Prinsip[sunting | sunting sumber]
Tindakan ekonomi dilakukan dengan memperhatikan kaidah yang disebut sebagai prinsip
ekonomi. Terdapat dua prinsip dasar dalam melakukan tindakan ekonomi. Pertama, ekonomi
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan sebanyak mungkin dengan
memperhatikan pengeluaran sebagai bagian dari perhitungan keuntungan. Kedua, keuntungan
yang diperoleh sebisa mungkin hanya memerlukan pengeluaran sesedikit mungkin. Kedua
prinsip ini dijadikan sebagai pedoman umum untuk melakukan tindakan ekonomi. Hasil dari
penerapan prinsip ekonomi dapat diamati melalui tingkat efisiensi yang diukur melalui
perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dan pengeluaran yang diperlukan selama
kegiatan ekonomi berlangsung. Suatu tindakan ekonomi dikatakan efisien bila suatu hasil
dicapai dengan pengorbanan yang paling sesuai dan diserta dengan penghematan biaya.[2]
Cakupan[sunting | sunting sumber]
Ilmu ekonomi[sunting | sunting sumber]
Ekonomi banyak dibahas dalam sebuah ilmu khusus yang dikenal dengan nama ilmu ekonomi,
yang di dalamnya mencakup sosiologi. sejarah, antropologi, dan geografi. Beberapa bagian
ekonomi yang berupa ilmu terapan seperti produksi, distribusi, perdagangan, dan konsumsijuga
dibahas dalam ilmu lain seperti ilmu teknik, manajemen, administrasi bisnis, sains terapan,
dan keuangan. Ada banyak sektor dalam ekonomi, yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga
sektor utama yaitu sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier.
Termasuk dalam sektor primer adalah sektor-sektor yang memanfaatkan langsung sumber daya
alam, termasuk di dalamnya pertanian, perhutanan, perikanan, dan pertambangan.[3] Beberapa
industri manufaktur yang proses produksinya erat dengan sumber daya alam juga sering kali
dikategorikan sebagai industri di sektor ini, antara lain industri di bidang pengepakan,
penyulingan, atau pengumpulan sumber daya alam.[3] Sektor ini biasanya merupakan sektor
utama, dan berkontribusi paling besar di perekonomian negara-negara berkembang.[3] Namun,
terdapat penurunan jumlah pekerja yang beroperasi di sektor ini, baik di negara maju maupun
negara berkembang.[3] Di Amerika Serikat, tenaga kerja di sektor ini hanya mencakup sekitar 3%
dari total tenaga kerja.[3]
Dari sektor primer, bahan mentah diolah oleh sektor sekunder, yaitu sektor-sektor yang
memproduksi, dan menciptakan produk akhir yang siap dikonsumsi, antara lain sektor produksi,
dan konstruksi.[3] Sektor ini biasanya dibagi menjadi dua kategori, yaitu industri
ringan dan industri berat. Industri di sektor ini biasanya menggunakan energi yang sangat besar
untuk beroperasi serta menghasilkan limbah yang juga besar, menyebabkan timbulnya masalah
lingkungan atau polusi. Negara-negara dengan sektor sekunder besar disebut sebagai negara
industri, antara lain RRT, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Rusia.
Berbeda dengan sektor primer, dan sektor tersier yang menciptakan produk berbentuk, sektor
tersier adalah sektor jasa yang menciptakan produk tak berbentuk berupa layanan kepada
konsumennya.[3] Pelaku sektor tersier menawarkan pengetahuan dan waktunya untuk
meningkatkan produktivitas, kinjera, dan potensi di sektor-sektor lain.[3] Produknya antara lain
diberikan dalam bentuk perhatian, saran, akses, pengalaman, dan diskusi.[3]
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Masa kuno[sunting | sunting sumber]
Ekonomi ada sejak manusia menciptakan, memasok, serta mendistribusikan barang atau jasa.
Sebagian besar kegiatan perekonomian kala itu berbasis pada produk-produk pertanian. Satuan
unit shekel misalnya, berawal dari satuan yang digunakan untuk mengukur berat jelai. Satuan ini
kemudian dimanfaatkan untuk mengukur berat logam mulia seperti emas, perak, dan tembaga.
Proses transaksi pun berlangsung sederhana, biasanya terjadi antara dua atau lebih orang yang
berhubungan sosial secara langsung. Sistem barter masih banyak digunakan.
Seiring dengan berkembangnya masyarakat, sistem ekonomi yang digunakan semakin
kompleks. Masyarakat Sumeria, misalnya, mengembangkan ekonomi skala besar berbasis uang
komoditas. Di tempat lain, bangsa Babilonia dan negara-kota di sekitarnya mengembangkan
sistem utang-piutang, kontrak legal, dan hukum yang berkaitan dengan praktik bisnis serta
properti pribadi.[4]
Wabah Kematian Hitam yang menyerang Eropa pada Abad Pertengahan mengakibatkan perubahan besar
pada sistem ekonomi.
Sama seperti pada masa kuno, pada abad pertengahan kegiatan ekonomi juga masih berputar
pada perdagangan di bidang pertanian, dan barang-barang pokok, serta terjadi dalam kelompok
sosial tertutup.[5] Namun, beberapa perkembangan terjadi, antara lain munculnya kelompok-
kelompok yang memberi modal bagi individu atau kelompok lain, terutama untuk bidang
pelayaran, dan pengembangan wilayah kekuasaan.[5] Modal ini nantinya harus dikembalikan
dalam bentuk penjualan barang yang didapatkan dari negara jajahan.[5] Proses peminjaman, dan
penggantian uang ini berujung pada perintisan bank, dan munculnya ekonomi global.
[5]
Perdagangan saham juga mulai dikenal, khususnya setelah tahun 1513 setelah pasar
saham pertama di dunia dibuka di Antwerpen.[5]
Pada abad ini, uang yang digunakan sudah berbentuk koin logam, khususnya di wilayah Eropa,
dan sekitarnya.[5] Jenis logam yang digunakan mempengaruhi nilai uang tersebut, yang paling
populer adalah tembaga, perak, dan emas.[5] Namun, mata uang yang digunakan kala itu sangat
beragam, dan semuanya berbeda-beda baik dalam segi bentuk, ukuran, berat, karat, dan
cetakannya.[5] Namun seiring dengan meningkatnya jumlah transaksi finansial, dan
berkembangnya perdagangan, perlahan mulai terjadi keseragaman dalam koin-koin logam ini,
dan memungkinkan terjadinya perdagangan antar-wilayah.[5]
Salah satu sistem yang populer digunakan kala itu adalah sistem manorial.[5] Sistem ini berpusat
pada sebuah manor, yaitu wilayah berdikari yang dikuasai oleh tuan tanah.[5] Pada sistem ini,
para petani bergantung pada tuan tanah tempat ia tinggal, khususnya dalam hal keamanan, dan
jaminan keselamatan kala melakukan kegiatan ekonomi. Sebagai gantinya para petani ini
bekerja untuk tuannya tersebut.[5]Sistem ini terutama berkembang pada abad ke-5, dan ke-6,
saat penyakit, dan bencana kelaparan akibat perang mewabah, menyebabkan banyaknya orang
yang merelakan tanah direnggut, dan lari mencari perlindungan di tempat lain.[5]
Petani merupakan pekerjaan yang paling umum.[5] Mereka tersebar di berbagai manor, mengabdi
pada tuan yang berbeda-beda.[5] Selain bertani, petani juga memelihara kambing.[5] Tugas
mengurusi kambing biasanya dilakukan oleh wanita, antara lain menggunting rambutnya,
membuat wol, dan merajut pakaian.[5] Pekerjaan lain yang juga populer adalah seniman,
termasuk mereka yang memproduksi komoditas dari kaca, kayu, tanah liat, dan besi.[5] Terdapat
pula pekerjaan dalam bentuk jasa, antara lain dokter gigi, tukang cukur, guru, dan ahli bedah.
[5]
Selain itu ada pula kelas pedagang yang berkembang menjelang akhir abad pertengahan.
Perkembangan kelas pedagang ini mendorong majunya wilayah perkotaan.[5]
Dampak dari kemajuan ini terutama terasa pada abad ke-12, dan ke-13.[5] Meski pertanian masih
menjadi primadona, kelas pedagang mulai memiliki pengaruh besar dalam perekonomian.
[5]
Beberapa di antaranya bahkan memiliki pengaruh politik, dan membentuk serikat.[5]Serikat ini
digunakan antara lain untuk mempengarhui kebijakan pajak.[5] Sistem serikat ini menandakan
sebuah perubahan ke arah sistem ekonomi yang lebih matang karena harga-harga serta kualitas
barang mulai diatur.[5]
Namun perkembangan ini terhambat ketika Kelaparan Besar, dan Wabah Kematian Hitam
merebak.[5] Kelaparan Besar yang terjadi pada tahun 1315 menyebabkan kekacauan terhadap
sistem agraris, yang semakin mundur, dan akhirnya mati bersamaan dengan matinya desa, dan
kota-kota kecil yang mendukungnya.[5] Kematian Hitam juga memberikan efek yang sama—
jutaan petani yang terinfeksi penyakit ini tewas. Akibat dari dua peristiwa ini adalah munculnya
sistem-sistem baru baik di bidang ekonomi maupun pertanian.[5]
Faktor ekonomi
Faktor lingkungan sosial budaya
Faktor fisik
Faktor pendidikan
Faktor moral
Tindakan ekonomi Rasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling
menguntungkan, dan kenyataannya demikian.
Tindakan ekonomi Irrasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling
menguntungkan namun kenyataannya tidak demikian.