Anda di halaman 1dari 338

Buatlah Makalah mengenai Risiko yang terkait dengan aktivitas Bapak / Ibu dengan ketentuan :

1. Maksimal 10 halaman dengan ukuran A4 Margin atas 4cm Kiri 4cm kanan 3cm bawah 3cm spasi
1,5 huruf Times New Roman 12.
2. Jumlah 10 Halaman tidak termasuk cover, kata pengantar dan daftar isi (jika ada) dan daftar
pustaka (referensi).
3. Materi bahasan mencakup semua point materi yang telah dijelaskan (gunakan sebanyak mungkin
materi kajian yang sudah dijelaskan.
4. Tidak terdapat kesamaan isi makalah dengan peserta lain pada sesi kulian manajemen risiko
periode april 2020 kecuali jika terkait data dan tempat .
5. Nilai ditentukan dari isi makalah yang dibahas, orisinalitas dan kerapian.
6. Waktu pengerjaan adalah 2 minggu sejak tugas ini diberikan.
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

MANAJEMEN RISIKO

Oleh :

ACHMAD ASWIN

182510089

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS BINA DARMA

PALEMBANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Ujian Akhir

Semester (UAS) Mata Kuliah Manajemen Risiko dengan membuat Makalah

mengenai Risiko di Tempat Kerja. Tugas ini dibuat dalam rangka mengikuti

perkuliahan di Program Pasca Sajana – Magister Manajemen, Universitas Bina

Darma Palembang dengan mata kuliah Manajemen Risiko yang diasuh oleh Ibu

Dr. Fitriasuri, SE, MM, Ak.

Syukur Alhamdulillah walau ditengah Pandemi Virus Covid-19, penulis

dapat menyelesaikan Tugas ini walau hanya berbekal materi kuliah yang

disampaikan lewat E Learning.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis yang sudah disusun ini masih jauh

dari sempurna. Kritik, saran dan masukan yang membangun akan lebih

menyempurnakan Karya Tulis ini.Terima kasih dan semoga Karya Tulis ini

bermanfaat.

Palembang, 27 April 2020

Achmad Aswin

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................. 6

BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah
biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Resiko merupakan
bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam resiko,
seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di
musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika
resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan
berwirausaha adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif dalam
organisasi.
Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan
dari aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha atau perusahaan biasanya
berhadapan dengan resiko usaha dan resiko non usaha. Imam Ghazali dalam Kasidy,
Manajemen Resiko (2010) menyatakan bahwa, resiko usaha adalah resiko yang
berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan
memberikan nilai bagi pemegang saham. Sedangkan resiko non usaha adalah resiko
lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman,
ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah
peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang
merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir,
manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun
pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko
dalam bisnis pada masa kini.

1
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana
jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar, dan
walaupun mengalami kerugian sangat kecil sekali. Misalnya membeli lotere. Jika
beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar, tetapi jika tidak beruntung
uang yang digunakan membeli lotere relatif kecil. Apakah ini juga tergolong resiko?
Jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko. Selama mengalami kerugian walau
sekecil apapun hal itu dianggap resiko.
Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena
resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu
perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa
tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung,
material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual). Namun juga
dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama
beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya
pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang
akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner
bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran
dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah,
mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic management,
mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive
decision making dari manajemen puncak.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resiko adalah akibat yang
kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.
Resiko dalam Webster’s Desk Dictionary resiko didefinisikan sebagai suatu potensi
adanya kehilangan (Iban Sofyan, 2004)
Manajemen resiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur untuk
mengelola suatu resiko usaha. Manajemen resiko merupakan antisipasi atas semakin
kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi (Kasidy, 2010).
Definisi lain yang menjelaskan tentang pengertian resiko adalah kemungkinan
terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian. Resiko
adalah suatu kemungkinan terjadinya peristiwa menyimpang dari apa yang diharapkan,
namun penyimpangan ini baru terlihat bila sudah berbentuk kerugian (Kasidy, 2010).
Pendapat lain juga diutarakan oleh Abbas Salim dalam Kasidy (2010) Resiko
adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan kerugian (loss). Sehingga dari
beberapa definisi yang telah diutarakan, dapat diambil kesimpulan bahwa resiko adalah
sesuatu yang belum pasti namun apabila tidak ditangani dengan tepat akan
menimbulkan kerugian bagi usaha tersebut.

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. MANAJEMENT RESIKO


Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen
resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan
mitigasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber daya.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak
lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional
terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti
bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua
wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat
menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di
dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen
resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko. Sasarannya untuk
menambah nilai maksimum berkesinambungan (sustainable) organisasi. Tujuan
utama untuk memahami potensi upside dan downside dari semua faktor yang
dapat memberikan dampak bagi organisasi. Manajemen resiko meningkatkan
kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan ketidakpastian
dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan mengembangkan
proses yang bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam
mengimplementasikan. Manajemen resiko seharusnya ditujukan untuk
menanggulangi suatu permasalahan sesuai dengan metode yang digunakan dalam
melaksanakan aktifitas dalam suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan masa
depan.

4
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan
kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen
senior. Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis
dan sasaran operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta kemampuan
merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan
pekerja memandang manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi
kerja.Manajemen resiko mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja
pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi operasional dari semua
tingkatan.

3.2. SASARAN MANAJEMENT RESIKO


Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko
yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat
yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis
ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi, dan
politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen resiko melibatkan segala cara yang
tersedia bagi manusia, khususnya entitas manajemen resiko (manusia, staff,
organisasi).

3.3. KATEGORI RESIKO


Resiko menurut Kasidy (2010) dibagi menjadi dua yakni :

1. Resiko spekulatif

Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko
spekulatif kadang-kadang dikenal dengan istilah resiko bisnis (business risk).
Seseorang yang menginvestasikan dananya di suatu tempat menghadapi dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah
investasinya merugikan. Resiko yang dihadapi seperti ini adalah resiko
spekulatif.

5
2. Resiko murni

Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan
atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu
contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran, maka
perusahaan tersebut akan menderita kerugian. Kemungkinan yang lain adalah
tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya menimbulkan
kerugian, bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada kesengajaan untuk
membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni adalah sesuatu yang
hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin
menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan resiko murni adalah dengan
asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu
sebabnya resiko murni kadang dikenal dengan istilah resiko yang dapat
diasuransikan ( insurable risk ). Perbedaan utama antara resiko spekulatif
dengan resiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk resiko
spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk resiko murni
tidak dapat kemungkinan untung.

Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan. Artinya ada


kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan maupun merugikan. Jika
kedua kemungkinan itu ada, maka dikatakan resiko itu bersifat spekulatif.
Sebaliknya, lawan dari risiko spekulatif adalah resiko murni, yaitu hanya ada
kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan keuntungan. Manajer
resiko tugas utamanya menangani risiko murni dan tidak menangani risiko
spekulatif, kecuali jika adanya resiko spekulatif memaksanya untuk menghadapi
resiko murni tersebut.
Menentukan sumber resiko adalah penting karena mempengaruhi cara
penanganannya. Sumber resiko dapat diklasifikasikan sebagai resiko sosial,
resiko fisik, dan resiko ekonomi.

6
Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau
ketidakpastian dapat dibagi sebagai berikut:

1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan


2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri

3.3. MENGIDENTIFIKASI RESIKO


Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menemukan
secara sistematis dan berkesinambungan atas resiko (kerugian yang potensial)
yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan checklist untuk pendekatan
yang sistematis dalam menentukan kerugian potensial. Salah satu alternatif sistem
pengklasifikasian kerugian dalam suatu checklist adalah; kerugian hak milik
(property losses), kewajiban mengganti kerugian orang lain (liability losses) dan
kerugian personalia (personnel losses). Checklist yang dibangun sebelumnya
untuk menemukan resiko dan menjelaskan jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh
suatu perusahaan.

3.4. MENGANALISA RESIKO


Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya
kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan
probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subjektif dan lebih berdasarkan nalar
dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah
sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi.
Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yang
terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko.
Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan terjadi
suatu resiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa resiko

7
tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak kerusakan (severity) sering kali cukup
sulit untuk asset immaterial.

3.5. MONITORING RESIKO DAN EVALUASI


Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu resiko merupakan
bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen resiko
tidaklah berhenti sampai di sini saja. Praktek, pengalaman, dan terjadinya
kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan
mengenai penanganan suatu resiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor
proses dari awal mulai dari identifikasi resiko dan pengukuran resiko untuk
mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi
adanya resiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu resiko terjadi
maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.

3.6. MENGEVALUASI RESIKO


Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka
disusunlah urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko
tertinggi, sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam
resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko yang menjadi prioritas
untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas
resiko, maka perlu disusun peta resiko.

3.7. CARA PENGENDALIAN RESIKO

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi resiko
ataupun mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya

1. Melakukan tata kelola resiko secara terpadu dengan pengimplementasian


tanggung jawab dan keseuaian kompetensi masing-masing pihak yang terkait.
Misalnya seperti Dewan Komisaris, Direksi, Risk & Capital Committee

8
(RCC), unit risk management dan unit business yang telah berinteraksi dan
bersinerji secara optimal.
2. Bank Mandiri menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko, dan
digunakan sebagai laporan. Dengan demikian, dapat memusatkan
perhatiannya pada jenis-jenis resiko yang memiliki tendensi memburuk atau
melebihi kebijakan toleransi pada resiko tertentu.
3. Mempersiapkan tenaga profesionalnya di bidang resiko. Sekaligus melakukan
persiapan untuk mengimplementasikan Basel II Accord yang menjadi
penanggung jawab dari seluruh inisiatif strategis terkait kepatuhan pegawai.
4. Menetapkan kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Misalnya dengan
pemeliharaan cadangan likuiditas yang optimal, pengukuran dan penetapan
limit resiko likuiditas, merancang analisis scenario dan contingency plan,
penetapan strategi pendanaan dan mempertahankan kapasitas dana yang
cukup di pasar (Masyhud Ali, 2006

9
BAB IV

PENUTUP

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen resiko adalah suatu
proses mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk
mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia.

Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua


wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat menunjukkan
resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di dalam masing-masing
aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen resiko yang baik adalah
identifikasi dan cara mengatasi resiko

10
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M. 2006. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN


Kountur, Ronny. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur.
Hasil, 2013, Konsep Dasar Manajemen Risiko, diakses 9 April 2014, pukul 09.03,
http://sharifhaq.blogspot.com/2013/01/konsep-dasar-manajemen-resiko.html
Wikipedia, 2013, Manajemen risiko, diakses 9 April 2014, pukul 08.46,
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko
Wikipedia, 2013, Risiko, diakses 9 April 2014, pukul 09.52,
http://id.wikipedia.org/wiki/Risiko

11
MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO PADA


PERUSAHAAN AIR MINUM

Disusun oleh :

Achmad Murdiansyah (182510101)


Manajemen Risiko
Angkatan 33 / A R1

Dosen Pembimbing : Dr. Fitriasuri, SE, Ak, M.M

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan Karunia-Nyalah
saya dapat menyusun makalah ini yang berjudul “ Pengelolaan Manajemen Risiko
Pada Perusahaan Air Minum”

Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu “Dr. Fitriasuri, SE,


Ak. M.M” sebagai dosen pembimbing yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penyusun juga menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah


ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan kami sangat senang jika pembaca
dapat memberikan saran dan kritik guna memperbaiki makalah ini. Penyusun juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Palembang, 9 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian manajemen Risiko..........................................................................3
B. Konsep Risiko..................................................................................................7
C. Kategori Risiko................................................................................................10
D. Mengidentifikasi Risiko...................................................................................11
BAB III : PEMBAHASAN
Kasus Manajemen Asset Berbasis Risiko Pada Perusahaan Air Minum...............12
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................18
B. Saran.................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan
sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang.
Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi.
Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di
jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan
kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari
awal. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita
pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun dan
memperluas keuntungan kompetitif organisasi.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang
atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu
yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan
ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah
resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend
utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara
konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa
kini.
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang
dihadapi seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang
merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan
keuntungan yang sangat besar, dan walaupun mengalami kerugian sangat kecil
sekali. Misalnya membeli lotere. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah
yang sangat besar, tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli
lotere relatif kecil. Apakah ini juga tergolong resiko? Jawabannya adalah hal
ini juga tergolong resiko. Selama mengalami kerugian walau sekecil apapun
hal itu dianggap resiko.
Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu
karena resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian
di mana suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian
langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang
terbakar (misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang
siap untuk dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak
bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan
arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier
dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan
kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen
resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi
lingkungan cepat berubah, mengembangkan corporate governance,
mengoptimalkan strategic management, mengamankan sumber daya dan asset
yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive decision making dari
manajemen puncak.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelolaan manajemen risiko di perusahaan air minum?
2. Manajemen risiko apa saja yang ada di perusahaan air minum?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara pengelolaan manajemen risiko di perusahaan air
minum.
2. Untuk mengetahui risiko yang ada di perusahaan air minum.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Manajemen Resiko

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa


manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian
aktivitas manusia termasuk: penilaian resiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya dan mitigasi resiko dengan menggunakan
pemberdayaan/pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil antara
lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko,
mengurangi efek negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional terfokus pada
resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam
atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).

Menurut Vibiznews.com, manajemen resiko adalah suatu proses


mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk
mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Strategi yang dapat
digunakan antara lain mentransfer resiko pada pihak lain, menghindari resiko,
mengurangi efek buruk dari resiko dan menerima sebagian maupun seluruh
konsekuensi dari resiko tertentu.

Sedangkan menurut COSO, manajemen resiko (risk management)


dapat diartikan sebagai “a process, effected by an entity’s board of directors,
management and other personnel, applied in strategy setting and across the
enterprise, designed to identify potential events that may affect the entity,
manage risk to be within its risk appetite, and provide reasonable assurance
regarding the achievement of entity objectives.
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen
semua perusahaan. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya
dapat menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju
keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus
dari manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko.
Sasarannya untuk menambah nilai maksimum berkesinambungan (sustainable)
organisasi. Tujuan utama untuk memahami potensi upside dan downside dari
semua faktor yang dapat memberikan dampak bagi organisasi. Manajemen
resiko meningkatkan kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan
kegagalan dan ketidakpastian dalam memimpin keseluruhan sasaran
organisasi.

Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan


mengembangkan proses yang bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi
dan strategi dalam mengimplementasikan. Manajemen resiko seharusnya
ditujukan untuk menanggulangi suatu permasalahan sesuai dengan metode
yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas dalam suatu organisasi di masa
lalu, masa kini dan masa depan.

Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi


dengan kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa
manajemen senior. Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu
strategi dalam teknis dan sasaran operasional, pemberian tugas dan tanggung
jawab serta kemampuan merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi, di
mana setiap manajer dan pekerja memandang manajemen resiko sebagai
bagian dari deskripsi kerja. Manajemen resiko mendukung akuntabilitas
(keterbukaan), kinerja pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi
operasional dari semua tingkatan.

Definisi manajemen resiko (risk management) di atas dapat dijabarkan


lebih lanjut berdasarkan kata kunci sebagai berikut:

1. On going process
Manajemen resiko dilaksanakan secara terus menerus dan dimonitor
secara berkala. Manajemen resiko bukanlah suatu kegiatan yang
dilakukan sesekali (one time event).
2. Effected by people
Manajemen resiko ditentukan oleh pihak-pihak yang berada di lingkungan
organisasi. Untuk lingkungan instansi pemerintah, manajemen resiko
dirumuskan oleh pimpinan dan pegawai institusi/departemen yang
bersangkutan.
3. Applied in strategy setting
Manajemen resiko telah disusun sejak dari perumusan strategi organisasi
oleh manajemen puncak organisasi. Dengan penggunaan manajemen
resiko, strategi yang disiapkan disesuaikan dengan resiko yang dihadapi
oleh masing-masing bagian/unit dari organisasi.
4. Applied across the enterprised
Strategi yang telah dipilih berdasarkan manajemen resiko diaplikasikan
dalam kegiatan operasional, dan mencakup seluruh bagian/unit pada
organisasi. Mengingat resiko masing-masing bagian berbeda, maka
penerapan manajemen resiko berdasarkan penentuan resiko oleh masing-
masing bagian.
5. Designed to identify potential events
Manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi kejadian atau
keadaan yang secara potensial menyebabkan terganggunya pencapaian
tujuan organisasi.
6. Provide reasonable assurance
Resiko yang dikelola dengan tepat dan wajar akan menyediakan jaminan
bahwa kegiatan dan pelayanan oleh organisasi dapat berlangsung secara
optimal.
7. Geared to achieve objectives
Manajemen resiko diharapkan dapat menjadi pedoman bagi organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi


resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai
jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia,
organisasi, dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen resiko melibatkan
segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya entitas manajemen resiko
(manusia, staff, organisasi).

Dalam perkembangannya resiko-resiko yang dibahas dalam


manajemen resiko dapat diklasifikasi menjadi:

1. Resiko Operasional
2. Resiko Hazard
3. Resiko Finansial
4. Resiko Strategis

Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan manajemen


resiko terintegrasi korporasi (enterprise risk management). Manajemen resiko
dimulai dari proses identifikasi resiko, penilaian resiko, mitigasi, monitoring
dan evaluasi.

1. Mengidentifikasi resiko
Proses ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu
aktivitas usaha. Identifikasi resiko secara akurat dan kompleks sangatlah
vital dalam manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi
resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin.
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:
a. Brainstorming
b. Survey
c. Wawancara
d. Informasi historis
e. Kelompok kerja
2. Menganalisa resiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya
kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan
probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subjektif dan lebih
berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah
untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu
kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah
penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat
memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan
manajemen resiko.

Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan


terjadi suatu resiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk
beberapa resiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak kerusakan
(severity) sering kali cukup sulit untuk asset immaterial.

3. Monitoring resiko
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu resiko merupakan
bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen
resiko tidaklah berhenti sampai di sini saja. Praktek, pengalaman, dan
terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana
dan keputusan mengenai penanganan suatu resiko. Sangatlah penting
untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi resiko dan
pengukuran resiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih
dan untuk mengidentifikasi adanya resiko yang baru maupun berubah.
Sehingga, ketika suatu resiko terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai
dan diimplementasikan secara efektif.

B. Konsep Resiko

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena


kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.
Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan. Istilah resiko memiliki beberapa definisi. Resiko dikaitkan dengan
kemungkinan kejadian, atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi. Menurut Vaughan (1978) mengemukakan
beberapa definisi resiko sebagai berikut:

1. Risk is the chance of loss (resiko adalah kans kerugian)


Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan)
terhadap kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance
dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya
situasi tertentu. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah
pasti sehingga resiko tidak ada.

2. Risk is the possibility of loss (resiko adalah kemungkinan kerugian).


Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada di
antara nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam
analisis secara kuantitatif.
3. Risk is uncertainty (resiko adalah ketidakpastian).
Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty
merupakan penilaian individu terhadap situasi resiko yang didasarkan pada
pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty
akan dijelaskan pada dua definisi resiko berikut.
4. Risk is the dispersion of actual from expected results (resiko merupakan
penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan).
Ahli statistik mendefinisikan resiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu
nilai di sekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata.
5. Risk is the probability of any outcome different from the one expected
(resiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang
diharapkan)
Menurut definisi di atas, resiko bukan probabilitas dari suatu kejadian
tunggal, tetapi probabilitas dari beberapa outcome yang berbeda dari yang
diharapkan. Dari berbagai definisi di atas, resiko dihubungkan dengan
kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau
tidak terduga. Dengan kata lain, kemungkinan itu sudah menunjukkan adanya
ketidakpastian.

Konsep lain yang berkaitan dengan resiko adalah peril dan hazard.
Peril merupakan suatu peristiwa yang dapat menimbulkan terjadinya suatu
kerugian. Sedangkan hazard merupakan keadaan dan kondisi yang dapat
memperbesar kemungkinan terjadinya peril.
Hazard terdiri dari beberapa tipe, yaitu:

1. Physical hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber pada


karakteristik secara fisik dari objek yang dapat memperbesar terjadinya
kerugian.
2. Moral hazard merupakan suatu kondisi yang bersumber dari orang yang
berkaitan dengan sikap mental, pandangan hidup dan kebiasaan yang dapat
memperbesar kemungkinan terjadinya peril.
3. Morale hazard merupakan suatu kondisi dari orang yang merasa sudah
memperoleh jaminan dan menimbulkan kecerobohan sehingga
memungkinkan timbulnya perih.
4. Legal hazard merupakan suatu kondisi pengabaian atas suatu peraturan atau
perundang-undangan yang bertujuan melindungi masyarakat sehingga
memperbesar terjadinya peril.

Resiko dapat terjadi pada pelayanan, kinerja, dan reputasi dari institusi
yang bersangkutan. Resiko yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain kejadian alam, operasional, manusia, politik, teknologi, pegawai,
keuangan, hukum, dan manajemen dari organisasi.

Suatu resiko yang terjadi dapat berasal dari resiko lainnya, dan dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Resiko rendahnya kinerja suatu instansi
berasal dari resiko rendahnya mutu pelayanan kepada publik. Resiko terakhir
disebabkan oleh faktor-faktor sumber daya manusia yang dimiliki organisasi
dan operasional seperti keterbatasan fasilitas kantor. Resiko yang terjadi akan
berdampak pada tidak tercapainya misi dan tujuan dari instansi tersebut, dan
timbulnya ketidakpercayaan dari publik.

Resiko diyakini tidak dapat dihindari. Berkenaan dengan sektor


publik yang menuntut transparansi dan peningkatan kinerja dengan dana yang
terbatas, resiko yang dihadapi instansi Pemerintah akan semakin bertambah
dan meningkat. Oleh karena itu, pemahaman terhadap resiko menjadi
keniscayaan untuk dapat menentukan prioritas strategi dan program dalam
pencapaian tujuan organisasi.
C. Kategori Resiko

Resiko dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk :

1. Resiko spekulatif
2. Resiko murni
3. Resiko spekulatif

Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan


yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.
Resiko spekulatif kadang-kadang dikenal dengan istilah resiko bisnis (business
risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya di suatu tempat menghadapi
dua kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau
malah investasinya merugikan. Resiko yang dihadapi seperti ini adalah resiko
spekulatif.

Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan.
Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran,
maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian. Kemungkinan yang lain
adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya
menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada
kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni
adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-
apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan resiko
murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat
diminimalkan. itu sebabnya resiko murni kadang dikenal dengan istilah resiko
yang dapat diasuransikan ( insurable risk ). Perbedaan utama antara resiko
spekulatif dengan resiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak,
untuk resiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk
resiko murni tidak dapat kemungkinan untung.
Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan.
Artinya ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan maupun
merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada, maka dikatakan resiko itu bersifat
spekulatif. Sebaliknya, lawan dari risiko spekulatif adalah resiko murni, yaitu
hanya ada kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan
keuntungan. Manajer resiko tugas utamanya menangani risiko murni dan tidak
menangani risiko spekulatif, kecuali jika adanya resiko spekulatif memaksanya
untuk menghadapi resiko murni tersebut.

Menentukan sumber resiko adalah penting karena mempengaruhi cara


penanganannya. Sumber resiko dapat diklasifikasikan sebagai resiko sosial,
resiko fisik, dan resiko ekonomi.

Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau


ketidakpastian dapat dibagi sebagai berikut:

1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan


2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri

D. Mengidentifikasi resiko

Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk


menemukan secara sistematis dan berkesinambungan atas resiko (kerugian
yang potensial) yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan
checklist untuk pendekatan yang sistematis dalam menentukan kerugian
potensial. Salah satu alternatif sistem pengklasifikasian kerugian dalam suatu
checklist adalah; kerugian hak milik (property losses), kewajiban mengganti
kerugian orang lain (liability losses) dan kerugian personalia (personnel
losses). Checklist yang dibangun sebelumnya untuk menemukan resiko dan
menjelaskan jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh suatu perusahaan.

Perusahaan yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan


dinamis, maka diperlukan metode yang lebih sistematis untuk mengeksplorasi
semua segi. Metode yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

1. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)


2. Metode laporan Keuangan (financial statement methode
3. Metode peta aliran (flow-chart)
4. Inspeksi langsung pada objek
5. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
6. Catatan statistik dari kerugian masa lalu
7. Analisis lingkungan

Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin,


peralatan, lingkungan kerja, kebiasaan pegawai dan seterusnya, manajer resiko
dapat mempelajari kemungkinan tentang hazard. Oleh karena itu,
keberhasilannya dalam mengidentifikasi resiko tergantung pada kerja sama
yang erat dengan bagian-bagian lain yang terkait dalam perusahaan.

Manajer resiko dapat menggunakan tenaga pihak luar untuk proses


mengidentifikasikan resiko, yaitu agen asuransi, broker, atau konsultan
manajemen resiko. Hal ini tentunya memiliki kelemahan, di mana mereka
membatasi proses hanya pada resiko yang diasuransikan saja. Dalam hal ini
diperlukan strategi manajemen untuk menentukan metode atau kombinasi
metode yang cocok dengan situasi yang dihadapi.
BAB III

PEMBAHASAN

Kasus Manajemen Asset Berbasis Resiko Pada Perusahaan Air Minum

Air bersih atau air minum sangat penting artinya bagi kehidupan
manusia. Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World
Water Forum II di Denhaag, Belanda tahun 2000, memproyeksikan bahwa
pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di beberapa negara. Krisis air dapat saja
terjadi di Indonesia apabila pemerintah dan perusahaan air minum tidak dapat
secara maksimal mengelola asset utamanya.

Berbagai permasalahan yang dihadapi perusahaan air minum saat ini,


seperti: tingginya tingkat kebocoran air yang diproduksi, kapasitas produksi
yang belum terpakai, biaya operasional/pemeliharaan untuk menghasilkan air
bersih setiap meter kubiknya masih lebih tinggi atau sama dengan harga jual
air setiap meter kubiknya, belum dapat terpenuhinya kebutuhan masyarakat
akan air minum bersih, baik secara kuantitas maupun kualitas, konflik
perebutan air baku yang melintasi dua atau lebih pemerintah daerah, adanya
daerah yang tidak menyediakan pengaturan air baku, adanya penggundulan
hutan di kawasan daerah aliran sungai, kesulitan keuangan, terbelit hutang yang
cukup besar dan tidak mampu membayar hutang sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan, bahkan tidak sedikit dari perusahaan air minum yang ada, jika
ditinjau dari posisi keuangan perusahaan sudah dalam keadaan pailit
mencerminkan belum maksimalnya pengelolaan asset utama perusahaan air
minum.

Bagi perusahaan air minum, infrastruktur air minum merupakan asset


utama yang nilainya signifikan. Oleh karena itu, harus dikelola secara baik
mulai sejak perencanaan kebutuhan, penyediaan dana, pengadaan asset,
pengoperasian, pemeliharaan, hingga pada pemusnahan asset.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, manajemen asset merupakan


asset merupakan suatu proses untuk menghasilkan nilai maksimal bagi semua
stakeholder perusahaan dari pengelolaan asset fisik yang dimiliki perusahaan,
baik untuk kepentingan bisnis maupun kepentingan umum, dengan
menyeimbangkan kinerja operasional dari asset dengan biaya siklus hidup dan
profil resikonya. Manajemen berbasis resiko lebih menekankan pada proses
mengelola asset fisik yang sangat besar dan berhubungan dengan resiko-resiko
yang melekat pada proses tersebut dengan melibatkan penerapan proses
manajemen resiko terhadap asset utama perusahaan untuk mengidentifikasi dan
mengelola penyebab utama kegagalan pencapaian sasaran perusahaan.
Penerapan proses manajemen resiko dapat dilakukan pada seluruh aktivitas
bisnis perusahaan air minum atau secara khusus lebih menekankan pada
aktivitas manajemen asset perusahaan (setiap aktivitas lifecycle asset
management). Tujuan dari diterapkannya proses manajemen resiko adalah
tidak hanya untuk memberikan perlindungan dan kesinambungan aktivitas
bisnis inti dan jasa yang penting, tetapi juga memenuhi kewajiban hukum;
menjaga kesehatan pekerja dan masyarakat; perlindungan lingkungan;
beroperasinya dan perlindungan asset pada biaya rendah; dan rencana
kontijensi untuk situasi darurat bila terjadi rencana alam.

Proses manajemen resiko meliputi tahapan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi resiko
Resiko merupakan peristiwa yang menghambat pencapaian tujuan
perusahaan. Seluruh resiko yang mungkin terjadi dan berdampak negative
bagi perusahaan secara signifikan harus terlebih dahulu diidentifikasi. Pada
perusahaan air minum resiko yang mungkin terjadi adalah:
a. Ketidaktersediaan air di sumber air dapat terjadi karena kegagalan pada
struktur sumber air, kekeliruan dalam memperkirakan hasil/kapasitas
penyimpanan, kualitas sumber air yang tidak memenuhi syarat, dan
kegiatan operasional yang tidak tepat.
b. Kehilangan air yang sebenarnya (real loss) dapat terjadi karena adanya
penguapan air di tempat penyimpanan (storage evaporation), dan
kebocoran (leakage) seperti kebocoran pada pipa jaringan distribusi,
dan tempat penyimpanan air/reservoir.
c. Kehilangan air yang jelas terlihat (apparent loss) dapat terjadi karena
adanya pengukuran meteran yang tidak akurat (inaccurate metering)
seperti alat kalibrasi meteran yang tidak akurat, alat meteran yang sudah
tua, alat meteran yang berputar rendah, dan adanya pemakaian air yang
tidak terukur dengan meteran (unmetered usage) seperti pemakaian
yang tidak dibenarkan (pemakaian untuk irigasi yang tidak illegal,
pemakaian hidran yang tidak illegal, sambungan pipa yang tidak illegal)
dan pemakaian yang dibenarkan (pemadam kebakaran, pekerjaan jalan,
dan taman).
d. Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena pembuangan air limbah
yang tidak terkendali dari kegiatan pemeliharaan atau kegagalan
jaringan pipa.
e. Terganggunya keselamatan dan kesehatan masyarakat pengguna air
minum dapat terjadi karena kerusakan peralatan dan tercemarnya
sumber air minum/produksi air minum selama pembangunan,
pemeliharaan, atau pengoperasian infrastruktur penyedia air.
f. Kenaikan harga asset infrastruktur penyedia air dapat terjadi karena
kenaikan tingkat inflasi, kenaikan nilai tukar mata uang asing terhadap
rupiah, dan kenaikan harga bahan bakar minyak.
g. Kenaikan tingkat suku bunga pinjaman dapat terjadi karena kondisi
perekonomian nasional yang tidak baik.
2. Menganalisis Resiko
Setelah seluruh resiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran
tingkat kemungkinan dan dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan
setelah mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran
resiko dilakukan menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif,
semi kualitatif, atau kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat
kejadian peristiwa dan dampak kerugian yang ditimbulkannya.
3. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka
disusunlah urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko
tertinggi, sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk
dalam resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko yang
menjadi prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya
tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu disusun peta resiko.

4. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana
tindakan untuk meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan
personel yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tindakan.
Cara menangani resiko berupa memindahkan resiko melalui asuransi dan
kontrak kerja kepada pihak ketiga, mengurangi tingkat kemungkinan
terjadinya resiko dengan cara menambah/meningkatkan kecukupan
pengendalian internal yang ada pada proses bisnis perusahaan, dan
mengeksploitasi resiko bila tingkat resiko dinilai lebih rendah
dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa yang akan terjadi.
Pemilihan cara menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan
biaya dan manfaat, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan
rencana tindakan lebih rendah daripada manfaat yang diperoleh dari
pengurangan dampak kerugian resiko.

Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan


ditangani dimasukkan ke dalam register resiko yang memuat informasi
mengenai nama resiko, uraian mengenai indikator resiko, faktor pencetus
terjadinya peristiwa yang merugikan, dampak kerugian bila resiko terjadi,
pengendalian resiko yang ada, ukuran tingkat kemungkinan/dampak
terjadinya resiko setelah mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan
rencana tindakan untuk meminimalisir tingkat kemungkinan/dampak
terjadinya resiko, serta personil yang bertanggung jawab melakukannya.

5. Memantau Resiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan resiko
baru bagi perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya
resiko, dan cara penanganan resikonya. Sehingga setiap resiko yang
teridentifikasi masuk dalam register resiko dan peta resiko perlu dipantau
perubahannya.
6. Mengkomunikasikan Resiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan
resiko dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan
terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan untuk memastikan
bahwa tujuan manajemen resiko dapat tercapai sesuai dengan keinginan
pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan berasal dari
internal perusahaan (manajemen, karyawan) dan eksternal perusahaan
(pemasok, pemerintah daerah/pusat, masyarakat sekitar lingkungan
perusahaan, dan konsumen air bersih).
Walaupun penerapan proses manajemen resiko pada perusahaan air minum
di Indonesia khususnya perusahaan daerah air minum belum ada peraturan
hukumnya, namun karena manajemen resiko merupakan praktik terbaik
(best practice), maka seharusnya sudah mulai diterapkan secara sistematis,
terintegrasi, dan melekat pada setiap aktivitas bisnis perusahaan air minum,
khususnya pada aktivitas manajemen asset.
Agar manajemen resiko dapat diterapkan dengan baik, maka perlu
disiapkan segala infrastruktur manajemen resiko antara lain: pedoman
manajemen resiko (kebijakan, pedoman umum, prosedur, dan formulir),
struktur organisasi manajemen resiko (tugas, wewenang, tanggung jawab
personil untuk melaksanakan manajemen resiko), dan sistem informasi
pelaporan/pemantauan pelaksanaan manajemen resiko.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen asset merupakan aktivitas yang dilakukan oleh
manajemen yang tidak terlepas dari resiko. Manajemen asset berbasis resiko
lebih menekankan pada proses mengelola asset fisik yang sangat besar dan
berhubungan dengan resiko yang melekat pada proses tersebut dengan
melibatkan penerapan proses manajemen resiko terhadap asset utama
perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengelola penyebab utama kegagalan
pencapaian sasaran perusahaan.
Penerapan proses manajemen resiko dapat dilakukan pada seluruh
aktivitas bisnis perusahaan air minum atau secara khusus lebih menekankan
pada aktivitas manajemen asset perusahaan (setiap aktivitas lifecycle asset
management).
Walaupun penerapan manajemen resiko pada perusahaan air minum
di Indonesia khususnya perusahaan daerah air minum belum ada peraturan
hukumnya, namun karena manajemen resiko merupakan praktik terbaik (best
practice) maka seyogyanya sudah mulai dapat diterapkan secara sistematis,
terintegrasi, dan melekat pada setiap aktivitas bisnis perusahaan air minum,
khususnya pada aktivitas manajemen asset sehingga tujuan manajemen asset
dapat tercapai.
Manajemen asset berbasis resiko kiranya dapat menjadi salah satu
solusi dalam rangka memaksimalkan pengelolaan asset perusahaan air minum.
B. Saran
Baiknya setiap perusahaan memang harus menerapkan manajemen
risiko yang fungsinya untuk mencegah dampak berkelanjutan dari risiko yang
terjadi di perusahaan. Apalagi perusahaan air minum sangat harus menerapkan
manajemen risiko terutama yang berhubungan dengan kualitas air agar tetap
terjaga dengan baik untuk masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

S/NZS 4360:2004, Australian/New Zealand Standard Risk Management, Joint


Technical Committee OB-007 Risk Management, 31 Agustus 2004.

Artikel “Landasan Teori Asset Manajemen”, Website Manajemen Asset, 2007.

Artikel “Lifecycle Asset Management” Website Manajemen Asset, 2007.

Artikel “Risk Based Enterprise Asset Management”, Capgemini, Website 2007.

Artikel “Sumber Daya Air”, Website Bappenas.

Artikel “Sumbang Pikir dalam PDAM Rescue”, Kepala Bidang Rencana dan
Evaluasi Pusat Pengembangan Investasi BAPEKIN, Website 2007.

Artikel “Water Infrastucture”, Website GAO, Maret 2004.

Slide “Pengantar Pengelolaan Asset (Infrastruktur)”, Gary Mc Lay, Website, 2 Juni


2006.

Darmawi, Herman. Manajemen Resiko. Bumi Aksara, 2005.

Chapman, Christy. Bringing ERM into Focus. Internal Auditor, June 2003

Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission.


What is COSO: Background and Events Leading to Internal Control-
Integrated Framework. 1992

Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December 1997 The
Institute of Internal Auditors. Internal C

Vaughan, Emmet. Fundamental of Risk and Insurance. 2nd, John Willey, 1978
MANAJEMEN RISIKO
Study Kasus pada Perusahaan Sektor Kehutanan
(Hutan Tanaman Industri - HTI)

UAS
Mata Kuliah: Manajemen Risiko SDM
Dosen: Dr. Fitriasuri, S.E., M.M., Ak

AGUNG SETYABUDI
NIM: 1 8 2 5 1 0 0 9 0
Kelas: MM - 33 – Reguler 2

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS BINA DARMA

PALEMBANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah sebagai
pemenuhan Ulangan Akhir Semester ( UAS ) mata kuliah Manajemen Risiko
Sumber Daya Manusia dengan Tema “ Manajemen Risiko ; Study Kasus Pada
Perusahaan Sektor Kehutanan (Hutan Tanaman Industri)” dengan dosen
pengajar Ibu Dr. Fitriasuri, S.E., M.M., Ak.
Syukur Alhamdulillah, dengan kerja keras dan semangat luar biasa dengan
aktifitas yang dihadapi sehari hari yang cukup tinggi, penulisan makalah sebagai
Ulangan Akhir Semester ( UAS ) mata kuiah Manajemen Risiko ini dapat kami
selesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa karya tulis yang sudah kami susun ini masih jauh
dari sempurna. Kritik, saran dan masukan yang membangun akan lebih
menyempurnakan karya tulis kami ini. Terima kasih. Semoga bermanfaat.

Palembang, 28 April 2020

Agung Setyabudi

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan Makalah ......................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3


2.1. iPengertian Resiko ...................................................................... 3
2.2. iPengertian Manajemen Resiko ................................................. 3
2.3. Tujuan Manajemen Resiko ......................................................... 4
2.4. Metode Manajemen Risiko ........................................................ 4
2.5. Cara-cara Manajemen Risiko...................................................... 5
2.6. Manajemen Risiko di Sektor Kehutanan (Perusahaan Hutan
Tanaman Industri)....................................................................... 6

BAB III STUDY KASUS dan PEMBAHASAN ............................................ 7


3.1. Pengertian Hutan Tanaman Industri ............................................. 7

BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 8


4.1. Kesimpulan .................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persaingan usaha jasa / industri kehutanan pada era globalisasi sangat
ketat, disamping akibat hadirnya investor asing ke pasar domestik, juga tuntutan
transparansi sebagai ciri dari globalisasi akan menguat. Untuk masuk pasar global,
tidak dapat asal masuk, namun yang terpenting adalah adanya perubahan cara
berpikir, yaitu dari cara berpikir lokal menjadi cara berpikir global. Industri sector
kehutanan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko tinggi dalam
menjalankan roda bisnisnya.

Berbagai penyebab utama munculnya berbagai resiko pada perusahaan


sektor kehutanan khususnya yang bergerak pada bidang hutan tanaman industri
adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik kegiatan yang bersifat unik,
lokasi kerja yang yang sangat luas dengan topografi yang berbeda beda, terbuka
dan dipengaruhi cuaca, dan dalam waktu yang berkelanjutan secara terus menerus
dengan pola intensifikasi usaha, dinamis dan menuntut ketangguhan para pekerja,
serta banyaknya penggunaan alat-alat kerja mekanis yang menuntut keahlian dan
kewaspadaan dalam bekerja. Potensi Resiko pada usaha sektor kehutanan
khususnya Hutan Tanaman Industri tak dipungkiri bisa saja terjadi.

Adapun potensi risiko yang bisa saja terjadi dalam setiap aktifitasnya
yang dijalankan oleh perusahaan hutan tanaman industri. Aktifitas tersebut
meliputi dari kegiatan pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan
tanaman, perlindungan hutan, pemanenan, pengangkutan kayu serta kegiatan
pendukung mulai dari kegiatan berkaitan dengan dukungan workshop / bengkel ,
konstruksi jalan, kegiatan administrasi pendukung dan banyak aktifitas lainnya
perlu dikelola. Manajemen risiko perlu diterapkan dengan tujuan untuk mengelola
risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau bahkan justru dapat mengoptimalkan
risiko.

1
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
membuat makalah dengan tema Manajemen Risiko ; Study Kasus Pada
Perusahaan Sektor Kehutanan ( Hutan Tanaman Industri )”

1.2 Tujuan Penulisan Makalah


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami pengertian Manajemen Risiko
2. Mengetahui tujuan dari Manajemen Risiko
3. Mengetahui metode dalam Manajemen Risiko
4. Mengetahui cara cara dalam melakukan Manajemen Risiko
5. Mengetahui kegunaan dari Manajemen Risiko bagi Perusahaan
6. Mengetahui bagaimana Manajemen Risiko di Perusahaan Sektor Kehutanan,
khususnya pada perusahaan Hutan Tanaman Industri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Risiko.


Risiko adalah sebuah kepastian. Setiap orang pasti akan menemui
hal tersebut, tak terkecuali kita dan perusahaan kita bekerja. Risiko tentu dapat
memberikan bahaya tersendiri bagi siapa yang menghadapinya, termasuk kita
dan perusahaan perusahaan tempat bekerja. Risiko merupakan kata yang sudah
kita dengar hampir setiap hari. Biasanya kata tersebut mempunyai konotasi yang
negatif, sesuatu yang tidak kita sukai, sesuatu yang ingin kita hindari. Berbagai
macam pengertian dan definisi, misal: 1). Kerugian yang tidak diharapkan, 2).
Penyimpangan dari yang diharapkan, 3). Kejadian yang tidak menguntungkan.
Ukuran dari suatu risikopun bermacam-macam, tergantung definisi dan
karakteristik risiko, misal standar deviasi, probabilitas, dll.
Risiko bisa dihadapi atau dihindari. walau begitu, menghadapi atau
menghindari risiko tersebut, tidak bisa sembarangan, apalagi jika menyangkut
perusahaan tempat kita bekerja. Perlu sebuah cara khusus untuk menghadapi
dan menghindari hal tersebut. Manajemen risiko adalah caranya. Dengan cara
tersebut, perusahaan bisa menghadapi serta menghindari segala risiko yang ada,
entah risiko dalam masalah kecelakaan kerja, risiko operasional, keuangan,
kesejahteraan karyawan, risiko kredit, risiko likuiditas dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan perusahaan. Dengan mengelola / memanajemen risiko,
perusahaan pun bisa mendapatkan sejumlah keuntungan.

2.2 Pengertian Manajemen Risiko


Jika risiko tersebut menimpa suatu organisasi, maka organisasi
tersebut bisa mengalami kerugian yang signifikan. Dalam beberapa situasi,
risiko tersebut bisa mengakibatkan kehancuran organisasi. Karena itu risiko
penting untuk dikelola.
Secara sederhana, manajemen risiko adalah proses merencanakan,
mengatur, dan mengendalikan kegiatan usaha yang mengandung risiko di
dalamnya. Dengan melakukan manajemen risiko, perusahaan dapat
meminimalisir risiko yang bisa jadi dihadapi oleh perusahaan, Manajemen
risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau
3
barangkali mengoptimalkan risiko. Perusahaan seringkali secara sengaja
mengambil risiko tertentu, karena melihat potensi keuntungan dibalik risiko
tersebut. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses
berikut: 1). Identifikasi risiko, 2). Evaluasi dan pengukuran risiko, dan 3).
Pengelolaan risiko.
Adapun pengelolaan / manajemen risiko dapat dilakukan dengan
beberapa tehnik, diantaranya adalah: 1) Penghindaran tisiko (Risk Avoidance),
2). Pengendalian risiko (Risk Control), 3). Penanggungan atau Penahanan tisiko
(Risk Retention), 4). Pengalihan risiko (Risk Transfer) 5). Pendanaan risiko
Ada beberapa sektor yang termasuk dalam ranah manajemen risiko
meliputi: 1). Risiko kerusakan property dan kewajiban (liabilities), 2). Risiko
Kematian, 3). Risiko Kecelakaan dan Kesehatan Kerja, 4). Risiko Tingkat
Bunga, 5). Risiko Pasar, 6). Risiko Kredit, 7). Risiko operasional, 8). Risiko
Hukum, dan banyak risiko lainnya yang dihadapi dalam keseharian perusahaan.

2.3 Tujuan Manajemen Risiko


Beberapa tujuan yang bisa dicapai perusahaan dalam melakukan
manajemen risiko, meliputi:
1) Melindungi perusahaan dari risiko ekonomi yang merugikan.
2) Melindungi rencana keuangan tetap lancar dan tak terganggu.
3) Menjaga penghasilan yang didapat perusahaan, sehingga penghasilan
tersebut bisa dipakai untuk hal-hal yang penting

2.4 Metode Manajemen Risiko


Ada dua metode dalam manajemen risiko. Pengendalian risiko dan
pendanaan risiko adalah sebagai contohnya. Kedua metode tersebut lalu terbagi
lagi menjadi beberapa macam. Pengendalian risiko terbagi lagi menjadi lima
macam, yaitu:

4
1) Risk Avoidance: merupakan metode yang dilakukan dengan cara
menghindari hal-hal yang menimbulkan risiko.
2) Segregation: metode ini dilakukan dengan cara memisahkan orang
atau barang yang dapat menyebabkan kerugian.
3) Loss Prevention: adalah metode manajemen risiko yang dilakukan
dengan cara melakukan pencegahan terhadap suatu risiko.
4) Loss Reduction: metode ini dilakukan dengan mengurangi dampak
kerugian yang terjadi pada suatu hal.
5) Non-Insurance Transfer: ini merupakan metode manajemen risiko
yang dilakukan dengan memindahkan risiko ke pihak lain, dengan
catatan bahwa pihak lain tersebut siap menanggung risikonya dan
bersedia tidak diberi asuransi oleh perusahaan.

Sementara itu, pendanaan risiko terbagi atas dua macam, yaitu:

1) Risk Transfer: metode pendanaan dan manajemen risiko ini sebetulnya


mirip dengan non-insurance transfer. Bedanya, metode satu ini
mengharuskan perusahaan memberi asuransi kepada pihak lain yang
menanggung risiko.
2) Risk Retention: merupakan metode pendanaan dan manajemen risiko
yang dilakukan dengan cara memberi ganti rugi kepada suatu risiko.

2.5 Cara-cara Manajemen Risiko


Manajemen risiko tidak bisa dilakukan begitu saja. Perlu sejumlah
cara untuk melakukannya. Adapun cara-cara tersebut adalah:

1) Catat apa saja hal-hal yang dapat memunculkan risiko.


2) Setelah mencatat semuanya, kemudian harus mengurutkan risiko
tersebut satu persatu. Urutkanlah mulai dari risiko yang paling rendah
hingga risiko yang paling tinggi.
3) Sesudah didata dan diurutkan, kita lakukan kontrol atas hal-hal yang
mengandung risiko tersebut. Untuk mengontrolnya, kita bisa
menggunakan berbagai macam pengendalian risiko (seperti loss

5
prevention atau loss reduction). Bila tidak, kita juga bisa
menggunakan salah satu atau semua metode pendanaan risiko.
4) Terus amati hal-hal berisiko tersebut. Sesudah itu, di-evaluasi hal-hal
tersebut, agar didapati apakah risiko-risiko tersebut berhasil ditangani
dan dihindari, atau justru malah sulit untuk diatasi. Mengevaluasi
semua risiko yang didapati perusahaan sendiri dapat dijadikan acuan
oleh kita dan perusahaan, agar kita dan perusahaan bisa lebih baik ke
depannya.

2.6. Manajemen Risiko di Perusahaan Sektor Kehutanan, (Pada


Perusahaan Hutan Tanaman Industri)

Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah perusahaan kehutanan yang


memproduksi tanaman dengan menerapkan budidaya kehutanan untuk
memenuhi bahan baku industri. Dalam aktivitasnya di sektor hutan tanaman
industri, meliputi kegiatan pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman,
perlindungan hutan, pemanenan kayu, pengangkutan hasil panen termasuk juga
didalamnya adalah investasi modal maupun investasi kewajiban hukum yang
berkaitan dengan pembangunan hutan tanaman industri. Penerapan manajemen
risiko bila diterapkan dengan baik akan memberikan keuntungan dan manfaat
bagi perusahaan, diantaranya:

1) Sebagai alat analisis bagi starategi perusahaan Hutan Tanaman Industri


2) Akan memudahkan dalam pengambilan keputusan-keputusan dalam
pengelolaan perusahaan hutan tanaman industri
3) Membantu sebagai dasar perencanaan keuangan yang disusun dapat
terkontrol dengan baik
4) Dapat digunakan sebagai alat kontrol dalam memenuhi kebutuhan
perusahaan berdasarkan peluang dan potensi / faktor risiko yang bisa
muncul.
5) Dapat membantu meningkatkan produktivitas perusahaan, karena dalam
bertindak perusahaan hutan tanaman industri dengan penuh kehati-hatian
dengan mempertimbangkan potensi / faktor risiko.

