Anda di halaman 1dari 6

Ekonomi 

adalah ilmu sosial yang mempelajari perilaku manusia dalam mengelola sumber daya


yang terbatas dan menyalurkannya kedalam berbagai individu atau kelompok yang ada dalam
suatu masyarakat. Istilah "ekonomi" berasal dari bahasa Yunani, yaitu οἶκος (oikos) yang artinya
"keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos) yang artinya "peraturan, aturan, hukum". Secara
garis besar, ekonomi diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga".
Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan
konsep ekonomi dan data dalam bekerja.

Arti kata[sunting | sunting sumber]


Kata "ekonomi" merupakan kata serapan dari bahasa Yunani Kuno οἰκονόμος yang bermakna
"pengelolaan rumah tangga".[1] Kata ini merupakan gabungan dari dua kata, yaitu οἶκος ("rumah")
dan νέμω ("pengelolaan; distribusi").[1] Kata ini tercatat pertama kali digunakan pada karya yang
dibuat oleh sebuah gereja pada tahun 1440 untuk menggambarkan sistem pengelolaan atau
administrasi.[1] Makna ekonomi yang banyak digunakan saat ini, yaitu ekonomi sebagai sebuah
sistem yang digunakan di sebuah negara atau wilayah, baru berkembang pada abad ke-19 atau
ke-20.[1]

Prinsip[sunting | sunting sumber]
Tindakan ekonomi dilakukan dengan memperhatikan kaidah yang disebut sebagai prinsip
ekonomi. Terdapat dua prinsip dasar dalam melakukan tindakan ekonomi. Pertama, ekonomi
dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan sebanyak mungkin dengan
memperhatikan pengeluaran sebagai bagian dari perhitungan keuntungan. Kedua, keuntungan
yang diperoleh sebisa mungkin hanya memerlukan pengeluaran sesedikit mungkin. Kedua
prinsip ini dijadikan sebagai pedoman umum untuk melakukan tindakan ekonomi. Hasil dari
penerapan prinsip ekonomi dapat diamati melalui tingkat efisiensi yang diukur melalui
perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dan pengeluaran yang diperlukan selama
kegiatan ekonomi berlangsung. Suatu tindakan ekonomi dikatakan efisien bila suatu hasil
dicapai dengan pengorbanan yang paling sesuai dan diserta dengan penghematan biaya.[2]

Cakupan[sunting | sunting sumber]
Ilmu ekonomi[sunting | sunting sumber]
Ekonomi banyak dibahas dalam sebuah ilmu khusus yang dikenal dengan nama ilmu ekonomi,
yang di dalamnya mencakup sosiologi. sejarah, antropologi, dan geografi. Beberapa bagian
ekonomi yang berupa ilmu terapan seperti produksi, distribusi, perdagangan, dan konsumsijuga
dibahas dalam ilmu lain seperti ilmu teknik, manajemen, administrasi bisnis, sains terapan,
dan keuangan. Ada banyak sektor dalam ekonomi, yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga
sektor utama yaitu sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier.

Ekonomi mikro[sunting | sunting sumber]


Ekonomi mikro merupakan cabang ilmu ekonomi yang mempelajari kegiatan-kegiatan ekonomi
dan unit-unit ekonomi dalam cakupan individual. Segala kegiatan ekonomi dinilai dari sudut
pandang individu. Dalam ekonomi mikro, individu berperan sebagai konsumen, pemilik faktor
produksi, maupun sebagai produsen. Analisis ekonomi sepenuhnya dilakukan pada peran
individu mulai dari permintaan dan penawaran hingga struktur pasar. Kegiatan analisis di dalam
ekonomi mikro secara umum terbagi menjadi tiga yaitu teori harga, teori produksi, dan teori
distribusi.

