Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH ASAL-USUL EKONOMI DAN

TOKOH-TOKOH TERNAMA DALAM ILMU


EKONOMI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA : TEGUH SANTOSO
KELAS : 10 G
BIDANG STUDI : EKONOMI

SMA NEGERI 1 KOTA PONTIANAK


TAHUN AJARAN 2023/2024
SEJARAH ASAL-USUL ILMU EKONOMI
A. Pengertian Ilmu Ekonomi
Ekonomi atau Urupan adalah ilmu sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam
mengelola sumber daya yang terbatas dan menyalurkannya ke dalam berbagai individu atau
kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Istilah "ekonomi" berasal dari bahasa Yunani, yaitu
οἶκος (oikos) yang artinya "keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos) yang artinya "peraturan,
aturan, hukum". Secara garis besar, ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau
"manajemen rumah tangga". Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah
orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.
Kata "ekonomi" merupakan kata serapan dari bahasa Yunani Kuno οἰκονόμος yang bermakna
"pengelolaan rumah tangga". Kata ini merupakan gabungan dari dua kata, yaitu οἶκος ("rumah")
dan νέμω ("pengelolaan; distribusi"). Kata ini tercatat pertama kali digunakan pada karya yang
dibuat oleh sebuah gereja pada tahun 1440 untuk menggambarkan sistem pengelolaan atau
administrasi. Makna ekonomi yang banyak digunakan saat ini, yaitu ekonomi sebagai sebuah
sistem yang digunakan di sebuah negara atau wilayah, baru berkembang pada abad ke-19 atau ke-
20.
Tindakan ekonomi dilakukan dengan memperhatikan kaidah yang disebut sebagai prinsip
ekonomi. Terdapat dua prinsip dasar dalam melakukan tindakan ekonomi. Pertama, ekonomi
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan sebanyak mungkin dengan
memperhatikan pengeluaran sebagai bagian dari perhitungan keuntungan. Kedua, keuntungan
yang diperoleh sebisa mungkin hanya memerlukan pengeluaran sesedikit mungkin. Kedua prinsip
ini dijadikan sebagai pedoman umum untuk melakukan tindakan ekonomi. Hasil dari penerapan
prinsip ekonomi dapat diamati melalui tingkat efisiensi yang diukur melalui perbandingan antara
keuntungan yang diperoleh dan pengeluaran yang diperlukan selama kegiatan ekonomi
berlangsung. Suatu tindakan ekonomi dikatakan efisien bila suatu hasil dicapai dengan
pengorbanan yang paling sesuai dan diserta dengan penghematan biaya.

