Anda di halaman 1dari 30

FILSAFAT ILMU EKONOMI

POHON KELUARGA ILMU EKONOMI


( THE FAMILY THREE OF ECONOMICS )
ARISTOTELES PARA USAHAWAN
Para Cendikiawan
THOMAS AQUINAS ( 1270) Kaum Merkantilis
Kaum Fisiokrat THOMAS MUN (1641)
QUESNAY 1758 MAZHAB KLASIK
ADAM SMITH 1776
T.R. MALTHUS 1798 DAVID RICARDO 1817

Ilmu Ekonomi J.S. MILL 1848 MAZHAB SOSIALISME


NEO KLASIK KARL MARX 1867

WALRAS /MARSHALL 1890 LENIN 1914

J.M. KEYNES 1936 UNI SOVIET RRC


POST KEYNES
ILMU EKONOMI YANG BERLAKU

Dikutip dari buku: Paul A. Samuelson, Economics, 10 th edition, Mc. Graw Hill.
1. ARITOTELES – PRA MAZHAB EKONOMI
Menurut Aristoteles yang disebut kekayaan sejati ialah barang dan jasa yang sungguh-sungguh dibutuhkan, selebihnya adalah
pemborosan. Ia setuju bahwa dalam mengelolah dan negara dibutuhkan kegiatan produksi dan tukar menukar. Tetapi Aristoteles
tidak membenarkan kegiatan perdagangan untuk mengejar keuntungan. Dengan latar belakang yang demikian Aristoteles pada
dasarnya menolak kehadiran uang dan pinjam meminjam uang dengan bunga. Uang memang bermanfaat sebagai alat tukar
menukar. Tetapi jika karena uang itu orang tergoda untuk mengejar keuntungan yang sia-sia, dan menumpuk kekayaan dengan
jalan meminta – mengambil riba, maka uang menjadi “mandul” atau tidak produktif, dan hanya akan menimbulkan kesenjangan
antara kaya – miskin serta korupsi dan pemborosan.
Berbeda dengan Plato, Aristoteles menganggap hak milik bersam tidak praktis dan bertentangan dengan harkat manusia. Tanpa
hak milik pribadi orang tidak merasa puas, karena harga dirinya hilang, serta tidak dapat berbuat amal baik.

2. PEMIKIRAN EKONOMI ABAD PERTENGAHAN – KAUM SKOLASTIK

Thomas Aquinas, seorang filosof tokoh pemikir ekonomi abad pertengahan (Skolastik), sependapat dengan konsep keadilan
Aristoteles dimana keadilan dapat dibagi dua yaitu keadilan distributif yang berlaku bagi distribusi produk rumah tangga daerah
atau saluran ekonomi lainnya (masalah upah yang adil); dan keadilan kompensasi yang berlaku dalam tukar menukar barang dan
jasa (harga yang layak). Masalah upah yang adil dan harga yang layak ini merupakan masalah yang terus menerus di perdebatkan
dalam ilmu ekonomi.
Sepertinya Aristoteles, Thomas Aquinas berpendapat bahwa uang pada hakekatnya hanya sebagai alat tukar dan “tidak beranak”.
Namun ada pengecualiannya dalam hal penundaan pembayaran (barang diambil dulu baru membayar). Pandangan Aquinas ini
kemudian disempurnakan dan dipergunakan sebagai dasar untuk membenarkan adanya pembayaran bunga. Para pakar ekonomi
yang membenarkan adanya bunga berpendapat bahwa dengan meminjamkan uang maka pemilik uang akan kehilangan
kesempatan untuk memperoleh keuntungan (opportunity cost = lucrum cessans), dan menanggung resiko kerugian karena
perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh peminjam terhadap pemilik uang (damnum emergens), dan menanggung resiko
kehilangan uang karena kemungkinan tidak dapat dikembalikan atau keterlambatan dalam pembayaran kembali bila tidak sesuai
dengan waktu yang telah disepakati.

3. KAUM MERKANTILIS

Merkantilis adalah sebuah teori tentang politik dan ekonomi, yang berpendapat bahwa logam mulai (emas dan perak),
merupakan bentuk kekayaan terpenting dan bahwa suatu kelebihan ekspor diatas impor, merupakan cara untuk menambahkan
persediaan logam yang dimiliki suatu negara. Untuk mencapai tujuan ini dibutuhkan pengendalian ekspor – impor, harga-harga,
upah dan sebagainya oleh pemerintah. Dan membentuk suatu negara nasional dengan berbagai kebijkan moneter, fiscal dan
lainnya. Untuk mencapai hal ini campur tangan pemerintah merupakan keharusan bagi doktrin ini.
Campur tangan pemerintah tersebut adalah:
a. Merangsang ekspansi industry dalam negeri , perdagangan ekspor dan membatasi impor.
b. Mempertahankan Neraca Pembayara Luar negeri (balance of payments) yang menguntungkan, dan pemasukan neto uang
logam (emas dan perak).
c. Menjaga agar di dalam negeri selalu ada peredaran uang yang cukup besar dan semakin meningkat, belanja dan permintaan
untuk barang dalam negeri semakin meningkat. Menjamin agar faktor-faktor produksi yang produktif seperti tenaga kerja dan
bahan mentah terpakai penuh (full employment).
d. Menjaga agar harga dan volume penjualan para pengusaha dalam negeri selalu berada pada tingkat tinggi, sementara upah
buruh, bunga uang dan harga bahan-bahan mentah rendah. Sehingga laba tinggi dan akumulasi modal baru meningkat. Jelas
merkantilis menitik beratkan pada hubungan kekayaan negar dan perdagangan luar negeri. Merchant Guild – Gilde Pedagang.
Sebuah orgnisasi pedagang di abad pertengahan – ekonomi praktis dimana pengusaha di subsidi.

