Anda di halaman 1dari 26

B

A
B
EJAAN DAN ISTILAH BAHASA INDONESIA

Mahasiswa diharapkan dapat memahami serta menerapkan penulisan ejaan dan istilah
dengan banar dan tepat setelah mempelajari bagian ini.

Bentuk ungkapan bahasa yang baik dan benar sering


dihubungkan dengan bentuk ungkapan bahasa yang baku atau
standar, yaitu bentuk ungkapan bahasa yang dipakai sebagai
pedoman atau dianggap sebagai bentuk ungkapan bahasa yang
ideal. Bahasa yang baik dan benar senantiasa memperhatikan
kaidah atau norma bahasa. Salah satunya adalah kaidah ejaan
dan kaidah penyusunan istilah.

ISTILAH
Istilah ialah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama
atau lambang yang dengan cermat mengungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat khas dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Pembentukan istilah perlu
memperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata
bahasa Indonesia. Istilah yang dipilih adalah (1) kata atau frasa
yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan
yang tidak menyimpang dari makna, (2) kata atau frasa yang
paling singkat di antara pilihan yang tersedia yang mempunyai
rujukan sama, (3) kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi)
baik, (4) kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik), dan (5)
kata atau frasa yang bentuknya menurut kaidah bahasa
Indonesia.

1
Proses Pembentukan Istilah
Pemadanan Istilah
Pemadanan istilah bahasa asing ke bahasa Indonesia
dilakukan melalui penerjemahan, penyerapan, atau gabungan
penerjemahan dan penyerapan. Demi keseragaman, sumber
rujukan yang diutamakan adalah istilah dari bahasa Inggris yang
pemakaiannya bersifat internasional karena sudah dilazimkan
para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah serapan itu
dilakukan dengan atau tanpa penyesuaian ejaannya berdasarkan
kaidah fonotaktik, yakni penyesuaian bunyi atau ucapan yang
sesuai dengan bahasa Indonesia.
1. Penerjemahan
a. Penerjemahan langsung, berdasarkan:
- Kesesuaian makna, contoh: supermarket (pasar
swalayan)
- Kesesuaian bentuk dan makna, contoh: bounded zone
(kawasan berikat).
b. Penerjemahan dengan perekaan melalui penciptaan istilah
baru, contoh: factoring diterjemahkan menjadi “anjak
piutang” sebagai padanan istilahnya dan catering menjadi
“jasa boga”, dan invention menjadi “rekacipta”.

2. Penyerapan
Proses penyerapan istilah asing, dengan mengutamakan
bentuk visualnya, dilakukan dengan empat cara seperti
berikut.
1) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal
Misalnya: microphone [ma Ikrofon] menjadi mikrofon [m
ikrofon]
2) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian
lafal
Misalnya: science [say ns] sains [sa ins]

2
3) Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dengan penyesuaian
lafal
Misalnya: bias [baie s] bias [bias]
4) Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal
a) Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan
lafal (penyerapan secara utuh) dilakukan jika istilah itu
bertahan ejaan dan lafalnya dalam banyak bahasa
modern. Istilah tersebut dicetak dengan huruf miring.
Misalnya: allegro, moderato, dan divide et impera.
b) Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal,
yang juga dipakai secara luas dalam kosakata umum.
Istilah tersebut tidak ditulis dengan huruf miring
(dicetak dengan huruf tegak).
Misalnya: internet -- internet
5) Penyesuaian ejaan dalam afiksasi (imbuhan) dan bentuk
terikat istilah asing
a) Penyesuaian ejaan prefiks dan bentuk terikat
Prefiks asing yang bersumber dari bahasa Indo-
Eropa dapat dipertimbangkan pemakaiannya dalam
peristilahan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya.
Prefiks asing itu ialah sebagai berikut.