B. Sejarah Asal-Usul Ilmu Ekonomi


Masa Kuno
Ekonomi ada sejak manusia menciptakan, memasok, serta mendistribusikan barang atau jasa.
Sebagian besar kegiatan perekonomian kala itu berbasis pada produk-produk pertanian. Satuan
unit shekel misalnya, berawal dari satuan yang digunakan untuk mengukur berat jelai. Satuan ini
kemudian dimanfaatkan untuk mengukur berat logam mulia seperti emas, perak, dan tembaga.
Proses transaksi pun berlangsung sederhana, biasanya terjadi antara dua atau lebih orang yang
berhubungan sosial secara langsung. Sistem barter masih banyak digunakan.
Seiring dengan berkembangnya masyarakat, sistem ekonomi yang digunakan semakin
kompleks. Masyarakat Sumeria, misalnya, mengembangkan ekonomi skala besar berbasis uang
komoditas. Di tempat lain, bangsa Babilonia dan negara-kota di sekitarnya mengembangkan
sistem utang-piutang, kontrak legal, dan hukum yang berkaitan dengan praktik bisnis serta properti
pribadi.
Abad Pertengahan
Sama seperti pada masa kuno, pada abad pertengahan kegiatan ekonomi juga masih berputar
pada perdagangan di bidang pertanian, dan barang-barang pokok, serta terjadi dalam kelompok
sosial tertutup. Namun, beberapa perkembangan terjadi, antara lain munculnya kelompok-
kelompok yang memberi modal bagi individu atau kelompok lain, terutama untuk bidang
pelayaran, dan pengembangan wilayah kekuasaan. Modal ini nantinya harus dikembalikan dalam
bentuk penjualan barang yang didapatkan dari negara jajahan. Proses peminjaman, dan
penggantian uang ini berujung pada perintisan bank, dan munculnya ekonomi
global. Perdagangan saham juga mulai dikenal, khususnya setelah tahun 1513 setelah pasar
saham pertama di dunia dibuka di Antwerpen.
Pada abad ini, uang yang digunakan sudah berbentuk koin logam, khususnya di wilayah Eropa,
dan sekitarnya. Jenis logam yang digunakan mempengaruhi nilai uang tersebut, yang paling
populer adalah tembaga, perak, dan emas. Namun, mata uang yang digunakan kala itu sangat
beragam, dan semuanya berbeda-beda baik dalam segi bentuk, ukuran, berat, karat, dan
cetakannya. Namun seiring dengan meningkatnya jumlah transaksi finansial, dan berkembangnya
perdagangan, perlahan mulai terjadi keseragaman dalam koin-koin logam ini, dan memungkinkan
terjadinya perdagangan antar-wilayah.
Salah satu sistem yang populer digunakan kala itu adalah sistem manorial. Sistem ini berpusat
pada sebuah manor, yaitu wilayah berdikari yang dikuasai oleh tuan tanah. Pada sistem ini, para
petani bergantung pada tuan tanah tempat ia tinggal, khususnya dalam hal keamanan, dan jaminan
keselamatan kala melakukan kegiatan ekonomi. Sebagai gantinya para petani ini bekerja untuk
tuannya tersebut. Sistem ini terutama berkembang pada abad ke-5, dan ke-6, saat penyakit, dan
bencana kelaparan akibat perang mewabah, menyebabkan banyaknya orang yang merelakan tanah
direnggut, dan lari mencari perlindungan di tempat lain.
Petani merupakan pekerjaan yang paling umum. Mereka tersebar di berbagai manor, mengabdi
pada tuan yang berbeda-beda. Selain bertani, petani juga memelihara kambing. Tugas mengurusi
kambing biasanya dilakukan oleh wanita, antara lain menggunting rambutnya, membuat wol, dan
merajut pakaian. Pekerjaan lain yang juga populer adalah seniman, termasuk mereka yang
memproduksi komoditas dari kaca, kayu, tanah liat, dan besi. Terdapat pula pekerjaan dalam
bentuk jasa, antara lain dokter gigi, tukang cukur, guru, dan ahli bedah. Selain itu ada pula kelas
pedagang yang berkembang menjelang akhir abad pertengahan. Perkembangan kelas pedagang ini
mendorong majunya wilayah perkotaan.
Dampak dari kemajuan ini terutama terasa pada abad ke-12, dan ke-13. Meski pertanian masih
menjadi primadona, kelas pedagang mulai memiliki pengaruh besar dalam
perekonomian. Beberapa di antaranya bahkan memiliki pengaruh politik, dan membentuk
serikat. Serikat ini digunakan antara lain untuk mempengarhui kebijakan pajak. Sistem serikat ini
menandakan sebuah perubahan ke arah sistem ekonomi yang lebih matang karena harga-harga
serta kualitas barang mulai diatur.
(Wabah Black Death yang merubah perubahan besar sistem ekonomi)
Namun perkembangan ini terhambat ketika Kelaparan Besar, dan Wabah Kematian Hitam
merebak. Kelaparan Besar yang terjadi pada tahun 1315 menyebabkan kekacauan terhadap sistem
agraris, yang semakin mundur, dan akhirnya mati bersamaan dengan matinya desa, dan kota-kota
kecil yang mendukungnya. Kematian Hitam juga memberikan efek yang sama—jutaan petani
yang terinfeksi penyakit ini tewas. Akibat dari dua peristiwa ini adalah munculnya sistem-sistem
baru baik di bidang ekonomi maupun pertanian.