4. KAUM FISIOKRAT

Francois Quesnay menulis “Tableau Economic” atau Economic Table yang menyatakan bahwa yang dapat berproduksi hanyalah
usaha tani dalam arti luas dan petani. Setelah menyisihkan keperluan untuk menjamin keluarganya dan untuk modal kerja,
tersisah produk neto, termasuk didalamnya sewa (rent) yang diterima oleh pemilik lahan.
Produk Neto digunakan oleh pemilik lahan untuk:
a. Membantu pemerintah atau membayar pajak (satu-satunya pajak yg harus dikenakan pemerintah).
b. Menumpuk modal baru dan mengadakan investasi jangka panjang yg diperlukan.
c. Meningkatkan mutu lahan dan produktivitas (mereka percaya adanya “natural order” atau alam yang mengatur.
Francois Quesnay berpendapat:

a) Tanah pertanian merupakan sumber segala kekayaan, hanya alam saja yang memproduksi bahan mentah yang
diperlukan bagi kehisupan manusia.

b) Tukang dan pedagang hanya mengubah hasil tanah, tetapi tidak membuat produksi bahan mentah yang baru.
c) Di masyarakat ada 3 (tiga) kelas ekonomi:
1) Kelas Produktif (mereka yang bekerja dalam pertambangan dan pertanian) – La classe produktif.
2) Kelas yang memiliki harta kekayaan (para pemilik lahan) La classe des proprietaries.
3) Kelas tidak produktif (steril); berupa pedagang-pedagang, produsen-produsen dan pekerja (La classe steril

5. MAZHAB KLASIK
Ilmu ekonomi Klasik, istilah ini biasanga digunakan untuk menunjukkan buah pikiran para ahli ekonomi Inggris dari tahun 1775
sampai 1785. Dan dapat digolongkan diadalamnya; Adam Smith, T. R. Malthus, David Ricardo, dan Jonh Stuart Mill.
TOKOH-TOKOH MAZHAB KLASIK

THOMAS MALTHUS (1766 – 1834 )


Publikasi The Wealth of Nations karya Adam Smith pada 1776 diiringi dengan era baru optimisme di Eropah. Para pembaru sosial
berharap bisa mengikuti jejak Revolusi Amerika yang menjanjikan “kehidupan, kebebasan, dan kebahagian”, dan Revolusi
Perancis yang menjanjikan “libert’e. egalit’e, fraternit’e.
Sejak Thomas More menulis Utopia, para filsuf memimpikan dunia kebahagian universal tanpa perang, tanpa kejahatan, dan
tanpa kemiskinan. Si jenius Adam Smith, dan rekan-rekannya seperti Montesquieu, Say, Bastiat, dan De Tocqueville,
mengembangkan sistem ekonomi “kebebasan alamiah” yang dapat menciptakan perdamaian, kesetaraan, dan kekayaan universal.
Kini model tersebut diatas mendapat tantangan berat, dan ironisnya tantangan ini dilancarkan oleh salah satu murid Adam Smith,
yakni Thomas Malthus, dan David Ricardo. Malthus mengajukan isu yang terenal hingga sekarang: dapatkah planet yang penuh
sesak dengan manusia, yang sumber daya yang diperas habis-habisan, akan menghancurkan visi kemakmuran demokratis Adam
Smith?

MALTHUS MENENTANG KAUM OPTIMIS


Tantangan terbesar terhadap era filsafat baru ini berasal dari tokoh muda, Thomas Malthus (1766-1834). Pada 1798, saat berusia
32 tahun, Malthus mempublikasikan karyanya tanpa mencantumkan namanya, yang berjudul Essay on Population, yang pada
intinya mengatakan bahwa sumber daya bumi tidak bisa mengimbangi kebutuhan populasi -
yang terus bertambah. Pemikirannya yang muram ini mengubah lanskap ekonomi dan politik, dan dengan cepat melenyapkan
pandangan positif Adam Smith, Condorcet, Godwin dan pendukung pencerahan lainnya. Malthus, bersama kawan karibnya, David
Ricardo, menegaskan bahwa tekanan terhadap sumber daya yang terbatas akan selalu membuat manusia mendekati garis
kemiskinan. Dengan demikian Malthus dan Ricardo membalikkan ekonomi Adam Smithian yang cerah, meskipun mereka berdua
juga pendukung kebijakan laissez faire Adam Smith.

THOMAS MALTHUS MEMPENGARUHI PEMIKIRAN MODERN

1. Dia dianggap sebagai pendiri studi demografi dan populasi (Inggris melakukan sensus pertamanya pada 1801, akibat dari
pengaruh studi Malthus).
2. Dia dianggap sebagai guru perekayasa sosial yang mendukung kontrol populasi dan batas pertumbuhan ekonomi
3. Esaynya tentang populasi memperkuat pandangan muram dan fatalistik dari banyak ilmuwan dan pembaru sosial, yang
meramalkan akan muncul kemiskinan, kematian, penderitaan, peran, dan kerusakan lingkungan sebagai akibat pengambilan
sumber daya oleh populasi.
4. Dia mengilhami teori evolusi Darwin.
5. Karya utamanya sangat mempengaruhi teori ekonomi makro John Maynard Keynes yang didasarkan pada gagasan bahwa
daur hidup bisnis disebabkan oleh perubahan dalam “permintaan efektif” total oleh konsumen dan investor.
6. Pesimisme Malthus dan Ricardo membuat Ilmu ekonomi dicap sebagai “Ilmu yang muram”.
Selama bertahun-tahun tesis Thomas Malthus tentang meledaknya populasi diterima oleh banyak ekonom terkemuka, termasuk
David Ricardo, John Stuart Mill, Knut Wicksell, dan William Stanley Jevons. Sejumlah kritikus sosial dan pemerhati ekologi
modern juga mendukung pandangan Malthus dan menuduh bahwa jumlah penduduk yang terlalu besar menimbulkan kelaparan,
kekurangan, perang, dan polusi. Bahkan beberapa tokoh politik konservatif seperti Russel Kirk juga membela Malthus.
Akan tetapi, tidak semua orang mengakui argument Malthus yang pesimis. Marxis menolak teori populasi Malthus yang suram,
yang oleh Friedrich Engels disebut”teori paling keji dan barbar” yang bisa dibayangkan. Dan Kebanyakan ekonom sejak 1900-an
juga meninggalkan tesis Malthus karena dalam kenyataan terjadi peningkatan besar di dalam produksi pangan dan output ekonomi.

