1. Maksimal 10 halaman dengan ukuran A4 Margin atas 4cm Kiri 4cm kanan 3cm bawah 3cm spasi
1,5 huruf Times New Roman 12.
2. Jumlah 10 Halaman tidak termasuk cover, kata pengantar dan daftar isi (jika ada) dan daftar
pustaka (referensi).
3. Materi bahasan mencakup semua point materi yang telah dijelaskan (gunakan sebanyak mungkin
materi kajian yang sudah dijelaskan.
4. Tidak terdapat kesamaan isi makalah dengan peserta lain pada sesi kulian manajemen risiko
periode april 2020 kecuali jika terkait data dan tempat .
5. Nilai ditentukan dari isi makalah yang dibahas, orisinalitas dan kerapian.
6. Waktu pengerjaan adalah 2 minggu sejak tugas ini diberikan.
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
MANAJEMEN RISIKO
Oleh :
ACHMAD ASWIN
182510089
PALEMBANG
2020
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT, karena atas
mengenai Risiko di Tempat Kerja. Tugas ini dibuat dalam rangka mengikuti
Darma Palembang dengan mata kuliah Manajemen Risiko yang diasuh oleh Ibu
dapat menyelesaikan Tugas ini walau hanya berbekal materi kuliah yang
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis yang sudah disusun ini masih jauh
dari sempurna. Kritik, saran dan masukan yang membangun akan lebih
menyempurnakan Karya Tulis ini.Terima kasih dan semoga Karya Tulis ini
bermanfaat.
Achmad Aswin
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah
biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Resiko merupakan
bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam resiko,
seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di
musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika
resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan
berwirausaha adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif dalam
organisasi.
Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan
dari aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha atau perusahaan biasanya
berhadapan dengan resiko usaha dan resiko non usaha. Imam Ghazali dalam Kasidy,
Manajemen Resiko (2010) menyatakan bahwa, resiko usaha adalah resiko yang
berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan
memberikan nilai bagi pemegang saham. Sedangkan resiko non usaha adalah resiko
lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman,
ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah
peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang
merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir,
manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun
pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko
dalam bisnis pada masa kini.
1
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana
jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar, dan
walaupun mengalami kerugian sangat kecil sekali. Misalnya membeli lotere. Jika
beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar, tetapi jika tidak beruntung
uang yang digunakan membeli lotere relatif kecil. Apakah ini juga tergolong resiko?
Jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko. Selama mengalami kerugian walau
sekecil apapun hal itu dianggap resiko.
Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena
resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu
perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa
tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung,
material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual). Namun juga
dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama
beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya
pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang
akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner
bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran
dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah,
mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic management,
mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive
decision making dari manajemen puncak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resiko adalah akibat yang
kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.
Resiko dalam Webster’s Desk Dictionary resiko didefinisikan sebagai suatu potensi
adanya kehilangan (Iban Sofyan, 2004)
Manajemen resiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur untuk
mengelola suatu resiko usaha. Manajemen resiko merupakan antisipasi atas semakin
kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi (Kasidy, 2010).
Definisi lain yang menjelaskan tentang pengertian resiko adalah kemungkinan
terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian. Resiko
adalah suatu kemungkinan terjadinya peristiwa menyimpang dari apa yang diharapkan,
namun penyimpangan ini baru terlihat bila sudah berbentuk kerugian (Kasidy, 2010).
Pendapat lain juga diutarakan oleh Abbas Salim dalam Kasidy (2010) Resiko
adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan kerugian (loss). Sehingga dari
beberapa definisi yang telah diutarakan, dapat diambil kesimpulan bahwa resiko adalah
sesuatu yang belum pasti namun apabila tidak ditangani dengan tepat akan
menimbulkan kerugian bagi usaha tersebut.
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan
kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen
senior. Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis
dan sasaran operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta kemampuan
merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan
pekerja memandang manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi
kerja.Manajemen resiko mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja
pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi operasional dari semua
tingkatan.
1. Resiko spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko
spekulatif kadang-kadang dikenal dengan istilah resiko bisnis (business risk).
Seseorang yang menginvestasikan dananya di suatu tempat menghadapi dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah
investasinya merugikan. Resiko yang dihadapi seperti ini adalah resiko
spekulatif.
5
2. Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan
atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu
contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran, maka
perusahaan tersebut akan menderita kerugian. Kemungkinan yang lain adalah
tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya menimbulkan
kerugian, bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada kesengajaan untuk
membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni adalah sesuatu yang
hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin
menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan resiko murni adalah dengan
asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu
sebabnya resiko murni kadang dikenal dengan istilah resiko yang dapat
diasuransikan ( insurable risk ). Perbedaan utama antara resiko spekulatif
dengan resiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk resiko
spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk resiko murni
tidak dapat kemungkinan untung.
6
Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau
ketidakpastian dapat dibagi sebagai berikut:
7
tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak kerusakan (severity) sering kali cukup
sulit untuk asset immaterial.
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi resiko
ataupun mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya
8
(RCC), unit risk management dan unit business yang telah berinteraksi dan
bersinerji secara optimal.
2. Bank Mandiri menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko, dan
digunakan sebagai laporan. Dengan demikian, dapat memusatkan
perhatiannya pada jenis-jenis resiko yang memiliki tendensi memburuk atau
melebihi kebijakan toleransi pada resiko tertentu.
3. Mempersiapkan tenaga profesionalnya di bidang resiko. Sekaligus melakukan
persiapan untuk mengimplementasikan Basel II Accord yang menjadi
penanggung jawab dari seluruh inisiatif strategis terkait kepatuhan pegawai.
4. Menetapkan kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Misalnya dengan
pemeliharaan cadangan likuiditas yang optimal, pengukuran dan penetapan
limit resiko likuiditas, merancang analisis scenario dan contingency plan,
penetapan strategi pendanaan dan mempertahankan kapasitas dana yang
cukup di pasar (Masyhud Ali, 2006
9
BAB IV
PENUTUP
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen resiko adalah suatu
proses mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk
mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
MAKALAH MANAJEMEN RISIKO
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan Karunia-Nyalah
saya dapat menyusun makalah ini yang berjudul “ Pengelolaan Manajemen Risiko
Pada Perusahaan Air Minum”
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian manajemen Risiko..........................................................................3
B. Konsep Risiko..................................................................................................7
C. Kategori Risiko................................................................................................10
D. Mengidentifikasi Risiko...................................................................................11
BAB III : PEMBAHASAN
Kasus Manajemen Asset Berbasis Risiko Pada Perusahaan Air Minum...............12
BAB IV : PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................18
B. Saran.................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan
sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang.
Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi.
Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di
jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan
kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari
awal. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita
pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun dan
memperluas keuntungan kompetitif organisasi.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang
atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu
yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan
ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah
resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend
utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara
konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa
kini.
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang
dihadapi seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang
merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan
keuntungan yang sangat besar, dan walaupun mengalami kerugian sangat kecil
sekali. Misalnya membeli lotere. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah
yang sangat besar, tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli
lotere relatif kecil. Apakah ini juga tergolong resiko? Jawabannya adalah hal
ini juga tergolong resiko. Selama mengalami kerugian walau sekecil apapun
hal itu dianggap resiko.
Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu
karena resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian
di mana suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian
langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang
terbakar (misalnya gedung, material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang
siap untuk dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak
bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan
arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier
dan kreditor karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan
kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen
resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi
lingkungan cepat berubah, mengembangkan corporate governance,
mengoptimalkan strategic management, mengamankan sumber daya dan asset
yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive decision making dari
manajemen puncak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelolaan manajemen risiko di perusahaan air minum?
2. Manajemen risiko apa saja yang ada di perusahaan air minum?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara pengelolaan manajemen risiko di perusahaan air
minum.
2. Untuk mengetahui risiko yang ada di perusahaan air minum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. On going process
Manajemen resiko dilaksanakan secara terus menerus dan dimonitor
secara berkala. Manajemen resiko bukanlah suatu kegiatan yang
dilakukan sesekali (one time event).
2. Effected by people
Manajemen resiko ditentukan oleh pihak-pihak yang berada di lingkungan
organisasi. Untuk lingkungan instansi pemerintah, manajemen resiko
dirumuskan oleh pimpinan dan pegawai institusi/departemen yang
bersangkutan.
3. Applied in strategy setting
Manajemen resiko telah disusun sejak dari perumusan strategi organisasi
oleh manajemen puncak organisasi. Dengan penggunaan manajemen
resiko, strategi yang disiapkan disesuaikan dengan resiko yang dihadapi
oleh masing-masing bagian/unit dari organisasi.
4. Applied across the enterprised
Strategi yang telah dipilih berdasarkan manajemen resiko diaplikasikan
dalam kegiatan operasional, dan mencakup seluruh bagian/unit pada
organisasi. Mengingat resiko masing-masing bagian berbeda, maka
penerapan manajemen resiko berdasarkan penentuan resiko oleh masing-
masing bagian.