Era Modern Awal


Dengan semakin mudahnya mendapatkan modal untuk bertualang, dan memperluas daerah
jajahan, perekonomian di negara-negara Eropa seperti Spanyol, Prancis, Britania Raya, dan
Belanda berkembang sangat pesat. Mereka kemudian mencoba melakukan kontrol, dan proteksi
terhadap perdagangan dengan membuat bea cukai. Selain karena kemudahan modal,
perekonomian Eropa juga menguat akibat meluasnya paham sekularisme yang memungkinkan
negara-negara tersebut menggunakan harta gereja yang berlimpah untuk mengembangkan kota.
Kemajuan ini diikuti dengan kemunculan proyek-proyek ekonomi besar, antara lain yang dirintis
oleh Amschel Mayer Rothschild (1773-1885). Topik ekonomi mulai terfokus pada pengelolaan
harta masyarakat atau negara.
Era Revolusi Industri

(Gambaran Revolusi Industri)


Pada masa revolusi industri yang terjadi pada abad ke-18 dan 19, perubahan besar terjadi di
bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, dan transportasi. Hal ini mempengaruhi kondisi
sosial ekonomi, dan budaya di seluruh Eropa, Amerika Serikat, dan seluruh dunia.
Paham kapitalisme yang lebih bebas muncul menggantikan paham merkantilisme. Revolusi
industri sendiri terjadi karena peran dari berkembangnya ilmu ekonomi pada abad ini.
ilmu ekonomi saat itu dikembangkan oleh ilmuwan seperti Adam Smith (1723-1790), yang kini
diakui sebagai ekonom pertama di dunia. Ia memperkenalkan ide bahwa harga sebuah produk
tercipta dari hasil tarik menarik antara pasokan, dan permintaan serta pembagian tenaga kerja. Ia
berpendapat bahwa motif utama dari perdagangan adalah keuntungan diri pribadi. Paham ini
kemudian menjadi basis yang dikembangkan oleh berbagai ilmuwan selanjutnya seperti Thomas
Malthus (1766-1834) yang mengembangkan ide pasokan-permintaan untuk memecahkan masalah
populasi yang berlebihan. Berkat paham ini pula, orang mulai berpikir untuk memproduksi barang,
dan jasa secara besar-besaran.
Era Pasca Perang
Setelah dua Perang Dunia terjadi, dan perekonomian hancur akibatnya, pemerintah di banyak
negara mulai mencari-cari cara untuk mengontrol arah perekonomian. Beberapa ekonom
seperti Friedrich August von Hayek (1899-1992) dan Milton Friedman (1912-2006) melontarkan
ide tentang pentingnya sebuah perdagangan global yang bebas. Namun kala itu ide dari John
Maynard Keynes (1883-1946) diterima lebih luas. Keynes berpendapat bahwa pemerintah perlu
mengontrol pasar secara kuat. Keynes yakin bahwa pemerintah dapat menghapus masalah
ekonomi, dan mempercepat pertumbuhannya dengan melakukan manipulasi terhadap permintaan
agregat. Untuk menghormati pemikirannya, paham ini diberi nama Keynesianisme.
Menurut Keynes, Ekonomi pasar tidak memiliki mekanisme untuk memastikan bahwa semua
orang bisa bekerja, akibatnya pengangguran dapat terjadi. Keynes berpendapat bahwa negara perlu
melakukan intervensi, dan manipulasi terhadap permintaan, dan permintaan agregat untuk
mengurangi dampak negatif ini. Untuk melakukan hal tersebut, Keynes menekankan pentingnya
pemerintah untuk melakukan investasi. Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang yang
beredar di masyarakat akan bertambah sehingga masyarakat akan terdorong untuk berbelanja, dan
meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan juga
akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan kondisi perekonomian
akan kembali ke tingkat normal.
Pada tahun 1950-an, perekonomian Eropa, dan Amerika berkembang secara pesat. Periode ini
disebut sebagai periode keajaiban ekonomi. Perkembangan pesat ini membawa satu jenis ekonomi
baru: ekonomi berbasis konsumsi massa. Paham ini semakin berkembang setelah John Kenneth
Galbraith (1908-2006) memperkenalkan konsep yang diberi nama ekonomi pasar sosial pada tahun
1956.
Akhir Abad 20 dan Awal Abad 21
Tren ekonomi dunia berubah setelah perekonomian Uni Soviet yang menganut komunisme
runtuh. Banyak negara-negara Blok TImur yang berubah haluan dari komunisme ke ekonomi
berbasis pasar. Namun selain sistem ekonomi dari Barat tersebut, muncul sistem, dan konsep-
konsep ekonomi lain yang berasal dari negara non-Barat seperti RRT, Brazil, dan India. Konsep
ekonomi non-barat ini dikenal dengan Istilah "masyarakat pasca-industri", sebuah istilah yang
diperkenalkan pada tahun 1973 oleh Daniel Bell.
Perkembangan, dan penyebaran Internet sebagai media komunikasi massa juga mempengaruhi
perkembangan ekonomi khususnya setelah tahun 2000-2001. Ide tentang sebuah ekonomi berbasis
Internet, dan informasi mulai dikembangkan. Hal ini disebabkan karena internet telah memberikan
pengaruh besar pada dunia perdagangan, dan memunculkan satu bidang baru yang disebut sebagai
bisnis elektronik.