Prefik Arti Perubah Contoh


s an
a-, menyimpang tetap a-, amoral
ab-, ‘dari’, ab-, abs- amoral
abs- menjauhkan
‘dari’
a-, an- tidak, bukan, tetap a-, anernia ane
tanpa an- mia

ad-, ‘berdekatan menjadi acculturatio


ac-‘ke’ dengan’, ad-, ak- n akulturasi

3
‘melekat pada’

b) Penyesuaian ejaan sufiks


Sufiks asing dalam bahasa Indonesia diserap
sebagai bagian kata berafiks yang utuh. Kata seperti
standardisasi (dization), implementasi (ation), dan
objektif (tive) diserap secara utuh di samping kata
standar, implemen, dan objek. Berikut beberapa kata
bersufiks tersebut.

Sufiks Perubahan Contoh


-aat menjadi -at advocaat advokat
(Belanda)
-able, -ble menjadi -bel variable variabel
(Inggris)
-ac (Inggris) menjadi -ak maniac maniak

3. Gabungan Penerjemahan dan Penyerapan


Perekaciptaan Istilah
Kegiatan ilmuwan, budayawan, dan seniman yang
bergerak di baris terdepan ilmu, teknologi, dan seni mungkin
mencetuskan konsep yang belum ada selama ini. Istilah baru
untuk mengungkapkannya dapat direkacipta sesuai
lingkungan dan corak bidang kegiatannya. Dalam beberapa
tahun terakhir misalnya, telah direkacipta istilah pondasi
cakar ayam, penyangga sosro bahu, plasma inti rakyat, dan
tebang pilih Indonesia, yang telah ditambahkan dalam
khazanah peristilahan.

Pembakuan dan Kodifikasi Istilah


Istilah yang diseleksi lewat pemantapan, penerjemahan,
penyerapan, dan perekaciptaan dibakukan lewat kodifikasi

4
yang mengusahakan keteraturan bentuk seturut kaidah dan
adat pemakaian bahasa. Kodifikasi tercapai dengan
penyusunan sistem ejaan, buku tata bahasa, dan kamus yang
merekam dan menetapkan bentuk bakunya.

Aspek Tata Bahasa Peristilahan


a. Istilah Bentuk Dasar
Istilah dengan unsur bentuk dasar dipilih di antara
kelas kata utama seperti nomina, verba, adjektiva, dan
numeralia. Contoh:
Nomina : kaidah, busur, cahaya
Verba : keluar, uji, tekan
Adjektiva : kenyal, acak, cemas
Numeralia : gaya empat, (pukulan) satu-dua, (bus) dua
tingkat
b. Istilah Bentuk Berafiks
Istilah bentuk berafiks dijabarkan dari bentuk dasar
dengan penambahan prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks
seturut kaidah pembentukan kata bahasa Indonesia,
misalnya, dari bentuk pirsa menjadi pemirsa, bukan
pirsawan; hantar menjadi keterhantaran, bukan
kehantaran. Istilah bentuk berafiks menunjukkan pertalian
teratur antara bentuk dan maknanya.
c. Istilah Bentuk Ulang
Istilah bentuk ulang dapat berupa ulangan bentuk
dasar seutuhnya atau sebagian, dengan atau tanpa
pengimbuhan dan pengubahan bunyi.
1. Bentuk Ulang Utuh
Istilah ini mengacu pada kemiripan. Contoh: bola-bola,
orang-orang.
2) Bentuk Ulang Suku Awal (dwipurwa)

5
Istilah tersebut dibentuk melalui pengulangan konsonan
awal. Contoh: laki----lelaki, rata-----rerata, tangga----
tetangga.
3) Bentuk Ulang Berafiks
Istilah bentuk ulang dengan afiksasi. Contoh: pohon----
pepohonan.
4) Bentuk Ulang Salin Suara
Istilah tersebut dibentuk melalui perubahan bunyi.
Contoh: balik----bolak-balik, warna-------warna-warni,
teka------teka-teki. Dari segi makna, perulangan tersebut
mengandung makna ‘bermacam-macam’.
d. Istilah bentuk majemuk
1) Gabungan bentuk bebas
a. Gabungan bentuk dasar
Misalnya: garis lintang, tampak depan, rawat jalan.
b. Gabungan bentuk dasar dengan bentuk berafiks
Misalnya: tertangkap tangan, proses berdaur, sistem
pencernaan.
c. Gabungan bentuk berafiks dengan bentuk berafiks
Misalnya: perawatan kesehatan, kesehatan
lingkungan.
2) Majemuk Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat
Ada sejumlah bentuk terikat yang berasal dari bahasa
Jawa Kuno dan Melayu. Misalnya:
purba----- purbawisesa absolute power
su------- susila goodmorals
Sementara itu, bentuk terikat dari bahasa asing barat,
dengan beberapa perkecualian, langsung diserap
bersama-sama dengan kata lain yang mengikutinya.
Contoh gabungan bentuk asing barat dengan kata
Melayu-Indonesia adalah inframerah, subbagian,
mulitijutawan.