5. Designed to identify potential events
Manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi kejadian atau
keadaan yang secara potensial menyebabkan terganggunya pencapaian
tujuan organisasi.
6. Provide reasonable assurance
Resiko yang dikelola dengan tepat dan wajar akan menyediakan jaminan
bahwa kegiatan dan pelayanan oleh organisasi dapat berlangsung secara
optimal.
7. Geared to achieve objectives
Manajemen resiko diharapkan dapat menjadi pedoman bagi organisasi
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
1. Resiko Operasional
2. Resiko Hazard
3. Resiko Finansial
4. Resiko Strategis
1. Mengidentifikasi resiko
Proses ini meliputi identifikasi resiko yang mungkin terjadi dalam suatu
aktivitas usaha. Identifikasi resiko secara akurat dan kompleks sangatlah
vital dalam manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi
resiko adalah mendaftar resiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin.
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:
a. Brainstorming
b. Survey
c. Wawancara
d. Informasi historis
e. Kelompok kerja
2. Menganalisa resiko
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya
kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan
probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subjektif dan lebih
berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah
untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu
kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah
penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat
memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan
manajemen resiko.
3. Monitoring resiko
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu resiko merupakan
bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen
resiko tidaklah berhenti sampai di sini saja. Praktek, pengalaman, dan
terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana
dan keputusan mengenai penanganan suatu resiko. Sangatlah penting
untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi resiko dan
pengukuran resiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih
dan untuk mengidentifikasi adanya resiko yang baru maupun berubah.
Sehingga, ketika suatu resiko terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai
dan diimplementasikan secara efektif.
B. Konsep Resiko
Konsep lain yang berkaitan dengan resiko adalah peril dan hazard.
Peril merupakan suatu peristiwa yang dapat menimbulkan terjadinya suatu
kerugian. Sedangkan hazard merupakan keadaan dan kondisi yang dapat
memperbesar kemungkinan terjadinya peril.
Hazard terdiri dari beberapa tipe, yaitu:
Resiko dapat terjadi pada pelayanan, kinerja, dan reputasi dari institusi
yang bersangkutan. Resiko yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain kejadian alam, operasional, manusia, politik, teknologi, pegawai,
keuangan, hukum, dan manajemen dari organisasi.
Suatu resiko yang terjadi dapat berasal dari resiko lainnya, dan dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. Resiko rendahnya kinerja suatu instansi
berasal dari resiko rendahnya mutu pelayanan kepada publik. Resiko terakhir
disebabkan oleh faktor-faktor sumber daya manusia yang dimiliki organisasi
dan operasional seperti keterbatasan fasilitas kantor. Resiko yang terjadi akan
berdampak pada tidak tercapainya misi dan tujuan dari instansi tersebut, dan
timbulnya ketidakpercayaan dari publik.
1. Resiko spekulatif
2. Resiko murni
3. Resiko spekulatif
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan.
Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran,
maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian. Kemungkinan yang lain
adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya
menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada
kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni
adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-
apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan resiko
murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat
diminimalkan. itu sebabnya resiko murni kadang dikenal dengan istilah resiko
yang dapat diasuransikan ( insurable risk ). Perbedaan utama antara resiko
spekulatif dengan resiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak,
untuk resiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk
resiko murni tidak dapat kemungkinan untung.
Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan.
Artinya ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan maupun
merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada, maka dikatakan resiko itu bersifat
spekulatif. Sebaliknya, lawan dari risiko spekulatif adalah resiko murni, yaitu
hanya ada kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan
keuntungan. Manajer resiko tugas utamanya menangani risiko murni dan tidak
menangani risiko spekulatif, kecuali jika adanya resiko spekulatif memaksanya
untuk menghadapi resiko murni tersebut.
D. Mengidentifikasi resiko
PEMBAHASAN
Air bersih atau air minum sangat penting artinya bagi kehidupan
manusia. Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World
Water Forum II di Denhaag, Belanda tahun 2000, memproyeksikan bahwa
pada tahun 2025 akan terjadi krisis air di beberapa negara. Krisis air dapat saja
terjadi di Indonesia apabila pemerintah dan perusahaan air minum tidak dapat
secara maksimal mengelola asset utamanya.
1. Mengidentifikasi resiko
Resiko merupakan peristiwa yang menghambat pencapaian tujuan
perusahaan. Seluruh resiko yang mungkin terjadi dan berdampak negative
bagi perusahaan secara signifikan harus terlebih dahulu diidentifikasi. Pada
perusahaan air minum resiko yang mungkin terjadi adalah:
a. Ketidaktersediaan air di sumber air dapat terjadi karena kegagalan pada
struktur sumber air, kekeliruan dalam memperkirakan hasil/kapasitas
penyimpanan, kualitas sumber air yang tidak memenuhi syarat, dan
kegiatan operasional yang tidak tepat.
b. Kehilangan air yang sebenarnya (real loss) dapat terjadi karena adanya
penguapan air di tempat penyimpanan (storage evaporation), dan
kebocoran (leakage) seperti kebocoran pada pipa jaringan distribusi,
dan tempat penyimpanan air/reservoir.
c. Kehilangan air yang jelas terlihat (apparent loss) dapat terjadi karena
adanya pengukuran meteran yang tidak akurat (inaccurate metering)
seperti alat kalibrasi meteran yang tidak akurat, alat meteran yang sudah
tua, alat meteran yang berputar rendah, dan adanya pemakaian air yang
tidak terukur dengan meteran (unmetered usage) seperti pemakaian
yang tidak dibenarkan (pemakaian untuk irigasi yang tidak illegal,
pemakaian hidran yang tidak illegal, sambungan pipa yang tidak illegal)
dan pemakaian yang dibenarkan (pemadam kebakaran, pekerjaan jalan,
dan taman).
d. Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena pembuangan air limbah
yang tidak terkendali dari kegiatan pemeliharaan atau kegagalan
jaringan pipa.
e. Terganggunya keselamatan dan kesehatan masyarakat pengguna air
minum dapat terjadi karena kerusakan peralatan dan tercemarnya
sumber air minum/produksi air minum selama pembangunan,
pemeliharaan, atau pengoperasian infrastruktur penyedia air.
f. Kenaikan harga asset infrastruktur penyedia air dapat terjadi karena
kenaikan tingkat inflasi, kenaikan nilai tukar mata uang asing terhadap
rupiah, dan kenaikan harga bahan bakar minyak.
g. Kenaikan tingkat suku bunga pinjaman dapat terjadi karena kondisi
perekonomian nasional yang tidak baik.
2. Menganalisis Resiko
Setelah seluruh resiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran
tingkat kemungkinan dan dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan
setelah mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran
resiko dilakukan menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif,
semi kualitatif, atau kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat
kejadian peristiwa dan dampak kerugian yang ditimbulkannya.
3. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka
disusunlah urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko
tertinggi, sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk
dalam resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko yang
menjadi prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya
tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu disusun peta resiko.
4. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana
tindakan untuk meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan
personel yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tindakan.
Cara menangani resiko berupa memindahkan resiko melalui asuransi dan
kontrak kerja kepada pihak ketiga, mengurangi tingkat kemungkinan
terjadinya resiko dengan cara menambah/meningkatkan kecukupan
pengendalian internal yang ada pada proses bisnis perusahaan, dan
mengeksploitasi resiko bila tingkat resiko dinilai lebih rendah
dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa yang akan terjadi.
Pemilihan cara menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan
biaya dan manfaat, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan
rencana tindakan lebih rendah daripada manfaat yang diperoleh dari
pengurangan dampak kerugian resiko.
5. Memantau Resiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan resiko
baru bagi perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya
resiko, dan cara penanganan resikonya. Sehingga setiap resiko yang
teridentifikasi masuk dalam register resiko dan peta resiko perlu dipantau
perubahannya.
6. Mengkomunikasikan Resiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan
resiko dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan
terhadap aktivitas bisnis yang dilakukan perusahaan untuk memastikan
bahwa tujuan manajemen resiko dapat tercapai sesuai dengan keinginan
pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan berasal dari
internal perusahaan (manajemen, karyawan) dan eksternal perusahaan
(pemasok, pemerintah daerah/pusat, masyarakat sekitar lingkungan
perusahaan, dan konsumen air bersih).
Walaupun penerapan proses manajemen resiko pada perusahaan air minum
di Indonesia khususnya perusahaan daerah air minum belum ada peraturan
hukumnya, namun karena manajemen resiko merupakan praktik terbaik
(best practice), maka seharusnya sudah mulai diterapkan secara sistematis,
terintegrasi, dan melekat pada setiap aktivitas bisnis perusahaan air minum,
khususnya pada aktivitas manajemen asset.