6
BAB III

STUDY KASUS dan PEMBAHASAN


MANAJEMEN RISIKO PADA PERUSAHAAN
HUTAN TANAMAN INDUSTRI

3.1. Pengertian Hutan Tanaman Industri (HTI)


Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah perusahaan kehutanan yang
memproduksi tanaman dengan menerapkan budidaya kehutanan untuk memenuhi
bahan baku industri. Aturan khusus tentang tipe hutan ini diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1990 tentang Hak Pengusahaan
Hutan Tanaman Industri. Berdasarkan peraturan tersebut, HTI merupakan hutan
tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan
produksi dengan menerapkan silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku industri hasil hutan.
Tidak sembarang orang atau perusahaan yang boleh memanfaatkan hasil
hutan dari HTI. Setiap yang ingin memanfaatkannya harus memiliki Izin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Tanaman Industri (IUPHHK-HTI).
Hasil industri dari hutan ini digunakan untuk membantu, menyediakan, dan
memudahkan manusia dalam berbagai bidang. HTI diberdayakan sebagai upaya
untuk mencapai pemenuhan kebutuhan bahan baku industri.
Secara spesifik, Direktorat Bina Pembangunan Hutan Tanaman pada tahun
2009 menyatakan tujuan dibangunnya HTI sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan bahan baku industri berupa perkayuan
b. Meningkatkan produktivitas sebagai hutan produksi
c. Menyediakan lapangan usaha dan lapangan kerja
d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
e. Memberdayakan masyarakat khususnya daerah hutan agar lebih
sejahtera secara ekonomi
f. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup
g. Mendorong daya saing produk dalam negeri khususnya bahan baku
industri kayu seperti pulp, kayu lapis, kertas, penggergajian, mebel,
kayu pertukangan, dan lain-lain

7
h. Menciptakan hasil industri hutan untuk kebutuhan masyarakat dalam
negeri serta untuk ekspor ke luar negeri
i. Meningkatkan devisa dan nilai tambah
Dalam pengelolaan hutan tanaman industri ini, salah satunya
dilaksanakan oleh suatu peusahaan yang secara profesional, sehingga apa yang
menjadi tujuan negara dan tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Dalam
pengelolaannya banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh
perusahaan, untuk itu suatu perusahaan tersebut harus mempersiapkan dan
menerapkan manajemen perusahaan yang baik, termasuk didalamnya adalah
penerapan manajemen risiko guna mendukung tercapainya tujuan perusahaan
yang tertuang dalam Visi dan Misi perusahaan. Adapun Visi dan Misi
Perusahaan HTI adalah:.
 Visi : Menjadi perusahaan indutri tanaman terdepan yang berkelanjutan
dengan selalu meningkatkan kapasitas pertumbuhan tegakan, kualitas
karyawan, sistem dan struktur dengan tujuan mengamankan lahan dan
memaksimalkan hasil kayu untuk memuaskan pelanggan.
 Misi : Menghutankan kembali lahan yang tidak produktif dan mengelola
menjadi hutan tanaman yang tinggi produktivitasnya secara berkelanjutan
seraya memperbaiki biodiversitas dan lingkungan, untuk menghasilkan
kayu dan hasil hutan lainnya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sekitarnya.

Sebagai suatu perusahaan profesional, perusahaan hutan tanaman industri


telah mengikuti berbagai sertifikasi, baik yang bersifat mandatory (wajib)
maupun voluntary (sukarela), diantaranya: 1). Sertifikasi Proper – Penilaian
Kinerja dalam Pengelolaan Lingkungan, 2). Sertifikasi Sistem Manajemen
Lingkungan 14001 – 2005, 3). Sertifikasi ISO 14001-2002, 4). Sertifikasi
Forest Management for Controlled Wood, 5). Sertifikasi Pengelolaan Hutan
Secara Lestari. Sehingga perusahaan telah menjalankan manajemen secara
baik, termasuk di dalamnya adalah manajemen risiko.

8
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Setiap organisasi / perusahaan dalam setiap pengelolaannya pasti memiliki
tujuan, sasaran dan strategi perusahaan, yang tertuang dalam visi dan misi, serta
policy & strategy sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai sehingga akan
memberikan nilai bagi perusahaan. Untuk memastikan tujuan perusahaan dapat
tercapai, maka perusahaan harus dikelola / di-manage dengan baik, termasuk di
dalamnya adalah manajemen risiko.
Perusahaan Hutan Tanaman Industri, dimana perusahaan ini bergerak di
sektor kehutanan, dengan sistem pengelolaan yang intensif dan berkelanjutan guna
memenuhi kebutuhan industry pulp & paper, sistem pengelolaannya telah
dijalankan dengan baik, apalagi perusahaan Hutan Tanaman Industri tersebut telah
mengikuti berbagai sertifikasi, sehingga sistem manajemennya telah berjalan
dengan baik termasuk didalamnya adalah sistem manajemen risikonya guna dapat
menjalankan industri secara berkelanjutan dengan memberikan nilai yang tinggi
bagi perusahaan, stake-holder yang terlibat, bahkan juga nilai bagi keberlangsungan
lingkungan hidup.
Faktor-faktor tersebut diatas harus dapat diindentifikasi, dikelola dan
dirancang guna mengantisipasi potensi risiko yang bakal terjadi baik pada sisi
karyawan, operasional, perusahaan, lingkungan, hukum dan lainnya sehingga
keberlanjutan perusahaan tetap terjaga dan memberikan nilai yang tinggi dengan
potensi risiko sekecil mungkin atau bahkan dapat dihindari dan justru dapat
memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Salam Rimba,

Lestari Hutanku

No Forest No Future

9
DAFTAR PUSTAKA

Fitriasuri, 2020. Materi Perkuliahan Manajemen Risiko. Palembang; Universitas


Bina Darma.

Hariyadi, 2015. Kebijakan Mitigasi Perubahan Iklim Sektor Kehutanan,


Menyongsong RPJMN 2015-2019 di Propinsi Papua dan Aceh. Politica
Vol. 6 No. 2.

Karunianti, Arum, 2019. Hutan Tanaman Industri: Pengertian, Tujuan, Dampak,


dan Peraturan.

Lokobal, Arif. 2014. Manajemen Risiko Pada Perusahaan Jasa Pelaksana


Konstruksi di Propinsi Papua (Study Kasus di Kabupaten Sarmi). Jurnal
Ilmiah Media Engineering Vol.4 No.2,

NN., 2016. Bisnis Kehutanan Harus Jadi Sektor Unggulan Strategis, Nomor: SP.
103 /HUMAS/PP/HMS.3/10/2016

10
TUGAS

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Mata Kuliah : Manajemen Risiko Sumber Daya Manusia

Dosen : Dr. Fitriasuri, S.E., Ak., M.M

Disusun Oleh :

NAMA : A M E L L Y A

NIM : 1 8 2 5 1 0 0 8 5
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS BINA DARMA

PALEMBANG

2020

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena


berkat Rahmat dan Rhido-NYA penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan
field trip sebagai bagian dari mata kuliah terpadu yang diselenggarakan oleh
dosen pengampu.

Makalah ini merupakan tugas Ujian Akhir Semester (UAS) yang diberikan
oleh dosen Manajemen Risiko Sumber Daya Manusia dan merupakan salah satu
bagian penilaian atas mata kuliah tersebut.

Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Dr. Fitriasuri, S.E., Ak.,
M.M, selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Manajemen Risiko Sumber Daya
Manusia.

Semoga segala amal baik yang diberikan menjadi ibadah dan balasan yang
setimpal dari Allah SWT dan dengan kerendahan hati penulis menerima segala
perbaikan, masukan, maupun kritik dan saran yang membangun dan berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya. Aamiin.

Palembang, Maret 2020


Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .........................................................................................


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ..
DAFTAR ISI ..........................................................................................................

Pengantar
Kebutuhan Manajemen Risiko di Organisasi................................................. 1

Manajemen Risiko Terintegrasi ....................................................................... 2


Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi ................................................... 2
Efektivitas Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi ................................. 3

Tantangan Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi ................................ 3


Hambatan dalam Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi ....................... 3

Pergeseran Risiko ............................................................................................... 3

Prediksi Risiko.................................................................................................... 4
Prediksi Risiko yang Berdampak Besar terhadap Organisasi ........................ 4

Kesigapan Organisasi/Perusahaan terhadap Risiko Kepatuhan


Respon terhadap Perubahan Peraturan Pemerintah......................................... 5
Waktu Penyusunan Strategi ............................................................................ 5
Pengantar

Kebutuhan Manajemen Risiko di Organisasi

Manajemen risiko di organisasi menjadi dasar dlam menciptakan nilai dan


melindungi nilai organisasi secara keseluruhan agar selaras dengan tujuan yang
ingin dicapai. Manajemen risiko dianggap sebagai suatu kewajiban bagi
organisasi untuk mencegah terjadinya kemungkinan yang berpotensi
menghambat kegiatan operasional. Manajemen risiko terintegrasi dan
berkelanjutan mendorong organisasiuntuk mampu mengambil keputusan yang
tepat dalam mencapai tujuan objektif.

Di Indonesia, isu politik menjadi salah satu fenomena yang berkembang pesat di
tahun 2019. Beberapa peristiwa politik terjadi di tahun 2019 ini, diantaranya
adalah Pemilu Eksekutif dan Legislatif yang dilaksanakan secara bersamaan.
Fluktuasi kondisi politik tersebut adalah sektor perekonomian. Secara sederhana,
kondisi politik yang cenderung tidak menentu berdampak terhadap peningkatan
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Di lain sisi, peningkatan nilai tukar
tersebut juga mempengaruhi daya beli masyarakat, sehingga kemampuan daya
beli masyarakat cenderung rendah.

Secara umum, fenomena politik yang terjadi di Indonesia mendorong timbulnya


risiko politik yang berpotensi mempengaruhi beberapa sektor strategis lainnya.
Karena kompleksitas dampak yang bisa ditimbulkan, risiko seharusnya dapat
dikelola dengan baik dan benar, bukan justru dihindari atau diabaikan begitu saja.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, maka organisasi perlu untuk menerapkan
manajemen risiko secara terintegrasi dan menyeluruh. Manajemen risiko yang

1
terintegrasi dan menyeluruh akan membantu organisasi dalam melakukan
identifikasi dan menetapkan kebijakan terkait pengelolaan risiko.

Di lain sisi, manajemen risiko yang terintegrasi dan menyeluruh akan membantu
organisasi untuk mencari berbagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Karena fungsinya yang sangat penting, manajemen risiko hendaknya bukan
hanya menjadi sebuah konsep formalitas saja, melainkan harus menjadi salah satu
alternatif dalam mencapai tujuan objektif dan wajib dimiliki organisasi.

Tingkat Kematangan Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi atau


Enterprise Risk Management (ERP)

Tingkat kematangan penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi dapat


ditunjukkan oleh proses Manajemen Risiko yang dilakukan di dalam organisasi
menjadi:

 Penerapan Manajemen Risiko yang sudah dilakukan secara optimal dengan


prinsip dan proses yang terintegrasi dalam proses bisnis.

 Penerapan Manajemen Risiko yang telah distandarisasi dan

 Penerapan Manajemen Risiko yang terdapat prinsip-prinsip Manajemen


Risiko secara tertulis disertai pelatihan dasar.

Efektivitas Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi

Teratasinya risiko akibat penerapan Manajemen Risiko atau Enterprise Risk


Management (ERM) dapat memberikan berbagai keuntungan terhadap

2
perusahaan tersebut. Tingkat keefektifan perusahaan dalam mengatasi risiko
berhasil menghasilkan berbagai benefit.

Beberapa dampak peningkatan yang terjadi dengan adanya efektivitas penerapan


Manajemen Risiko Terintegrasi, diantaranya:

 Peningkatan performa keuangan

 Peningkatan efisiensi penggunaan sumber daya

 Peningkatan kualitas pelayanan

 Peningkatan kinerja pegawai

 Peningkatan efektivitas dan efisiensi rantai pasok

 Peningkatan kepuasan konsumen

Tantangan Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi

Hambatan dalam Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi

Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi atau Enterprise Risk Management


(ERM) setiap perusahaan atau organisasi tentunya memiliki berbagai hambatan.
Risiko hambatan diklasifikasi antara lain:

 Belum adanya roadmap Manajemen Risiko dalam strategi perusahaan

 Belum adanya sumber daya yang memadai seperti teknologi, Sumber Daya
Manusia, dan anggaran

 Belum adanya informasi dan pelatihan yang cukup untuk memulai penerapan
Manajemen Risiko

Bedasarkan hasil survei Nasional Manajemen Risiko 2019, diantara ketiga


hambatan terbesar tersebut, responden berpendapat bahwa dalam penerapan

3
Manajemen Risiko Terintegrasi atau Enterprise Risk Management (ERM) adalah
belum adanya peta jalan (roadmap) Manajemen Risiko dalam strategi
perusahaan.

Pergeseran Risiko

Lingkungan bisnis dan organisasi di era globalisasi menjadi lebih dinamis dan
berpeluanguntuk menciptakan risiko-risiko baru yang harus dihadapi oleh
perusahaan atau organisasi.

Beberapa perubahan risiko yang terjadi selama satu tahun terakhir, yaitu:

 Risiko Perubahan Peraturan Pemerintah

 Risiko Perubahan Arah Perusahaan

 Risiko Kerja Sama dengan Pihak Ketiga

 Risiko Reputasi

 Risiko Ketidakpastian Pemerintah

 Risiko Kegagalan Perencanaan SDM

 Risiko Cyber

 Risiko Hukum

 Risiko Politik

 Risiko Budaya yang Tidak Kondusif

Prediksi Risiko

4
Prediksi risiko yang Berdampak Besar terhadap Organisasi

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, muncul beberapa poin sebagai ramalan
dari risiko yang diprediksikan memiliki implikasi besar terhadap organisasi.
Risiko pertama adalah Risiko Perubahan Peraturan Pemerintah, hal ini bisa jadi
dikarenakan oleh banyaknya perubahan pada peraturan pemerintah yang
disebabkan oleh terpilihnya presiden baru yang pasti akan diikuti dengan
perubahan kabinet kementerian yang otomatis memiliki pandangan baru terhadap
apa yang seharusnya diperbaiki dari peraturan-peraturan sebelumnya. Dalam hal
menanggapi perubahan yang ada, perusahaan maupun organisasi harus
beradaptasi dan hal tersebut membutuhkan waktu sampai akhirnya perusahaan
atau organisasi menemukan strategi baru untuk menyesuaikan antara peraturan
baru dan tujuan organisasi maupun perusahaan.

Risiko kedua yang diperkirakan adalah Risiko Ketidakpastian Kebijakan


Pemerintah, kekhawatiran diperkuat oleh banyaknya rancangan undang-undang
yang menimbulkan pro-kontra pada kalangan masyarakat secara tidak langsung
bisa berdampak pada kondisi ekonomi dan keberlangsungan manajemen
organisasi atau perusahaan.

Kesigapan Organisasi terhadap Risiko Kepatuhan

Kesigapan dalam organisasi mencerminkan tingkat kemampuan organisasi dalam


memahami karakteristik permasalahan yang ada. Dalam hal ini, pemahaman
terhadap karakteristik permasalahan bukan hanya terkait dengan kegiatan
operasional organisasi saja, melainkan juga mencakup sektor non-operasional.
Salah satu contohnya adalah dalam hal kepatuhan terhadap Undang-Undang dan
Peraturan yang berlaku.

5
Dinamika politik menjadi salah satu yang menyebabkan timbulnya risiko
kepatuhan dalam organisasi. Hal tersebut mendorong organisasi untuk mampu
bersikap antisipatif dan adaptif dalam merespon segala kemungkinan yang ada.

Respon terhadap Perubahan Peraturan Pemerintah

Kemampuan organisasi dalam merespon perubahan Undang-Undang dan


Peraturan menjadi salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
organisasi. Dalam hal ini, organisasi dituntut untuk mampu mengidentifikasi
berbagai macam risiko dan peluang yang ada. Oleh karena itu, diperlukan
pemahaman terhadap berbagai aspek yang terkait dengan perubahan Undang-
Undang dan Peraturan tersebut. Salah satu contohnya adalah fenomena di
Indonesia yang mendasari adanya perubahan tersebut.

Waktu Penyusunan Strategi

Dalam merespon perubahan Undang-Undang dan Peraturan yang ada, organisasi


dituntut untuk memiliki strategi yang terstruktur dan menyeluruh. Strategi
tersebut harus mampu menjadi “tameng” bagi organisasi dalam merespon
perubahan yang ada. Artinya bahwa strategi yang dijalankan harus mencerminkan
kapasitas organisasi dan tujuan objektif yang ingin dicapai organisasi itu sendiri.

Berdasarkan penelitian, dibutuhkan waktu selama 1-3 tahun untuk menyusun


strategi guna merespon perubahan Undang-Undang dan Peraturan. Artinya bahwa
sebagian besar organisasi belum memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi dalam
merespon perubahan Undang-Undang dan Peraturan. Organisasi dengan sistem
manajemen risiko yang terintegrasi akan cenderung lebih cepat dalam
menetapkan strategi untuk merespon perubahan. Hal ini menunjukkan bahwa

6
organisasi cenderung bersifat antisipatif dan adaptif, sehingga tingkat fleksibilitas
dalam merespon perubahan cenderung tinggi. Namun sebaliknya, apabila
organisasi tidak memiliki sistem manajemen risiko terintegrasi, maka organisasi
cenderung lemah dalam merespon perubahan Undang-Undan dan Peraturan,
sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menetapkan strategi.

7
UAS MANAJEMEN RISIKO
Manajemen Risiko di Tempat Kerja

Disusun Oleh :
Nama : Chega Putri Pratiwi
NIM : 182510095
Kelas : R2
Angkatan : 33

Dosen Pengampu : Dr. Fitriasuri, S.E., M.M., Ak.

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS BINA DARMA
PALEMBANG
2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Ucapan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmatNya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ujian

akhir semester ini.

Terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada yang terhomat:

1. Ibu Dr. Fitriasuri, S.E., M.M., Ak. selaku dosen pengampu Manajemen Resiko.

Semoga Allah SWT memberikan limpahan berkah dan rahmatNya kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, 07 Mei 2020

Penulis,

Chega Putri Pratiwi

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT Saba Indomedika Jaya adalah sebuah perusahaan distributor alat


Kesehatan yang didirikan pada tahun 2005 di Palembang. PT Saba Indomedika Jaya
memiliki visi untuk menjadi pilihan pertama perusahaan diagnostik yang terkemuka
dengan memberikan pelayanan yang memuaskan ke pelanggan secara total. Guna
mewujudkan visi tersebut, PT Saba Indomedika Jaya berkomitmen untuk
menetapkan, menerapkan, memelihara dan terus meningkatkan Sistem Manajemen
Mutu, termasuk proses yang diperlukan dan interaksinya sesuai dengan Standar ISO
9001:2015.

ISO 9001:2015 adalah versi terbaru dari ISO 9001 yang merupakan salah
satu standar sistem manajemen mutu yang banyak diterapkan di dunia. ISO
9001:2015 ditetapkan oleh International Organization for Standardization (IOS),
suatu badan swasta internasional untuk standarisasi mutu yang berkedudukan di
Geneva, Swiss. Meski ditetapkan oleh organisasi non-pemerintah, kemampuannya
untuk menetapkan standar yang sering menjadi hukum melalui persetujuan atau
standar nasional membuatanya lebih berpengaruh daripada kebanyakan organisasi
non-pemerintah lainnya. Standar ini merupakan sarana untuk mencapa tujuan mutu
yang diharapkan mampu menjawab tantangan globalisasi dimana tujuan akhirnya
adalah mencapai efektivitas dan efisiensi organisasi (Rahmawaty, 2010).

Perbaikan mutu yang dilakukan oleh PT Saba Indomedika Jaya melalui


implementasi ISO 9001:2015 sejak tahun 2018. PT Saba Indomedika Jaya telah
memperoleh sertifikat ISO 9001:2015 pada tahun 2019 dari lembaga sertifikasi
TUV Rheinland. Ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk dapat memenuhi
persyaratan pelanggan dan kepuasan pelanggan serta mampu memenuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

3
Pada ISO 9001:2015, resiko dianggap sebagai suatu kesatuan yang tidak
dipisahkan dari sistem. Dengan mengambil pendekatan yang berbasis resiko,
organisasi diharapkan menjadi lebih proaktif ketimbang reaktif, senantiasa
mencegah dan mengurangi efek yang tidak dikehendaki, dan selalu
mempromosikan perbaikan sistem yang berkelanjutan (continoual improvement).
Ketika manajemen resiko diterapkan, secara otomatis tindakan pencegahan akan
dilakukan. Pengetahuan mengenai risiko apa saja yang ada di PT Saba Indomedika
Jaya dan bagaimana caranya dalam mengendalikan risiko tersebut menjadi sangat
penting dan berguna sebagai salah satu input alternatif dalam implementasi ISO
9001:2015 agar tujuan perusahaan tercapai.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa sajakah macam-macam risiko yang ada di PT Saba Indomedika
Jaya?
1.2.2 Bagaimana tahapan dalam pengendalian risiko tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Untuk mengetahui tentang apa sajakah macam-macam risiko yang
ada di PT Saba Indomedika Jaya.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana tahapan dalam mengendalikan risiko
yang ada di PT Saba Indomedika Jaya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Gambaran Umum PT Saba Indomedika Jaya


PT. Saba Indomedika Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam bidang diagnostik pemasaran semua alat-alat laboratorium. Didirikan pada
tanggal 01 Februari 2005 dengan akte Pendirian No. 03. Pada awalnya kantor dan
gudang berlokasi di Jalan Mayor Ruslan No. 41 B Palembang. Lalu, sejak
Desember 2014 kantor dan gudang pindah lokasi di Jl. Urip Sumoharjo No. 3382/32
RT.003 RW. 013 Kelurahan 2 Ilir Kecamatan Ilir Timur II Palembang.
PT. Saba Indomedika Jaya melakukan bisnis pemasaran dan jasa pada
beberapa daerah di Indonesia terutama di daerah Sumatera Bagian Selatan yang
meliputi propinsi Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lubuk Linggau, Jambi,
Bengkulu dan Bandar Lampung. Dengan target pemasaran Rumah Sakit Umum
Pusat & Daerah, Rumah Sakit Swasta, Klinik, Balai Laboratorium Kesehatan dan
Laboratorium Swasta, Puskesmas, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan
Kota.
Surat Izin Usaha Perdagangan Nomor : 503/SIUP.K/143/IT-II/2016
Tanda Daftar Perusahaan Nomor : 060615103260
Nomor Pokok Wajib Pajak : 02.417.562.2-301.000
PKP Nomor : PEM- 00089/WPJ.03/KP.0203/2005
Surat Ijin Penyalur Alat Kesehatan Nomor : FK.01.01/VI/357/2018
Email : saba_plb@sabaindomedika.com
Telp : 0711 – 5625825 / 0711 – 5625827
Fax : 0711 – 5625826

PT Saba Indomedika Jaya menerapkan Sistem Manajemen Mutu sejak 2018


yang diharapkan dapat memperbaiki sistem dan proses kerja supaya lebih efektif
dan efisien serta terus melakukan perbaikan secara berkesinambungan.

5
2.2. ISO 9001
Internasional Standard Organisation atau lebih dikenal dengan ISO adalah
organisasi internasional yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan
penyusunan standar baru ataupun revisi ISO standar yang telah ada. Kata ISO
dipilih menjadi nama organisasi ini berasal dari Bahasa Yunani, “isos” yang berarti
sama. ISO membawahi sejumlah Badan Sertifikasi Nasional yang terdiri dari 135
Negara atau lebih diseluruh dunia.
Terdapat banyak sekali standar ISO, namun standar yang banyak digunakan
adalah ISO seri 9000 yang merupakan persyaratan yang digunakan dalam
penerapan Sistem Manajemen Mutu suatu organisasi. ISO seri 9000 bukan
merupakan standar produk, tetapi merupakan standar dari sistem manajemen suatu
organisasi yang apabila diterapkan dalam organisasi tersebut akan memengaruhi
bagaimana produk itu dihasilkan.
ISO seri 9000 memiliki 4 seri, yaitu ISO 9000, ISO 9001, ISO 9004 dan
ISO 19011. ISO 9001 merupakan standar yang diterbitkan oleh organisasi
internasional untuk standar yang berisi persyaratan manajemen mutu.
Standar – standar ISO yang telah ditetapkan akan ditinjau kembali dalam
jangka waktu tertentu untuk memastikan standar tersebut masih relevan dengan
perkembangan dunia industri dan jasa. ISO 9001 telah mengalami beberapa kali
perubahan. Perubahan pertama pada tahun 1987, kemudian pada 1994 dan yang
ketiga pada 2000. ISO merilis edisi terbaru standar ISO 9001, yaitu ISO 9001,
Quality Management System Requirements. Standar Sistem Manajemen Mutu ISO
seri 9000 berisi persyaratan yang lebih menekankan pada pendekatan proses, hal
ini bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang
dan/atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan-
persyaratan yang ditetapkan ini dalam rangka menjawab kebutuhan spesifik dari
pelanggan, dimana organisasi yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001 harus dapat menjamin kualitas dari produk tetentu atau merupakan kebutuhan
dari pasar tertentu sebagaimana yang ditentukan oleh organisasi.
Di dalam Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 itu sendiri harus mampu
menyediakan bukti objektif bahwa sistem manajemen mutu telah ditetapkan secara

6
efektif dan analisis dari proses menjadi sumber dalam menetapkan dokumen yang
diperlukan untuk memenuhi persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001.
Pemenuhan persyaratan yang dimaksud adalah pemenuhan terhadap prinsip-prinsip
manajemen ISO 9001 untuk memenuhi kepuasaan pelanggan. Prinsip-prinsip
manajemen ISO 9001 adalah perhatian pada pelanggan,kepemimpinan, pelibatan
orang, pendekatan proses, pendekatan sistem pada manajemen, perbaikan
berkelanjutan, pengambilan keputusan berdasarkan fakta, dan hubungan pemasok
yang saling menguntungkan.

2.3. Macam-Macam Risiko yang Ada di PT Saba Indomedika Jaya


2.3.1. Risiko Murni
Risiko murni (pure risks) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian ada,
tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada, adanya potensi kerugian untuk risiko
tipe ini. Adapun macam-macam risiko murni yang ada di PT Saba Indomedika
Jaya, diantaranya :

Macam Risiko Definisi Contoh


Risiko Aset Fisik Risiko yang terjadi karena a) Kebakaran yang melanda gudang
kejadian tertentu berakibat atau bangunan perusahaan.
buruk (kerugian) pada aset fisik b) Banjir mengakibatkan kerusakan
organisasi. pada bangunan dan peralatan.
Risiko K3 Risiko terkait kejadian yang Kecelakaan kerja mengakibatkan
berpengaruh pada kesehatan dan karyawan cedera, kegiatan
keselamatan kerja. operasional perusahaan terganggu.
Risiko legal Risiko mengenai kepatuhan Perusahaan menjual produk ke suplier
terhadap hukum, peraturan, yang tidak memiliki SDAK sehingga
standar, kebijakan, arahan, atau perusahaan tidak diperkenankan
kontrak; serta bisa berdampak beroperasi / disegel sementara.
diterimanya resiko berupa
denda, hukuman, serta gugatan.
Tabel 1. Contoh-contoh Risiko Murni

7
2.3.2. Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif adalah risiko dimana kita mengharapkan terjadinya
kerugian dan juga keuntungan. Potensi kerugian dan keuntungan dibicarakan
dalam jenis risiko ini. Adapun macam-macam risiko spekulaitf yang ada di PT
Saba Indomedika Jaya, diantaranya :

Macam Risiko Definisi Contoh


Risiko operasional Risiko kegiatan operasional a) Komputer perusahaan terkena
tidak berjalan lancar dan virus sehingga operasi perusahaan
mengakibatkan kerugian, terganggu.
diantaranya : kegagalan sistem, b) Prosedur pengendalian
human error, pengendalian dan perusahaan tidak memadai
prosedur yang kurang sehingga terjadi pencurian
barang-barang yang dimiliki
perusahaan.
Risiko finansial Risiko dalam memperoleh, a) Debitur tidak bisa membayar
menggunakan, dan menjaga cicilan dan bunga hutang,
sumber daya ekonomi; sehingga perusahaan mengalami
memenuhi keseluruhan kerugian.
anggaran keuangan; serta b) Piutang dagang tidak terbayar.
mencegah dan mendeteksi
terjadinya penipuan serta
pemulihannya.

Tabel 2. Contoh-contoh Risiko Spekulatif

2.4. Pengendalian Risko


Rangkaian aktivitas yang dilakukan dalam proses perencanaan
pengendalian risiko yaitu identifikasi risiko, penilaian frekuensi dan dampak risiko,
dan penyusunan proses untuk mengelola risiko. Manajemen puncak perlu
mengalokasikan waktu dan sumber daya untuk mendukung proses perencanaan
pengendalian risiko dan mengimplementasikannya diseluruh organisasi. Rencana

8
yang efektif akan meningkatkan profitabilitas, mengurangi insiden yang mahal dan
menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi karyawan.
Adapun pengendalian risiko di PT Saba Indomedika Jaya dapat meliputi:
a) Mengidentifikasi risiko dan peluang yang mungkin terjadi dalam setiap
proses yang ada di dalam departemennya.
b) Membuat daftar risiko di masing-masing area organisasi.
c) Melakukan analisa risiko dan melakukan penilaian risiko (menentukan
tingkat kemungkinan dan dampak risiko tersebut).
d) Menentukan langkah pengelolaan / tindak lanjut dari masing-masing risiko
tersebut.
e) Melakukan perbaikan untuk meminimalisir risiko.
f) Melaksanakan pemantauan dan peninjauan yang berkelanjutan.

Penyusunan pengendalian risiko termasuk didalamnya membuat matriks


risiko untuk menentukan peringkat risiko yang telah Anda identifikasi.
Pemeringkatan risiko pada organisasi untuk menentukan risiko tersebut termasuk
risiko “insignifikan” atau “kritikal” dengan mempertimbangkan faktor-faktor
seperti biaya/ finansial, operasional, dan gangguan lain yang ditimbulkannya.

9
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.1.1. Risiko murni (pure risks) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian ada,
tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada.
3.1.2. Macam-macam risiko murni yang ada di PT Saba Indomedika Jaya
diantaranya : Risiko Aset Fisik, Risiko K3, dan Risiko Legal.
3.1.3. Risiko spekulatif adalah risiko dimana kita mengharapkan terjadinya
kerugian dan juga keuntungan.
3.1.4. Macam-macam risiko spekuliatif yang ada di PT Saba Indomedika Jaya
diantaranya : Risiko Operasional dan Risiko Financial.
3.1.5. Tahapan pengendalian risiko : identifikasi risiko, membuat daftar risiko,
melakukan penilaian risiko, menentukan tindak lanjut, melakukan
perbaikan, melakukan evaluasi berkelanjutan.

10
MANAJEMEN RESIKO PEMBIYAAN

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir
Semester dengan Mata Kuliah
Manajemen Resiko

Oleh :
Derta Bela Sanjaya
NIM. 182510079

Dosen : Dr. Fitriasuri, S.E., Ak., M.M.


Mata Kuliah : Manajemen Resiko
Angkatan : 33

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN,

JURUSAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

UNIVERSITAS BINA DARMA

PALEMBANG

2020
BAB l PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan


sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang.
Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun
organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan
lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat
menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita
antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau
keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah
membangun dan memperluas keuntungan kompetitif organisasi.

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau


tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut
Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam
beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret
menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.

umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi


seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang
merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan
keuntungan yang sangat besar, dan walaupun mengalami kerugian sangat kecil
sekali. Misalnya membeli lotere. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah
yang sangat besar, tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli
lotere relatif kecil. Apakah ini juga tergolong resiko? Jawabannya adalah hal ini
juga tergolong resiko. Selama mengalami kerugian walau sekecil apapun hal itu
dianggap resiko.

Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu


karena resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di
mana suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung
dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar
(misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk
dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa
beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus
kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan
kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas
dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.

Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen


resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan
cepat berubah, mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic
management, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan
mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak.

1.1.Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penyusunan makalah yang berjudul “Manajemen Risiko


Perusahaan” adalah:

1. Apa Manajemen risiko?


2. Apa Manajemen risiko pembiayaan?
3. Apa Manajemen risiko pembiayaan syariah?
4. Bagaimana Identifikasi risiko?
5. Apa saja ruang lingkup manajemen risiko?
6. Bagaimana contohnya tentang aplikasi teori dan praktik manajemen risiko
dalam produk keuangan di bank syari’ah?

1.2.Tujuan

Tujuan penulisan dalam penyusunan makalah yang berjudul “Manajemen Risiko


Perusahaan” antara lain:

1. Untuk mengetahui Manajemen risiko.


2. Untuk mengetahui Manajemen risiko pembiayaan.
3. Untuk mengetahui Manajemen risiko pembiayaan syariah.
4. Untuk mengetahui Identifikasi risiko.
5. Untuk mengetahui ruang lingkup manajemen risiko.
6. Untuk mengetahui contohnya tentang aplikasi teori dan praktik
manajemen risiko dalam produk keuangan di bank syari’ah.

1.3.Manfaat

Berdasarkan Tujuan diatas maka manfaat dalam penyusunan makalah yang


berjudul “Manajemen Risiko Perusahaan” antara lain.

1. Mengetahui Manajemen risiko.


2. Mengetahui Manajemen risiko pembiayaan.
3. Mengetahui Manajemen risiko pembiayaan syariah.
4. Mengetahui Identifikasi risiko.
5. Mengetahui ruang lingkup manajemen risiko.
6. Mengetahui contohnya tentang aplikasi teori dan praktik manajemen risiko
dalam produk keuangan di bank syari’ah.
1.4.Batasan masalah.

Pembatasan masalah dalam penyusunan makalah yang berjudu “Manajemen


Risiko Perusahaan” sebagai berikut:

1. Manajemen risiko
2. Manajemen risiko pembiayaan
3. Manajemen risiko pembiayaan syariah.
4. Identifikasi risiko.
5. Ruang lingkup manajemen risiko.
6. Contohnya tentang aplikasi teori dan praktik manajemen risiko dalam
produk keuangan di bank syari’ah.
BAB ll Pembahasan

2.1 Pengertian Manajemen Resiko

Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen


resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk: penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan
mitigasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber
daya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada
pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional
terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti
bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).

Menurut Vibiznews.com, manajemen resiko adalah suatu proses


mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya
melalui sumber daya yang tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain
mentransfer resiko pada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek buruk
dari resiko dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari resiko
tertentu.

Sedangkan menurut COSO, manajemen resiko (risk management) dapat


diartikan sebagai “a process, effected by an entity’s board of directors,
management and other personnel, applied in strategy setting and across the
enterprise, designed to identify potential events that may affect the entity, manage
risk to be within its risk appetite, and provide reasonable assurance regarding the
achievement of entity objectives.
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua
perusahaan. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat
menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di
dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen
resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko.

Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan mengembangkan


proses yang bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam
mengimplementasikan. Manajemen resiko seharusnya ditujukan untuk
menanggulangi suatu permasalahan sesuai dengan metode yang digunakan dalam
melaksanakan aktifitas dalam suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan masa
depan.

Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan


kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen
senior. Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam
teknis dan sasaran operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta
kemampuan merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap
manajer dan pekerja memandang manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi
kerja. Manajemen resiko mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja
pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi operasional dari semua
tingkatan.
Definisi manajemen resiko (risk management) di atas dapat dijabarkan lebih lanjut
berdasarkan kata kunci sebagai berikut:

1. On going process
Manajemen resiko dilaksanakan secara terus menerus dan dimonitor secara
berkala. Manajemen resiko bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan sesekali (one
time event).
2. Effected by people
Manajemen resiko ditentukan oleh pihak-pihak yang berada di lingkungan
organisasi. Untuk lingkungan instansi pemerintah, manajemen resiko dirumuskan
oleh pimpinan dan pegawai institusi/departemen yang bersangkutan.

3. Applied in strategy setting


Manajemen resiko telah disusun sejak dari perumusan strategi organisasi oleh
manajemen puncak organisasi. Dengan penggunaan manajemen resiko, strategi
yang disiapkan disesuaikan dengan resiko yang dihadapi oleh masing-masing
bagian/unit dari organisasi.

4. Applied across the enterprised


Strategi yang telah dipilih berdasarkan manajemen resiko diaplikasikan dalam
kegiatan operasional, dan mencakup seluruh bagian/unit pada
organisasi. Mengingat resiko masing-masing bagian berbeda, maka penerapan
manajemen resiko berdasarkan penentuan resiko oleh masing-masing bagian.

5. Designed to identify potential events


Manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi kejadian atau keadaan yang
secara potensial menyebabkan terganggunya pencapaian tujuan organisasi.

6. Provide reasonable assurance


Resiko yang dikelola dengan tepat dan wajar akan menyediakan jaminan bahwa
kegiatan dan pelayanan oleh organisasi dapat berlangsung secara optimal.

7. Geared to achieve objectives


Manajemen resiko diharapkan dapat menjadi pedoman bagi organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sasaran dari pelaksanaan manajemen
resiko adalah untuk mengurangi resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan
bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal
ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan,
teknologi, manusia, organisasi, dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen
resiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya entitas
manajemen resiko (manusia, staff, organisasi).

Dalam perkembangannya resiko-resiko yang dibahas dalam manajemen resiko


dapat diklasifikasi menjadi:

1. Resiko Operasional
2. Resiko Hazard
3. Resiko Finansial
4. Resiko Strategis

2.2. Manajemen risiko pembiayaan


a. Manajemen resiko kredit

Risiko kredit didefinisikan sebagai potensi dari bank peminjam atau pihak
counter yang akan gagal memenuhi kewajibannya sesuai dengan syarat yang
disepakati. Tujuan dari manajemen risiko kredit adalah untuk memaksimalkan
tingkat pengembalian kepada bank dengan menjaga resiko pemberian kredit
supaya berada di parameter yang dapat diterima. Bank perlu mengelola risiko
kredit dari seluruh portofolio serta risiko dari individu atau kredit atau transaksi.

Bagi sebagian besar bank, pinjaman adalah yang terbesar dan juga sumber
resiko kredit, namun sumber-sumber risiko kredit lain juga terdapat di seluruh
kegiatan bank, termasuk pembukuan perbankan dan pembukuan perdagangan baik
yang di dalam atau di luar neraca. Resiko kredit perbankan semakin meningkat
(atau resiko dari pihak lainnya ) di berbagai instrumen keuangan selain pinjaman
termasuk penerimaan, transaksi antar bank, pembiayaan perdagangan, transaksi
valuta asing, masa depan keuangan, swap, obligasi, ekuitas, opsi dan perluasan
komitmen dan jaminan, penyelesaian transaksi.
b. Basal ii tentang resiko kredit

Komunitas basal tentang kepemimpinan perbankan mengeluarkan


dokumen konsultatif tentang Kerangka Pemenuhan Modal Baru untuk
menggantikan perjanjian 1988. Dokumen ini mengajukan tiga pilar untuk
perjanjian yang baru:

1. Persyaratan Kapital Minimal


2. Ulasan Supervisory
3. Disiplin Pasar

Kesepakatan yang baru berlanjut dengan rasio kecukupan modal minimum


sebesar 8% dari risiko aset tunggu. Atur pilihan untuk memperkirakan modal
sebagaimana diusulkan dalam dokumen termasuk pendekatan standar. Dalam
pendekatan ini, risiko preferensial beban di kisaran 0%, 20%, 50%, 100%, dan
150% diperkirakan akan ditetapkan atas dasar penilaian kredit eksternal.

Di bawah organisasi Internal Rating Based (IRB), masyarakat


mengusulkan pemenuhan tingkat kredit minimal untuk mengukur Probabilitas
Default (PD) sementara preferensial menetapkan bobot risikonya, dengan
informasi yang diberikan oleh supervisor pada kerugian standar nasional yang
diberikan ( LGD) sebagai eksposur default. Adopsi Kesepakatan Modal Baru oleh
bank-bank di pernyataan yang diusulkan memerlukan perubahan yang lengkap
dalam sistem manajemen risiko yang ada.

c. Manajemen risiko pasar

Bank dihadapkan pada risiko pasar melalui kegiatan perdagangan mereka


dan neraca mereka. Dua jenis risiko yang dianggap risiko pasar untuk bank seperti
risiko suku bunga dan risiko valuta asing. Bank menghadapi risiko valuta asing
karena adanya fluktuasi nilai tukar dan suku bunga adalah risiko yang paling
umum dihadapi semua bank dalam mengelola semua produk-produk keuangan
yang dikeluarkan oleh bank dengan tingkat bunga sensitif.

d. Resiko tingkat bunga

Risiko Suku Bunga adalah risiko efek negatif pada hasil keuangan dan
modal bank yang disebabkan oleh perubahan suku bunga. Tujuan yang
menyeluruh dari manajemen risiko suku bunga adalah untuk memastikan
mekanisme arus kas yang besar tanpa adanya ketidaksesuaian dalam aset dan
kewajiban segmen. Sebagai perantara keuangan, bank menghadapi risiko suku
bunga dalam beberapa cara seperti:

Risiko Re-Pricing: bentuk utama risiko suku bunga naik adakah perbedaan
waktu jatuh tempo (untuk suku bunga tetap) dan re-pricing (untuk suku bunga
mengambang) dari aset, posisi kewajiban off-balance-sheet (OBS). Mereka dapat
mengekspos bank “pendapatan dan aset” mendasari nilai ekonomi yang tak
terduga tentang fluktuasi tingkat bunga yang cenderung terlalu sering dan tidak
stabil.

Risiko Kurva Hasil: Ketidaksesuaian harga juga dapat membuat bank


untuk melakukan perubahan kemiringan dan bentuk kurva hasil. Risiko kurva
hasil tak terduga muncul ketika pergeseran kurva hasil telah merugikan bank
pendapatan atau nilai ekonomi aset porfolio mereka.

Risiko Dasar: Risiko bahwa tingkat bunga untuk aktiva dan kewajiban
yang berbeda dapat berubah dalam besaran yang berbeda maka disebut risiko
dasar. Risiko tersebut timbul karena korelasi tidak sempurna dalam penyesuaian
dari tarif yang diterima dan dibayarkan pada instrumen yang berbeda dengan
karakteristik penentuan ulang harga yang bijaksana.
Resiko Pilihan Bawaan: Sebuah opsi memberikan pemegang hak (namun
bukanlah kewajiban) untuk membeli, menjual atau dalam beberapa cara
mengubah arus kas instrumen atau kontrak keuangan. Pilihan instrumen yang
mungkin berdiri sendiri seperti pertukaran-opsi dan kontrak perdagangan over-
the-counter (OTC), atau mereka mungkin akan tertanam di dalam instrumen
standar sebaliknya. Saat bank menggunakan nilai tukar dan pilihan OTC- di kedua
bidang perdagangan dan akun non-trading, instrumen dengan pilihan bawaan
biasanya hal paling penting dalam kegiatan non-perdagangan.

Resiko investasi ulang: ketidakpastian tentang masa depan tingkat suku


bunga menimbulkan risiko investasi ulang sebagai arus kas masa depan yang akan
diinvestasikan kembali pada tingkat yang tidak diketahui saat ini. Kurva dengan
hasil biasa, tanpa bootstrap, tidak diperhitungkan sebagai risiko investasi ulang.

e. Resiko operasional

Ini adalah salah satu babak baru dari kesepakan modal Basel II. Risiko
operasional didefinisikan sebagai “risiko kerugian yang dihasilkan dari cukupnya
atau kegagalan proses internal, orang dan sistem atau dari peristiwa eksternal.”
Definisi ini mencakup risiko hukum, tapi mengecualikan risiko strategis dan
risiko reputasi. Di sisi lain, Reserve Bank of India telah mendefinisikan risiko
operasional, sebagai ‘resiko apapun, yang tidak dikategorikan sebagai pasar atau
risiko kredit, atau risiko kerugian yang timbul dari berbagai jenis kesalahan
manusia dan kesalahan teknis.
f. Manajemen resiko liquiditas

Potensial resiko liquiditas. adalah ketidakmampuan untuk memenuhi


kewajiban bankir saat mereka jatuh tempo. Ini muncul ketika bank tidak dapat
menghasilkan uang untuk memenuhi penarikan dana, komitmen kredit atau
peningkatan aset.

Hal tersebut berasal dari ketidaksesuaian pola aktiva dan kewajiban.


Pengukuran dan pengelolaan kebutuhan likuiditas sangat penting bagi
pengoperasian yang efektif untuk bank-bank komersial karena hal ini dapat
menjadi sebab dan akibat dari risiko likuiditas terutama terkait dengan aset dan
kewajiban bank. Bank harus terus memantau posisi likuiditas dalam jangka
panjang dan terus menerus setiap hari. Ada dua pendekatan yang berhubungan
dengan kedua analisis situasi yaitu Pendekatan Fundamental dan Pendekatan
Teknis.

Pendekatan Fundamental: Pendekatan ini digunakan dalam jangka panjang.


Dalam pendekatan ini bank mencoba untuk mengelola risiko likuiditas dengan
mengendalikan posisi aset-kewajiban. Sebuah cara yang bijaksana untuk
mengatasi situasi ini bisa dengan mengatur jatuh tempo aset dan kewajiban atau
dengan melakukan diversifikasi dan memperluas sumber-sumber dana.

Pendekatan Teknis : Pendekatan ini berfokus pada posisi kewajiban bank


dalam jangka pendek. Likuiditas dalam jangka pendek ini terutama terkait dengan
arus kas yang timbul akibat transaksi operasional. Bank harus mengetahui
persyaratan dan uang tunai arus kas masuk dan menyesuaikan keduanya untuk
memastikan tingkat yang aman untuk posisi likuiditas.
Skenario Manajemen Risiko akan semakin kuat karena liberalisasi,
regulasi dan integrasi dengan pasar global. Manajemen risiko akan dilakukan
secara proaktif dan kualitas kredit akan meningkat, yang menyebabkan sektor
keuangan yang lebih kuat. Masa depan akan melihat perubahan struktural di
sektor perbankan ditandai oleh konsolidasi dan perubahan di dalam sektor.

Bank-bank yang lebih kecil tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk
menahan persaingan yang ketat dari sektor ini. Bank akan berevolusi menjadi
penyedia jasa keuangan yang lengkap dan utuh, melayani semua kebutuhan
keuangan perekonomian. Arus modal akan meningkat dan melakukan pendirian
basis-basis di negara-negara asing merupakan hal yang biasa.

2.3. Manajemen risiko pembiayaan syariah


a. Resiko Mudharabah

Resiko Terkait Pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty Countracts


(NUC). Yang dimaksud dengan analisi Resiko Terkait Pembiayaan Berbasis
Natural Uncertainty Countracts (NUC) adalah mengidentifikasi dan menganalisis
dampak dari seluruh resiko nasabah sehingga keputusan pembiayaan yang diambil
sudah memeprhitungkan resiko yang ada dari pembiayaan berbasis NUC, seperti
mudharabah dan musyarakah. Penilaian resiko ini mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu
sebagai berikut:

A. Business risk Adalah resiko yang terjadi pada first way out yang dipengaruhi
oleh :

1. Industri risk yaitu resiko yang terjadi pada jenis usaha yang ditentukan oleh:
a. Karakteristik masing-masing jenis usaha yang bersangkutan
b. Kinerja keuangan jenis uasaha yang bersangkutan (industry financial standard)
2.Faktor negative lainnya yang mempengaruhi perusahaan nasabah, seperti
kondisi group usaha, keadaan force majeure, permasalahan hukum, pemogokan,
kewajiban off balance sheet (L/C impor, LKS garansi), market risk (forex risk,
interest risk, scurity risk), riwayat pembayaran (tunggakan kewajiban) dan
restrukturisasi pembiayaan.
a. Shirinking risk (resiko berkurangnya nilai pembiayaan). Adalah resiko yang
terjadi pada second way out yang dipengaruhi oleh:
b. Unusual bisiness risk yaitu resiko bisnis yang luar biasa yang ditentukan oleh

1. Penurunan drastis tingkat penjualan bisnis yang dibiayai


2. Penurunan drastis harga jula barang/jasa dari bisnis yang dibiayai
3. Penurunan drastis harga barang/jasa dari bisnis yang dibiayai
4. Jenis bagi hasil yang dilakukan, apakah profit and loss sharing atau
revenue sharing Untuk jenis profit and loss sharing, shirnking risk muncul
bila terjadi loss sharing yang harus ditanggung oleh LKS dan Untuk jenis
revenue sharing, shirnking risk terjadi bila nasabah tidak mampu
menanggung biaya (nafaqah) yang seharusnya ditanggung nasabah,
sehingga nasabah tidak mampu melanjutkan usahanya.

c. Disaster risk yaitu keadaan force majeure yang dampaknya sangat besar
terhadap bisnis nasabah yang dibiayai LKS.
d. Character risk (resiko karakter buruk mudharib) yaitu resiko yang terjadi pada
third way out yang dipengaruhi oleh hal berikut:
1. Kelalaian nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai LKS
2. Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati sehingga nasabah dalam
menjalankan bisnis yang dibiayai LKS tidak lagi sesuai dengan kesepakatan
3. Pengelolaan intenal perusahaan, seperti manajemen, organisasi, pemasaran,
teknis produksi, dan keuangan, yang tidak dilakukan secara profesional sesuai
dengan standar pengelolaan yang disepakati antara LKS dan nasabah.
Untuk mengatasi character risk, LKS menetapkan kovenan khusus pembiayaan
musyarakah dan mudharabah. Bila terjadi kerugian yang disebabkan oleh
character risk, kerugian akan di bebankan kepada nasabah. Untuk menjamin agar
nasabah mampu menanggung kerugian akibat resiko tersebut, maka LKS
menetapkan adanya jaminan (colleteral).

B. Pengendalian Resiko Pembiayaan

Sebagai lembaga intermediary dan seiring dengan situasi lingkungan


eksternal dan internal LKS yang mengalami perkembangan yang pesat, LKS pada
umumnya dan perbakan syariah pada khususnya akan selalu berhadapan dengan
berbagai jenis resiko dengan tingkat kompleksitas yang beragam dan melekat
pada kegiatan usahanya.

Resiko-resiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan


dikendalikan. Oleh karena itu LKS memerlukan serangkaian prosedur dan
metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau,
dan mengendalikan resiko yang timbul dari kegiatan usahanya. Dalam
pelaksanaannya, proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendali
resiko memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

4.2.Identifikasi risiko.

