Anda di halaman 1dari 20

BA

EJAAN DAN ISTILAH BAHASA INDONESIA


B
IV
Mahasiswa diharapkan dapat memahami serta menerapkan penulisan ejaan dan
istilah dengan banar dan tepat setelah mempelajari bagian ini.

Bentuk ungkapan bahasa yang benar dan baik sering dihubungkan


dengan bentuk ungkapan bahasa yang baku atau standar, yaitu bentuk ungkapan
bahasa yang dipakai sebagai pedoman atau dianggap sebagai bentuk ungkapan
bahasa yang ideal. Bahasa yang benar dan baik senantiasa memperhatikan
kaidah atau norma bahasa. Salah satunya adalah kaidah ejaan dan kaidah
penyusunan istilah.

Istilah
Istilah ialah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang yang
dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat khas
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pembentukan istilah perlu
memperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata bahasa Indonesia.
Istilah yang dipilih adalah (1) kata atau frasa yang paling tepat untuk
mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna, (2)
kata atau frasa yang paling singkat di antara pilihan yang tersedia yang
mempunyai rujukan sama, (3) kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik.,
(4) kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik), dan (5) kata atau frasa yang
bentuknya menurut kaidah bahasa Indonesia.

Proses Pembentukan Istilah


1. Pemadanan istilah
Pemadanan istilah bahasa asing ke bahasa Indonesia, dan jika perlu salah
satu bahasa serumpun, dilakukan lewat penerjemahan, penyerapan, atau
gabungan penerjemahan dan penyerapan. Demi keseragaman, sumber rujukan
yang diutamakan adalah istilah Inggris yang pemakaiannya bersifat internasional
karena sudah dilazimkan para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah serapan itu
dilakukan dengan atau tanpa penyesuaian ejaannya berdasarkan kaidah
fonotaktik, yakni relasi urutan bunyi yang diizinkan dalam bahasa Indonesia.

36
1.1. Penerjemahan
a. Penerjemahan langsung, berdasarkan:
- Kesesuaian makna, contoh: supermarket (pasar swalayan).
- Kesesuaian bentuk dan makna, contoh: bounded zone (kawasan
berikat).
b. Penerjemahan dengan perekaan melalui penciptaan istilah baru, contoh:
factoring diterjemahkan menjadi “anjak piutang” sebagai padanan
istilahnya dan catering menjadi “jasa boga”, dan invention menjadi
“rekacipta”.

1.2. Penyerapan
Proses penyerapan istilah asing, dengan mengutamakan bentuk
visualnya, dilakukan dengan empat cara seperti berikut.
a. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal
Misalnya:   microphone [ma Ikrofon] menjadi mikrofon [m ikrofon]
b. Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian lafal
Misalnya:   science [say ns]   sains [sa ins]
c. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dengan penyesuaian lafal
Misalnya:   bias [baie s]   bias [bias]
d. Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal
- Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan lafal
(penyerapan secara utuh) dilakukan jika istilah itu bertahan ejaan dan
lafalnya dalam banyak bahasa modern. Istilah tersebut dicetak dengan
huruf miring. Misalnya:   allegro, moderato, dan divide et impera.
- Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal, yang juga
dipakai secara luas dalam kosakata umum. Istilah tersebut tidak ditulis
dengan huruf miring (dicetak dengan huruf tegak).
Misalnya:  internet  -- internet
e. Penyesuaian ejaan afiks dan bentuk terikat istilah asing
- Penyesuaian ejaan prefiks dan bentuk terikat
Prefiks asing yang bersumber dari bahasa Indo-Eropa dapat
dipertimbangkan pemakaiannya dalam peristilahan Indonesia setelah
disesuaikan ejaannya. Prefiks asing itu ialah sebagai berikut.