6
3) Majemuk bentuk terikat
Gabungan yang unsur-unsurnya merupakan bentuk
terikat, dilakukan dengan merangkai unsur-unsur
tersebut. Penulisan setiap unsur tidak dipisahkan dan
tidak diberi tanda hubung. Contoh: dasawarsa decade.
e. Istilah bentuk analogi
Istilah bentuk analogi bertolak dari pola bentuk
istilah yang sudah ada. Berdasarkan pola bentuk pegulat,
tata bahasa, juru tulis, pramugari dan beranalogi pada
istilah tersebut dibentuk berbagai istilah lain. Misalnya:
pegolf (golfer) dan peselancar (surfer), tata busana, juru
kunci, dan pramugara.

Aspek Semantik Peristilahan


Pemberian makna baru
Istilah baru dapat dibentuk lewat penyempitan dan
perluasan makna kata yang lazim dan yang tidak lazim.
Artinya, kata itu dikurangi atau ditambah jangkauan
maknanya sehingga penerapannya menjadi lebih sempit atau
lebih luas.
a) Penyempitan makna
Yang dimaksud dengan penyempitan makna adalah
pergeseran makna kata dari umum atau yang luas menuju
makna yang khusus atau sempit. Misalnya, kata ‘pendeta’
dalam proses perkembangannya makna kata ini
menyempit. Dulu kata ‘pendeta’ digunakan untuk sebutan
para pemuka agama termasuk agama Hindu dan Budha.
Namun, sekarang kata ini khusus digunakan untuk sebutan
pemuka agama Kristen.
b) Perluasan Makna
Yang dimaksud dengan perluasan makna adalah
berubahnya makna kata dari yang sempit atau khusus menunju

7
yang lebih umum atau luas. Perluasan makna terjadi juga jika
makna kata tertentu digunakan untuk sesuatu yang lain baik
dalam bentuk generalisasi (bapak, saudara,ibu) maupun asosiasi
(Bersatu adalah kunci kemenangan kiata).
Istilah sinonim
Dua istilah atau lebih yang maknanya sama atau mirip,
tetapi berlainan bentuk, disebut sinonim. Di antara istilah
sinonim salah satunya perlu ditentukan menjadi istilah baku
atau yang diutamakan. Selain itu, istilah sinonim dapat
dipakai di samping istilah baku yang diutamakan. Misalnya:
Istilah
yang
Istilah Sinonim
Diutamak
an
Absorb Serap absorb
Percepata akselera
Acceleration
n si
garis diamete
Diameter
tengah r

Homonim
Istilah homonim berupa dua istilah atau lebih, yang
sama ejaan dan lafalnya, tetapi maknanya berbeda. Misalnya
‘bulan’ yang berarti nama satelit dan nama kalender masehi.
Kata ‘bisa’ yang berarti racun ular dan ‘dapat.’
Homograf
Adalah istilah yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafal.
Misalnya: pedologi  paedo ilmu tentang hidup dan
perkembangan anak
pedologi  pedenon ilmu tentang tanah
Homofon
Adalah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaan.
Misalnya: bank dengan bang, massa dengan masa.

