1. Adam Smith
Adam Smith (1723-1790) adalah salah salah satu ekonom
paling berpengaruh asal Skotlandia. Ia dikenal sebagai bapak
ekonomi modern yang meletakkan pondasi dasar bagaimana
ekonomi bekerja.
Pada abad ke-18, kolonialisme di Eropa sedang berkembang pesat. Kekayaan ekonomi negara
pun dihitung berdasarkan cadangan logam mulia yang dimiliki oleh negara tersebut.
Dengan melakukan perdagangan internasional, sejumlah emas harus keluar dari negara
tersebut untuk membayar barang impor tersebut. Alhasil banyak yang meyakini bahwa
perdagangan internasional akan mengurangi nilai kekayaan negara.
Dalam bukunya yang berjudul the Wealth of Nations, Smith berargumen bahwa kekayaan
suatu bangsa bukanlah dihitung berdasarkan kepemilikan logam mulia yang dipegang oleh
negara tersebut. Kekayaan negara justru dihitung berdasarkan nilai produksi dan perdagangan
yang terjadi di dalam wilayah negara tersebut.
Nilai produksi dan perdagangan domestik ini pun akan meningkat jika kegiatan perdagangan
antar negara meningkat. Oleh karena itu, Smith pun menganjurkan agar perdagangan
internasional dapat dilakukan sebebas mungkin tanpa hambatan. Pembatasan perdagangan
internasional justru akan menghambat kemajuan ekonomi.
Prinsip perhitungan kekayaan negara berdasarkan kegiatan produksi dan perdagangan yang
dicetuskan oleh Smith ini pun turut digunakan hingga hari ini. Hal ini menjadi cikal bakal
penggunaan perhitungan PDB sebagai indikator utama untuk menghitung kekayaan ekonomi
suatu negara.
Pada masa itu, pemerintah cukup ikut campur dalam jalannya perekonomian. Smith menegaskan
bahwa intervensi pemerintah pada perekonomian justru dapat menghambat jalannya
perekonomian.
Intervensi pemerintah pun akan mengacaukan jalanya mekanisme ekonomi yang dijalankan oleh
si tangan tak terlihat yang secara otomatis akan mengalokasikan sumber daya ekonomi secara
lebih efisien dan efektif. Oleh karenanya, peran pemerintah dalam perekonomian pun harus
seminim mungkin.
Manusia sebagai makhluk bebas yang memiliki akal sehat tidaklah harus didikte, biarkan mereka
menjalankan aktivitas ekonominya berdasarkan self-interest atau kepentingan diri sendirinya
dengan panduan si tangan tak terlihat.
Dalam bukunya the Wealth of Nations, Smith juga mendobrak keyakinan lama tentang kekayaan
yang hanya diciptakan dari hasil sewa tanah. Padahal, kekayaan juga dapat diciptakan dari
kegiatan produksi dengan metode assembly-line atau metode produksi jalur perakitan.
Kegiatan produksi dengan jalur perakitan membagi-bagi antara per bagian produksi yang
dikerjakan secara spesialisasi per orang berdasarkan keahlian dan pengalamannya. Jika kegiatan
produksi tidak dibagi-bagi antar bagian serta tidak dilakukannya spesialisasi, kegiatan produksi
pun menjadi tidak efisien.
“If one person were to undertake the 18 steps required to complete the tasks, they could only
make a handful of pins per week. However, if the 18 tasks were completed in assembly-line
fashion by 10 individuals, production would jump to thousands of pins per week”.
(Jika hanya satu orang melaksanakan 18 langkah untuk menyelesaikan pekerjaan, maka ia
hanya mampu membuat segenggam peniti per minggu. Sedangkan, ketika 18 pekerjaan tersebut
dikerjakan dengan cara jalur perakitan oleh 10 orang, hasil produksi mereka pun melonjak
hingga ribuan peniti per minggunya).
Dengan adanya spesialisasi dan pembagian kerja, hasil produksi pun meningkat pesat. Bandingkan
jika pekerjaan tersebut dikerjakan tanpa spesialisasi dan tanpa pembagian kerja, produktivitas pun
anjlok.
7. Dr. Sugiharsono
Sugiharsono merupakan dekan pertama FE UNY sejak FE berdiri
pada 22 Juni 2011. Ditunjuk langsung oleh Rektor UNY saat itu,
Prof. Dr. Rohmat Wahab, Sugi segera bekerja dan membawa FE
UNY berlari mengejar ketertinggalan dari fakultas yang lebih tua.
Tak bisa disangkal, program studi Manajemen dan Akuntansi selalu
menjadi 5 besar prodi terfavorit dengan animo lebih dari lima ribu
pendaftar setiap tahunnya. Di samping itu, akreditasi prodi juga
mengalami perbaikan hingga tersisa 1 dari 8 prodi yang masih
belum mendapatkan Akreditasi A dari BAN-PT.
Ilmu ekonomi menurut Sugiharsono Secara sederhana adalah, ilmu ekonomi dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari cara manusia memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas
dengan sumber daya yang terbatas.
8. Ali Wardhana
Dr. Ali Wardhana (6 Mei 1928 – 14 September 2015) adalah
salah satu anggota penasehat perekonomian orde baru dan pernah
menjabat sebagai Menko Ekonomi, Keuangan, Industri dan
Pengawasan Pembangunan, selama 5 tahun, yaitu antara tahun 1983-
1988. Sebelumnya, Ia pernah menjadi Menteri Keuangan untuk
periode tahun 1968-1983. Ali merupakan Menteri Keuangan
terlama, ia menjabat selama 15 tahun. Menteri Keuangan terkemuka
ini menjabat Dekan FEUI selama 10 tahun, yaitu antara
tahun 1967 sampai 1978. Kepakarannya juga diakui lembaga
internasional. Pada September 1971 ia terpilih sebagai Ketua Board
of Governors Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk
periode 1971-1972. Ali Wardhana menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi UI (1958).
Kemudian, melanjutkan studinya ke University of California di Berkeley dan memperoleh
gelar Master of Arts pada tahun 1961. Pada tahun 1962, berhasil menyelesaikan pendidikan
doktoralnya dan meraih gelar Ph.D juga dari University of California dengan judul disertasi
"Monetary Policy in an Underdeveloped Economy: with Special Reference to Indonesia".
SEKIAN