Prefiks Arti Perubahan Contoh


a-, ab-, abs- menyimpang ‘dari’, tetap a-, ab-, amoral amoral
menjauhkan ‘dari’ abs-
a-, an- tidak, bukan, tanpa tetap a-, an- anernia  anemia

37
ad-, ac-‘ke’ ‘berdekatan dengan’, menjadi ad-, ak- acculturation   a
‘melekat pada’ kulturasi

- Penyesuaian ejaan sufiks


Sufiks asing dalam bahasa Indonesia diserap sebagai bagian kata
berafiks yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif
diserap secara utuh di samping kata standar, implemen, dan objek.
Berikut beberapa kata bersufiks tersebut. 

Sufiks Perubahan Contoh


-aat (Belanda) menjadi -at advocaat     advokat

-able, -ble (Inggris) menjadi -bel variable     variabel

-ac (Inggris) menjadi -ak maniac     maniak

2. Gabungan Penerjemahan dan Penyerapan


2.1. Perekaciptaan Istilah
Kegiatan ilmuwan, budayawan, dan seniman yang bergerak di baris
terdepan ilmu, teknologi, dan seni mungkin mencetuskan konsep yang belum
ada selama ini. Istilah baru untuk mengungkapkannya dapat direkacipta sesuai
lingkungan dan corak bidang kegiatannya. Dalam beberapa tahun terakhir
misalnya, telah direkacipta istilah pondasi cakar ayam, penyangga sosro bahu,
plasma inti rakyat, dan tebang pilih Indonesia, yang telah ditambahkan dalam
khazanah peristilahan. 

2.2. Pembakuan dan Kodifikasi Istilah


Istilah yang diseleksi lewat pemantapan, penerjemahan, penyerapan, dan
perekaciptaan dibakukan lewat kodifikasi yang mengusahakan keteraturan
bentuk seturut kaidah dan  adat pemakaian bahasa. Kodifikasi tercapai dengan
penyusunan sistem ejaan, buku tata bahasa, dan kamus yang merekam dan
menetapkan bentuk bakunya. 

2.3. Aspek Tata Bahasa Peristilahan


a. Istilah Bentuk Dasar
Istilah dengan unsur bentuk dasar dipilih di antara kelas kata utama
seperti nomina, verba, adjektiva, dan numeralia. Contoh:
Nomina : kaidah, busur, cahaya

38
Verba : keluar, uji, tekan   
Adjektiva : kenyal, acak, cemas   
Numeralia : gaya empat, (pukulan) satu-dua, (bus) dua tingkat  
b. Istilah Bentuk Berafiks
Istilah bentuk berafiks dijabarkan dari bentuk dasar dengan
penambahan prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks seturut kaidah pembentukan
kata bahasa Indonesia, misalnya, dari bentuk pirsa dijabarkan menjadi
pemirsa, bukan pirsawan; hantar dijabarkan menjadi keterhantaran, bukan
kehantaran. Istilah bentuk berafiks menunjukkan pertalian teratur antara
bentuk dan maknanya.
c. Istilah Bentuk Ulang
Istilah bentuk ulang dapat berupa ulangan bentuk dasar seutuhnya
atau sebagian, dengan atau tanpa pengimbuhan dan pengubahan bunyi. 
- Bentuk Ulang Utuh
Istilah ini mengacu pada kemiripan. Contoh: bola-bola, orang-orang.
- Bentuk Ulang Suku Awal (dwipurwa)
Istilah tersebut dibentuk melalui pengulangan konsonan awal. Contoh:
laki----lelaki, rata-----rerata, tangga----tetangga.
- Bentuk Ulang Berafiks
Istilah bentuk ulang dengan afiksasi. Contoh: pohon----pepohonan. 
- Bentuk Ulang Salin Suara
Istilah tersebut dibentuk melalui perubahan bunyi. Contoh: balik----
bolak-balik, warna-------warna-warni, teka------teka-teki. Dari segi
makna, perulangan tersebut mengandung makna ‘bermacam-macam’. 
d. Istilah bentuk majemuk
- Gabungan bentuk bebas
 Gabungan bentuk dasar
Misalnya: garis lintang, tampak depan, rawat jalan.
 Gabungan bentuk dasar dengan bentuk berafiks
Misalnya: tertangkap tangan, proses berdaur, sistem pencernaan.
 Gabungan bentuk berafiks dengan bentuk berafiks
Misalnya: perawatan kesehatan, kesehatan lingkungan.
- Majemuk Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat
Ada sejumlah bentuk terikat yang berasal dari bahasa Jawa Kuno dan
Melayu.
Misalnya:
o purba-----  purbawisesa  absolute power
o su------- susila   goodmorals

