktur yang lebih akurat dan sesuai dengan kondisi aslinya.
b. Plat lantai dianggap sebagai elemen shell yang bersifat menerima beban tegak lurus
bidang (vertikal) dan dapat mendistribusikan beban lateral (horizontal) akibat gempa.
c. Pondasi dianggap jepit, karena desain pondasi menggunakan tiang pancang (pondasi
dalam), sehingga kedudukan pondasi diasumsikan tidak mengalami rotasi dan translasi.
Peraturan dan Standar Perencanaan
Keterangan :
Concrete cover to longitudinal rebar center adalah tebal selimut beton berdasarkan SNI
Beton 03-2847-2013
Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2013 tebal selimut beton minimum yang diizinkan
ditunjukkan pada Tabel 6.1 berikut.
Tabel 6.1 Persyaratan Tebal Selimut Minimum
Lalu untuk pembuatan dimensi Balok B2 (20/35) dengan cara yang sama dengan Balok
B1 diatas
Lalu untuk pembuatan element Pelat Atap dengan cara yang sama dengan Pelat Lantai
diatas
Pemodelan elemen balok tersebut dilakukan Draw - Quick frame/Cable Element atau
dengan cara memilih ikon Quick frame/Cable Element pada toolbar pada sisi kiri..
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.13
Pemodelan elemen plat dilakukan dengan cara Draw – Quick Draw Area atau dengan
mengklik ikon Quick draw area pada toolbar sisi kiri sesuai pada Gambar pada Gambar
6.15 berikut.
Kemudian akan muncul panah untuk menandai, kemudian tandai plat dengan cara
mengklik ditengah area pelat satu persatu, dalam penandaan usahakan secara berurut
agar memudahkan pembacaan data output SAP 2000 nantinya.
7. Mengaplikasikan Pembebanan
Jenis beban yang bekerja pada gedung meliputi :
a. Beban mati sendiri elemen struktur (Dead Load)
Meliputi : balok, kolom, shear wall, dan plat.
b. Beban mati elemen tambahan (SuperDead Load)
Meliputi : dinding, keramik, plesteran, plumbing, ME (mechanical electrical) , dll.
c. Beban hidup (Live Load) :
Meliputi : beban luasan per m² yang ditinjau berdasarkan fungsi bangunan.
d. Beban Gempa (Earthquake Load) :
Meliputi : beban gempa statik ekuivalen dan dinamik (respons spectrum)
Beban mati didistribusikan pada plat secara merata dengan cara memilih elemen plat,
kemudian Assign – Area Loads – Uniform (Shell) Distribusi beban mati yang bekerja
pada plat ditunjukkan pada Gambar 6.20 berikut.
Dinding gedung ini terletak di balok tepi keliling bangunan pada LT.2 sampai
LT.5. Beban dinding pada balok diinput dengan cara Assign – Frame Loads –
Distributed.
Distribusi beban hidup pada lantai dilakukan dengan cara memilih elemen pelat,
kemudian Assign – Area Loads – Uniform (Shell) sesuai ditunjukkan pada Gambar
6.22 berikut.
