A
B
EJAAN DAN ISTILAH BAHASA INDONESIA
Mahasiswa diharapkan dapat memahami serta menerapkan penulisan ejaan dan istilah
dengan banar dan tepat setelah mempelajari bagian ini.
ISTILAH
Istilah ialah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama
atau lambang yang dengan cermat mengungkapkan makna
konsep, proses, keadaan, atau sifat khas dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Pembentukan istilah perlu
memperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata
bahasa Indonesia. Istilah yang dipilih adalah (1) kata atau frasa
yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan
yang tidak menyimpang dari makna, (2) kata atau frasa yang
paling singkat di antara pilihan yang tersedia yang mempunyai
rujukan sama, (3) kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi)
baik, (4) kata atau frasa yang sedap didengar (eufonik), dan (5)
kata atau frasa yang bentuknya menurut kaidah bahasa
Indonesia.
1
Proses Pembentukan Istilah
Pemadanan Istilah
Pemadanan istilah bahasa asing ke bahasa Indonesia
dilakukan melalui penerjemahan, penyerapan, atau gabungan
penerjemahan dan penyerapan. Demi keseragaman, sumber
rujukan yang diutamakan adalah istilah dari bahasa Inggris yang
pemakaiannya bersifat internasional karena sudah dilazimkan
para ahli dalam bidangnya. Penulisan istilah serapan itu
dilakukan dengan atau tanpa penyesuaian ejaannya berdasarkan
kaidah fonotaktik, yakni penyesuaian bunyi atau ucapan yang
sesuai dengan bahasa Indonesia.
1. Penerjemahan
a. Penerjemahan langsung, berdasarkan:
- Kesesuaian makna, contoh: supermarket (pasar
swalayan)
- Kesesuaian bentuk dan makna, contoh: bounded zone
(kawasan berikat).
b. Penerjemahan dengan perekaan melalui penciptaan istilah
baru, contoh: factoring diterjemahkan menjadi “anjak
piutang” sebagai padanan istilahnya dan catering menjadi
“jasa boga”, dan invention menjadi “rekacipta”.
2. Penyerapan
Proses penyerapan istilah asing, dengan mengutamakan
bentuk visualnya, dilakukan dengan empat cara seperti
berikut.
1) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan dan lafal
Misalnya: microphone [ma Ikrofon] menjadi mikrofon [m
ikrofon]
2) Penyerapan dengan penyesuaian ejaan tanpa penyesuaian
lafal
Misalnya: science [say ns] sains [sa ins]
2
3) Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dengan penyesuaian
lafal
Misalnya: bias [baie s] bias [bias]
4) Penyerapan tanpa penyesuaian ejaan dan lafal
a) Penyerapan istilah asing tanpa penyesuaian ejaan dan
lafal (penyerapan secara utuh) dilakukan jika istilah itu
bertahan ejaan dan lafalnya dalam banyak bahasa
modern. Istilah tersebut dicetak dengan huruf miring.
Misalnya: allegro, moderato, dan divide et impera.
b) Penyerapan istilah tanpa penyesuaian ejaan dan lafal,
yang juga dipakai secara luas dalam kosakata umum.
Istilah tersebut tidak ditulis dengan huruf miring
(dicetak dengan huruf tegak).
Misalnya: internet -- internet
5) Penyesuaian ejaan dalam afiksasi (imbuhan) dan bentuk
terikat istilah asing
a) Penyesuaian ejaan prefiks dan bentuk terikat
Prefiks asing yang bersumber dari bahasa Indo-
Eropa dapat dipertimbangkan pemakaiannya dalam
peristilahan Indonesia setelah disesuaikan ejaannya.
Prefiks asing itu ialah sebagai berikut.
3
‘melekat pada’
4
yang mengusahakan keteraturan bentuk seturut kaidah dan
adat pemakaian bahasa. Kodifikasi tercapai dengan
penyusunan sistem ejaan, buku tata bahasa, dan kamus yang
merekam dan menetapkan bentuk bakunya.
5
Istilah tersebut dibentuk melalui pengulangan konsonan
awal. Contoh: laki----lelaki, rata-----rerata, tangga----
tetangga.
3) Bentuk Ulang Berafiks
Istilah bentuk ulang dengan afiksasi. Contoh: pohon----
pepohonan.
4) Bentuk Ulang Salin Suara
Istilah tersebut dibentuk melalui perubahan bunyi.