A. Pemetaan Resiko Bisnis

LKS mengembangkan pemetaan resiko usaha(business risk mapping)


untuk mengidentifikasi resiko utama yang mengancam perusahaan. Alat ini
membantu LKS untuk mengetahui dan menentukan tempat dimana resiko berada.
Manajemen harus mengkuantifikasi magnitude dari resiko dan mengukur potensi
dampaknya. Ada nbeberapa cara yang umum dilakukan, yaitu:
1. Membuat daftar berbagai resiko yang ada, dengan mengelompokkannya ke
dalam sebuah kuadran tergantung tinggi-rendahnya tingkat kemungkinan
terjadi, dan dapat berdampak kepada rugi yang besar atau kecil.
2. Membuat peta yang menyajikan kajian perbandingan antara Resiko Kredit,
Resiko Pasar, Resiko Likuiditas, dan Resiko Operasional yang dihadapi
LKS. Dengan membandingkan resiko pada sebuah matriks antara dampak
dan frekuensinya, manajemen akan dapat melihat gambaran menyeluruh
dari semua resiko berikut keterkaitannya satu sama lain. Beberapa sumber
informasi awal dapat diperoleh dari:
3. Environmental scan yaitu sumber informasi untuk mengevaluasi politik,
ekonomi, sosial, budaya, hokum, dan lain sebagainya.
4. Dokumen keuangan seperti proyeksi anggaran (RKAP), laporan keuangan,
dan dokumen-dokumen keuangan lain sebagai sumber informasi awal
untuk melakukan analisis.
5. Dokumen legal seperti kontrak-kontrak, ketentuan hokum dan peraturan
yang ada hubungannya dengan kegiatan usaha sebagai sumber yang
penting untuk dikaji.
6. Hasil inspeksi di lapangan (on-site inspection) seperti hasil pemeriksaan
yang dilakukan SKAI, merupakan sumber informasi yang sangat baik, dan
bahkan sebagaim fitur berkala dari proses Manajemen Resiko yang
berkelanjutan.
7. Hasil Wawancara, seperti hasil penilaian kinerja pegawai atau wawancara
langsung dengan para pegawai.
8. Analisis statistic seperti perkembangan kualitas aktiva produktif (KAP),
tren komposisi simpanan dana pihak ketiga (DPK), tingkat dan tren
kegagalan system, kerugian yang terjadi, dan sumber Resiko Operasional
lainnya. Data seperti ini biasanya tersedia secara internal.
9. Benchmarking/best practices, alat Manajemen Resiko yang juga dapat
digunakan untuk mengidentifikasi dan mengukur tindak pengendalian
resiko.
10. Jasa konsultasi yang memahami Resiko dan merupakan sumber informasi
mengenai klasifikasi Resiko.

B. Alat Modeling

Alat modeling ini akan memudahkan para manajer untuk mengelola


ketidakpastian. Analisis scenario dan model proyeksi merupakan model yang
paling sering digunakan. Beberapa contoh diantaranya adalah:

1. Pemakaian analisis skenario untuk melihat rentang kemungkinan dan


mempertimbangkan perubahan yang mungkin terabaikan. Skenario ini
dapat diterapkan dalam menyiapkan contingency plan (untuk likuiditas
maupun EDP).
2. Menggunakan analisis statistik dan teknik Value at Risk (VaR) untuk
mengestimasi variasi kerugian yang mungkin terjadi di masa datang.
Potensi rugi ini diproyeksikan kedalam arus kas yang akan datang atau
laba, termasuk dalam analisis sensivitas, stress testing (sebagai pelengkap
pengukuran resiko suku bungs untuk melihat dampak terburuk), dan
berbagai simulasi lain.
3. Model keuangan untuk mensimulasi berbagai Resiko keuangan dn dampak
dari berbagai scenario pada portofolio kredit dan modal.
4. Mengantisipasi bencana yang akan mengganggu kelangsungan usaha,
misalnya karena kelalaian atau bencana alam, system pengolahan data
tidak berfungsi. Back-up data dan latihan (drill) menghadapi keadan
darurat secara berkala akan dapat mengantisipasi apabila hal tersebut
terjadi.
5. Menilai Resiko teknis selama pembangunan produk baru dengan cara
mengidentifikasi sedini mungkin potensi adanya kesalahan dalam proses
pembangunmannya.
C. Teknik mengidentifikasi dan menilai resiko

Kelompok teknik ini akan membantu Manajemen dalam hal menetapkan


focus/memberikan perhatian dan mengakomodasi seluruh kegiatan pengelolaan
Resiko.
Beberapa diantaranya yang lazim digunakan adalah:

1. Brainstorming groups. Pejabat atau pegawai dari berbagai Satuan Kerja


berkumpul untuk mendiskusikan atau menyatakan pendapat (brainstorm)
atas sebuah atau beberapa isu.
2. Workshop. LKS sebaiknya mulai memfasilitasi workshop yang focus pada
Resiko yang akn menolonh pegawai untuk menetapkan dan
memprioritaskan tujuan, mengidentifikasikan, dan menilkai Resiko.
3. Questionnaires. Satuan Kerja Operasional diperlengkapi dengan kuesioner
yang berisi tujuan dan resiko yang mungkin timbul.
4. Self-assessment. Para manajer melakukan self-assessmant, dengan bantuan
dari SKAI, Divisi Keuangan dan control, atau dari akuntan luar.
5. Filters. Resiko dikaji terhadap beberapa filter seperti dampak yang tidak
besar, Resiko yang terkaendali, rendahnya tingkat kemungkinan terjadi,
dan lain-lain.
6. Assessment matrix. Matrik ini mencangkup seperangkat pertanyaan yang
meliputi elemem-elemen dari Manajemen Resiko dan pengendalian intern.
Termasuk didalamnya, best practices.
7. Risk identification templates. Satuan Kerja mendapatkan template yang
akan membimbing mereka untuk mengidentifikasi dan mengkaji Resiko
mulai saat mereka merencanakan dan menjalankan proses.
8. “Bottom up” risk assessments. Satuan Kerja mengidentifikasi dan menilai
Resiko. Hasilnya diakumulasi di tingkat pusat.
9. Value at Risk (VaR) model and worst case model. Model ini digunakan
untuk menilai Resiko dengan cara mengestimasi potensi rugi terhadap
nilai sebuah posisi atau portofolio dalam satu jangka waktu tertentu
berdasarkan factor-faktor yang ada di pasar.
10.

5.2. Ruang lingkup manajemen resiko

1. Pengertian Risiko
2. Definisi Risiko
3. Derajat Risiko
4. Klasifikasi Risiko
5. Klasifikasi Risiko Murni
6. Pengertian Manajemen Risiko
7. Risiko Dalam Manajemen Risiko
8. Cakupan Manajemen Risiko di Bank
9. PBI No. 5/8/PBI/2003
10. Jenis Risiko Perusahaan – Bisnis
11. Jenis Risiko Perusahaan – Keuangan
12. Jenis Risiko Bank – Pasar
13. Risiko Pasar Umum
14. Risiko residual
15. Faktor yang menentukan harga pasar terkait dengan risiko
16. Jenis Risiko Bank – Risiko Kredit
17. Jenis Risiko Bank - Risiko Operasional

6.2. contohnya tentang aplikasi teori dan praktik manajemen risiko dalam
produk keuangan di bank syari’ah

Contoh Pembiayaan :
Pemberian pembiayaan kepada nasabah dengan jangka waktu 12 tahun, padahal
masa kerja nasabah tinggal 5 tahun
A. Pembiayaan Ijarah

Resiko yang timbul dan penyebabnya :

1. Jika barang milik bank, timbul resiko tidak produktifnya asset iajarah
karena tidak adanya nasabah
2. Jika barang bukan milik bank, timbul resiko rusaknya barang oleh nasabah
karena pemakaian tidak normal
3. Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewakan bank kemudian disewakan
kepada nasabah, timbul resiko tidak performnya pemberi jasa.

Penyelesaian

1. Resiko yang timbul karena ketiadaan nasabah merupakan bussines risk


yang tidak dapat dihindari
2. Jika resiko timbul karena pemakaian di luar normal, Bank dapat
menetapkan kovenan ganti rugi kerusakan barang yang tidak disebabkan
oleh pemakaian normal
3. Jika resiko yang timbul karena tidak perform-nya pemberi jasa, Bank
dapat menetapkan kovenan bahwa resiko tersebut merupakan tanggung
jawab nasabah karena pemberi jasa dipilih sendiri oleh nasabah

B. Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT)

1. Resiko : ketidakmampuan nasabah membayar angsuran dalam jumlah


besar di akhir periode
2. Penyebab : Jika pembayaran dilakukand dengan sistem Ballon Payment
(pembayaran angsuran dalam julah besar di akhir periode)
3. Solusi : memperpanjang jangka waktu sewa
C. Pembiayaan Salam dan Istishna

Karena kedua skim ini barang diserahkan di akhir akad


1. Resiko : Resiko gagal serah barang dan resiko jatuhnya harga barang
2. Solusi :
a. Resiko jatuhnya harga barang diantisipasi dengan menetapkan bahwa jenis
pembiayaan ini hanya dilakukan atas dasar kontrak/pesanan yang telah ditentukan
harganya.
b. Resiko gagal serah dapat diantisipasi bank dengan menetapkan kovenan
resiko kollateral 220 %, yaitu 100 % lebih tinggi daripada rasio standar 120 %.

D. Pembiayaan Mudharabah/Musyarakah

Penilaian Resiko meliputi :


1. Resiko Bisnis yang dibiayai
2. Resiko berkurangnya nilai pembiayaan mudharabah/musyarakah
3. Resiko karakter untuk mudharib/musyarik/nasabah
4. Resiko Pasar

 Resiko yang timbul akibat adanya perubahan variabel pasar, seperti : suku
bunga, nilai tukar, harga equity dan harga komoditas sehingga nilai
portofolio/asset yang dimiliki bank menurun
 Berdasarkan bank Indonesia, sebagai bank umum dengan prinsip syariah,
maka Bank Syariah hanya perlu mengelola resiko pasar yang terkait
dengan perubahan nilai tukar yang dapat menyebabkan kerugian Bank.
 Bank Syariah tidak berhadapan dengan resiko suku bunga, tetapi
berhadapan dengan pricing risk atau dikenal dengan Direct Competitor
market rate (DCMR)
 Bank Syariah juga berhadapan dengan Indirect Competitor Market rate
(ICMR) suku bunga konvensional
Pricing pada perbankan syariah yang berhubungan dengan resiko suku bunga :

1. Profit Murabahah tidak dapat ditingkatkan seiring dengan meningkatnya


suku bunga
2. Harga komoditi (salam) ditetapkan dan dibayar dimuka pada saat
kontrak/akad ditandatangani
3. Ijarah ditetapkan diawal tetapi dapat dinegoisasikan kembali di kemudian
hari jika kondisi ini telah ditetapkan sebelumnya didalam kontrak/akad
4. Rasio bagi hasil (Mudharabah & Musyarakah) ditetapkan diawal namun
dapat dinegoisasikan kembali dikemudian hari jika nasabah (Counterparty)
setuju
5. Pricing Bank Konvensional akan mempengaruhi pricing di perbankan
syariah

E. Pembiayaan Murabahah

1. Resiko : Tidak bersaingnya bagi hasil kepada dana pihak ketiga


2. Penyebab :
3. Kenaikan DCMR (Direct Competitors Market Rate)
4. Kenaikan ICMR (InDirect Competitors Market Rate)
5. Kenaikan ECRI (Expected Competitive Return For Investors)
6. Solusi : Menetapkan jangka waktu maksimal pembiayaan dengan
mempertimbangkan :

 Tingkat (marjin) keuntungan saat ini dan prediksi perubahan di masa


mendatang yang berlaku di pasar perbankan syariah (DCMR) semakin
cepat perubahan DCMR, semakin pendek jangka waktu maksimal
pembiayaan
 Suku bunga kredit saat ini dan prediksi perubahannya di masa mendatang
yang berlaku di pasar perbankan konvensional (ICMR). Semakin cepat
perubahan ICRM, semakinpendek jangka waktu maksimal pembiayaan
 Ekspektasi bagi hasil kepada Dana Pihak Ketiga yang kompetitif di pasar
perbankan syariah. Semakin besar perubahan ekspektasi tersebut
diperkirakan akan terjadi semakin pendek jangka waktu maksimal
pembiayaan.

Resiko Nilai Tukar (Foreign Exchange rate Risk)

1. Resiko yang muncul karena pergerakan (dengan arah) yang merugikan


dari nilai tukar
2. Foreign currency business
3. Borrowing atau Lending dalam valuta asing

F. Resiko nilai tukar meningkat apabila:

1. Bank mengambil posisi dengan jumlah besar dalam valuta asing


2. Pasar menjadi lebih fluktuative (Volatile)
3. Pengelolaan resiko Nilai Tukar
4. Seeting limit untuk posisi valuta asing
5. Menggunakan teknik hedging (hedge by other transaction)

1. Contoh Resiko Pasar


Tanggal 5 Juli Cabang A Bank Zulfikar Syariah membeli bank notes dari nasabah
sebesar USD 10.000,00 kurs 9.700 dan pada akhir hari cabang lupa/lalai untuk
menjual ke money changer atau melakukan pelimpahan kekantor pusat. Keesokan
harinya cabang baru mengingat dapat menjualnya dengan kurs 9.600, dan
bagaimana pula jika kurs menjadi Rp. 9800
2. Contoh Resiko Likuiditasi pasar
Bank Zulfikar Syariah memberikan bagi hasil yang tidak wajar misalkan 80%
(eq.rate 12 %) agar nasabah dana mau menyimpan dananya padahal pada saat
yang bersamaan pasar hanya eq. rate 8.5 %

3. Contoh Likuiditas Pendanaan


Bank Zulfikar Syariah pada saat membutuhkan likuditas, Bank Zulfikar Syraiah
tidak mampu menjual obligasi yang dimilikinya walaupun sudah diberikan
discount cukup besar
Resiko Likuiditas adalah bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah
jatuh tempo karena kekurangan likuiditas (cash dan ekuivalen)

4. Peristiwa resiko likuiditas antara lain :

 Tingkat dimana dibutuhkan penambahan dana dengan biaya tinggi dan


atau menjual aset dengan harga discount
 Ketidaksesuaian jatuh tempo (maturing mismatch) anntara eraning assets
dan pendanaan.
 Pinjaman jangka pendek (borrow short) dan pembiayaan jangka panjang
(lend long) dengan spread yang lebar.
 Kontrak mudharabah mengijinkan nasabah untuk menarik dananya setiap
saat tanpa pemberitahuan.

5. Faktor yang meningkatkan resiko likuiditas

 Penurunan kepercayaan terhadap sistem perbankan


 Penurunan kepercayaan terhadap suatu Bank
 Ketergantungan kepada deposan inti
 Berlebihnya dana jangka pendek atau long term asset
 Keterbatasan secara Syariah pada asset securization karena pembatasan
untuk menjual utang (sale of debt)
6. Mitigasi Resiko Likuidasi

 Diversifikasi terhadap sumber pendanaan


 Tersedianya hubungan dengan sumber/kelompok pendanaan
 Pemeliharaan terhadap tingkat/level likuiditas (cash,money at call,
marketabe securities)
 Arranging standby facilities
 Skema Asuransi pendanaan kontrol atas kesesuaian maturity assets dan
liabilities
Daftar Pustaka

AS/NZS 4360:2004, Australian/New Zealand Standard Risk Management, Joint


Technical Committee OB-007 Risk Management, 31 Agustus 2004.
Artikel “Landasan Teori Asset Manajemen”, Website Manajemen Asset, 2007.
Artikel “Lifecycle Asset Management” Website Manajemen Asset, 2007.
Artikel “Risk Based Enterprise Asset Management”, Capgemini, Website 2007.
Artikel “Sumber Daya Air”, Website Bappenas.
Artikel “Sumbang Pikir dalam PDAM Rescue”, Kepala Bidang Rencana dan
Evaluasi Pusat Pengembangan Investasi BAPEKIN, Website 2007.
Artikel “Water Infrastucture”, Website GAO, Maret 2004.
Slide “Pengantar Pengelolaan Asset (Infrastruktur)”, Gary Mc Lay, Website, 2
Juni 2006.
Darmawi, Herman. Manajemen Resiko. Bumi Aksara, 2005.
Chapman, Christy. Bringing ERM into Focus. Internal Auditor, June 2003
Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission.
What is COSO: Background and Events Leading to Internal Control-Integrated
Framework. 1992
Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December 1997
The Institute of Internal Auditors. Internal C
Vaughan, Emmet. Fundamental of Risk and Insurance. 2nd, John Willey, 1978
MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

PENGELOLAAN RISIKO PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH

Disusun oleh :

Dewi Puspita Sari (182510083)


Manajemen Risiko
Angkatan 33 / A R1

Dosen Pembimbing : Dr. Fitriasuri, SE, Ak, M.M

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan Karunia-Nyalah
saya dapat menyusun makalah ini yang berjudul “ Pengelolaan Risiko Pembiayaan
Di Bank Syariah”

Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu “Dr. Fitriasuri, SE,


Ak. M.M” sebagai dosen pembimbing yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penyusun juga menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah


ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan kami sangat senang jika pembaca
dapat memberikan saran dan kritik guna memperbaiki makalah ini. Penyusun juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Palembang, 9 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Risiko Pada Bank Syariah................................................................................5
B. Manajemen Risiko Bank Syariah.....................................................................6
C. Pengelolaan Risiko Pembiayaan Pada Bank Syariah.......................................7
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah
dikenal masyarakat, yaitu bank yang berdasarkan pada prinsip bagi hasil.
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sama sekali belum
menggunakan secara tegas istilah bank syariah. Penyebutannya masih
menggunakan istilah ” prinsip bagi hasil”. Belum ada ketentuan yang lebih rinci
mengenai bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Keberadaan perbankan syariah baru mendapatkan landasan yang kuat sejak
tanggal 16 Juli 2008 dengan diundangkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah selanjutnya disebut dengan Undang Undang
Perbankan Syariah.
Seperti halnya bank konvensional, bank syariah berfungsi juga
sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu berfungsi
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana
tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan.
Pembiayaan adalah merupakan sebagian besar aset dari bank syariah sehingga
pembiayaan tersebut harus dijaga kualitasnya, sebagaimana diamanatkan pada
Pasal 2 Undang-undang Perbankan Syariah bahwa perbankan syariah dalam
melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi
dan prinsip kehati-hatian. Pada penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan
Syariah yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian adalah pedoman
pengelolaan Bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat,
kuat dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari
berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prinsip
kehati-hatian adalah pengendalian risiko melalui penerapan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku secara konsisten (Yahman
dan Trisadini Prasastinah Usanti, 2011).
Pada sisi aktiva neraca bank syariah bagian terbesar dana operasional
setiap bank syariah disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Kenyataan ini
menggambarkan bahwa pembiayaan adalah sumber pendapatan bank yang
terbesar, namun sekaligus merupakan sumber risiko operasi bisnis yang
terbesar. Pembiayaan bermasalah bahkan menjadi kategori macet menjadi
masalah bagi bank syariah, karena dengan adanya pembiayaan bermasalah
bukan saja menurunkan pendapatan bagi bank syariah tetapi juga menggerogoti
jumlah dana operasional dan likuiditas keuangan bank syariah, yang akhirnya
akan menggoyahkan kesehatan bank syariah dan pada akhirnya akan merugikan
nasabah penyimpan/nasabah investor. Sebagian besar dana yang dipergunakan
oleh bank syariah dalam menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan adalah
dana nasabah penyimpan/nasabah investor, sehingga dana nasabah
penyimpan/nasabah investor wajib mendapat perlindungan hukum.
Pembiayaan yang telah disetujui oleh bank syariah dan dinikmati oleh
nasabah penerima fasilitas, maka peranan bank syariah lebih berat dibandingkan
pada saat dana tersebut belum mengucur di tangan nasabah penerima fasilitas.
Untuk menghindari terjadinya kegagalan pembiayaan maka bank syariah harus
melakukan pembinaan dan regular monitoring, yaitu dengan cara monitoring
aktif dan monitoring pasif. Monitoring aktif, yaitu mengunjungi nasabah secara
regular, memantau laporan keuangan secara rutin dan memberikan laporan
kunjungan nasabah/call report kepada komite pembiayaan/supervisor
sedangkan monitoring pasif, yaitu memonitoring pembayaran kewajiban
nasabah kepada bank syariah setiap akhir bulan. Bersamaan pula diberikan
pembinaaan dengan memberikan saran, informasi maupun pembinaan tehnis
yang bertujuan untuk menghindari kegagalan pembiayaan.
Pada Pasal 38 Undang-Undang Perbankan Syariah diatur bahwa bank
syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko, prinsip mengenal
nasabah dan perlindungan nasabah. Pada penjelasannya diberikan pengertian
dari manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang
digunakan oleh perbankan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Peraturan
pelaksananya diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011
tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah, dijelaskan bahwa bahwa kegiatan usaha perbankan syariah tidak
terlepas dari risiko yang dapat mengganggu kelangsungan bank dikarenakan
produk dan jasa perbankan syariah mempunyai karakteristik yang khas
sehingga diperlukan manajemen risiko untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalian risiko yang sesuai dengan kegiatan usaha
perbankan syariah. Langkah-langkah yang dilakukan bank syariah tersebut
dalam rangka memitigasi risiko harus mempertimbangkan kesesuaian dengan
Prinsip Syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja risiko pada bank syariah?
2. Bagaimana bank syariah dalam mengelola risiko pembiayaan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui risiko yang ada pada bank syariah.
2. Untuk mengetahui pengelolaan risiko pembiayaan pada bank syariah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Risiko Pada bank Syariah


1. Risiko Pembiayaan (Kredit)
Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
2. Risiko Pasar
Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga
pasar, antara lain Risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat
diperdagangkan atau disewakan.
3. Risiko Likuiditas
Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh
tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas
tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan Bank.
4. Risiko Operasional
Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang
memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan system,
dan/atau adanya kejadian kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional Bank.
5. Risiko Hukum
Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.
6. Risiko Reputasi
Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber
dari persepsi negatif terhadap Bank.
7. Risiko Strategik
Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan
suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis.
8. Risiko Kepatuhan
Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta Prinsip Syariah.
9. Risiko Imbal Hasil
Risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada
nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank
dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dan pihak
ketiga Bank.
10. Risiko Investasi
Risiko akibat Bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai
dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing.

B. Manajemen Risiko Bank Syariah


Menurut Zainul Arifin bahwa manajemen merupakan suatu metode
pengelolaan yang baik dan benar, untuk menghindari kesalahan, kekeliruan dan
menegakkan kebenaran.
Menurut Adiwarman Karim (2007) sasaran kebijakan manajemen
risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan
jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah,
terintegrasi dan berkesimbungan, sehingga manajemen risiko berfungsi sebagai
filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan
usaha bank.

Tujuan manajemen risiko itu sendiri adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada regulator.


2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable.
3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled.
4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.
5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.

Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang


berbeda dengan bank konvesional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko
yang khas melekat yang hanya ada pada bank syariah. Perbedaan mendasar
antara bank Islam dan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara
mengukur (how to measure), melainkan pada apa yang dinilai (what to
measure). Perbedaan itu terlihat dalam proses manajemen risiko operasional
bank Islam yang meliputiidentifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko
dan monitoring risiko. Hal ini dikarenakan dari karakteristik dari kegiatan
usaha perbankan syariah yang didasarkan pada berbagai macam prinsip dalam
penghimpun dana, penyaluran dana dan pemberian jasa. Identifikasi risiko
yang dilakukan oleh bank Islam tidak hanya mencakup berbagai risiko yang
ada pada bank-bank pada umumnya, tetapi juga meliputi risiko yang khas yang
hanya ada pada bank Islam. Hal ini karena keunikan dari bank Islam tersebut,
ada enam keunikan yaitu :

1. Proses transaksi pembiayaan. Karakteristik bank Islam dalam proses ini


setidaknya terlihat pada tiga aspek, yaitu proses transaksi pembiayaan
syariah, proses transaksi bagi hasil dana pihak ketiga dan proses transaksi
devisa.
2. Proses manajemen. Keunikan bank Islam dalam proses manajemen terlihat
pada sistem dan prosedur operasional akuntansi.
3. Sumber daya manusia. Keunikan bank Islam dalam sumber daya manusia
terlihat pada spesifikasi kapabilitas yang tidak hanya mencakup dalam
bidang perbankan secara umum tetapi juga meliputi aspek-aspek syariah.
4. Tehnologi, keunikan bank Islam dalam bidang tehnologi terlihat pada
Business Requirement Specification (BRS) untuk pembiayaan berbasis
bagi hasil dan Business Requirement Specification (BRS) dana pihak
ketiga.
5. Lingkungan eksternal, keunikan bank Islam dalam hal ini terlihat pada
keberadaan dual regulatory body, yaitu Bank Indonesia dan Dewan
Syariah Nasional.
6. Kerusakan, keunikan bank Islam dalam hal misalnya ketika terjadi
kerusakan pada obyek ijarah atau Ijarah Muntahiya Bittamlik.

C. Pengelolaan Risiko Pembiayaan Pada Bank Syariah


Pada Pasal 1 angka 7 PBI Nomor13/23/PBI/2011 tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah,
yangdimaksud dengan risiko kredit adalah Risiko Kredit adalah Risiko akibat
kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank
sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Risiko pembiayaan yang dihadapi
oleh bank syariah, yaitu risiko yang timbulnya kerugian diakibatkan
kegagalan/ketidakmampuan nasabah dalam memenuhi kewajiban sesuai akad
atau perjanjian yang telah ditetapkan antara bank syariah dan nasabah. Risiko
pembiayaan umumnya bersumber dari karakter nasabah, kemampuan nasabah
dan siklus bisnis. Risiko tersebut dapat berdampak lebih besar bagi bank
syariah, sehingga risiko pembiayaan harus diidentifikasi, diukur, dipantau, dan
dikendalikan.
Pembiayaan adalah suatu proses mulai dari analisis kelayakan
pembiayaan sampai kepada realisasinya. Namun realisasi pembiayaan bukanlah
tahap terakhir dari proses pembiayaan. Setelah realisasi pembiayaan maka bank
syariah perlu melakukan pemantauan dan pengawasan pembiayaan, karena
dalam jangka waktu pembiayaan tidak mustahil terjadi pembiayaan bermasalah
dikarenakan beberapa alasan. Bank syariah harus mampu menganalisis
penyebab pembiayaan bermasalah sehingga dapat melakukan upaya untuk
melancarkan kembali kualitas pembiayaan tersebut.
Analisa pembiayaan adalah suatu kajian untuk mengetahui kelayakan
dari suatu proposal pembiayaan yang diajukan nasabah. Melalui hasil analisis
dapat diketahui apakah usaha nasabah tersebut layak (feasible) dalam arti bisnis
yang dibiayai diyakini dapat menjadi sumber pengembalian dari pembiayaan
yang diberikan, jumlah pembiayaan sesuai kebutuhan baik dari sisi jumlah
maupun penggunaannya serta tepat struktur pembiayaannya, sehingga
mengamankan risiko dan menguntungkan bagi bank syariah dan nasabah.
Dalam menganalisa pembiayaan harus diperhatikan kemauan dan kemampuan
nasabah untuk memenuhi kewajibannya serta terpenuhinya aspek ketentuan
syariah. Bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan wajib menempuh cara-
cara yang tidak merugikan bank syariah dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya. Risiko pembiayaan bermasalah dapat diperkecil
dengan jalan salah satunya melakukan analisa pembiayaan. Analisa pembiayaan
merupakan tahap preventif yang paling penting dan dilaksanakan dengan
profesional dapat berperansebagai saringan pertama dalam usaha bank
menangkal bahaya pembiayaan bermasalah. Kelayakan pembiayaan merupakan
fokus dan hal yang terpenting di dalam pengambilan keputusan pembiayaan
karena sangat menentukan kualitas pembiayaan dan kelancaran pembayaran.
Tahapan yang dilalui pada setiap pembiayaan yang disalurkan kepada
nasabah penerima fasilitas oleh bank syariah, yaitu sebagai berikut:
1. Sebelum pemberian pembiayaan diputuskan oleh bank syariah, yaitu tahap
bank syariah melakukan analisis atas permohonan pembiayaan calon
nasabah penerima fasilitas, tahapan ini disebut tahap analisa pembiayaan.
2. Setelah pembiayaan diputuskan oleh bank syariah, maka dilanjutkan dengan
pembuatan perjanjian pembiayaan yang diikuti dengan pengikatan agunan
untuk pembiayaan yang diberikan ini. Tahap ini disebut tahap dokumentasi
pembiayaan.
3. Setelah perjanjian pembiayaan ditandatangani oleh kedua belah pihak dan
dokumentasi pengikatan agunan pembiayaan telah selesai dibuat, maka
selama pembiayaan itu digunakan oleh nasabah penerima fasilitas sampai
jangka waktu pembiayaan belum berakhir bank syariah melakukan
monitoring. Tahap ini disebut tahap pengawasan dan pengamanan
pembiayaan.
4. Adakalanya pembiayaan yang telah dinikmati nasabah penerima fasilitas
masuk dalam kriteria pembiayaan bermasalah, maka bank syariah berupaya
untuk memulihkan kondisi tersebut. Tahapan ini disebut tahapan
penyelamatan dan penagihan pembiayaan.
Tahap (1), (2) dan (3) adalah merupakan tahapan preventif atau
tahapan pencegahan bagi bank syariah agar pembiayaan tersebut tidak masuk
kriteria pembiayaan bermasalah, sedangkan tahap (4) merupakan tahapan
represif setelah pembiayaan tersebut menjadi pembiayaan bermasalah.
Pada bank syariah untuk menilai layak tidaknya usulan pembiayaan
pada umumnya digunakan “ filosofis tiga pilar” dan 5 C’s principles. Filosofi
tiga pilar kelayakan usaha nasabah, yaitu :
1. Kredibilitas manajemen yang meliputi kejujuran, itikad baik key person dari
nasabah/character dan kemampuan mengelola usaha key person/capability.
2. Kemampuan membayar kembali (repayment capacity) yang meliputi
kemampuan usaha nasabah untuk menghasilkan laba dari produk dan jasa
yang dijalankan oleh nasabah dan manajemen arus kas usaha nasabah di
masa lalu (historical cash flow) termasuk proyeksi arus cash (projected cash
flow) di masa mendatang merupakan ukuran utama kemampuan nasabah
dalam membayar kembali pembayaran.
3. Jaminan yang diserahkan dianalisa tentang harga jual kembali agunan,
kemudahan menjual agunan dan kelengkapan dan keabsahan dokumen
agunan.

Upaya preventif yang dilakukan oleh bank syariah sebelum


memberikan pembiayaan kepada nasabah, yaitu dengan melakukan analisa 5
Cs, yaitu :

1. Character: penilaian karakter nasabah adalah untuk mengetahui itikad baik


nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) dan untuk
mengetahui moral, watak maupun sifat-sifat pribadi yang positif dan
kooperatif. Karakter merupakan faktor yang dominan dan penting sebab
walaupun calon nasabah tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan
utangnya tetapi kalau tidak mempunyai itikad baik tentu akan membawa
berbagai kesulitan bagi bank di kemudian hari. Gambaran tentang karakter
calon nasabah dapat diperoleh dengan upaya antara lain :
a. Meneliti riwayat hidup calon nasabah
b. Verifikasi data dengan melakukan interview
c. Meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan usahanya
d. Bank Indonesia checking dan meminta informasi antar bank
e. Mencari informasi atau trade checking kepada asosiasi-asosiasi usaha
dimana calon nasabah berada
f. Mencari informasi tentang gaya hidup dan hobi calon nasabah.
2. Capacity, yaitu kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha guna
memperoleh laba yang diharapkan sehingga dapat mengembalikan
pembiayaan diterima, untuk mengukur capacity dilakukan melalui berbagai
pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan historis yaitu menilai past performance apakah
menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu (minimal 2 tahun
terakhir).
b. Pendekatan profesi, yaitu menilai latar belakang pendidikan para
pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan-perusahaan yang
menghendaki keahlian teknologi tinggi atau perusahaan yang
melakukan profesionalisme tinggi.
c. Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah
mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya
untuk mengadakan perjanjian pembiayaan dengan bank.
d. Pendekatan manajerial, yaitu menilai kemampuan dan ketrampilan
nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin
perusahaan.
e. Pendekatan teknis, yaitu menilai kemampuan mengelola faktor-faktor
produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan/mesin-
mesin, administrasi keuangan, industry relation sampai kemampuan
merebut pasar.
3. Capital adalah menilai jumlah modal sendiri yang diinvestasikan oleh
nasabah dalam usahanya termasuk kemampuan untuk menambah modal
apabila diperlukan sejalan dengan perkembangan usahanya.
4. Condition, yaitu kondisi usaha nasabah yang dipengaruhi oleh situasi sosial
dan ekonomi. Kondisi dipengaruhi antara lain peraturan-peraturan
pemerintah, situasi, politik dan perekonomian dunia, kondisi ekonomi yang
mempengaruhi pemasaran, produk dan keuangan.
5. Collateral, yaitu aset atau benda yang diserahkan nasabah sebagai agunan
terhadap pembiayaan yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai
oleh bank untuk mengetahui risiko kewajiban finansial nasabah kepada
bank. Penilaian terhadap jaminan meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan
dan status hukumnya. Penilaian terhadap collateral dapat ditinjau dari dua
segi sebagai berikut :
a. Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari benda yang akan diagunkan.
b. Segi yuridis, yaitu menilai apakah agunan tersebut memenuhi syarat-
syarat yuridis untuk dipakai sebagai agunan.

Menurut Muhammad Syafii Antonio (2000), bahwa tujuan analisis


pembiayaan tersebut, untuk menyakinkan bank bahwa pembiayaan yang
dimohonkan itu adalah layak dan dapat dipercaya serta tidak fiktif. Suatu
pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, yaitu:

1. Apakah objek pembiayaan halal atau haram?


2. Apakah proyek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat?
3. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila?
4. Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?
5. Apakah usaha itu berkaitan dengan industri senjata ilegal atau berorientasi
pada pengembangan senjata pembunuh massal?
6. Apakah proyek dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsung maupun
tidak langsung?

Sedangkan Zainul Arifin (2002), menekankan bahwa perlunya bank


syariah berhati-hati pada saat akan memberikan pembiayaan pada usaha
nasabah, oleh karenanya bank syariah harus menghidari usaha, yaitu :

1. Usaha yang tidak sesuai dengan prinsip syariah


2. Usaha yang bersifat spekulatif (maisir) dan mengandung ketidak pastian
yang tinggi (gharar)
3. Usaha yang tidak mempunyai informasi keuangan yang memadai
4. Bidang usaha yang memerlukan keahlian khusus sedang aparat bank tidak
memiliki keahlian atau menguasai bidang usaha tersebut.
5. Pengusaha yang bermasalah.

Demikian halnya yang diatur dalam Buku Pedoman Pembiayaan,


salah satu dari bank syariah yang memberikan penetapan larangan pemberian
fasilitas pembiayaan, yaitu :

1. Melarang pemberian fasilitas pembiayaan cerukan (talangan) dalam rupiah


atau valuta asing
2. Melarang pemberian pembiayaan untuk jual beli saham kepada perorangan
atau perusahaan (dalam hal ini termasuk pemberian pembiayaan untuk
pembelian saham yang dimaksudkan sebagai penyertaan)
3. Melarang pemberian pembiayaan untuk usaha-usaha jasa yang tidak sesuai
dengan aspek syariah
4. Melarang pemberian pembiayaan dan garansi bank untuk keperluan ekspor
ataupun impor barang-barang yang dilarang pemerintah atau tidak
diperbolehkan / dilarang
a. Melarang pemberian pembiayaan kepada pengembang yang bersifat
spekulatif dan atau tanpa rencana penggunaan yang jelas baik secara
langsung maupun tidak langsung
b. Melarang pemberian pembiayaan kepada nasabah perorangan atau
perusahaan yang nama pengurus / pemilik / pemegang kuasa / penjamin
/ penanggung jawab tercantum dalam daftar kredit macet/black list.
c. Melarang pemberian pembiayaan kepada nasabah / calon nasabah yang
mengandung benturan kepentingan dengan pemrosesan dan / atau
komite pembiayaan
d. Melarang pemberian pembiayaan kepada perusahaan baru tidak
diizinkan / dilarang, tidak termasuk perusahaan baru / vehicle company
yang dibentuk khusus untuk menjalankan projek tertentu yang dimiliki
perusahaan induknya.
Menurut Muhammad (2005), ada beberapa pendekatan analisis
pembiayaan yang dilakukan oleh pengelola bank syariah, yaitu:
1. Pendekatan jaminan, artinya bank dalam memberikan pembiayaan selalu
memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh
peminjam.
2. Pendekatan karakter, artinya bank mencermati secara sungguh-sungguh
terkait dengan karakter nasabah.
3. Pendekatan kemampuan pelunasan artinya bank menganalisis kemampuan
nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang diambil.
4. Pendekatan dengan studi kelayakan artinya bank memperhatikan kelayakan
usaha yang dijalankan oleh nasabah peminjam.
5. Pendekatan fungsi-fungsi bank artinya bank memperhatikan fungsinya
sebagai lembaga intermediari keuangan yaitu mengatur mekanisme dana
yang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan.
Demikian juga yang dikemukakan oleh Sutan Remy Sjahdeini bahwa
analisa pembiayaan diperlukan agar bank syariah memperoleh keyakinan
bahwa pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan oleh nasabah. Pada
dasarnya ada 2 (dua) aspek yang dianalisa:
1. Analisa terhadap kemauan membayar disebut analisa kualitatif (willingnes
to repay). Aspek yang dianalisa mencakup karakter dan komitmen nasabah.
2. Analisa terhadap kemampuan membayar disebut analisa kuantitatif (ability
to repay). Pendekatan yang digunakan adalah menentukan kemampuan
bayar dan perhitungan kebutuhan modal usaha nasabah adalah dengan
pendekatan pendapatan bersih.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediasi (intermediary
institution), yaitu berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan. Pada sisi aktiva neraca bank
syariah bagian terbesar dana operasional setiap bank syariah disalurkan dalam
bentuk pembiayaan. Kenyataan ini menggambarkan bahwa pembiayaan adalah
sumber pendapatan bank yang terbesar, namun sekaligus merupakan sumber
risiko operasi bisnis yang terbesar. pembiayaan bermasalah bahkan menjadi
kategori macet menjadi masalah bagi bank syariah, karena dengan adanya
pembiayaan bermasalah bukan saja menurunkan pendapatan bagi bank syariah
tetapi juga menggerogoti jumlah dana operasional dan likuiditas keuangan bank
syariah, yang akhirnya akan menggoyahkan kesehatan bank syariah dan pada
akhirnya akan merugikan nasabah penyimpan / nasabah investor. Hal ini
dikarenakan sebagian besar dana yang dipergunakan oleh bank syariah dalam
menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan adalah dana nasabah penyimpan /
nasabah investor, sehingga dana nasabah penyimpan / nasabah investor wajib
mendapat perlindungan hukum. Oleh karena itu, diperlukan manajemen risiko
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalian risiko yang
sesuai dengan kegiatan usaha perbankan syariah. Langkah-langkah yang
dilakukan bank syariah tersebut dalam rangka memitigasi risiko harus
mempertimbangkan kesesuaian dengan Prinsip Syariah.

B. Saran
Bahwa bilamana bank syariah tidak berhati-hati dalam mengelola risiko- risiko
tersebut, akibatnya akan berdampak pada kesehatan bank syariah, yang pada
akhirnya tidak menutup kemungkinan bank syariah akan kesulitan likuditas dan
berakibat menurunnya kepercayaan masyarakat sehingga masyarakat akan
menarik dananya secara bersamaan, apabila hal ini terjadi maka akan sangat
berpengaruh pada eksistensi pada bank syariah. Bank Indonesia akan berupaya
untuk menyehatkan kembali bank syariah, akan tetapi jika upaya yang
dilakukan tidak berhasil maka upaya terakhir yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dengan mencabut ijin usaha bank syariah.
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhamad Syafi’i, Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum, Jakarta:


Tazkia Institute, 2000.
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet, 2002.
Ayub, Muhammad, Understanding Islamic Finance, England: John Wiley and
Sons Ltd, England, 2008, diterjemahkan oleh Aditya Wisnu Pribadi,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Hidayat, Mohamad, An Introduction to The Sharia economic, Jakarta: Zikrul


Hakim, 2010.
Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2007.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogjakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan (UPP) AMP YKPN,2005.

Susanto, Burhanuddin, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Jogjakarta: UII


Press, 2008.
Yahman dan Trisadini Prasastinah Usanti, Bunga Rampai Hukum Aktual Dalam
Perspektif Hukum Bisnis Kontraktual Berimplikasi Pidana dan Perdata,
Mitra Mandiri: Surabaya, 2011.

Sjahdeini, Sutan Remy, Kapita Selecta Hukum Perbankan , Bahan Kuliah Hukum
Perbankan, tanpa tahun.
Usanti, Trisadini Prasastinah,”Karakteristik Prinsip Kehati-Hatian Pada Kegiatan
Usaha Perbankan Syariah”, Disertasi, Surabaya: Pascasarjana Unair, 2010.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 31. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3472.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182. Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3790.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan


Syariah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111.
Peraturan Bank Indonesia Nomor13/23/PBI/2011 tentang Penerapan Manajemen
Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
UAS MANAJEMEN RESIKO SDM

ANALISIS RESIKO PADA BAGIAN PROTOKOL DAN


KOMUNIKASI PIMPINAN SETDA KABUPATEN OGAN
KOMERING ILIR

OLEH :

EKA JUHITA (182510086)

Dosen Pengampuh : Dr. Fitriasuri, S.E., Ak., M.M,

Mata Kuliah : Manajemen Resiko SDM

Angkatan : 33 / ARI

PROGRAM PASCA SARJANA MANAJEMEN

UNIVERSITAS BINA DARMA

PALEMBANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesempatan, rahmat, hidayah, dan anugrah-Nya Yang Agung,
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Analisis Resiko pada
Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten OKI“.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dengan segala kerendahan
hati, peneliti mengucapkan terima kasih khususnya kepada Semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil selama ini.
Penulis menyadari, dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
perbaikan di masa depan. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan mereka dan Makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca dan juga penulis lainnya.

Kayuagung, Mei 2020


Penulis,

Eka Juhita
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Resiko merupakan keadaan yang tidak pasti, di mana jika terjadi suatu
keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian. Risiko
berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.Sebuah organisasi
mempunyai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai untuk mewujudkan visi
misinya. Dalam pencapaian tujuan organisasi terdapat banyak kemungkinan
yang terjadi yang dapat mengakibatkan tujuan tidak dapat tercapai sesuai
yang diharapkan.
Risiko dapat disebabkan faktor dari luar maupun faktor dari dalam
yang dapat menyebabkan ketidakpastian dalam usaha mencapai tujuan dan
sasaran yang diinginkan. Setiap bagian dalam organisasi memiliki risikonya
tersendiri.Untuk memudahkan identifikasi, risiko biasanya diuraikan dalam
tiga hal yakni penyebab, peristiwa dan dampak. Ketiga hal tersebut dapat
dirangkai dalam kalimat secara sederhana sebagai berikut 'karena terjadi
sesuatu (sebab), telah terjadi (peristiwa), sehingga mengakibatkan (dampak
pada sasaran). Dalam memastikan tercapainya tujuan, maka risiko harus
dikelola dengan baik. Pengelolaan tersebut diharapkan dapat meminimalkan
kemungkinan terjadinya risiko atau mengurangi dampak yang terjadi
sehingga tujuan dapat tercapai. Pengelolaan risiko dimulai dari upaya
mengenali, mengukur mengevaluasi risiko hingga melaksanakan upaya
penanganannya. Pengelolaan risiko yang efektif akan membantu
mengidentifikasi risiko mana yang menjadi ancaman terbesar bagi organisasi
dan memberikan panduan untuk menanganinya. Berdasarkan uraian diatas,
maka penulis membuat makalah yang berjudul Analisis Resiko pada Bagian
Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Ogan Komering Ilir.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengertian Manajemen Resiko ?
2. Resiko-resiko apa saja yang ada pada Bagian Protokol dan Komunikasi
Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir
3. Manajemen Resiko apa saja yang ada pada Bagian Protokol dan
Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir?

1.3 TUJUAN PENULIS


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan
dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Manajemen Resiko.
2. Untuk mengetahui resiko-resiko apa saja yang ada pada Bagian Protokol
dan Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering
Ilir
3. Untuk mengetahui Manajemen Resiko ada pada Bagian Protokol dan
Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir.

1.4 MANFAAT MAKALAH


Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai referensi dan bahan pertimbangan khususnya untuk
pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manajemen
resiko.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi instansi terkait dalam
mengelola dan mengantispasi resiko yang ada pada organisasi tersebut
untuk menentukan kebijakan secara tepat agar mencapai produktivitas
kerja pada Instansi terkait.
3. Sebagai informasi dengan referensi bacaan bagi penulis lain yang akan
melakukan penelitian dengan topik yang sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN RESIKO


Pengertian resiko menurut H. Abbas Salim (1998:4) adalah ketidak
pastian atau uncertainly yang mungkin melahirkan kerugian. Tidak jauh
berbeda dengan pendapat diatas Ferdinand Silalahi (1997:80) mengartikan
resiko adalah penyimpangan hasil aktual dari yang diharapkan atau hasil yang
berbeda dengan yang diharapkan.
Risiko beragam jenisnya, mulai dari risiko kecelakaan, kebakaran,
risiko kerugian, fluktuasi kurs, perubahan tingkat bunga, dan lainnya. Salah
satu cara untuk mengelompokkan risiko adalah dengan melihat tipe-tipe
risiko. Tipe-tipe resiko yaitu sebagai berikut :
1. Risiko Murni (Pure Risk)
2. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)
3. Risiko Dinamis Dan Statis
4. Risiko Obyektif Dan Subyektif

2.2 IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN RESIKO


Jika risiko tidak bisa diukur, maka kita tidak bisa mengelola risiko.
Langkah dalam identifikasi dan pengukuran risiko yaitu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi risiko dan mempelajari karakteristik risiko tersebut
2. Mengukur risiko tersebut, melihat seberapa besar dampak risiko tersebut
terhadap kinerja perusahaan, dan menentukan prioritas risiko tersebut.

2.3 RESIKO KERUSAKAN PROPERTI DAN KEWAJIBAN


1. Resiko Property
Resiko property merupakan risiko yang mungkin terjadi atas properti
(harta benda) mencakup banyak hal seperti kebakaran, banjir, perusakan,
dan lainnya.
2. Risiko Gugatan ( Liability )
Muncul jika pengadilan memutuskan kita sebagai pihak tertanggung
yang harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya.

2.4 RESIKO KEMATIAN


Risiko kematian adalah suatu keadaan tidak pasti yang kemungkinan
memberikan akibat merugikan yaitu kematian (Muhammad Idris, 2010)

2.5 RESIKO KESEHATAN, KECELAKAAN MOBIL, DAN


KECELAKAAN KERJA
1. Risiko Kesehatan
Penyebab Utama: Penduduk Yang Semakin Tua (Kematian Yang
Tertunda)
2. Risiko Kecelakaan Kendaraan
Kecelakaan kendaraan praktis terjadi sejak kendaraan diciptakan.
Penyebab utama kecelakaan adalah pengemudi mabuk atau dalam
pengaruh obat, tidak perhatian, terlalu lelah, bahaya di jalan (seperti salju,
lubang, hewan, dan pengemudi teledor)
3. Kecelakaan Kerja
Pekerja menghadapi risiko kecelakaan kerja . Kecelakaan kerja karena
terpeleset atau terantuk benda merupakan penyebab kecelakaan kerja
paling sering

2.6 RESIKO OPERASIONAL


Basel II (lembaga yang mengatur perbankan internasional)
mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko yang timbul karena
kegagalan dari proses internal, manusia, sistem, atau dari kejadian eksternal.

2.7 RESIKO SPEKULATIF LAINNYA


A. Risiko Perubahan Kurs
Kurs adalah nilai suatu mata uang relative terhadap mata uang lainnya.
B. Risiko Teknologi
Dalam kasus yang lebih ekstrim, teknologi baru bisa menghancurkan
perusahaan yang tidak menguasai teknologi baru tersebut.
C. Risiko Lainnya
Disamping risiko perubahan kurs dan risiko teknologi, masih banyak risiko
spekulatif lainnya yang dihadapi oleh perusahaan, seperti: Risiko
Likuiditas, Risiko Politik (Sovereign Risk), dan Resiko Lainnya

2.8 TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN RESIKO


Alternatif Pengelolaan Risiko yaitu :
1. Penghindaran Risiko (Risk Avoidance)
2. Pengendalian Risiko (Risk Control)
3. Penanggungan atau Penahanan Risiko (Risk Retention)
4. Pengalihan Risiko (Risk Transfer)
5. Pendanaan Risiko
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 BAGIAN PROTOKOL DAN KOMUNIKASI PIMPINAN SETDA OKI


Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Ogan
Komering Ilir merupakan Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ilir yang terletak di Jalan Yusuf Singedekane No.1 Muara Baru
Kayuagung, Ogan Komering Ilir (OKI) . Tugas dari Bagian Protokol dan
Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten OKI yaitu membantu Bupati dalam
penyusunan kebijakan dan pengkoordinasian administratif terhadap
pelaksanaan tugas Perangkat Daerah serta pelayan administratif.