Gambar 6.22 Distribusi Beban Hidup pada Lantai Gedung Perkantoran (2,5 kN/m2)
Gambar 6.23 Ilustrasi dari Analisis Gempa dengan Metode Statik Ekuivalen
Langkah menambahkan beban gempa static ekivalen klik menu Define – Load Patterns
yang sesuai pada Gambar berikut
atau percepatan maksimum (spectral acceleration, SA) dari massa struktur single
degree of freedom (SDOF)
Langkah input beban gempa dinamik spectrum ke dalam SAP2000 dapat dilakukan
dengan cara Define → Functions → Response Spectrum → IBC 2009 → Add New
Function. (Dipilih IBC2009 ini karena parameter-parameter didalamnya juga sama
dengan SNI 1726-2012. Tinggal disesuaikan dengan zona peta gempa Indonesia)
Gambar 6.27 Input Manual Kurva Respons Spektrum dengan IBC 2009
Keterangan :
- 0,2 Sec Spectral Accel, Ss = 1.599 (percepatan batuan dasar periode 0,2 detik)
( http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/)
- 1 Sec Spectral Accel, S1 = 0.625 ( percepatan batuan dasar periode 1 detik)
( http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/ )
- Long-period Transition Period = 4 (periode transisi jangka panjang)
- Site Class = E ( kelas situs )
Pada Choose Constraint Type to Add pilih diaphragm dan klik Add New Constraint
Untuk nomor 5 dan 7 dengan beban gempa diatur oleh SNI 1726 : 2012 pasal 7.4, faktor
dan kombinasi beban untuk beban mati nominal, beban hidup nominal dan beban gempa
nominal, yaitu sebagai berikut:
1) (1,2 + 0,2 Sds) DL + 1,0LL ± 1,0 ρ EX ± 0,3 ρ EY
2) (1,2 + 0,2 Sds) DL + 1,0LL ± 0,3 ρ EX ± 1,0 ρ EY
3) (0,9 – 0,2 Sds) DL + 1,0LL ± 1,0 ρ EX ± 0,3 ρ EY
4) (0,9 – 0,2 Sds) DL + 1,0LL ± 0,3 ρ EX ± 1,0 ρ EY
Keterangan:
DL = beban mati
LL = beban hidup
R = beban hujan
W = beban angin
Ex = beban gempa arah – x
Ey = beban gempa arah – y
ρ = faktor redundansi
Sds = parameter percepatan spektrum respons desain pada periode pendek
Faktor beban hidup dapat diambil 0.5 untuk beban hidup tidak melebihi 4,79 kN/m2
Berikut ini adalah kombinasi pembebanan yang akan digunkan untuk analisis struktur:
Sds (g) = 0,959 (Palu, Tanah Lunak)
ρ = 1,0 (dapat digunakan 1,0 jika memenuhi syarat pasal 7.3.4.2)
Cara input kombinasi pembebanan tersebut ke SAP2000 dengan cara Define – Load
Combination – Add New Combo sesuai pada Gambar 6.32 berikut.
Pada SNI Gempa Pasal 7.9.1 disebutkan bahwa analisis harus menyertakan jumlah
ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi massa ragam terkombinasi sebesar
paling sedikit 90% dari massa actual yang dimodelkan.
Dalam Sap2000 besarnya partisipasi Massa tersebut dapat diketahui dengan Run –
Display – Show Table – Analysis Result – Structure Output – Modal Information –
Table : Modal Participating Mass Ratios. lihat pada kolom SumUX dan SumUY
Gambar 6.33 Jumlah Partisipasi Massa pada 12 Mode (lebih dari 90 % atau 0.9)
Keterangan :
Jika jumlah ragam yang sudah ditentukan dalam model belum memenuhi
syarat, tambahkan jumlah ragam
Pada SNI Gempa 1726 disebutkan bahwa untuk struktur gedung yang memiliki waktu
getar alami yang berdekatan atau selisih nilainya kurang dari 15 % harus dilakukan
Waktu getar alami tersebut dapat diketahui dengan Sap2000 dengan cara Run – Display
– Show Table – Analysis Result – Structure Output – Modal Information – Table : Modal
Participating Mass Ratios
Keterangan :
ΔT : Selisih periode/waktu getar yang dihitung dengan cara = (T1-T2)/T1x100%
Dan seterusnya
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada Tabel, terlihat bahwa waktu getar
struktur pada mode 3, 6 dan 9 melebihi 15% maka sebaiknya digunakan kombinasi
ragam spectrum SRSS sesuai dengan peraturan SNI Gempa 1726 Pasal 7.2.2
Keterangan :
Dari Tabel tersebut disimpulkan persyaratan gaya geser gempa dinamikarah-x belum
terpenuhi ( Vdinamik < Vstatik), maka besarnya Vdinamik harus dikalikan nilainya dengan
faktor skala.