Sektor tradisional: primer, sekunder, tersier[sunting | sunting sumber]


Peta yang menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto per kapita provinsi-provinsi Indonesia pada
tahun 2008 atas harga berlaku. PDRB per kapita provinsi Kalimantan Timur mencapai Rp100 juta
manakala PDRB per kapita Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur kurang dari Rp5 juta. 
  Lebih dari Rp.l100 juta   Rp20 juta ++ - Rp.l30 juta
  Rp50 juta ++ - Rp100 juta   Rp.10 juta ++ - Rp20 juta
  Rp40 juta ++ - Rp50 juta   Rp5 juta ++ - Rp.l10 juta
  Rp.30 juta ++ - Rp40 juta   Kurang dari Rp5 juta

Termasuk dalam sektor primer adalah sektor-sektor yang memanfaatkan langsung sumber daya
alam, termasuk di dalamnya pertanian, perhutanan, perikanan, dan pertambangan.[3] Beberapa
industri manufaktur yang proses produksinya erat dengan sumber daya alam juga sering kali
dikategorikan sebagai industri di sektor ini, antara lain industri di bidang pengepakan,
penyulingan, atau pengumpulan sumber daya alam.[3] Sektor ini biasanya merupakan sektor
utama, dan berkontribusi paling besar di perekonomian negara-negara berkembang.[3] Namun,
terdapat penurunan jumlah pekerja yang beroperasi di sektor ini, baik di negara maju maupun
negara berkembang.[3] Di Amerika Serikat, tenaga kerja di sektor ini hanya mencakup sekitar 3%
dari total tenaga kerja.[3]
Dari sektor primer, bahan mentah diolah oleh sektor sekunder, yaitu sektor-sektor yang
memproduksi, dan menciptakan produk akhir yang siap dikonsumsi, antara lain sektor produksi,
dan konstruksi.[3] Sektor ini biasanya dibagi menjadi dua kategori, yaitu industri
ringan dan industri berat. Industri di sektor ini biasanya menggunakan energi yang sangat besar
untuk beroperasi serta menghasilkan limbah yang juga besar, menyebabkan timbulnya masalah
lingkungan atau polusi. Negara-negara dengan sektor sekunder besar disebut sebagai negara
industri, antara lain RRT, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Rusia.
Berbeda dengan sektor primer, dan sektor tersier yang menciptakan produk berbentuk, sektor
tersier adalah sektor jasa yang menciptakan produk tak berbentuk berupa layanan kepada
konsumennya.[3] Pelaku sektor tersier menawarkan pengetahuan dan waktunya untuk
meningkatkan produktivitas, kinjera, dan potensi di sektor-sektor lain.[3] Produknya antara lain
diberikan dalam bentuk perhatian, saran, akses, pengalaman, dan diskusi.[3]

Sektor quaterner dan quiner[sunting | sunting sumber]


Selain tiga sektor di atas, berkembang pula dua sektor baru yang disebut sebagai sektor
quaterner, dan quiner. Sektor quaterner merupakan cabang dari sektor tersier yang fokus pada
pelaksanaan aktivitas-aktivitas intelektual. Termasuk di dalamnya sektor pemerintahan, budaya,
kepustakaan, riset ilmiah, edukasi, dan informasi. Sementara itu, sektor quiner memiliki fokus
yang lebih dalam lagi, yaitu pada sektor-sektor di sektor quaterner yang menjadi pengambil
keputusan utama dalam sebuah masyarakat.

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Masa kuno[sunting | sunting sumber]
Ekonomi ada sejak manusia menciptakan, memasok, serta mendistribusikan barang atau jasa.
Sebagian besar kegiatan perekonomian kala itu berbasis pada produk-produk pertanian. Satuan
unit shekel misalnya, berawal dari satuan yang digunakan untuk mengukur berat jelai. Satuan ini
kemudian dimanfaatkan untuk mengukur berat logam mulia seperti emas, perak, dan tembaga.
Proses transaksi pun berlangsung sederhana, biasanya terjadi antara dua atau lebih orang yang
berhubungan sosial secara langsung. Sistem barter masih banyak digunakan.
Seiring dengan berkembangnya masyarakat, sistem ekonomi yang digunakan semakin
kompleks. Masyarakat Sumeria, misalnya, mengembangkan ekonomi skala besar berbasis uang
komoditas. Di tempat lain, bangsa Babilonia dan negara-kota di sekitarnya mengembangkan
sistem utang-piutang, kontrak legal, dan hukum yang berkaitan dengan praktik bisnis serta
properti pribadi.[4]

Abad pertengahan[sunting | sunting sumber]

Wabah Kematian Hitam yang menyerang Eropa pada Abad Pertengahan mengakibatkan perubahan besar
pada sistem ekonomi.
Sama seperti pada masa kuno, pada abad pertengahan kegiatan ekonomi juga masih berputar
pada perdagangan di bidang pertanian, dan barang-barang pokok, serta terjadi dalam kelompok
sosial tertutup.[5] Namun, beberapa perkembangan terjadi, antara lain munculnya kelompok-
kelompok yang memberi modal bagi individu atau kelompok lain, terutama untuk bidang
pelayaran, dan pengembangan wilayah kekuasaan.[5] Modal ini nantinya harus dikembalikan
dalam bentuk penjualan barang yang didapatkan dari negara jajahan.[5] Proses peminjaman, dan
penggantian uang ini berujung pada perintisan bank, dan munculnya ekonomi global.
[5]
 Perdagangan saham juga mulai dikenal, khususnya setelah tahun 1513 setelah pasar
saham pertama di dunia dibuka di Antwerpen.[5]
Pada abad ini, uang yang digunakan sudah berbentuk koin logam, khususnya di wilayah Eropa,
dan sekitarnya.[5] Jenis logam yang digunakan mempengaruhi nilai uang tersebut, yang paling
populer adalah tembaga, perak, dan emas.[5] Namun, mata uang yang digunakan kala itu sangat
beragam, dan semuanya berbeda-beda baik dalam segi bentuk, ukuran, berat, karat, dan
cetakannya.[5] Namun seiring dengan meningkatnya jumlah transaksi finansial, dan
berkembangnya perdagangan, perlahan mulai terjadi keseragaman dalam koin-koin logam ini,
dan memungkinkan terjadinya perdagangan antar-wilayah.[5]
Salah satu sistem yang populer digunakan kala itu adalah sistem manorial.[5] Sistem ini berpusat
pada sebuah manor, yaitu wilayah berdikari yang dikuasai oleh tuan tanah.[5] Pada sistem ini,
para petani bergantung pada tuan tanah tempat ia tinggal, khususnya dalam hal keamanan, dan
jaminan keselamatan kala melakukan kegiatan ekonomi. Sebagai gantinya para petani ini
bekerja untuk tuannya tersebut.[5]Sistem ini terutama berkembang pada abad ke-5, dan ke-6,
saat penyakit, dan bencana kelaparan akibat perang mewabah, menyebabkan banyaknya orang
yang merelakan tanah direnggut, dan lari mencari perlindungan di tempat lain.[5]
Petani merupakan pekerjaan yang paling umum.[5] Mereka tersebar di berbagai manor, mengabdi
pada tuan yang berbeda-beda.[5] Selain bertani, petani juga memelihara kambing.[5] Tugas
mengurusi kambing biasanya dilakukan oleh wanita, antara lain menggunting rambutnya,
membuat wol, dan merajut pakaian.[5] Pekerjaan lain yang juga populer adalah seniman,
termasuk mereka yang memproduksi komoditas dari kaca, kayu, tanah liat, dan besi.[5] Terdapat
pula pekerjaan dalam bentuk jasa, antara lain dokter gigi, tukang cukur, guru, dan ahli bedah.
[5]
 Selain itu ada pula kelas pedagang yang berkembang menjelang akhir abad pertengahan.
Perkembangan kelas pedagang ini mendorong majunya wilayah perkotaan.[5]
Dampak dari kemajuan ini terutama terasa pada abad ke-12, dan ke-13.[5] Meski pertanian masih
menjadi primadona, kelas pedagang mulai memiliki pengaruh besar dalam perekonomian.
[5]
 Beberapa di antaranya bahkan memiliki pengaruh politik, dan membentuk serikat.[5]Serikat ini
digunakan antara lain untuk mempengarhui kebijakan pajak.[5] Sistem serikat ini menandakan
sebuah perubahan ke arah sistem ekonomi yang lebih matang karena harga-harga serta kualitas
barang mulai diatur.[5]
Namun perkembangan ini terhambat ketika Kelaparan Besar, dan Wabah Kematian Hitam
merebak.[5] Kelaparan Besar yang terjadi pada tahun 1315 menyebabkan kekacauan terhadap
sistem agraris, yang semakin mundur, dan akhirnya mati bersamaan dengan matinya desa, dan
kota-kota kecil yang mendukungnya.[5] Kematian Hitam juga memberikan efek yang sama—
jutaan petani yang terinfeksi penyakit ini tewas. Akibat dari dua peristiwa ini adalah munculnya
sistem-sistem baru baik di bidang ekonomi maupun pertanian.[5]

Era modern awal[sunting | sunting sumber]


Dengan semakin mudahnya mendapatkan modal untuk bertualang, dan memperluas daerah
jajahan, perekonomian di negara-negara Eropa seperti Spanyol, Prancis, Britania Raya, dan
Belanda berkembang sangat pesat. Mereka kemudian mencoba melakukan kontrol, dan proteksi
terhadap perdagangan dengan membuat bea cukai. Selain karena kemudahan modal,
perekonomian Eropa juga menguat akibat meluasnya paham sekularisme yang memungkinkan
negara-negara tersebut menggunakan harta gereja yang berlimpah untuk mengembangkan
kota. Kemajuan ini diikuti dengan kemunculan proyek-proyek ekonomi besar, antara lain yang
dirintis oleh Amschel Mayer Rothschild (1773-1885). Topik ekonomi mulai terfokus pada
pengelolaan harta masyarakat atau negara.

Revolusi industri[sunting | sunting sumber]


Pada masa revolusi industri yang terjadi pada abad ke-18 dan 19, perubahan besar terjadi di
bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, dan transportasi. Hal ini mempengaruhi kondisi
sosial ekonomi, dan budaya di seluruh Eropa, Amerika Serikat, dan seluruh dunia.
Paham kapitalisme yang lebih bebas muncul menggantikan paham merkantilisme. Revolusi
industri sendiri terjadi karena peran dari berkembangnya ilmu ekonomi pada abad ini.
ilmu ekonomi saat itu dikembangkan oleh ilmuwan seperti Scotsman Adam Smith (1723-1790),
yang kini diakui sebagai ekonom pertama di dunia. Ia memperkenalkan ide bahwa harga sebuah
produk tercipta dari hasil tarik menarik antara pasokan, dan permintaan serta pembagian tenaga
kerja. Ia berpendapat bahwa motif utama dari perdagangan adalah keuntungan diri pribadi.
Paham ini kemudian menjadi basis yang dikembangkan oleh berbagai ilmuwan selanjutnya
seperti Thomas Malthus (1766-1834) yang mengembangkan ide pasokan-permintaan untuk
memecahkan masalah populasi yang berlebihan. Berkat paham ini pula, orang mulai berpikir
untuk memproduksi barang, dan jasa secara besar-besaran.

Pasca-Perang Dunia[sunting | sunting sumber]