Meskipun demikian, selama abad 19 pandangan Malthus tentang kelebihan populasi dan sumber daya yang terbatas menghantui
dunia modern.
SIAPA THOMAS MALTHUS?
Apakah tokoh ini dan mengapa pengaruhnya begitu kuat dalam melemahkan pandangan positif Adam Smith tentang kekayaan
universal?
Malthus dilahirkan pada 1766 dari keluarga kaya. Sebagai putra bungsu dari delapan bersaudara, dia sangat akrab dengan
persoalan kelebihan penduduk.
Pada 1784 Thomas Malthus masuk ke Universitas Cambridge, mengambil jurusan matematika dan bahasa ( mempelajari lima
bahasa).
Malthus senang bermain krikit dan menikmati kehidupan sosial, dan ikut bergabung dengan banyak klub disepanjang hidupnya.
Setelah lulus pada 1788. Dia menikah pada 1804. Kelak pada masa akhir hidupnya dia menggunakan gelar “Yang Mulia” dalam
usahanya untuk membela pandangannya yang kontroversial tentang populasi.
MALTHUS MENULIS RISALAH YANG KONTROVERSIAL
Thomas Malthus menulis karya klasiknya setelah berdebat dengan “seorang kawannya” tentang teori utopia William Godwin.
Kawannya itu ternyata adalah ayahnya, Daniel Malthus, murid filsuf Perancis yang penuh skandal, Jean Jacque Rousseau.
Kalimat Rousseau, “ Manusia dilahirkan bebas namun terbelunggu dimana-mana” mereflesikan konflik antaridealisme dan realitas
pada zamannya.
Perdebatan tentang pandangan Godwin sangat keras sehingga Malthus muda menulis sebuah karya yang kuat untuk
menentangnya. Mengikuti tradisi pada masa itu, karya Malthus menggunakan judul yang panjang, An Essay on the Principle of
Population as It Affects the Future Improvement of Society, with Remarks on the Speculation of Mr.Godwin, M. Condorcet, and
other Writers (1798). Karena khawatir akan mempermalukan ayahnya dimuka publik, dia menggunakan nama samaran dan
menyebut ayahnya sebagai “kawan”. Tetapi tak lama kemudian orang-orang tahu bahwa dialah penulisnya.
MALTHUS LELAKI PALING DILECEHKAN PADA ZAMANNYA
Tesis muram Malthus adalah bahwa”kekuatan populasi jauh lebih besar ketimbang kekuatan bumi untuk memproduksi kebutuhan
bagi manusia”, dan karena itu mayoritas manusia akan mengalami kehidupan Hobbesian (1985[1798]:71).
Karya ini menimbulkan kegemparan sejak ia diterbitkan, dan Malthus berulangkali dilecehkan. Esainya menimbulkan badai
kriktik dan makian dari kalangan teologi konservatif, penganut liberal, dan radikal utopian. Para pemuka agama pada waktu itu
menganggap buku ini tidak religious karena mempertanyakan Sang Pencipta, dan para pembaru sosial menuduh Malthus tidak
membela orang miskin.
Thomas Malthus menentang Poor Law di Inggris, sebuah sistem kesejahteraan sederhana yang diatur secara local. Menurut
Malthus, setiap usaha untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik justru akan selalu akan kontraprodukstif. Sistem
kesejahteraan pasti akan menambah populasi tanpa menambah produksi makanan, dan akibatnya menambah penderitaan orang
banyak. (kelak pada 1815, Malthus mendukung Corn Law di Inggris, yang menetapkan bea impor untuk gandum yang akan
menaikkan harga roti di kalangan pekerja miskin).
Sebagai seorang Anglican yang taat, Malthus menentang keras segala bentuk kontrol kelahiran. Dalam edisi kedua Essay of
Population, dia membahas kemungkinan penundaan pernikahan, penegndalian diri dalam pernikahan, dan bentuk “pembatasan
moral” lainnya untuk membatasi pertumbuhan penduduk, namun ia tidak menyetujui kontrasepsi karena dianggapnya menjijikkan.
Ironisnya, pendukung pengendalian kelahiran sering mengutip Malthus untuk mendukung “keluarga berencana” di negara Dunia
Ketiga dan di dalam kebijakan satu anak di Cina. Malthus bukan menganjurkan pertumbuhan populasi nol, dan sebenarnya
keyakinan religious yang dianutnya mendukung pertumbuhan penduduk dalam rangka mematuhi perintah Tuhan kepada manusia
agar berkembang biak. Dia menentang pertumbuhan penduduk hanya ketika pertumbuhan itu melampaui daya dukung sumber
nafkah dan menyebabkan penderitaan dan kejahatan (Pullen1981:46).
MALTHUS MENENTANG PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN, PENGENDALIAN KELAHIRAN, DAN
BAHKAN VAKSIN?
Thomas Malthus dituduh orang yang anti sosial, “orang yang membela penyakit cacar, perbudakan, dan pembunuhan anak-anak;
orang yang menolak dapur umum, pernikahan dini dan sumbangan keagamaan; orang yang buru-buru kawin setelah mengajarkan
kejahatan keluarga; orang yang menganggap dunia ditata sedemikian buruknya sehingga bahkan tindakan yang terbaik sekalipun
menimbulkan kerusakan yang hebat; singkatnya, orang yang menghilangkan cinta dari kehidupan” (Down 1983:249).
Edisi pertama Essay of Population hanya dicetak sedikit sekali pada 1798, sehingga sekarang karya ini menjadi langka dan
mahal dan oleh kolektor dinilai lebih mahal ketimbang edisi pertama The Wealt of Nations. (Menurut Robert Rubin, edisi pertama
Essay of Population bisa bernilai $ 100.000,- bahkan lebih) Pada saat Malthus masih hidup buku ini sudah sampai cetakan
keenam. Bukunya menjadi semakin tebal karena ada tambahan apendiks dan data, tetapi hanya edisi pertamalah – tanpa fakta
statistic dan empiris – yang dianggap karya klasik.
Malthus menghabiskan sisa hidupnya untuk mempertahankan dan merevisi tesis overpopulasinya, meskipun dia juga menulis
banyak buku lainnya, termasuk The Principles of Political Economy pada 1820. Dia banyak berkeliling Eropah untuk mengamati
persoalan populasi.
Pada 1805 Malthus diangkat menjadi profesor sejarah modern dan ekonomi politik di perguruan tinggi yang baru, East India
Company College di Haileybury, yang didirikan untuk mendidik pegawai sipil di East India Company. Jadi Malthus memegang
jabatan puncak di jurusan ilmu ekonomi. Dia memegang jabatan itu sampai dia meninggal pada - 1934. Kawan terdekatnya adalah
David Ricardo, seorang ekonom yang berkorespondensi dengannya secara regular sampai Ricardo meninggal pada 1924. Malthus
meninggal karena serangan jantung pada Desember 1934. Dia dimakamkan di Abbey Inggris.