Agar manajemen resiko dapat diterapkan dengan baik, maka perlu
disiapkan segala infrastruktur manajemen resiko antara lain: pedoman
manajemen resiko (kebijakan, pedoman umum, prosedur, dan formulir),
struktur organisasi manajemen resiko (tugas, wewenang, tanggung jawab
personil untuk melaksanakan manajemen resiko), dan sistem informasi
pelaporan/pemantauan pelaksanaan manajemen resiko.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen asset merupakan aktivitas yang dilakukan oleh
manajemen yang tidak terlepas dari resiko. Manajemen asset berbasis resiko
lebih menekankan pada proses mengelola asset fisik yang sangat besar dan
berhubungan dengan resiko yang melekat pada proses tersebut dengan
melibatkan penerapan proses manajemen resiko terhadap asset utama
perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengelola penyebab utama kegagalan
pencapaian sasaran perusahaan.
Penerapan proses manajemen resiko dapat dilakukan pada seluruh
aktivitas bisnis perusahaan air minum atau secara khusus lebih menekankan
pada aktivitas manajemen asset perusahaan (setiap aktivitas lifecycle asset
management).
Walaupun penerapan manajemen resiko pada perusahaan air minum
di Indonesia khususnya perusahaan daerah air minum belum ada peraturan
hukumnya, namun karena manajemen resiko merupakan praktik terbaik (best
practice) maka seyogyanya sudah mulai dapat diterapkan secara sistematis,
terintegrasi, dan melekat pada setiap aktivitas bisnis perusahaan air minum,
khususnya pada aktivitas manajemen asset sehingga tujuan manajemen asset
dapat tercapai.
Manajemen asset berbasis resiko kiranya dapat menjadi salah satu
solusi dalam rangka memaksimalkan pengelolaan asset perusahaan air minum.
B. Saran
Baiknya setiap perusahaan memang harus menerapkan manajemen
risiko yang fungsinya untuk mencegah dampak berkelanjutan dari risiko yang
terjadi di perusahaan. Apalagi perusahaan air minum sangat harus menerapkan
manajemen risiko terutama yang berhubungan dengan kualitas air agar tetap
terjaga dengan baik untuk masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel “Sumbang Pikir dalam PDAM Rescue”, Kepala Bidang Rencana dan
Evaluasi Pusat Pengembangan Investasi BAPEKIN, Website 2007.
Chapman, Christy. Bringing ERM into Focus. Internal Auditor, June 2003
Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December 1997 The
Institute of Internal Auditors. Internal C
Vaughan, Emmet. Fundamental of Risk and Insurance. 2nd, John Willey, 1978
MANAJEMEN RISIKO
Study Kasus pada Perusahaan Sektor Kehutanan
(Hutan Tanaman Industri - HTI)
UAS
Mata Kuliah: Manajemen Risiko SDM
Dosen: Dr. Fitriasuri, S.E., M.M., Ak
AGUNG SETYABUDI
NIM: 1 8 2 5 1 0 0 9 0
Kelas: MM - 33 – Reguler 2
PALEMBANG
2020
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah sebagai
pemenuhan Ulangan Akhir Semester ( UAS ) mata kuliah Manajemen Risiko
Sumber Daya Manusia dengan Tema “ Manajemen Risiko ; Study Kasus Pada
Perusahaan Sektor Kehutanan (Hutan Tanaman Industri)” dengan dosen
pengajar Ibu Dr. Fitriasuri, S.E., M.M., Ak.
Syukur Alhamdulillah, dengan kerja keras dan semangat luar biasa dengan
aktifitas yang dihadapi sehari hari yang cukup tinggi, penulisan makalah sebagai
Ulangan Akhir Semester ( UAS ) mata kuiah Manajemen Risiko ini dapat kami
selesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa karya tulis yang sudah kami susun ini masih jauh
dari sempurna. Kritik, saran dan masukan yang membangun akan lebih
menyempurnakan karya tulis kami ini. Terima kasih. Semoga bermanfaat.
Agung Setyabudi
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun potensi risiko yang bisa saja terjadi dalam setiap aktifitasnya
yang dijalankan oleh perusahaan hutan tanaman industri. Aktifitas tersebut
meliputi dari kegiatan pembibitan, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan
tanaman, perlindungan hutan, pemanenan, pengangkutan kayu serta kegiatan
pendukung mulai dari kegiatan berkaitan dengan dukungan workshop / bengkel ,
konstruksi jalan, kegiatan administrasi pendukung dan banyak aktifitas lainnya
perlu dikelola. Manajemen risiko perlu diterapkan dengan tujuan untuk mengelola
risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau bahkan justru dapat mengoptimalkan
risiko.
1
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
membuat makalah dengan tema Manajemen Risiko ; Study Kasus Pada
Perusahaan Sektor Kehutanan ( Hutan Tanaman Industri )”
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
1) Risk Avoidance: merupakan metode yang dilakukan dengan cara
menghindari hal-hal yang menimbulkan risiko.
2) Segregation: metode ini dilakukan dengan cara memisahkan orang
atau barang yang dapat menyebabkan kerugian.
3) Loss Prevention: adalah metode manajemen risiko yang dilakukan
dengan cara melakukan pencegahan terhadap suatu risiko.
4) Loss Reduction: metode ini dilakukan dengan mengurangi dampak
kerugian yang terjadi pada suatu hal.
5) Non-Insurance Transfer: ini merupakan metode manajemen risiko
yang dilakukan dengan memindahkan risiko ke pihak lain, dengan
catatan bahwa pihak lain tersebut siap menanggung risikonya dan
bersedia tidak diberi asuransi oleh perusahaan.
5
prevention atau loss reduction). Bila tidak, kita juga bisa
menggunakan salah satu atau semua metode pendanaan risiko.
4) Terus amati hal-hal berisiko tersebut. Sesudah itu, di-evaluasi hal-hal
tersebut, agar didapati apakah risiko-risiko tersebut berhasil ditangani
dan dihindari, atau justru malah sulit untuk diatasi. Mengevaluasi
semua risiko yang didapati perusahaan sendiri dapat dijadikan acuan
oleh kita dan perusahaan, agar kita dan perusahaan bisa lebih baik ke
depannya.
6
BAB III
7
h. Menciptakan hasil industri hutan untuk kebutuhan masyarakat dalam
negeri serta untuk ekspor ke luar negeri
i. Meningkatkan devisa dan nilai tambah
Dalam pengelolaan hutan tanaman industri ini, salah satunya
dilaksanakan oleh suatu peusahaan yang secara profesional, sehingga apa yang
menjadi tujuan negara dan tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Dalam
pengelolaannya banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh
perusahaan, untuk itu suatu perusahaan tersebut harus mempersiapkan dan
menerapkan manajemen perusahaan yang baik, termasuk didalamnya adalah
penerapan manajemen risiko guna mendukung tercapainya tujuan perusahaan
yang tertuang dalam Visi dan Misi perusahaan. Adapun Visi dan Misi
Perusahaan HTI adalah:.
Visi : Menjadi perusahaan indutri tanaman terdepan yang berkelanjutan
dengan selalu meningkatkan kapasitas pertumbuhan tegakan, kualitas
karyawan, sistem dan struktur dengan tujuan mengamankan lahan dan
memaksimalkan hasil kayu untuk memuaskan pelanggan.
Misi : Menghutankan kembali lahan yang tidak produktif dan mengelola
menjadi hutan tanaman yang tinggi produktivitasnya secara berkelanjutan
seraya memperbaiki biodiversitas dan lingkungan, untuk menghasilkan
kayu dan hasil hutan lainnya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sekitarnya.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setiap organisasi / perusahaan dalam setiap pengelolaannya pasti memiliki
tujuan, sasaran dan strategi perusahaan, yang tertuang dalam visi dan misi, serta
policy & strategy sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai sehingga akan
memberikan nilai bagi perusahaan. Untuk memastikan tujuan perusahaan dapat
tercapai, maka perusahaan harus dikelola / di-manage dengan baik, termasuk di
dalamnya adalah manajemen risiko.
Perusahaan Hutan Tanaman Industri, dimana perusahaan ini bergerak di
sektor kehutanan, dengan sistem pengelolaan yang intensif dan berkelanjutan guna
memenuhi kebutuhan industry pulp & paper, sistem pengelolaannya telah
dijalankan dengan baik, apalagi perusahaan Hutan Tanaman Industri tersebut telah
mengikuti berbagai sertifikasi, sehingga sistem manajemennya telah berjalan
dengan baik termasuk didalamnya adalah sistem manajemen risikonya guna dapat
menjalankan industri secara berkelanjutan dengan memberikan nilai yang tinggi
bagi perusahaan, stake-holder yang terlibat, bahkan juga nilai bagi keberlangsungan
lingkungan hidup.
Faktor-faktor tersebut diatas harus dapat diindentifikasi, dikelola dan
dirancang guna mengantisipasi potensi risiko yang bakal terjadi baik pada sisi
karyawan, operasional, perusahaan, lingkungan, hukum dan lainnya sehingga
keberlanjutan perusahaan tetap terjaga dan memberikan nilai yang tinggi dengan
potensi risiko sekecil mungkin atau bahkan dapat dihindari dan justru dapat
memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Salam Rimba,
Lestari Hutanku
No Forest No Future
9
DAFTAR PUSTAKA
NN., 2016. Bisnis Kehutanan Harus Jadi Sektor Unggulan Strategis, Nomor: SP.