(Masyarakat ekonomi dalam industri kain batik)

C. Tokoh-tokoh Ekonomi dan pandangannya

1. Adam Smith
Adam Smith (1723-1790) adalah salah salah satu ekonom
paling berpengaruh asal Skotlandia. Ia dikenal sebagai bapak
ekonomi modern yang meletakkan pondasi dasar bagaimana
ekonomi bekerja.

Teori-teori Smith pun dikenal sebagai fondasi awal dari


berkembangnya kapitalisme modern dewasa ini. Smith sendiri
justru tidak pernah menggunakan istilah kapitalisme, istilah
kapitalisme baru digunakan oleh Karl Marx pada pertengahan
abad ke-19. Smith menggunakan istilah masyarakat pedagang pada aktivitas perekonomian yang
sebebas mungkin (bukan kapitalisme).

Berikut adalah beberapa teori ekonomi yang dikenalkan oleh Smith:

1. Pengenalan Istilah PDB dan Perdagangan Internasional

Pada abad ke-18, kolonialisme di Eropa sedang berkembang pesat. Kekayaan ekonomi negara
pun dihitung berdasarkan cadangan logam mulia yang dimiliki oleh negara tersebut.

Dengan melakukan perdagangan internasional, sejumlah emas harus keluar dari negara
tersebut untuk membayar barang impor tersebut. Alhasil banyak yang meyakini bahwa
perdagangan internasional akan mengurangi nilai kekayaan negara.

Sehingga pada masa itu, perdagangan internasional dibatasin banget.

Dalam bukunya yang berjudul the Wealth of Nations, Smith berargumen bahwa kekayaan
suatu bangsa bukanlah dihitung berdasarkan kepemilikan logam mulia yang dipegang oleh
negara tersebut. Kekayaan negara justru dihitung berdasarkan nilai produksi dan perdagangan
yang terjadi di dalam wilayah negara tersebut.

Nilai produksi dan perdagangan domestik ini pun akan meningkat jika kegiatan perdagangan
antar negara meningkat. Oleh karena itu, Smith pun menganjurkan agar perdagangan
internasional dapat dilakukan sebebas mungkin tanpa hambatan. Pembatasan perdagangan
internasional justru akan menghambat kemajuan ekonomi.

Prinsip perhitungan kekayaan negara berdasarkan kegiatan produksi dan perdagangan yang
dicetuskan oleh Smith ini pun turut digunakan hingga hari ini. Hal ini menjadi cikal bakal
penggunaan perhitungan PDB sebagai indikator utama untuk menghitung kekayaan ekonomi
suatu negara.

2. Prinsip Pasar Bebas: Si Tangan Tak Terlihat

Pada masa itu, pemerintah cukup ikut campur dalam jalannya perekonomian. Smith menegaskan
bahwa intervensi pemerintah pada perekonomian justru dapat menghambat jalannya
perekonomian.

Intervensi pemerintah pun akan mengacaukan jalanya mekanisme ekonomi yang dijalankan oleh
si tangan tak terlihat yang secara otomatis akan mengalokasikan sumber daya ekonomi secara
lebih efisien dan efektif. Oleh karenanya, peran pemerintah dalam perekonomian pun harus
seminim mungkin.

Manusia sebagai makhluk bebas yang memiliki akal sehat tidaklah harus didikte, biarkan mereka
menjalankan aktivitas ekonominya berdasarkan self-interest atau kepentingan diri sendirinya
dengan panduan si tangan tak terlihat.

3. Metode Produksi Assembly-Line: Spesialisasi dan Pembagian Kerja

Dalam bukunya the Wealth of Nations, Smith juga mendobrak keyakinan lama tentang kekayaan
yang hanya diciptakan dari hasil sewa tanah. Padahal, kekayaan juga dapat diciptakan dari
kegiatan produksi dengan metode assembly-line atau metode produksi jalur perakitan.