DUA HUKUM ALAM MALTHUS YANG TERKENAL

Setelah kita menguraikan kehidupan Malthus, maka kita melihat teorinya. Apa yang sebenarnya hendak dibuktikannya?
Essay on Population berisi dua “hukum alam” dasar yang dianggap sebagai “kebenaran yang tidak terbantahkan”:
Pertama, populasi cenderung bertambah menurut deret ukur (secara geometris) (1,2,4,8,16,32….).
Kedua, produksi makanan (sumber daya alam) cenderung bertambah menurut deret hitung (secara aritmatika) (1,2,3,4,5,6….).
Akibatnya adalah terjadi krisis”penderitaan dan kejahatan” yang tak terelakkan dimana sumber alam bumi tidak bisa memenuhi
kebutuhan penduduk yang terus bertambah (Malthus 1985:67-80). Tesis Malthus diilustrasikan dimana persediaan sumber daya
alam bertambah dalam kondisi yang terus menurun, sedangkan permintaan dari penduduk yang terus bertambah meningkat lebih
cepat pada tingkat geometris. Pada level dimana mayoritas manusia hidup pas-pasan (level subsistensi). Jika penduduk dunia
melampaui level subsisten maka akan terjadi kelaparan, kematian, dan kejahatan. Karenanya, menurut Malthus, dunia dikutuk
untuk menjalani hidup”penuh kesulitan yang tak bisa diatasi” termasuk penderitaan, kelaparan, dan kejahatan (Malthus
1985:69,250).
ISU 1: PERTAMBAHAN PENDUDUK
Apakah “hukum alam” pertama Malthus benar, yakni bahwa populasi bertambah menurut deraet ukur? Populasi dunia
memang bertambah secara geometris, bahkan sampai sekarang. Pada masa Malthus, penduduk dunia kurang dari 1
miliar. Kini jumlahnya sekitar 6 miliar.
Akan tetapi, dengan melihat lebih dalam pada peningkatan tajam penduduk dunia sejak 1800, kita melihat bahwa penyebabnya
tidak bersifat Malthusian. Kenaikan populasi berkaitan dengan dua faktor yang tidak dilihat oleh Malthus. Pertama, terjadi
penurunan tajam dalam tingkat kematian bayi karena berkurangnya penyakit mematikan berkat kemajuan ilmu kedokteran. Kedua,
ada peningkatan usia harapan hidup berkat meningkatnya standar hidup; terobosan di bidang pengobatan; peningkatan sanitasi;
perawatan kesehatan dan gizi; dan penurunan tingkat kecelakaan. Akibatnya, makin banyak orang yang bisa hidup sampai usia
dewasa, dan bahkan sampai usia lanjut. Kedua faktor tersebut bertentangan dengan ramalan Malthusian tentang penderitaan dan
kematian.
ISU 2: PENURUNAN KELAHIRAN
Kelemahan lain di dalam visi Malthus dan pengikutnya adalah penurunan angka kelahiran di paruh kedua abad 20 baik di negara
industry maju maupun berkembang. Selama lima puluh tahun terakhir, angka rata-rata kelahiran di negara maju telah menurun dari
2,8 menjadi 1,9 dan di negara berkembang turun dari 6,2 ke 3,9. Tren ini sangat jelas: perempuan melahirkan anak lebih sedikit
dan di negara yang lebih maju angka kelahirannya jauh berkurang. Ringkasnya, tingkat geometris pertambahan penduduk mungkin
menurun sampai ke deret hitung. Penurunan jangka panjang dalam angka kehamilan disebabkan oleh dua faktor: terobosan
pengobatan dan naiknya pendapatan. Karena teknologi medis yang lebih baik, nutrisi yang lebih baik, sanitasi yang lebih baik, dan
perawatan kesehatan yang lebih baik, maka pasangan suami istri merasa bahwa mereka tidak perlu melahirkan lebih banyak anak
untuk mengganti anak-anak yang meninggal. Malthus berpendapat bahwa tingkat pendapatan yang tinggi hanya akan mendorong
lebih banyak anak. Menurutnya, ketika pendapatan per kapita meningkat, populasi akan meningkat lebih cepat, yang pada
gilirannya mengurangi pendapatan per capita sampai ke tingkat subsistensi.
Akan tetapi, bukti historis belakangan ini menunjukka hal yang sebaliknya. Orang yang lebih kaya cenderung memiliki anak lebih
sedikit. Ada beberapa alasan mengapa keluarga kaya umumnya punya sedikit anak. Dibanyak kultur, memiliki anak sebanyak
mungkin akan memperbesar kemungkinan bahwa orang tuanya akan mendapat perawatan yang cukup diusia lanjut. Jadi anak-anak
dianggap sebagai aset keuangan yang berharga yang dapat memberikan pendapatan di masa depan. Dengan bertambahnya
pendapatan sekarang ini maka tidak lagi dibutuhkan lebih banyak anak, dan membesrkan anak-anak kini bahkan dianggap
membutuhkan biaya mahal. Lebih jauh, peningkatan pendapatan biasanya berarti tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan
pemahaman yang lebih baik tentang metode pengendalian kelahiran.
Dalam edisi pertama Malthus mengidentifikasi bebrapa perintang pertambahan penduduk, antara lain kelangkaan makanan,
penyakit, wabah, kelaparan dan kejahatan, tetapi dia menyimpulkan bahwa perintang ini pada akhirnya akan gagal melemahkan
kekuatan reproduksi seksual. Dalam edisi kedua Malthus merasa bahwa perintang preventif, seperti menunda pernikahan dan
mengurngi hubungan seksual dalam keluarga, dapat mengurangi pertambahan penduduk.
Tetapi Malthus mulai ragu dan kembali ke kayakinan awal bahwa populasi akan bertambah dua kali lipat setiap 25 tahun (Malthus
1985:24,238). Jelas, bahwa Malthus meremehkan kemampuan manusia untuk mengubah sikap mereka terhadap kelahiran anak.
MENGUJI HUKUM KEDUA MALTHUS:
SUMBER DAYA TERBATAS?
Hukum Alam” kedua Malthus adalah “subsistensi meningkat hanya dalam rasio aritmatika (Malthus 1985:71). Pendapat ini
tampak meragukan, atau bahkan keliru. Baik tanaman maupun hewan jauh lebih subur ketimbang manusia. Perempuan butuh
waktu sembilan bulan untuk melahirkan, dan jarang sekali melahirkan bayi kembar dua atau tiga. Sementara itu, banyak hewan –
terutama sapi, ayam, ikan dan hewan lainnya yang dikonsumsi manusia – jauh lebih produktif. Tanaman seperti gandum, jagung,
dan bahan pangan pertanian lainnya bahkan lebih cepat pertambahannya dari pada hewan. Seperti dikatakan oleh ekonom Julian
Simon “Manusia dan gandum adalah spesies biologis, dan pertambahan masing-masing spesies dibatasi oleh berbagai kekuatan.
Tidak ada alasan apriori mengapa dua spesies itu mengikuti pola pertumbuhan yang berbeda” (Simon 1996:333).
KEKURANGAN SUMBER DAYA
Tetapi Thomas Malthus tidak memberikan alasan untuk pendapatnya bahwa kehidupan tanaman dan hewan tidak seproduktif
populasi manusia. Dia hanya mengatakan bahwa “alam menyebarkan benih kehidupan seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya”,
tetapi “alam tidak cukup ruang dan gizi untuk membesarkan benih itu” (1985: 71-72, 224-25). Dengan kata lain, tanah subur tidak
mencukupi, dan tidak cukup sumber daya alam untuk mempertahankan kehidupan.