Nilai faktor skala yang di koreksi diinput ke Sap2000 dengan cara Define – Load Case
pada Load Case Name pilih DX kemudian klik Modify/Show Load Cases
(𝛿𝛿2−𝛿𝛿1)𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥
∆x = < ∆a ∆a = 0,025 hx
𝐼𝐼
Keterangan :
∆x = simpangan antar lantai
δ = defleksi yang terjadi
I = faktor keutamaan gempa = 1
hx = tinggi tingkat di bawah tingkat x
Cd = Faktor pembesaran defleksi = 5,5
Untuk melihat simpangan antar lantai, pilih menu Display – Show Table – Analysis
Result – Joint Output – Displacements – Table : Joint Displacements. Seperti pada
gambar pada Load Cases pilih DX untuk melihat simpangan tiap lantai arah-X
Pada masing-masing lantai akan keluar joint seperti pada gambar berikut
Hasil dari gambar 6.41 coba hitung simpangan yang terjadi. Ambil contoh lantai atap
pada joint no 96, lantai 5 joint no 95, lantai 4 joint no 94, lantai 3 joint no 93, lantai 2
joint no 92 ditinjau dalam arah-X. Titik 96, 95, 94, 93 dan 92 adalah titik yang sama
pada lantai yang berbeda
Joint 96 δ2 = 53,2005 mm
Joint 95 δ1 = 48,3986 mm
(𝛿𝛿6−𝛿𝛿5)𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥𝑥
∆6 = < ∆a ∆a = 0,025 x 4000
𝐼𝐼
= 100 mm
(53,2005−48,3986)𝑥𝑥5,5
∆6 = < 100 mm
1
Hsx δ Δx Δa Keterangan
Lantai
(mm) (mm) (mm) (mm)
Atap 4000 53.2005 26.4105 100 Aman
5 4000 48.3986 49.2954 100 Aman
4 4000 39.4358 72.1815 100 Aman
3 4000 26.3119 84.5697 100 Aman
2 4000 10.9356 60.1458 100 Aman
Keterangan : Bila model struktur tidak memenuhi syarat, coba perbesar dimensi
balok atau kolom di beberapa tempat
apabila semua pemeriksaan sudah terpenuhi maka komponen struktur ( balok, kolom,
dan pelat) dari model sudah siap dianalisis
Pendefinisian sistem SRPMK pada SAP2000 dilakukan dengan cara Select – Select –
properties – frame section – pilih elemen balok dan kolom kemudian Design –
Concrete Frame Design – Overwrites – Farming Type – Sway Special
A. Penulangan Balok
Detail besarnya luas tulangan lentur, geser, dan torsi, pada balok B1 dapat diketahui
dengan cara klik kanan pada element Balok B1, kemudian klik Summary
Detail luas tulangan Lentur yang ditinjau pada gambar sebagai berikut
Untuk kebutuhan tulangan lentur balok B2 dihitung dengan cara yang sama.
Rekapitulasi kebutuhan tulangan lentur balok ditabelkan pada Tabel 6.6
Untuk kebutuhan tulangan geser balok B2 dihitung dengan cara yang sama.
Rekapitulasi kebutuhan tulangan geser balok ditabelkan pada Tabel 6.7
Tabel 6.7 Tulangan geser Balok
Bagian atas menunjukan luas tulangan torsi untuk sengkang dan bagian bawah
menunjukan luas tulangan torsi untuk tulangan utama (atas dan bawah). Karena luas
tulangan torsi lebih kecil dari luas tulangan utama dan sengkang, maka cukup
dipasang tulangan D12 dikedua sisinya
B. Penulangan Kolom
1.) Desain Tulangan Utama kolom
Untuk kebtuhan tulangan lentur kolom K2 dan K3 dihitung dengan cara yang
sama. Rekapitulasi kebutuhan tulangan lentur kolom ditabelkan pada Tabel 6.8
Tabel 6.8 Tulangan Lentur Kolom
Ukuran As perlu Ø Luas As Aktual
Nama n Cek di Pasang
Kolom mm² mm mm² mm²
K1 450x450 3102 19 283.643 12 3403.714 Aman 12 D 19
K2 400x400 2463 19 283.643 10 2836.429 Aman 10 D 19
K3 350x350 1962 19 283.643 8 2269.114 Aman 8 D 19
Untuk kebtuhan tulangan geser kolom K2 dan K3 dihitung dengan cara yang
sama. Rekapitulasi kebutuhan tulangan geser kolom ditabelkan pada Tabel 6.9
Tabel 6.9 Tulangan geser Kolom
Av/S S S
Ukuran Ø Luas Sperlu
Nama Perlu n max pakai di Pasang
Kolom
mm² mm mm² mm mm mm
K1 450x450 0.98 10 3 235.71 240.52 114 114 3 P 10 110
K2 400x400 0.43 10 3 235.71 548.17 114 114 3 P 10 110
K3 350x350 0.574 10 3 235.71 410.65 114 114 3 P 10 110
= 10,36 KNm
Syarat : 0,9 Mn ≥ Mu
0,9 x 10,36 ≥ 8,88
9,32 ≥ 8,88 OK, Pelat mampu menerima beban
Hasil uji sondir menunjukan bahwa kedalaman 0 m – 11 m tanah lunak sampai sedang.