3.2 JENIS RESIKO PADA BAGIAN PROTOKOL DAN KOMUNIKASI


PIMPINAN SETDA OKI
1. Resiko Kerusakan Properti
- Resiko Kerusakan Alat-Alat perlengkapan sewaktu acara berlangsung
seperti rusaknya sound system (pengeras suara) dan kerusakan pada
kamera foto dan video untuk pendokumentasian
- Resiko kerusakan papan pengumuman atau spanduk informasi
dikarenakan adanya hujan lebat dan pengrusakan dari masyarakat yang
tidak bertanggung jawab
Dalam hal tersebut untuk mengantispasinya resiko kerusakan properti
harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :
- Melakukan pengecekan berkala terhadap alat-alat perlengkapan acara,
kamera foto dan video, serta pengecekan berkala terhadap papan
pengumuman atau spanduk informasi pada tempat-tempat yang telah
dipasang.
- Segera melakukan perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan yang
terjadi, agar properti-properti yang rusak dapat dimanfaatkan lagi
penggunaannya.
2. Resiko Kesehatan
- Adanya jadwal kunjungan koordinasi yang banyak dan padat
menyebabkan para pegawai di instansi mengalami kelelahan
- Penggunaan alat elektronik seperti komputer dan hp sebagai alat
pendukung kegiatan menyebabkan mudahnya resiko terpapar radiasi
sehingga memicu penyakit yang serius seperti kanker.
Untuk mengantispasinya resiko kesehatan tersebut maka dilakukan hal-hal
yaitu :
- Adanya asuransi kesehatan seperti Asuransi kesehatan BPJS sehingga
para pegawai bisa konsultasi dan cek up kesehatan secara rutin
menggunakan asuransi BPJS terutama ketika ada keluhan penyakit
sehingga pegawai tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk
kesehatan.
- Adanya acara senam sehat setiap hari jumat yang merupakan salah satu
cara untuk memelihara kesehatan dengan olahraga.
3. Resiko Kecelakaan
- Penggunaan alat-alat eletronik dan perangkat listrik seperti Komputer,
Printer dan yang lainnya yang digunakan untuk melengkapi administrasi
kantor, karena kesemua perangkat tersebut bisa berfungsi dengan
menggunakan listrik jadi ketika akan menggunakan peralatan kerja
tersebut sudah pasti harus hati-hati karena rentan mengalami kecelakaan
seperti tersetrum listrik, adanya konsleting listrik yang dapat
menyebabkan kebakaran dan kecelakaan lainnya.
- Dalam melakukan koordinasi dan konsultasi ataupun kunjungan kegiatan
mengikuti acara kegiatan kepala daerah ke daerah-daerah terpencil yang
hampir memakan waktu yang cukup lama sudah pasti membuat rentan
mengalami kecelekaan kerja Dalam mengantispasi hal tersebut diperlukan
tingkat kehati-hatian dan fokus yang tinggi ketika akan memulai kegiatan
tersebut, dan menggunakan pengaman yang sesuai prosedur keselamatan
kerja.
4. Resiko Pasar
Ketika melakukan kegiatan pengadaan Kontrak Baleho dan Spanduk untuk
informasi publik terkadang setelah melakukan kontrak kerjasama dan
kegiatan baru mulai berjalan, ada bebeberapa perusahaan yang
menawarkan harga pengadaan baleho lebih murah dan lebih bagus. Untuk
mengantisipasi hal tersebut maka sebelum melakukan kontrak kerjasama
diperlukan survey harga oleh pelaksana kegiatan sehingga pembelian
barang tersebut akan mendapatkan harga terendah.
5. Resiko Operasional
- Didalam penjadwalan kegiatan Kepala Daerah biasanya ada Koordinasi
terlebih dahulu antara pihak penyelenggara kegiatan dengan bagian
protokol dan KP sebelum jadwal kegiatan dimasukan dalam sistem
penjadwalan, tetapi kadang kala karena terlalu banyak jadwal kegiatan
yang diatur pada satu hari tersebut menyebabkan adanya benturan
jadwal yang satu dengan jadwal kegiatan yang lain yang dilaksanakan
pada hari dan waktu yang sama sehingga membuat pelaksanaan
kegiatan tersebut tidak berjalan lancar, berarti disini sistem pengawasan
dan koordinasi tidak terlaksana dengan baik
- Ketika akan melaksanakan Perjalanan Dinas Luar Daerah kadang kala
Dana tranpor untuk perjalan tersebut belum bisa dicairkan sehingga
untuk transport sendiri menggunakan uang pribadi, nanti ketika sdh ada
pencairan dana, uang yg dipakai untuk transport tersebut diganti.
Artinya Perencanaan kegiatan dan Pendanaan yang dibuat tidak sesuai
dengan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan.
- SDM yang ada pada Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan setda
Kabupaten Ogan Komering Ilir sangat lah terbatas sehingga terkadang
untuk satu orang biasanya melaksanakan banyak pekerjaan, sehingga
kadang-kadang human error terjadi seperti dalam pembuatan kwitansi
salah pengetikan nilai transaksi atau pembuatan buku kas umum yang
nominalnya salah input dan lain sebagainya.
Dalam mengantispasi resiko-resiko operasional tersebut perlu dilakukan
pelatihan dan bimbingan agar untuk meningkatkan kinerja pegawai-
pegawai sehingga tugas dan fungsi yang dilaksanakan dapat dikerjakan
secara optimal serta perlu dilakukan pengawasan dan pembinaan secara
berkala terhadap kinerja yang dilakukan pegawai sehingga jika ada
kesalahan-kesalahan dapat segera diperbaiki.
6. Risiko Teknologi
Risiko teknologi dapat terjadi karena dalam pelaksanaan kegiatan
menggunakan sistem berbasis teknologi, misalnya dalam keuangan
menggunakan aplikasi SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Keuangan
Daerah), dalam hal ini teknologi sangat membantu dalam kegiatan, namun
jika terdapat error system, atau hack bahkan virus, maka akan berpengaruh
sangat besar dan menghambat kegiatan, karena kegiatan tidak dapat
berjalan. Sumber risiko dapat secara internal yaitu teknis, misalnya error
system itu sendiri. Dan secara eksternal yaitu manusia misalnya hack dan
lainnya. Penggunaan Jaringan yang aman dan stabil sangat diperlukan
serta SDM tenaga ahli dalam teknologi juga diperlukan dalam
menghindari resiko yang akan terjadi tersebut.
7. Risiko Politik ( Soverign Risk )
Karena adanya kepentingan pihak tertentu, terkadang dapat terjadi
Perubahan peraturan, dimana pada Pemerintahan bergantinya pimpinan
berarti berganti kebijakan dan peraturan. Hal ini terkadang membuat
gejolak dalam organisasi, karena tidak sejalan dengan kebijakan
sebelumnya, atau kepentingan beberapa pihak. Sehingga menimbulkan
kerusuhan sosial yang disertai dengan gangguan fisik ( misal kantor
dibakar ) atau gangguan lain yang lebih seriu. Untuk mengantispasinya hal
tersebut diperlukan pemberian pemahaman dan penyuluhan terkait hal
tersebut kepada pelaku politik dengan didasarkan peraturan-peraturan yang
ada serta pemberdayaan SDM yang bisa menerima perubahan diperlukan
agar tidak terjadi kerusuhan sosial.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pedoman tentang penerapan Manajemen Risiko masih belum efektif
dilakukan di Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda
Kabupaten Ogan Komering Ilir sehingga banyak resiko-resiko yang
terkadang terjadi dan sulit untuk di antispasi dan menyebabkan banyak
dampak.
2. Masih banyak kendala yang dialami Bagian Protokol dan Komunikasi
Publik Setda Kabupaten Ogan Komering Ilr dalam menerapkan
Manajemen Risiko. Di antaranya adalah kurang pahamnya Perangkat
Daerah tentang pentingnya Manajemen Risiko.

3.2 SARAN
Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Ogan
Komering Ilir harus mensosialisasikan pedoman tentang manajemen resiko
yang sudah ditetapkan kepada seluruh pegawai secara berkala agar
pedoman tersebut dapat dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya
sehingga setiap pegawai mengetahui dan mengerti tentang pentingnya
Manajemen Risiko untuk mewujudkan Good Governance.
Selain itu, Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda
Kabupaten Ogan Komering Ilir harus mengadakan pelatihan-pelatihan
teknis tentang bagaimana penerapan Manajemen Risiko sesuai dengan
Pedoman yang berlaku, sehingga Manajemen Risiko bisa digunakan
dengan efektif sebagai salah satu antispasi menuju kegagalan dalam
pencapaian tujuan visi dan misi organisasi tersebut.
REFERENSI

Abbas Salim, 1998, Asuransi dan Manajemen Resiko, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Ferdinand Silalahi, 1997, Manajemen Resiko dan Asuransi, PT. Gramedia


Pustaka, Jakarta.

Mata Kuliah Manajemen Resiko SDM Pascasarjana, Univesitas Bina Darma,


Palembang.
UAS MANAJEMEN RESIKO SDM

ANALISIS RESIKO PADA BAGIAN PROTOKOL DAN


KOMUNIKASI PIMPINAN SETDA KABUPATEN OGAN
KOMERING ILIR

OLEH :

EKA JUHITA (182510086)

Dosen Pengampuh : Dr. Fitriasuri, S.E., Ak., M.M,

Mata Kuliah : Manajemen Resiko SDM

Angkatan : 33 / ARI

PROGRAM PASCA SARJANA MANAJEMEN

UNIVERSITAS BINA DARMA

PALEMBANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesempatan, rahmat, hidayah, dan anugrah-Nya Yang Agung,
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Analisis Resiko pada
Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten OKI“.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dengan segala kerendahan
hati, peneliti mengucapkan terima kasih khususnya kepada Semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil selama ini.
Penulis menyadari, dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
perbaikan di masa depan. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan mereka dan Makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca dan juga penulis lainnya.

Kayuagung, Mei 2020


Penulis,

Eka Juhita
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Resiko merupakan keadaan yang tidak pasti, di mana jika terjadi suatu
keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian. Risiko
berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.Sebuah organisasi
mempunyai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai untuk mewujudkan visi
misinya. Dalam pencapaian tujuan organisasi terdapat banyak kemungkinan
yang terjadi yang dapat mengakibatkan tujuan tidak dapat tercapai sesuai
yang diharapkan.
Risiko dapat disebabkan faktor dari luar maupun faktor dari dalam
yang dapat menyebabkan ketidakpastian dalam usaha mencapai tujuan dan
sasaran yang diinginkan. Setiap bagian dalam organisasi memiliki risikonya
tersendiri.Untuk memudahkan identifikasi, risiko biasanya diuraikan dalam
tiga hal yakni penyebab, peristiwa dan dampak. Ketiga hal tersebut dapat
dirangkai dalam kalimat secara sederhana sebagai berikut 'karena terjadi
sesuatu (sebab), telah terjadi (peristiwa), sehingga mengakibatkan (dampak
pada sasaran). Dalam memastikan tercapainya tujuan, maka risiko harus
dikelola dengan baik. Pengelolaan tersebut diharapkan dapat meminimalkan
kemungkinan terjadinya risiko atau mengurangi dampak yang terjadi
sehingga tujuan dapat tercapai. Pengelolaan risiko dimulai dari upaya
mengenali, mengukur mengevaluasi risiko hingga melaksanakan upaya
penanganannya. Pengelolaan risiko yang efektif akan membantu
mengidentifikasi risiko mana yang menjadi ancaman terbesar bagi organisasi
dan memberikan panduan untuk menanganinya. Berdasarkan uraian diatas,
maka penulis membuat makalah yang berjudul Analisis Resiko pada Bagian
Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Ogan Komering Ilir.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pengertian Manajemen Resiko ?
2. Resiko-resiko apa saja yang ada pada Bagian Protokol dan Komunikasi
Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir
3. Manajemen Resiko apa saja yang ada pada Bagian Protokol dan
Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir?

1.3 TUJUAN PENULIS


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan
dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Manajemen Resiko.
2. Untuk mengetahui resiko-resiko apa saja yang ada pada Bagian Protokol
dan Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering
Ilir
3. Untuk mengetahui Manajemen Resiko ada pada Bagian Protokol dan
Komunikasi Pimpinan Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir.

1.4 MANFAAT MAKALAH


Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai referensi dan bahan pertimbangan khususnya untuk
pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manajemen
resiko.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi instansi terkait dalam
mengelola dan mengantispasi resiko yang ada pada organisasi tersebut
untuk menentukan kebijakan secara tepat agar mencapai produktivitas
kerja pada Instansi terkait.
3. Sebagai informasi dengan referensi bacaan bagi penulis lain yang akan
melakukan penelitian dengan topik yang sejenis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN RESIKO


Pengertian resiko menurut H. Abbas Salim (1998:4) adalah ketidak
pastian atau uncertainly yang mungkin melahirkan kerugian. Tidak jauh
berbeda dengan pendapat diatas Ferdinand Silalahi (1997:80) mengartikan
resiko adalah penyimpangan hasil aktual dari yang diharapkan atau hasil yang
berbeda dengan yang diharapkan.
Risiko beragam jenisnya, mulai dari risiko kecelakaan, kebakaran,
risiko kerugian, fluktuasi kurs, perubahan tingkat bunga, dan lainnya. Salah
satu cara untuk mengelompokkan risiko adalah dengan melihat tipe-tipe
risiko. Tipe-tipe resiko yaitu sebagai berikut :
1. Risiko Murni (Pure Risk)
2. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)
3. Risiko Dinamis Dan Statis
4. Risiko Obyektif Dan Subyektif

2.2 IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN RESIKO


Jika risiko tidak bisa diukur, maka kita tidak bisa mengelola risiko.
Langkah dalam identifikasi dan pengukuran risiko yaitu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi risiko dan mempelajari karakteristik risiko tersebut
2. Mengukur risiko tersebut, melihat seberapa besar dampak risiko tersebut
terhadap kinerja perusahaan, dan menentukan prioritas risiko tersebut.

2.3 RESIKO KERUSAKAN PROPERTI DAN KEWAJIBAN


1. Resiko Property
Resiko property merupakan risiko yang mungkin terjadi atas properti
(harta benda) mencakup banyak hal seperti kebakaran, banjir, perusakan,
dan lainnya.
2. Risiko Gugatan ( Liability )
Muncul jika pengadilan memutuskan kita sebagai pihak tertanggung
yang harus membayar ganti rugi kepada pihak lainnya.

2.4 RESIKO KEMATIAN


Risiko kematian adalah suatu keadaan tidak pasti yang kemungkinan
memberikan akibat merugikan yaitu kematian (Muhammad Idris, 2010)

2.5 RESIKO KESEHATAN, KECELAKAAN MOBIL, DAN


KECELAKAAN KERJA
1. Risiko Kesehatan
Penyebab Utama: Penduduk Yang Semakin Tua (Kematian Yang
Tertunda)
2. Risiko Kecelakaan Kendaraan
Kecelakaan kendaraan praktis terjadi sejak kendaraan diciptakan.
Penyebab utama kecelakaan adalah pengemudi mabuk atau dalam
pengaruh obat, tidak perhatian, terlalu lelah, bahaya di jalan (seperti salju,
lubang, hewan, dan pengemudi teledor)
3. Kecelakaan Kerja
Pekerja menghadapi risiko kecelakaan kerja . Kecelakaan kerja karena
terpeleset atau terantuk benda merupakan penyebab kecelakaan kerja
paling sering

2.6 RESIKO OPERASIONAL


Basel II (lembaga yang mengatur perbankan internasional)
mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko yang timbul karena
kegagalan dari proses internal, manusia, sistem, atau dari kejadian eksternal.

2.7 RESIKO SPEKULATIF LAINNYA


A. Risiko Perubahan Kurs
Kurs adalah nilai suatu mata uang relative terhadap mata uang lainnya.
B. Risiko Teknologi
Dalam kasus yang lebih ekstrim, teknologi baru bisa menghancurkan
perusahaan yang tidak menguasai teknologi baru tersebut.
C. Risiko Lainnya
Disamping risiko perubahan kurs dan risiko teknologi, masih banyak risiko
spekulatif lainnya yang dihadapi oleh perusahaan, seperti: Risiko
Likuiditas, Risiko Politik (Sovereign Risk), dan Resiko Lainnya

2.8 TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN RESIKO


Alternatif Pengelolaan Risiko yaitu :
1. Penghindaran Risiko (Risk Avoidance)
2. Pengendalian Risiko (Risk Control)
3. Penanggungan atau Penahanan Risiko (Risk Retention)
4. Pengalihan Risiko (Risk Transfer)
5. Pendanaan Risiko
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 BAGIAN PROTOKOL DAN KOMUNIKASI PIMPINAN SETDA OKI


Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Ogan
Komering Ilir merupakan Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ilir yang terletak di Jalan Yusuf Singedekane No.1 Muara Baru
Kayuagung, Ogan Komering Ilir (OKI) . Tugas dari Bagian Protokol dan
Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten OKI yaitu membantu Bupati dalam
penyusunan kebijakan dan pengkoordinasian administratif terhadap
pelaksanaan tugas Perangkat Daerah serta pelayan administratif.

3.2 JENIS RESIKO PADA BAGIAN PROTOKOL DAN KOMUNIKASI


PIMPINAN SETDA OKI
1. Resiko Kerusakan Properti
- Resiko Kerusakan Alat-Alat perlengkapan sewaktu acara berlangsung
seperti rusaknya sound system (pengeras suara) dan kerusakan pada
kamera foto dan video untuk pendokumentasian
- Resiko kerusakan papan pengumuman atau spanduk informasi
dikarenakan adanya hujan lebat dan pengrusakan dari masyarakat yang
tidak bertanggung jawab
Dalam hal tersebut untuk mengantispasinya resiko kerusakan properti
harus dilakukan hal-hal sebagai berikut :
- Melakukan pengecekan berkala terhadap alat-alat perlengkapan acara,
kamera foto dan video, serta pengecekan berkala terhadap papan
pengumuman atau spanduk informasi pada tempat-tempat yang telah
dipasang.
- Segera melakukan perbaikan terhadap kerusakan-kerusakan yang
terjadi, agar properti-properti yang rusak dapat dimanfaatkan lagi
penggunaannya.
2. Resiko Kesehatan
- Adanya jadwal kunjungan koordinasi yang banyak dan padat
menyebabkan para pegawai di instansi mengalami kelelahan
- Penggunaan alat elektronik seperti komputer dan hp sebagai alat
pendukung kegiatan menyebabkan mudahnya resiko terpapar radiasi
sehingga memicu penyakit yang serius seperti kanker.
Untuk mengantispasinya resiko kesehatan tersebut maka dilakukan hal-hal
yaitu :
- Adanya asuransi kesehatan seperti Asuransi kesehatan BPJS sehingga
para pegawai bisa konsultasi dan cek up kesehatan secara rutin
menggunakan asuransi BPJS terutama ketika ada keluhan penyakit
sehingga pegawai tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk
kesehatan.
- Adanya acara senam sehat setiap hari jumat yang merupakan salah satu
cara untuk memelihara kesehatan dengan olahraga.
3. Resiko Kecelakaan
- Penggunaan alat-alat eletronik dan perangkat listrik seperti Komputer,
Printer dan yang lainnya yang digunakan untuk melengkapi administrasi
kantor, karena kesemua perangkat tersebut bisa berfungsi dengan
menggunakan listrik jadi ketika akan menggunakan peralatan kerja
tersebut sudah pasti harus hati-hati karena rentan mengalami kecelakaan
seperti tersetrum listrik, adanya konsleting listrik yang dapat
menyebabkan kebakaran dan kecelakaan lainnya.
- Dalam melakukan koordinasi dan konsultasi ataupun kunjungan kegiatan
mengikuti acara kegiatan kepala daerah ke daerah-daerah terpencil yang
hampir memakan waktu yang cukup lama sudah pasti membuat rentan
mengalami kecelekaan kerja Dalam mengantispasi hal tersebut diperlukan
tingkat kehati-hatian dan fokus yang tinggi ketika akan memulai kegiatan
tersebut, dan menggunakan pengaman yang sesuai prosedur keselamatan
kerja.
4. Resiko Pasar
Ketika melakukan kegiatan pengadaan Kontrak Baleho dan Spanduk untuk
informasi publik terkadang setelah melakukan kontrak kerjasama dan
kegiatan baru mulai berjalan, ada bebeberapa perusahaan yang
menawarkan harga pengadaan baleho lebih murah dan lebih bagus. Untuk
mengantisipasi hal tersebut maka sebelum melakukan kontrak kerjasama
diperlukan survey harga oleh pelaksana kegiatan sehingga pembelian
barang tersebut akan mendapatkan harga terendah.
5. Resiko Operasional
- Didalam penjadwalan kegiatan Kepala Daerah biasanya ada Koordinasi
terlebih dahulu antara pihak penyelenggara kegiatan dengan bagian
protokol dan KP sebelum jadwal kegiatan dimasukan dalam sistem
penjadwalan, tetapi kadang kala karena terlalu banyak jadwal kegiatan
yang diatur pada satu hari tersebut menyebabkan adanya benturan
jadwal yang satu dengan jadwal kegiatan yang lain yang dilaksanakan
pada hari dan waktu yang sama sehingga membuat pelaksanaan
kegiatan tersebut tidak berjalan lancar, berarti disini sistem pengawasan
dan koordinasi tidak terlaksana dengan baik
- Ketika akan melaksanakan Perjalanan Dinas Luar Daerah kadang kala
Dana tranpor untuk perjalan tersebut belum bisa dicairkan sehingga
untuk transport sendiri menggunakan uang pribadi, nanti ketika sdh ada
pencairan dana, uang yg dipakai untuk transport tersebut diganti.
Artinya Perencanaan kegiatan dan Pendanaan yang dibuat tidak sesuai
dengan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan.
- SDM yang ada pada Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan setda
Kabupaten Ogan Komering Ilir sangat lah terbatas sehingga terkadang
untuk satu orang biasanya melaksanakan banyak pekerjaan, sehingga
kadang-kadang human error terjadi seperti dalam pembuatan kwitansi
salah pengetikan nilai transaksi atau pembuatan buku kas umum yang
nominalnya salah input dan lain sebagainya.
Dalam mengantispasi resiko-resiko operasional tersebut perlu dilakukan
pelatihan dan bimbingan agar untuk meningkatkan kinerja pegawai-
pegawai sehingga tugas dan fungsi yang dilaksanakan dapat dikerjakan
secara optimal serta perlu dilakukan pengawasan dan pembinaan secara
berkala terhadap kinerja yang dilakukan pegawai sehingga jika ada
kesalahan-kesalahan dapat segera diperbaiki.
6. Risiko Teknologi
Risiko teknologi dapat terjadi karena dalam pelaksanaan kegiatan
menggunakan sistem berbasis teknologi, misalnya dalam keuangan
menggunakan aplikasi SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Keuangan
Daerah), dalam hal ini teknologi sangat membantu dalam kegiatan, namun
jika terdapat error system, atau hack bahkan virus, maka akan berpengaruh
sangat besar dan menghambat kegiatan, karena kegiatan tidak dapat
berjalan. Sumber risiko dapat secara internal yaitu teknis, misalnya error
system itu sendiri. Dan secara eksternal yaitu manusia misalnya hack dan
lainnya. Penggunaan Jaringan yang aman dan stabil sangat diperlukan
serta SDM tenaga ahli dalam teknologi juga diperlukan dalam
menghindari resiko yang akan terjadi tersebut.
7. Risiko Politik ( Soverign Risk )
Karena adanya kepentingan pihak tertentu, terkadang dapat terjadi
Perubahan peraturan, dimana pada Pemerintahan bergantinya pimpinan
berarti berganti kebijakan dan peraturan. Hal ini terkadang membuat
gejolak dalam organisasi, karena tidak sejalan dengan kebijakan
sebelumnya, atau kepentingan beberapa pihak. Sehingga menimbulkan
kerusuhan sosial yang disertai dengan gangguan fisik ( misal kantor
dibakar ) atau gangguan lain yang lebih seriu. Untuk mengantispasinya hal
tersebut diperlukan pemberian pemahaman dan penyuluhan terkait hal
tersebut kepada pelaku politik dengan didasarkan peraturan-peraturan yang
ada serta pemberdayaan SDM yang bisa menerima perubahan diperlukan
agar tidak terjadi kerusuhan sosial.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pedoman tentang penerapan Manajemen Risiko masih belum efektif
dilakukan di Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda
Kabupaten Ogan Komering Ilir sehingga banyak resiko-resiko yang
terkadang terjadi dan sulit untuk di antispasi dan menyebabkan banyak
dampak.
2. Masih banyak kendala yang dialami Bagian Protokol dan Komunikasi
Publik Setda Kabupaten Ogan Komering Ilr dalam menerapkan
Manajemen Risiko. Di antaranya adalah kurang pahamnya Perangkat
Daerah tentang pentingnya Manajemen Risiko.

3.2 SARAN
Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Ogan
Komering Ilir harus mensosialisasikan pedoman tentang manajemen resiko
yang sudah ditetapkan kepada seluruh pegawai secara berkala agar
pedoman tersebut dapat dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya
sehingga setiap pegawai mengetahui dan mengerti tentang pentingnya
Manajemen Risiko untuk mewujudkan Good Governance.
Selain itu, Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda
Kabupaten Ogan Komering Ilir harus mengadakan pelatihan-pelatihan
teknis tentang bagaimana penerapan Manajemen Risiko sesuai dengan
Pedoman yang berlaku, sehingga Manajemen Risiko bisa digunakan
dengan efektif sebagai salah satu antispasi menuju kegagalan dalam
pencapaian tujuan visi dan misi organisasi tersebut.
REFERENSI

Abbas Salim, 1998, Asuransi dan Manajemen Resiko, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Ferdinand Silalahi, 1997, Manajemen Resiko dan Asuransi, PT. Gramedia


Pustaka, Jakarta.

Mata Kuliah Manajemen Resiko SDM Pascasarjana, Univesitas Bina Darma,


Palembang.
MAKALAH
MANAJEMEN RISIKO

Di Susun Oleh :

Nama : Hasnul Amri


Nim : 182510098
Kelas : Magister Manajemen/ R2
Dosen Pembimbing : Fitriasuri , S.E., Ak., M.M

Magister Manajemen
Universitas Bina Darma Palembang
Tahun Pelajaran 2019 / 2020
Kata Pengantar

Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta
alam atas segala karunia nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Manajemen Resiko” disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Manajemen Risiko

Makalah ini berisi tentang bagaimana cara mengidentifikasi manajemen


risiko pada perusahaan mulai dari purchasing sampai kepada barang siap dijual.
Dalam penyusunannya penulis melibatkan berbagai pihak, baik dari dalam
universitas maupun luar universitas. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
terima kasih atas segala dukungan yang diberikan untuk menyelesaikan makalah
ini.

Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai
manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya
dan masih jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Besar harapan penulis makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana
pembantu masyarakat dalam membuka usaha retail.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat


mengambil manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Palembang, 08 Mei 2020

(Penulis)
Daftar Isi
BAB I....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN................................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG....................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN.........................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN...................................................................................................... 3

1.1 Risiko Permintaan............................................................................................ 12

1.2 Risiko Komoditas.............................................................................................12

1.3 Risiko Politik atau Negara............................................................................... 12

1.4 Risiko Operasional...........................................................................................12

BAB III.................................................................................................................. 34

KASUS...................................................................................................................34

BAB IV.................................................................................................................. 39

KESIMPULAN......................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 40
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini dikarenakan kurangnya
informasi atau bahkan tidak tersedianya cukup informasi mengenai apa yang akan
terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan
ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah
risiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend
utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara
konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.
Oleh sebab itu resiko sangat perlu diolah karena resiko mengandung biaya
yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan tekstile
yang mengalami kebakaran. Kerugian dari peristiwa tersebut adalah kerugian
finansial akibat asset yang terbakar, juga tidak dapat beroperasinya perusahaan
selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah
macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya
arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik
perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi melalui pengelolaan manajemen resiko yang
baik. Salah satunya dengan menerapkan 5 langkah manajemen risiko yang akan
dijelaskan dalam makalah ini, dan mengenai pengelolaan manajemen risiko.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN

Risiko sebagai suatu ketidakpastian dapat berakibat kerugian bagi perusahaan.


Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah agar dapat :

1. Mengetahui cara menerapkan 5 langkah memanajemen risiko


2. Mengetahui jenis jenis risiko
3. Mengetahui teknik teknik pengelolaan risiko

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENYEBAB DILAKUKANNYA MANAJEMEN RISIKO

Risiko bisa didefinisikan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, risiko bisa
didefinisikan sebagai kejadian yang merugikan. Definisi lain yang sering dipakai
untuk analisis investasi, adalah kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang
dari yang diharapkan.
Deviasi standar merupakan alat statistic yang bisa digunakan untuk mengukur
penyimpangan, karena itu deviasi standar bisa dipakai untuk mengukur risiko.
Pengukuran yang lain adalah menggunakan probabilitas.
Risiko berkaitan erat dengan kondisi ketidakpastian. Risiko muncul karena
ada kondisi ketidakpastian.

TINGKAT KARAKTERISTIK CONTOH


KETIDAKPASTIAN
TIDAK ADA (PASTI) Hasil bisa diprediksi dengan Hukum alam
pasti
KETIDAKPASIAN Hasil bisa diidentifikasi dan Permainan dadu, kartu
OBJEKTIF probabilitas diketahui
KETIDAKPASTIAN Hasil bisa diidentifikasi tapi Kebakaran, kecelakaan
SUBJEKTIF probabilitas tidak diketahui mobil, investasi
SANGAT TIDAK Hasil tidak bisa Eksplorasi angkasa
PASTI diidentifikasi dan
probabilitas tidak diketahui

Ketidakpastian bisa tercermin dari fluktuasi pergerakan yang tinggi. Semakin


tinggi fluktuasi, semakin besar ketidakpastiannya. Bagan berikut ini menunjukkan
fluktuasi harga beberapa instrument (dihitung berdasarkan deviasi standar
tahunan). Terlihat bahwa semua harga instrument berfluktuasi. Sebagai contoh,

3
saham mempunyai fluktuasi sebesar 14%, sementara harga listrik mempunyai
fluktuasi sebesar 228%.

Ada beberapa factor yang mendorong peningkatan fluktuasi tersebut :

1. Globalisasi dunia (globalisasi dunia membuat keterkaitan perekonomian


dunia lebih erat. Kejadian disuatu Negara akan lebih cepat mempengaruhi
Negara lain).
2. LIberalisasi dunia (liberalisasi dunia membuka pasar domestic teradap asing,
mempunyai efek yang sama dengn globalisasi)
3. Proses informasi yang semakin cepat, reaksi investor yang semakin cepat.
(teknologi yang semakin maju membuat investor atau peaku psaar semakin
canggih dalam memproses informasi)

Manajemen risiko bertujuan mengelola risiko tersebut sehingga kita bisa


memperoleh hasil yang paling optimal. Jika perusahaan tersebut tidak bisa
mengelola risiko dengan baik, maka organisasi tersebut bisa mengalami kerugian
yang signifikan. Karena itu risiko yang dihadapi oleh perusahaan harus dikelola
atau dikelola seoptimal mungkin. Selain itu manajemen risiko merupakan
perwujudan dari Good Corporate Governance. Karena, salah satu komponen dari

4
Good Corporate Governance adalah manajemen risiko yang baik, seperti apakah
manajemen mempunyai pemahaman yang baik mengenai risiko yang dihadapi
oleh perusahaan, apakah manajemen memahami implikasi dari risiko tersebut.

2.2 KARAKTERISTIK MANAJEMEN RISIKO YANG BAIK

Manajemen Risiko yang baik membuat suatu organisasi mampu mengelola


risiko dengan baik, sehingga kerugian yang signifikan bisa terhindar. Secara
umum, manajemen risiko yang baik mencakup beberapa elemen yaitu :

1. Memahami bisnis perusahaan


2. Formal, sistematis, terintegrasi, dan komprehensif
3. Mengembangkan infrastuktur risiko
4. Menetapkan mekanisme kontrol
5. Menetapkan batas (limits)
6. Memfokuskan pada aliran kas
7. Menetapkan sistem insentif yang tepat
8. Mengembangkan budaya sadar risiko

Memahami bisnis perusahaan merupakan salah satu kunci keberhasilan


manajemen risiko perusahaan. Tanggung jawab tersebut tidak hanya ada di
pundak direksi dan manajer, tetapi juga semua anggota organisasi. Semuanya
harus menyadari bahwa pekerjaannya akan berpengaruh terhadap risiko organisasi,
dan pekerjaannya akan berpengaruh terhadap risiko organisasi, dan pekerjaannya
berkaitan dengan fungsi lainnya dalam suatu organisasi. Pemahaman mendalam
terhadap bisnis perusahaan dan keunikannya akan menghasilkan pelaksanaan
manajemen risiko yang berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan lain.

Sebagai contoh, di suatu perusahaan, manajemen risiko berangkat dari


departemen audit (yang selalu menguji kepatuhan organisasi terhadap
standar-standar yang ada, yang kemmudian bergeser menjadi pendekatan yang
lebih aktif (evaluasi diri atau self assesment) berkaitan dengan manajemen risiko.
Perusahaan lain akan menekankan pada struktur organisasi manajemen risiko

5
yang kuat (mmisal komite manajemen risiko yang kuat) dan menggunakan teknik
kuantitatif untuk analisis risiko. Dengan kata lain, model manajemen risiko tidak
bisa diterapkan sama untuk semua situasi. Harus ada penyesuaian – penyesuaian
terhadap karakteristik unik perusahaan.

Formal, berarti kegiatan manajemen risiko dilakukan secara ”resmi” oleh


organisasi, dilakukan dengan sadar untuk tujuan tertentu. Kegiatan tersebut juga
didukung oleh manajemen puncak. Juga mencakup penyediaan Infrastuktur keras
dan lunak oleh perusahaan. Contoh Infrastuktur keras adalah penyediaan ruang
kerja, pembentukan struktur organisasi, komputer, model statistik, dan lain
sebagainya. Contoh Infrastuktur lunak adalah budaya kehati hatian, organisasi
yang responsif terhadap risiko, dan lain sebagainya.

Manajemen risiko yang efektif membutuhkan infrastuktur risiko yang


mendukung (dalam hal ini adalah struktur organisasi). Pada contoh Chase
Manhattan, Chase menggunakan komite risiko yang cukup kuat, yaitu terdiri dari
lima sub-komite yang mencakup lima risiko yaitu risiko kredit, pasar, modal,
operasi dan fidusia (fuduciary). Kelima sub komite tersebut melapor kepada
komite eksekutif yang memberikan pandangan strategis dan integratif terhadap
manajemen risiko. Komite manajemen risiko mempunyai otoritas dan tanggung
jawab berkaitan dengan manajemen risiko organisasi. Melalui komite tersebut,
struktur manajemen risiko dengan berbagai tugas yang lebih detail bisa
dikembangkan lebih lanjut.

Terintegrasi menunjukkan bahwa kegiatan tersebut menyatu dengan kegiatan


lain dalam organisasi. Sebagai ilustrasi, manajer lini (misal manajer pemasaran)
akan lebih baik jika diminta juga untuk mengevaluasi risiko dari kepurusannya.
Dengan tindakan semacam itu, manajer lini diharapkan bisa melakukan keputusan
bisnis sekaligus mengelola risikonya.

Komprehensif menunjukkan bahwa manajemen risiko bukan merupakan


kegiatan parsial, tetapi kegiatan yang menyeluruh. Kegiatan manajemen risiko
bukan hanya pekerjaan manajer risiko, tetapi juga merupakan pekerjaan manajer

6
lini. Misalnya manajer bisa saja membeli asuransi untuk gabungan risiko yang
dihadapi oleh perusahaan, tidak hanya risiko bangunan saja, tetapi risiko
bangunan dan risiko bisnis lainnya.

Manajemen risiko yang efektif harus mempunyai sistem pengendalian yang


baik, di mana mekanisme saling mengontrol bisa terjadi. Dengan mekanisme
tersebut, tidak ada orang yang mempunyai kekuasaan yang berlebihan untuk
mengambil risiko atas nama perusahaan. Mekanisme kontrol yang baik juga
memastikan tidak adanya pemusatan kekuasaan pada satu atau dua orang saja.
Pemusatan tersebut akan menghalangi mekanisme check and balances.

Salah satu contoh kegagalan mengelola risiko yang terkenal adalah kasus
Bank Baring. Bank Baring mengalami kebangkrutan pada pertengahan tahun
1990-an karena satu orang tradernya (Nick Lesson) membawahi dua fungsi
sekaligus, yaitu fungsi pencatatan dan fungsi trading. Jika ia mengalami
keuntungan, ia akan mencatat keuntungan tersebut. Tetapi jika ia mengalamai
kerugian, ia akan menyembunyikan kerugian tersebut. Akibatnya kerugian yang
dialaminya tidak ada yang mengawasi, sampai akhirnya kerugian tersebut tidak
terkendali (melebihi modal Bank Baring).

Penentuan batas (limits) merupakan bagian integral dari manajemen risiko.


Manajer harus diberi tahu kapan bisa/ harus jalan dan kapan harus berhenti.
Keputusan bisnis bisa diumpamakan sebagai gas, sedangkan manajemen risiko
bisaa diumpamakan sebagai rem. Jika manajemen risiko tidak berfungsi sebagai
mana mestinya, maka perusahaan bisa diumpamakan seperti mobil yang melaju
kenncang tanpa ada rem.

Penetapan batas akan tergantung dari tipe risikonya, sebagai contoh : untuk
risiko pasar, batas mungkin VAR maksimum tertentu, pembatasan pada jenis
instrumen yang bisa diperdagangkan, kualifikasi trader, durasi, batas untuk stop
loss (jika kerugian mencapai batas tertentu, maka posisi dijual, untuk mencegah
kerugian yang semakin besar). Untuk risiko kredit, pembatasan mencakup antara
lain konsentrasi kredit pada nasabah, sektor tertentu, atau negara tertentu, tingkat

7
risiko dari calon nasabah. Untuk risiko operasional, batas risiko mencakup antara
lain standar kualitas minimum (mmisal jumlah maksimum kesalahan yang bisa
ditolerir) untuk operasi, sistem dan proses.

Aliran kas yang seharusnya menjadi perhatian perussahaan. Banyak kejahatan


dan pelanggaran yang terjadi, seperti mengambil kas dari perusahaan. Pengawasan
yang memadai harus dilakukan, misalnya otorisasi untuk setiap cek yang
dikeluarkan, atau untuk transfer uang. Atau pengecekan konsistensi anatara
transaksi kas dengan posisi kas.

Sebagai contoh, Enron mencatat laba bersih sebesar $3,3 Milyar selama lima
tahun 1996-2000. Pada periode yang sama, Enron hanya melaporkan 4114 juta
kas yang diterima, hanya 3 persen dari laba bersih. Sepertinya membutuhkan
waktu yang terlalu lama bagi Enron untuk merubah labanya menjadi kas. (Ini
adalah indikasi ada sesuatu yang salah pada perusahaan).

Sistem insentif bisa digunakan untuk membuat perilaku seseorang menjadi


lebih sadar risiko. Sebagai contoh Chase menggunakan Shareholders Value
Added (SVA) sebagai cara untuk mendorong perilaku sadar risiko. Manajer Chase
akan dinilai berdasarkan SVA yang mereka ciptakan. SVA dihitung sebagai
berikut ini :

SVA = Pendapatan Operasional – Beban Untuk Modal

Beban untuk modal dihitung berdasarkan risiko dari modal tersebut (jika
menggunakan modal untuk kegiatan yang beresiko maka beban modal akan lebih
besar). Jadi, jika manajer melakukan aktivitas yang beresiko, maka ia harus
menghasilkan keuntungan yang lebih besar untu mengompensasi risiko tersebut.

Perusahaan harus bisa memberikan target yang realistis. Sebagai contoh, jika
perusahaan menetapkan target pertumbuhan penjualan sebesar 25% ketika
rata-rata industri hanya mempunyai pertumbuhan penjualan 5%, maka target

8
semacam itu cenderung mendorong perilaku yang beresiko tinnggi.Untuk
mengembangkan budaya sadar risiko bisa dengan bermacam cara, misalnya :

1. Menetapkan suasana keseluruhan (setting the tone) yang kondusif untuk


perilaku yang berhati hati, mulai dari atas dengan menunjukkan komitmen
dari manajemen puncak.
2. Menetapkan prinsip – prinsip manajemen risiko yang bisa mengarahkan
budaya, perilaku, dan nilai risiko dari organisasi.
3. Mendorong komunikasi yang terbuka untuk mendiskusikan isu risiko,
dampak risiko tersebut, belajar bersama dari kejadian – kejadian di
perusahaan atau perusahaan lain.
4. Memberikan program pelatihan dan pengembangan yang berkaitan
dengan manajemen risiko.

Mendorong perilaku yang mendukung manajemen risiko melalui evaluasi


dan sistem insentif yang sesuai.

9
2.3 5 LANGKAH PROSES MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
Berikut ini adalah lima langkah proses manajemen risiko perusahaan :

5 Langkah Proses
manajemen risiko Mengidentifikasi dan
perusahaan memahami risiko risiko
utama perusahaan

 Risiko
Permintaan

 Risiko
Komoditas

 Risiko Politik
atau risiko Menentukan tipe risiko yang
Operasional akan diterima atau
 Risiko Nilai
ditransfer
Tukar

Memutuskan seberapa
besar risiko yang akan
ditransfer

Memasukkan risiko dalam


seluruh proses pengambilan
keputusan perusahaan

Memonitor dan mengelola


risiko yang ditanggung
perusahaan

10
1. Mengidentifikasi dan memahami risiko-risiko utama perusahaan.
Secara umum langkah – langkah dalam identifikasi dan pengukuran
risiko adalah sebagai berikut :

Mengidentifikasi
risiko dan Mengukur risiko tersebut (melihat
mempelajari seberapa besar dampak risiko
tersebut terhadap kinerja
karakteristik risiko
perusahaan, dan menetukan
tersebut
prioritas risiko tersebut).
Identifikasi risiko menggunakan :
- Analisis sekuen risiko
- Mengidentifikasi sumber
sumber risiko
- Teknik pendukung lainnya

Beberapa sumber utama risiko :

11
1.1 Risiko Permintaan
Yaitu risiko permintaan atas produk dan jasa karena factor
persaingan dan dampak kedaaan ekonomi di suatu Negara.
1.2 Risiko Komoditas
Fluktuasi harga komoditas yang penting untuk perusahaan dapat
mengurangi arus kas perusahaan. Misalnya, kenaikan harga minyak
yang terjadi pada tahun 2007 – 2008 menyebabkan kerugian pada
perusahaan penerbangan karena meningkatnya biaya bahan bakar.
1.3 Risiko Politik atau Negara
Tempat perusahaan beroperasi dapat menciptakan masalah karena
adanya ketidakstabilan politik atau intervensi pemerintah terhadap
kegiatan bisnis perusahaan.
1.4 Risiko Operasional
Basel II (lembaga yang mengatur perbankan internasional)
mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko yang timbul karena
kegagalan dari proses internal, manusia, system, atau dari kejadian
eksternal. Atau dapat dikatakan bahwa biaya operasi actual yang jauh
lebih tinggi daripada yang dianggarkan adalah sumber volatilitas dari
arus kas perusahaan.
1.4.1 Kegagalan dari proses internal
Merupakan risiko yang berkaitan dengan kegagalan proses atau
prosedur internal organisasi, berikut beberapa contoh risiko
tersebut :
- Risiko yang diakibatkan kurang lengkapnya dokumentasi,
atau dokumentasi yang salah (Bank Baring merupakan
contoh dari risiko ini).
- Kesalahan transaksi
- Pengawasan yang kurang memadai

12
- Pelaporan yang kurang memadai sehingga kepatuhan
terhadap peraturan internal dan eksternal tidak terpenuhi.
1.4.2 Kegagalan mengelola manusia
Karyawan merupakan asset penting bagi perusahaan, tetapi
juga merupakan sumber risiko operasional bagi perusahaan.
Risiko tersebut dapat terjadi dengan sengaja ataupun tidak
disengaja.
Kasus transaksi yang salah pada bank UBS Warburg
adalah contoh dari kesalahan tidak disengaja. Contoh kesalahan
yang disengaja adalah penggelapan kas perusahaan, atau kasus
pembobolan bank yang dilakukan melibatkan karyawan
internal.
Beberapa contoh risiko operasional yang bersumber dari
manusia :
- Kecelakaan kerja
- Tergantung pada karyawan kunci tertentu, sehingga jika
karyawan tersebut meninggal atau berpindah kerja,
perusahaan menghadapi masalah.
- Integritas karyawan yang kurang (sehingga karyawan
tersebut bisa menggelapkan uang perusahaan, atau
melakukan aktivitas yang berada diluar wilayah
otoritasnya.

Risiko manusia tersebut mengharuskan perusahaan untuk


mempunyai karyawan yang mempunyai kualifikasi,
pengalaman, dan integritas yang diperlukan.

1.4.3 Risiko system


System teknologi bisa memberikan kontribusiyang
signifikan bagi organisasi, di lain pihak system tersebut akan
memunculkan risiko baru bagi organisasi. Berikut contoh
beberapa risiko yang muncul berkaitan dengan system :

13
- Kerusakan data
- Kesalahan pemrograman
- Sistem keamanan yang kurang baik
- Penggunaan teknologi yang belum teruji
- Terlalu mengandalkan model tertentu untuk keputusan
bisnis. Contoh : Long term capital mengalami kehancuran
setelah model matematis mereka memprediksi probabilitas
kejadian gagal adalah 0,000001 (walau probabilitas rendah,
ternyata kejadian tersebut terjadi dan mengejutkan pihak
perusahaan). Long term Capital mempunyai posisi yang
sangat besar pada rebel rusia.
1.4.4 Risiko eksternal
Risiko eksternal berkaitan dengan kejadian yang bersumber
dari luar organisasi, dan di luar pengendalian organisasi.
Kejadian semacam itu biasanya jarang terjadi, tetapi
mempunyai dampak yang cukup besar (frekuensi rendah/
severity tinggi). Contoh dari risiko eksternal adalah
perampokan, serangan teroris, dan bencana alam.

Salah satu cara untuk mengukur risiko operasional adalah dengan


membuat matriks Severity (Keseriusan) dan Frekuensi risiko. Yaitu
dengan mengklasifikasian risiko kedalam 4 kuadran :

a) Quadrant I (Prevent at Source) : Signifikansi (severity) tinggi dan


Likelhood (frekuensi) tinggi.
b) Quadrant II (Detect and Monitor) : Signifikansi (severity) tinggi
dan Likelihood (frekuensi) rendah.
c) Quadrant III (Monitor) : Signifikansi (severity) rendah dan
Likelihood (frekuensi) tinggi.
d) Quadrant IV (Low Control) : Signifikansi (severity) rendah dan
Likelihood (frekuensi) rendah

14
1.5 Risiko Nilai Tukar
Nilai tukar atau kurs adalah nilai suatu mata uang relative
terhadap mata uang lainnya. Sebagai contoh,kurs Rp/$ bisa dituliskan
sebagai berikut :

Artinya 1 dolar
Rp. 10.000/$ Amerika serikat
bermilai 10.000
rupiah

Nilai absolute dari kurs tersebut barangkali tidak begitu penting,


melainkan perubahan kurs nya yang lebih diperhatikan. Jika rupiah
cenderung melemah terhadap dolar AS, maka kecenderungan tersebut
bisa mengindikasikan sesuatu. Mata uang suatu Negara merupakan
cerminan kondisi ekonomi suatu Negara. Jika perekonomian suatu

15
Negara membaik, maka mata uang Negara tersebut cenderung
menguat terhadap mata uang Negara lainnya.
Besarnya dana yang masuk ke dalam suatu Negara juga
mempengaruhi nilai kurs. Seperti yang sedang dilakukan pemerintah
di tahun 2016 mengenai kebijakan tax amnesty yang membuat dana
dari luar negri masuk ke dalam negri menyebabkan mata uang rupiah
meningkat.

Investasi membangun property


Efek dana
masuk ke
dalam negri Menaikkan likuiditas bank

Menguatnya nilai mata uang rupiah

Didalam suatu perusahaan, sumber risiko bisa lebih dari satu sumber.
lalu jika sudah ditetapkan sumber sumber risikonya, tentukan mana risiko
yang akan diterima dan tidak, mana risiko yang ditransfer dan tidak.

16
Sebagai contoh pada perusahaan United Grain Growers-UGG. UGG
merupakan perusahaan kanada yang bermarkas di Winnipeg, Manitoba, yang
memberikan jasa komersial kepada petani dan pasar pertanian di seluruh
dunia.
Bisnis UGG terdiri dari 4 segmen utama : Grain Handling Services (Jasa
Penanganan Bibit Tanaman), Crop Production Services (Jasa Produksi),
Livestock Services , dan Business Communication. Setelah diidentifikasi oleh
konsultan Willis Risk Solution UGG menghadapi 6 (enam) risiko yang sudah
diurutkan dari tipe risiko yang paling penting yaitu :
- Risiko harga komoditas : harga komoditas yang jatuh padahal perusahaan
memegang komoditas tersebut.
- Risiko cuaca : cuaca yang tidak menguntungkan sehingga mengacaukan
panen, dan kemudian menurunkan volume pertanian yang dikirimkan oleh
perusahaan (penjualan menurun)
- Risiko counterparty : pemasok atau konsumen tidak memenuhi kontraknya
- Risiko lingkungan : yaitu risiko perusahaan menghadapi tuntutan hukum
karena perusahaan dituduh merusak lingkungan.
- Risiko persediaan : persediaan rusak karena membusuk
- Risiko kredit : yaitu counterparty gagal bayar kepada perusahaan
Setelah dilakukan diskusi UGG menganggap risiko komoditas adalah yang
paling penting.
Manajemen risiko yang dilakukan UGG adalah :
a. Menahan risiko tersebut (Retention)
UGG memutuskan untuk menanggung sendiri risiko tersebut dan tidak
mengurangi eksposurnya. Karena jika UGG tidak mengendalikan risikonya,
kinerja keuangan UGG akan sangat berfluktuasi. Yang berakibat pada
naiknya tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor akibat premi
risiko yang tinggi.
b. Menggunakan derivative cuaca
Pada akhir tahun 1990, derivative cuaca merupakan instrument yang masih
baru. Kontrak tresebut dijual di pasar OTC (Over The Counter). Kontrak bisa

17
dibuat dengan menggunakan beberapa variable sedemikian rupa sehingga
bisa memenuhi kebutuhan pembelinya. Variable tersebut bisa jadi
temperature, curah hujan, indeks panas, dan lainnya.
Dengan menggunakan variable – variable tersebut, bisa dibuat sedemikian
rupa sehingga struktur pay-off menyerupai opsi put, opsi call, swap atau
kombinasi derivative tersebut.
Namun, derivative cuaca mempunyai risiko jika indeks cuaca tersebut
mengalami penurunan. Maka penurunan indeks cuaca tersebut bisa dihedge
dengan membeli long opsi put (guna mengompensasi kerugian jika indeks
cuaca menurun).
Hedging dengan derivative cuaca seperti itu, tidak semudah yang
dibayangkan, karena instrument tersebut tidak banyak diperdagangkan.
Disamping itu, UGG harus mengkonversi indeks cuaca dan kontrak
derivative sedemikian rupa sehingga hedging yang efektif bis dilakukan.
c. Membeli asuransi
Membeli asuransi untuk risiko cuaca, dengan trigger pengiriman industry.
Jadi, jika risiko sedang jelek/ pengiriman biji pertanian berkurang,
perusahaan akan mengalami kerugian. Maka dari itu perusahaan membeli
asuransi cuaca dengan trigger pengiriman industry (bukan pengiriman yang
dilakukan oleh UGG). Karena, jika triggernya adalah UGG kemungkinan
akan timbul moral hazard guna mendapatkan klaim asuransi.
Jika triggernya adalah pengiriman industry, UGG tidak dapat
mempermainkan pengiriman industry. Nantinya, Pengiriman industry juga
akan berkorelasi erat dengan pengiriman UGG (panen membaik maka
pengiriman industry besar, sebaliknya panen memburuk pengiriman industry
kecil)
d. Pendanaan risiko yang terintegrasi
Wilis Risko Solution berpikir bahwa eksposur – eksposur tersebut bisa
digabungkan kedalam satu portofolio, kemudian asuransi dibeli berdasarkan
gabungan eksposur tersebut. Dengan penggabungan semacam itu, kerugian
pada satu eksposur bisa dikompensasi dengan keuntungan dari eksposur

18
lainnya dan dapat mengurangi biaya asuransi (jika dibandingkan dengan
membayar asuransi yang berbeda untuk masing - masing eksposur).
Analisis kuantitatif menunjukkan bahwa lima eksposur dari enam eksposur
sudah dikelola dengan cukup baik melalui teknik pengendalian internal.
Sedangkan risiko atau ekposur cuaca belum bisa dikelola (dikarenakan cuaca
adalah factor eksternal). Karena korelasi yang rendah antara risiko tersebut,
maka Wilis menganjurkan untuk mengasuransikan berdasarkan eksposur
gabungan tersebut.
Pada bulan Desember UGG menerapkan program pendanaan risiko
terintegrasi dengan Swiss Re yang menggabungkan eksposur property and
casualty (harta benda dan kecelakaan) dengan risiko volume biji pertanian
(risiko cuaca).
e. Membangun infrastuktur manajemen risiko
Sebagai asil akhir dari manajemen risiko UGG, infrastuktur manajemen
risikoUGG semakin baik. Infrastuktur tersebut mencakup komite manajemen
risiko, alat dan software manajemen risiko, dan metode manajemen risiko
yang semakin baik.
Salah satu tujuan dari program manajemen risiko UGG adalah menurunkan
biaya modal UGG. Penurunan biaya modal tersebut diperoleh dari perubahan
struktur modal UGG, yakni peningkatan penggunaan hutang yang
mempunyai biaya modal lebih rendah. Penggunaan hutang lebih banyak
tersebut dimungkinkan (di acc) jika aliran kas perusahaan lebih stabil
(dikarenakan risiko menjadi lebih kecil).
Berikut contoh perubahan struktur modal UGG pada jumlah modal $573,4
juta.