HUKUM PENDAPATAN YANG MENURUN

Malthus mengembangkan konsep kelangkaan ini pada buku edisi berikutnya. Sarana-sarana untuk mendukung kehidupan manusia
“dibatasi oleh kelangkaan tanah – oleh besarnya tanah yang gersang di muka bumi – dan oleh menurunnya proporsi penduduk
yang harus selalu dihasilkan dari penambahan capital terus-menerus terhadap tanah yang sudah ditanami” (1985:225).

Sumber daya alam yang cenderung “terus menerus berkurang” ini sekarang dikenal sebagai hukum pendapatan yang semakin
berkurang. Malthus dianggap sebagai ekonom pertama yang mengembangkan konsep penting dalam ilmu ekonomi ini. Dia
mengacu pada fakta bahwa saat seseorang menambahkan lebih banyak capital atau tenaga kerja pada suatu tanah dengan luas
tertentu, maka penambahan produksi atau outputnya akan semakin melambat. Itulah mengapa fungsi produksi sedikit menurun.
Thomas Malthus memperingatkan bahwa sebagian besar tanah yang subur dan sumber daya alam akan berkurang, dan kita akan
mengalami penurunan kualitas tanah dan sumber daya seiring dengan berjalannya waktu. Tetapi hukum pendapatan yang menurun
hanya bekerja jika kita mengasumsikan “semua hal lainnya tidak berubah”, misalnya teknologi dan kuantitas sumber daya lainnya
adalah tetap. Tetapi dalam jangka panjang taka ada input yang bersifat tetap – entah itu tanah, tenaga kerja, atau modal. Arti
penting tanah dari segi ekonomi sesungguhnya mulai berkurang di dunia modern, sebab teknik pertanian telah berkembang.
Malthus dan murid-muridnya mengabaikan fakta penting ini.
MALTHUS MENGABAIKAN SEBUAH UNSUR VITAL
Yang diabaikan oleh Malthus adalah kemajuan teknologi pertanian, penemuan mineral baru, dan sumber daya alam baru lainnya
serta peran harga dalam menentukan seberapa cepat atau lembat sumber daya akan habis. Ringkasnya, dia mengabaikan
kecerdikan manusia.
Pandangan Malthus tentang produksi makanan terbukti keliru besar, sejak adanya mesin panen McCormick, traktor, pupuk buatan,
perkembangan irigasi, dan terobosan manajemen dan teknologi lainnya, jumlah tanah yang ditanami dan produksi makanan
meningkat secara dramatis. Seperti produksi pertanian di Amerika Serikat di sector pertanian jagung, gandum, dan katun (kapas).

Kenaikan produksi makanan menopang produksi yang lebih besar dan mengurangi kelaparan di seluruh dunia. Lagi pula,
sebagian besar kasus kelaparan diakibatkan oleh kebijakan pemerintahyang buruk yang membuat petani tidak bisa menuai panen,
membatasi impor, dan tidak mendorong penggunaan proses produksi pertanian yang baru
RINGKASAN: MALTHUS MENINGGALKAN VISI SMITH
Kisah Thomas Malthus berguna untuk mengembangkan dan memahami dinamika pertumbuhan ekonomi dan kenaikan populasi.
Malthus mengakui bahwa intervensi pemerintah adalah kontraproduktif dalam mengentaskan kemiskinan dan mengontrol
pertambahan penduduk, dan karenanya dia setuju dengan Adam Smith untuk mengadopsi filsafat laissez faire. Namun pada
akhirnya dia berpisah dengan Adam Smith dengan mengingkari kepercayaan kepada kemampuan Ibu Bumi dan pasar besar untuk
menyediakan sumber daya yang bisa memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah. Pada dasarnya, dia gagal
memahami peran harga dan hak property sebagai insentif bagi pengendali pemanfaatan sumber alam yang makin langka dan
peran harga sebagai mekanisme pemecahan. Lebih jauh Malthus salah memahami dinamika perkembangan ekonomi
entrepreneurial – bagaimana populasi yang besar dapat menciptakan benih kekayaannya sendiri melalui penciptaan ide dan
teknologi baru.
Kendati Adam Smith mengangkat isu upah subsisten, dia percaya bahwa pendapatan bisa naik diatas upah minimum dengan cara
mengadopsi mesin, alat, dan perlengkapan baru. Kapitalisme pasar bebas adalah jalan keluar dari kemiskinan. Malthus dipihak
lain, berpandangan muram dan bahkan fatalistic terhadap kemampuan manusia untuk melepaskan diri dari penderitaan dan
kejahatan. Manusia ditakdirkan terbelenggu oleh hukum besi upah. David Ricardo, sahabat baik Thomas Malthus, masuk kedalam
perangkap yang sama. Dalam bab berikutnya kita akan mengeksplorasi bagaimana David Ricardo bergabung dengan Thomas
Robert Malthus.
DAVID RICARDO (Mazhab Klasik)
Ekonom Inggris terkemuka David Ricardo (1772-1823) terkenal karena banyak hal. Dia adalah ekonom paling kaya. Dia sahabat
terdekat Malthus. Dia memuji perdagangan bebas, hard money, hukum keuntungan komparatif, dan prinsip ilmu ekonomi klasik
lainnya. Kebijakan laissez faire-nya sesuai dengan kebijakan Adam Smith.