Kegiatan produksi dengan jalur perakitan membagi-bagi antara per bagian produksi yang
dikerjakan secara spesialisasi per orang berdasarkan keahlian dan pengalamannya. Jika kegiatan
produksi tidak dibagi-bagi antar bagian serta tidak dilakukannya spesialisasi, kegiatan produksi
pun menjadi tidak efisien.

Dalam bukunya Smith menulis kurang lebih seperti berikut:

“If one person were to undertake the 18 steps required to complete the tasks, they could only
make a handful of pins per week. However, if the 18 tasks were completed in assembly-line
fashion by 10 individuals, production would jump to thousands of pins per week”.
(Jika hanya satu orang melaksanakan 18 langkah untuk menyelesaikan pekerjaan, maka ia
hanya mampu membuat segenggam peniti per minggu. Sedangkan, ketika 18 pekerjaan tersebut
dikerjakan dengan cara jalur perakitan oleh 10 orang, hasil produksi mereka pun melonjak
hingga ribuan peniti per minggunya).
Dengan adanya spesialisasi dan pembagian kerja, hasil produksi pun meningkat pesat. Bandingkan
jika pekerjaan tersebut dikerjakan tanpa spesialisasi dan tanpa pembagian kerja, produktivitas pun
anjlok.

2. Pendeta Thomas Robert Malthius


Pdt. Thomas Robert Malthus, FRS (13 Februari 1766 – 29
Desember 1834), yang biasanya dikenal sebagai Thomas
Malthus, meskipun ia lebih suka dipanggil "Robert Malthus",
adalah seorang pakar demografi Inggris dan ekonom politik yang
paling terkenal karena pandangannya yang pesimistik namun
sangat berpengaruh tentang pertambahan penduduk.
Pandangan-pandangan Malthus umumnya dikembangkan
sebagai reaksi terhadap pandangan-pandangan yang optimistik
dari ayahnya dan rekan-rekannya, terutama Rousseau. Esai
Malthus juga dibuat sebagai tanggapan terhadap pandangan-
pandangan Marquis de Condorcet. Dalam An Essay on the
Principle of Population (Sebuah Esai tentang Prinsip mengenai
Kependudukan), yang pertama kali diterbitkan pada 1798,
Malthus membuat ramalan yang terkenal bahwa
jumlah populasi akan mengalahkan pasokan makanan, yang menyebabkan berkurangnya jumlah makanan
per orang. (Case & Fair, 1999: 790). Ia bahkan meramalkan secara spesifik bahwa hal ini pasti akan terjadi
pada pertengahan abad ke-19, sebuah ramalan yang gagal karena beberapa alasan, termasuk
penggunaan analisis statisnya, yang memperhitungkan kecenderungan-kecenderungan mutakhir dan
memproyeksikannya secara tidak terbatas ke masa depan, yang hampir selalu gagal untuk sistem yang
kompleks.

3. Friederick August Hayek


Friedrich August Hayek adalah seorang ahli ekonomi Inggris yang
berasal Austria. (8 Mei 1899 – 23 Maret 1992) Sejak tahun 30-an
merupakan tokoh terpenting dari aliran neoliberalisme. Pernah menjabat
sebagai direktur Lembaga Penelitian Ekonomi Austria (1927-1931)
dan lektor pada Universitas Wina. 1931- 1950 diminta membantu Sekolah
Ekonomi dan Ilmu Politik London.
Pada tahun 1974, menerima hadiah Nobel untuk ekonomi (bersama Gunnar Myrdal)
berkat penelitian tentang teori uang dan konjungtur serta analisisnya yang tajam tentang
berbagai gejala ekonomi, sosial dan kelembagaan dalam masyarakat. Buku-
buku karangannya antara lain: teori moneter dan siklus perdagangan (1929), harga dan
produksi (1931), laba, bunga, investasi (1939), teori murni modal (1948), Individualisme
dan economic order (1948), konstitusi kemerdekaan (1960), Studies in philosphy, politics and
economics (1976).
Hayek terkenal karena kritik yang dilontarkannya
terhadap negara kesejahteraan Keynesian dan sosialisme totaliter.
4. Milton Friedman
Milton Friedman (31 Juli 1912 – 16 November 2006)
adalah ekonom Amerika dan intelektual publik. Ia meninggal di San
Francisco (California), karena gagal jantung. Lahir di New York, ia
adalah bungsu empat bersaudara dari anak keluarga imigran
Yahudi asal Ukraina.
Dia dikenal dengan konsep ekonomi neoliberalisme, yang
menekankan pada pasar bebas dan minimnya campur tangan
pemerintah. Karya terkenalnya adalah Capitalism and Freedom, yang
membahas konsep ekonomi neoliberalisme dan kebebasan individual
dalam konteks ekonomi.
Ia telah menyumbangkan sejumlah pemikirannya dalam makro-ekonomi, mikro-
ekonomi, sejarah ekonomi, dan statistik kepengacaraan kapitalisme laissez-faire. Pada 1976, dia
mendapat Penghargaan Hadiah Nobel "untuk pencapaiannya di bidang analisis konsumsi, teori
dan sejarah moneter, dan demonstrasi kompleksitas dari kebijakan tentang stabilisasi". [1]
Sebagai ahli ekonomi yang legendaris dan memperjuangkan kebebasan individu, ia telah
memengaruhi kebijakan ekonomi tiga Presiden Amerika Serikat, yaitu Richard Nixon, Gerald
Ford, dan Ronald Reagan serta Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher.