8
Hiponim
Istilah hiponim ialah bentuk yang maknanya terangkum
dalam hiperonim, atau superordinatnya, yang mempunyai
makna yang lebih luas. Kata mawar, melati, cempaka,
misalnya, masing-masing disebut hiponim terhadap kata
bunga yang menjadi hipernim atau superordinatnya. Dalam
terjemahan, hipernim atau superordinat pada umumnya tidak
disalin dengan salah satu hiponimnya, kecuali jika dalam
bahasa Indonesia tidak terdapat istilah superordinatnya. Kata
poultry, misalnya, diterjemahkan dengan unggas, dan tidak
dengan ayam atau bebek. Jika tidak ada pasangan istilahnya
hipernimnya dalam bahasa Indonesia, konteks situasi atau
ikatan kalimat suatu superordinat asing akan menentukan
hiponim Indonesia mana yang harus dipilih.
Frasa Idiomatik

Frasa idiomatik adalah frasa atau kelompok kata penghubung yang


terdiri atas dua unsur yang salah satunya tidak bisa diganti atau dihilangkan.
Beberapa contoh frasa idiomatik tersebut antara lain:
Baik … maupun …
Antara … dan …
Lebih … daripada …
Bergantung pada
Tergantung dari
Terdiri atas
Berasal dari
Berbicara tentang A = membicarakan A

Contoh:
Baik sekolah dasar maupun sekolah menengah disubsidi oleh
pemerintah. Kata ‘maupun’ tidak boleh diganti dengan ‘ataupun’.

9
Antara Surabaya dan Malang dapat ditempuh dengan sepeda dalam
waktu delapan jam. Kata ‘dan’ tidak boleh dengan ‘dengan’ atau yang lain.
Universitas Brawijaya memiliki tiga belas fakultas yang terdiri atas
tiga puluh enam program studi.

Pelatihan 1
Carilah padanan kata dari istilah asing baru di bawah ini!

1. affection 21. expose 41. super power


2. airport 22. fast food 42. supervisor
3. all round 23. fiber glass 43. stainless steel
4. announcer 24. flavour 44. take off
5. assembling 25. half time 45. tissue
6. baby sitter 26. full time 46. up to date
7. back hand 27. playback 47. valid
8. blank 28. supply 48. policy
9. brainstorming 29. supplier 49. image
10. blender 30. preview 50. impact
11. cash 31. premix 51. input
12. catering 32. random 52. level
13. coffee house 33. rank 53. masterpiece
14. constant 34. ranking 54. microwave
15. costumer 35. replay 55. monitor
16. dealer 36. schedule 56. out of date
17. department 37. snack 57. output
18. edit 38. sophisticated 58. overacting
19. editing 39. supermarket 59. overlapping
20. elegant 40. spare part 60. platform
KESANTUNAN EJAAN

Ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi


ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata,
huruf, dan tanda baca.
Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan ejaan
van Ophuijsen. Ejaan van Ophuijsen ditetapkan sebagai ejaan
bahasa melayu pada 1901. Ciri khas yang menonjol adalah
penggunaan huruf j untuk menuliskan kata-kata jang dan

10
sajang, penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata goeroe dan
kamoe, serta digunakannya tanda diakritik dan trema pada kata
ma’moer dan do’a.
Setelah mengalami perkembangan kedudukan Ejaan van
Ophuijsen tergantikan oleh Ejaan Soewandi. Ejaan Soewandi atau
Republik ditetapkan pada 19 Maret 1947 menggantikan ejaan
van ophuijsen. Ciri yang menonjol adalah penggunaan huruf u
untuk menggantikan huruf oe, penggunaan bunyi sentak k
menggatikan tanda diakritik , dan penulisan kata depan di dan
awalan di yang sama , yakni dirangkaikan dengan kata yang
mengikutinya.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah
peraturan bahasa Indonesia yang diberlakukan sejak 1972 pada
saat Kongres Bahasa Indonesia sampai saat ini.