103 /HUMAS/PP/HMS.3/10/2016
10
TUGAS
Disusun Oleh :
NAMA : A M E L L Y A
NIM : 1 8 2 5 1 0 0 8 5
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR
Makalah ini merupakan tugas Ujian Akhir Semester (UAS) yang diberikan
oleh dosen Manajemen Risiko Sumber Daya Manusia dan merupakan salah satu
bagian penilaian atas mata kuliah tersebut.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Dr. Fitriasuri, S.E., Ak.,
M.M, selaku Dosen Pengajar Mata Kuliah Manajemen Risiko Sumber Daya
Manusia.
Semoga segala amal baik yang diberikan menjadi ibadah dan balasan yang
setimpal dari Allah SWT dan dengan kerendahan hati penulis menerima segala
perbaikan, masukan, maupun kritik dan saran yang membangun dan berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya. Aamiin.
DAFTAR ISI
Pengantar
Kebutuhan Manajemen Risiko di Organisasi................................................. 1
Prediksi Risiko.................................................................................................... 4
Prediksi Risiko yang Berdampak Besar terhadap Organisasi ........................ 4
Di Indonesia, isu politik menjadi salah satu fenomena yang berkembang pesat di
tahun 2019. Beberapa peristiwa politik terjadi di tahun 2019 ini, diantaranya
adalah Pemilu Eksekutif dan Legislatif yang dilaksanakan secara bersamaan.
Fluktuasi kondisi politik tersebut adalah sektor perekonomian. Secara sederhana,
kondisi politik yang cenderung tidak menentu berdampak terhadap peningkatan
nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Di lain sisi, peningkatan nilai tukar
tersebut juga mempengaruhi daya beli masyarakat, sehingga kemampuan daya
beli masyarakat cenderung rendah.
1
terintegrasi dan menyeluruh akan membantu organisasi dalam melakukan
identifikasi dan menetapkan kebijakan terkait pengelolaan risiko.
Di lain sisi, manajemen risiko yang terintegrasi dan menyeluruh akan membantu
organisasi untuk mencari berbagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Karena fungsinya yang sangat penting, manajemen risiko hendaknya bukan
hanya menjadi sebuah konsep formalitas saja, melainkan harus menjadi salah satu
alternatif dalam mencapai tujuan objektif dan wajib dimiliki organisasi.
2
perusahaan tersebut. Tingkat keefektifan perusahaan dalam mengatasi risiko
berhasil menghasilkan berbagai benefit.
Belum adanya sumber daya yang memadai seperti teknologi, Sumber Daya
Manusia, dan anggaran
Belum adanya informasi dan pelatihan yang cukup untuk memulai penerapan
Manajemen Risiko
3
Manajemen Risiko Terintegrasi atau Enterprise Risk Management (ERM) adalah
belum adanya peta jalan (roadmap) Manajemen Risiko dalam strategi
perusahaan.
Pergeseran Risiko
Lingkungan bisnis dan organisasi di era globalisasi menjadi lebih dinamis dan
berpeluanguntuk menciptakan risiko-risiko baru yang harus dihadapi oleh
perusahaan atau organisasi.
Beberapa perubahan risiko yang terjadi selama satu tahun terakhir, yaitu:
Risiko Reputasi
Risiko Cyber
Risiko Hukum
Risiko Politik
Prediksi Risiko
4
Prediksi risiko yang Berdampak Besar terhadap Organisasi
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan, muncul beberapa poin sebagai ramalan
dari risiko yang diprediksikan memiliki implikasi besar terhadap organisasi.
Risiko pertama adalah Risiko Perubahan Peraturan Pemerintah, hal ini bisa jadi
dikarenakan oleh banyaknya perubahan pada peraturan pemerintah yang
disebabkan oleh terpilihnya presiden baru yang pasti akan diikuti dengan
perubahan kabinet kementerian yang otomatis memiliki pandangan baru terhadap
apa yang seharusnya diperbaiki dari peraturan-peraturan sebelumnya. Dalam hal
menanggapi perubahan yang ada, perusahaan maupun organisasi harus
beradaptasi dan hal tersebut membutuhkan waktu sampai akhirnya perusahaan
atau organisasi menemukan strategi baru untuk menyesuaikan antara peraturan
baru dan tujuan organisasi maupun perusahaan.
5
Dinamika politik menjadi salah satu yang menyebabkan timbulnya risiko
kepatuhan dalam organisasi. Hal tersebut mendorong organisasi untuk mampu
bersikap antisipatif dan adaptif dalam merespon segala kemungkinan yang ada.
6
organisasi cenderung bersifat antisipatif dan adaptif, sehingga tingkat fleksibilitas
dalam merespon perubahan cenderung tinggi. Namun sebaliknya, apabila
organisasi tidak memiliki sistem manajemen risiko terintegrasi, maka organisasi
cenderung lemah dalam merespon perubahan Undang-Undan dan Peraturan,
sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menetapkan strategi.
7
UAS MANAJEMEN RISIKO
Manajemen Risiko di Tempat Kerja
Disusun Oleh :
Nama : Chega Putri Pratiwi
NIM : 182510095
Kelas : R2
Angkatan : 33
1. Ibu Dr. Fitriasuri, S.E., M.M., Ak. selaku dosen pengampu Manajemen Resiko.
semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis,
2
BAB I
PENDAHULUAN
ISO 9001:2015 adalah versi terbaru dari ISO 9001 yang merupakan salah
satu standar sistem manajemen mutu yang banyak diterapkan di dunia. ISO
9001:2015 ditetapkan oleh International Organization for Standardization (IOS),
suatu badan swasta internasional untuk standarisasi mutu yang berkedudukan di
Geneva, Swiss. Meski ditetapkan oleh organisasi non-pemerintah, kemampuannya
untuk menetapkan standar yang sering menjadi hukum melalui persetujuan atau
standar nasional membuatanya lebih berpengaruh daripada kebanyakan organisasi
non-pemerintah lainnya. Standar ini merupakan sarana untuk mencapa tujuan mutu
yang diharapkan mampu menjawab tantangan globalisasi dimana tujuan akhirnya
adalah mencapai efektivitas dan efisiensi organisasi (Rahmawaty, 2010).
3
Pada ISO 9001:2015, resiko dianggap sebagai suatu kesatuan yang tidak
dipisahkan dari sistem. Dengan mengambil pendekatan yang berbasis resiko,
organisasi diharapkan menjadi lebih proaktif ketimbang reaktif, senantiasa
mencegah dan mengurangi efek yang tidak dikehendaki, dan selalu
mempromosikan perbaikan sistem yang berkelanjutan (continoual improvement).
Ketika manajemen resiko diterapkan, secara otomatis tindakan pencegahan akan
dilakukan. Pengetahuan mengenai risiko apa saja yang ada di PT Saba Indomedika
Jaya dan bagaimana caranya dalam mengendalikan risiko tersebut menjadi sangat
penting dan berguna sebagai salah satu input alternatif dalam implementasi ISO
9001:2015 agar tujuan perusahaan tercapai.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.2. ISO 9001
Internasional Standard Organisation atau lebih dikenal dengan ISO adalah
organisasi internasional yang bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan
penyusunan standar baru ataupun revisi ISO standar yang telah ada. Kata ISO
dipilih menjadi nama organisasi ini berasal dari Bahasa Yunani, “isos” yang berarti
sama. ISO membawahi sejumlah Badan Sertifikasi Nasional yang terdiri dari 135
Negara atau lebih diseluruh dunia.
Terdapat banyak sekali standar ISO, namun standar yang banyak digunakan
adalah ISO seri 9000 yang merupakan persyaratan yang digunakan dalam
penerapan Sistem Manajemen Mutu suatu organisasi. ISO seri 9000 bukan
merupakan standar produk, tetapi merupakan standar dari sistem manajemen suatu
organisasi yang apabila diterapkan dalam organisasi tersebut akan memengaruhi
bagaimana produk itu dihasilkan.
ISO seri 9000 memiliki 4 seri, yaitu ISO 9000, ISO 9001, ISO 9004 dan
ISO 19011. ISO 9001 merupakan standar yang diterbitkan oleh organisasi
internasional untuk standar yang berisi persyaratan manajemen mutu.
Standar – standar ISO yang telah ditetapkan akan ditinjau kembali dalam
jangka waktu tertentu untuk memastikan standar tersebut masih relevan dengan
perkembangan dunia industri dan jasa. ISO 9001 telah mengalami beberapa kali
perubahan. Perubahan pertama pada tahun 1987, kemudian pada 1994 dan yang
ketiga pada 2000. ISO merilis edisi terbaru standar ISO 9001, yaitu ISO 9001,
Quality Management System Requirements. Standar Sistem Manajemen Mutu ISO
seri 9000 berisi persyaratan yang lebih menekankan pada pendekatan proses, hal
ini bertujuan untuk menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk (barang
dan/atau jasa) yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Persyaratan-
persyaratan yang ditetapkan ini dalam rangka menjawab kebutuhan spesifik dari
pelanggan, dimana organisasi yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001 harus dapat menjamin kualitas dari produk tetentu atau merupakan kebutuhan
dari pasar tertentu sebagaimana yang ditentukan oleh organisasi.