Contoh: balik----bolak-balik, warna-------warna-warni,
teka------teka-teki. Dari segi makna, perulangan tersebut
mengandung makna ‘bermacam-macam’.
d. Istilah bentuk majemuk
1) Gabungan bentuk bebas
a. Gabungan bentuk dasar
Misalnya: garis lintang, tampak depan, rawat jalan.
b. Gabungan bentuk dasar dengan bentuk berafiks
Misalnya: tertangkap tangan, proses berdaur, sistem
pencernaan.
c. Gabungan bentuk berafiks dengan bentuk berafiks
Misalnya: perawatan kesehatan, kesehatan
lingkungan.
2) Majemuk Bentuk Bebas dengan Bentuk Terikat
Ada sejumlah bentuk terikat yang berasal dari bahasa
Jawa Kuno dan Melayu. Misalnya:
purba----- purbawisesa absolute power
su------- susila goodmorals
Sementara itu, bentuk terikat dari bahasa asing barat,
dengan beberapa perkecualian, langsung diserap
bersama-sama dengan kata lain yang mengikutinya.
Contoh gabungan bentuk asing barat dengan kata
Melayu-Indonesia adalah inframerah, subbagian,
mulitijutawan.
6
3) Majemuk bentuk terikat
Gabungan yang unsur-unsurnya merupakan bentuk
terikat, dilakukan dengan merangkai unsur-unsur
tersebut. Penulisan setiap unsur tidak dipisahkan dan
tidak diberi tanda hubung. Contoh: dasawarsa decade.
e. Istilah bentuk analogi
Istilah bentuk analogi bertolak dari pola bentuk
istilah yang sudah ada. Berdasarkan pola bentuk pegulat,
tata bahasa, juru tulis, pramugari dan beranalogi pada
istilah tersebut dibentuk berbagai istilah lain. Misalnya:
pegolf (golfer) dan peselancar (surfer), tata busana, juru
kunci, dan pramugara.
7
yang lebih umum atau luas. Perluasan makna terjadi juga jika
makna kata tertentu digunakan untuk sesuatu yang lain baik
dalam bentuk generalisasi (bapak, saudara,ibu) maupun asosiasi
(Bersatu adalah kunci kemenangan kiata).
Istilah sinonim
Dua istilah atau lebih yang maknanya sama atau mirip,
tetapi berlainan bentuk, disebut sinonim. Di antara istilah
sinonim salah satunya perlu ditentukan menjadi istilah baku
atau yang diutamakan. Selain itu, istilah sinonim dapat
dipakai di samping istilah baku yang diutamakan. Misalnya:
Istilah
yang
Istilah Sinonim
Diutamak
an
Absorb Serap absorb
Percepata akselera
Acceleration
n si
garis diamete
Diameter
tengah r
Homonim
Istilah homonim berupa dua istilah atau lebih, yang
sama ejaan dan lafalnya, tetapi maknanya berbeda. Misalnya
‘bulan’ yang berarti nama satelit dan nama kalender masehi.
Kata ‘bisa’ yang berarti racun ular dan ‘dapat.’
Homograf
Adalah istilah yang sama ejaannya, tetapi berbeda lafal.
Misalnya: pedologi paedo ilmu tentang hidup dan
perkembangan anak
pedologi pedenon ilmu tentang tanah
Homofon
Adalah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaan.
Misalnya: bank dengan bang, massa dengan masa.
8
Hiponim
Istilah hiponim ialah bentuk yang maknanya terangkum
dalam hiperonim, atau superordinatnya, yang mempunyai
makna yang lebih luas. Kata mawar, melati, cempaka,
misalnya, masing-masing disebut hiponim terhadap kata
bunga yang menjadi hipernim atau superordinatnya. Dalam
terjemahan, hipernim atau superordinat pada umumnya tidak
disalin dengan salah satu hiponimnya, kecuali jika dalam
bahasa Indonesia tidak terdapat istilah superordinatnya. Kata
poultry, misalnya, diterjemahkan dengan unggas, dan tidak
dengan ayam atau bebek. Jika tidak ada pasangan istilahnya
hipernimnya dalam bahasa Indonesia, konteks situasi atau
ikatan kalimat suatu superordinat asing akan menentukan
hiponim Indonesia mana yang harus dipilih.