Ejaan yang Disempurnakan


Untuk lebih memahami kesantunaan ejaan, penulis
kutipkan aturan berbahasa yang terangkum dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang disempurnakan yang
dikeluarkan ulang pada 2005 oleh Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional melalui penerbit Balai pustaka. Isinya
meliputi:
1) Pemakaian huruf
Pemakaian huruf meliputi huruf abjad, huruf vokal, huruf
konsonan, huruf diftong, gabungan hururf konsonan,dan
pemenggalan kata
2) Pemakaian huruf kapital dan miring
a. Huruf Kapital atau Huruf Besar
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf
pertama kata pada awal kalimat, sebagai huruf pertama
petikan langsung, dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti

11
untuk Tuhan, huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang, unsur
nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau
yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi atau nama tempat, dll.
b. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan, menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. menuliskan
kata ilmiah atau ungkapan asing yang telah disesuaikan
ejaanya.

3) Penulisan kata
Dalam penulisan kata harus memperhatikan bagaimana
kita menulis kata dasar, kata turunan, bentuk ulang,
gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata si dan sang,
partikel, singkatan dan akronim, angka dan lambang bilangan.
Untuk etika cara penulisannya lebih lengkapnya bisa dilihat di
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang disempurnakan

12
Pelatihan 2
Perbaikilah penulisan kata atau gabungan kata yang tidak baku
di bawah ini!

Dayabeli nonislam ekstra kurikuler


Ibukota pan afrika infra merah
jurutulis pro-irak adakalanya
kajiulang maha karya
mahaesa
mejatulis
mahapemurah mancanegara
matahat
kerjasama mikro bus
matakuliah
mata pelajaran ultraviolet monoteisme
peranserta inter kontnental bumiputera
ramahtamah non formal darmabakt
sepak bola daripada
pasca sarjana
sumberdaya darmawisata
adi kuasa dukacita
tanda tangan
tatabahasa antar daerah halalbihalal
ujicoba ant klimaks hulubalang
bagaimana audio visual intra sekolah
barangkali bio teknologi in konvensional
acap kali de moralisasi beasiswa
belasungkawa Duta besar

Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap
unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun
dari bahsa asing seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Balanda atau
Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti: reshuffle, shuttle cock,
I’exploitation de I’homme par, I’homme. Unsur-unsur ini dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih
mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan
dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah

13
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai


berikut.
aa (Belanda) menjadi a
octaaf oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
ai tetap ai
trailer trailer
au tetap au
audiogram audiogram
c di muka a, u ,o dan konsonan menjadi k
constraction konstuksi
c di muka e, i, oe dan y menjadi s
central sentral
cc di muka o, u dan konsonan menjadi k
accomodation akomodasi
cc di muka e dan i menjasi ks
accent aksen
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin sakarin
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
Machine mesin
ch yang lafalnya c menjadi c
Check cek
c (Sansekerta) menjadi s

14
Cabda sabda
e tetap e
effect efek
ea tetap ea
idealist idealis
ee (Belanda )menjadi e
statosfeer statosfer
ei tetap ei
einsteinimum einsteinium
eo tetap eo
stereo stereo
eu tetap eu
neutron neutron
f tetap f
fanatic fanatik
gh menjadi g
sorghum sorgum
i pada awal suku kata dimuka vokal tetap i
ion ion
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
polities politik
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
Variety varietas
kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
ng tetap ng
contingent kontingen
oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen estrogen
oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
oo (vokal ganda) tetap oo

15
coordination koordinasi
ou menjadi u jika lafalnya u
coupon kupon
ph menjadi f
phase fase
ps tetap ps
pseudo pseudo
pt tetap pt
pterosaur pterosaur
q menjadi k :
frequency frekuensi
rh menjadi r
rhythm ritme
sc dimuka a,o,u, dan konsonan menjadi sk
scandium skandium
sc dimuka e,i, dan y menjadi s
scenography senografi
sch dimuka vokal menjadi sk
schema skema
t dimuka i menjadi s jika lafalnya s
ratio rasio
th menjadi t
theocracy teokrasi
u tetap u
unit unit
ua tetap ua
aquarium akuarium
ue tetap ue
duet duet
ui tetap ui
equinox ekuinoks
uo tetap uo