Di dalam Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 itu sendiri harus mampu
menyediakan bukti objektif bahwa sistem manajemen mutu telah ditetapkan secara
6
efektif dan analisis dari proses menjadi sumber dalam menetapkan dokumen yang
diperlukan untuk memenuhi persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001.
Pemenuhan persyaratan yang dimaksud adalah pemenuhan terhadap prinsip-prinsip
manajemen ISO 9001 untuk memenuhi kepuasaan pelanggan. Prinsip-prinsip
manajemen ISO 9001 adalah perhatian pada pelanggan,kepemimpinan, pelibatan
orang, pendekatan proses, pendekatan sistem pada manajemen, perbaikan
berkelanjutan, pengambilan keputusan berdasarkan fakta, dan hubungan pemasok
yang saling menguntungkan.
7
2.3.2. Risiko Spekulatif
Risiko spekulatif adalah risiko dimana kita mengharapkan terjadinya
kerugian dan juga keuntungan. Potensi kerugian dan keuntungan dibicarakan
dalam jenis risiko ini. Adapun macam-macam risiko spekulaitf yang ada di PT
Saba Indomedika Jaya, diantaranya :
8
yang efektif akan meningkatkan profitabilitas, mengurangi insiden yang mahal dan
menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi karyawan.
Adapun pengendalian risiko di PT Saba Indomedika Jaya dapat meliputi:
a) Mengidentifikasi risiko dan peluang yang mungkin terjadi dalam setiap
proses yang ada di dalam departemennya.
b) Membuat daftar risiko di masing-masing area organisasi.
c) Melakukan analisa risiko dan melakukan penilaian risiko (menentukan
tingkat kemungkinan dan dampak risiko tersebut).
d) Menentukan langkah pengelolaan / tindak lanjut dari masing-masing risiko
tersebut.
e) Melakukan perbaikan untuk meminimalisir risiko.
f) Melaksanakan pemantauan dan peninjauan yang berkelanjutan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.1.1. Risiko murni (pure risks) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian ada,
tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada.
3.1.2. Macam-macam risiko murni yang ada di PT Saba Indomedika Jaya
diantaranya : Risiko Aset Fisik, Risiko K3, dan Risiko Legal.
3.1.3. Risiko spekulatif adalah risiko dimana kita mengharapkan terjadinya
kerugian dan juga keuntungan.
3.1.4. Macam-macam risiko spekuliatif yang ada di PT Saba Indomedika Jaya
diantaranya : Risiko Operasional dan Risiko Financial.
3.1.5. Tahapan pengendalian risiko : identifikasi risiko, membuat daftar risiko,
melakukan penilaian risiko, menentukan tindak lanjut, melakukan
perbaikan, melakukan evaluasi berkelanjutan.
10
MANAJEMEN RESIKO PEMBIYAAN
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir
Semester dengan Mata Kuliah
Manajemen Resiko
Oleh :
Derta Bela Sanjaya
NIM. 182510079
PALEMBANG
2020
BAB l PENDAHULUAN
1.1.Rumusan masalah
1.2.Tujuan
1.3.Manfaat
1. Manajemen risiko
2. Manajemen risiko pembiayaan
3. Manajemen risiko pembiayaan syariah.
4. Identifikasi risiko.
5. Ruang lingkup manajemen risiko.
6. Contohnya tentang aplikasi teori dan praktik manajemen risiko dalam
produk keuangan di bank syari’ah.
BAB ll Pembahasan
1. On going process
Manajemen resiko dilaksanakan secara terus menerus dan dimonitor secara
berkala. Manajemen resiko bukanlah suatu kegiatan yang dilakukan sesekali (one
time event).
2. Effected by people
Manajemen resiko ditentukan oleh pihak-pihak yang berada di lingkungan
organisasi. Untuk lingkungan instansi pemerintah, manajemen resiko dirumuskan
oleh pimpinan dan pegawai institusi/departemen yang bersangkutan.
1. Resiko Operasional
2. Resiko Hazard
3. Resiko Finansial
4. Resiko Strategis
Risiko kredit didefinisikan sebagai potensi dari bank peminjam atau pihak
counter yang akan gagal memenuhi kewajibannya sesuai dengan syarat yang
disepakati. Tujuan dari manajemen risiko kredit adalah untuk memaksimalkan
tingkat pengembalian kepada bank dengan menjaga resiko pemberian kredit
supaya berada di parameter yang dapat diterima. Bank perlu mengelola risiko
kredit dari seluruh portofolio serta risiko dari individu atau kredit atau transaksi.
Bagi sebagian besar bank, pinjaman adalah yang terbesar dan juga sumber
resiko kredit, namun sumber-sumber risiko kredit lain juga terdapat di seluruh
kegiatan bank, termasuk pembukuan perbankan dan pembukuan perdagangan baik
yang di dalam atau di luar neraca. Resiko kredit perbankan semakin meningkat
(atau resiko dari pihak lainnya ) di berbagai instrumen keuangan selain pinjaman
termasuk penerimaan, transaksi antar bank, pembiayaan perdagangan, transaksi
valuta asing, masa depan keuangan, swap, obligasi, ekuitas, opsi dan perluasan
komitmen dan jaminan, penyelesaian transaksi.
b. Basal ii tentang resiko kredit
Risiko Suku Bunga adalah risiko efek negatif pada hasil keuangan dan
modal bank yang disebabkan oleh perubahan suku bunga. Tujuan yang
menyeluruh dari manajemen risiko suku bunga adalah untuk memastikan
mekanisme arus kas yang besar tanpa adanya ketidaksesuaian dalam aset dan
kewajiban segmen. Sebagai perantara keuangan, bank menghadapi risiko suku
bunga dalam beberapa cara seperti:
Risiko Re-Pricing: bentuk utama risiko suku bunga naik adakah perbedaan
waktu jatuh tempo (untuk suku bunga tetap) dan re-pricing (untuk suku bunga
mengambang) dari aset, posisi kewajiban off-balance-sheet (OBS). Mereka dapat
mengekspos bank “pendapatan dan aset” mendasari nilai ekonomi yang tak
terduga tentang fluktuasi tingkat bunga yang cenderung terlalu sering dan tidak
stabil.
Risiko Dasar: Risiko bahwa tingkat bunga untuk aktiva dan kewajiban
yang berbeda dapat berubah dalam besaran yang berbeda maka disebut risiko
dasar. Risiko tersebut timbul karena korelasi tidak sempurna dalam penyesuaian
dari tarif yang diterima dan dibayarkan pada instrumen yang berbeda dengan
karakteristik penentuan ulang harga yang bijaksana.
Resiko Pilihan Bawaan: Sebuah opsi memberikan pemegang hak (namun
bukanlah kewajiban) untuk membeli, menjual atau dalam beberapa cara
mengubah arus kas instrumen atau kontrak keuangan. Pilihan instrumen yang
mungkin berdiri sendiri seperti pertukaran-opsi dan kontrak perdagangan over-
the-counter (OTC), atau mereka mungkin akan tertanam di dalam instrumen
standar sebaliknya. Saat bank menggunakan nilai tukar dan pilihan OTC- di kedua
bidang perdagangan dan akun non-trading, instrumen dengan pilihan bawaan
biasanya hal paling penting dalam kegiatan non-perdagangan.
e. Resiko operasional
Ini adalah salah satu babak baru dari kesepakan modal Basel II. Risiko
operasional didefinisikan sebagai “risiko kerugian yang dihasilkan dari cukupnya
atau kegagalan proses internal, orang dan sistem atau dari peristiwa eksternal.”
Definisi ini mencakup risiko hukum, tapi mengecualikan risiko strategis dan
risiko reputasi. Di sisi lain, Reserve Bank of India telah mendefinisikan risiko
operasional, sebagai ‘resiko apapun, yang tidak dikategorikan sebagai pasar atau
risiko kredit, atau risiko kerugian yang timbul dari berbagai jenis kesalahan
manusia dan kesalahan teknis.
f. Manajemen resiko liquiditas
Bank-bank yang lebih kecil tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk
menahan persaingan yang ketat dari sektor ini. Bank akan berevolusi menjadi
penyedia jasa keuangan yang lengkap dan utuh, melayani semua kebutuhan
keuangan perekonomian. Arus modal akan meningkat dan melakukan pendirian
basis-basis di negara-negara asing merupakan hal yang biasa.