Dan tanah keras dengan gc > 150 kg/cm2 pada kedalaman - 12 m
Hasil uji boring menunjukan bahwa kedalaman 0 m – 11 m tanah lunak sampai sedang.
Dan tanah keras dengan N > 50 mulai kedalaman - 12 m
Analisis daya dukung aksial pondasi tiang terhadap kekuatan tanah mempergunakan
formula sebagai berikut:
Guy Sangrelat menganjurkan formula daya dukung aksial tiang sebagai berikut:
qc x Ap Tf x Ast
Qu = + Qijin = Qu - W
FK1 FK2
Keterangan:
Qu = daya dukung batas tiang
qc = tahanan ujung konus sondir
Ap = luas penampang tiang (m2)
Tf = total friksi/jumlah hambatan pelekat
Ast = keliling penampang tiang
W = berat sendiri tiang
FK1 = faktor keamanan tahanan ujung, 3
FK2 = faktor keamanan tahanan gesek, 5
Daya dukung aksial tiang berdasarkan data sondir pada kedalaman 12 m di bawah
permukaan tanah:
qc = 154 kg/cm2, Tf = 392 kg/cm
1
Ap = x π d2 = 1257 cm2, Ast = π d = 125,6 cm
4
qc x Ap Tf x Ast
Qu = +
FK1 FK2
154 x 1257 392 x 156,6
Qu = + = 76,803 ton
3 5
Meyerhoff (1956) menganjurkan formula daya dukung aksial pondasi tiang sebagai
berikut:
Qu = 40 Nb Ap + 0.20 Ñ x As ...(ton) → Untuk tiang pancang
Qu = 40 Nb Ap + 0.10 Ñ x As ...(ton) → Untuk tiang bor
Untuk dasar pondasi di bawah muka air tanah :
Nb’ = 15 + 0,5 (Nb – 15)
Keterangan :
Nb = harga N-SPT pada elevasi dasar tiang. (harga batas Nb = 40)
Ap = luas penampang tiang (m2)
As = luas selimut tiang (m2)
Ñ = harga N-SPT rata-rata di sepanjang tiang
Berdasarkan hasil pengujian N-SPT diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 6.10 Hasil pengujian N-SPT
Kedalaman Nilai SPT L1 L1 * N
No
z1 (m) z2 (m) N (m)
1 0.00 2.00 8 2.0 16.0
2 2.00 4.00 7 2.0 14.0
3 4.00 6.00 28 2.0 56.0
4 6.00 8.00 42 2.0 84.0
5 8.00 10.00 46 2.0 92.0
6 10.00 12.00 56 2.0 112.0
12.0 374.0
Qu = 𝜎𝜎’b x Ap Qijin = Qu - W
Keterangan:
Qu = daya dukung aksial tiang
𝜎𝜎’b = tegangan aksial ijin bahan tiang
Ap = luas penampang tiang
Mutu beton yang dipakai adalah f’c = 30 Mpa = 305,915 kg/cm2
𝜎𝜎’b = 0,2 x 305,915 = 61,183 kg/cm2
Ap = 1257 cm2
Qu = 𝜎𝜎’b x Ap
= 61,183 x 1257 = 76,907 ton
Qijin = Qu – W
= 76,907 - 3,621 = 73,286 ton
Perhitungan daya dukung tiang pancang pada tanah keras (kedalaman 12 m) dari ketiga
metode tersebut dapat dilihat pada Tabel
Tabel 6.11 Hasil perhitungan daya dukung ijin aksial tiang
Metode Daya dukung ijin aksial (ton)
Sondir 73
SPT 58
Mutu bahan 73
Daya dukung ijin aksial tiang yang dipakai adalah 58 ton
Untuk mendapatkan jumlah titik pondasi pada elemen struktur kolom gunakan model
struktur lengkap dengan menggambar struktur tie beam pada lantai dasar. Oleh karena
itu perlu lakukan modifikasi terlebih dahulu pada SAP2000 sebagai berikut.