16
fluorescein fluoresein
uu menjadi u
prematuur prematur
v tetap v
vitamin vitamin
x pada awal kata tetap x
xenon xenon
x pada posisi lain menjadi ks
executive ekskutif
xc dimuka e dan i menjadi ks
exception eksepsi
xc dimuka a,o,u, dan konsonan menjadi ksk
excavation ekskavasi
y tetap y jika lafalnya y
yen yen
y menjadi i jika lafalnya i
dynamo dinamo
z tetap z
zenith zenith
Catatan :
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu
lagi diubah. Misalnya : kabar, sirsak, iklan, perlu, bengkel, dan hadir.
2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima
sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung
kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas.
Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja seperti
dalam pembedaan nama dan istilah khusus.

Pemakaian Tanda Baca


1) Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya :

17
a. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan : Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka
atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam
deretan angka atau huruf.

2) Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara
yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului
oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya :Saya
ingin datang, tetapi hari hujan.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya. Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan
datang.
c. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat
dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk
kalimatnya. Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari
hujan.
d. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung
bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Kata Ibu, “Saya
gembira sekali.”
e. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: B.
Ratulangi, S.E.

18
f. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan
yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya: Guru saya, Pak
Ahmad, pandai sekali.
g. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa,
kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
h. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam
kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru. Misalnya: “Di mana Saudara
tinggal?” tanya Karim. “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.

3) Tanda Titik Koma (;)


Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

4) Tanda Titik Dua (:)


a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: Kita
sekarang, memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja,
dan lemari.
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian. Misalnya:
Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani.
Bendahara : B. Hartawan

19
c. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan
halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii)
di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya: Tempo, I (1971), 34: 7

5) Tanda Hubung ( - )
a. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-
satu dan bagian-bagian tanggal. Misalnya: p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan
kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke-
dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan
berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama
jabatan rangkap. Misalnya: se-Indonesia, se-Jawa Barat,
hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X,
Menteri-Sekretaris Negara.
c. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-smash,
pen-tackle-an.

6) Tanda Pisah (-)


a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai
diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian,
dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi
kita tentang alam semesta.

20
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal
dengan arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’. Misalnya:
1910 – 1945
Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan
dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan
sesudahnya.

7) Tanda Elipsis (…)


a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat
atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah
kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah
untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk
menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai
akhir kalimat.
Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan
hati-hati....

8) Tanda Tanya (?)


Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: Ia
dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
9) Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang
kuat. Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!

21
10) Tanda Kurung ((…))
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan. Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai
menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya: Sejak
Trenggano yang berjudul “ubud” (nama tempat yang
terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. keterangan itu
(lihat tabel 10) menunjukan arus perkembangan baru
dalam pasaran dalam negeri.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya
di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya :
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci
satu urutan keterangan.
Misalnya :
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b)
tenaga kerja, dan (c) modal.

11. Tanda Kurung Siku ([…])


a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok
kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau
bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya: Sang
Sapurba men [d] engar bunyi gemerisik.

22
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya :
Persamaan kedua proses ini [perbedaannya dibicarakan
di dalam Bab II (lihat halaman 35-38)] perlu
dibentangkan disini.

12. Tanda Petik (“…”)


a. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya:
Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa,
dari Suatu Tempat.
b. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal
atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya :
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan
ralat” saja.
c. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang
mengahkiri petikan langsung. Misalnya:
Kata Tono,”Saya juga minta satu.”
d. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat
ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit
kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus
pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya :
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si
Hitam”. Bang Komar sering disebut “pahalawan“; ia
sendiri tidak tahu sebabnya.

12. Tanda Petik Tunggal (‘…’)


a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun
di dalam petikan lain. Misalnya :
Tanya Basri,“Kau dengar bunyi ‘kring-‘kring’ tadi?”.