A. Business risk Adalah resiko yang terjadi pada first way out yang dipengaruhi
oleh :
1. Industri risk yaitu resiko yang terjadi pada jenis usaha yang ditentukan oleh:
a. Karakteristik masing-masing jenis usaha yang bersangkutan
b. Kinerja keuangan jenis uasaha yang bersangkutan (industry financial standard)
2.Faktor negative lainnya yang mempengaruhi perusahaan nasabah, seperti
kondisi group usaha, keadaan force majeure, permasalahan hukum, pemogokan,
kewajiban off balance sheet (L/C impor, LKS garansi), market risk (forex risk,
interest risk, scurity risk), riwayat pembayaran (tunggakan kewajiban) dan
restrukturisasi pembiayaan.
a. Shirinking risk (resiko berkurangnya nilai pembiayaan). Adalah resiko yang
terjadi pada second way out yang dipengaruhi oleh:
b. Unusual bisiness risk yaitu resiko bisnis yang luar biasa yang ditentukan oleh
c. Disaster risk yaitu keadaan force majeure yang dampaknya sangat besar
terhadap bisnis nasabah yang dibiayai LKS.
d. Character risk (resiko karakter buruk mudharib) yaitu resiko yang terjadi pada
third way out yang dipengaruhi oleh hal berikut:
1. Kelalaian nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai LKS
2. Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati sehingga nasabah dalam
menjalankan bisnis yang dibiayai LKS tidak lagi sesuai dengan kesepakatan
3. Pengelolaan intenal perusahaan, seperti manajemen, organisasi, pemasaran,
teknis produksi, dan keuangan, yang tidak dilakukan secara profesional sesuai
dengan standar pengelolaan yang disepakati antara LKS dan nasabah.
Untuk mengatasi character risk, LKS menetapkan kovenan khusus pembiayaan
musyarakah dan mudharabah. Bila terjadi kerugian yang disebabkan oleh
character risk, kerugian akan di bebankan kepada nasabah. Untuk menjamin agar
nasabah mampu menanggung kerugian akibat resiko tersebut, maka LKS
menetapkan adanya jaminan (colleteral).
4.2.Identifikasi risiko.
B. Alat Modeling
1. Pengertian Risiko
2. Definisi Risiko
3. Derajat Risiko
4. Klasifikasi Risiko
5. Klasifikasi Risiko Murni
6. Pengertian Manajemen Risiko
7. Risiko Dalam Manajemen Risiko
8. Cakupan Manajemen Risiko di Bank
9. PBI No. 5/8/PBI/2003
10. Jenis Risiko Perusahaan – Bisnis
11. Jenis Risiko Perusahaan – Keuangan
12. Jenis Risiko Bank – Pasar
13. Risiko Pasar Umum
14. Risiko residual
15. Faktor yang menentukan harga pasar terkait dengan risiko
16. Jenis Risiko Bank – Risiko Kredit
17. Jenis Risiko Bank - Risiko Operasional
6.2. contohnya tentang aplikasi teori dan praktik manajemen risiko dalam
produk keuangan di bank syari’ah
Contoh Pembiayaan :
Pemberian pembiayaan kepada nasabah dengan jangka waktu 12 tahun, padahal
masa kerja nasabah tinggal 5 tahun
A. Pembiayaan Ijarah
1. Jika barang milik bank, timbul resiko tidak produktifnya asset iajarah
karena tidak adanya nasabah
2. Jika barang bukan milik bank, timbul resiko rusaknya barang oleh nasabah
karena pemakaian tidak normal
3. Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewakan bank kemudian disewakan
kepada nasabah, timbul resiko tidak performnya pemberi jasa.
Penyelesaian
D. Pembiayaan Mudharabah/Musyarakah
Resiko yang timbul akibat adanya perubahan variabel pasar, seperti : suku
bunga, nilai tukar, harga equity dan harga komoditas sehingga nilai
portofolio/asset yang dimiliki bank menurun
Berdasarkan bank Indonesia, sebagai bank umum dengan prinsip syariah,
maka Bank Syariah hanya perlu mengelola resiko pasar yang terkait
dengan perubahan nilai tukar yang dapat menyebabkan kerugian Bank.
Bank Syariah tidak berhadapan dengan resiko suku bunga, tetapi
berhadapan dengan pricing risk atau dikenal dengan Direct Competitor
market rate (DCMR)
Bank Syariah juga berhadapan dengan Indirect Competitor Market rate
(ICMR) suku bunga konvensional
Pricing pada perbankan syariah yang berhubungan dengan resiko suku bunga :
E. Pembiayaan Murabahah
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan Karunia-Nyalah
saya dapat menyusun makalah ini yang berjudul “ Pengelolaan Risiko Pembiayaan
Di Bank Syariah”
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Risiko Pada Bank Syariah................................................................................5
B. Manajemen Risiko Bank Syariah.....................................................................6
C. Pengelolaan Risiko Pembiayaan Pada Bank Syariah.......................................7
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah
dikenal masyarakat, yaitu bank yang berdasarkan pada prinsip bagi hasil.
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sama sekali belum
menggunakan secara tegas istilah bank syariah. Penyebutannya masih
menggunakan istilah ” prinsip bagi hasil”. Belum ada ketentuan yang lebih rinci
mengenai bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Keberadaan perbankan syariah baru mendapatkan landasan yang kuat sejak
tanggal 16 Juli 2008 dengan diundangkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah selanjutnya disebut dengan Undang Undang
Perbankan Syariah.
Seperti halnya bank konvensional, bank syariah berfungsi juga
sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu berfungsi
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana
tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan.
Pembiayaan adalah merupakan sebagian besar aset dari bank syariah sehingga
pembiayaan tersebut harus dijaga kualitasnya, sebagaimana diamanatkan pada
Pasal 2 Undang-undang Perbankan Syariah bahwa perbankan syariah dalam
melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi
dan prinsip kehati-hatian. Pada penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan
Syariah yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian adalah pedoman
pengelolaan Bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat,
kuat dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari
berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prinsip
kehati-hatian adalah pengendalian risiko melalui penerapan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku secara konsisten (Yahman
dan Trisadini Prasastinah Usanti, 2011).
Pada sisi aktiva neraca bank syariah bagian terbesar dana operasional
setiap bank syariah disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Kenyataan ini
menggambarkan bahwa pembiayaan adalah sumber pendapatan bank yang
terbesar, namun sekaligus merupakan sumber risiko operasi bisnis yang
terbesar. Pembiayaan bermasalah bahkan menjadi kategori macet menjadi
masalah bagi bank syariah, karena dengan adanya pembiayaan bermasalah
bukan saja menurunkan pendapatan bagi bank syariah tetapi juga menggerogoti
jumlah dana operasional dan likuiditas keuangan bank syariah, yang akhirnya
akan menggoyahkan kesehatan bank syariah dan pada akhirnya akan merugikan
nasabah penyimpan/nasabah investor. Sebagian besar dana yang dipergunakan
oleh bank syariah dalam menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan adalah
dana nasabah penyimpan/nasabah investor, sehingga dana nasabah
penyimpan/nasabah investor wajib mendapat perlindungan hukum.
Pembiayaan yang telah disetujui oleh bank syariah dan dinikmati oleh
nasabah penerima fasilitas, maka peranan bank syariah lebih berat dibandingkan
pada saat dana tersebut belum mengucur di tangan nasabah penerima fasilitas.
Untuk menghindari terjadinya kegagalan pembiayaan maka bank syariah harus
melakukan pembinaan dan regular monitoring, yaitu dengan cara monitoring
aktif dan monitoring pasif. Monitoring aktif, yaitu mengunjungi nasabah secara
regular, memantau laporan keuangan secara rutin dan memberikan laporan
kunjungan nasabah/call report kepada komite pembiayaan/supervisor
sedangkan monitoring pasif, yaitu memonitoring pembayaran kewajiban
nasabah kepada bank syariah setiap akhir bulan. Bersamaan pula diberikan
pembinaaan dengan memberikan saran, informasi maupun pembinaan tehnis
yang bertujuan untuk menghindari kegagalan pembiayaan.
Pada Pasal 38 Undang-Undang Perbankan Syariah diatur bahwa bank
syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko, prinsip mengenal
nasabah dan perlindungan nasabah. Pada penjelasannya diberikan pengertian
dari manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang
digunakan oleh perbankan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Peraturan
pelaksananya diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011
tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah, dijelaskan bahwa bahwa kegiatan usaha perbankan syariah tidak
terlepas dari risiko yang dapat mengganggu kelangsungan bank dikarenakan
produk dan jasa perbankan syariah mempunyai karakteristik yang khas
sehingga diperlukan manajemen risiko untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalian risiko yang sesuai dengan kegiatan usaha
perbankan syariah. Langkah-langkah yang dilakukan bank syariah tersebut
dalam rangka memitigasi risiko harus mempertimbangkan kesesuaian dengan
Prinsip Syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja risiko pada bank syariah?
2. Bagaimana bank syariah dalam mengelola risiko pembiayaan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui risiko yang ada pada bank syariah.