19
Sebelum program Sesudah program
manajemen risiko manajemen risiko
C$juta (%) C$juta C$juta (%) C$juta
Hutang jangka pendek 138,3 2,8% 3,9 144,2 2,8% 4,1
Hutang jangka panjang 150,3 4,5 6,7 156,7 4,5 7,0
Total hutang 288,5 3,7 10,6 300,9 3,7 11,1
Pajak ditunda 51,6 51,6
Modal saham :
Saham Preferen 22,1 5,0 1,1 22,1 5,0 1,1
Saham Biasa 211,1 13,0 27,4 198,7 13,0 25,8
Total Investasi 573,4 6,8% 39,2 573,4 6,6 38,0
Utang 50% 52,5%
Penurunan biaya modal 0,2% 1,2

Adapun Teknik Pendukung Identifikasi Risiko lainnya yaitu :

 Metode laporan keuangan


Yaitu menganalisis laporan keuangan dan memperkirakan risiko apa
saja yang dapat muncul dari rekening-rekening laporan keuangan
tresebut.
 Menganalisis flow chart kegiatan dan operasi perusahaan
Misal menganalisis proses produksi, dan memperkirakan
kemungkinan munculnya kegiatan yang tidak diinginkan dari proses
produksi tersebut
 Analisis kontrak
Analisis kontrak bertujuan melihat risiko yang bisa muncul karena
kontrak teretntu

20
 Catatan statistik kerugian dan laporan kerugian perusahaan
Jika perusahaan mempunyai database yang baik, perusahaan bisa
mencatat kerugian – kerugian yang dialami oleh perusahaan.
Perusahaan bisa menetapkan standar ke normal-an yang tertentu untuk
setiap kejadian. Jika suatu kejadian muncul dengan catatan tidak
normal, maka manajer risiko bisa memeriksa lebih lanjut
penyebabnya.
 Survey atau wawancara terhadap manajer

2. Menentukan tipe risiko yang akan diterima dan ditransfer


Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah berikutnya adalah
mengelola risiko. Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola
risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian
yang besar. Risiko bisa dikelola dengan berbagai cara seperti :
a) Penghindaran
b) Ditahan (retention. Yaitu menghadapi risiko)
c) Diversifikasi (menyebar eksposur)
d) Transfer risiko (membeli asuransi)
e) Pengendalian risiko (dilakukan untuk mencegah atau menurunkan
probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan.
Contoh memasang alarm kebakaran untuk mengendalikan risiko)
f) Pendanaan risiko (yaitu bagaimana mendanai kerugian yang terjadi
jika suatu risiko muncul, misal dari asuransi, ataukah dana cadangan)

3. Memutuskan tipe risiko yang harus ditanggung


Menentukan risiko mana sajakah yang akan ditanggung. Misalnya
seperti kasus United Grain Grower, perusahaan memutuskan untuk
menanggung ke enam risiko tersebut, namun kelima eksposur sudah
dikendalikan dengan baik secara internal. Sedangkan risiko cuaca belum
dapat ditangani dengan baik, maka risio cuaca yang ditangani lebih lanjut
dengan menggunakan derivatif cuaca.

21
4. Memasukkan risiko dalam seluruh proses pengambilan keputusan
perusahaan
Seperti halnya telah dijelaskan dalam “karakteristik manajemen risiko
yang baik”, risiko harus diperhitungkan di setiap keputusan bisnis dan
keputusan perusahaan. Dengan cara menentukan mekanisme yang tepat,
penetapan batas dan penentuan sistem insentif yang tepat.
5. Memonitor dan mengelola risiko yang ditanggung perusahaan.
Selalu memonitor risiko yang telah dikelola oleh perusahaan, agar
dapat mengevaluasi apakah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan
sudah sesuai dengan rencana. dan mengawasi keputusan harian perusahaan
konsisten dengan profil risikonya. Perusahaan memusatkan tanggung
jawab untuk memonitor risiko perusahaan kepada Chief Officer yang
bertanggung jawab secara langsung kepada CEO serta secara berkala
menyampaikannya kepada komisaris dan direksi lainnya.

2.4 PENGELOLAAN RISIKO


1. DENGAN KONTRAK ASURANSI
Keputusan untuk mengasuransikan suatu risiko mempertimbangkan
biaya pembelian kontrak asuransi (besarnya premi) dan manfaat yang akan
diperoleh karena memiliki kontrak asuransi.
Berikut beberapa contoh dari kontrak asuransi :

22
Tipe Risiko Tipe Asuransi Yang Digunakan

Kerusakan properti perusahaan Asuransi Property


yang diakibatkan oleh kebakaran
dan tindakan vandalisme
Kerugian bisnis karena adanya Asuransi pegawai dan pimpinan
penutupan bisnis sementara yang
disebabkan oleh pegawai atau
pimpinan perusahaan seperti
keputusan yang salah dan tindakan
yang tidak sesuai dengan peraturan
perusahaan yang terkait dengan
aktivitas perusahaan.
Kerugian bisnis karena adanya Asuransi gangguan bisnis
penutupan bisnis sementara yang
disebabkan oleh kebakaran
Kehilangan penghasilan karena Asuransi kehidupan pegawai kunci
cacat atau kematian yang terjadi
terhadap pegawai yang memiliki
posisi kunci
Kerugian karena kecelakaan kerja Asuransi kompensasi pekerja
yang dialami pekerja

Menurut Jenis Usaha Perasuransian


Menurut UU no. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, jenis
usaha perasuransian dibagi menjadi beberapa jenis :
a. Asuransi kerugian (nonlife insurance)
Usaha yang memberikan jasa – jasa dalam penanggulangan resiko atas
kerugian , kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti . Asuransi
kerugian juga disebut sebagai general insurance karena lingkup

23
usahanya yang sangat luas. Usaha asuransi kerugian dapat dibagi
sebagai berikut :
o Asuransi kebakaran adalah asuransi yang diakibatkan karena
kejadian yang tidak disengaja, misalnya : petir, ledakan, dan
kejatuhan pesawat.
o Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan (marine
insurance) penanggung atau perusahaan asuransi akan menjamin
kerugian yang dialami tertanggung akibat terjadinya kehilangan
atau kerusakan pada saat pelayaran.
o Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat
digolongkan ke dalam asuransi kebakaran dan asuransi
pengangkutan. Jenisnya antara lain : asuransi kendaraan bermotor,
asuransi kecelakaan diri, pencurian uang dalam pengangkutan dan
penyimpanan, kecurangan dan sebagainya.
b. Asuransi jiwa (life insurance)
Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan
asuransi dalam penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan jiwa atau
meninggalnya seorang yang dipertanggungkan. Asuransi jiwa
memberikan :
 Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan
 Santunan bagi tertanggung yang meninggal
 Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh
meninggalnya orang kunci
 Penghimpun dana untuk persiapan pensiun

Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan menjadi tiga


yaitu :
 Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance). Biasanya polis
asuransi jiwa ini diterbitkan dalam suatu nilai tertentu dengan premi
yang dibayar secara periodic (bulanan, triwulan, semesteran, dan
tahunan).

24
 Asuransi jiwa kelompok (group life insurance). Asuransi jiwa yang
biasanya dikeluarkan tanpa ada pemeriksaan medis atas suatu
kelompok orang dibawah satu polis induk di mana masing - masing
anggota kelompok menerima sertifikat partisipasi.
 Asuransi Jiwa industrial (industrial life insurance). Dalam jenis
asuransi ini dibuat dengan jumlah nominal tertentu. Premi umumnya
dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah pemilik polis kepada
agen yang isebut debit agent.

3. Reasuransi (reinsurance)
Pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan dari
asuransi. Reasuransi sebagai sistem penyebaran risiko dimana
penaggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan
yang dututupnya kepada penaggung yang lain. Pihak tertanggung
disebut ceding company, dan penanggung adalah reasuradur. Dalam
menjalankan usaha, ada kemungkinana perusahaan asuransi
menanggung risiko yang lebih besar dari kemampuan financialnya.
Untuk mengatasi penyebaran risiko, dilakukan dengan dua mekanisme,
yaitu : koasuransi dan reasuransi. Koasuransiadalah pertangunggan
yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi.
Sedangkan Reasuransi adalah proses untuk mengasuransikan kembali
pertanggung jawaban pada pihak tertanggung.

2. DENGAN LINDUNG NILAI “ FORWARD CONTRACTS”


2.1 menggunakan forward contracts untuk lindung nilai risiko harga
komoditas
Kontrak yang menentukan harga saat ini untuk pembelian di
masa depan disebut dengan Forward Contract. Kontrak forward
merupakan persetujuan pribadi antara dua lembaga keuangan atau
antara lembaga keuangan dengan klien-klien perusahaan.

25
Misalnya, jika perusahaan harus membeli 10.000 barel minyak mentah
satu bulan mendatang tetapi sangat khawatir harga minyak mentah
akan naik dalam 30 hari kedepan. Maka perusahaan dapat membuat
kontrak forward untuk membeli minyak yang akan dikirimkan 1 bulan
kedepan dengan tingkat harga yang ditentukan saat ini.
Umumnya forward contract adalah negosiasi antara
perusahaan yang mengelola risiko dengan financial intermediary
seperti Investment Bank.
Kelebihan kontrak forward adalah dapat disusun sesuai dengan
kebutuhan pihak pihak yang terlibat. Sedangkan kekurangannya
adalah :
 credit risk eksposure
yaitu salah satu pihak tidak dapat melaksanakan kewajibannya
 berbagi informasi stratejik
 nilai pasar kontrak negosiasi tidak mudah ditentukan

Hull (2008: 5) menyatakan kontrak forward hampir sama dengan


kontrak futures pada perjanjian untuk membeli atau menjual aset pada
waktu tertentu di masa yang akan datang dengan harga yang tertentu.
Namun, kontrak futures 21 diperdagangkan pada lantai bursa sedangkan
kontrak forward diperdagangkan pada pasar over-the-counter. Pasar
over-the-counter (OTC) merupakan pasar perdagangan alternative yang
menghubungkan dealers melalui jaringan telepon dan komputer sehingga
tidak terjadi pertemuan secara fisik antar dealers. Kontrak forward adalah
salah satu alat paling mendasar dan paling tua untuk mengelola risiko
keuangan. Kontrak forward secara legal adalah perjanjian mengikat antara
dua pihak yang meminta penjualan aset atau produk di masa yang akan
datang dengan harga yang disetujui pada hari ini. Pasal-pasal dalam
kontrak meminta satu pihak untuk mengirimkan barang kepada yang lain
untuk tanggal tertentu di masa yang akan datang, disebut dengan tanggal
penyerahan (settlement date). Pihak lain membayar harga forward yang

26
sebelumnya telah disetujui dan mengambil barang tersebut. Kontrak
forward dapat di beli dan di jual. Pembeli dari kontrak forward memiliki
kewajiban untuk memiliki kewajiban untuk menerima pengiriman tersebut
dan membayar untuk barang tersebut, penjual dari kontrak forward
memiliki kewajiban untuk melakukan pengiriman dan menerima
pembayaran. Pembeli dari kontrak forward mendapatkan manfaat jika
harga meningkat karena pembeli akan memiliki harga terkunci yang lebih
rendah. Hal yang sama, penjual akan menang jika harga turun karena
harga jual yang lebih tinggi telah dikunci.

3. DENGAN LINDUNG NILAI INSTRUMENT KEUANGAN


DERIVATIF YANG DIPERDAGANGKAN
3.1 future contracts
Future contracts adalah kontrak untuk membeli dan menjual
komoditas tertentu (misalnya jagung atau financial claim (surat utang
pemerintah) pada harga dan periode waktu tertentu.
Kontrak futures diperdagangkan di bursa terorganisasi, dan
ketentuan kontrak distandarisasi oleh bursa. Terdapat 2 kategori dasar
dari future contract yang diperdagangkan di bursa berjangka yaitu :
 commodity futures
 financial futures
Sebagian besar harga kontrak future ditentukan terlebih dahulu dan
harga kontrak future pada saat tergantung harga pasar pada saat itu.
Harga yang disetujui antara pembeli dan penjual disebut harga future.
Dimana kontrak futures adalah kontrak berjangka panjang yang
bersifat mengikat atau memberi kewajiban kepada kedua belah pihak
untuk membeli atau menjual underlying asset (asset acuan) tertentu
(berupa valuta asing, tingkat bunga, ekuitas, atau komoditas)
berdasarkan tingkat harga yang ditetapkan atau disebut harga
penyelesaian, yang penyelesaian transaksinya dilakukan secara cash
settelement di masa yang akan datang sesuai dengan expiration date

27
yang ditetapkan di dalam kontrak tersebut. Futures pertama kali
dimulai di Internasional Money Market (IMM) of the Chicago
Mercantile Exchange, USA pada tahun 1972. Dan kemudian menyebar
ke Eropa dan akhir-akhir ini ke Negara-negara lain diseluruh dunia.
Sejak itu kemudian banyak dibuka pasar-pasar yang lain, termasuk
bursa komoditi COMEX di New York, the Chicago Board of Trade,
dan the London International Financial Futures Exchange (LIFFE).
Munculnya futures karena pembeli pada umumnya memiliki
preferensi yang berbeda atas spesifikasi kualitas, jumlah dan tempat
penyerahan asset dasarnya, juga sebagai mengantisipasiketidakpastian
yang akan datang. Spesifikasi kuantitas dan kualitas underlying assets,
initial price, dan besarnya margin bagi kedua belah pihak tetap
ditentukan oleh exchange’s clearing house atau bursa khusus
memperdagangkan futures secara terorganisasi.
Harga atas underlying assets dibedakan menjadi initial futures price
(harga awal) dan terminal future price (harga pada saar kontrak futures
di exercise) apabila terminal futures price lebih rendah daripada initial
futures ketika dilaksanakan exercise, maka penjual akan mendapat
profit. Sebaliknya, jika pada saat dilaksanakan exercise, terminal
future price-nya dari underlying assets lebih tinggi dari pada initial
futures pricenya, maka penjual yang akan memperoleh keuntungan.
Kondisi ini menunjukan bahwa kedua belah pihak di dalam kontrak
futures ini memiliki symetric exposure, mengingat adanya potential
loss dan profit function yang seimbang antara penjual dan pembeli.
Kontrak futures bukan dimaksudkan untuk memiliki underlying
assets secara fisik, melainkan lebih merupakan financial instrument
yang digunakan untuk meminimalisasi ekspektasi risiko dalam upaya
mencapai profit tertentu. Berdasarkan pada pertimbangan tersebut,
sehingga kontrak futures pada umumnya tidak dipertahankan hingga
expiration date, melainkan diselesaikan dengan cara closing out the
position atau di reserve sebelum berakhirnya masa kontrak. Reverse

28
dilakukan dengan mengambil posisi berlawanan atas kontrak yang
sama, yaitu sebagai penjual kontrak futures pada tingkat harga yang
lebih tinggi.
Misalkan, Jika anda ingin membeli kontrak futures pada tanggal 1
Januari 2000 atas komoditas tomat di Perancis sebanyak 20.000 kg
dengan initial futures price sebesar $ 0.5 per kg. apabila tingkat harga
yang berlaku atas underlying assets-nya pada tanggal 1 Juli adalah $
0.7 per kg, maka anda dapat me reserve posisinya pada saat itu dengan
menjual kontrak futures yang sama. Untuk itu ia akan memperoleh
profit sebesar 20.000 x $0.2 = $4.000.

3.2 Option contracts


Option adalah kontrak yang memberika hak (bukan kewajiban)
kepada pemegang kontrak untuk membeli (call options) atau menjual
(put options) suatu aset tertentu dengan harga tertentu. Sebagai contoh,
misalnya harga saham PT Omega di bursa amerika serikat US$29 per
saham. Jika investor membeli call options untuk saham omega dengan
harga patokan US$30 dan jatuh tempo tiga bulan dari sekarang, maka
dalam tempo tiga bulan investor memiliki hak untuk membeli saham
omega seharga US$30. Jika ternyata tiga bulan mendatang harga
saham omega adalah $40, maka investor dapat menggunakan haknya
untuk membeli saham omega.
Namun akan lebih baik, jika investor menjual kembali saham
omega dipasar dengan harga US$40 per lembar. Sehingga investor
memperoleh keuntungan US$10 per lembar saham.
Jika yang terjadi sebaliknya, yaitu harga saham turun menjadi
US$15, maka investor tidak wajib untuk exercise call options tersebut.
Pada put options investor memiliki hak untuk menjual aset tertetu
dengan harga tertentu dalam jangka waktu tertentu. Jika ternyata harga
aset turun drastis, pemegang kontrak put options akan untung besar.

29
Sebaliknya, jika harga aset naik diatas harga patokan, pemegang put
options akan rugi sebesar premi dari opsi.

Faktor factor yang mempengaruhi harga opsi (option premium)

Harga penebusan (exercise price)


Kenaikan pada harga penebusan akan menurunkan harga call
option. Karena itu ada hubungan negatif antara harga eksekusi
dengan nilai opsi call.
Tanggal berakhirnya opsi (expiration date)
Semakin lama tanggal berakhirnya opsi, maka semakin tinggi
harga call option. Tanggal berakhirnya opsi yang lebih panjang
memungkinkan volatilitas harga saham yang menjadi underlying
asset juga lebih tinggi.
Harga saham
Semakin tinggi harga saham yang menjadi underlying asset
sebuah call option, semakin tinggi harga call option nya. Hal ini
terjadi karena intrinsic value call option adalah So – E, semakin
tinggi harga saham (So) semakin tinggi pula nilai intrinsiknya.
Variabilitas dari underlying asset
Semakin besar fluktuasi harga asset, semakin tinggi
kemungkinan harga asset lebih besar dibandingkan dengan harga
eksekusi ( semakin tinggi kemungkinan harga asset turun di bawah
harga eksekusi). Kalau harga turun dibawah harga eksekusi, maka
nilai opsi call tersebut sama dengan nol.
Semakin besar variabilitas dari underlying asset maka call option
semakin berharga.
 Tingkat bunga bebas risiko
 Deviden
Bila dalam masa berlakunya opsi, perusahaan membagikan
deviden maka premi call option akan menurun dibandingkan jika
tidak ada pembagian deviden padda periode tersebut.

30
Membeli opsi call bisa dianggap seperti membeli harga aset
dengan harga eksekusi tertentu. Selisih antara kedua harga
tersebut merupakan ‘tabungan’. Semakin besar tingkat bunga,
semakin besar bunga tabungan, sehingga semakin tinggi tingkat
bunga, akan semakin tinggi premi opsi call. Sebaliknya, opsi put
bisa dianggap sebagai menunda penjualan saham. Jika tingkat
bunga meningkat, maka investor kehilangan kesempatan untuk
memperoleh pendapatan bunga yang lebih tinggi. Karena itu
semakin tinggi tingkat bunga, semakin rendah nilai opsi put.

Secara ringkas , apabila faktor (2), (3), (4), dan (5) meningkat
maka niai opsi call akan meningkat, sedangkan apabila faktor (1)
meningkat nilai opsi call akan menurun.

Black Scholes model dalam penentuan harga opsi

31
Contoh perhitungan :

Maka :

4. DENGAN SWAP CONTRACT


Currency Swap atau sering disebut Swap adalah suatu transaksi /
kontrak untuk membeli atau menjual valuta asing lawan valuta (asing)
lainnya pada tanggal valuta tertentu sekaligus dengan perjanjian untuk
menjual atau membeli kembali pada tanggal valuta berbeda di masa yang
akan datang, dengan harga yang ditentukan pada tanggal kontrak. Kedua
transaksi tersebut dilaksanakan sekaligus dan dengan counterparty yang
sama.

32
Jangka Waktu
Di Indonesia, pada suatu bank swasta transaksi swap dapat dilakukan
untuk jangka waktu 1 minggu sampai dengan 1 tahun.
Tujuan transaksi swap untuk memenuhi kebutuhan akan mata uang
lokal sekaligus pembayaran hutang dalam mata uang asing bagi anda yang
menerima pinjaman dalam mata uang asing dengan melakukan transaksi
swap Sell/buy, yaitu misal menjual USD lawan Rupiah pada valuta spot
(pada saat menerima pinjaman dalam mata uang asing / USD) dan
membeli kembali USD lawan Rupiah pada valuta di masa yang akan
datang (pada saat pelunasan pinjaman dalam mata uang asing/USD).

Mekanisme transaksi swap pada suatu bank x digambarkan pada


diagram di bawah ini:

Bank setuju untuk Bank menyerahkan USD Bank menerima USD


Buy/Sell USD 1 juta 1 juta dari nasabah dan 1 juta dari nasabah
lawan upiah pada menerima dan menyerahkan
kurs 7025/7117 Rp.7.117.000.000 dari Rp.7.025.000.000
nasabah dari nasabah

Contoh kontrak swap 2 bulan, USD 1 juta lawan Rupiah

33
BAB III

KASUS

Baker Adhesive merupakan perusahaan produsen perekat khusus. Baker


Adhesive awalnya melayani pesanan lokal, namun seiring meningkatnya
persaingan, Baker semakin mendapat tekanan yang kuat untuk menemukan pasar
yang baru, sehingga mereka harus berekspansi ke pasar internasional. Dan
konsumen pertama Baker Adhesive di lingkungan Internasional adalah Novo
(Perusahaan mainan di Brasil). Pesanan awal sejumlah 1.210 galon. Penerimaan
penawaran pesanan dari Novo merupakan awal yang bagus bagi Baker Adhesive
untuk ber-ekspansi.

Baker Adhesive dan Novo telah membuat kesepakatan harga perekat khusus
tersebut seharga 90,15 real Brazil per galon.

Rincian Perhitungan harga perekat khusus 90,15 $brazilian per


gallon :
Labor 6.000
Materials 32.500
Manufacturing Overhead 4.000
Administrative Overhead 2.000
Total Cost 44.500
Profit Margin (12%) 6.068
Cost Plus Profit Margin in Dollars 50.568
Conversion (USD/ BRL) 0,4636
Cost Plus Mark Up (BRL) 109.077
Amount (Gallons) 1.210
Quoted Price Per Gallon (BRL) 90,15

Namun, Baker Adhesive tidak membuat kesepakatan mengenai kurs yang


diterima ketika pembayaran dilakukan. Sehingga pembayaran dilakukan dalam
mata uang brazil lalu dikonversikan ke kurs US dollar.

34
Kurs bisa berubah setiap waktu, dalam kasus ini Baker Adhesive
menghadapi risiko kerugian kurs. Kerugian selisih kurs dapat diminimalkan
dengan berbagai cara, diantaranya :

1. Meminimalkan transaksi beda mata uang, contohnya adalah :


- Menggunakan mata uang yang sama ketika bertransaksi
- Membuat cash reserve (kas cadangan dalam mata uang lawan transaksi)
ketika melakukan pembelian dari luar negri.
- Memakai mata uang asing ketika melakukan pembelian (pembelanjaan)
dalam negri.
2. Melakukan hedging
- Hedging dengan money market
- Hedging dengan forward
- Melakukan swap contract

Dalam pemilihan teknik yang tepat untuk pemilihan keputusan terbaik


mengenai “cara apa yang akan dilakukan guna meminimalisir kerugian selisih
kurs” adalah melalui analisis cost benefit dari masing masing cara yang
dimungkinkan.

Dalam kasus Baker Adhesive, Berikut akan dipaparkan analisa cost benefit
mengenai hedging dengan money market dan hedging dengan forward.
Pada tanggal 1 Februari Novo memesan 1,210 galon perekat khusus seharga 90,15
real brazil. Kurs US dollar terhadap real brazil (USD/BRL) pada saat itu adalah
0,45.

Ketika pembayaran tiba, tepatnya pada tanggal 1 Juni 2016 Novo membayar
dalam real brazil. Saat itu kurs USD/BRL adalah 0,4368. Sehingga terdapat
kerugian sebesar USD 1.439,88.

35
Perhitungan pendapatan Perhitungan pendapatan
berdasarkan kurs USD/BRL berdasarkan kurs USD/BRL
tanggal 1 Februari 2006 tanggal 1 Juni 2006
Gallons (BRL) 1.210 Gallons (BRL) 1.210
Price 90,15 Price 90,15
(BRL/gallon) 109.081,5 (BRL/gallon) 109.081,5
Total 0,45 Total 0,4368
Exchange rate Exchange rate
(USD/BRL) 49.086,68 (USD/BRL) 47.648,8
Total USD Total USD
Selisih = 1.439,88 USD

Dari perhitungan diatas, diketahui bahwa terdapat kerugian kurs di


penerimaan pesanan pertama Novo. Sekarang, mari lakukan analisa cost benefit
dari hedging money market dan hedging forward pada pesanan kedua Novo.

dengan money market dan hedging dengan forward.

Pada tanggal 5 September 2006 Novo kembali memesan 1,815 galon perekat khusus
seharga 90,15 real brazil. Pembayaran dilakukan pada tanggal 5 September 2006.
- Kurs USD/BRL tanggal 5 Juni 2006 = 0,4368
- Kurs USD/BRL tanggal 5 September 2006 = 0,4234
Setelah bernegosiasi dengan Bank Lokal terkait forward, Baker Adhesive mendapat
penawaran kurs USD/BRL sebesar 0,4227. Bunga efektif pertahun pinjaman pada bank
lokal tersebut adalah 8,52% (ini akan menjadi perhitungan time value, guna
mengonversikan uang yang akan diterima sebesar present valuenya). Sehingga bunga
췀త̡
efektif perbulan = (1+ 
e 㪈 췀 త̡

Sedangkan terkait Money Market, Baker Adhesive mendapat bunga 26% per tahun dari
pinjaman jangka pendek di Brazil. Bunga ini besar dikarenakan pada saat itu sedang
terjadi tingkat inflasi yang tinggi dinegara tersebut. Bunga per bulan = 26%/12*3 = 6.5%

Tanpa Hedging
36
Gallons (BRL) 1.815
Price 90,15
(BRL/gallon) 163.622
Total 0,4234
Exchange rate
(USD/BRL) 69.277,55
Total USD 2,15%
Interest rate =
.855췀తత
츐త췀త త
PV
츐8̡큄췀魨魨

Perhitungan hedging forward Perhitungan hedging money market


Gallons (BRL) 1.815 Gallons (BRL) 1.815
Price 90,15 Price 90,15
(BRL/gallon) 163.622 (BRL/gallon) 163.622
Total 0,4227 Total 6,5%
Exchange rate Interest rate 153.635,68
(USD/BRL) 69.163,02 Real to borrow 0,4368
Total USD 2,15% Exchange rate
Interest rate =
.8 (USD/BRL) 67.108,07
츐త췀త త
PV Total USD
츐8츐 츐췀ā̡

37
Jadi kesimpulan dari analisis cost benefit yang didapat dari hasil perhitungan
hedging diatas adalah, memang hedging dirasa kurang menguntungkan jika
dilihat dari kurs pada tanggal 5 september 2006. Mungkin saja pada perhitungan
real saat itu pendapatan tanpa hedging adalah yang lebih mengutungkan,
namun kurs berubah seiring waktu tidak dapat diprediksi. Hedging dengan
forward dan money market adalah salah satu untuk mendapatkan kepastian
penerimaan di masa depan.

Akan lebih baik lagi jika sebelum menentukan pilihan pada alternatif yang
tersedia adalah mengamati pergerakan kurs pertukaran terlebih dahulu, juga
melihat kondisi politik dan ekonomi baik pada negara yang melakukan transaksi
dan negara lawan transaksi.

38
BAB IV

KESIMPULAN

Risiko berkaitan erat dengan kondisi ketidakpastian. Risiko muncul karena


ada kondisi ketidakpastian. Manajemen risiko bertujuan mengelola risiko tersebut
sehingga kita bisa memperoleh hasil yang paling optimal. Jika perusahaan
tersebut tidak bisa mengelola risiko dengan baik, maka organisasi tersebut bisa
mengalami kerugian yang signifikan. Karena itu risiko yang dihadapi oleh
perusahaan harus dikelola atau dikelola seoptimal mungkin.
Selain itu, manajemen risiko merupakan perwujudan dari Good Corporate
Governance. Karena, salah satu komponen dari Good Corporate Governance
adalah manajemen risiko yang baik, seperti apakah manajemen mempunyai
pemahaman yang baik mengenai risiko yang dihadapi oleh perusahaan, apakah
manajemen memahami implikasi dari risiko tersebut.
Dalam mengelola manajemen risiko, harus memperhatikan karakteristik
manajemen risiko yang baik yaitu memahami bisnis perusahaan, Formal;
sistematis; terintegrasi; dan komprehensif, Mengembangkan infrastuktur risiko,
Menetapkan mekanisme kontrol, Menetapkan batas (limits), Memfokuskan pada
aliran kas, Menetapkan sistem insentif yang tepat, dan Mengembangkan budaya
sadar risiko.
Adapun lima langkah dalam memanajemen risiko perusahaan adalah
mengidentifikasi dan memahami risiko risiko utama perusahaan, Menentukan tipe
risiko yang akan diterima atau ditransfer, Memutuskan seberapa besar risiko yang
akan ditransfer, Memasukkan risiko dalam seluruh proses pengambilan keputusan
perusahaan, Memonitor dan mengelola risiko yang ditanggung perusahaan.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Akuntansi Indonesia. (2014). Manajemen Keuangan Lanjutan. Jakarta :


Ikatan Akuntansi Indonesia.
2. G. Arnold, (2008). Corporate Financial Management 4th edition. Prentice
Hall.
3. E. F. Brigham and M.C. Enhardt (2005). Financial Management : Theory and
Practice 11th edition. South-Western.
4. Hanafi, M. Mamduh. (2007). Manajemen Risiko. Jakarta : universitas
Terbuka
5. http://www.bankmandiri.co.id/article/treasury.asp#

6. Bruner, R. F., Case Studies in Finance, 6 th ed., McGraw-Hill, 2010, Case 37


dalam Prabowo Aditya, Nainggolan Lukas, “Baker Adhesive”, Universitas
Indonesia.

40
MAKALAH
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA
BAPPEDA KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

Disusun Oleh :

NAMA : IMA MARDIANA


NIM : 182510104

Dosen Pengampuh : Dr. Fitriasuri, S.E., Ak., M.M


Mata Kuliah : Manajemen Risiko
Angkatan : 33 / ARI

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesempatan, rahmat, hidayah, dan anugrah-Nya, sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Penerapan Manajemen Risiko
pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir“.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dengan segala kerendahan
hati, peneliti mengucapkan terima kasih khususnya kepada Semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil selama ini.
Penulis menyadari, dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
perbaikan di masa depan. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan mereka dan Makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca dan juga penulis lainnya.

Kayuagung, Mei 2020


Penulis,

Ima Mardiana
REFERENSI

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-risiko.html, Pengertian
Risiko, Jeni, Sumber, karakteristik, dan Contoh
http://www.m.batamtoday.com/berita134484-Penerapan-Manajemen-Resiko-
dalam-Organisasi-Pemerintahan.html
https://simba-corp.blogspot.com/2018/11/makalah-manajemen-resiko-
pembiayaan.html, Kumpulan Makalah Manajemen Risiko
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap organisasi mempunyai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
untuk mewujudkan visi dan misinya. Dalam menjalankan tugas dan fungsi,
organisasi pemerintah memiliki Indikator Kinerja Utama (IKU) yang
dijabarkan di dalam sasaran strategis yang harus dicapai. Dalam
merealisasikan sasaran strategis untuk mencapai target kinerja utama yang
sudah ditetapkan tersebut ada kemungkinan gagal atau tidak dapat dicapai
sesuai rencana, karena ada banyak tantangan, kendala atau hambatan, baik
kecil maupun besar. Kendala dan ketidakpastian akibat dari kegiatan sebuah
organisasi biasa kita kenal sebagai risiko.
Risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
seseorang, perusahaan atau organisasi di mana terdapat kemungkinan yang
merugikan. Risiko ada dimana-mana, bisa datang kapan saja, mempunyai
konotasi yang negatif dan sulit untuk dihindari. Dalam memastikan
tercapainya tujuan, maka risiko harus dikelola dengan baik. Pengelolaan
tersebut diharapkan dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko atau
mengurangi dampak yang terjadi sehingga tujuan dapat tercapai. Pengelolaan
risiko yang efektif akan membantu mengidentifikasi risiko mana yang
menjadi ancaman terbesar bagi organisasi dan memberikan panduan untuk
menanganinya. Oleh karena itu, kita memerlukan suatu manajemen yang
disebut dengan Manajemen Risiko.
Manajemen Risiko merupakan perangkat manajemen yang ditujukan
untuk mengelola risiko dalam mencapai sasaran strategis organisasi
pemerintah. Manajemen risiko bertujuan meminimalkan kemungkinan
terjadinya dan dampak risiko yang dapat mengganggu pencapaian sasaran
tersebut.

1
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis membuat makalah yang
berjudul Penerapan Manajemen Resiko pada Badan perencanaan
pembangunan Daerah kabupaten Ogan Komering Ilir.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah :
1. Apakah Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko
2. Macam-macam Manajemen Risiko
3. Jenis Risiko Apa Saja yang ada pada badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir
4. Tehnik-tehnik Manajemen Risiko

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko
2. Untuk mengetahui Macam-macam Manajemen Risiko
3. Untuk mengetahui Jenis Risiko Apa Saja yang ada pada badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir
4. Untuk mengetahui Tehnik-tehnik Manajemen Risiko

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko


Risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti dan terdapat unsur
bahaya, akibat atau konsekuensi yang bisa terjadi akibat proses yang sedang
berlangsung maupun kejadian yang akan datang.
Menurut Prof Dr. Ir. Soemarno, M.S pengertian resiko adalah suatu
kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak
menguntungkan yang mungkin terjadi.
Menurut Hanafi (2006:1), pengertian resiko adalah bahaya, akibat
atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang
berlangsung atau kejadian yang akan datang.
Manajemen resiko adalah sebagai proses mengidentifikasi, memantau
dan mengelola risiko potensial untuk meminimalkan dampak negatif yang
mungkin ditimbulkannya terhadap suatu organisasi.
Manajemen risiko organisasi adalah suatu sistem pengelolaan risiko
yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif untuk tujuan
meningkatkan nilai perusahaan. Manajemen risiko organisasi bertujuan
menciptakan sistem atau mekanisme dalam organisasi sehingga risiko yang
bisa merugikan organisasi bisa diantisipasi dan dikelola untuk tujuan
meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Djojosoedarso (2003:4), Manajemen Risiko adalah
Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan resiko,
terutama resiko yang dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan
masyarakat. Ini termasuk kegiatan dalam perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, memimpin/mengoordinasi, dan mengawasi (termasuk
mengevaluasi) program manajemen risiko.

3
Menurut Irham Fahmi (2010:2), Manajemen Risiko adalah suatu
bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi
menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada
dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komperhensif
dan sistematis.
Menurut Djohanputro (2008,43), Manajemen Risiko merupakan
proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur,
memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, memonitor dan
mengendalikan penanganan risiko.
Berdasarkan pengertian para ahli tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen risiko merupakan sistem atau mekanisme
yang digunakan untuk mengelola risiko yang dihadapi, mengidentifikasi,
mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko,
memonitor dan mengendalikan risiko tersebut agar tidak merugikan.

2.2 Macam-macam Manajemen Risiko


Macam-macam Manajemen Risiko dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa dimensi:
1. Risiko Murni (pure risks)
Risiko murni (pure risks) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian
ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Jadi kita membicarakan
potensi kerugian untuk risiko tipe ini. Beberapa contoh risiko tipe ini
adalah risiko kecelakaan, kebakaran, dan semacamnya.
2. Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif adalah risiko dimana kita mengharapkan terjadinya
kerugian dan juga keuntungan. Potensi kerugian dan keuntungan
dibicarakan dalam jenis risiko ini. Contoh tipe risiko ini adalah usaha
bisnis. Dalam kegiatan bisnis, kita mengharapkan keuntungan, meskipun
ada potensi kerugian.

4
3. Risiko Dinamis
Risiko dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu. Sebagai contoh,
perubahan kondisi masyarakat, perubahan teknologi, memunculkan
jenis-jenis risiko baru. Misal, jika masyarakat semakin kritis, sadar akan
haknya, maka risiko hukum (legal risk) yang muncul karena masyarakat
lebih berani megajukan gugatan hukum (sue) terhadap perusahaan, akan
semakin besar.
4. Risiko Statis
Risiko statis muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Sebagai
contoh, risiko terkena petir merupakan risiko yang muncul dari kondisi
alam yang tertentu. Karakteristik risiko ini praktis tidak berubah dari
waktu ke waktu.
5. Risiko Obyektif
Risiko obyektif adalah risiko yang didasarkan pada observasi parameter
yang obyektif. Sebagai contoh, fluktuasi harga atau tingkat keuntungan
investasi di pasar modal bisa diukur melalui standar deviasi, misal
standar deviasi return saham adalah 25% pertahun.
6. Risiko Subyektif
Risiko subyektif berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap risiko.
Dengan kata lain, kondisi mental seseorang akan menentukan
kesimpulan tinggi rendahnya risiko tertentu. Sebagai contoh, untuk
standar deviasi return pasar yang sama sebesar 25%, dua orang dengan
kepribadian berbeda akan mempunyai cara pandang yang berbeda.

2.3 Jenis Risiko yang ada pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Ogan Komering Ilir
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering
Ilir merupakan salah satu Organisasi Perangkat Daerah yang ada di
Kabupaten Ogan Komering Ilir. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Ogan Komering Ilir mempunyai tugas pokok dan fungsi

5
membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan tugas penunjang urusan
perencanaan pembangunan daerah.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering
Ilir melakukan rencana aktivitas Penyusunan Rencana Pembangunan dengan
Skala Prioritas dari setiap Perangkat Daerah (OPD) di Kabupaten Ogan
Komering Ilir. Hal-hal yang harus ditanyakan terkait dengan rencana
aktivitas tersebut yaitu :
- Aspek Strategi : Apakah Penyusunan Rencana Pembangunan tersebut
sudah berdasarkan Skala Prioritas atau tidak?
- Aspek Operasional : Bagaimana Proses Pelaksanaan dari Penyusunan
Rencana Pembangunan tersebut?
- Aspek Risiko : Risiko apa saja yang bisa muncul apabila Penyusunan
Rencana Pembangunan tidak sesuai?

Jenis Risiko yang ada pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Kabupaten Ogan Komering Ilir yaitu :
1. Risiko Kerusakan Properti dan kewajiban (Libialities)
Adalah Risiko yang mungkin terjadi atas properti (harta benda)
mencakup banyak hal seperti kebakaran, banjir, perusakan, dan lainnya.
Risiko Kerusakan Properti dan kewajiban (Libialities) tentunya pernah
terjadi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ilir adalah kerusakan properti personal seperti peralatan dan
mesin yaitu : kendaraan dinas, laptop, ac dan lainnya. Kerugian yang
dialami adalah kerugian tidak langsung.

2. Risiko Kesehatan, Kecelakaan Mobil dan Risiko Kecelakaan Kerja


• Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan terjadi jika seseorang mengalami gangguan
kesehatan. Gangguan tersebut mengakibatkan seseorang terganggu
aktivitasnya. Penyebab Utamanya Penduduk Yang Semakin Tua
(Kematian Yang Tertunda).

6
Risiko kesehatan yang terjadi dalam beraktivitas pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir
adalah lebih sering berada didalam ruangan yang ber Ac dan lebih
banyak menggunakan Laptop dan HP, tentunya resiko kesehatan
sudah pasti adanya seperti lebih banyak duduk diruangan sehingga
menyebabkan tubuh kurang olahraga sehingga memicu penyakit
mati sendi dan turunnya system imun ditubuh serta adanya dampak
radiasi dari laptop dan HP juga akan menimbulkan penyakit seperti
Mata Rabun dan kanker.
• Risiko Kecelakaan Mobil
Kendaraan (mobil dan lainnya) mulai popular awal abad 20.
Kendaraan tersebut menyediakan jasa transportasi yang sangat
memudahkan kehidupan. Tetapi kehadiran kendaraan tersebut juga
menghadirkan sisi negatif, antara lain adalah risiko kecelakaan yang
ditimbulkan. Dalam perjalanan untuk beraktivitas Pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir,
tentunya ada risiko kecelakaan kendaraan yaitu kecelakaan dijalan
raya. Akan tetapi kebanyakan kecelakaan kendaraan sebenarnya
bisa dihindari, jika orang lebih berhati-hati.
• Risiko Kecelakaan Kerja
Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ilir, risiko kecelakaan kerja bisa terjadi karena dalam
aktivitas tentunya ada kegiatan kegiatan seperti melakukan
perjalanan dinas dalam dan luar daerah misalkan ke Palembang atau
bisa juga keluar provinsi dan untuk terjadinya kecelakaan kerja
kemungkinan ada.

7
3. Risiko Operasional
Basel II (lembaga yang mengatur perbankan internasional)
mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko yang timbul karena
kegagalan dari proses internal, manusia, sistem, atau dari kejadian
eksternal.
Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ilir, resiko operasional yang terjadi yaitu dalam mengelola
manusia (SDM) disebabkan karena sering terjadi mutasi/pelantikan
pegawai yang mempunyai kualitas, integritas, pengalaman kerja yang
baik, yang sudah melaksanakan tugas dan fungsinya, dan pegawai
tersebut benar-benar dibutuhkan sehingga menyebabkan kekurangan
pegawai.

4. Risiko Teknologi
Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ilir, risiko teknologi dapat terjadi karena dalam pelaksanaan
kegiatan menggunakan sistem berbasis teknologi, misalnya dalam
keuangan dan perencanaan menggunakan jaringan aplikasi SIMDA
(Sistem Informasi Manajemen Daerah). Teknologi yang digunakan ini
tentu sangat membantu kegiatan tersebut, oleh karena itu apabila terjadi
error system atau jaringan, maka akan menghambat kegiatan dan
kegiatan tidak dapat berjalan.

5. Risiko Politik
Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ilir, karena adanya kepentingan pihak tertentu, yaitu dapat
terjadi pada Perubahan peraturan, dimana pada Pemerintahan
bergantinya pimpinan berarti berganti kebijakan dan peraturan. Hal ini
terkadang membuat gejolak dalam organisasi, karena tidak sejalan
dengan kebijakan sebelumnya, atau kepentingan beberapa pihak.

8
2.4 Tehnik-tehnik Manajemen Risiko
Alternatif pengelolaan risiko :
1. Penghindaran Risiko (Risk Avoidance)
Jika memungkinkan, risiko yang tidak perlu, risiko yang bisa
dihilangkan tanpa ada pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa
dihindari. Dalam kebanyakan situasi, risiko tidak bisa dihindari.
2. Pengendalian Risiko (Risk Control)
Disamping itu, penggunaan alternatif-alternatif tersebut perlu
dilengkapi dengan pengendalian risiko. Pengendalian risiko berkaitan
dengan alternatif-alternatif risiko seperti terlihat berikut ini. Untuk
alternatif menahan risiko, maka pengendalian risiko menjadi penting
dilakukan. Pengendalian risiko yang baik bisa memperkecil risiko,
sehingga alternatif menahan risiko menjadi lebih layak. Untuk alternatif
mentransfer risiko, pengendalian risiko bisa menurunkan harga yang
dibayar untuk mentransfer risiko tersebut.
Dari alternatif pengelolaan risiko tersebut diatas adalah merupakan
tehnik-tehnik manajemen risiko yang digunakan Pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Dimana pengendalian risiko digunakan untuk mengendalikan/
mengontrol dalam melakukan evaluasi dan analisis dari setiap berbagai
macam kegiatan misalkan penyusunan RENSTRA, RENJA dan lainnya.
Selain itu juga digunakan untuk mengendalikan/mengontrol setiap
Barang/Aset di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah supaya untuk
menghindari tidak terjadi kerusakan ataupun kehilangan. Sedangkan
penghindaran risiko digunakan untuk menghindari temuan-temuan dari
setiap pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa BPK.

9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dari pernyataan di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu
sebagai berikut :
a. Risiko berhubungan dengan suatu keadaan yang tidak pasti dan terdapat
unsur bahaya. Kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan
seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi. Resiko
dikaitkan dengan kemungkinan kejadian, atau keadaan yang dapat
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
b. Sedangkan manajemen risiko merupakan sistem atau mekanisme yang
digunakan untuk mengelola risiko yang dihadapi, mengidentifikasi,
mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko,
memonitor dan mengendalikan risiko tersebut agar tidak merugikan.
c. Dengan Penerapan Manajemen Risiko pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir ini, maka dapat
diketahui risiko-risiko apa yang terjadi didalam beraktivitas pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir.

3.2 Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisan maupun dari materi yang
disampaikan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dari
rekan-rekan serta dosen pengampuh mata kuliah ini, yang sifatnya
membangun demi perbaikan makalah ini kedepannya.

1
Makalah Ujian Akhir Semester Manajemen Resiko

Pentingnya Manajemen Resiko PT.GMI

Disusun Oleh:

Iswahyudi

182510100

Program Studi Manajemen – S2

Program Pascasarjana

Universitas Bina Darma

2020
KATA PENGANTAR

Ucapan syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmatNya


sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah Ujian Akhir Semester mata kuliah
Manajemen Resiko ini.

Terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada yang terhomat:

1. Ibu Dr. Fitriasuri, S.E., M.M., Ak. selaku dosen Manajemen Resiko

Semoga Tuhan memberikan limpahan berkah dan rahmatNya kepada semua


pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, 09 Mei 2020


Penulis,

Iswahyudi

ii
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL LUAR ....................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Manajemen Resiko................................................................................2

2.2. Sasaran Manajemen Resiko ..................................................................3

2.3. Kategori Resiko ....................................................................................3

2.4. Mengidentifikasi Resiko .......................................................................4

2.5. Menganalisa Resiko ..............................................................................5

2.6. Monitoring Resiko dan Ealuasi ............................................................. 5

2.7. Faktor Penyebab Resiko .......................................................................5

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT.GMI adalah perusahaan penyedia jasa maintenance jaringan


Telekomunikasi, di Indonesia sangan banyak sekali pesusahaan yang sama seperti
PT.GMI, baik dari dalam maupun luar indonesia. Beberapa contoh perusahaan
penyedia jasa maintenance jaringan telekomunikasi di indonesia sebagai berikut:

PERUSAHAAN PENYEDIA JASA MAINTENANCE JARINGAN


TELEKOMUNIKASI
No Perusahaan Penyedia Jasa Maintenance Jaringan
1 PT.GMI
2 PT.Sinergi
3 PT.Nexwave
4 PT.Lexcorp
5 PT.Metrotel

Beberapa operator jaringan telekomunikasi di indonesia sebagai berikut:

OPERATOR TELEKOMUNIKASI INDONESIA


No Operator Telekomunikasi
1 Telkom/Telkomsel
2 Indosat Ooredoo
3 3 Indonesia
4 XL Axiata
5 Smartfren

Seiring dengan waktu perusahaan penyedia jasa maintenan jaringan


telekomunikasi semakin bertambah dan di situlah timbul persaingan dengan
perusahan sejenis, maka dari itu PT.GMI harus bisa tetap bertahan dan selalu di
depan dalam hal penyedia jasa maintenance jaringan telekomonikasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. MANAJEMEN RESIKO


Manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidak
pastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk
penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi resiko dengan
menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber daya. Strategi yang dapat diambil antara
lain adalah memindahkan resiko kepada pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek
negatif resiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi resiko
tertentu. Manajemen resiko tradisional terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh
penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan
hukum).
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua perusahaan.
Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat menunjukkan resiko yang
terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari
semua aktivitas. Fokus dari manajemen resiko yang baik adalah identifikasi dan cara
mengatasi resiko. Sasarannya untuk menambah nilai maksimum berkesinambungan
(sustainable) organisasi. Tujuan utama untuk memahami potensi upside dan downside dari
semua faktor yang dapat memberikan dampak bagi organisasi. Manajemen resiko
meningkatkan kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan ketidakpastian
dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan mengembangkan proses yang
bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam mengimplementasikan.
Manajemen resiko seharusnya ditujukan untuk menanggulangi suatu permasalahan sesuai
dengan metode yang digunakan dalam melaksanakan aktifitas dalam suatu organisasi di
masa lalu, masa kini dan masa depan.
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan
kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen senior.
Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis dan sasaran
operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta kemampuan merespon secara
menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan pekerja memandang
manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi kerja.Manajemen resiko mendukung
akuntabilitas (keterbukaan), kinerja pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi
operasional dari semua tingkatan.

2
2.2. SASARAN MANAJEMEN RESIKO
Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko yang berbeda-
beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh
masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan,
teknologi, manusia, organisasi, dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen resiko
melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya entitas manajemen resiko
(manusia, staff, organisasi).

2.3. KATEGORI RESIKO


Resiko dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni :
1. Resiko nonsistematis, yakni resiko yang dapat dihilangkan atau dikurangi melalui suatu
diversifikasi atau tindakan pencegahan dan penanggulangan resiko.
2. Resiko sistematis, resiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi melalui
diversifikasi, biasanya berhubungan dengan pasar atau kejadian yang dapat secara sistematis
akan mempengaruhi posisi pasar (Iban Sofyan, 2004)
Selain itu, Kasidy (2010) membagi jenis resiko menjadi dua yakni :
1. Resiko Spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan
keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko spekulatif kadang-kadang dikenal
dengan istilah resiko bisnis (business risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya di
suatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya
menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Resiko yang dihadapi seperti ini
adalah resiko spekulatif.
2. Resiko Murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak
terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah kebakaran,
apabila perusahaan menderita kebakaran, maka perusahaan tersebut akan menderita
kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian
kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada
kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni adalah sesuatu
yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin
menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan resiko murni adalah dengan asuransi.
Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya resiko murni kadang
dikenal dengan istilah resiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ). Perbedaan utama
antara resiko spekulatif dengan resiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak,
3
untuk resiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk resiko murni
tidak dapat kemungkinan untung.
Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan. Artinya ada kemungkinan
penyimpangan yang menguntungkan maupun merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada,
maka dikatakan resiko itu bersifat spekulatif. Sebaliknya, lawan dari risiko spekulatif adalah
resiko murni, yaitu hanya ada kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan
keuntungan. Manajer resiko tugas utamanya menangani risiko murni dan tidak menangani
risiko spekulatif, kecuali jika adanya resiko spekulatif memaksanya untuk menghadapi
resiko murni tersebut.
Menentukan sumber resiko adalah penting karena mempengaruhi cara
penanganannya. Sumber resiko dapat diklasifikasikan sebagai resiko sosial, resiko fisik, dan
resiko ekonomi.
Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau ketidakpastian dapat dibagi
sebagai berikut:

2.4. MENGIDENTIFIKASI RESIKO


Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menemukan secara
sistematis dan berkesinambungan atas resiko (kerugian yang potensial) yang dihadapi
perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan checklist untuk pendekatan yang sistematis dalam
menentukan kerugian potensial. Salah satu alternatif sistem pengklasifikasian kerugian
dalam suatu checklist adalah; kerugian hak milik (property losses), kewajiban mengganti
kerugian orang lain (liability losses) dan kerugian personalia (personnel losses). Checklist
yang dibangun sebelumnya untuk menemukan resiko dan menjelaskan jenis-jenis kerugian
yang dihadapi oleh suatu perusahaan.
Perusahaan yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan dinamis, maka
diperlukan metode yang lebih sistematis untuk mengeksplorasi semua segi. Metode yang
dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)
2. Metode laporan Keuangan (financial statement method)
3. Metode peta aliran (flow-chart)
4.Inspeksi langsung pada objek
5.Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
6.Catatan statistik dari kerugian masa lalu
7.Analisis lingkungan

2.5. MENGANALISA RESIKO


Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran
resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya kerusakan (severity) dan
probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event
4
sangatlah subjektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko memang
mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian
yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan
dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko.
Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu
resiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa resiko tertentu. Selain
itu, mengevaluasi dampak kerusakan (severity) sering kali cukup sulit untuk asset
immaterial.

2.6. MONITORING RESIKO DAN EALUASI


Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu resiko merupakan bagian penting
dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen resiko tidaklah berhenti sampai di
sini saja. Praktek, pengalaman, dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan
dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu resiko. Sangatlah penting untuk
selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi resiko dan pengukuran resiko
untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya
resiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu resiko terjadi maka respon yang
dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.

2.7. FAKTOR PENYEBAB RESIKO


Dua faktor penyebab resiko adalah bencana (perils) dan bahaya (hazards). Banjir,
tanah longsor, gempa, gelombang laut tinggi merupakan contoh-contoh bencana yang secara
langsung dapat menimbulkan kerugian. Sementara bahaya terbagi atas beberapa jenis :
1.Bahaya fisik (physical hazard) misalnya berhubungan dengan fasilitas bangunan
Suatu perusahaan
2. Bahaya moral (moral hazard) misalnya sikap ketidakjujuran atau ketidakdisiplinan.
3. Bahaya morale (morale hazard) misalnya sikap yang tidak hati-hati ataupun
kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam suatu perusahaan
4. Bahaya karena hukum atau peraturan (legal hazard) misalnya akibat mengabaikan
undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan.
Selain resiko yang di atas ada juga bahaya resiko lain yakni bahaya resiko
moral. Contohnya pada kasus akibat moral dari para pegawai suatu badan/perusahaan
misalnya yang terjadi pada kasus Citibank Indonesia yang terlibat pada permasalahan
penggelapan dana nasabah. Akibatnya bank tersebut tidak hanya menderita kerugian
finansial, tapi juga resiko reputasi, bahkan kepatuhan. Resiko reputasi dan kepatuhan lebih
membahayakan keberlangsungan perusahaan daripada resiko finansial. Ketidakpercayaan
5
masyarakat terhadap bank akan membuat bank tersebut kehilangan dana karena masyarakat
akan menarik kembali seluruh dana yang telah tertanam di bank tersebut karena takut akan
mengalami kerugian besar. Dana-dana yang ditarik tersebut sebenarnya digunakan untuk
menjalankan kegiatan perbankan, namun kerena ada penarikan sejumlah dana dan
ketidakinginan masyarakat untuk menabung lagi maka bank tersebut dapat terancam
likuiditasnya. Pada fase ini pemerintah dapat melakukan intervensi dengan menutup bank.

b. Sumber Penyebab Resiko


Sumber resiko dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis :
1. Resiko Sosial, resiko ini berasal dari masyarakat. Artinya tindakan orang-orang
menciptakan penyimpangan yang dapat merugikan. Misalnya : pencurian,
huru-hara, peperangan.
2. Resiko Fisik, berasal dari fenomena alam dan sebagian tingkah laku manusia.
Kebakaran adalah penyebab utama cidera fisik, kematian maupun kerusakan
harta.
3. Resiko ekonomi, misalnya inflasi, resesi, fluktuasi dan harga.

H. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka disusunlah urutan
prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko tertinggi, sampai dengan resiko
terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam resiko yang dapat diterima/ditoleransi
merupakan resiko yang menjadi prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya
tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu disusun peta resiko.
I. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana tindakan untuk
meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan personel yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan rencana tindakan. Cara menangani resiko berupa memindahkan
resiko melalui asuransi dan kontrak kerja kepada pihak ketiga, mengurangi tingkat
kemungkinan terjadinya resiko dengan cara menambah/meningkatkan kecukupan
pengendalian internal yang ada pada proses bisnis perusahaan, dan mengeksploitasi resiko
bila tingkat resiko dinilai lebih rendah dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa
yang akan terjadi. Pemilihan cara menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan
biaya dan manfaat, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan rencana tindakan lebih
rendah daripada manfaat yang diperoleh dari pengurangan dampak kerugian resiko.
Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan ditangani dimasukkan ke dalam
register resiko yang memuat informasi mengenai nama resiko, uraian mengenai indikator
resiko, faktor pencetus terjadinya peristiwa yang merugikan, dampak kerugian bila resiko
terjadi, pengendalian resiko yang ada, ukuran tingkat kemungkinan/dampak terjadinya
resiko setelah mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana tindakan untuk
6
meminimalisir tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta personil yang
bertanggung jawab melakukannya.
J. Memantau Resiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan resiko baru bagi
perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, dan cara penanganan
resikonya. Sehingga setiap resiko yang teridentifikasi masuk dalam register resiko dan peta
resiko perlu dipantau perubahannya.
K. Mengkomunikasikan Resiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan resiko
dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas bisnis
yang dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa tujuan manajemen resiko dapat
tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan
berasal dari internal perusahaan (manajemen, karyawan) dan eksternal perusahaan
(pemasok, pemerintah daerah/pusat, masyarakat sekitar lingkungan perusahaan, dan
konsumen air bersih).
L. CARA PENGENDALIAN RESIKO
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi resiko ataupun
mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya
1. Melakukan tata kelola resiko secara terpadu dengan pengimplementasian tanggung jawab
dan keseuaian kompetensi masing-masing pihak yang terkait. Misalnya seperti Dewan
Komisaris, Direksi, Risk & Capital Committee (RCC), unit risk management dan unit
business yang telah berinteraksi dan bersinerji secara optimal.
2. Bank Mandiri menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko, dan digunakan
sebagai laporan. Dengan demikian, dapat memusatkan perhatiannya pada jenis-jenis resiko
yang memiliki tendensi memburuk atau melebihi kebijakan toleransi pada resiko tertentu.
3. mempersiapkan tenaga profesionalnya di bidang resiko. Sekaligus melakukan persiapan
untuk mengimplementasikan Basel II Accord yang menjadi penanggung jawab dari seluruh
inisiatif strategis terkait kepatuhan pegawai.
4. menetapkan kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Misalnya dengan pemeliharaan
cadangan likuiditas yang optimal, pengukuran dan penetapan limit resiko likuiditas,
merancang analisis scenario dan contingency plan, penetapan strategi pendanaan dan
mempertahankan kapasitas dana yang cukup di pasar .

7
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Setiap perusahaan memiliki resiko yang berbeda-beda dan berbeda pula cara
pendekatannya.
2. PT.GMI layak menerapkan manajemen resiko agar mampu tetap bertahan dan
bersaing dengan perusahan sejenisnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

wikipedia, Manajemen Resiko, diakses tanggal 27 April 2020, dari https://id.wikipedia.org.

9
RISIKO DALAM AKTIFITAS KERJA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Manajemen Risiko

Dosen Pengasuh : Dr. Fitriasuri, S.E., A.k., M.M

Disusun oleh

Nama : Jaya Sempurna


NIM : 182510102
Angkatan : 33/ AR1

PROGRAM PASCA SARJANA MANAJEMEN


UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadira Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat, karunia,
dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Risiko Dalam
Aktifitas Kerja” ini sebagai tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Manajemen
Risiko. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dr. Fitriasuri, S.E., Ak., M.M.
selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Risiko. Semoga Allah selalu
melimpahkan pahala atas amal jariyah Ibu yang telah mengajarkan kepada ilmu
tentang Manajemen Risiko.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan dan kelemahannya, baik dari sisi penyusunan, bahasan, tampilan,
maupun penulisannya. Oleh karena itu kritikan dan saran dari Ibu sangat kami
harapkan sebagai bekal kami untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi kami dalam rangka
mengembangkan wawasan, peningkatan ilmu, dan dapat memberikan nilai yang
terbaik pada Ujian Akhir Semester mata Kuliah Manajemen Risiko.

Palembang, 8 Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................ i

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1

BAB II KONSEP RISIKO ................................................................ 3

BAB III RISIKO DALAM AKTIFITAS KERJA .............................. 6

3.1. Risiko Kematian ............................................................ 7

3.2. Risiko Operasional ........................................................ 8

3.3. Risiko Spekulatif ........................................................... 9

BAB IV PENUTUP ............................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan ini, manusia selalu dihadapkan pada risiko. Kita tidak
tahu apa yang akan terjadi esok hari, sebulan, atau setahun kedepan. Kita selalu
dihadapkan pada ketidakpastian hidup. Yang pasti hanyalah kematian, setiap
mahluk akan mengalami kematian, tetapi itupun kita tidak tahu kapan dan karena
apa kita mati. Kita telah merencanakan sesuatu dengan cukup matang, bisa saja
gagal atau hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
Hampir setiap hari kita sering mendengar kata risiko. Dan kata tersebut
cenderung tentang hal hal yang berkesan negatif. Misalnya kawan kita mengatakan
itulah kalau berdagang, risikonya mengalami kerugian. Atau itulah kalau
berkendara dengan cepat, risikonya mengalami kecelakaan. Jadi cenderung kepada
suatu kejadian yang tidak kita harapkan.
Sebagian besar dari kita selalu ingin berusaha menghindar dari risiko. Kita
berharap selalu berada pada zona nyaman dan tidak ingin menanggung risiko.
Namun semua tahapan kehidupan kita mengandung risiko. Kemanapun kita lari
atau mengelak dari risiko, maka disitu pula kita akan menemukan risiko lainnya.
Risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita.
Begitu juga dalam aktivitas sehari-hari kita dalam menjalankan tugas atau
bekerja di perusahaan atau instansi baik swasta maupun pemerintah, maka akan
selalu ada risiko atau bahaya seperti kecelakaan kerja atau timbulnya penyakit
akibat dari kita menjalankan aktivitas pekerjaan kita, seperti terkena radiasi atau
kondisi lingkungan tempat bekerja yang kurang baik untuk kesehatan. Secara garis
besar, kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu unsafe action dan unsafe
condition.
Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan, tahun 2018 terjadi kecelakaan
kerja sebanyak 114.148 kasus, dan tahun 2019 terdapat 77.295 kasus. Hal ini
menunjukkan terjadi penurunan kecelakaan yang terjadi di tempat kerja sebesar
33,05%. Kecelakaan kerja tidak hanya menyebabkan kematian dan kerugian materi

1
serta pencemaran lingkungan. Namun kecelakaan kerja dapat mempengaruhi
produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Kecelakaan kerja juga mempengaruhi
indeks pembangunan manusia dan indeks ketenagakerjaan.
Menurut Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto
(28/8/2019), 57 persen dari kasus kecelakaan kerja sepanjang tahun 2018 terjadi di
luar tempat kerja. Sedangkan kecelakaan kerja yang terjadi di lokasi kerja sebesar
24 persen. Penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas saat berkendara terkait
pekerjaan, atau saat menuju dan dari tempat bekerja.
Menurut para ahli, penyebab terbesar dari kecelakaan kerja adalah faktor
manusia (human error), hampir 88 persen kasus kecelakaan terjadi akibat kesalahan
manusia (melakukan tindakan yang tidak aman), 10 persen diakibatkan oleh kondisi
tidak aman dari lingkungan kerja, sisanya 2 persen disebabkan oleh hal-hal di luar
kemampuan kontrol manusia. Kecelakaan kerja juga sering terjadi akibat
banyaknya pekerja yang malas menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti
sepatu kerja, pakaian kerja, masker, kacamata, helm, sarung tangan, dan
perlengakapan lainnya).
Selain itu, kesalahan dalam prosedur kerja atau mengabaikan SOP dan juga
posisi kerja dapat juga menyebabkan kecelakaan kerja. Contoh kesalahan posisi
kerja ini antara lain posisi duduk yang kurang benar, atau posisi mengangkat barang
yang berat dapat menyebabkan cidera otot pinggang atau punggung, yang bisa
mengakibatkan kelumpuhan, impotensi, dan lain sebagainya.

2
BAB II
KONSEP RISIKO

Sebenarnya apa definisi dari risiko itu sendiri, pengertian risiko adalah suatu
keadaan yang tidak pasti dan terdapat unsur bahaya, akibat atau konsekuensi yang
bisa terjadi akibat proses yang sedang berlangsung maupun kejadian yang akan
datang. Sebenarnya secara ilmiah konsep resiko masih beragam, berikut pendapat
beberapa ahli : Prof. Dr. Ir. Sumarmo, M.S. mengatakan bahwa risiko sebagai suatu
kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak
menguntungkan yang mungkin terjadi. Griffin mendefinisika risiko adalah
ketidakpastian tentang peristiwa masa depan atas hasil yang diinginkan atau tidak
diinginkan. Sedangkan Arthur Williams & Richard, M.H berpendapat bahwa risiko
merupakan suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu.
Dari berbagai macam pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan pengertian
dan definisi dari risiko adalah:
Kerugian yang tidak diharapkan
Penyimpangan dari yang diharapkan
Kejadian yang tidak menguntungkan

Ukuran risiko juga bermacam-macam tergantung definisi dan karakteristik risiko,


misal standar deviasi, probabilitas, dan lain-lain.
Risiko juga beragam jenisnya, mulai dari risiko kecelakaan, kebakaran,
risiko kerugian, fluktuasi kurs, perubahan tingkat bunga, dan lainnya. Risiko dapat
dikelompokkan ke dalam beberapa dimensi antara lain:
 Risiko murni versus risiko spekulatif;
 Subyek versus objektif;
 Statis versus dinamis.

3
Berikut bagan kelompok risiko berdasarkan dimensi di atas:

RISIKO

PURE/
SPEKULATIF
MURNI

STATIS DINAMIS STATIS DINAMIS

SUBJEKTIF SUBJEKTIF SUBJEKTIF SUBJEKTIF

OBJEKTIF OBJEKTIF OBJEKTIF OBJEKTIF


F

Gambar 1

Berikut definisi risiko berdasarkan jenisnya:


a. Risiko Murni/ pure risks adalah risiko dimana kemungkinan kerugian ada,
tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Beberapa contoh risiko tipe ini
adalah risiko kecelakaan, risiko kebakaran, dan semacamnya. Contoh lain
adalah risiko banjir menghantam rumah kita. Kejadian semacam itu akan
merugikan kita. Tetapi rumah yang berdiri di tempat tertentu tidak secara
langsung akan mendatangkan keuntungan tertentu. Jika terjadi kebakaran atau
banjir, disamping individu terkena dampaknya, masyarakat secara keseluruhan
juga akan dirugikan. Asuransi biasanya lebih banyak berurusan dengan risiko
murni.

4
b. Risiko spekulatif (speculatif risk), adalah risiko dimana kita mengharapkan
terjadinya kerugian dan keuntungan. Potensi kerugian dan keuntungan
dibicarakan dalam jenis risiko ini. Contoh risiko tipe ini adalah usaha bisnis.
c. Risiko dinamis dan statis, risiko statis muncul dari kondisi keseimbangan
tertentu. Contoh risiko tersambar petir merupakan risiko yang muncul dari
kondisi alam yang tertentu. Karakteristik risiko ini praktis tidak berubah dari
waktu ke waktu. Risiko dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu.
Sebagai contoh, perubahan kondisi masyarakat, perubahan teknologi,
memunculkan jenis risiko-risiko baru. Misal, jika masyarakat semakin kritis,
sadar akan haknya, maka risiko hukum (legal risk) yang muncul karena
masyarakat lebih berani mengajukan gugatan hukum.
d. Risiko objektif dan risiko subjektif, risiko objektif adalah risiko yang
didasarkan pada observasi parameter yang objektif. Contoh fluktuasi harga
atau tingkat keuntungan investasi di pasar modal bisa diukur melalui standar
deviasi, misal standar deviasi ruturn saham adalah 25% pertahun. Risiko
subjektif berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap risiko. Dengan kata
lain, kondisi mental seseorang akan menentukan kesimpulan tinggi rendahnya
risiko tertentu. Contoh untuk standar deviasi return pasar yang sama sebesar
25%, dua orang dengan kepribadian berbeda akan mempunyai cara pandang
yang berbeda. Orang yang konservatif akan menganggap risiko investasi di
pasar modal terlalu tinggi. Sementara bagi orang yang agresif, risiko investasi
di pasar modal dianggap tidak terlalu tinggi.

Dalam kehidupan ini risiko ada dimana-mana dan bisa datang kapan saja
serta sulit untuk dihindari. Jika risiko tersebut menimpa seseorang atau suatu
organsisasi, maka orang atau organisasi tersebut bisa mengalami kerugian yang
signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa membuat kehancuran
organisasi tersebut. Karena itu resiko penting untuk dikelola. Manajemen risiko
bertujuan untuk mengelola risiko, sehingga organisasi dapat bertahan, atau
barangkali dapat mengoptimalkan risiko. Perusahaan seringkali sengaja mengambil
risiko tertentu, karena melihat potensi keuntungan di balik risiko tersebut.

5
BAB III
RISIKO DALAM AKTIFITAS KERJA

Sebagai seorang aparatur sipil negara yang bekerja di instansi Badan Pusat
Statistik Kabupaten Ogan Komering Ilir, sudah menjadi kewajiban saya untuk hadir
dan pulang kantor tepat pada waktunya, bahkan diperlukan dedikasi untuk dapat
datang lebih awal dan pulang lebih akhir dari jam kerja yang telah ditentukan.
Adapun waktu masuk kantor adalah pukul 07.30 wib dan jam pulang kantor adalah
pukul 16.00 wib. Apabila datang terlambat atau pulang lebih awal, maka risikonya
adalah adanya pemotongan tunjangan kinerja.
Untuk sampai ke kantor, saya menempuh jarak kurang lebih 1 km dengan
memakan waktu sekitar 5 menit dari rumah. Perjalanan dilakukan dengan
mengendarai sepeda motor melintasi jalan raya.
Dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai staf di bagian tata usaha,
waktu lebih banyak dihabiskan dalam mengelola administrasi dengan
menggunakan laptop atau komputer. Selain itu terkadang kami mendapat tugas
untuk melakukan pengawasan lapangan kegiatan survei atau sensus. Untuk
mencapai lokasi survei/sensus, berbagai macam sarana transportasi yang
digunakan, terkadang menggunakan sepeda motor, mobil, dan speedboat. Bahkan
menggunakan dua kendaraan, setelah mengendarai motor, perjalanan dilanjutkan
dengan menumpang speedboat.
Dari uraian tentang pekerjaan di atas, ada beberapa risiko yang dihadapi
antara lain risiko kesehatan, risiko operasional, risiko kecelakaan kendaraan,
bahkan risiko kematian dini. Risiko kesehatan dapat disebabkan oleh rutinitas
bekerja dengan menggunakan laptop dengan menggunakan wifi secara yang dapat
menimbulkan radiasi. Begitu juga duduk yang terlalu lama dapat mengakibatkan
sakit pinggang.
Risiko bekerja dengan menggunakan peralatan elektronik bisa
mengakibatkan adanya bahaya setrum atau peralatan elektornik yang meledak yang
mengenai tubuh. Sedangkan risiko dari melakukan perjalanan pergi dan pulang dari

6
kantor atau melakukan perjalanan dinas ke lapangan adalah adanya kecelakaan lalu
lintas.
Dari berbagai risiko tersebut, perlu dilakukan antisipasi dan pengelolaan
risiko agar kita dapat menghindar atau meminimalisir akibat dari risiko yang terjadi.
Sehingga kita atau keluarga kita terhindar dari kerugian yang lebih besar.
Salah satu cara yang saya lakukan untuk menghindari risiko kesehatan
adalah dengan melakukan olahraga minimal satu kali dalam seminggu. Untuk
meminimalisir risiko kecelakaan lalu lintas, hal hal yang dilakukan antara lain
dengan mengutamakan keselamatan bukan kecepatan. Selain itu saat berkendaraan
juga menggunakan APD seperti helm, sarung tangan, jaket, dan sepatu. Melakukan
service rutin sepeda motor juga merupakan tindakan yang dapat meminimalisir
risiko kecelakaan.
Risiko yang paling besar yang ditanggung oleh keluarga terutama anak anak
adalah risiko kematian kepala keluarga. Kematian merupakan hal yang sudah pasti,
tetapi kita tidak tahu kapan waktunya. Seharusnya untuk menghindari kerugian
secara materi akibat dari kematian dini dari kepala keluarga adalah dengan
mengasuransikan diri, tetapi hal ini tidak saya lakukan.

3.1. Risiko Kematian


Saat ini saya berusia 45 tahun, dan masa aktif saya sebagai seorang ASN
adalah masih tersisa 13 tahun lagi (dengan asumsi umur pensiun seorang ASN tetap
yaitu umur 58 tahun). Pendapatan saya sebagai ASN saat ini yaitu gaji Rp
5.000.000,- dan tunjangan kinerja sebesar Rp 2.500.000,- per bulan, atau Rp
90.000.000,- pertahun. Jika meninggal dunia, maka gaji pensiun janda yang
diterima istri saya sekitar Rp 2.000.000,- per bulan tanpa ada tunjangan kinerja lagi
atau Rp 24.000.000,- pertahun. Misal saya meninggal pada usia 50 tahun, dengan
asumsi pendapatan saya tidak mengalami perubahan. Maka kerugian yang dialami
oleh keluarga saya yaitu:
Rp 90.000.000 – Rp 24.000.000 = Rp 66.000.000 pertahun
Dengan sisa masa kerja selama 8 (delapan) tahun lagi, dan misalkan tingkat bunga
yang relevan adalah 15% (dipakai sebagai discount rate dalam perhitungan discount

7
faktor/ df untuk perhitungan value/ PV), maka eksposure kematian awal untuk
keluarga yang ditinggalkan adalah:
PV = FUTURE VALUE : (1+discount rate)tahun
PV = FUTURE VAUE x (1/ (1 + discount rate)tahun)

TAHUN FUTURE VALUE DF (yang diketik) DF (yang tampil) PV

(1) (2) (3) (4) (5)


1 66,000,000 = 1 (1 + 0.15)^1 0.869565217 57,391,304.35
2 66,000,000 = 1 (1 + 0.15)^2 0.756143667 49,905,482.04
3 66,000,000 = 1 (1 + 0.15)^3 0.657516232 43,396,071.34
4 66,000,000 = 1 (1 + 0.15)^4 0.571753246 37,735,714.21
5 66,000,000 = 1 (1 + 0.15)^5 0.497176735 32,813,664.53
6 66,000,000 = 1 (1 + 0.15)^6 0.432327596 28,533,621.33
7 66,000,000 = 1 (1 + 0.15)^7 0.37593704 24,811,844.63
8 66,000,000 = 1 (1 + 0.15)^8 0.326901774 21,575,517.07
JUMLAH 296,163,219.51

Dari perhitungan di atas, kerugian yang dialami keluarga saya akibat kematian
sebelum masa pensiun adalah sebesar Rp 296.163.219,51. Untuk menjaga
konsekuesi negatif dari kematian tersebut, seharusnya keluarga bisa membeli
asuransi dengan nilai pertanggungan sebesar Rp 296.163.219,51.

3.2. Risiko Operasional


Risiko operasional adalah risiko yang timbul karena kegagalan dari proses
internal, manusia, sistem, atau dari kejadian eksternal. Risiko kegagalan dari proses
internal merupakan risiko yang berkaitan dengan kegagalan proses atau prosedur
internal organisasi. Selain risiko kematian, risiko kegagalan proses internal juga
dapat saya alami sebagai staf tata usaha dalam melaksanakan tugas, seperti:
 Kurang lengkapnya dokumentasi atau dokumentasi yang salah
 Kurangnya pengawasan terhadap staf saya yang berakibat pada laporan
yang dibuat ditolak oleh atasan
 Kesalahan entri data keuangan yang berakibat pada tidak sesuainya
kebutuhan anggaran kegiatan dengan permintaan pembayaran kegiatan

8
Risiko lain yang dapat terjadi dalam pekerjaan yaitu risiko sistem, antara
lain:
 Adanya kerusakan data BMN, hal ini dapat berakibat pada kesalahan
laporan BMN
 Sistem keamanan laporan yang bersifat online, maka dapat dirusak oleh
hacker.
Adapun risiko eksternal yang dapat dialami dalam aktifitas pekerjaan saya
adalah adanya pencurian uang yang disimpan di brankas, hal ini dapat berakibat
pada tertundanya pembayaran honor pegawai dan juga pembiayaan kegiatan
perkantoran.

3.3. Risiko Spekulatif


Risiko spekulatif yang dapat terjadi dalam aktifitas saya adalah risiko
perubahan kurs. Kurs adalah nilai suatu mata uang relative terhadap mata uang
lainnya. Risiko ini dapat terjadi karena pada saat mengikuti International Program
ke Malaysia saya telah menukarkan uang rupiah ke dalam ringgit Malaysia dengan
kurs RM 1 ditukar ke rupiah sebesar Rp 3.500,-. Sebagian uang tersebut belum
dibelanjakan. Seandainya saya menukarkan uang tersebut tahun depan dan nilai
rupiah mengalami penguatan misal RM 1,- = Rp 2.500,- atau mengalami
pelemahan menjadi RM 1,- = Rp 5.000,- dan misalnya ringgit yang tersisa sebanyak
RM 500, maka kerugian atau keuntungan yang saya alami tahun depan adalah:
Modal : Rp 3.500 x 500 = Rp 1.750.000
Rupiah menguat : Rp 2.500 x 500 = Rp 1.250.000,-
Rupiah melemah : Rp 5.000 x 500 = Rp 2.500.000,-
Jika Rupiah menguat terhadap ringgit, maka kerugian yang diterima :
Kurs tahun ini – Kurs tahun depan = Rp 1.250.000 – 1.750.000,- = - Rp 500.000,-
Jika Rupiah melemah terhadap ringgit, maka keuntungan yang diterima :
Kurs tahun ini – kurs tahun depan = Rp 2.500.000 – 1.750.000 = Rp 750.000,-
Hal ini diasumsikan jika harga barang dalam kondisi konstan.

9
BAB IV
PENUTUP

Kehidupan manusia selalu dihadapkan pada risiko. Kita tidak tahu apa yang
akan terjadi esok hari, sebulan, atau setahun kedepan. Kita selalu dihadapkan pada
ketidakpastian hidup, yang pasti hanyalah kematian. Kemanapun kita lari atau
mengelak dari risiko, maka disitu pula kita akan menemukan risiko lainnya. Risiko
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita.
Risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti dan terdapat unsur bahaya,
akibat atau konsekuensi yang bisa terjadi akibat proses yang sedang berlangsung
maupun kejadian yang akan datang. Risiko juga dapat didefinisikan :
Kerugian yang tidak diharapkan
Penyimpangan dari yang diharapkan
Kejadian yang tidak menguntungkan
Pengertian manajemen risiko menurut wikipedia bahasa Indonesia adalah
suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang
berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian
risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan
menggunakan pemberdayaan/ pengelolaan sumber daya.
Dengan selalu adanya risiko dalam kehidupan ini, jika risiko itu merupakan
risiko yang merugikan, maka hal yang perlu kita lakukan adalah mempelajari
bagaimana cara meminimalisir risiko, menghilangkan, bahkan mentransfer risiko
itu sendiri. Jika risiko yang kita ambil menguntungkan, maka yang perlu kita
pelajari adalah bagaimana untuk mempertahankan risiko keuntungan tersebut
bahkan meningkatkannya. Oleh karena itulah pentingnya kita mempelajari Ilmu
Manajemen Risiko.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fitriasuri, materi mata kuliah Manajemen Resiko, 2020.


Konsep Manajemen Risiko, guruakutansi.co.id/manajemen-risiko
Pengertian Manajemen Risiko, seputarpengetahuan.co.id/2017/11/pengertian-
manajemen-risiko-menurut-para-ahli.html

11
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

MANAJEMEN RISIKO

Oleh :

KURNIAWAN

182510094

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS BINA DARMA

PALEMBANG

2020

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT, karena atas

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Ujian Akhir

Semester (UAS) Mata Kuliah Manajemen Risiko dengan membuat Makalah

mengenai Risiko di Tempat Kerja. Tugas ini dibuat dalam rangka mengikuti

perkuliahan di Program Pasca Sajana – Magister Manajemen, Universitas Bina

Darma Palembang dengan mata kuliah Manajemen Risiko yang diasuh oleh Ibu

Dr. Fitriasuri, SE, MM, Ak.

Syukur Alhamdulillah walau ditengah Pandemi Virus Covid-19, penulis

dapat menyelesaikan Tugas ini walau hanya berbekal materi kuliah yang

disampaikan lewat E Learning.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis yang sudah disusun ini masih jauh

dari sempurna. Kritik, saran dan masukan yang membangun akan lebih

menyempurnakan Karya Tulis ini.Terima kasih dan semoga Karya Tulis ini

bermanfaat.

Palembang, April 2020

KURNIAWAN

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ 6

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah
biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Resiko merupakan
bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam resiko,
seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di
musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika
resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan
berwirausaha adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif dalam
organisasi.
Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan
dari aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha atau perusahaan biasanya
berhadapan dengan resiko usaha dan resiko non usaha. Imam Ghazali dalam Kasidy,
Manajemen Resiko (2010) menyatakan bahwa, resiko usaha adalah resiko yang
berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan
memberikan nilai bagi pemegang saham. Sedangkan resiko non usaha adalah resiko
lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman,
ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah
peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang
merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir,
manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun
pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko
dalam bisnis pada masa kini.

1
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana
jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar, dan
walaupun mengalami kerugian sangat kecil sekali. Misalnya membeli lotere. Jika
beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar, tetapi jika tidak beruntung
uang yang digunakan membeli lotere relatif kecil. Apakah ini juga tergolong resiko?
Jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko. Selama mengalami kerugian walau
sekecil apapun hal itu dianggap resiko.
Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena
resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu
perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa
tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung,
material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual). Namun juga
dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama
beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya
pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang
akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner
bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran
dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah,
mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic management,
mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive
decision making dari manajemen puncak.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resiko adalah akibat yang
kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.
Resiko dalam Webster’s Desk Dictionary resiko didefinisikan sebagai suatu potensi
adanya kehilangan (Iban Sofyan, 2004)
Manajemen resiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur untuk
mengelola suatu resiko usaha. Manajemen resiko merupakan antisipasi atas semakin
kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi (Kasidy, 2010).
Definisi lain yang menjelaskan tentang pengertian resiko adalah kemungkinan
terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian. Resiko
adalah suatu kemungkinan terjadinya peristiwa menyimpang dari apa yang diharapkan,
namun penyimpangan ini baru terlihat bila sudah berbentuk kerugian (Kasidy, 2010).
Pendapat lain juga diutarakan oleh Abbas Salim dalam Kasidy (2010) Resiko
adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan kerugian (loss). Sehingga dari
beberapa definisi yang telah diutarakan, dapat diambil kesimpulan bahwa resiko adalah
sesuatu yang belum pasti namun apabila tidak ditangani dengan tepat akan
menimbulkan kerugian bagi usaha tersebut.

3
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. MANAJEMENT RESIKO


Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen
resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan
mitigasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber daya.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada pihak
lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional
terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti
bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua
wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat
menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di
dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen
resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko. Sasarannya untuk
menambah nilai maksimum berkesinambungan (sustainable) organisasi. Tujuan
utama untuk memahami potensi upside dan downside dari semua faktor yang
dapat memberikan dampak bagi organisasi. Manajemen resiko meningkatkan
kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan ketidakpastian
dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan mengembangkan
proses yang bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam
mengimplementasikan. Manajemen resiko seharusnya ditujukan untuk
menanggulangi suatu permasalahan sesuai dengan metode yang digunakan dalam
melaksanakan aktifitas dalam suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan masa
depan.

4
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan
kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen
senior. Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis
dan sasaran operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta kemampuan
merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan
pekerja memandang manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi
kerja.Manajemen resiko mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja
pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi operasional dari semua
tingkatan.

3.2. SASARAN MANAJEMENT RESIKO


Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko
yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat
yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis
ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi, dan
politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen resiko melibatkan segala cara yang
tersedia bagi manusia, khususnya entitas manajemen resiko (manusia, staff,
organisasi).

3.3. KATEGORI RESIKO


Resiko menurut Kasidy (2010) dibagi menjadi dua yakni :

1. Resiko spekulatif

Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko
spekulatif kadang-kadang dikenal dengan istilah resiko bisnis (business risk).
Seseorang yang menginvestasikan dananya di suatu tempat menghadapi dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah
investasinya merugikan. Resiko yang dihadapi seperti ini adalah resiko
spekulatif.

5
2. Resiko murni

Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan
atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu
contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran, maka
perusahaan tersebut akan menderita kerugian. Kemungkinan yang lain adalah
tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya menimbulkan
kerugian, bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada kesengajaan untuk
membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni adalah sesuatu yang
hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin
menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan resiko murni adalah dengan
asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu
sebabnya resiko murni kadang dikenal dengan istilah resiko yang dapat
diasuransikan ( insurable risk ). Perbedaan utama antara resiko spekulatif
dengan resiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk resiko
spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk resiko murni
tidak dapat kemungkinan untung.

Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan. Artinya ada


kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan maupun merugikan. Jika
kedua kemungkinan itu ada, maka dikatakan resiko itu bersifat spekulatif.
Sebaliknya, lawan dari risiko spekulatif adalah resiko murni, yaitu hanya ada
kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan keuntungan. Manajer
resiko tugas utamanya menangani risiko murni dan tidak menangani risiko
spekulatif, kecuali jika adanya resiko spekulatif memaksanya untuk menghadapi
resiko murni tersebut.
Menentukan sumber resiko adalah penting karena mempengaruhi cara
penanganannya. Sumber resiko dapat diklasifikasikan sebagai resiko sosial,
resiko fisik, dan resiko ekonomi.

6
Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau
ketidakpastian dapat dibagi sebagai berikut:

1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan


2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri

3.3. MENGIDENTIFIKASI RESIKO


Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menemukan
secara sistematis dan berkesinambungan atas resiko (kerugian yang potensial)
yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan checklist untuk pendekatan
yang sistematis dalam menentukan kerugian potensial. Salah satu alternatif sistem
pengklasifikasian kerugian dalam suatu checklist adalah; kerugian hak milik
(property losses), kewajiban mengganti kerugian orang lain (liability losses) dan
kerugian personalia (personnel losses). Checklist yang dibangun sebelumnya
untuk menemukan resiko dan menjelaskan jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh
suatu perusahaan.

3.4. MENGANALISA RESIKO


Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya
kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan
probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subjektif dan lebih berdasarkan nalar
dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah
sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi.
Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yang
terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko.
Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan terjadi
suatu resiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa resiko

7
tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak kerusakan (severity) sering kali cukup
sulit untuk asset immaterial.

3.5. MONITORING RESIKO DAN EVALUASI


Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu resiko merupakan
bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen resiko
tidaklah berhenti sampai di sini saja. Praktek, pengalaman, dan terjadinya
kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan
mengenai penanganan suatu resiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor
proses dari awal mulai dari identifikasi resiko dan pengukuran resiko untuk
mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi
adanya resiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu resiko terjadi
maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.

3.6. MENGEVALUASI RESIKO


Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka
disusunlah urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko
tertinggi, sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam
resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko yang menjadi prioritas
untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas
resiko, maka perlu disusun peta resiko.

3.7. CARA PENGENDALIAN RESIKO

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi resiko
ataupun mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya

1. Melakukan tata kelola resiko secara terpadu dengan pengimplementasian


tanggung jawab dan keseuaian kompetensi masing-masing pihak yang terkait.
Misalnya seperti Dewan Komisaris, Direksi, Risk & Capital Committee

8
(RCC), unit risk management dan unit business yang telah berinteraksi dan
bersinerji secara optimal.
2. Bank Mandiri menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko, dan
digunakan sebagai laporan. Dengan demikian, dapat memusatkan
perhatiannya pada jenis-jenis resiko yang memiliki tendensi memburuk atau
melebihi kebijakan toleransi pada resiko tertentu.
3. Mempersiapkan tenaga profesionalnya di bidang resiko. Sekaligus melakukan
persiapan untuk mengimplementasikan Basel II Accord yang menjadi
penanggung jawab dari seluruh inisiatif strategis terkait kepatuhan pegawai.
4. Menetapkan kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Misalnya dengan
pemeliharaan cadangan likuiditas yang optimal, pengukuran dan penetapan
limit resiko likuiditas, merancang analisis scenario dan contingency plan,
penetapan strategi pendanaan dan mempertahankan kapasitas dana yang
cukup di pasar (Masyhud Ali, 2006

9
BAB IV

PENUTUP

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen resiko adalah suatu
proses mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk
mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia.

Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua


wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat menunjukkan
resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di dalam masing-masing
aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen resiko yang baik adalah
identifikasi dan cara mengatasi resiko

10
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M. 2006. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN


Kountur, Ronny. 2006. Manajemen Risiko. Jakarta: Abdi Tandur.
Hasil, 2013, Konsep Dasar Manajemen Risiko, diakses 9 April 2014, pukul 09.03,
http://sharifhaq.blogspot.com/2013/01/konsep-dasar-manajemen-resiko.html
Wikipedia, 2013, Manajemen risiko, diakses 9 April 2014, pukul 08.46,
http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko
Wikipedia, 2013, Risiko, diakses 9 April 2014, pukul 09.52,
http://id.wikipedia.org/wiki/Risiko

11
MAKALAH UJIAN AKHIR SEMESTER

MANAJEMEN RESIKO SUMBER DAYA MANUSIA

Disusun Oleh :

Lintang Anisah Putri

182510093

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

UNIVERSITAS BINA DARMA

PALEMBANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Taufiq dan Hidayah – Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ujian akhir
semester ini.

Pada kesempatan ini ijinkanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada yang
terhormat :

1. Ibu Dr. Fitriasuri, S.E., M.M., Ak. Selaku dosen pengampu Manajemen Resiko
Sumber Daya Manusia.
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan moril selama penulis menyelesaikan
makalah ini.
3. Teman – teman Magister Manajemen Universitas Bina Darma Palembang
Angkatan 33 yang telah memberikan dukungan dan kebersamaannya.
4. Semua pihak yang dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
hinga terselesaikannya makalah ini.

Palembang, 7 Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................2

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................4

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................................4

1.3. Tujuan ........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................6

2.1. Pengertian Operasional ...........................................................................................6

2.2. Kategori Risiko Operasional ...................................................................................7

2.5. Contoh Studi Kasus dan Analisis Kasus ..................................................................8

2.5.1 Studi Kasus ............................................................................................................8

2.5.2 Analisa Kasus ........................................................................................................8

BAB III PENUTUP ..............................................................................................................10

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................11


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap kegiatan bank mengandung risiko, sebab perbankan adalah sebuah
lembaga yang setiap kegiatannya disertai risiko di dalamnya. Baik itu risiko
internal maupun yang berasal dari eksternal. Salah satu risiko yang terdapat
dalam sebuah bank baik itu bank konvensional maupun bank syariah yaitu risiko
operasional.

Risiko operasional merupakan risiko yang timbul akibat ketidakcukupan


atau tidak berfungsinya proses internal, human eror, kegagalan sistem atau
adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya risiko operasional ini diantaranya adalah
infrastruktur, seperti teknologi, kebijakan, lingkungan, pengamanan, perselisihan
dan sebagainya, faktor lain yaitu proses dan sumber daya.

Bank menempatkan perhatian terhadap risiko operasional sama pentingnya


dengan risiko-risiko lainnya. Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian
keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial berupa
kesempatan yang hilang untuk memperoleh keuntungan. Disamping itu, risiko
operasional juga dapat menimbulkan kerugian yang tidak dapat atau dihitung
dengan uang, seperti nama baik atau reputasi bank menjadi rusak.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian risiko operasional?
2. Apa kategori risiko operasional?
3. Bagaimana identifikasi faktor penentu risiko operasional?
4. Bagaimana penerapan manajemen risiko
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian risiko operasional.
2. Mengetahui kategori risiko operasional.
3. Mengetahui identifikasi faktor penentu risiko operasional.
4. Mengetahui penerapan manajemen risiko.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Risiko Operasional


Risiko operasional (operational risk) merupakan risiko yang antara lain
disebabkan oleh adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal
yang mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional melekat pada setiap
aktivitas fungsional bank, seperti kegiatan perkreditan, treasury dan investasi,
operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang,
teknologi sistem informasi dan sistem informasi manajemen dan pengelolaan
sumber daya manusia. (Yulianti, 2009, hal. 157)

Jenis-jenis risiko operasional dapat digolongkan menjadi beberapa tipe


kejadian seperti internal fraud, eksternal fraud, praktik ketenaga kerjaan,
keselamatan lingkungan kerja, nasabah, produk, serta praktik bisnis, kerusakan
aset fisik, gangguan aktivitas bisnis, dan kegagalan sistem, dan kesalahan proses
serta eksekusi.

Dalam risiko operasional hal yang paling penting untuk diperhatikan


adalah dalam pengelolaannya. Dengan pengelolaan yang baik maka akan
mendapatkan hasil yang telah direncanakan sejak awal dan risiko operasional
adalah sesuatu yang sangat strategis dalam manajemen perusahaan dan bank.

Berbeda dengan risiko kredit dan risiko pasar, risiko operasional bank
syariah memiliki karakteristik yang unik selain disebabkan orang, sistem dan
teknologi, proses dan kebijakan, faktor eksternal, juga karena terekpos sharia non
compliance risk, fiducia risk, people risk dan legal risk.

Risiko operasional merupakan salah satu risiko yang wajib diperhitungkan


bank dalam menghitung ATMR. Pengukuran risiko operasional bank syariah
selama ini menggunakan metode basic indicator approach, yaitu tingkat risiko
operasional sebesar 15% dari rata-rata tahunan gross income positive selama tiga
tahun terakhir. Dalam menentukan profil risiko, pendekatan ini dianggap masih
kurang tepat, karena masih menghitung skala usaha bank terhadap besarnya
risiko operasional yang dihadapi, selain tidak adanya pencadangan yang dibentuk
untuk tipe kejadian, frekuensi terjadinya dan pengendalian internal bank dimana
bank beroperasi. (Yudiana, 2018, hal. 180)

Risiko operasional juga sering disebut tipe risiko yang paling tua tetapi
paling sedikit dipahami dibandingkan dengan tipe risiko yang paling tua tetapi
paling sedikit dipahami dibandingkan dengan tipe risiko lainnya, misal risiko
pasar. Risiko operasional merupakan risiko yang inheren dalam proses aktivitas
operasional. Risiko inheren merupakan risiko yang melekat pada kegiatan bisnis
bank syariah, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak berpotensi
memengaruhi posisi keuangan bank (Hanafi, 2009, p. 194)

2.2. Kategori Risiko Operasional


Risiko operasional pada umumnya terjadi di unit kerja yang memiliki
volume transaksi tinggi, perputaran transaksi yang tinggi, perubahan struktural
yang tinggi dan sistem yang kompleks.

Risiko operasional dapapt dikelompokkan menjadi (Jarir, 2009, hal. 13):

1. High frequency – low impact


Merupakan peristiwa yang membawa risiko sering terjadi namun dampak
yang terjadi dinilai rendah.
2. Low frequency – high impact
Merupakan peristiwa yang membawa risiko dalam frekuensi rendah atau
jarang terjadi namun dampak kerugian dari risiko operasional tersebut tinggi
atau dampak kerugian yang ditanggung bank sungguh luar biasa.
2.5. Contoh Studi Kasus dan Analisis Kasus
2.5.1 Studi Kasus
Covid 19 di Indonesia telah merubah pola operasional bank di Indonesia saat ini.
1. Penutupan unit operasional bank. Banyak kantor unit seperti kantor kas,
kantor cabang pembantu telah ditutup oleh kantor pusat mengingat tingginya
risiko virus Covid 19. Banyak layanan dipindahkan ke kantor cabang untuk
menghindari banyak risiko operasional bank.
2. Jam operasional bank. Banyak bank telah memberlakukan jam operasional
yang terbatas untuk mengurangi risiko operasional akibat penyebaran Covid
19. Pemberlakuan jam operasional bank inipun berbeda-beda tergantung
kebijakan kantor pusat bank baik konvensional maupun syariah. Rata-rata
bank beroperasi hanya 6 jam dalam 1 hari.
3. Split operation. Banyak bank telah memberlakukan kehadiran yang diatur
sedemikian rupa untuk memberikan kesempatan sebagian karyawan di rumah
sehingga mengurangi risiko operasional meminimalisasi risiko penyebaran
Covid 19. Kebanyakan bank memberlakukan split operation 50 %. Artinya
50% karyawan dirumahkan dan sisanya bekerja seperti biasa. Jumlah hari
libur juga bervariasi ada yang 2 hari libur, bahkan 5 hari libur.
4. Meningkatnya biaya operasional bank. Untuk mencegah penyebaran Covid 19
bank harus mampu mengkustomisasi layanan bagi nasabah dengan
menyediakan hand sanitizer, desinfektan, masker yang senantiasa berganti
tidak saja untuk nasabah bahkan untuk karyawan. Mencari masker dan hand
sanitizer saja susah sekali.

2.5.2. Analisa Kasus


Kasus di atas dapat sangat berkaitan dengan pengelolaan risiko operasional
pada sebuah bank tidak mungkin dihindari terjadinya. Risiko operasional adalah
risiko kerugian yang disebabkan oleh kegagalan atau tidak memadainya proses
internal, manusia, dan sistem atau dari kejadian eksternal.
Pada problem Covid-19 ini terdapat dua unsur yang paling dominan yaitu
kejadian eksternal dan unsur manusia. Akibat dua unsur sebelumnya juga
berakibat kepada proses internal dan sistem bank.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Risiko operasional (operational risk) merupakan risiko yang antara lain
disebabkan oleh adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal
yang mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional pada umumnya terjadi
di unit kerja yang memiliki volume transaksi tinggi, perputaran transaksi yang
tinggi, perubahan struktural yang tinggi dan sistem yang kompleks.

Identifikasi risiko adalah mempertimbangkan semua aspek dari situasi saat


ini dan yang akan datang. Lingkungan dan masalah yang secara historis sudah
diketahui. Manajemen risiko pada bank didasari pada dua diservikasi, hedging
dan equity capital sebagai loss buffer.

Pengendalian risiko operasional bank ditempuh dengan melaksanakan


beberapa tahap pengendalian diantaranya adalah menghindari risiko, menerima
risiko, mengalihkan risiko pada pihak lain dan mitigasi risiko dengan melakukan
kualitas kontrol.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh. 2009. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Jarir, Abdullah. 2009. Manajemen Risiko Operasional pada Perbankan Syariah. Jurnal
Ekonomi Islam No 2 Vol 1 Desember 2009.

Rustam, Bambang. 2013. Manajemen Risiko Perbankan Syariah Di Indonesia. Jakarta:


Salemba Empat.

Yudiana, Yudi dkk. 2018. Pengukuran Risiko Operasional Pada Bank Syariah
Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen dan Bisnis Vol 4 No 2 Mei 2018.

Yulianti, Rahmani Timorita. 2009. Manajemen Risiko Perbankan Syariah. Jurnal


Ekonomi Islam Vol 3 No 2 Desember 2009.
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH MANAJEMEN RISIKO SUMBER DAYA MANUSIA

“MANAJEMEN RISIKO DI PERBANKAN”

DISUSUN OLEH :

Muhammad Isnadhi

182510077

Dosen Pengajar : Dr. Fitriasuri, S.E, Ak, M.M

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Suatu organisasi atau perusahaan pasti membutuhkan Sumber Daya


Manusia (SDM) untuk menjalankan perusahaan tersebut. Dalam hal ini SDM
yang diperlukan adalah SDM yang handal yang dapat bersaing untuk
memajukan perusahaannya sehingga dapat bersaing dengan dengan perusahaan
lain. Dalam menjalankan kegiatan keseharian, tidak jarang SDM mengalami
hal-hal diluar jalur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Oleh karena itu
diperlukan suatu model pengawasan yang menjaga arah SDM untuk tetap
dalam kondisi mencapai tujuan dari perusahaan yaitu laba atau keuntungan.
Untuk itu diperlukan suatu sistem manajemen risiko SDM.

Menurut Djohanputro (2008:43) manajemen risiko adalah proses


terstruktur dan sistematis untuk mengidentifikasi, memetakan, mengukur,
mengembangkan sistem manajemen risiko alternatif dan untuk memantau dan
mengendalikan manajemen risiko.

Untuk mengurangi resiko perlu pula dilakukan pengendalian internal. Suatu


organisasi yang dikelola tentunya memiliki unsur-unsur pengelolaan atau
manajemen yaitu unsur perencanaan (planning), unsur pengorganisasian
(organizing), unsur pelaksanaan (actuating) dan unsur pengendalian
(controlling). Unsur tersebut diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.
Sistem pengendalian (controlling) dapat berasal dari organisasinya sendiri
(intern) maupun berasal dari luar organisasinya (ekstern). Objek yang
dikendalikan oleh sistem ini adalah unsur-unsur pengelolaan organisasi seperti
yang tercantum di atas, yaitu pengendalian terhadap perencanaan, pengendalian
terhadap pengorganisasian dan pengendalian terhadap pelaksanaan.
Pengendalian intern harus terus dikembangkan agar tujuan organisasi dapat
tercapai.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun penulis dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Resiko ?
2. Seperti apakah Manajemen Resiko itu ?
3. Bagaimana Peran Manajemen Resiko Terhadap Perusahaan Perbankan?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang ingin penulis harapkan sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Yang Dimaksud Dengan Resiko.
2. Untuk Mengetahui Yang Dimaksud Manajemen Resiko.
3. Untuk Mengetahui Peran Manajemen Resiko Dalam Suatu Perusahaan
Perbankan.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Risiko

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan risiko adalah segala


kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan.

The Committee of Sponsoring Organizations (COSO, 2004) mendefinisikan


risiko adalah kemungkinan terjadinya sebuah peristiwa yang dapat mempengaruhi
pencapaian tujuan organisasi.

Prof Dr.Ir. Soemarno, M.S mengatakan bahwa risiko sebagai suatu kondisi
yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak
menguntungkan yang mungkin terjadi.

A. Abas Salim mendefinisikan risiko sebagai suatu ketidakpastian


(uncertainty) yang mungkin mengakibatkan peristiwa kerugian (loss).

Subekti mengatakan bahwa risiko adalah kewajiban memikul kerugian yang


disebabkan karena suatu kejadian diluar kesalahan salah satu pihak.

Hanafi (2006: 1) berpendapat bahwa pengertian resiko adalah bahaya,


akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang
berlangsung atau kejadian yang akan datang.

Manajemen Risiko menurut Australia/New Zealand Standards (1999),


Manajemen Risiko adalah suatu proses yang logis dan sistematis dalam
mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mengendalikan, mengawasi, dan
mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan segala aktivitas, fungsi atau
proses dengan tujuan perusahaan mampu meminimasi kerugian dan
memaksimumkan kesempatan. Implementasi dari manajemen risiko ini membantu
perusahaan dalam mengidentifikasi risiko sejak awal dan membantu membuat
keputusan untuk mengatasi risiko tersebut.

Manajemen Risiko menurut NIST (Stoneburner et al.,2001;E-2),


Manajemen Risiko adalah The total process of identifying, controlling and
mitigating information sysytem related risks; encompasses risk assesment; cost-
benefit analysis; implementation, test and security evalution of safeguards.
(Manajemen risiko adalah proses dari mengidentifikasi, mengontrol dan
meringankan sistem informasi terkait risiko” dan melingkupi pengkajian risiko,
analisa manfaat biaya, dan pemilihan, implementasi, pengetesan dan evaluasi
keamanan dari usaha perlindungan).

Manfaat Manajemen Risiko

Manajemen risiko memiliki manfaat luas yang secara fundamental dapat


mengubah cara tim manajemen mengambil keputusan. Berikut adalah manfaat
manajemen risiko :

• Membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan pada data
yang bermanfaat.
• Memungkinkan bagi para pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dan
ketidakpastian dalam keadaan yang nyata
• Mengurangi kerugian melalui perbaikan proses yang dikembangkan
• Meningkatkan kesadaran risiko melalui komunikasi yang lebih baik, dengan
menggunakan bahasa risiko yang konsisten dan pendekatan untuk identifikasi
dan pelaporan risiko
• Memudahkan estimasi biaya
• Bantuan untuk perencanaan strategis dalam mengidentifikasi peluang dan
ancaman bisnis baru.
Tahapan Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko adalah kerangka kerja untuk tindakan yang perlu
diambil. Dimulai dengan mengidentifikasi risiko, menganalisis risiko, kemudian
risiko diprioritaskan, solusi diterapkan, dan akhirnya risiko dipantau.

1. Identifikasi Risiko

Langkah pertama adalah mengidentifikasi semua risiko yang dihadapi bisnis di


lingkungan operasinya. Ada banyak jenis risiko seperti risiko hukum, risiko
lingkungan, risiko pasar, risiko peraturan, dan banyak lagi. Penting untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin faktor risiko ini.

Jika organisasi memiliki solusi manajemen risiko yang digunakan, semua


informasi ini dimasukkan langsung ke dalam sistem. Keuntungan dari pendekatan
ini adalah bahwa risiko-risiko ini sekarang terlihat oleh setiap pemangku
kepentingan dalam organisasi dengan akses ke sistem.

Suatu organisasi dapat mengidentifikasi risiko mereka melalui pengalaman dan


sejarah internal, berkonsultasi dengan profesional industri, dan penelitian
eksternal.

Penting untuk diingat bahwa kondisi risiko selalu berubah, sehingga langkah ini
harus ditinjau kembali secara teratur.

2. Analisis Risiko

Setelah risiko diidentifikasi, risiko tersebut perlu dianalisis. Lingkup risiko harus
ditentukan. Penting juga untuk memahami hubungan antara risiko dan berbagai
faktor dalam organisasi.

Untuk menentukan tingkat keparahan dan keseriusan risiko perlu untuk melihat
berapa banyak fungsi bisnis yang mempengaruhi risiko. Ada risiko yang dapat
membuat seluruh bisnis terhenti jika diaktualisasikan, sementara ada risiko yang
hanya akan menjadi ketidaknyamanan kecil.

Ketika solusi manajemen risiko diterapkan, salah satu langkah dasar yang paling
penting adalah memetakan risiko ke berbagai dokumen, kebijakan, prosedur, dan
proses bisnis. Ini berarti bahwa sistem tersebut sudah memiliki kerangka kerja
risiko yang dipetakan yang akan mengevaluasi risiko dan memberi informasi
tentang pengaruh jangka panjang dari setiap risiko.

3. Evaluasi Risiko

Risiko perlu diperingkat dan diprioritaskan. Sebagian besar solusi manajemen


risiko memiliki kategori risiko yang berbeda, tergantung pada tingkat keparahan
risiko tersebut. Risiko yang dapat menyebabkan beberapa ketidaknyamanan
dinilai rendah, risiko yang dapat menyebabkan kerugian bencana dinilai tertinggi.

Penting untuk menentukan peringkat risiko karena memungkinkan organisasi


untuk mendapatkan pandangan menyeluruh dari paparan risiko seluruh organisasi.
Bisnis mungkin rentan terhadap beberapa risiko tingkat rendah, tetapi mungkin
tidak memerlukan intervensi manajemen tingkat atas. Di sisi lain, hanya satu dari
risiko dengan peringkat tertinggi sudah cukup untuk memerlukan intervensi
segera.

4. Solusi Risiko

Apa cara potensial untuk menangani risiko yang terjadi, secara efisien dan efektif?
Organisasi biasanya memiliki opsi untuk menerima, menghindari, mengendalikan,
atau mentransfer risiko.

Menerima risiko berarti memutuskan bahwa beberapa risiko melekat dalam


berbisnis dan bahwa manfaat dari suatu kegiatan lebih penting daripada risiko
potensial.
Untuk menghindari risiko , organisasi tidak perlu berpartisipasi dalam aktivitas
itu.

Pengendalian risiko melibatkan pencegahan (mengurangi kemungkinan terjadinya


risiko) atau mitigasi, yang mengurangi dampak yang akan ditimbulkannya jika
memang terjadi.

Transfer risiko melibatkan pemberian tanggung jawab atas hasil negatif apa pun
kepada pihak lain, seperti halnya ketika suatu organisasi membeli asuransi.

Setelah semua solusi potensial yang masuk akal dicantumkan, kemudian dipilih
salah satu yang paling memungkinkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Dalam solusi manajemen risiko, semua pemangku kepentingan yang relevan dapat
dikirim pemberitahuan dari dalam sistem. Diskusi mengenai risiko dan
kemungkinan solusinya dapat terjadi dari dalam sistem. Manajemen atas juga
dapat mengawasi solusi yang disarankan dan kemajuan yang dibuat dari dalam
sistem.

5. Monitor Hasil dan Tinjau risikonya

Manajemen risiko adalah proses, bukan proyek yang dapat diselesaikan dan
kemudian dilupakan. Organisasi, lingkungannya, dan risikonya terus berubah,
sehingga prosesnya harus ditinjau kembali secara konsisten.

Tidak semua risiko dapat dihilangkan – beberapa risiko selalu ada. Risiko pasar
dan risiko lingkungan hanyalah dua contoh risiko yang selalu perlu dipantau. Para
profesional harus memastikan bahwa mereka mengawasi semua faktor risiko. Di
bawah lingkungan digital, sistem manajemen risiko memantau seluruh kerangka
kerja risiko organisasi. Jika ada faktor atau risiko yang berubah, segera terlihat
oleh semua orang. Komputer juga jauh lebih baik dalam memonitor risiko secara
terus menerus daripada orang lain.
Jika organisasi secara bertahap memformalkan proses manajemen risiko dan
mengembangkan budaya risikonya, organisasi itu akan menjadi lebih tangguh dan
dapat beradaptasi dalam menghadapi perubahan. Ini juga berarti membuat
keputusan yang lebih tepat berdasarkan pada gambaran lengkap tentang
lingkungan operasi organisasi dan menciptakan garis bawah yang lebih kuat
dalam jangka panjang.

Strategi Manajemen Risiko

Strategi manajemen risiko yang baik meliputi beberapa kiat, antara lain :

• Identifikasi dan revisi asumsi dasar perusahaan terkait internal maupun


eksternal.
• Mengalokasikan sumber daya untuk risiko baik yang produktif maupun non
produktif.
• Membagi perhatian pada sebab akibat adanya risiko.
• Mencoba berbagai skenario terburuk yang mungkin terjadi sekaligus menguji
keampuhan strategi.
• Selalu menyiapkan perencanaan cadangan, karena ilmu strategi risiko
bukanlah sebuah ilmu eksak yang terjamin akurasinya.
• Memperbaiki koordinasi kepada seluruh lapisan organisasi dengan cara
mengkomunikasikan ide, gagasan dan strategi manajemen risiko.
BAB III

PENUTUP

Dalam setiap bidang pekerjaan pasti memiliki risiko tersendiri dalam


pelaksanaanya. Untuk itu setiap orang harus mengetahui teknik-teknik dalam
penerapan manajemen risiko, antara lain harus mengetahui bahwa setiap kegiatan
pasti ada resiko di dalamnya. Setelah mengidentifikasi resikonya kemudian
melakukan analisis seberapa bahaya resiko tersebut.

Selanjutnya dilakukan penanggulangan agar resiko tersebut tidak membahayakan


maupun merugikan.
REFERENSI
Internet
jurnalmanajemen.com
www.bni.co.id
pelajaran.co.id
MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

PENGELOLAAN RISIKO PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH

Disusun oleh :

Peni oktasari (182510078)


Manajemen Risiko
Angkatan 33 / A R1

Dosen Pembimbing : Dr. Fitriasuri, SE, Ak, M.M

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS BINA DARMA PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan Karunia-Nyalah
saya dapat menyusun makalah ini yang berjudul “ Pengelolaan Risiko Pembiayaan
Di Bank Syariah”

Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu “Dr. Fitriasuri, SE,


Ak. M.M” sebagai dosen pembimbing yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penyusun juga menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah


ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan kami sangat senang jika pembaca
dapat memberikan saran dan kritik guna memperbaiki makalah ini. Penyusun juga
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Palembang, 9 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Risiko Pada Bank Syariah................................................................................5
B. Manajemen Risiko Bank Syariah.....................................................................6
C. Pengelolaan Risiko Pembiayaan Pada Bank Syariah.......................................7
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah
dikenal masyarakat, yaitu bank yang berdasarkan pada prinsip bagi hasil.
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sama sekali belum
menggunakan secara tegas istilah bank syariah. Penyebutannya masih
menggunakan istilah ” prinsip bagi hasil”. Belum ada ketentuan yang lebih rinci
mengenai bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Keberadaan perbankan syariah baru mendapatkan landasan yang kuat sejak
tanggal 16 Juli 2008 dengan diundangkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah selanjutnya disebut dengan Undang Undang
Perbankan Syariah.
Seperti halnya bank konvensional, bank syariah berfungsi juga
sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu berfungsi
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana
tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan.
Pembiayaan adalah merupakan sebagian besar aset dari bank syariah sehingga
pembiayaan tersebut harus dijaga kualitasnya, sebagaimana diamanatkan pada
Pasal 2 Undang-undang Perbankan Syariah bahwa perbankan syariah dalam
melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi
dan prinsip kehati-hatian. Pada penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan
Syariah yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian adalah pedoman
pengelolaan Bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat,
kuat dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari
berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prinsip
kehati-hatian adalah pengendalian risiko melalui penerapan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku secara konsisten (Yahman
dan Trisadini Prasastinah Usanti, 2011).
Pada sisi aktiva neraca bank syariah bagian terbesar dana operasional
setiap bank syariah disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Kenyataan ini
menggambarkan bahwa pembiayaan adalah sumber pendapatan bank yang
terbesar, namun sekaligus merupakan sumber risiko operasi bisnis yang
terbesar. Pembiayaan bermasalah bahkan menjadi kategori macet menjadi
masalah bagi bank syariah, karena dengan adanya pembiayaan bermasalah
bukan saja menurunkan pendapatan bagi bank syariah tetapi juga menggerogoti
jumlah dana operasional dan likuiditas keuangan bank syariah, yang akhirnya
akan menggoyahkan kesehatan bank syariah dan pada akhirnya akan merugikan
nasabah penyimpan/nasabah investor. Sebagian besar dana yang dipergunakan
oleh bank syariah dalam menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan adalah
dana nasabah penyimpan/nasabah investor, sehingga dana nasabah
penyimpan/nasabah investor wajib mendapat perlindungan hukum.
Pembiayaan yang telah disetujui oleh bank syariah dan dinikmati oleh
nasabah penerima fasilitas, maka peranan bank syariah lebih berat dibandingkan
pada saat dana tersebut belum mengucur di tangan nasabah penerima fasilitas.
Untuk menghindari terjadinya kegagalan pembiayaan maka bank syariah harus
melakukan pembinaan dan regular monitoring, yaitu dengan cara monitoring
aktif dan monitoring pasif. Monitoring aktif, yaitu mengunjungi nasabah secara
regular, memantau laporan keuangan secara rutin dan memberikan laporan
kunjungan nasabah/call report kepada komite pembiayaan/supervisor
sedangkan monitoring pasif, yaitu memonitoring pembayaran kewajiban
nasabah kepada bank syariah setiap akhir bulan. Bersamaan pula diberikan
pembinaaan dengan memberikan saran, informasi maupun pembinaan tehnis
yang bertujuan untuk menghindari kegagalan pembiayaan.
Pada Pasal 38 Undang-Undang Perbankan Syariah diatur bahwa bank
syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko, prinsip mengenal
nasabah dan perlindungan nasabah. Pada penjelasannya diberikan pengertian
dari manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang
digunakan oleh perbankan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Peraturan
pelaksananya diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011
tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah, dijelaskan bahwa bahwa kegiatan usaha perbankan syariah tidak
terlepas dari risiko yang dapat mengganggu kelangsungan bank dikarenakan
produk dan jasa perbankan syariah mempunyai karakteristik yang khas
sehingga diperlukan manajemen risiko untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalian risiko yang sesuai dengan kegiatan usaha
perbankan syariah. Langkah-langkah yang dilakukan bank syariah tersebut
dalam rangka memitigasi risiko harus mempertimbangkan kesesuaian dengan
Prinsip Syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja risiko pada bank syariah?
2. Bagaimana bank syariah dalam mengelola risiko pembiayaan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui risiko yang ada pada bank syariah.
2. Untuk mengetahui pengelolaan risiko pembiayaan pada bank syariah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Risiko Pada bank Syariah


1. Risiko Pembiayaan (Kredit)
Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
2. Risiko Pasar
Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga
pasar, antara lain Risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat
diperdagangkan atau disewakan.
3. Risiko Likuiditas
Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh
tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas
tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan Bank.
4. Risiko Operasional
Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang
memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan system,
dan/atau adanya kejadian kejadian eksternal yang mempengaruhi
operasional Bank.
5. Risiko Hukum
Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis.
6. Risiko Reputasi
Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber
dari persepsi negatif terhadap Bank.
7. Risiko Strategik
Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan
suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan
lingkungan bisnis.
8. Risiko Kepatuhan
Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta Prinsip Syariah.
9. Risiko Imbal Hasil
Risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada
nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank
dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dan pihak
ketiga Bank.
10. Risiko Investasi
Risiko akibat Bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai
dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing.

B. Manajemen Risiko Bank Syariah


Menurut Zainul Arifin bahwa manajemen merupakan suatu metode
pengelolaan yang baik dan benar, untuk menghindari kesalahan, kekeliruan dan
menegakkan kebenaran.
Menurut Adiwarman Karim (2007) sasaran kebijakan manajemen
risiko adalah mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan
jalannya kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar secara terarah,
terintegrasi dan berkesimbungan, sehingga manajemen risiko berfungsi sebagai
filter atau pemberi peringatan dini (early warning system) terhadap kegiatan
usaha bank.

Tujuan manajemen risiko itu sendiri adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada regulator.


2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat unacceptable.
3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled.
4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.
5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.

Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang


berbeda dengan bank konvesional, terutama karena adanya jenis-jenis risiko
yang khas melekat yang hanya ada pada bank syariah. Perbedaan mendasar
antara bank Islam dan bank konvensional bukan terletak pada bagaimana cara
mengukur (how to measure), melainkan pada apa yang dinilai (what to
measure). Perbedaan itu terlihat dalam proses manajemen risiko operasional
bank Islam yang meliputiidentifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko
dan monitoring risiko. Hal ini dikarenakan dari karakteristik dari kegiatan
usaha perbankan syariah yang didasarkan pada berbagai macam prinsip dalam
penghimpun dana, penyaluran dana dan pemberian jasa. Identifikasi risiko
yang dilakukan oleh bank Islam tidak hanya mencakup berbagai risiko yang
ada pada bank-bank pada umumnya, tetapi juga meliputi risiko yang khas yang
hanya ada pada bank Islam. Hal ini karena keunikan dari bank Islam tersebut,
ada enam keunikan yaitu :

1. Proses transaksi pembiayaan. Karakteristik bank Islam dalam proses ini


setidaknya terlihat pada tiga aspek, yaitu proses transaksi pembiayaan
syariah, proses transaksi bagi hasil dana pihak ketiga dan proses transaksi
devisa.
2. Proses manajemen. Keunikan bank Islam dalam proses manajemen terlihat
pada sistem dan prosedur operasional akuntansi.
3. Sumber daya manusia. Keunikan bank Islam dalam sumber daya manusia
terlihat pada spesifikasi kapabilitas yang tidak hanya mencakup dalam
bidang perbankan secara umum tetapi juga meliputi aspek-aspek syariah.
4. Tehnologi, keunikan bank Islam dalam bidang tehnologi terlihat pada
Business Requirement Specification (BRS) untuk pembiayaan berbasis
bagi hasil dan Business Requirement Specification (BRS) dana pihak
ketiga.
5. Lingkungan eksternal, keunikan bank Islam dalam hal ini terlihat pada
keberadaan dual regulatory body, yaitu Bank Indonesia dan Dewan
Syariah Nasional.
6. Kerusakan, keunikan bank Islam dalam hal misalnya ketika terjadi
kerusakan pada obyek ijarah atau Ijarah Muntahiya Bittamlik.

C. Pengelolaan Risiko Pembiayaan Pada Bank Syariah


Pada Pasal 1 angka 7 PBI Nomor13/23/PBI/2011 tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah,
yangdimaksud dengan risiko kredit adalah Risiko Kredit adalah Risiko akibat
kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank
sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Risiko pembiayaan yang dihadapi
oleh bank syariah, yaitu risiko yang timbulnya kerugian diakibatkan
kegagalan/ketidakmampuan nasabah dalam memenuhi kewajiban sesuai akad
atau perjanjian yang telah ditetapkan antara bank syariah dan nasabah. Risiko
pembiayaan umumnya bersumber dari karakter nasabah, kemampuan nasabah
dan siklus bisnis. Risiko tersebut dapat berdampak lebih besar bagi bank
syariah, sehingga risiko pembiayaan harus diidentifikasi, diukur, dipantau, dan
dikendalikan.
Pembiayaan adalah suatu proses mulai dari analisis kelayakan
pembiayaan sampai kepada realisasinya. Namun realisasi pembiayaan bukanlah
tahap terakhir dari proses pembiayaan. Setelah realisasi pembiayaan maka bank
syariah perlu melakukan pemantauan dan pengawasan pembiayaan, karena
dalam jangka waktu pembiayaan tidak mustahil terjadi pembiayaan bermasalah
dikarenakan beberapa alasan. Bank syariah harus mampu menganalisis
penyebab pembiayaan bermasalah sehingga dapat melakukan upaya untuk
melancarkan kembali kualitas pembiayaan tersebut.
Analisa pembiayaan adalah suatu kajian untuk mengetahui kelayakan
dari suatu proposal pembiayaan yang diajukan nasabah. Melalui hasil analisis
dapat diketahui apakah usaha nasabah tersebut layak (feasible) dalam arti bisnis
yang dibiayai diyakini dapat menjadi sumber pengembalian dari pembiayaan
yang diberikan, jumlah pembiayaan sesuai kebutuhan baik dari sisi jumlah
maupun penggunaannya serta tepat struktur pembiayaannya, sehingga
mengamankan risiko dan menguntungkan bagi bank syariah dan nasabah.
Dalam menganalisa pembiayaan harus diperhatikan kemauan dan kemampuan
nasabah untuk memenuhi kewajibannya serta terpenuhinya aspek ketentuan
syariah. Bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan wajib menempuh cara-
cara yang tidak merugikan bank syariah dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya. Risiko pembiayaan bermasalah dapat diperkecil
dengan jalan salah satunya melakukan analisa pembiayaan. Analisa pembiayaan
merupakan tahap preventif yang paling penting dan dilaksanakan dengan
profesional dapat berperansebagai saringan pertama dalam usaha bank
menangkal bahaya pembiayaan bermasalah. Kelayakan pembiayaan merupakan
fokus dan hal yang terpenting di dalam pengambilan keputusan pembiayaan
karena sangat menentukan kualitas pembiayaan dan kelancaran pembayaran.
Tahapan yang dilalui pada setiap pembiayaan yang disalurkan kepada
nasabah penerima fasilitas oleh bank syariah, yaitu sebagai berikut:
1. Sebelum pemberian pembiayaan diputuskan oleh bank syariah, yaitu tahap
bank syariah melakukan analisis atas permohonan pembiayaan calon
nasabah penerima fasilitas, tahapan ini disebut tahap analisa pembiayaan.
2. Setelah pembiayaan diputuskan oleh bank syariah, maka dilanjutkan dengan
pembuatan perjanjian pembiayaan yang diikuti dengan pengikatan agunan
untuk pembiayaan yang diberikan ini. Tahap ini disebut tahap dokumentasi
pembiayaan.
3. Setelah perjanjian pembiayaan ditandatangani oleh kedua belah pihak dan
dokumentasi pengikatan agunan pembiayaan telah selesai dibuat, maka
selama pembiayaan itu digunakan oleh nasabah penerima fasilitas sampai
jangka waktu pembiayaan belum berakhir bank syariah melakukan
monitoring. Tahap ini disebut tahap pengawasan dan pengamanan
pembiayaan.
4. Adakalanya pembiayaan yang telah dinikmati nasabah penerima fasilitas
masuk dalam kriteria pembiayaan bermasalah, maka bank syariah berupaya
untuk memulihkan kondisi tersebut. Tahapan ini disebut tahapan
penyelamatan dan penagihan pembiayaan.
Tahap (1), (2) dan (3) adalah merupakan tahapan preventif atau
tahapan pencegahan bagi bank syariah agar pembiayaan tersebut tidak masuk
kriteria pembiayaan bermasalah, sedangkan tahap (4) merupakan tahapan
represif setelah pembiayaan tersebut menjadi pembiayaan bermasalah.
Pada bank syariah untuk menilai layak tidaknya usulan pembiayaan
pada umumnya digunakan “ filosofis tiga pilar” dan 5 C’s principles. Filosofi
tiga pilar kelayakan usaha nasabah, yaitu :
1. Kredibilitas manajemen yang meliputi kejujuran, itikad baik key person dari
nasabah/character dan kemampuan mengelola usaha key person/capability.
2. Kemampuan membayar kembali (repayment capacity) yang meliputi
kemampuan usaha nasabah untuk menghasilkan laba dari produk dan jasa
yang dijalankan oleh nasabah dan manajemen arus kas usaha nasabah di
masa lalu (historical cash flow) termasuk proyeksi arus cash (projected cash
flow) di masa mendatang merupakan ukuran utama kemampuan nasabah
dalam membayar kembali pembayaran.
3. Jaminan yang diserahkan dianalisa tentang harga jual kembali agunan,
kemudahan menjual agunan dan kelengkapan dan keabsahan dokumen
agunan.

Upaya preventif yang dilakukan oleh bank syariah sebelum


memberikan pembiayaan kepada nasabah, yaitu dengan melakukan analisa 5
Cs, yaitu :

1. Character: penilaian karakter nasabah adalah untuk mengetahui itikad baik


nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) dan untuk
mengetahui moral, watak maupun sifat-sifat pribadi yang positif dan
kooperatif. Karakter merupakan faktor yang dominan dan penting sebab
walaupun calon nasabah tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan
utangnya tetapi kalau tidak mempunyai itikad baik tentu akan membawa
berbagai kesulitan bagi bank di kemudian hari. Gambaran tentang karakter
calon nasabah dapat diperoleh dengan upaya antara lain :
a. Meneliti riwayat hidup calon nasabah
b. Verifikasi data dengan melakukan interview
c. Meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan usahanya
d. Bank Indonesia checking dan meminta informasi antar bank
e. Mencari informasi atau trade checking kepada asosiasi-asosiasi usaha
dimana calon nasabah berada
f. Mencari informasi tentang gaya hidup dan hobi calon nasabah.
2. Capacity, yaitu kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha guna
memperoleh laba yang diharapkan sehingga dapat mengembalikan
pembiayaan diterima, untuk mengukur capacity dilakukan melalui berbagai
pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan historis yaitu menilai past performance apakah
menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu (minimal 2 tahun
terakhir).
b. Pendekatan profesi, yaitu menilai latar belakang pendidikan para
pengurus. Hal ini sangat penting untuk perusahaan-perusahaan yang
menghendaki keahlian teknologi tinggi atau perusahaan yang
melakukan profesionalisme tinggi.
c. Pendekatan yuridis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah
mempunyai kapasitas untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya
untuk mengadakan perjanjian pembiayaan dengan bank.
d. Pendekatan manajerial, yaitu menilai kemampuan dan ketrampilan
nasabah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin
perusahaan.
e. Pendekatan teknis, yaitu menilai kemampuan mengelola faktor-faktor
produksi seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan/mesin-
mesin, administrasi keuangan, industry relation sampai kemampuan
merebut pasar.
3. Capital adalah menilai jumlah modal sendiri yang diinvestasikan oleh
nasabah dalam usahanya termasuk kemampuan untuk menambah modal
apabila diperlukan sejalan dengan perkembangan usahanya.
4. Condition, yaitu kondisi usaha nasabah yang dipengaruhi oleh situasi sosial
dan ekonomi. Kondisi dipengaruhi antara lain peraturan-peraturan
pemerintah, situasi, politik dan perekonomian dunia, kondisi ekonomi yang
mempengaruhi pemasaran, produk dan keuangan.
5. Collateral, yaitu aset atau benda yang diserahkan nasabah sebagai agunan
terhadap pembiayaan yang diterimanya. Collateral tersebut harus dinilai
oleh bank untuk mengetahui risiko kewajiban finansial nasabah kepada
bank. Penilaian terhadap jaminan meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan
dan status hukumnya. Penilaian terhadap collateral dapat ditinjau dari dua
segi sebagai berikut :
a. Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari benda yang akan diagunkan.
b. Segi yuridis, yaitu menilai apakah agunan tersebut memenuhi syarat-
syarat yuridis untuk dipakai sebagai agunan.

Menurut Muhammad Syafii Antonio (2000), bahwa tujuan analisis


pembiayaan tersebut, untuk menyakinkan bank bahwa pembiayaan yang
dimohonkan itu adalah layak dan dapat dipercaya serta tidak fiktif. Suatu
pembiayaan tidak akan disetujui sebelum dipastikan beberapa hal pokok, yaitu:

1. Apakah objek pembiayaan halal atau haram?


2. Apakah proyek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat?
3. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila?
4. Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?
5. Apakah usaha itu berkaitan dengan industri senjata ilegal atau berorientasi
pada pengembangan senjata pembunuh massal?
6. Apakah proyek dapat merugikan syiar Islam, baik secara langsung maupun
tidak langsung?

Sedangkan Zainul Arifin (2002), menekankan bahwa perlunya bank


syariah berhati-hati pada saat akan memberikan pembiayaan pada usaha
nasabah, oleh karenanya bank syariah harus menghidari usaha, yaitu :

1. Usaha yang tidak sesuai dengan prinsip syariah


2. Usaha yang bersifat spekulatif (maisir) dan mengandung ketidak pastian
yang tinggi (gharar)
3. Usaha yang tidak mempunyai informasi keuangan yang memadai
4. Bidang usaha yang memerlukan keahlian khusus sedang aparat bank tidak
memiliki keahlian atau menguasai bidang usaha tersebut.
5. Pengusaha yang bermasalah.

Demikian halnya yang diatur dalam Buku Pedoman Pembiayaan,


salah satu dari bank syariah yang memberikan penetapan larangan pemberian
fasilitas pembiayaan, yaitu :

1. Melarang pemberian fasilitas pembiayaan cerukan (talangan) dalam rupiah


atau valuta asing
2. Melarang pemberian pembiayaan untuk jual beli saham kepada perorangan
atau perusahaan (dalam hal ini termasuk pemberian pembiayaan untuk
pembelian saham yang dimaksudkan sebagai penyertaan)
3. Melarang pemberian pembiayaan untuk usaha-usaha jasa yang tidak sesuai
dengan aspek syariah
4. Melarang pemberian pembiayaan dan garansi bank untuk keperluan ekspor
ataupun impor barang-barang yang dilarang pemerintah atau tidak
diperbolehkan / dilarang
a. Melarang pemberian pembiayaan kepada pengembang yang bersifat
spekulatif dan atau tanpa rencana penggunaan yang jelas baik secara
langsung maupun tidak langsung
b. Melarang pemberian pembiayaan kepada nasabah perorangan atau
perusahaan yang nama pengurus / pemilik / pemegang kuasa / penjamin
/ penanggung jawab tercantum dalam daftar kredit macet/black list.
c. Melarang pemberian pembiayaan kepada nasabah / calon nasabah yang
mengandung benturan kepentingan dengan pemrosesan dan / atau
komite pembiayaan
d. Melarang pemberian pembiayaan kepada perusahaan baru tidak
diizinkan / dilarang, tidak termasuk perusahaan baru / vehicle company
yang dibentuk khusus untuk menjalankan projek tertentu yang dimiliki
perusahaan induknya.
Menurut Muhammad (2005), ada beberapa pendekatan analisis
pembiayaan yang dilakukan oleh pengelola bank syariah, yaitu:
1. Pendekatan jaminan, artinya bank dalam memberikan pembiayaan selalu
memperhatikan kuantitas dan kualitas jaminan yang dimiliki oleh
peminjam.
2. Pendekatan karakter, artinya bank mencermati secara sungguh-sungguh
terkait dengan karakter nasabah.
3. Pendekatan kemampuan pelunasan artinya bank menganalisis kemampuan
nasabah untuk melunasi jumlah pembiayaan yang diambil.
4. Pendekatan dengan studi kelayakan artinya bank memperhatikan kelayakan
usaha yang dijalankan oleh nasabah peminjam.
5. Pendekatan fungsi-fungsi bank artinya bank memperhatikan fungsinya
sebagai lembaga intermediari keuangan yaitu mengatur mekanisme dana
yang dikumpulkan dengan dana yang disalurkan.
Demikian juga yang dikemukakan oleh Sutan Remy Sjahdeini bahwa
analisa pembiayaan diperlukan agar bank syariah memperoleh keyakinan
bahwa pembiayaan yang diberikan dapat dikembalikan oleh nasabah. Pada
dasarnya ada 2 (dua) aspek yang dianalisa:
1. Analisa terhadap kemauan membayar disebut analisa kualitatif (willingnes
to repay). Aspek yang dianalisa mencakup karakter dan komitmen nasabah.
2. Analisa terhadap kemampuan membayar disebut analisa kuantitatif (ability
to repay). Pendekatan yang digunakan adalah menentukan kemampuan
bayar dan perhitungan kebutuhan modal usaha nasabah adalah dengan
pendekatan pendapatan bersih.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediasi (intermediary
institution), yaitu berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan. Pada sisi aktiva neraca bank
syariah bagian terbesar dana operasional setiap bank syariah disalurkan dalam
bentuk pembiayaan. Kenyataan ini menggambarkan bahwa pembiayaan adalah
sumber pendapatan bank yang terbesar, namun sekaligus merupakan sumber
risiko operasi bisnis yang terbesar. pembiayaan bermasalah bahkan menjadi
kategori macet menjadi masalah bagi bank syariah, karena dengan adanya
pembiayaan bermasalah bukan saja menurunkan pendapatan bagi bank syariah
tetapi juga menggerogoti jumlah dana operasional dan likuiditas keuangan bank
syariah, yang akhirnya akan menggoyahkan kesehatan bank syariah dan pada
akhirnya akan merugikan nasabah penyimpan / nasabah investor. Hal ini
dikarenakan sebagian besar dana yang dipergunakan oleh bank syariah dalam
menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan adalah dana nasabah penyimpan /
nasabah investor, sehingga dana nasabah penyimpan / nasabah investor wajib
mendapat perlindungan hukum. Oleh karena itu, diperlukan manajemen risiko
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalian risiko yang
sesuai dengan kegiatan usaha perbankan syariah. Langkah-langkah yang
dilakukan bank syariah tersebut dalam rangka memitigasi risiko harus
mempertimbangkan kesesuaian dengan Prinsip Syariah.

B. Saran
Bahwa bilamana bank syariah tidak berhati-hati dalam mengelola risiko- risiko
tersebut, akibatnya akan berdampak pada kesehatan bank syariah, yang pada
akhirnya tidak menutup kemungkinan bank syariah akan kesulitan likuditas dan
berakibat menurunnya kepercayaan masyarakat sehingga masyarakat akan
menarik dananya secara bersamaan, apabila hal ini terjadi maka akan sangat
berpengaruh pada eksistensi pada bank syariah. Bank Indonesia akan berupaya
untuk menyehatkan kembali bank syariah, akan tetapi jika upaya yang
dilakukan tidak berhasil maka upaya terakhir yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dengan mencabut ijin usaha bank syariah.
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhamad Syafi’i, Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum, Jakarta:


Tazkia Institute, 2000.
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet, 2002.
Ayub, Muhammad, Understanding Islamic Finance, England: John Wiley and
Sons Ltd, England, 2008, diterjemahkan oleh Aditya Wisnu Pribadi,
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009.

Yahman dan Trisadini Prasastinah Usanti, Bunga Rampai Hukum Aktual Dalam
Perspektif Hukum Bisnis Kontraktual Berimplikasi Pidana dan Perdata,
Mitra Mandiri: Surabaya, 2011.

Sjahdeini, Sutan Remy, Kapita Selecta Hukum Perbankan , Bahan Kuliah Hukum
Perbankan, tanpa tahun.
Usanti, Trisadini Prasastinah,”Karakteristik Prinsip Kehati-Hatian Pada Kegiatan
Usaha Perbankan Syariah”, Disertasi, Surabaya: Pascasarjana Unair, 2010.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 31. Tambahan Lembaran Negara Nomor 3472.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182. Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3790.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan


Syariah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan,
Ujian Akhir Semester

“Makalah Manajemen Risiko”

Disusun Oleh :

Reza Apriadi (182510106)

Dosen Pengampuh : Dr. Fitriasuri, S.E., M.Ec

Magister Manajemen R1
Universitas Bina Darma
Tahun 2019
BAB I
LATAR BELAKANG

Perbankan merupakan lembaga yang rentan atau berdekatan dengan risiko,


khususnya risiko yang berkaitan dengan uang (money). Posisi perbankan sebagai
mediasi yaitu pihak yang menghubungkan mereka dengan surplus dan deficit
financial telah menempatkan perbankan harus selalu menjaga hubungan baik
dengan kedua pihak tersebut. Keputusan perbankan harus bersifat moderat yaitu
mempertimbangkan keinginan kedua pihak tersebut karena tanpa kedua pihak
tersebut perbankan tidak bisa menjalankan aktivitas secara maksimal. Dalam artian
jika perbankan memiliki tingkat likuditas yang tinggo karena ia memiliki financial
yang begitu surplus ia juga dianggap tidak baik, karena ia menjalankan fungsinya
sebagai agent of development.
Jika bisnis yang dijalankan itu menyangkut produksi dan pemasaran barang maka
berarti risiko tersebut adalah menyangkut risiko yang akan dialami oleh barang
yang diproduksi dan dijual tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Risiko Perbankan


Risiko perbankan adalah risiko yang dialami sebagai bentuk dari berbagai
keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang, seperti keputusan
penyaluran kredit, penerbitan kartu kredit, valuta asing, inkaso, dan
berbagai bentuk keputusan financial lainnya, dimana itu telah menimbulkan
kerugian bagi perbankan tersebut, dan kerugian terbesar adalah dalam
bentuk financial.
Karena fungsinya sebagai mediasi, bank harus mampu menyediakan atau
memberikan kemudahan, seperti keamanan simpanan, kemudahan menarik
kembali dana dalam jumlah yang disesuaikan, kemudahan dalam urusan
mencairkan kredit termasuk rendahnya biaya administrasi yang ditanggung,
suku bunga kredit yang rendah dan diperhitungkan yang dilakukan secara
cepat dan akurat.

B. Bank Devisa dan Bank Non Devisa


Dari segi kemampuannya melakukan transaksi internasional dan transaksi
valas, bank swasta nasional dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
a. Bank devisa, adalah bank yang dapat mengadakan transaksi
internasional seperti ekspor dan impor, jual beli valas, dan segala
aktivitas lainnya yang sejenis. Contohnya bank
b. Bank Non-Devisa, adalah bank yang dalam aktivitasnya tidak dapat
mengadakan transaksi internasional, namun bank tersebut bisa
mengubah statusnya menjadi bank devisa asal ia memenuhi beberapa
syarat dan ketentuan yang harus dipenuhinya.
Dengan begitu risiko yang dialami oleh Bank Devisa lebih kompleks
dibandingkan dengan apa yang dialam oleh bank non-devisa, apalagi
jika ini ditinjau dari segi penggunaan kredit dalam mata uang asing.
C. TindakanPemerintah dalam Mengatasi Perbankan Bermasalah
Pada saat pemerintah melihat suatu perbankan bermasalah maka secara
umum ada tiga tindakan yang diambil, yaitu :
a. Pembinaan
Pada kondisi ini pemerintah sifatnya akan masih menganggap bank
tersebut membutuhkan pembinaan atau advise saja baik avise (nasihat)
pada sisi keuangan maupun non-keuangan guna menstabilkan kembali
posisinya kearah yang diharapkan
b. Tindak lanjut Pengawasan Bank
Pada kondisi ini Bank Indonesia bertugas untuk melakukan pemantauan
secara intensif terhadap setiap kebijakan dari bank tersebut dan
bagaimana ia menyelesaikan berbagai permasalahannya serta sesuatu
yang menyangkut kemampuannya menciptakan likuiditas
kemampuanna memenuhi CAR (capital adequency ratio) sesuai yang
ditetapkan oleh BI dan OJK.
c. Likuiditas Bank
Pada posisi ini Bank Indonesia telah merundikan secara mendalam
bersama pemerintah untuk melakukan kebijakan melikuiditasi atau
menghentikan aktivitas bank tersebut.

D. KebijakanPerbankan dalam Menghindari Risiko


Bank Indonesia sebagai “The Last of Resort” berkewajiban penuh untuk
menjaga dan melindungi perbankan dalam negeri dari berbagai risiko yang
timbul. Dalam hal ini ada 4 (empat) risiko yang perbankan yang ditetapkan
atau diisyaratkan oleh Bank Indonesia untuk di-manage (dikelola) yaitu :
a. Risiko Kredit
Risiko kredit merupakan risiko yang disebabkan oleh ketidak-
mampuan para debitur dalam memenuhi kewajibannya sebagaimana
yang perlu dipersyaratkan oleh pihak kreditur.
b. Risiko Pasar
Risiko pasar merupakan risiko yang disebabkan karena adanya
pergerakan pasar dari kondisi normal ke kondisi di luar prediksi atau
yang tidak normal sehingga kondisi tersebut menyebabkan pihak
perbankan mengalami kerugian. Risiko pasar secara umum disebabkan
karena dua hal :
a) Risiko nilai tukar adalah risiko yang disebabkan karena perubahan
nilai tular mata uang asing di pasaran internasional sehingga
perubahan ini mempengaruhi kepada kondisi yang tidak pasti pada
nilai perusahaan. Seperti perubahan pada nilai tukar mata uang
dollar Amerika.
b) Risiko tingkat bunga adalah risiko yang disebabkan karena
berubahnya tingkat suku bunga (interest rate) yang menyebabkan
suatu perusahaan menghadapi dua tipe risiko selanjutnya yaitu :
1) risiko perubahan pendapatan, dimana perubahan itu
menyebabkan berubahnya atau berkrangnya nilai dari yang
diharapkan.
2) risiko perubahan nilai pasar yaitu terjadinya penurunan nilainya
atau menjadi lebih kecil dari yang semula.

c. Risiko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko yang timbul karena faktor internal
bank sendiri yaitu seperti kesalahan pada system computer, human
error, dan lainnya sehingga kejadian seperti itu telah menyebabkan
timbulnya masalah pada bank itu sendiri.

d. Risiko Likuditas
Risiko likuditas merupakan risiko yang dialami oleh pihak perbankan
karena ketidakmampuannya memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
e. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank tidak
mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku. Risiko Kepatuhan antara
lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum
terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum.

f. Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam
mengkategorikan sumber Risiko Reputasi bersifat tidak langsung
(below the line) dan bersifat langsung (above the line).

g. Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum
dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara
lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan
yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya
syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai.

h. Risiko Stratejik
Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam
mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik
serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan
bisnis. Sumber Risiko Stratejik antara lain ditimbulkan dari
kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam
perumusan strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan
kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Dari delapan risiko tersebut hasil riset menyebutkan bahwa risiko yang terbesar
yang dialami oleh pihak perbankan adalah risiko kredit.
Dalam upaya untuk mengendalikan risiko kredit, sering bank menetapkan sejumlah
kondisi yang berkaitan dengan kredit, seperti penetapan pada pinjaman kredit untuk
yang bersifat jangka panjang (long term loan), sebab dengan memberikan pinjaman
jangka panjang, bank menghadapi ketidakpastian yang lebih besar. Disamping itu
juga likuiditas bank akan terpengaruh lebih besar dengan memberikan pinjaman
jangka panjang.

E. Pengawasan Perbankan sebagai Bagian Menghindari Risiko


Dalam usaha untuk selalu menciptakan kondisi perbankan yang baik dan
tegas serta menerapkan prinsip-prinsio GCG (Good Corporate
Govermence/Tata kelola Perusahaan yang Baik) maka lembaga perbankan
harus selalu diawasi dengan saksama. Secara umum pengawasan pada
lembaga perbankan ada 2 yaitu :
a. Pengawasan yang dilakukan oleh internal perbankan
Pengawasan internal dilakukan oleh Direktur Kepatuhan, Satuan Kerja
Audit Intern, dan system pengawasan melekat.
b. Pengawasan yang dilakukan oleh eksternal perbanka
Pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksternal perbankan adalah
pengawasan yang dilakukan oleh pihak bank sentral maupun Otoritas
Jasa Keuangan (OJK). Disini setiap lembaga perbankan berkewajiban
untuk memberikan laporan keuangan (financial statement) dalam
bentuk tertulis dan itu bersifat berkala.
Untuk menciptakan suatu tatanan dunia perbankan yang lebih baik maka dalam
pengawasan yang telah dilakukan tersebut harus pula diikuti oleh tindakan
pemeriksaan yang baik. Secara umum ada dua bentuk pemeriksaan, yaitu :
a) Pemeriksaan umum
Pengawasan langsung (pemeriksaan umum) dilakukan oleh pemeriksaan
terhadap semua aspek bank yakni keadaan keuangan, kegiatan usaha,
manajemen dan kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku serta
sejauhmana bank mengelola risiko yang ada. Hasil pemeriksaan umum ini
nantinya akan disampaikan kepada pihak bank sentral (BI) dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
b) Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan terhadap aspek-aspek tertentu dari
bank baik yang terkait dengan pos neraca, system pengelolaan, kepatuhan
terhadap ketentuan (misalnya Kecukupan Modal/CAR, PBI KYC), maupun
terhadap penyimpangan yang terjadi di bank.

F. Antisipasi Perbankan dalam Menghadapi Tindak Pidana Perbankan


Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan oleh bank dalam upaya
mengantisipasi terjadinya tindak pidana di bidang perbankan antara lain :
a) General Awareness
Seluruh pegawai bank harus mempunyai kesadaran tentang
kemungkinan terjadinya kejahatan berikut implikasinya serta
memiliki pengetahuan tentang bagaimana hal tersebut dapat terjadi.
b) Good understanding
Pemahaman tentang perlunya pedoman standar pengawasan dan
pengaman terhadap kemungkinan terjadinya kejahatan dalam
operasional perbankan.
c) Risko assessment
Mencantumkan kemungkinan terjadinya kejahatan pada penilaian
risiko bisnis (fraud risk assessment). Pedoman pengawasan untuk
mencegah terjadinya risiko harus ada pada operasional perbankan
sehari-hari sampai dengan perumusan action plan dan strategic
operational yang dimulai dari para manajer/officer yang berada di
garis depan (front office)
d) Dynamic prevention
Pencegahan yang dinamis adalah pengawasan berbasis risiko yang
berfungsi sebagai alat utama untuk mengidentifikasi hambatan dalam
mencapai tujuan.
e) Proactive detection
Suatu organisasi perlu memahami kejahatan, risiko yang akan timbul
secara proaktif dalam hal terjadi suatu kejahatan dan bagaimana
kejahatan dapat ditangani.
f) Investigasi
Setiap bank harus memiliki tim investigasi yang mampu melakukan
investigasi atas suatu kasus yang terjadi. Tim tersebut dapat terdiri
dari tim intern dan/atau tenaga ahli dari luar yang dalam
pelaksanaannya harus dilengkapi dengan standar/pedoman
investigasi.

G. Biaya Risiko dari Kredit Macet


Bagi pihak kreditur harus mempertimbangkan beberapa hal yang mungkin
timbul pada saat kebijakan receivable turnover (perputaran piutang)
dilaksanakan, yaitu terjadinya kemacetan dalam aliran pengembalian
pinjaman yang dilakukan oleh pihak debitur.

H. Memperhitungkan Biaya Risiko


Ada 2 cara untuk memperhitungkan atau menentukan jumlah risk cost
(biaya risiko) yang harus ditanggung oleh suatu perusahaan, yaitu :
a. Biaya risiko dihitung dengan cara mengkaji dan menaksir berapa
angka kredit macet yang secara fakta terjadi. Yaitu dengan
mengumpulkan seluruh debitur yang mengalami tunggakan kredit
selama ini.
b. Biaya risiko dihitung dengan cara melihat berapa total angka
pinjaman yang dihapusbukukan terhadap rata-rata angka residu
pinjamannya, dimana ini dilihat dalam satu periode akuntansi.