23
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan,
atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya :
Feed-back ’balikan’

13. Tanda Garis Miring ( / )


Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan
kata tiap Misalnya:
Dikirimkan lewat darat darat/laut -lewat darat atau lewat
laut
Harganya Rp 25,00/lembar -harganya p 25,00 tiap
lembar

Pelatihan 3
Bagilah kelas ke dalam empat kelompok. Setiap kelompok akan
membakukan penulisan kata dalam kolom di bawah ini! Kerjakan
dengan cepat dan tepat karena waktu yang disediakan terbatas,
3 menit!
Sudah bakukah penulisan kata berikut? Jika belum, bakukan!
KELOMPOK I KELOMPOK II KELOMPOK III KELOMPOK IV

1. adpertensi 1. esei,esay 1. otobiografi 1. jadual


2. adpokat 2. fardlu 2. begasi 2. jenasah
3. erobik 3. pebruari 3. bhakt 3. jendral
4. aseptor 4. pisik 4. balan 4. yudo
5. akte 5. frustasi 5. bathin 5. jum’at
6. aktfitas 6. foto kopi 6. barokah 6. sekedar
7. aktfis 7. gladi resik 7. beaya 7. kaedah
8. akountan 8. kendang 8. bioskup 8. karir
9. alenia 9. jenerik 9. bonsai 9. kharisma
10. al-quran 10. goncang 10. bongkok 10. katalok
11. ambulan 11. hadist 11. bis 11. kaula
12. analisa 12. hakekat 12. cidera 12. kalayak
13. anggouta 13. hektar 13. mengicipi 13. katulistwa
14. antri 14. hirarki 14. difinisi 14. kayal
15. asesori 15. hipotesa 15. disain 15. kuatr

24
16. apotk 16. homogin 16. diagnosa 16. kasanah,
17. arkhais 17. ijasah 17. disel khasanah
18. arkheologi 18. himbau 18. deferensiasi 17. khutbah
19. ashar 19. indra 19. dirijen 18. komplek
20. azas 20. influensa 20. donatur 19. kondite
21. atlit 21. insyaf 21. ekosistm 20. konggres
22. atmosfir 22. isteri 22. eksport 21. konsekwensi
23. adzan 23. ijin 23. ekstrim 22. kriminil
24. quesioner 24. prasetya 24. nakoda 23. kwalifikasi
25. quota 25. propinsi 25. nasehat 24. sub unit
26. legalisir 26. projek 26. nara pidana 25. subyek
27. ma’af 27. psikotes 27. nomer 26. seteril
28. loka karya 28. putera 28. non fiksi 27. sutra
29. madya 29. ramadlon 29. nopember 28. standard
30. maghrib 30. ransel 30. obyek 29. sahadat
31. makluk 31. rante 31. on 30. sahdu
32. mesjid 32. raport 32. operasionil 31. sarat
33. maximum 33. rosul 33. terorganisir 32. sukur
34. malaekat 34. revolosi 34. ortodok 33. tahta
35. managemen 35. rizki 35. faham 34. tatabahasa
t 36. risih 36. paradok 35. tauladan
36. manager 37. resiko 37. paragrap 36. tentram
37. mantera 38. syahih 38. patner 37. trampil
38. materai 39. seksama 39. pasip 38. trap
39. metoda 40. syaraf 40. passport 39. taufan
40. milyar 41. sastera 41. prosen 40. transport
41. mubaligh 42. sentausa 42. fihak 41. rubah
42. mubadir 43. sintesa 43. fikir 42. onta
43. musium 44. sistmats 44. perangko 43. udzur
44. mutakir 45. ujud 45. permak 44. varitas
45. wassalam 45. jaman

DAFTAR PUSTAKA

Mustakim.1992. Membina Kemampuan Berbahasa. Panduan Ke


Arah Kemahiran Berbahasa. Jogjakarta: Gramedia.

Mustakim. 1996. Tanya Ejaan Bahasa Indonesia untuk Umum.


Jakarta: Gramedia.

Sugono, Dendy (ed.). 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesi: Jilid I.


Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS.

Sugono, Dendy (ed.). 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesi: Jilid II.
Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS

25
Suryam, Ukun. 1998. Dasar-Dasar Bahasa Indonesia
Baku.Bandung: Alumni.
.

26

Anda mungkin juga menyukai