2. Untuk mengetahui pengelolaan risiko pembiayaan pada bank syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediasi (intermediary
institution), yaitu berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan. Pada sisi aktiva neraca bank
syariah bagian terbesar dana operasional setiap bank syariah disalurkan dalam
bentuk pembiayaan. Kenyataan ini menggambarkan bahwa pembiayaan adalah
sumber pendapatan bank yang terbesar, namun sekaligus merupakan sumber
risiko operasi bisnis yang terbesar. pembiayaan bermasalah bahkan menjadi
kategori macet menjadi masalah bagi bank syariah, karena dengan adanya
pembiayaan bermasalah bukan saja menurunkan pendapatan bagi bank syariah
tetapi juga menggerogoti jumlah dana operasional dan likuiditas keuangan bank
syariah, yang akhirnya akan menggoyahkan kesehatan bank syariah dan pada
akhirnya akan merugikan nasabah penyimpan / nasabah investor. Hal ini
dikarenakan sebagian besar dana yang dipergunakan oleh bank syariah dalam
menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan adalah dana nasabah penyimpan /
nasabah investor, sehingga dana nasabah penyimpan / nasabah investor wajib
mendapat perlindungan hukum. Oleh karena itu, diperlukan manajemen risiko
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalian risiko yang
sesuai dengan kegiatan usaha perbankan syariah. Langkah-langkah yang
dilakukan bank syariah tersebut dalam rangka memitigasi risiko harus
mempertimbangkan kesesuaian dengan Prinsip Syariah.
B. Saran
Bahwa bilamana bank syariah tidak berhati-hati dalam mengelola risiko- risiko
tersebut, akibatnya akan berdampak pada kesehatan bank syariah, yang pada
akhirnya tidak menutup kemungkinan bank syariah akan kesulitan likuditas dan
berakibat menurunnya kepercayaan masyarakat sehingga masyarakat akan
menarik dananya secara bersamaan, apabila hal ini terjadi maka akan sangat
berpengaruh pada eksistensi pada bank syariah. Bank Indonesia akan berupaya
untuk menyehatkan kembali bank syariah, akan tetapi jika upaya yang
dilakukan tidak berhasil maka upaya terakhir yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dengan mencabut ijin usaha bank syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Sjahdeini, Sutan Remy, Kapita Selecta Hukum Perbankan , Bahan Kuliah Hukum
Perbankan, tanpa tahun.
Usanti, Trisadini Prasastinah,”Karakteristik Prinsip Kehati-Hatian Pada Kegiatan
Usaha Perbankan Syariah”, Disertasi, Surabaya: Pascasarjana Unair, 2010.
OLEH :
Angkatan : 33 / ARI
PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesempatan, rahmat, hidayah, dan anugrah-Nya Yang Agung,
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Analisis Resiko pada
Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten OKI“.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dengan segala kerendahan
hati, peneliti mengucapkan terima kasih khususnya kepada Semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil selama ini.
Penulis menyadari, dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
perbaikan di masa depan. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan mereka dan Makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca dan juga penulis lainnya.
Eka Juhita
BAB I
PENDAHULUAN
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pedoman tentang penerapan Manajemen Risiko masih belum efektif
dilakukan di Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda
Kabupaten Ogan Komering Ilir sehingga banyak resiko-resiko yang
terkadang terjadi dan sulit untuk di antispasi dan menyebabkan banyak
dampak.
2. Masih banyak kendala yang dialami Bagian Protokol dan Komunikasi
Publik Setda Kabupaten Ogan Komering Ilr dalam menerapkan
Manajemen Risiko. Di antaranya adalah kurang pahamnya Perangkat
Daerah tentang pentingnya Manajemen Risiko.
3.2 SARAN
Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Ogan
Komering Ilir harus mensosialisasikan pedoman tentang manajemen resiko
yang sudah ditetapkan kepada seluruh pegawai secara berkala agar
pedoman tersebut dapat dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya
sehingga setiap pegawai mengetahui dan mengerti tentang pentingnya
Manajemen Risiko untuk mewujudkan Good Governance.
Selain itu, Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda
Kabupaten Ogan Komering Ilir harus mengadakan pelatihan-pelatihan
teknis tentang bagaimana penerapan Manajemen Risiko sesuai dengan
Pedoman yang berlaku, sehingga Manajemen Risiko bisa digunakan
dengan efektif sebagai salah satu antispasi menuju kegagalan dalam
pencapaian tujuan visi dan misi organisasi tersebut.
REFERENSI
Abbas Salim, 1998, Asuransi dan Manajemen Resiko, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
OLEH :
Angkatan : 33 / ARI
PALEMBANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesempatan, rahmat, hidayah, dan anugrah-Nya Yang Agung,
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Analisis Resiko pada
Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten OKI“.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dengan segala kerendahan
hati, peneliti mengucapkan terima kasih khususnya kepada Semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil selama ini.
Penulis menyadari, dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
perbaikan di masa depan. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan mereka dan Makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca dan juga penulis lainnya.
Eka Juhita
BAB I
PENDAHULUAN
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pedoman tentang penerapan Manajemen Risiko masih belum efektif
dilakukan di Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda
Kabupaten Ogan Komering Ilir sehingga banyak resiko-resiko yang
terkadang terjadi dan sulit untuk di antispasi dan menyebabkan banyak
dampak.
2. Masih banyak kendala yang dialami Bagian Protokol dan Komunikasi
Publik Setda Kabupaten Ogan Komering Ilr dalam menerapkan
Manajemen Risiko. Di antaranya adalah kurang pahamnya Perangkat
Daerah tentang pentingnya Manajemen Risiko.
3.2 SARAN
Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Kabupaten Ogan
Komering Ilir harus mensosialisasikan pedoman tentang manajemen resiko
yang sudah ditetapkan kepada seluruh pegawai secara berkala agar
pedoman tersebut dapat dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya
sehingga setiap pegawai mengetahui dan mengerti tentang pentingnya
Manajemen Risiko untuk mewujudkan Good Governance.
Selain itu, Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda
Kabupaten Ogan Komering Ilir harus mengadakan pelatihan-pelatihan
teknis tentang bagaimana penerapan Manajemen Risiko sesuai dengan
Pedoman yang berlaku, sehingga Manajemen Risiko bisa digunakan
dengan efektif sebagai salah satu antispasi menuju kegagalan dalam
pencapaian tujuan visi dan misi organisasi tersebut.
REFERENSI
Abbas Salim, 1998, Asuransi dan Manajemen Resiko, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Di Susun Oleh :
Magister Manajemen
Universitas Bina Darma Palembang
Tahun Pelajaran 2019 / 2020
Kata Pengantar
Alhamdulillah hirobbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta
alam atas segala karunia nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Manajemen Resiko” disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Manajemen Risiko
Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai
manusia biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya
dan masih jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Besar harapan penulis makalah ini dapat menjadi inspirasi atau sarana
pembantu masyarakat dalam membuka usaha retail.
(Penulis)
Daftar Isi
BAB I....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................... 3
BAB III.................................................................................................................. 34
KASUS...................................................................................................................34
BAB IV.................................................................................................................. 39
KESIMPULAN......................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 40
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Risiko bisa didefinisikan dengan berbagai cara. Sebagai contoh, risiko bisa
didefinisikan sebagai kejadian yang merugikan. Definisi lain yang sering dipakai
untuk analisis investasi, adalah kemungkinan hasil yang diperoleh menyimpang
dari yang diharapkan.
Deviasi standar merupakan alat statistic yang bisa digunakan untuk mengukur
penyimpangan, karena itu deviasi standar bisa dipakai untuk mengukur risiko.
Pengukuran yang lain adalah menggunakan probabilitas.
Risiko berkaitan erat dengan kondisi ketidakpastian. Risiko muncul karena
ada kondisi ketidakpastian.
3
saham mempunyai fluktuasi sebesar 14%, sementara harga listrik mempunyai
fluktuasi sebesar 228%.
4
Good Corporate Governance adalah manajemen risiko yang baik, seperti apakah
manajemen mempunyai pemahaman yang baik mengenai risiko yang dihadapi
oleh perusahaan, apakah manajemen memahami implikasi dari risiko tersebut.
5
yang kuat (mmisal komite manajemen risiko yang kuat) dan menggunakan teknik
kuantitatif untuk analisis risiko. Dengan kata lain, model manajemen risiko tidak
bisa diterapkan sama untuk semua situasi. Harus ada penyesuaian – penyesuaian
terhadap karakteristik unik perusahaan.
6
lini. Misalnya manajer bisa saja membeli asuransi untuk gabungan risiko yang
dihadapi oleh perusahaan, tidak hanya risiko bangunan saja, tetapi risiko
bangunan dan risiko bisnis lainnya.
Salah satu contoh kegagalan mengelola risiko yang terkenal adalah kasus
Bank Baring. Bank Baring mengalami kebangkrutan pada pertengahan tahun
1990-an karena satu orang tradernya (Nick Lesson) membawahi dua fungsi
sekaligus, yaitu fungsi pencatatan dan fungsi trading. Jika ia mengalami
keuntungan, ia akan mencatat keuntungan tersebut. Tetapi jika ia mengalamai
kerugian, ia akan menyembunyikan kerugian tersebut. Akibatnya kerugian yang
dialaminya tidak ada yang mengawasi, sampai akhirnya kerugian tersebut tidak
terkendali (melebihi modal Bank Baring).