I. Program Penguatan Struktur Perbankan Nasional


Dalam rangka menindaklanjuti konsep penguatan struktur perbankan
nasional Bank Indonesia sebagai otoritas moneter telah melakukan beberapa
penegasan keputusan yaitu “BI telah menegaskan perihal persyaratan modal
nominal minimum bagi bank umum (termasuk BPD) menjadi sebesar
minimum Rp. 100 milyar. Sementara untuk pendirian bank baru, hingga 1
Januari 2011 tetap dipertahankan persyaratan modal nominal sebesar Rp. 3
triliun.

J. Aplikasi Manajemen Risiko Perbankan


Kebangkrutan yang terjadi pada Lehman Brother membuktikan manajemen
risiko pada lembaga keuangan menjadi tantangan besar pada suatu lembaga
keuangan. Kejadian ini diharapkan tidak terjadi pada dunia perbankan
sekarang ini. Salah satu hal untuk mengelola manajemen risiko pada suatu
bank diterapkan aturan bernama Basel yang dikeluarkan The Basel
Committee on Banking Supervision (BCBS) secara internasional.
Financial Studio dapat melakukan pengukuran risiko terkait kinerja risiko,
pengelolaan modal dan manajemen risiko, pengelolaan kredit, dan
pengukuran investasi jangka pendek. "Solusi ini dapat digunakan bankbank
untuk mengelola permodalan dan risiko,".
Solusi Oracle, Solusi serupa telah diperkenalkan Oracle Corporation di
Indonesia dengan nama Oracle Financial Services Liquidity Risk. Aplikasi
ini bisa membantu bank-bank menganalisa liquidity coverage ratio (LCR)
dan net stable funding ratio (NSFR) untuk memastikan kecukupan likuiditas
saat terdapat tekanan dalam skenario jangka pendek dan jangka panjang.
Oracle Financial Services Enterprise Case Management dilengkapi Oracle
Financial Services Analytical Application untuk menyelidiki kecurangan
dan kepatuhan di dalam perbankan. Penyelidikan ini meliputi sistem
perbankan online, ATM, dan pembayaran secara secara otomatis. Bentuk
kejahatan lain yang terjadi dunia perbankan adalah pencucian uang (money
laundering).
BAB III
KESIMPULAN

a. Risiko perbankan adalah risiko yang dialami oleh sector bisnis perbankan
sebagai bentuk dari berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai
bidang, seperti keputusan penyaluran kredit, penerbitan kartu kredit, valuta
asing, inkaso, dan berbagai bentuk keputusan financial lainnya
b. Tindakan Pemerintah dalam Mengatasi Perbankan Bermasalah
- Pembinaan
- Tindak lanjut Pengawasan Bank
- Likuiditas Bank
c. Kebijakan Perbankan dalam Menghindari Risiko
- Risiko Kredit
- Risiko Pasar
- Risiko Operasional
- Risiko Likuditas
- Risiko Kepatuhan
- Risiko Hukum
- Risiko Reputasi
- Risiko Stratejik
d. Secara umum pengawasan pada lembaga perbankan ada 2 yaitu :
- Pengawasan yang dilakukan oleh internal perbankan
- Pengawasan yang dilakukan oleh eksternal perbankan
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi Irham, S.E.,M.Si. 2010. Manajemen Risiko Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:
Alfabeta

http://www. Google. Risiko Perbankan


Kata Pengantar

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Peran Manajemen Risiko Pada PT. Bank Sumsel Babel Puji ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ujian
Akhir Semester (UAS) pada Bidang Pelajaran Mata kuliah Manjemen Risiko
dengan Dosen Pengajar ibu Dr. Fitriasuri. SE.MM Ak . Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Peran Manajamen Risiko
pada PT. Bank Sumsel Babel bagi para pembaca dan penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar ibu Dr. Fitriasuri.
MM.Ak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 4 Mei 2020

Rina Marfiana
TUGAS
UJIAN AKHIR SEMESTER
MAKALAH
PERAN MANAJEMEN RISIKO PADA
PT.BANK SUMSEL BABEL

Mata Kuliah : Manajemen Risiko


Dosen : Dr.Fitriasuri SE,MM.Ak

Disusun Oleh :
Rina Marfiana (182510076)

Program Studi Manajemen S2


Universitas Bina Darma
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan
sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang.
Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun
organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak
kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya,
dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak
kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau
keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan Perusahaan adalah
membangun dan memperluas keuntungan kompetitif dalam organisasi.
Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat
dilepaskan dari aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha atau
perusahaan khusunya PT. Bank Sumsel Babel biasanya berhadapan dengan
resiko usaha dan resiko non usaha. Imam Ghazali dalam Kasidy, Manajemen
Resiko (2010) menyatakan bahwa, resiko usaha adalah resiko yang berkaitan
dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan
memberikan nilai bagi pemegang saham. Sedangkan resiko non usaha adalah
resiko lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan
ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah
resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend
utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja.
Mengapa resiko harus dikelola? karena resiko mengandung biaya yang
tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan yang
mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah
kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung, material, ).
Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya
perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat
lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor
karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan
hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen
resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi
lingkungan cepat berubah, mengembangkan corporate governance,
mengoptimalkan strategic management, mengamankan sumber daya dan asset
yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive decision making dari
manajemen puncak.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun penulis dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah yang terkait


dengan Resiko Terhadap Perusahaan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Resiko ?
2. Seperti apakah Manajemen Resiko itu ?
3. Bagaimana Peran Manajemen Resiko Terhadap Perusahaan?

C. TEMPAT DAN TUJUAN PENULISAN

Adapun Tempat dan Tujuan yang ingin penulis harapkan terkait dengan
pembuataan Makalah ini adalah Peran Manajemen Resiko Terhadap Perusahaan
PT. Bank Sumsel Babel yaitu sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Yang Dimaksud Dengan Resiko.
2. Untuk Mengetahui Yang Dimaksud Manajemen Resiko.
3. Untuk Mengetahui Peran Manajemen Resiko Dalam Suatu Perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP RESIKO
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang
atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu
yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Istilah resiko memiliki beberapa definisi. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan
kejadian, atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi. Menurut Vaughan (1978) mengemukakan beberapa definisi resiko
sebagai berikut:[1]
1. Resiko adalah kans kerugian.
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap
kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk
menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Dalam
hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga resiko tidak
ada.
2. Resiko adalah kemungkinan kerugian. Istilah possibility berarti bahwa
probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Namun, definisi
ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
3. Resiko ketidakpastian. Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective.
Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi resiko
yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang
bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi resiko
dan fakta yang telah terjadi.
4. Resiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan.
Dimana resiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai di sekitar suatu
posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata. Dengan kata lain, kemungkinan
Resiko dapat terjadi pada pelayanan, kinerja, dan reputasi dari institusi yang
bersangkutan. Resiko yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain kejadian alam, operasional, manusia, politik, teknologi, pegawai,
keuangan, hukum, dan manajemen dari organisasi.
5. Resiko rendahnya kinerja suatu instansi berasal dari resiko rendahnya mutu
pelayanan kepada publik. Resiko terakhir disebabkan oleh faktor-faktor
sumber daya manusia yang dimiliki organisasi dan operasional seperti
keterbatasan fasilitas kantor. Resiko yang terjadi akan berdampak pada tidak
tercapainya misi dan tujuan dari perusahaan tersebut, dan timbulnya
ketidakpercayaan dari publik.
Resiko diyakini tidak dapat dihindari. Berkenaan dengan sektor publik
yang menuntut transparansi dan peningkatan kinerja dengan dana yang terbatas,
resiko yang dihadapi oleh perusahaan PT. Bank Sumsel Babel akan semakin
bertambah dan meningkat. Oleh karena itu, pemahaman terhadap resiko menjadi
keniscayaan untuk dapat menentukan prioritas strategi dan program dalam
pencapaian tujuan organisasi. serta harus adanya pengelolaan Resiko secara
efektif dan efisien agar perusahaan tetap dapat menjalankan usahanya.

B. MANAJEMEN RESIKO
Sehubungan dengan kenyataan, bahwa ketidakpastian itu selalu ada,
semua orang termasuk juga manajemen perusahaan harus selalu berusaha
menanggulangi Resiko-Resiko yang terjadi atau yang mungkin terjadi, artinya
berupaya untuk menghilangkan kerugian, atau paling tidak meminimalkan
kerugian bila Resiko dari ketidakpastian itu terjadi.
Manajemen Resiko yang baik akan dapat meminimalkan kerugian-
kerugian yang dihadapi perusahaan. Sehingga perusahaan bisa tetap menjaga
kelangsungan hidupnya bahkan bisa berkembang menjadi perusahaan yang lebih
besar dan sukses dalam bisnisnya.
Secara sederhana pengertian Manajemen Resiko adalah pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen dalam menanggulangi Resiko, terutama Resiko yang
dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. sehingga
mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun,
memimpin/mengkoordinir dan mengawasi program penanggulangan
Resiko. Manajemen Resiko merupakan sebagai proses identifikasi,
pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam
Asset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut (Smith,
1990).[2]
Manajemen Resiko menurut Bank Indonesia adalah serangkaian prosedur
dan metoda yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur memantau dan
mengendalikan Resiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.[3]
Manajemen Resiko yaitu serangkaian prosedur dan metodologi yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan Resiko yang timbul dari kegiatan usaha.[4] Manajemen Resiko
adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai
permasalahan yang disebabkan oleh adanya Resiko.[5]
Widigdo Sukarman mengidentifikasi manajemen Resiko sebagai
keseluruhan sistem pengelolaan dan pengendalain Resiko yang dihadapai oleh
Bank yang terdiri dari seperangkat alat, teknik, proses manajemen dan organisasi
yang ditujukan untuk memelihara tingkat Profitabilitas dan Tingkat Kesehatan
Bank (TKB) yang ditetapkan dalam corporate plan.[6]
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Manajemen Resiko merupakan sistem yang digunakan untuk mengelola Resiko
yang dihadapi dan mengendalikan Resiko tersebut agar tidak merugikan.
Manajemen Resiko merupakan bagian penting dari strategi manajemen
semua perusahaan. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat
menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di
dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen
Resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko. Sasarannya
untuk menambah nilai maksimum berkesinambungan (sustainable) organisasi.
Tujuan utama untuk memahami potensi upside dan downside dari semua faktor
yang dapat memberikan dampak bagi organisasi. Manajemen Resiko
meningkatkan kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan
ketidakpastian dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
C. PERAN MANAJEMEN RESIKO TERHADAP PERUSAHAAN PT.BANK
SUMSEL BABEL
Mengelola Resiko adalah bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan
Perusahaan dalam mencapai sasaran usaha yang mengarah pada maksimalisasi
pendapatan dan mengurangi biaya (pengeluaran). untuk mewujudkan hal
tersebut dengan membangun sistem dan pendekatan manajemen Resiko yang
komprehensif untuk mengantisipasi, mengidentifikasi, memprioritaskan, dan
mengelola Resiko-Resiko material terhadap pencapaian sasaran Perusahaan.
Sasaran dari pelaksanaan Manajemen Resiko adalah untuk mengurangi
Resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis
ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan
politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen Resiko melibatkan segala cara yang
tersedia bagi manusia, khususnya, bagi pemeran Manajemen Resiko (manusia,
staf, dan organisasi).
Dalam proses pelaksanaanya terdapat beberapa Resiko yang mungkin
dapat terjadi dalam perusahaan yang akan mempengaruhi kelangsungan hidup
dari bisnis tersebut, diantaranya sebagai berikut:

1. Resiko Reputasi
Reputasi merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan.
Ketika suatu reputasi jatuh, maka kehancuran suatu perusahaan sudah melanda
didepan mata. Contoh: Adanya suatu kasus pelayanan oleh Customer service
yang tidak dari hati untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada customer
(nasabah), hal ini akan berdampak buruk bagi Reputasi Bank karena dinilai oleh
masyarakat bahwa Bank tersebut tidak memberikan pelayanan yang terbaik,
sehingga informasi yang disampaikan akan berkembang dan akan
mempengaruhi bagi Bank yang memiliki Cabang yang banyak, maka “kecacatan
dari pelayanan yang tidak baik tersebut ” akan digeneralisir oleh masyarakat.
Hal ini akan merusak nama baik semua Bank Sumsel Babel beserta dengan
Cabang-Cabangnya.
2. Resiko Pasar
Resiko pasar biasanya berkaitan dengan perubahan harga pasar yang bisa
merugikan suatu perusahaan. Misalkan adanya penurunan harga saham yang
berakibat penurunan nilai pasar saham perusahaan tersebut. Hal ini akan
merugikan perusahaan karena harga saham bergerak pada arah yang tidak
menguntungkan.

3. Resiko Kredit
Resiko ini sering terjadi pada perusahaan yang melakukan skema
penjualan secara kredit. Resiko ini juga bisa menimpa perusahaan yang bergerak
dalam bidang lembaga keuangan. Resiko ini timbul karena ketidakmampuan
untuk mengekstrak perjanjian (pinjam meminjam) dalam mitra bisnis.
Perusahaan harus bisa melakukan manajemen utang dengan baik. Termasuk
harus mengetahui tingkat kesehatan perusahaan yang akan menjadi mitra
bisnisnya. Sehingga nantinya bisa diidentifikasi apakah perusahaan tersebut
memiliki kemampuan untuk membayar utangnya.

4. Resiko Operasional
Resiko yang terjadi karena kurang berfungsinya suatu proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya problem eksternal. Resiko ini
akan menimbulkan kerugian yang dapat berdampak akan hilangnya potensi
keuntungan.
Dengan diterapkan manajemen resiko ini akan ada beberapa manfaat
yang akan diperoleh, yaitu:
1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap
keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati dan selalu
menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pengaruh
yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang.
3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari
resiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya kerugian
dari segi financial.

D. MENGIDENTIFIKASI RESIKO
Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menemukan
secara sistematis dan berkesinambungan atas resiko (kerugian yang potensial)
yang dihadapi perusahaan. kerugian hak milik (property losses), kewajiban
mengganti kerugian orang lain (liability losses) dan kerugian personalia
(personnel losses). Checklist yang dibangun sebelumnya untuk menemukan
resiko dan menjelaskan jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh suatu
perusahaan.
Perusahaan yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan dinamis,
maka diperlukan metode yang lebih sistematis untuk mengeksplorasi semua
segi. Metode yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)
2. Metode laporan Keuangan (financial statement method)
3. Metode peta aliran (flow-chart)
4. Inspeksi langsung pada objek
5. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
6. Catatan statistik dari kerugian masa lalu
7. Analisis lingkungan

E. MENGANALISA RESIKO
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya
kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan
probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subjektif dan lebih berdasarkan nalar
dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah
sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang
terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan
yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko.
Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan terjadi
suatu resiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa resiko
tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak kerusakan (severity) sering kali cukup
sulit untuk asset immaterial.

F. MENGEVALUASI RISIKO
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka
disusunlah urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko
tertinggi, sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam
resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko yang menjadi prioritas
untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas
resiko, maka perlu disusun peta resiko.

G. CARA PENGENDALIAN RESIKO


Ada beberapa cara yang dapat ditempuh Perbankan dalam mengatasi
Resiko ataupun mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya
1. Melakukan tata kelola resiko secara terpadu dengan pengimplementasian
tanggung jawab dan kesesuaian kompetensi masing-masing pihak yang terkait.
Misalnya seperti Dewan Komisaris, Direksi, Risk & Capital
2. Menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko, dan digunakan
sebagai laporan. Dengan demikian, dapat memusatkan perhatiannya pada jenis-
jenis resiko yang memiliki tendensi memburuk atau melebihi kebijakan toleransi
pada resiko tertentu.
3. Mempersiapkan tenaga profesionalnya di bidang resiko. Sekaligus melakukan
persiapan untuk mengimplementasikan Basel II Accord yang menjadi
penanggung jawab dari seluruh inisiatif strategis terkait kepatuhan pegawai.
4. Menetapkan kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Misalnya dengan
pemeliharaan cadangan likuiditas yang optimal, pengukuran dan penetapan limit
resiko likuiditas, merancang analisis scenario dan contingency plan, penetapan
strategi pendanaan dan mempertahankan kapasitas dana yang cukup di pasar.

H. Memantau Resiko

Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan resiko


baru bagi perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya
resiko, dan cara penanganan resikonya. Sehingga setiap resiko yang
teridentifikasi masuk dalam register resiko dan peta resiko perlu dipantau
perubahannya
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pernyataan diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu
sebagai berikut :
a. Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Istilah
Resiko memiliki beberapa definisi. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan
kejadian, atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi.
b. Secara sederhana pengertian Manajemen Resiko adalah pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen dalam menanggulangi Resiko, terutama Resiko yang dihadapi
oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. sehingga mencakup
kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoordinir
dan mengawasi program penanggulangan Resiko. Manajemen resiko merupakan
sistem yang digunakan untuk mengelola Resiko yang dihadapi dan
mengendalikan Resiko tersebut agar tidak merugikan.
c. Dengan diterapkan manajemen resiko di suatu perusahaan ada beberapa manfaat
yang akan diperoleh, yaitu:
- Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap
keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati dan selalu
menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
- Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pengaruh
yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang.
- Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu
menghindari resiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian
khususnya kerugian dari segi financial.
- Memungkinkan perusahaan memperoleh resiko kerugian yang minimum.
B. KRITIK DAN SARAN

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisan maupun dari materi yang
disampaikan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
rekan-rekan serta dosen pembimbing mata kuliah ini, yang sifatnya membangun
demi perbaikan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://wikipedia.org
http://jiscinfonet.ac.uk/infokits/risk-management
http://vibiznews.com
AS/NZS 4360:2004, Australian/New Zealand Standard Risk Management, Joint
Technical Committee OB-007 Risk Management, 31 Agustus 2004.
Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission.
What is COSO: Background and Events Leading to Internal Control-Integrated
Framework. 1992
Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December 1997
The Institute of Internal Auditors. Internal C
Vaughan, Emmet. Fundamental of Risk and Insurance. 2nd, John Willey, 1978
MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester (UAS)

Manajemen Resiko Sumber Daya Manusia

Dosen: Fitriasuri, S.E., M.M., Ak.

Oleh:
Rosalia
182510074

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA


MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS BINA DARMA
PALEMBANG
2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan berkah sehingga

saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai syatat menyelesaikan perkuliahan

Manajemen Resiko Sumber Daya Manusia.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Fitriasuri, S.E., M.M., Ak. Selaku

dosen pengampu mata kuliah Manajemen Resiko Sumber Daya Manusia, yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis hinga dapat memahami setiap materi

yang diajarkan.

Saya menyadari makalah yang saya tulis masih belum sempurna. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan

makalah ini.

Palembang, Mei 2020

Rosalia

i
Daftar Isi
Cover
Kata pengantar .................................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan malasah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1 Pengertian Resiko .......................................................................... 3
2.2 Jenis Resiko Proyek Konstruksi .................................................... 4
2.3 Proyek Konstruksi ......................................................................... 6
2.4 Pembahasan Manajemen Resiko Proyek ....................................... 6
2.5 Identifikasi Resiko ......................................................................... 7
2.6 Alokasi Resiko............................................................................... 8
2.7 Respon Resiko ............................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proyek konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung
risiko. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas
dan batasan biaya dari proyek. Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang
mungkin terjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan
sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan
sepenuhnya sesuai rencana.
Risiko pada proyek konstruksi bagaimanapun tidak dapat dihilangkan tetapi
dapat dikurangi atau ditransfer dari satu pihak kepihak lainnya (Kangari, 1995). Bila
risiko terjadi akan berdampak pada pada terganggunya kinerja proyek secara
keseluruhan sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap biaya, waktu dan
kualitas pekerjaan. Para pelaku dalam industri konstruksi sekarang ini makin
menyadari akan pentingnya memperhatikan permasalahan risiko pada proyek-proyek
yang ditangani, karena kesalahan dalam memperkirakan dan menangani risiko akan
menimbulkan dampak negatif, baik langsung maupun tidak langsung pada proyek
konstruksi. Risiko dapat menyebabkan pertambahan biaya dan keterlambatan jadwal
penyelesaian proyek. Oleh karena besarnya dampak yang ditimbulkan, maka tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manajemen risiko pada proyek
konstruksi, dengan melakukan studi literatur yang mengacu kepada teori-teori yang
relevan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud resiko pada perusahaan konstruksi?
2. Resiko apa saja yang terdapat pada proyek konstruksi?
3. Apa saja jenis- jenis resiko pada proyek konstruksi?
4. Siapa yang terlibat dalam penilaian ?

1 1
5. Respon resiko yang bagaimana dapat digunakan dalam proyek konstruksi?
6. Jenis risiko apa yang mempengaruhi suatu proyek?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk:
1. Mengetahui pengertian resikopada perusahaan konstruksi
2. Mengetahui berbagai resiko pada perusahaan konstruksi
3. Mengetahui jenis-jenis resiko pada perusahaan konstruksi
4. Mengetahui siapa saja yang terlibat dalam pengendalian resiko
5. Mengetahui dan memahami respon resiko apa yang digunakan dalam proyek
konstruksi
6. Mengetahui jenis resiko apa yang mempengaruhi proyek

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Risiko


Risiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami
didalam suatu situasi (Fisk, 1997). Risiko adalah ancaman terhadap kehidupan,
properti atau keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi (Duffield &
Trigunarsyah, 1999). Secara umum risiko dikaitkan dengan kemungkinan
(probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan (Soeharto, 1995).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa risiko adalah
variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami atau kemungkinan terjadinya
peristiwa diluar yang diharapkan yang merupakan ancaman terhadap properti dan
keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi.
Secara umum risiko dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang
yang tergantung dari dari kebutuhan dalam penanganannya (Rahayu, 2001):
1) Risiko murni dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk)
Risiko murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang dikaitkan
dengan adanya suatu luaran (outcome) yaitu kerugian. Contoh risiko murni
kecelakaan kerja di proyek. Karena itu risiko murni dikenal dengan nama
risiko statis. Risiko spekulatif mengandung dua keluaran yaitu kerugian (loss)
dan keuntungan (gain). Risiko spekulatif dikenal sebagai risiko dinamis.
Contoh risiko spekulatif pada perusahaan asuransi jika risiko yang dijamin
terjadi maka pihak asuransi akan mengalami kerugian karena harus
menanggung uang pertanggungan sebesar nilai kerugian yang terjadi tetapi
bila risiko yang dijamin tidak terjadi maka perusahaan akan meperoleh
keuntungan.

3
3
2) Risiko terhadap benda dan manusia
Risiko terhadap benda adalah risiko yang menimpa benda seperti rumah
terbakar sedangkan risiko terhadap manusia adalah risiko yang menimpa
manusia seperti risiko hari tua, kematian dsb.

3) Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular


risk)
Risiko fundamental adalah risiko yang kemungkinannya dapat timbul
pada hampir sebagian besar anggota masyarakat dan tidak dapat disalahkan
pada seseorang atau beberapa orang sebagai penyebabnya, contoh risiko
fundamental: bencana alam, peperangan. Risiko khusus adalah risiko yang
bersumber dari peristiwaperistiwa yang mandiri dimana sifat dari risiko ini
adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa dikendalikan atau umumnya dapat
diasuransikan. Contoh risiko khusus: jatuhnya kapal terbang, kandasnya kapal
dsb.

2.2 Jenis Risiko Proyek Konstruksi


Risiko yang terdapat pada proyek konstruksi sangat banyak, namun tidak semua
risiko-risiko tersebut perlu diprediksi dan diperhatikan untuk memulai suatu proyek
karena hal itu akan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu pihak-pihak didalam
proyek kontruksi perlu untuk memberi prioritas pada risiko-risiko yang penting yang
akan memberikan pengaruh terhadap keuntungan proyek. Risiko-risiko tersebut
adalah (Wideman, 1992):
a. External, tidak dapat diprediksi (tidak dapat dikontrol) seperti
perubahan peraturan perundangundangan, bencana alam:badai, banjir,
gempa bumi , akibat kejadian pengrusakan dan sabotase, pengaruh
lingkungan dan sosial, sebagai akibat dari proyek, kegagalan penyelesaian
proyek

4
b. External, dapat diprediksi (tetapi tidak dapat dikontrol) seperti resiko
pasar, operasional (setelah proyek selesai), pengaruh lingkungan, pengaruh
sosial, perubahan mata uang, inflasi, pajak
c. Internal, non-teknik (tetapi umumnya dapat dikontrol) seperti
manajemen, jadwal yang terlambat, pertambahan biaya, cash flow, potensi
kehilangan atas manfaat dan keuntungan
d. Internal, teknik (dapat dikontrol) seperti perubahan teknologi, risiko-risiko
spesifikasi atas teknologi proyek, desain, hukum, timbulnya kesulitan akibat
dari: a)Lisensi, b) Hak paten, c) Gugatan dari luar, d) Gugatan dari dalam, e)
Hal-hal tak terduga

Menurut Flanagan & Norman (1993), risiko-risiko dalam proyek konstruksi


adalah:
a. Penyelesaian yang gagal sesuai desain yang telah ditentukan/penetapan
waktu konstruksi
b. Kegagalan untuk memperoleh gambar perencanaan, detail perencanaan/izin
dengan waktu yang tersedia
c. Kondisi tanah yang tak terduga
d. Cuaca yang sangat buruk.
e. Pemogokan tenaga kerja.
f. Kenaikan harga yang tidak terduga untuk tenaga kerja dan bahan.
g. Kecelakaan yang terjadi dilokasi yang menyebabkan luka.
h. Kerusakan yang terjadi pada struktur akibat cara kerja yang jelek.
i. Kejadian tidak terduga (banjir, gempa bumi, dan lain–lain)
j. Klaim dari kontraktor akibat kehilangan dan biaya akibat keterlambatan
produksi karena detail desain oleh tim desain.
k. Kegagalan dalam penyelesaian proyek dengan budget yang telah ditetapkan

5
2.3 Proyek Kontruksi
Menurut Ervianto (2002), proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang
dapat dipandang secara tiga demensi yaitu:
1. Bersifat unik: tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis
(tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek
bersifat sementara dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbeda-beda
2. Dibutuhkan sumber daya: setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber
daya yaitu tenaga kerja, uang, peralatan, metode dan material.
3. Organisasi : setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di dalamnya
terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi.
Dalam proses mencapai tujuan proyek telah ditentukan tiga batasan/kendala
(triple constraint) yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, mutu dan jadwal
yang harus dipenuhi.

2.4 Pembahasan Manajemen Resiko Proyek


Manajemen risiko merupakan pendekatan yang dilakukan terhadap risiko yaitu
dengan memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko suatu proyek.
Kemudian mempertimbangkan apa yang akan dilakukan terhadap dampak yang
ditimbulkan dan kemungkinan pengalihan risiko kepada pihak lain atau mengurangi
risiko yang terjadi.
Manajemen risiko adalah semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan
risiko yaitu perencanaan (planning), penilaian (assessment), penanganan (handling)
dan pemantauan (monitoring) risiko (Kerzner, 2001).
Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah
proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya,
dilain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada (Wideman,
1992).

6
2.5 Identifikasi Risiko
Untuk mengidentifikasi risiko, pertanyaan yang perlu dijawab adalah siapa
yang terlibat dalam penilaian risiko dan mengapa? Jenis risiko apa yang
mempengaruhi suatu proyek? Sumber-sumber utama timbulnya risiko yang umum
untuk setiap proyek konstruksi, menurut Duffield dan Trigunarsyah (1999) adalah:
1. Fisik: kerugian atau kerusakan akibat kebakaran, gempa bumi, banjir,
kecelakaan dan tanah longsor
2. Lingkungan: kerusakan ekologi, polusi dan pengolahan limbah,
penyelidikan keadaan masyarakat
3. Perancangan: (a) Teknologi baru, aplikasi baru, ketahanan uji dan
keselamatan; (b) Rincian, ketelitian dan kesesuain spesifikasi; (c) Risiko
perancangan yang timbul dari pengukuran dan penyelidikan; (d)
kemungkinan perubahan terhadap rancangan yang telah disetujui; (e)
Interaksi rancangan dengan metode konstruksi
4. Logistik: (a) Kehilangan atau kerusakan material dan peralatan dalam
perjalanan: (b) ketersediaaan sumber daya khusus; (c) pemisahan organisasi
5. Keuangan: (a) ketersediaaan dana dan kecukupan asuransi; (b) penyediaan
aliran kas yang cukup; (c) kehilangan akibat kontraktor, supplier; (d)
fluktuasi nilai tukar dan inflasi, (e) perpajakan (f) suku bunga (g) biaya
pinjaman
6. Perundang-undangan: perubahan disebabkan perundang-undangan atau
pemerintah
7. Keamanan properti intelektual
8. Hak atas tanah dan penggunaan
9. Politik: (a) Risiko politik dinegara pemilik proyek, supplier dan kontraktor,
peperangan, revolusi dan perubahan hukum; (b) ketidakpastian dari
kebijakan pemerintah

7
10. Konstruksi: (a) kelayakan metode konstruksi, keselamatan; (b) hubungan
industrial; (c) tingkat perubahan dari rancangan awal; (d) cuaca; (e) kualitas
dan ketersediaan manajemen dan supervise; (f) kondisi yang tersembunyi
11. Operasional : (a) fluktuasi permintaan pasar terhadap produk dan jasa
yang dihasilkan, b) kebutuhan perawatan, c) keandalan, d) keselamatan
pelaksanaan, e) ketersediaan pabrik, f) manajemen.
Jenis risiko yang terpenting bagi setiap pihak yang terlibat dalam sebuah proyek
tergantung pada berbagai tahapan proyek dan peran serta tanggung jawab dari
berbagai pihak.

2.6 Alokasi Risiko


Alokasi risiko seringkali merupakan permasalahan yang sulit. Pertanggung
jawaban atas suatu risiko membawa kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan
atau kerugian. Secara tradisional para pemilik proyek telah mencoba memindahkan
sebanyak mungkin risiko kepada pihak lain, dan yang umumnya penerima risiko
dalam tahapan konstruksi suatu proyek adalah kontraktor, dan kontraktor seringkali
memindahkan risiko yang diterimanya kepada sub-kontraktor atau perusahaan
asuransi.
Biaya proyek secara keseluruhan akan meningkat apabila risiko proyek tidak
dialokasikan kepada pihak yang memiliki kendali terhadap risiko tersebut. Jika
kontraktor harus bertanggung jawab terhadap seluruh risiko konstruksi dari suati
proyek, ada dua pilihan yang tersedia untuk mendapatkan kompensasi terhadap
tanggung jawab ini yaitu; (1) Menaikkan nilai penawaran awal untuk menciptakan
imbalan yang sesuai; (2) Menghindari risiko tersebut pada penawaran awal dengan
memberikan batasan atau kualitas tertentu, atau mengajukan perubahan lingkup kerja
jika dan bila terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan.
Penanganan risiko sebaiknya dimulai pada tahapan awal proyek, dengan tujuan
alokasi risiko kepada pihak-pihak yang memiliki kendali terhadap risiko terkait pada
setiap tahapan proyek.

8
2.7 Respon Resiko
Respon risiko adalah tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko yang
mungkin terjadi. Risiko-risiko penting yang sudah diketahui perlu ditindak lanjuti
dengan respon yang dilakukan oleh kontraktor dalam menangani risiko tersebut.
Metode yang dipakai dalam menangani risiko (Flanagan & Norman, 1993):
1) Menahan risiko (Risk retention)
Merupakan bentuk penanganan risiko yang mana akan ditahan atau diambil
sendiri oleh suatu pihak. Biasanya cara ini dilakukan apabila risiko yang dihadapi
tidak mendatangkan kerugian yang terlalu besar atau kemungkinan terjadinya
kerugian itu kecil, atau biaya yang dikeluarkan untuk menanggulangi risiko tersebut
tidak terlalu besar dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh.
2) Mengurangi risiko (Risk reduction)
Merupakan tindakan untuk mengurangi risiko yang kemungkinan akan terjadi
dengan cara: (a) Pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga kerja dalam menghadapi
risiko (b) Perlindungan terhadap kemungkinan kehilangan c. Perlindungan terhadap
orang dan properti
3) Mengalihkan risiko (Risk transfer)
Pengalihan ini dilakukan untuk memindahkan risiko kepada pihak lain. Bentuk
pengalihan risiko yang dimaksud adalah asuransi dengan membayar premi.
4) Menghindari risiko (Risk avoidance)
Menghindari risiko sama dengan menolak untuk menerima risiko yang berarti
menolak untuk menerima proyek tersebut.

9
BAB III
KESIMPULAN

1.1 Kesimpulan
Berdasarkan teori maka dalam setiap proyek konstruksi:
1. Sangat penting dilakukan manajemen risiko untuk menghindari kerugian atas
biaya, mutu dan jadwal proyek.
2. Manajemen risiko merupakan pendekatan yang dilakukan terhadap risiko yaitu
dengan memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko suatu proyek.
3. Pihak manajemen juga perlu mempertimbangkan apa yang akan dilakukan
terhadap dampak yang ditimbulkan dan kemungkinan pengalihan risiko kepada
pihak lain atau mengurangi resiko yang terjadi.
4. Penilaian risiko yang dilakukan dapat meliputi identifikasi risiko, memahami
kebutuhan atau mempertimbangkan risiko, menganalisis dampak dari risiko
tersebut/evaluasi risiko, menetapkan siapa yang bertanggung jawab terhadap
risiko tertentu (alokasi risiko)
5. Melakukan tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko yang mungkin
terjadi (respon risiko) dengan cara : menahan risiko (risk retention), mengurangi
risiko (risk reduction), mengalihkan risiko (risk transfer), menghindari risiko
(risk avoidance).

10 10
Daftar Pustaka

Duffield, C & Trigunarsyah, B. 1999. Project Management Conception to


Completion. Engineering Education Australia. (EEA).Australia.

Ervianto, A.U dan Joshua, M. (2001). Manajemen Proyek Konstruksi. Andi,


Yogyakarta

Kangari, R. 1995. Risk Management Perceptions and Trends of U.S. Construction.


Journal of Construction Engineering and Management. ASCE. December.

Rahayu, P.H. 2001. Asuransi Contractor’s All Risk sebagai Alternatif Pengalihan
Risiko Proyek Dalam Industri Konstruksi Indonesia. Seminar Nasional
Manajement Konstruksi 2001.

11

11
MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

Disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan Manajemen Risiko


oleh Dosen Fitriasuri

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

Titin Andriani (182510084)


Angkatan : 33 / AR.I

PROGRAM STUDI MANAJEMEN-S2


UNIVERSITAS BINA DARMA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya, yang berjudul “Makalah Manajemen Risiko”
Makalah ini dibuat dengan observasi dan beberapa bantuan berbagai
pihak untuk menyelesaikan makalah ini tanpa hambatan selama mengerjakan.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini .
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak luput dari segala
kekurangan dan kesempurnaan. Namun penulis telah mengusahakan yang terbaik
bagi penulisan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Palembang, Mei 2020

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang…… …. ....................................................................... .1
B. Rumusan Masalah……………………………………..…………….…2
C. Tujuan Penulis………………………………………………………….2
D. Manfaat Penulis………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4
A. Pengertian Manajemen Risiko ............................................................ 4
B. Penyebab Timbulnya risiko dan jenis –jenis risiko ............................. 5
C. Bagaimana Proses Manajemen Risiko……………………..………….6
D. Konsep Statistik Risiko ....................................................................... 7
E. Identifikasi Risiko dan tehnik pengukuran risiko. ............................... 8
F. Risiko Pasar, risiko operasional, risiko spekulati…………….…….... 9
G. Mengetahui Tehnik-tehnik manajemen…………………….…………10
H. Diversifikasi Risiko…………………………………………..………..12
BAB III PENUTUP….....................................................................................13
KESIMPULAN..........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan


sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang.
Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun.
Pemerintah. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak
kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya,
dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak
kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau
keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan berwirausaha
adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif dalam organisasi.

Aktivitas suatu badan usaha atau pemerintah pada dasarnya tidak dapat
dilepaskan dari aktivitas mengelola resiko. Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan salah satu unsur penting yang terdapat dalam Administrasi
Pemerintah daerah dimana peran serta fungsinya tidak bisa digantikan oleh
sumber daya yang lain dan dimana kebutuhannya harus di penuhi dengan baik.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak
pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut
Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah resiko (risk).

Dinas Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten


Banyuasin merupakan lembaga yang melayani masyarakat dalam standar
operasional prosedur. secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan
yang dihadapi seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang
merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan
keuntungan yang sangat besar, walaupun mengalami kerugian sangat kecil
sekali. Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu
karena resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan dengan adanya
kejadian Covid 19 mengakibat seluruh sector perekonomian,pariwisata maupun
sector menjadi terganggu khusus pendapatan usaha kecil menurun di mana banyak
pelaku usaha kecil mengalami kerugian dilihat dari kerugian tidak langsungnya,
seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga
menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang
kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan
menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis
tersebut.

Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen


resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan
cepat berubah, mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic
management, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan
mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak.

B. Rumusan Masalah
Adapun penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah yang terkait
dengan Manajemen Risiko terhadap Dinas Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil
dan Menengah Kabupaten Banyuasin yaitu Bagaimana peran Manajemen Risiko
terhadap Pemerintah Kabupaten Banyuasin

C. Tujuan Penulis
Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi resiko dan tujuan manajemen risiko,
2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya resiko dan jenis-jenis risiko
3. Bagaimana proses manajemen risiko
4. Konsep statistic
5. Langkah dalam identifikasi risiko beserta tehnik dan pengukurannya
6. Untuk mengetahui Risiko pasar, risiko operasional,risiko kredit, risiko dan
risiko spekulatif
7. Untuk mengetahui Tehnik-tehnik Manajemen risiko
8. Untuk mengetahui Diversifikasi Risiko

D. Manfaat Penulis
1. Bagi Dinas Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten
Banyuasin memberikan alternatif pengendalian risiko tambahan untuk
mengurangi kecelakaan kerja.

2. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan tentang Manajemen Risiko dan sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Risiko dan Manajemen Risiko

Risiko merupakan kata yang sudah kita dengar hampir setiap hari.biasanya
kata tersebut mempunyai konotasi yang negative, sesuatu yang tidak kita sukai, sesuatu
yang ingin kita hindari. Sebagai contoh, jika kita jalan keluar dengan mobil, maka ad
risiko mobil kita bertabrakan dengan mobil lainnya (kejadian yang tidak kita inginkan).
jika kita mempunyai saham, ada risiko harga saham yang kita pegang turun nilainya,
sehingga kita tidak memperoleh keuntungan (kejadian yang tidak kita harapkan).Berbagai
macam pengertian dan definisi risiko, misal :Kerugian yang tidak kita harapkan
penyimpangan dari yang diharapkan dan kejadian yang tidak menguntungkan.

Manajemen risiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua


wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat
imenunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di
dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen
risiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi risiko. Sasarannya untuk
menambah nilai maksimum berkesinambungan (sustainable) organisasi. Tujuan
utama untuk memahami potensi upside dan downside dari semua faktor yang
dapat memberikan dampak bagi organisasi. Manajemen risiko meningkatkan
kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan ketidakpastian
dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi

Manajemen risiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan


kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen
senior. Manajemen risiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis
dan sasaran operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta kemampuan
merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan
pekerja memandang manajemen risiko sebagai bagian dari deskripsi
kerja.Manajemen risiko mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja
pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi operasional dari semua
tingkatan.
Manajemen bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan,
atau barangkali mengoptimalkan risiko. Perusahaan seringkali secara sengaja
mengambil risiko tertentu, karena melihat potensi keuntugan dibalik risiko
tersebut.

B . Penyebab timbulnya risiko dan jenis-jenis risiko


Risiko muncul karena adanya kondisi ketidakpastian.
Beberapa tingkatan ketidakpastian
Tingkat ketidakpastian Karateristik Contoh
Tidak ada (pasti) Hasil bisa diprediksi dengan pasti Hukum alam
Ketidakpastian Obyektif Hasil bisa diidentifikasi dan Permainan dadu, kartu
probabilitas diketahui

Ketidakpastian subyektif Hasil bisa diidentifikasi dan Kebakaran, kecelakaan


probabilitas tidak diketahui mobil ,investasi
Sanagat tidak pasti Hasil tidak bisa diidentifikasi dan Eksplorasi angkasa
probabilitas tidak diketahui

Risiko beragam jenis, mulai dari risiko kecelakaan, kebakaran, risiko kerugian,
fluktuasi kurs, perubahan tingkat bunga, dan lainnya.
Salah satu cara untuk mengelompok risiko adalah dengan melihat tipe-tipe risiko:

 Risiko Murni versus risiko spekulatif


 Subyektif versus obyektif, dan
 Statis versus dinamis
 Risiko Murni (Pure Risk)

Risiko murni (pure risk) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian ada,
tetapi kemungkinan keuntugan tidak ada. Beberapa contoh risiko tipe ini
adalah risiko kecelakaan, kebakaran dan semacamnya.

 Risiko Spekulatif (Speculative Risk)

Resiko spekulatif adalah risiko dimana kita mengharapkan terjadinya


kerugian dan juga keuntugan. Contoh risiko tipe ini adalah usaha bisnis.
Dalam kegiatan bisnis, kita mengharapkan keuntugan, meskipun ada potensi
kerugian.

 Risiko dinamis dan Statis

Risiko statis muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Sebagai contoh,


risiko terkena petir merupakan risiko yang muncul dari risiko kondisi alam
yang tertentu.

 Risiko Obyektif dan Subyektif

Risiko Obyektif adalah risiko yang didasarkan pada observasi parameter


yang obyektif. Sebagai contoh fluktuasi harga atau tingkat keuntungan
investasi di pasar modal bisa diukur melalui standar deviasi, misal standar
deviasi return saham adalah 25% pertahun.

C. Proses Manajemen Risiko

Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini:

• Identifikasi risiko
• Evaluasi dan Pengukuran Risiko, dan
• Pengelolaan risiko
 Identifikasi risiko

• Ada banyak teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal:


• Menganalisis sekuen terjadinya risiko, misal api kompor kebakaran
kerugian
• Melihat karatetistik bisnis, misalnya bank yang mengahadapi risiko kredit
(pembayaran hutang tidak lancar)
• Bank yang aktif memperdagangkan sekuritas akan menghadapi risiko pasar
(instrument yang dipegang turun nilai pasarnya)

 Evaluasi dan Pengukuran Risiko

• Memperlancar karateristik risiko


• Melakukan pengukuran terhadap risiko(mengembangkan ukuran besar kecilnya
risiko)
• Mengukur dampak risiko tersebut terhadap organisasi
• Evaluasi dan pengukuran risiko

 Pengelolaan Risiko

• Penghindaran
• Ditahan (Retention)
• Diversifikasi
• Transfer risiko
• Pengendalian risiko
• Pendanaan risiko

D. Konsep Statistik

• Statistik merupakan alat kuantitatif yang sangat bermanfaat untuk banyak


tujuan.
• Dalam kaitannya dengan manajemen risiko, statistik (khususnya konsep
probabilitas ) mempunyai relevansi yang tinggi dengan pengukuran risiko,
karena bisa dipakai untuk mengukur besar kecilnya risiko.
• Sebagai contoh, kita barangkali ingin mengajukan pertanyaan, ‘ seberapa besar
kemungkinan dua buah mobil akan mengalami kecelakaan tahun ini ?’ melalui
teknik perhitungan probabilitas, kita akan bisa menjaab pertanyaan tersebut.
• Tentunya ada teknink lain untuk mengukur risiko.

E. Identifikasi dan Pengukuran Risiko

Jika risiko tidak bisa diidentifikasi, maka risiko tidak bisa diukur. Jika risiko
tidak bisa diukur, maka kita tidak bisa mengelola risiko.

 Langkah dalam Identifikasi dan Pengukuran Risiko

1. Mengidentifikasi risiko dan mempelajari kareteristik risiko tersebut


2. Mengukur risiko tersebut, melihat seberapa besar dampak risiko tersebut
terhadap kinerja perusahaan, dan menentukan prioritas risiko tersebut.

 Identifikasi Sumber-sumber risiko

• Konsumen : keluhan dari konsumen yang mengakibatkan kekecewaan dan


tidak mau lagi membeli produk perusahaan, konsumen merasa dirugikan
kemudian menuntut perusahaan
• Supplier : pasokan dari supplier tidak datang sesuai dengan yang diharapkan
(terlambat atau spesifikasi berbeda)
• Pesaing : pesaing meluncurkan produk baru yang lebih baik, pesaing
menurunkan harga yang bisa mengakibatkan pesaigan harga yang menurunkan
tingkat keuntugan perusahaan.
• Regulator : perusahaan gagal mematuhi peraturan atau perundangan yang
berlaku yang mengakibatkan perusahaan merugi.
 Pengukuran Risiko

• Jika risiko bisa diukur, kita bisa melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi
oleh perusahaan.
• Kita juga bisa melihat dampak dari risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan.
• Pengukuran risiko biasanya dilakukan melalui kuantifikasi risiko.

F. Risiko Pasar

• Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening adminstratif
termasuk transaksi derivative, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi
pasar, termasuk risiko perubahan harga option.

Risiko pasar muncul karena harga pasar bergerak dalam arah merugikan
organisasi. Misal, sesuatu perusahaan mempunyai portofolio sekuritas saham
yang dibeli dengan harga Rp. 1 milyar misalkan harga saham tersebut jatu,
sehingga nilai pasar turun menjadi Rp 800 juta. Perusahaan tersebut
mengalami kerugian karena nilai portofolio sahamnya turun sebesar Rp 200
juta.

G. Risiko Kredit

Risiko kredit terjadi jika counterparty (pihak lain dalam transaksi bisnis kita)
tidak bisa memenuhi kewajibannya (wanprestasi)

H. Risiko Operasional

 Risiko operasional belum banyak dipelajari karekteristiknya, meskipun


merupakan risiko yang paling’ tua’
 Dikatakan paling tua, karena praktis manajer berhadapan dengan masalah
operasional sejak kegiatan perusahaan/organisasi dimulai
 Masalah operasional tersebut mencakup misal, memasang peralatan,
menyusun sistem gaji, mengawasi karyawan, mengawasi kegiatan
produksi, dsb.
 Karakteristik risiko, opersional belum dipelajari sehingga pengukuran risiko
operasional belum sebaik atau semaju risiko lainnya.

Definisi Risiko Operasional

• Basel II ( lembaga yang mengatur perbankan internasional) mendefinisikan


risiko operasional sebagai risiko yang timbul karena kegagalan dari proses
internal, manusia, system atau dari kejadian eksternal.

I. Risiko Spekulatif lainnya

Disamping risiko perubahan kurs dan risiko teknologi, masih banyak risiko
spekulatif lainnya yang di hadapi oleh perusahaan , seperti ;

• Risiko likuiditas
• Risiko politik (sovereign risk)
• Risiko likuiditas perbankan

Bank sektor yang paling rentan terhadap risiko likuiditas karena struktur
modalnya (sebagian besar adalah dana pihak ketiga )

Sumber risiko likuiditas perbankan;

(1) Sisi aktiva


(2) Sisi pasiva

J. Teknik-tehnik Manajemen Risiko

Teori pengendalian risiko

• Teori domino (Heinrich, 1959)


• Rantai Risiko (Risk Chain)
• Focus dan Timing Pengendalian Risiko

 Rangkaian kecelakaan

• Lingkungan social dan faktor bawaan yang menyebabkan seseorang


berperilaku tertentu (misal mempunyai temperamen tinggi sehingga
gampang mudah marah)
• Personal fault (kesalahan individu), dimana individu tersebut tidak
mempunyai respon yang tepat (benar) dalam situasi tertentu,
• Unsafe act or physical hazar (tindakan yangberbahaya atau kondisi fisik
yang berbahaya
• Kecelakaan
• Cedera

 Rantai risiko (Risk Chain)

Menurut Mekhofer, 1987, risiko yang muncul bisa dipecah kedalam


beberapa komponen :

• Hazard (kondisi yang mendorong terjadinya risiko)


• Lingkugan dimana hazard tersebut berada
• Interaksi antara hazard dengan lingkungan
• Hasil dari interaksi
• Konsekuensi dari hasil tersebut

 Fokus Pengendalian Risiko

• Pengendalian risiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan


(probability)
• Sebagai contoh, mengganti kompor minyak tanah dengan kompor listrik bisa
mengurangi kemungkinan risiko kebakaran
K. Diversifikasi Risiko

Konsep diversifikasi seingkali diilustrasikan dengan perkataan” jangan


menaruh telur pada satu keranjang” (don’t put your eggs in one basket)

 Apa itu diversifikasi ? ide sederhana adalah membatasi risiko saat kondisi
jatuh atau risiko kehilangan sejumlah uang, dengan cara memiliki potofolio
investasi di kelas asset berbeda seperti reksadana, obligasi, saham, property dll.
Investasikan uang anda bukan hanya disatu asset saja.
 Manfaat diversifikasi perusahaan

Terdapat dua manfaat yang berpengaruh besar terhadap operasional dan daya
tahan perusahaan itu sendiri.

 Meningkatkan Profitabilitas dan Daya saing

• Dengan memiliki perusahaan (investasi) diberbagai jenis produk akan


mencegah pesaing anda memonopoli pasar. Kemudian bisa mempersempit
ruang gerak para pesaing baru.

 Meminimalisir Risiko

• Resiko selalu ada disegala aktifitas hidup, termasuk selalu menjadi ancaman
perusahaan. Dengan dilakukannya diversifikasi secara tidak langsung akan
mengurangi dampak risiko dimasa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Risiko merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Lebih-lebih dalam


bisnis maupun pemerintah. Beberapa risiko yang sering muncul yang secara
langsung dapat menimbulkan kerugian.
2. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen resiko adalah
suatu proses mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk strategi
untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia.
3. Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua
wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat
menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di
dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen
resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko
DAFTAR PUSTAKA

http://wikipedia.org
http://jiscinfonet.ac.uk/infokits/risk-management
http://vibiznews.com
AS/NZS 4360:2004, Australian/New Zealand Standard Risk Management, Joint
Technical Committee OB-007 Risk Management, 31 Agustus 2004.
Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission.
What is COSO: Background and Events Leading to Internal Control-Integrated
Framework. 1992
Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December 1997
The Institute of Internal Auditors. Internal C
Vaughan, Emmet. Fundamental of Risk and Insurance. 2nd, John Willey, 1978

Anda mungkin juga menyukai