Frasa Idiomatik
Contoh:
Baik sekolah dasar maupun sekolah menengah disubsidi oleh
pemerintah. Kata ‘maupun’ tidak boleh diganti dengan ‘ataupun’.
9
Antara Surabaya dan Malang dapat ditempuh dengan sepeda dalam
waktu delapan jam. Kata ‘dan’ tidak boleh dengan ‘dengan’ atau yang lain.
Universitas Brawijaya memiliki tiga belas fakultas yang terdiri atas
tiga puluh enam program studi.
Pelatihan 1
Carilah padanan kata dari istilah asing baru di bawah ini!
10
sajang, penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata goeroe dan
kamoe, serta digunakannya tanda diakritik dan trema pada kata
ma’moer dan do’a.
Setelah mengalami perkembangan kedudukan Ejaan van
Ophuijsen tergantikan oleh Ejaan Soewandi. Ejaan Soewandi atau
Republik ditetapkan pada 19 Maret 1947 menggantikan ejaan
van ophuijsen. Ciri yang menonjol adalah penggunaan huruf u
untuk menggantikan huruf oe, penggunaan bunyi sentak k
menggatikan tanda diakritik , dan penulisan kata depan di dan
awalan di yang sama , yakni dirangkaikan dengan kata yang
mengikutinya.
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah
peraturan bahasa Indonesia yang diberlakukan sejak 1972 pada
saat Kongres Bahasa Indonesia sampai saat ini.
11
untuk Tuhan, huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang, unsur
nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau
yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi atau nama tempat, dll.
b. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk
menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam tulisan, menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. menuliskan
kata ilmiah atau ungkapan asing yang telah disesuaikan
ejaanya.
3) Penulisan kata
Dalam penulisan kata harus memperhatikan bagaimana
kita menulis kata dasar, kata turunan, bentuk ulang,
gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata si dan sang,
partikel, singkatan dan akronim, angka dan lambang bilangan.
Untuk etika cara penulisannya lebih lengkapnya bisa dilihat di
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang disempurnakan
12
Pelatihan 2
Perbaikilah penulisan kata atau gabungan kata yang tidak baku
di bawah ini!
13
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
14
Cabda sabda
e tetap e
effect efek
ea tetap ea
idealist idealis
ee (Belanda )menjadi e
statosfeer statosfer
ei tetap ei
einsteinimum einsteinium
eo tetap eo
stereo stereo
eu tetap eu
neutron neutron
f tetap f
fanatic fanatik
gh menjadi g
sorghum sorgum
i pada awal suku kata dimuka vokal tetap i
ion ion
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
polities politik
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
Variety varietas
kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
ng tetap ng
contingent kontingen
oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen estrogen
oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
oo (vokal ganda) tetap oo
15
coordination koordinasi
ou menjadi u jika lafalnya u
coupon kupon
ph menjadi f
phase fase
ps tetap ps
pseudo pseudo
pt tetap pt
pterosaur pterosaur
q menjadi k :
frequency frekuensi
rh menjadi r
rhythm ritme
sc dimuka a,o,u, dan konsonan menjadi sk
scandium skandium
sc dimuka e,i, dan y menjadi s
scenography senografi
sch dimuka vokal menjadi sk
schema skema
t dimuka i menjadi s jika lafalnya s
ratio rasio
th menjadi t
theocracy teokrasi
u tetap u
unit unit
ua tetap ua
aquarium akuarium
ue tetap ue
duet duet
ui tetap ui
equinox ekuinoks
uo tetap uo
16
fluorescein fluoresein
uu menjadi u
prematuur prematur
v tetap v
vitamin vitamin
x pada awal kata tetap x
xenon xenon
x pada posisi lain menjadi ks
executive ekskutif
xc dimuka e dan i menjadi ks
exception eksepsi
xc dimuka a,o,u, dan konsonan menjadi ksk
excavation ekskavasi
y tetap y jika lafalnya y
yen yen
y menjadi i jika lafalnya i
dynamo dinamo
z tetap z
zenith zenith
Catatan :
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu
lagi diubah. Misalnya : kabar, sirsak, iklan, perlu, bengkel, dan hadir.
2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima
sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung
kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas.
Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja seperti
dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
17
a. 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan : Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau
huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka
atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam
deretan angka atau huruf.
2) Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara
yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului
oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya :Saya
ingin datang, tetapi hari hujan.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya. Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan
datang.
c. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat
dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk
kalimatnya. Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari
hujan.
d. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung
bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Kata Ibu, “Saya
gembira sekali.”
e. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: B.
Ratulangi, S.E.
18
f. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan
yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya: Guru saya, Pak
Ahmad, pandai sekali.
g. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa,
kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
h. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam
kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru. Misalnya: “Di mana Saudara
tinggal?” tanya Karim. “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
19
c. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan
halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii)
di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya: Tempo, I (1971), 34: 7
5) Tanda Hubung ( - )
a. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-
satu dan bagian-bagian tanggal. Misalnya: p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
b. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan
kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke-
dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan
berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama
jabatan rangkap. Misalnya: se-Indonesia, se-Jawa Barat,
hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X,
Menteri-Sekretaris Negara.
c. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-smash,
pen-tackle-an.
20
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal
dengan arti ‘sampai ke’ atau ‘sampai dengan’. Misalnya:
1910 – 1945
Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan
dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan
sesudahnya.
21
10) Tanda Kurung ((…))
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan. Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai
menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya: Sejak
Trenggano yang berjudul “ubud” (nama tempat yang
terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. keterangan itu
(lihat tabel 10) menunjukan arus perkembangan baru
dalam pasaran dalam negeri.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya
di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya :
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi
kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci
satu urutan keterangan.
Misalnya :
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b)
tenaga kerja, dan (c) modal.
22
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya :
Persamaan kedua proses ini [perbedaannya dibicarakan
di dalam Bab II (lihat halaman 35-38)] perlu
dibentangkan disini.
23
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan,
atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya :
Feed-back ’balikan’
Pelatihan 3
Bagilah kelas ke dalam empat kelompok. Setiap kelompok akan
membakukan penulisan kata dalam kolom di bawah ini! Kerjakan
dengan cepat dan tepat karena waktu yang disediakan terbatas,
3 menit!
Sudah bakukah penulisan kata berikut? Jika belum, bakukan!
KELOMPOK I KELOMPOK II KELOMPOK III KELOMPOK IV
24
16. apotk 16. homogin 16. diagnosa 16. kasanah,
17. arkhais 17. ijasah 17. disel khasanah
18. arkheologi 18. himbau 18. deferensiasi 17. khutbah
19. ashar 19. indra 19. dirijen 18. komplek
20. azas 20. influensa 20. donatur 19. kondite
21. atlit 21. insyaf 21. ekosistm 20. konggres
22. atmosfir 22. isteri 22. eksport 21. konsekwensi
23. adzan 23. ijin 23. ekstrim 22. kriminil
24. quesioner 24. prasetya 24. nakoda 23. kwalifikasi
25. quota 25. propinsi 25. nasehat 24. sub unit
26. legalisir 26. projek 26. nara pidana 25. subyek
27. ma’af 27. psikotes 27. nomer 26. seteril
28. loka karya 28. putera 28. non fiksi 27. sutra
29. madya 29. ramadlon 29. nopember 28. standard
30. maghrib 30. ransel 30. obyek 29. sahadat
31. makluk 31. rante 31. on 30. sahdu
32. mesjid 32. raport 32. operasionil 31. sarat
33. maximum 33. rosul 33. terorganisir 32. sukur
34. malaekat 34. revolosi 34. ortodok 33. tahta
35. managemen 35. rizki 35. faham 34. tatabahasa
t 36. risih 36. paradok 35. tauladan
36. manager 37. resiko 37. paragrap 36. tentram
37. mantera 38. syahih 38. patner 37. trampil
38. materai 39. seksama 39. pasip 38. trap
39. metoda 40. syaraf 40. passport 39. taufan
40. milyar 41. sastera 41. prosen 40. transport
41. mubaligh 42. sentausa 42. fihak 41. rubah
42. mubadir 43. sintesa 43. fikir 42. onta
43. musium 44. sistmats 44. perangko 43. udzur
44. mutakir 45. ujud 45. permak 44. varitas
45. wassalam 45. jaman
DAFTAR PUSTAKA
Sugono, Dendy (ed.). 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesi: Jilid II.
Jakarta: Pusat Bahasa DEPDIKNAS
25
Suryam, Ukun. 1998. Dasar-Dasar Bahasa Indonesia
Baku.Bandung: Alumni.
.
26