39
Sementara itu, bentuk terikat dari bahasa asing barat, dengan
beberapa perkecualian, langsung diserap bersama-sama dengan kata
lain yang mengikutinya. Contoh gabungan bentuk asing barat dengan
kata Melayu-Indonesia adalah inframerah, subbagian, mulitijutawan. 
- Majemuk bentuk terikat
Gabungan yang unsur-unsurnya merupakan bentuk terikat, dilakukan
dengan merangkai unsur-unsur tersebut. Penulisan setiap unsur tidak
dipisahkan dan tidak diberi tanda hubung. Contoh: dasawarsa  decade.
e. Istilah bentuk analogi
Istilah bentuk analogi bertolak dari pola bentuk istilah yang sudah
ada. Berdasarkan pola bentuk pegulat, tata bahasa, juru tulis, pramugari
dan beranalogi pada istilah tersebut dibentuk berbagai istilah lain.
Misalnya: pegolf (golfer) dan peselancar (surfer), tata busana, juru kunci,
dan pramugara.

Aspek Semantik Peristilahan


1. Pemberian makna baru
Istilah baru dapat dibentuk lewat penyempitan dan perluasan makna kata
yang lazim dan yang tidak lazim. Artinya, kata itu dikurangi atau ditambah
jangkauan maknanya sehingga penerapannya menjadi lebih sempit atau lebih
luas.
1.1. Penyempitan makna
Yang dimaksud dengan penyempitan makna adalah pergeseran makna
kata dari umum atau yang luas menuju makna yang khusus atau sempit.
Misalnya, kata ‘pendeta’ dalam proses perkembangannya makna kata ini
menyempit. Dulu kata ‘pendeta’ digunakan untuk sebutan para pemuka agama
termasuk agama Hindu dan Budha. Namun, sekarang kata ini khusus digunakan
untuk sebutan pemuka agama Kristen.
Perluasan Makna
Yang dimaksud dengan perluasan makna adalah berubahnya makna kata
dari yang sempit atau khusus menunju yang lebih umum atau luas. Perluasan
makna terjadi juga jika makna kata tertentu digunakan untuk sesuatu yang lain
baik dalam bentuk generalisasi (bapak, saudara,ibu) maupun asosiasi (Bersatu
adalah kunci kemenangan kiata).
a. Istilah sinonim
Dua istilah atau lebih yang maknanya sama atau mirip, tetapi
berlainan bentuk, disebut sinonim. Di antara istilah sinonim salah satunya
perlu ditentukan menjadi istilah baku atau yang diutamakan. Selain itu,
istilah sinonim dapat dipakai di samping istilah baku yang diutamakan.

40
Misalnya: 
Istilah Istilah yang Diutamakan Sinonim
Absorb Serap absorb
Acceleration Percepatan akselerasi
Diameter garis tengah diameter

b. Homonim
Istilah homonim berupa dua istilah atau lebih, yang sama ejaan dan lafalnya,
tetapi maknanya berbeda. Misalnya ‘bulan’ yang berarti nama satelit dan
nama kalender masehi. Kata ‘bisa’ yang berarti racun ular dan ‘dapat.’