Klik icon Unlock Model – defenisikan penampang Tie Beam ( 20x45 cm) dilakukan
dengan cara Define –Section Properties- Frame Section-Add New Property seperti
pada Gambar 6.58 berikut.
Gambar elemen Tie Beam dengan cara Draw - Quick frame/Cable Element seperti
pada Gambar 6.59 berikut.
Dinding gedung ini diasumsikan terletak di tepi keliling bangunan, Beban dinding pada
Tie Beam diinput dengan cara Assign – Frame Loads – Distributed.
Setelah menggambar Tie Beam dan menginput beban dinding pada lantai dasar, buat
kombinasi pembebanan gravitasi (tak berfaktor) untuk mendapatkan beban/load pada
tiap kolom. sebagai desain awal dengan kombinasi : Gravitasi : 1 DL + 1 SDL + 1 LL.
pilih menu Define – Load Combinations – Add New Combo
Pilih menu Analyze – Run Analysis – Run Now. Setelah proses Run Analysis lihat hasil
load tiap kolom dengan terlebih dahulu mengganti satuan gaya menjadi tonf agar sesuai
dengan satuan daya dukung (kapasitas) tiang. Kemudian pilih menu Display – Show
Tables – Analysis Results – ceklis Joint Output – Reactions – OK.
Untuk menampilkan joint label pada titik kolom pilih menu View – Set Display Options
– pada bagian Joint beri tanda ceklis pada kotak Labels – OK.
Sesuaikan titik kolom dengan joint label pada tabel Design Reactions untuk
mendapatkan beban yang diterima dan menghitung kebutuhan jumlah pondasi
berdasarkan kapasitas efektif tiang kelompok.
Denah layout pondasi tiang bor (bore pile) ditunjukan sebagai berikut :
Sebuah Gedung Perkuliahan 5 lantai seperti pada gambar 6.56 – gambar 6.58. lokasi gedung
di kota Makassar dengan kondisi tanah Sedang, akan direncanakan dengan struktur beton,
sistem perencanaan dengan SRPMM (Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah). dengan
spesifikasi sebagai berikut :
Beton :
• Kuat tekan beton, fc’ = 30 Mpa
• Modulus elastisitas beton, Ec = 4700√fc’ = 23500 Mpa
• Poisson ratio beton, νc = 0,2
•
Berat jenis beton, λc = 24 kN/m3
Baja Tulangan :
• Tulangan Longitudinal, BJ57 fy = 400 Mpa, fu = 570 Mpa
• Tulangan transversal/sengkang, BJ39 fy = 240 Mpa fu =390 Mpa
• Poisson ratio baja, vs = 0,3
•
Berat jenis baja, λs = 78,5 kN/m3
Penampang struktur :
• Balok Lantai 2 – 5 = B1 20 x 45 cm
• Balok Atap = B2 20 x 35 cm
• Kolom (K1) = K1 40x40 cm
• Kolom (K2) = K2 35x35 cm
• Kolom (K3) = K3 30x30 cm
• Pelat lantai = Pelat 12 cm
• Pelat Atap = Pelat 10 cm
Catatan :
Catatan :
LAMPIRAN
Tabel 6. Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu arah bila lendutan tidak
dihitung
“Kami berharap, ebook ini tidak di copy paste tanpa izin dari penulis, karena ebook ini
dijual dan lebih dari 10% dana yang terkumpul akan di sedekahkan dan digunakan untuk
menyantuni anak-anak yatim piatu. Anda bisa berpartisipasi untuk mempromosikan
ebook ini ke teman-teman dan rekan kerja, melalui pembelian online di website kami.
kami memang bukan orang yang sempurna, kami juga bukan orang yang suci, tapi kami
memiliki niatan yang tulus untuk peduli dan membantu orang-orang seperti mereka.”
Contact : Ismailbatara@gmail.com
Kiranya ebook ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan.