Anda di halaman 1dari 20

PENGUKURAN RESIKO

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Manajemen Resiko
Dosen Pengampu : Dr. Dedy Afrizal, S.Sos., M.SI., M.Si

Oleh:

Riski Iqbal Saputra (2161201048)


Sertia Novita Situmorang (2161201052)
Vanesha Eiline (2061201053)

PRODI : MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI TUAH NEGERI


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telag memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
lah penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pengukuran Resiko” tepat waktu.

Makalah “Pengukuran Resiko” disusun guna memenuhi tugas dari Bapak Dr. Dedy
Afrizal, S.Sos., M.SI., M.Si selaku dosen pada mata kuliah Manajemen Resiko di STIE
Tuah Negeri Dumai. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Dedy Afrizal, S.Sos., M.SI.,
M.Si selaku dosen pada mata kuliah Manajemen Resiko. Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Dumai, April 2023

i
Kelompok 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
2.1 Pengukuran Resiko Operasional...................................................................................3
2.2 Contoh Tipe Risiko dan Teknik Pengukurannya..........................................................6
2.3 Prinsip Pengukuran Resiko...........................................................................................7
2.4 Sistem Pengukuran Risiko Perusahaan.......................................................................10
2.5 Dimensi Pengukuran Risiko........................................................................................10
2.6 Pengukuran Frekuensi Kerugian.................................................................................12
2.7 Pengukuran Kegawatan Kerugian...............................................................................13
2.8 Contoh Kasus..............................................................................................................14
BAB III.................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................15
3.2 Saran............................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Risiko merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, risiko dapat
ditafsirkan sebagai bentuk ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya
(future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini.
Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran suatu organisasi,
kerena itu risiko penting untuk dikelola. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola
risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau barangkali mengoptimalkan risiko.
Perusahaan seringkali secara sengaja mengambil risiko tertentu, karena melihat potensi
keuntungan dibalik risiko tersebut.

Dalam suatu pasar terdapat berbagai macam pembeli dengan kebutuhan dan perilaku
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, sangat sulit bagi suatu produk untuk menguasai pasar
secara keseluruhan. Targeting yang umum ditempuh adalah memilih segmen pasar tertentu
yang dapat memberikan kedudukan yang paling kuat bagi produk bersangkutan. Selain itu,
strategi pemasarpun perlu diperhatikan oleh suatu perusahaan. Strategi pemasaran
mempunyai dua kegiatan pemasaran pokok, yaitu: pertama pemilihan pasar-pasar yang
akan dijadikan sasaran pemasaran (target market) dan yang kedua merumuskan dan
menyusun suatu kombinasi yang tepat dari bauran pemasaran (marketing mix), agar
kebutuhan para konsumen dapat terpenuhi secara memuaskan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengukuran Risiko Operasional
2. Contoh Tipe Risiko dan Teknik Penggunaannya
3. Prinsip Pengukuran Risiko

1
4. Pengukuran Kegawatan dan kerugian
5. Aplikasi Pengukuran Risiko

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam makalah
ini adalah: Untuk mengetahui pengukuran, tipe, teknik penggunaan, prinsip, dan
aplikasi dari pengukuran risiko.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengukuran Resiko Operasional


Menurut Mamduh, bahwa salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional
adalah dengan menggunakan dua klasifikasi sebagai berikut:

1. Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko.


2. Tingkat keseriusan kerugian atau impact dari risiko tersebut.

Pengukuran risiko operasional dapat kita lakukan dengan menempatkan tingkatan dari
setiap bentuk risiko yang terjadi, yaitu semakin tinggi risiko maka semakin tinggi
kemungkinan untuk memperoleh return yang diharapkan (actual return), dengan asumsi
risiko dan return (pengembalian) bersifat linear. Untuk lebih jelaskan dapat kita lihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar 1 : Hubungan Expected Return dan Standar Deviasi dalam Perspektif Risiko
Operasional

Keterangan:

3
E(R) : Expected Return

σ : Standar deviasi atau simpangan baku.

Simpangan baku disini sering diartikan dengan tingkat risiko, yaitu semakin besar
simpangan bakunya, maka semakin besar risiko yang akan terjadi.

Pada gambar di atas, dapat dilihat hubungan E (R) dan σ. Dimana setiap titik-titik dan
wilayah menjelaskan:

1. Posisi I adalah dimana E(R) berada di posisi yang tertinggi dan σ juga berada di
posisi tertinggi. Dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(R), maka semakin
tinggi kemungkinan terjadinya risiko.
ex: Suatu perusahaan merencanakan untuk menambah kapasitas produksi,
maka kemungkinan untuk meningkatkan penjualan pasti akan terjadi atau
profit perusahaan akan mengalami peningkatan, namun ini juga berakibat
pada terjadinya peningkatan pada proses produksi untuk mampu
meningkatkan jumlah produksi. Jika sebelumnya perusahaan bisa
memproduksi 4.000 unit, maka sekarang harus ditingkatkan menjadi 4.700
unit.

Kondisi tersebut akan menimbulkan beberapa dampak pada risiko operasional


perusahaan seperti:

a. Mesin produksi akan mengalami masa penyusutan dengan cepat karena dipakai
dalam waktu lebih lama dan bersifat mengejar target produksi.
b. Kebutuhan bahan baku yang diperlukan akan mengalami peningkatan yang
tinggi dan tidak boleh berhenti karena akan mempengaruhi kelancaran produksi
secara tepat waktu.
c. Ketersediaan barang hasil produksi harus selalu tersedia di gudang karena
menyangkut dengan kelancaran order pesanan dari para distributor atau

4
pembeli, karena jika hal ini mengalami kemacetan, maka kepuasan konsumen
akan terganggu.

2. Posisi II adalah dimana E(R) pada rendah dan σ pada posisi tinggi.

Posisi ini mengharuskan suatu perusahaan melakukan antisipasi dan menerapkan


strategi yang maksimal guna menghindari semakin terjadinya pergerakan kenaikan risiko
secara lebih tinggi, karena semakin tingginya risiko yang terjadinya akan menyebabkan
beberapa hal pada perusahaan seperti:

a. Peningkatan kerugian perusahaan akan terus bertambah dan dana cadangan akan
banyak terkuras.
b. Jika risiko kerugian ini dibiarkan secara terus menerus, maka akan
menyebabkan perusahaan berada kondisi financial distress
c. Kredibilitas dan reputasi perusahaan akan semakin menurun karena berbagai
pihak mulai dari business partner hingga para konsumen terutama konsumen
aktual akan semakin kecewa.
d. Mampu menimbulkan risiko bankrupt.

3. Posisi III adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan σ juga berada pada
posisi rendah.

4. Posisi IV adalah dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan σ berada pada posisi
rendah.
Pada kondisi ini, ada beberapa kondisi dan situasi yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Risiko sangat sulit diprediksi tapi jika terjadi, mampu menempatkan perusahaan
pada posisi II.

5
b. Kondisi dan situasi ini terjadi pada saat risk control menjadi lemah karena
perusahaan selama ini telah terbuai oleh profit (return yang terus menerus
mengalami kenaikan.
c. Semangat kerja under pressure yang dilakukan oleh pihak manajemen
perusahaan tidak lagi seperti berada pada posisi II, dan ini dapat berdampak
pada penurunan kedisiplinan kerja serta target pekerjaan yang harus dikerjakan.

5. Posisi M adalah titik optimal untuk kondisi E(R) dan σ


Jika pihak manajemen dan shareholders menginginkan kondisi yang stabil dalam
artian safety position, maka sebaiknya memilih posisi M saja.

2.2 Contoh Tipe Risiko dan Teknik Pengukurannya


1) Risiko Pasar
Harga pasar bergerak ke arah yang tidak menguntungkan (merugikan)
Teknik Pengukuran: Value at Risk (VAR), stress testing
2) Risiko Kredit
Counterparty tidak bisa membayar kewajibannya (gagal bayar) ke perusahaan
Teknik Pengukuran: Credit rating, Creditmetrics
3) Risiko Perubahan Tingkat Bunga
Tingkat bunga berubah yang mengakibatkan kerugian pada portofolio
perusahaan
Teknik Pengukuran: Metode pengukuran jangka waktu, durasi
4) Risiko Operasional
Kerugian yang terjadi melalui operasi perusahaan (ex: sistem yang gagal,
serangan teroris)
Teknik Pengukuran: Matriks frekuensi dan signifikansi kerugian, VAR
operasional

6
5) Risiko Kematian
Manusia mengalami kematian dini (lebih cepat dari usia kematian wajar)
Teknik Pengukuran: probabilitas kematian dengan tabel moralitas
6) Risiko Kesehatan
Manusia terkena penyakit tertentu
Teknik Pengukuran: Probabilitas terkena penyakit dengan menggunakan
tabel morbiditas
7) Risiko Teknologi
Perubahan teknologi mempunyai konsekuensi negatif terhadap perusahaan
Teknik Pengukuran: Analisis skenario

Dalam bukunya berjudul Pengukuran Risiko, Prof. Dr. Adler Haymans Manurung
menyebutkan pengukuran risiko dapat dihitung dengan berbagai metode, yaitu:

 Simpangan Baku
 Durasi dan Konveksitas
 Beta – Sharpe’s Capital Asset Pricing Model
 RAROC (Risk Adjustes Return on Capital)
 Stress Testing
 Value at Risk
 Probability Default
 Teori Nilai Ekstrim
 Risiko Sistemik
 Fungsi Probabilitas Densitas

7
2.3 Prinsip Pengukuran Resiko
a. Transparansi
Prinsip ini menyaratkan agar seluruh potensi risiko yang ada pada suatu
aktivitas, khususnya transaksi dibeberkan secara terbuka. Risiko yang
tersembunyi atau disembunyikan akan menjadi sumber permasalahan
terbesar dan per definisi tidak dapat dikelola dengan baik.

b. Pengukuran yang Akurat


Prinsip ini mewakili sisi sains dari konsep Manajemen Risiko, dan
menyaratkan investasi berkesinambungan untuk berbagai teknik dan alat
yang akan digunakan sebagai syarat dari proses manajemen risiko yang kuat.

c. Informasi Berkualitas yang Tepat Waktu


Prinsip ini akan turut menentukan akurasi pengukuran dan kualitas
keputusan yang diambil. Sebaliknya, tidak terpenuhinya prinsip ini bisa
membawa manajemen pada suatu keputusan yang berisiko fatal.

d. Diversifikasi
Sistem manajemen risiko yang baik menempatkan konsep disversifikasi
sebagai sesuatu yang penting untuk dicermati. Hal ini menuntut pola
pemantauan yang konstan dan konsisten. Asumsinya adalah bahwa risiko
dapat muncul setiap saat seiring dengan perubahan siklus usaha yang terjadi
di dunia.

8
e. Independensi
Suatu kelompok manajemen risiko yang independen makin dianggap
sebagai suatu keharusan. Prinsip ini tidak sekedar bicara tentang
kewenangan dan level tanggung jawab dari kelompok manajemen risiko dan
kelompok atau unit lainnya dalam perusahaan, melainkan juga tentang visi
perusahaan dan kualitas interelasi antara kelompok manajemen risiko
dengan kelompok atau unit lainnya dan juga antar kelompok atau unit yang
melaksanakan transaksi dengan mengambil risiko tertentu.

f. Pola Keputusan yang Disiplin


Porsi sains dalam konsep manajemen risiko telah memberikan banyak
kontribusi bagi kemampuan manajemen risiko dalam melakukan
pengukuran risiko, namun kualitas keputusan tetap saja tergantung pada
bagaimana manajemen memutuskan cara terbaik untuk menggunakan alat
atau teknik tertentu dan memahami keterbatasan yang dimiliki oleh alat atau
teknik tersebut.

g. Kebijakan
Prinsip ini menyaratkan bahwa tujuan dan strategi manajemen risiko suatu
perusahaan harus bisa dirumuskan dalam sebuah kebijakan (policy), manual
dan prosedur yang jelas. Kebijakan harus secara jelas menjabarkan dan
mendefinisikan filosofi manajemen risiko perusahaan dan menyediakan
keseluruhan pendekatan yang digunakan serta organisasi dari proses

9
pengambilan risiko. Tujuan utama dari hal tersebut adalah untuk
memberikan kejelasakn mengenai proses manajemen risiko, baik untuk
pihak internal maupun eksternal, seperti regulasi dan para analisis

2.4 Sistem Pengukuran Risiko Perusahaan


Digunakan untuk mengukur eksposur risiko perusahaan sebagai acuan untuk
melakukan pengendalian. Sistem pengukuran risiko tersebut paling tidak harus dapat
mengukur:

a. Sensitivitas produk/aktivitas terhadap perubahan factor-faktor yang


mempengaruhinya
b. Kecenderungan perubahan faktor-faktor dimaksud berdasarkan fluktuasi yang
terjadi di masa lalu dan korelasinya
c. Faktor risiko secara individual
d. Eksposur risiko secara keseluruhan maupun per risiko, dengan mempertimbangkan
keterkaitan antar risiko
e. Seluruh risiko yang melekat pada seluruh transaksi serta produk perusahaan
termasuk prosuk dan aktivitas baru, dan dapat diintegrasikan ke dalam system
informasi manajemen perushaan.

2.5 Dimensi Pengukuran Risiko


Setelah berbagai tipe kerugian potensial berhasil diidentifikasi, maka untuk
keperluan penentuan cara penanggulangannya maka eksposur tersebut harus diukur.
Dimana pengukuran tersebut mempunyai dua manfaat:

1. Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko yang dihadapi

10
2. Untuk mendapatkan informasi yang sangat diperlukan oleh manajer risiko dalam
upaya menentukan cara dan kombinasi cara-cara yang paling dapat diterima/paling
baik dalam penggunaan sarana penanggulangan risiko.

Hal ini digunakan untuk menentukan relatif pentingnya risiko, untuk memperoleh
informasi yang akan menolong untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen
risiko yang cocok untuk menanganinya.

Dimensi yang harus diukur:

a. Frekuensi atau jumlah kejadian yang akan terjadi


Besarnya kemungkinan kejadian artinya berapa besar kemungkinan suatu peril
(Suatu peristiwa atau kejadian yang kejadiannya menimbulkan LOSS atau
penyebab langsung kerugian) yang dapat menimbulkan risiko dapat terjadi
dalam suatu periode.

b. Keparahan dan kerugian


Besarnya kerugian bila suatu risiko terjadi, artinya berapa besar kerugian yang
diderita bila suatu risiko terjadi. Jadi dalam hal ini tingkat kegawatan (reverity)
atau keparahan dari kerugian tersebut, sampai seberapa besar pengaruhnya
terhadap kondisi perusahaan, terutama kondisi finansialnya

Dari hasil pengukuran yang mencakup dua dimensi tersebut, paling tidak diketahui:

a) Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu periode anggaran


b) Variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode anggaran lain yang
naik-turunnya nilai kerugian dari waktu ke waktu

11
c) Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian, yaitu kerugian yang ditanggung
sendiri (diretensi), jadi tidak hanya nilai rupiahnya saja.

2.6 Pengukuran Frekuensi Kerugian


Pengukuran frekuensi kerugian potensial adalah untuk mengetahui berapa kali suatu
jenis peril dapat menimpa suatu jenis objek yang bisa terkena peril selama suatu jangka
waktu tertentu, yang umumnya satu tahun. Selanjutnya berdasarkan dimensi frekuensinya
ada empat kategori ada empat kategori kerugian, yaitu:

1) Kerugian yang hampir terjadi (“almost nil”)


Risiko yang menurut pendapat manajer risiko tidak akan terjadi atau
kemungkinan terjadinya sangat kecil atau hamper tidak mungkin terjadi
(probabilitas terjadinya mendekati nol)

2) Kerugian yang kemungkinan terjadinya kecil (“slight”)


Risiko-risiko yang tidak akan terjadi dalam waktu dekat dan di masa yang akan
dating kemungkinannya pun kecil

3) Kerugian yang mungkin (“moderate”)


Kerugian-kerugian yang mungkin bisa terjadi dalam waktu dekat di masa yang
akan datang

4) Kerugian yang mungkin sekali (“definite”)

12
Kerugian yang biasanya terjadi secara teratur, baik dalam waktu dekat maupun
di masa mendatang jadi merupakan kerugian yang hamper pasti terjadi.