c. Homograf
Adalah istilah yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafal.
Misalnya:
- pedologi  paedo ilmu tentang hidup dan perkembangan anak
- pedologi  pedenon ilmu tentang tanah

d. Homofon
Adalah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaan. Misalnya:
bank  dengan  bang, massa dengan  masa.

e. Hiponim
Istilah hiponim ialah bentuk yang maknanya terangkum dalam
hiperonim, atau superordinatnya, yang mempunyai makna yang lebih luas.
Kata mawar, melati, cempaka, misalnya, masing-masing disebut hiponim
terhadap kata bunga yang menjadi hipernim atau superordinatnya. Dalam
terjemahan, hipernim atau superordinat pada umumnya tidak disalin
dengan salah satu hiponimnya, kecuali jika dalam bahasa Indonesia tidak
terdapat istilah superordinatnya. Kata poultry, misalnya, diterjemahkan
dengan unggas, dan tidak dengan ayam atau bebek. Jika tidak ada pasangan
istilahnya hipernimnya dalam bahasa Indonesia, konteks situasi atau ikatan
kalimat suatu superordinat asing akan menentukan hiponim Indonesia mana
yang harus dipilih.

41
Pelatihan 1
Carilah padanan kata dari istilah asing baru di bawah ini!

1. affection 21. expose 41. super power


2. airport 22. fast food 42. supervisor
3. all round 23. fiber glass 43. stainless steel
4. announcer 24. flavour 44. take off
5. assembling 25. half time 45. tissue
6. baby sitter 26. full time 46. up to date
7. back hand 27. playback 47. valid
8. blank 28. supply 48. policy
9. brainstorming 29. supplier 49. image
10. blender 30. preview 50. impact
11. cash 31. premix 51. input
12. catering 32. random 52. level
13. coffee house 33. rank 53. masterpiece
14. constant 34. ranking 54. microwave
15. costumer 35. replay 55. monitor
16. dealer 36. schedule 56. out of date
17. department 37. snack 57. output
18. edit 38. sophisticated 58. overacting
19. editing 39. supermarket 59. overlapping
20. elegant 40. spare part 60. platform

Kesatuan Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran,
pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca.
Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan ejaan van Ophuijsen.
Ejaan van Ophuijsen ditetapkan sebagai ejaan bahasa melayu pada 1901. Ciri
khas yang menonjol adalah penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang
dan sajang, penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata goeroe dan kamoe,
serta digunakannya tanda diakritik dan trema pada kata ma’moer dan do’a.
Setelah mengalami perkembangan kedudukan Ejaan van Ophuijsen
tergantikan oleh Ejaan Soewandi. Ejaan Soewandi atau Republik ditetapkan pada
19 Maret 1947 menggantikan ejaan van ophuijsen. Ciri yang menonjol adalah
penggunaan huruf u untuk menggantikan huruf oe, penggunaan bunyi sentak k
menggatikan tanda diakritik , dan penulisan kata depan di dan awalan di yang
sama , yakni dirangkaikan dengan kata yang mengikutinya.

42
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah peraturan bahasa
Indonesia yang diberlakukan sejak 1972 pada saat Kongres Bahasa Indonesia
sampai saat ini.
1. Ejaan yang Disempurnakan
Untuk lebih memahami kesantunaan ejaan, penulis kutipkan aturan
berbahasa yang terangkum dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
disempurnakan yang dikeluarkan ulang pada 2005 oleh Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional melalui penerbit Balai pustaka. Isinya meliputi:
1.1. Pemakaian huruf
Pemakaian huruf meliputi huruf abjad, huruf vokal, huruf konsonan,
huruf diftong, gabungan hururf konsonan dan pemenggalan kata.

1.2. Pemakaian huruf kapital dan miring


a. Huruf Kapital atau Huruf Besar
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat, sebagai huruf pertama petikan langsung, dalam
ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk
kata ganti untuk Tuhan, huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan
dan keagamaan yang diikuti nama orang, unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi atau nama tempat, dll.
b. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan, menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. menuliskan
kata ilmiah atau ungkapan asing yang telah disesuaikan ejaanya.

1.3. Penulisan kata


Dalam penulisan kata harus memperhatikan bagaimana kita menulis kata
dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata si
dan sang, partikel, singkatan dan akronim, angka dan lambang bilangan. Untuk
etika cara penulisannya lebih lengkapnya bisa dilihat di Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia Yang disempurnakan

43
Pelatihan 2
Perbaikilah penulisan kata atau gabungan kata yang tidak baku di bawah ini!

Dayabeli belasungkawa infra merah


Ibukota nonislam adakalanya
Jurutulis pan afrika maha karya
Kajiulang pro-irak mancanegara
Mejatulis mahaesa mikro bus
Matahati mahapemurah monoteisme
matakuliah kerjasama bumiputera
mata pelajaran ultraviolet darmabakti
peranserta inter kontinental daripada
ramahtamah non formal darmawisata
sepak bola pasca sarjana dukacita
sumberdaya adi kuasa halalbihalal
tanda tangan antar daerah hulubalang
tatabahasa anti klimaks intra sekolah
ujicoba audio visual in konvensional
bagaimana bio teknologi beasiswa
barangkali de moralisasi Duta besar
acap kali ekstra kurikuler

Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari
pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahsa asing seperti
Sansekerta, Arab, Portugis, Balanda atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya,
unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa
Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de I’homme par,
I’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang
pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga
bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

44
1. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
- aa (Belanda) menjadi a
octaaf oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
- ai tetap ai
trailer trailer
- au tetap au
audiogram audiogram
- c di muka a, u ,o dan konsonan menjadi k
constraction konstuksi
- c di muka e, i, oe dan y menjadi s
central sentral
- cc di muka o, u dan konsonan menjadi k
accomodation akomodasi
- cc di muka e dan i menjasi ks
accent aksen
- cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin sakarin
- ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
Machine mesin
- ch yang lafalnya c menjadi c
Check cek
- c (Sansekerta) menjadi s
Cabda sabda
- e tetap e
effect efek
- ea tetap ea
idealist idealis
- ee (Belanda )menjadi e
statosfeer statosfer
- ei tetap ei
einsteinimum einsteinium
- eo tetap eo
stereo stereo
- eu tetap eu
neutron neutron

45
- f tetap f
fanatic fanatik
- gh menjadi g
sorghum sorgum
- i pada awal suku kata dimuka vokal tetap i
ion ion
- ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
polities politik
- ie tetap ie jika lafalnya bukan i
Variety varietas
- kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
- ng tetap ng
contingent kontingen
- oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen estrogen
- oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
- oo (vokal ganda) tetap oo
coordination koordinasi
- ou menjadi u jika lafalnya u
coupon kupon
- ph menjadi f
phase fase
- ps tetap ps
pseudo pseudo
- pt tetap pt
pterosaur pterosaur
- q menjadi k :
frequency frekuensi
- rh menjadi r
rhythm ritme
- sc dimuka a,o,u, dan konsonan menjadi sk
scandium skandium
- sc dimuka e,i, dan y menjadi s
scenography senografi
- sch dimuka vokal menjadi sk
schema skema

- t dimuka i menjadi s jika lafalnya s

46
ratio rasio
- th menjadi t
theocracy teokrasi
- u tetap u
unit unit
- ua tetap ua
aquarium akuarium
- ue tetap ue
duet duet
- ui tetap ui
equinox ekuinoks
- uo tetap uo
fluorescein fluoresein
- uu menjadi u
prematuur prematur
- v tetap v
vitamin vitamin
- x pada awal kata tetap x
xenon xenon
- x pada posisi lain menjadi ks
executive ekskutif
- xc dimuka e dan i menjadi ks
exception eksepsi
- xc dimuka a,o,u, dan konsonan menjadi ksk
excavation ekskavasi
- y tetap y jika lafalnya y
yen yen
- y menjadi i jika lafalnya i
dynamo dinamo
- z tetap z
zenith zenith

Catatan :
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah.
Misalnya : kabar, sirsak, iklan, perlu, bengkel, dan hadir.
2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad
bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan menurut
kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu
saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.

47
2. Pemakaian Tanda Baca
a. Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar. Misalnya:
- Patokan Umum
- Isi Karangan
- Ilustrasi
- Gambar Tangan
- Tabel
- Grafik
Catatan :
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan
atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam
deretan angka atau huruf.

b. Tanda Koma (,)


- Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi
atau melainkan. Misalnya :Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
- Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
- Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat
dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
- Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung
bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”
- Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama
diri, keluarga, atau marga. Misalnya: B. Ratulangi, S.E.
- Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan
yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai
sekali.
- Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
- Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan
langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya:

48
“Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim. “Berdiri lurus-
lurus!” perintahnya.

c. Tanda Titik Koma (;)


Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan
belum selesai juga.

d. Tanda Titik Dua (:)


- Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: Kita sekarang,
memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
- Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Kita
memerlukan kursi, meja, dan lemari.
- Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian. Misalnya:
o Ketua : Ahmad Wijaya
o Sekretaris : S. Handayani.
o Bendahara : B. Hartawan
- Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan
halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul
dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku
acuan dalam karangan. Misalnya: Tempo, I (1971), 34: 7

e. Tanda Hubung ( - )
- Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal.
Misalnya:
o p-a-n-i-t-i-a
o 8-4-1973
- Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka
dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata,
dan (v) nama jabatan rangkap. Misalnya: se-Indonesia, se-Jawa Barat,
hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-
Sekretaris Negara.
- Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-smash, pen-tackle-an.

49
f. Tanda Pisah (-)
- Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan
bangsa itu – saya yakin akan tercapai diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri.
- Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
- Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal
dengan arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’. Misalnya: 1910 – 1945
Catatan:
Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
tanpa spasi sebelum dan sesudahnya.

g. Tanda Elipsis (…)


- Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
- Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat
atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: Sebab-sebab
kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat
buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk
menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
o Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati....

h. Tanda Tanya (?)


Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
o Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
o Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

i. Tanda Seru (!)

50
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
o Alangkah seramnya peristiwa itu!

j. Tanda Kurung ((…))


- Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan. Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK
(Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
- Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya: Sejak Trenggano
yang berjudul “ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada
tahun 1962. keterangan itu (lihat tabel 10) menunjukan arus
perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
- Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya
di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya :
o Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
o Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
- Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu
urutan keterangan.
Misalnya :
o Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c)
modal.

k. Tanda Kurung Siku ([…])


- Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok
kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat
yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya: Sang
Sapurba men [d] engar bunyi gemerisik.
- Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya :
o Persamaan kedua proses ini [perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II
(lihat halaman 35-38)] perlu dibentangkan disini.

l. Tanda Petik (“…”)

51
- Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
o Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu
Tempat.
- Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal
atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya :
o Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.
- Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang
mengahkiri petikan langsung.
Misalnya:
o Kata Tono,”Saya juga minta satu.”
- Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat
ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan
yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya :
o Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”. Bang Komar
sering disebut “pahalawan“; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

m. Tanda Petik Tunggal (‘…’)


- Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di
dalam petikan lain.
Misalnya :
o Tanya Basri,“Kau dengar bunyi ‘kring-‘kring’ tadi?”.
- Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya :
o Feed-back ’balikan’

n. Tanda Garis Miring ( / )


Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan kata tiap
Misalnya:
o Dikirimkan lewat darat darat/laut -lewat darat atau lewat laut
o Harganya Rp 25,00/lembar -harganya p 25,00 tiap lembar

52
Pelatihan 3
Bagilah kelas ke dalam empat kelompok. Setiap kelompok akan membakukan
penulisan kata dalam kolom di bawah ini! Kerjakan dengan cepat dan tepat
karena waktu yang disediakan terbatas, 3 menit!