Ricardo memiliki momen tersendiri dalam sejarah, dan momen ini sangat penting. Dukungannya terhadap uang yang sehat
membuat pemerintah Inggris mengesahkan Peel Act pada 1844, yang menetapkan standar moneter anti-inflasi yang ketat, dan
kecamannya terhadap restriksi perdagangan jelas membantu pencabutan Corn Law, kebijakan tarif yang terkenal buruk di Inggris
di sektor bahan-bahan pertanin pada 1846. Setelah terjadi dua perubahan kebijakan ini, Inggris dengan cepat menjadi “workshop
dunia”, mengimpor sebagian besar makanan dan mengekspor pakaian dan barang-barang manufaktur, dan kareba itu mendorong
Rovolusi Industri. Jadi kita bisa melihat bahwa Ricardo memang pantas untuk dipuji. Kebijakannya sejalan dengan prinsip-prinsip
Adam Smith dan prinsip kemakmuran yang didorong oleh pasar.
Lebih jauh, Ricardo oleh banyak orang dianggap menjadikan ilmu ekonomi sebagai ilmu yang kokoh dengan melibatkan
ketepatan matematis. Sang ekonom keuangan ini mempunyai bakat luar biasa dalam penalaran, pengembangan model analitik
sederhana yang hanya melibatkan beberapa variable yang menghasilkan kesimpulan yang kuat. Pendekatan model ini diadopsi
oleh banyak ekonom terkemuka, termasuk John Maynard Keynes, Paul Samuelson dan Milton Friedman di abad 20 dan
membuat ekonometrik menjadi popular.
PENGARUH BURUKNYA MODEL RICARDIAN
Namun David Ricardo memiliki sisi gelap, model analitiknya seperti pedang bermata dua. Model itu memberi kita teori kuantitas
uang dan hukum komparatif, tetapi model itu juga memberi kita teori nilai kerja, hukum besi upah minimum, dan sesuatu yang
oleh ekonom disebut “kejahatan Ricardian” yang didefinisikan sebagai model yang berlebihan atau penggunaan asumsi yang salah
atau menyesatkan untuk “membuktikan” hasil yang diinginkan (seperti teori nilai kerjanya).
Beberapa ide yang buruk diambil langsung oleh Karl Marx dan kaum sosialis dari buku Ricardo yang berjudul Principles. Marx
memuji Ricardo sebagai mentor intelektualnya. Aliran sosialis “neo-Ricardian” berkembang dibawah pengaruh Piero Sraffa,
penulis biografi resmi David Ricardo.

Pada dasarnya Ricardo yang menghormati Adam Smith telah membawa ilmu ekonomi ke jalan yang sangat berbeda, terlepas
dari rekomendasi kebijakannya. Dia menciptakan cara berpikir ekonomi yang baru, yang jauh dari “pertumbuhan” harmoni
model Adam Smith dan mengarah kepada model “distribusi” antagonistikdi mana pekerja, pemilik tanah, dan kapitalis berseteru
dalam memperebutkan kue ekonomi. Marx dan sosialis mengeksploitasi sistem Ricardo ini sepenuhnya. Model Adam Smith
berfokus pada bagaimana cara membuat ekonomi tumbuh, sedangkan model David Ricardo menekankan bagaimana ekonomi di
bagi-bagi di antara berbagai kelompok atau kelas. Ricardo menekankan konflik kelas, bukan “harmoni kepentingan yang
alamiah” nya Adam Smith.
KEJAHATAN RICARDIAN
Terakhir, ada yang namanya “kejahatan Ricardian”. Para ekonom mudah tergoda oleh kejahatan itu. Mill, Walras, Pareto, Fisher,
Samuelson, Mises, dan bahkan Keynes. Apa kejahatan Ricardian itu? Samuelson menyebutnya “metodologi abstrak” (Samuelson
1962:8). Ronald Coase menyebutnya “ekonomi papan tulis”. Secara sederhana, kejahatan ini adalah pemisahan kronis antara teori
dan sejarah. Ilmu ekonomi dilepaskan dari masa lalu, sekarang, dan masa depan. Metodologi ini murni penalaran deduktif dan
sangat matematis tanpa mengacu pada sejarah, sosiologi, filsafat, atau kerangka piker lainnya.
Kejahatan Ricardian ini adalah pemikiran abstrak dan pembentukan model dengan menggunakan asumsi yang tidak realistis atau
bahkan keliru. Misalnya lihat Foundation of Economic Analysis (1947) karya Samuelson atau Production of Commodities by
Means of Commodities (1960) karya penganut neo-Ricardian Piero Sraffa. Buku Samuelson isinya hanya persamaan diferensial
dan asumsi-asumsi yang jauh dari kenyataan. Karya Sraffa jarang sekali merujuk pada pada dunia nyata.
“Asal usul dari kesalahpahaman terhadap dasar teori ekonomi berasal dari David Ricardo”, tulis Elton Mayo, seorang professor
bisnis di Harvard (1945:38). Mayo mengaitkan teorisasi Ricardo yang tidak realistis dengan latar belakangnya sebagai pialang
saham, sebuah aktivitas yang jauh dari realitas ekonomi produksi.
RICARDO MENERAPKAN TEKNIKNYATERLALU JAUH
Teorisasi abstrak mulai disusun secara sungguh-sungguh oleh David Ricardo. Wealth of Nations –nya Adam Smith penuh dengan
proposisi teoritis namun teorinya diikuti dengan banyak ilustrasi historis. Tidak demikian halnya dengan David Riardo. Seorang
sejarawan menulis, “Pikirannya yang cerdas menjadikannya seorang ahli teori yang brilian, namun dia tidak pernah menunjukkan
minat signifikan terhadap masa lalu” (Snooks 1993:23).
Jenis teorisasi abstrak semacam inilah yang membuat J. B. Say menyebut ilmu para ekonom sebagai “para penghayal sia-sia”,
bahkan Paul Samuelson (dia sendiri adalah pemikir abstrak) pernah mengakui, “kadang-kadang tampak bahwa mahasiswa yang
paling pandai sekalipun tahu segalanya kecuali akal sehat” (Samuelson 1960:1652). Studi yang dilakukan Arjo Klamer dan David
Colander menunjukkan kekecewaan terhadap modeling yang sangat abstrak yang banyak dipakai dalam program Ph.D ekonomi.
Setelah meneliti program sarjana di enam sekolah Ivy League, Klamer dan Colander menyimpulkan, “riset ekonomi menjadi
terpisah dengan dunia nyata” (1990:xv). Formalisme semakin merajalela di bidang ini. (Leijonhufvud 1981:347-59).
Model heuristik dapat berguna dalam menciptakan estimasi dan hasil yang baik, tetapi modeling juga bisa mendistorsi realitas dan
menghasilkan kesimpulan yang berbahaya. Ricardo membawa teorisasinya ke titik ekstrem dimana dia menggunakan semua
asumsi yang terbatas dan meragukan untuk mendapatkan kesimpulan yang dicarinya – dalam kasus ini, penegasannya bahwa harga
ditentukan oleh biaya tenaga kerja.