5. John Maynard Keynes, Baron Keynes ke-1


John Maynard Keynes, Baron Keynes ke-1, (5 Juni 1883 – 21
April 1946), adalah ekonom Inggris yang gagasannya mengubah
teori dan praktik ekonomi makro serta kebijakan ekonomi dunia. Ia
melanjutkan dan memperbaiki teori sebelumnya yang menjelaskan
penyebab terjadinya siklus bisnis. Ia diakui sebagai salah satu
ekonom paling berpengaruh abad ke-20 dan pendiri ekonomi makro
modern. Pemikiran-pemikirannya menjadi dasar mazhab
ekonomi Keynesian dan semua turunannya. Dia dikenal karena
karyanya yang paling terkenal, The General Theory of Employment,
Interest and Money, yang menjadi dasar teori ekonomi Keynesian. Keynes mengkritik
pandangan klasik bahwa pasar bebas akan selalu mencapai keseimbangan, dan mengusulkan
bahwa pemerintah harus terlibat dalam perekonomian untuk mencapai tingkat kesempatan kerja
yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang stabil.
6. Alexander Andries Maramis
Dr. (H.C.) Mr. Alexander Andries Maramis atau lebih dikenal
dengan A.A. Maramis (20 Juni 1897 – 31 Juli 1977) adalah pejuang
kemerdekaan Indonesia dan pahlawan nasional. Dia pernah menjadi
anggota BPUPKI dan KNIP. Ia juga pernah menjadi Menteri
Keuangan Indonesia dan merupakan orang yang
menandatangani Oeang Republik Indonesia pertama.
Keponakan Maria Walanda Maramis ini menyelesaikan
pendidikannya di bidang hukum pada tahun 1924 di Belanda.
Sebagai Menteri Keuangan, Maramis berperan penting dalam
pengembangan dan pencetakan uang kertas Indonesia pertama
atau Oeang Republik Indonesia (ORI). Dibutuhkan waktu satu tahun sebelum uang kertas ini
bisa dikeluarkan secara resmi pada tanggal 30 Oktober 1946. Nota-nota ini menggantikan uang
kertas Jepang yang diedarkan oleh pemerintah Hindia Belanda (NICA). Uang dikeluarkan untuk
denominasi 1, 5, dan 10 sen, dengan ditambah ½, 1, 5, 10, dan 100 rupiah. Tanda tangan
Maramis sebagai Menteri Keuangan terdapat dalam cetakan uang-uang kertas ini.