Sudah bakukah penulisan kata berikut? Jika belum, bakukan!

KELOMPOK I KELOMPOK II KELOMPOK III KELOMPOK IV

1. adpertensi 1. esei,esay 1. otobiogra 1. jadual


2. adpokat 2. fardlu fi 2. jenasah
3. erobik 3. pebruari 2. begasi 3. jendral
4. aseptor 4. pisik 3. bhakti 4. yudo
5. akte 5. frustasi 4. balan 5. jum’at
6. aktifitas 6. foto kopi 5. bathin 6. sekedar
7. aktifis 7. gladi resik 6. barokah 7. kaedah
8. akountan 8. kendang 7. beaya 8. karir
9. alenia 9. jenerik 8. bioskup 9. kharisma
10. al-quran 10. goncang 9. bonsai 10. katalok
11. ambulan 11. hadist 10. bongkok 11. kaula
12. analisa 12. hakekat 11. bis 12. kalayak
13. anggouta 13. hektar 12. cidera 13. katulistiwa
14. antri 14. hirarki 13. mengicipi 14. kayal
15. asesori 15. hipotesa 14. difinisi 15. kuatir
16. apotik 16. homogin 15. disain 16. kasanah,
17. arkhais 17. ijasah 16. diagnosa khasanah
18. arkheologi 18. himbau 17. disel 17. khutbah
19. ashar 19. indra 18. deferensi 18. komplek
20. azas 20. influensa asi 19. kondite
21. atlit 21. insyaf 19. dirijen 20. konggres
22. atmosfir 22. isteri 20. donatur 21. konsekwen
23. adzan 23. ijin 21. ekosistim si
24. quesioner 24. prasetya 22. eksport 22. kriminil

53
23. ekstrim
24. nakoda
25. nasehat 23. kwalifikasi
25. quota
25. propinsi 26. nara 24. sub unit
26. legalisir
26. projek pidana 25. subyek
27. ma’af
27. psikotes 27. nomer 26. seteril
28. loka karya
28. putera 28. non fiksi 27. sutra
29. madya
29. ramadlon 29. nopembe 28. standard
30. maghrib
30. ransel r 29. sahadat
31. makluk
31. rante 30. obyek 30. sahdu
32. mesjid
32. raport 31. on 31. sarat
33. maximum
33. rosul 32. operasion 32. sukur
34. malaekat
34. revolosi il 33. tahta
35. manageme
35. rizki 33. terorganis 34. tatabahasa
nt
36. risih ir 35. tauladan
36. manager
37. resiko 34. ortodok 36. tentram
37. mantera
38. syahih 35. faham 37. trampil
38. materai
39. seksama 36. paradok 38. trap
39. metoda
40. syaraf 37. paragrap 39. taufan
40. milyar
41. sastera 38. patner 40. transport
41. mubaligh
42. sentausa 39. pasip 41. rubah
42. mubadir
43. sintesa 40. passport 42. onta
43. musium
44. sistimatis 41. prosen 43. udzur
44. mutakir
45. ujud 42. fihak 44. varitas
45. wassalam
43. fikir 45. jaman
44. perangko
45. permak

DAFTAR PUSTAKA

Mustakim.1992. Membina Kemampuan Berbahasa. Panduan Ke Arah Kemahiran


Berbahasa. Jogjakarta: Gramedia.

Mustakim. 1996. Tanya Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum. Jakarta: Gramedia.

Sugono, Dendy (ed.). 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesi: Jilid I. Jakarta: Pusat
Bahasa DEPDIKNAS.

54
Sugono, Dendy (ed.). 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesi: Jilid II. Jakarta: Pusat
Bahasa DEPDIKNAS

Suryam, Ukun. 1998. Dasar-Dasar Bahasa Indonesia Baku.Bandung: Alumni.

55

Anda mungkin juga menyukai