RICARDO LAHIR DARI KELUARGA SPANYOL-PORTUGAL

David Ricardo adalah anak ketiga dari sedikitnya 17 bersaudara. Nama ayahnya Abraham Ricardo dari keturunan Spanyol-
Portugal yang menetap di Belanda setelah diusir dari Spanyol pada akhir abad 15. Ayahnya adalah pialang yang sukses dan
berusaha membangun sebuah dinasti keluarga. Dia pindah ke London pada 1760. David Ricardo lahir di London 12 tahun
kemudian. Pada usia 14 tahun, setelah belajar di – sekolah di Amsterdam, David dipekerjakan oleh ayahnya di London Stock
Exchange.
Akan tetapi, segala berubah pada 1793 ketika pada usia 21 tahun David Ricardo menikahi seorang pengikut Quaker (dia kelak
menjadi Unitarian, dan meninggalkan komunitas Yahudi). Ibunya sangat terpukul sehingga dia memaksa Ayah David untuk
mengusir David dan mencabut hak warisnya. Tetapi sang Ayah akhirnya berdamai dengannya. Bagaimanapun juga, David terpaksa
pergi dengan berbekal beberapa ratus pound.
Dengan mengandalkan pengalaman saat bekerja pada ayahnya dan koneksinya di Stock Exchange Coffee House di Jalan
Threadneedle, Ricardo berhasil mengumpulkan banyak kekayaan melalui kegiatan perdagangan saham dan kontraktor peminjaman
pemerintah. Meskipun tubuhnya proporsional, namun tubuhnya kecil dan kurus. Suaranya sangat keras, dan berguna baginya saat
berpidato di House of Common. Menjelang akhir hayatnya dia mengeluh karena kehilangan pendengaran di salah satu telinganya
dank arena giginya tanggal.
PENSIUN, POLITIK, DAN KEMATIAN
Pada 1814, diusianya yang ke-42, David Ricardo menjadi tuan tanah desa, membeli tanah perkebunan yang sangat lauas yan
bernama Gatcomb Park di Gloucestershire (sekarang dimiliki oleh Putri Ann). Ricardo yang menyukai matematika, kimia, geologi
dan mineralogy sering mengadakan pertemuan intelektual di Gatcomb. Kelak dia aktif di Geological Society of London. Minatny
terhadap ilmu ekonomi dimulai sejak 1799, ketika dia tinggal di Bath saat dia mulai membaca Wealt of Nation (1776) Adam
Smith. Setelah David mendapat keuntungan pada pertengahan 1810-an, dia kehilangan minat pada Bursa Saham dan mula
menulis secara teratur tentang persoalan-persoalan ekonomi. Pada 1817 dia mempublikasikan magnum opusnya, On the Principl
of Political Economy and Taxation,dan pada 1819 dia membeli kursi di Parlemen.
Pada 183, diusianya yang ke-51, dia meninggal mendadak karena infeksi telinga. Dia meninggalkan seorang isteri dan tujuh anak.
Tanahnya dibagi secara tidak merata kepada tiga putrinya. Dan dia mewariskan sejumlah kekayaan kepada kawannya, Malthus dan
kepada James Mill, ayah dari John Stuart Mill.

SUMBANGAN POSITIF DAVID RICARDO


Ricardo: Sang Monetaris
PERATAMA, sebagai mentor awal dari Aliran Mata Uang, Ricardo mendukung kebijakan moneter anti-inflasi yang ketat. Pada
periode 1809-10, Inggris mengalami inflasi besar karena biaya perang dan Bank of England mencabut standar emas. Ricardo
menciptakan kotroversi dengan menulis studi ekonomi pertamanya, The High Price of Bullion (1811), dimana dia mengatakan
bahwa inflasi negerinya diakibatkan karena Bank of England menerbitkan bank note berlebihan. Ricardo percaya pada teori
kuantitas uang yang ketat, yang juga dianut oleh David Hume, yang menyatakan bahwa tingkat harga umum terkait erat dengan
perubahan jumlah uang beredar dan kredit.

Untuk memulihkan situasi keuangan di Inggris, Ricardo menganjurkan pembukaan pembayaran oleh Bank of England. Solusinya
dinyatakan sebagai berikut: “Pemecahan yang tawarkan untuk menanggulangi persoalan dalam keuangan kita adalah Bank harus
pelan-pelan menurunkan jumlah uang yang beredar sampai sebanding dengan logam [mulia] yang direpresentasikannya, atau
dengan kata lain, sampai harga emas dan perak turun sampai senilai uangnya” (Ricardo 1876:287).
Setelah Ricardo meninggal, sekelompok banker berpengaruh yang dikenal sebagai Currency School berjuang untuk
mempertahankan nilai poud Inggris, mereka mendukung pembukaan standar mata uang, dengan emas dan perak sebagai standar.
Mereka menentang manajemen diskresioner (discretionary) atas mata uang oleh bank sentral dan menganjurkan prinsip yang
menyatakan bahwa semua pengeluaran uang di masa depan harus ditambah atau dikurangi berdasarkan cadangan emas. Pada
1844, dibawah pengaruh David Ricardo, Parlemen mengesahkan Peel’s Bank Charter Act untuk memperkuat prinsip mata uang
ini. Sayangnya, Peel Act gagal menjaga sistem keuangan yang sehat di Inggris, sebab undang-uandang ini tidak mengatur subsitusi
uang, khususnya rekening yang tersimpan dalam sistem perbankan.

Ricardo mengakui kemungkinan munculnya “konsekwensi paling buruk bagi perdagangan dan komersial negara” sebagai akibat
dari tindakan deflasioner ini, tetapi dia mengatakan bahwa ini adalah “satu-satunya cara untuk memulihkan keuangan agar
mencapai nilai yang tepat dan wajar.” Menurut Ricardo, hal ini tidak akan banyak mengganggu jika kebijakan tersebut
dilaksanakan secara bertahap. Ringkasnya, Ricardo memilih standar nilai tukar emas, yang bertujuan agar harga emas tetap sama
nilainya dengan uang kertas (banknote).bank sentral tidak boleh memiliki kekuasaan bebas menentukan sendiri kebijakannya:
“Pihak yang mengeluarkan uang kertas harus mengatur pengeluarannya itu berdasarkan harga emas, dan bukan berdasarkan
kuantitas uang kertas yang beredar” (1876:403).
HUKUM PENDAPATAN YANG MENURUN
KEDUA: Ricardo (bersama Malthus) mengembangkan hukum pendapatan yang menurun atau berkurang.