Setelah dua Perang Dunia terjadi, dan perekonomian hancur akibatnya, pemerintah di banyak
negara mulai mencari-cari cara untuk mengontrol arah perekonomian. Beberapa ekonom
seperti Friedrich August von Hayek (1899-1992) dan Milton Friedman (1912-2006) melontarkan
ide tentang pentingnya sebuah perdagangan global yang bebas. Namun kala itu ide dari John
Maynard Keynes (1883-1946) diterima lebih luas. Keynes berpendapat bahwa pemerintah perlu
mengontrol pasar secara kuat. Keynes yakin bahwa pemerintah dapat menghapus masalah
ekonomi, dan mempercepat pertumbuhannya dengan melakukan manipulasi
terhadap permintaan agregat. Untuk menghormati pemikirannya, paham ini diberi
nama Keynesianisme.
Menurut Keynes, Ekonomi pasar tidak memiliki mekanisme untuk memastikan bahwa semua
orang bisa bekerja, akibatnya penganggurandapat terjadi. Keynes berpendapat bahwa negara
perlu melakukan intervensi, dan manipulasi terhadap permintaan, dan permintaan agregat untuk
mengurangi dampak negatif ini. Untuk melakukan hal tersebut, Keynes menekankan pentingnya
pemerintah untuk melakukan investasi. Jika pemerintah meningkatkan pengeluarannya, uang
yang beredar di masyarakat akan bertambah sehingga masyarakat akan terdorong untuk
berbelanja, dan meningkatkan permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain
itu, tabungan juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan
kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal.
Pada tahun 1950-an, perekonomian Eropa, dan Amerika berkembang secara pesat. Periode ini
disebut sebagai periode keajaiban ekonomi. Perkembangan pesat ini membawa satu jenis
ekonomi baru: ekonomi berbasis konsumsi massa. Paham ini semakin berkembang setelah John
Kenneth Galbraith (1908-2006) memperkenalkan konsep yang diberi nama ekonomi pasar
sosial pada tahun 1956.

Akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21[sunting | sunting sumber]


Tren ekonomi dunia berubah setelah perekonomian Uni Soviet yang menganut komunisme
runtuh. Banyak negara-negara Blok TImur yang berubah haluan dari komunisme ke ekonomi
berbasis pasar. Namun selain sistem ekonomi dari Barat tersebut, muncul sistem, dan konsep-
konsep ekonomi lain yang berasal dari negara non-Barat seperti RRT, Brazil, dan India. Konsep
ekonomi non-barat ini dikenal dengan Istilah "masyarakat pasca-industri", sebuah istilah yang
diperkenalkan pada tahun 1973 oleh Daniel Bell.
Perkembangan, dan penyebaran Internet sebagai media komunikasi massa juga mempengaruhi
perkembangan ekonomi khususnya setelah tahun 2000-2001. Ide tentang sebuah ekonomi
berbasis Internet, dan informasi mulai dikembangkan. Hal ini disebabkan karena internet telah
memberikan pengaruh besar pada dunia perdagangan, dan memunculkan satu bidang baru
yang disebut sebagai bisnis elektronik.

Manusia sebagai makhluk sosial dan


ekonomi[sunting | sunting sumber]
Manusia sebagai makhluk sosial, dan makhluk ekonomi pada dasarnya selalu menghadapi
masalah ekonomi. Inti dari masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah kenyataan
bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan
manusia jumlahnya terbatas. Beberapa faktor yang memengaruhi sehingga jumlah kebutuhan
seseorang berbeda dengan jumlah kebutuhan orang lain:

 Faktor ekonomi
 Faktor lingkungan sosial budaya
 Faktor fisik
 Faktor pendidikan
 Faktor moral

Tindakan, Motif dan Prinsip Ekonomi[sunting | sunting sumber]


Tindakan Ekonomi[sunting | sunting sumber]
Tindakan ekonomi adalah sebuah istilah yang mengacu pada setiap usaha manusia yang
dilandasi oleh pilihan yang paling baik, dan paling menguntungkan. misalnya: Ibu memasak
dengan kayu bakar karena harga minyak tanah sangat mahal. Tindakan ekonomi terdiri atas dua
aspek, yaitu:

 Tindakan ekonomi Rasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling
menguntungkan, dan kenyataannya demikian.
 Tindakan ekonomi Irrasional, setiap usaha manusia yang dilandasi oleh pilihan yang paling
menguntungkan namun kenyataannya tidak demikian.

Anda mungkin juga menyukai