7. Dr. Sugiharsono
Sugiharsono merupakan dekan pertama FE UNY sejak FE berdiri
pada 22 Juni 2011. Ditunjuk langsung oleh Rektor UNY saat itu,
Prof. Dr. Rohmat Wahab, Sugi segera bekerja dan membawa FE
UNY berlari mengejar ketertinggalan dari fakultas yang lebih tua.
Tak bisa disangkal, program studi Manajemen dan Akuntansi selalu
menjadi 5 besar prodi terfavorit dengan animo lebih dari lima ribu
pendaftar setiap tahunnya. Di samping itu, akreditasi prodi juga
mengalami perbaikan hingga tersisa 1 dari 8 prodi yang masih
belum mendapatkan Akreditasi A dari BAN-PT.
Ilmu ekonomi menurut Sugiharsono Secara sederhana adalah, ilmu ekonomi dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari cara manusia memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas
dengan sumber daya yang terbatas.
8. Ali Wardhana
Dr. Ali Wardhana (6 Mei 1928 – 14 September 2015) adalah
salah satu anggota penasehat perekonomian orde baru dan pernah
menjabat sebagai Menko Ekonomi, Keuangan, Industri dan
Pengawasan Pembangunan, selama 5 tahun, yaitu antara tahun 1983-
1988. Sebelumnya, Ia pernah menjadi Menteri Keuangan untuk
periode tahun 1968-1983. Ali merupakan Menteri Keuangan
terlama, ia menjabat selama 15 tahun. Menteri Keuangan terkemuka
ini menjabat Dekan FEUI selama 10 tahun, yaitu antara
tahun 1967 sampai 1978. Kepakarannya juga diakui lembaga
internasional. Pada September 1971 ia terpilih sebagai Ketua Board
of Governors Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk
periode 1971-1972. Ali Wardhana menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi UI (1958).
Kemudian, melanjutkan studinya ke University of California di Berkeley dan memperoleh
gelar Master of Arts pada tahun 1961. Pada tahun 1962, berhasil menyelesaikan pendidikan
doktoralnya dan meraih gelar Ph.D juga dari University of California dengan judul disertasi
"Monetary Policy in an Underdeveloped Economy: with Special Reference to Indonesia".

9. John Kenneth Galbraith


John Kenneth Galbraith (15 Oktober 1908 – 29 April 2006)
adalah seorang ilmuwan ekonomi dari Amerika. Dia mendapat
gelar Doktor dari Universitiy of California dan pada tahun 1949
diangkat sebagai guru besar di Universitas Harvard. Lalu pada
tahun 1961-1963 ditunjuk pemerintah Amerika Serikat sebagai
duta besar di India. Selama masa hidupnya Ia telah
menghasilkan banyak karya yang enam di antaranya adalah A
theory of price control (1952), American capitalism (1952), The
great crash 1929 (1955), The affluent society (1958), The
economic discipline (1967), dan The new industrial
state (1967).
10. Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesumo
Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo (EYD: Sumitro
Joyohadikusumo; 29 Mei 1917 – 9 Maret 2001) merupakan
seorang ekonom dan politikus Indonesia. Sebagai salah satu
ekonom Indonesia paling terkemuka selama masanya,
Soemitro pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan dan
Industri, Menteri Keuangan, dan Menteri Riset baik selama
era Orde Lama maupun Orde Baru. Dia juga pernah menjadi
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dari 1951
hingga 1957. Soemitro merupakan pencetus program Benteng,
dan meluncurkan sejumlah kebijakan ekonomi yang
mengarahkan Indonesia ke proses industrialisasi. Dia
kemudian juga menjabat Menteri Keuangan dalam Kabinet
Wilopo dan Kabinet Burhanuddin Harahap, sembari
mengembangkan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebagai dekannya yang kedua.
Soemitro menyusun Rencana Urgensi Perekonomian (alias "Sumitro Plan") yang diterbitkan
pada bulan April 1951 (setelah jatuhnya Kabinet Natsir). Rencana ini mencakup pengunaan uang
negara untuk membangun sejumlah fasilitas industri di pulau Jawa dan Sumatra dalam dua
tahun, termasuk pembangunan kembali sejumlah pabrik yang rusak karena perang. Dalam
implementasinya, tidak ada pabrik terencana yang sudah berdiri setelah dua tahun tersebut,
sehingga jangka rencana tersebut diperpanjang menjadi tiga tahun.
Selama masa Kabinet Natsir, Soemitro juga berkeliling Eropa, khususnya di Belanda, untuk
menarik investasi asing dalam mendirikan pabrik di Indonesia. Salah satu program Soemitro
lainnya merupakan Program Benteng, yakni suatu program yang mengatur lisensi impor barang
tertentu yang harus dimiliki oleh pengusaha "pribumi", meskipun Soemitro sendiri sebenarnya
lebih menyukai mekanisme pasar bebas.

SEKIAN

TTD GURU NILAI


BIDANG STUDI

Anda mungkin juga menyukai