Ricardo mengembangkan hukum ini pada 1815 dalam bukunya yang berjudul Essay on the Influennce of Low Price of Corn on
the Profits of Stock. Pendekatan yang dipakainya merupakan benih bagi teorisasi abstrak yang dipakai dalam Principles yang
terbit pada 1817. Tesis utama Ricardo adalah kelangkaan tanah akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Dalam mengembangkan “model jagung” ini, Ricardo menggunakan sejumlah asumsi sederhana. Pertama, dia mengasumsikan satu
pertanian besar memproduksi jagung (com). (Di Inggris, istilah “corn” berarti pula gandum dan hasil pertanian lainnya.) Kedua, dia
mengasumsikan upah tetap riil yang konstan (setelah inflasi) berada pada level subsisten, berdasarkan “hukum besi upah” yang
dianut oleh Malthus dan Ricardo. Ketiga, dia mengasumsikan capital tetap, satu sekop per pekerja untuk memproduksi hasil
jagung.

Oleh karena itu, dalam model Ricardoini, semua input (tanah, tenaga kerja, dan capital atau modal) dikaitkan dengan harga jagung.
Saat tenaga kerja bertambah, diperlukan pula tambahan tanah untuk mendapatkan tambahan hasil – sebab tanah yang sudah
dipakai berkurang kesuburannya atau produktivitasnya. Bahkan jika ditambahkan lagi tenaga kerja dan modal untuk kuantitas
tanah yang sama, hasilnya akan tetap sama atau tidak bertambah. Akibatnya adalah output bersih akan menurun, dan pertumbuhan
ekonomi merosost.
Dalam karya utamanya, On the Principles of Political Economy and Taxation (1817), Ricardo mengganti “model jagung” satu
sektor yang sederhana ini dengan model tiga sektor, tetapi argument dan hasilnya sama: menurunnya pendapatan perare (ha).

Untuk menunda atau membalikkan hasil yang buruk ini, David Ricardo mengecam Corn Law, yakni restriksi dan tarif yang
dikenakan pada produk pertanian di Inggris. Dengan mengimpor lebih banyak jagung [atau hasil pertanian lainnya] dan
menurunkan harga, para petani dapat menurunkan upah, menikmati keuntungan yang lebih banyak, memicu lebih banyak
investasi, dan karena itu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Konsekwensinya, Ricardo menjadi pendukung
perdagangan bebas dan penentang Corn Law.

RICARDO MENGURAIKAN HUKUM YANG AKAN


MEREVOLUSIONERKAN PERDAGANGAN DUNIA
KETIGA, Ricardo mengemukakan salah satu hukum terbesar dalam ilmu ekonomi, keuntungan komparatif, yang menjadi
pukulan telak bagi proteksionisme.

Seperti telah dikemukakan diatas, Ricardo mendukung perdagangan bebas semasa perdebatan Corn Law pada 1813-1815, tetapi
konstribusinya yang terpenting untuk perdagangan bebas muncul beberapa tahun kemudian ketika dia mengembangkan hukum
keuntungan komparatif di Bab VII dan Principles (1817).
Hukum ini menyatakan bahwa perdagangan bebas akan menguntungkan kedua belah pihak, dan yang paling mengejutkan adalah
perdagangan bebas akan membuat satu negara melakukan spesialisasi meskipun suatu negara memiliki keuntungan absolut dalam
produk tertentu.
BOOK OF HEADACHES” RICARDO
KEEMPAT, “model jagung” yang dangkal menimbulkan kemacetan dalam perekonomian.
Ricardo adalah sosok yang penuh paradoks, seorang ekonom yang berpengaruh baik sekaligus buruk terhadap dunia: baik dalam
topangan teoritisnya untuk uang yang sehat dan perdagangan bebas, dan buruk dalam model makro kepentingan kelas yang saling
bertentangan.
Pendekatan Ricardo sangat berbeda dengan pendekatan Adam Smith. Wealth of Nation Smith penuh dengan contoh yang hidup
dan jelas, sedangkan Principles Ricardo bersifat abstrak dan membosankan, penuh deduksi ala Euclidian, tanpa studi kasus
historis. Para mahasiswa kerap menyebutnya “Ricardo’s Book of Headaches” (St. Clair 1965:xxiii).

Adam Smith mengembangkan ilmu ekonomiyang kuat dengan focus pada “tangan gaib” yang menciptakan kemakmuran dan
pada bagaimana modal kerja yang dipadukan dengan tenaga kerja dan tanah akan menciptakan lebih banyak kekayaan bagi
keuntungan semua orang. Peran tuan tanah, buruh, dan kapitalis dalam menciptakan nilai hanya menempati tempat pinggiran
dalam buku Smith, tetapi ulasannya bersifat kritis. Tema utamanya adalah pertumbuhan, bukan distribusi pendapatan.
Dilain pihak, buku Ricardo lebih menfokuskan pada hal-hal yang bukan menjadi titik perhatian Smith. Buku Ricardo menjadi
sebuah buku “yang penuh antagonism dan pertentangan”(Chamberlain 1965:75).
RESPON EKONOM TERHADAP MODEL RICARDO

Selama bertahun-tahun para ekonom mengalami kesulitan dalam memahami”model jagung” Ricardo dan buku Principles,
khususnya tentang asumsi yang dipakai untuk membuktikan teorinya. Ricardo sendiri pernah mengatakan bahwa hanya ada 25
orang diseluruh negeri yang bisa memahami buku Principles (1951). Seabad kemudian, ekonom Chicago Frank H. Knight
mengatakan, “dalam buku ini ada banyak hal yang tak bisa [saya] ikuti” (1959:365). Schumpeter mengecam Ricardo karena
membuat banyak pelaku ekonomi menjadi “beku dan pasrah”, hanya bersandar pada “satu asumsi yang terlalu menyederhanakan”
dan mengembangkan teori yang “tidak pernah bisa dibuktikan dantidak masuk akal” (Schumpeter 1954: 472-73).
Mungkin Keynes memikirkan Ricardo ketika dia menulis, “Sungguh mengherankan hal-hal bodoh yang dipercaya seseorang jika
dia terlalu lama berpikir sendirian, terutama dalam ilmu ekonomi” (Keynes 1973 [1936]: Kata Pengantar).

RINGKASAN DAMPAK PENGARUH RICARDO


Tetapi Ricardo mampu meyakinkan semua rekan sezamannya dalam soal teori nilai kerjanya dan doktrin laissez faire. “Ricardo
menaklukkan Inggris sepenuhnya seperti Inkusisi menaklukkan Spanyol”, kata Keynes (1973: 32). Baru sekarang ini kita melihat
cacat dari argumennya. Dalam bab selanjutnya kita akan melihat seberapa jauh pemikiran Ricardian menyeret ilmu ekonomi ke
jalan yang salah dan menjauhi prinsip-prinsip yang dikemukakan Adam Smith.

Anda mungkin juga menyukai