2.7 Pengukuran Kegawatan Kerugian


Pengukur kerugian potensial dan dimensi kegawatan (reverity) adalah untuk
mengetahui berapa besarnya nilai kerugian, yang selanjutnya dikaitkan dengan
pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan, terutama kondisi finansialnya. Dalam mengukur
kegawatan kerugian potensial ada 3 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. kemungkinan kerugian maksimum dari setiap bahaya (peril), yaitu besarnya


kerugian terburuk dari suatu bahaya (peril)
b. probabilitas kerugian maksimum dari setiap bahaya (peril), yaitu merupakan
kemungkinan terburuk yang mungkin akan terjadi, yang besarnya lebih rendah dari
kemungkinan kerugian maksimum
c. keseluruhan (aggregate) kerugian maksimum setiap tahunnya, yang merupakan
keseluruhan kerugian total yang terbesar yang dapat menimpa perusahaan selama
suatu periode tertentu (biasanya satu tahun).

Berdasarkan dimensi kegawatannya, ada empat kategori kerugian potensial, yaitu:

1) Kemungkinan kerugian yang wajar (normal loss expectancy)


Kerugian-kerugian yang dapat dikelola sendiri oleh perusahaan ataupun oleh umum
(perusahaan asuransi).

2) Probabilitas kerugian maksimum (probable maximum loss)


Kerugian-kerugian yang dapat terjadi bila alat pengaman terhadap peril tidak dapat
berfungsi.

13
3) Kerugian maksimum yang dapat diduga (maximum foreseeable loss)
Kerugian-kerugian yang tidak dapat diatasi secara individual, jadi penanganannya
harus diserahkan kepada umum.
4) Kemungkinan kerugian maksimum (maximum possible loss)
Kerugian-kerugian yang tidak dapat diamankan, baik secara individual maupun
secara umum.

Dalam menentukan kegawatan kerugian, manajer risiko harus hati-hati dalam memasukkan
semua kerugian yang mungkin bisa terjadi akibat suatu peristiwa tertentu dan bagaimana
dampak terakhir terhadap kondisi keuangan perusahaannya. Sebab sering terjadi bahwa
yang terlihat adalah kerugian yang tidak penting (kerugian langsung), sedangkan kerugian
yang lebih penting justru yang sering sukar untuk diidentifikasi (kerugian tidak langsung).

2.8 Contoh Kasus

14
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

Arifudin, O., Wahrudin, U., & Rusmana, F. D. (2020). Manajemen risiko. Penerbit Widina.

Arta, I. P. S., SATRIAWAN, D. G., BAGIANA, I. K., LOPPIES, Y., SHAVAB, F. A.,
MALA, C. M. F., ... & UTAMI, F. (2021). Manajemen Risiko.

Darmawi, H. (2022). Manajemen risiko. Bumi Aksara.

Dewi, I. A. M. S. (2019). Manajemen Risiko.

Irdawati, I., Mardia, M., Novela, V., Basmar, E., Krisnawati, A., Simarmata, H. M. P., ... &
Kusumadewi, Y. (2021). Pengantar Manajemen Risiko Dan Asuransi. Yayasan Kita
Menulis.

Restuputri, D. P., Puspita, D., & Mubin, A. (2019). Pengukuran Risiko Kerja dan
Lingkungan Fisik pada Departemen IT dengan Menggunakan Metode Rapid Office Strain
Assessment (ROSA). Jurnal Optimasi Sistem Industri, 18(2), 125-132.

16
17

Anda mungkin juga menyukai