Penetapan batas akan tergantung dari tipe risikonya, sebagai contoh : untuk
risiko pasar, batas mungkin VAR maksimum tertentu, pembatasan pada jenis
instrumen yang bisa diperdagangkan, kualifikasi trader, durasi, batas untuk stop
loss (jika kerugian mencapai batas tertentu, maka posisi dijual, untuk mencegah
kerugian yang semakin besar). Untuk risiko kredit, pembatasan mencakup antara
lain konsentrasi kredit pada nasabah, sektor tertentu, atau negara tertentu, tingkat
7
risiko dari calon nasabah. Untuk risiko operasional, batas risiko mencakup antara
lain standar kualitas minimum (mmisal jumlah maksimum kesalahan yang bisa
ditolerir) untuk operasi, sistem dan proses.
Sebagai contoh, Enron mencatat laba bersih sebesar $3,3 Milyar selama lima
tahun 1996-2000. Pada periode yang sama, Enron hanya melaporkan 4114 juta
kas yang diterima, hanya 3 persen dari laba bersih. Sepertinya membutuhkan
waktu yang terlalu lama bagi Enron untuk merubah labanya menjadi kas. (Ini
adalah indikasi ada sesuatu yang salah pada perusahaan).
Beban untuk modal dihitung berdasarkan risiko dari modal tersebut (jika
menggunakan modal untuk kegiatan yang beresiko maka beban modal akan lebih
besar). Jadi, jika manajer melakukan aktivitas yang beresiko, maka ia harus
menghasilkan keuntungan yang lebih besar untu mengompensasi risiko tersebut.
Perusahaan harus bisa memberikan target yang realistis. Sebagai contoh, jika
perusahaan menetapkan target pertumbuhan penjualan sebesar 25% ketika
rata-rata industri hanya mempunyai pertumbuhan penjualan 5%, maka target
8
semacam itu cenderung mendorong perilaku yang beresiko tinnggi.Untuk
mengembangkan budaya sadar risiko bisa dengan bermacam cara, misalnya :
9
2.3 5 LANGKAH PROSES MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
Berikut ini adalah lima langkah proses manajemen risiko perusahaan :
5 Langkah Proses
manajemen risiko Mengidentifikasi dan
perusahaan memahami risiko risiko
utama perusahaan
Risiko
Permintaan
Risiko
Komoditas
Risiko Politik
atau risiko Menentukan tipe risiko yang
Operasional akan diterima atau
Risiko Nilai
ditransfer
Tukar
Memutuskan seberapa
besar risiko yang akan
ditransfer
10
1. Mengidentifikasi dan memahami risiko-risiko utama perusahaan.
Secara umum langkah – langkah dalam identifikasi dan pengukuran
risiko adalah sebagai berikut :
Mengidentifikasi
risiko dan Mengukur risiko tersebut (melihat
mempelajari seberapa besar dampak risiko
tersebut terhadap kinerja
karakteristik risiko
perusahaan, dan menetukan
tersebut
prioritas risiko tersebut).
Identifikasi risiko menggunakan :
- Analisis sekuen risiko
- Mengidentifikasi sumber
sumber risiko
- Teknik pendukung lainnya
11
1.1 Risiko Permintaan
Yaitu risiko permintaan atas produk dan jasa karena factor
persaingan dan dampak kedaaan ekonomi di suatu Negara.
1.2 Risiko Komoditas
Fluktuasi harga komoditas yang penting untuk perusahaan dapat
mengurangi arus kas perusahaan. Misalnya, kenaikan harga minyak
yang terjadi pada tahun 2007 – 2008 menyebabkan kerugian pada
perusahaan penerbangan karena meningkatnya biaya bahan bakar.
1.3 Risiko Politik atau Negara
Tempat perusahaan beroperasi dapat menciptakan masalah karena
adanya ketidakstabilan politik atau intervensi pemerintah terhadap
kegiatan bisnis perusahaan.
1.4 Risiko Operasional
Basel II (lembaga yang mengatur perbankan internasional)
mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko yang timbul karena
kegagalan dari proses internal, manusia, system, atau dari kejadian
eksternal. Atau dapat dikatakan bahwa biaya operasi actual yang jauh
lebih tinggi daripada yang dianggarkan adalah sumber volatilitas dari
arus kas perusahaan.
1.4.1 Kegagalan dari proses internal
Merupakan risiko yang berkaitan dengan kegagalan proses atau
prosedur internal organisasi, berikut beberapa contoh risiko
tersebut :
- Risiko yang diakibatkan kurang lengkapnya dokumentasi,
atau dokumentasi yang salah (Bank Baring merupakan
contoh dari risiko ini).
- Kesalahan transaksi
- Pengawasan yang kurang memadai
12
- Pelaporan yang kurang memadai sehingga kepatuhan
terhadap peraturan internal dan eksternal tidak terpenuhi.
1.4.2 Kegagalan mengelola manusia
Karyawan merupakan asset penting bagi perusahaan, tetapi
juga merupakan sumber risiko operasional bagi perusahaan.
Risiko tersebut dapat terjadi dengan sengaja ataupun tidak
disengaja.
Kasus transaksi yang salah pada bank UBS Warburg
adalah contoh dari kesalahan tidak disengaja. Contoh kesalahan
yang disengaja adalah penggelapan kas perusahaan, atau kasus
pembobolan bank yang dilakukan melibatkan karyawan
internal.
Beberapa contoh risiko operasional yang bersumber dari
manusia :
- Kecelakaan kerja
- Tergantung pada karyawan kunci tertentu, sehingga jika
karyawan tersebut meninggal atau berpindah kerja,
perusahaan menghadapi masalah.
- Integritas karyawan yang kurang (sehingga karyawan
tersebut bisa menggelapkan uang perusahaan, atau
melakukan aktivitas yang berada diluar wilayah
otoritasnya.
13
- Kerusakan data
- Kesalahan pemrograman
- Sistem keamanan yang kurang baik
- Penggunaan teknologi yang belum teruji
- Terlalu mengandalkan model tertentu untuk keputusan
bisnis. Contoh : Long term capital mengalami kehancuran
setelah model matematis mereka memprediksi probabilitas
kejadian gagal adalah 0,000001 (walau probabilitas rendah,
ternyata kejadian tersebut terjadi dan mengejutkan pihak
perusahaan). Long term Capital mempunyai posisi yang
sangat besar pada rebel rusia.
1.4.4 Risiko eksternal
Risiko eksternal berkaitan dengan kejadian yang bersumber
dari luar organisasi, dan di luar pengendalian organisasi.
Kejadian semacam itu biasanya jarang terjadi, tetapi
mempunyai dampak yang cukup besar (frekuensi rendah/
severity tinggi). Contoh dari risiko eksternal adalah
perampokan, serangan teroris, dan bencana alam.
14
1.5 Risiko Nilai Tukar
Nilai tukar atau kurs adalah nilai suatu mata uang relative
terhadap mata uang lainnya. Sebagai contoh,kurs Rp/$ bisa dituliskan
sebagai berikut :
Artinya 1 dolar
Rp. 10.000/$ Amerika serikat
bermilai 10.000
rupiah
15
Negara membaik, maka mata uang Negara tersebut cenderung
menguat terhadap mata uang Negara lainnya.
Besarnya dana yang masuk ke dalam suatu Negara juga
mempengaruhi nilai kurs. Seperti yang sedang dilakukan pemerintah
di tahun 2016 mengenai kebijakan tax amnesty yang membuat dana
dari luar negri masuk ke dalam negri menyebabkan mata uang rupiah
meningkat.
Didalam suatu perusahaan, sumber risiko bisa lebih dari satu sumber.
lalu jika sudah ditetapkan sumber sumber risikonya, tentukan mana risiko
yang akan diterima dan tidak, mana risiko yang ditransfer dan tidak.
16
Sebagai contoh pada perusahaan United Grain Growers-UGG. UGG
merupakan perusahaan kanada yang bermarkas di Winnipeg, Manitoba, yang
memberikan jasa komersial kepada petani dan pasar pertanian di seluruh
dunia.
Bisnis UGG terdiri dari 4 segmen utama : Grain Handling Services (Jasa
Penanganan Bibit Tanaman), Crop Production Services (Jasa Produksi),
Livestock Services , dan Business Communication. Setelah diidentifikasi oleh
konsultan Willis Risk Solution UGG menghadapi 6 (enam) risiko yang sudah
diurutkan dari tipe risiko yang paling penting yaitu :
- Risiko harga komoditas : harga komoditas yang jatuh padahal perusahaan
memegang komoditas tersebut.
- Risiko cuaca : cuaca yang tidak menguntungkan sehingga mengacaukan
panen, dan kemudian menurunkan volume pertanian yang dikirimkan oleh
perusahaan (penjualan menurun)
- Risiko counterparty : pemasok atau konsumen tidak memenuhi kontraknya
- Risiko lingkungan : yaitu risiko perusahaan menghadapi tuntutan hukum
karena perusahaan dituduh merusak lingkungan.
- Risiko persediaan : persediaan rusak karena membusuk
- Risiko kredit : yaitu counterparty gagal bayar kepada perusahaan
Setelah dilakukan diskusi UGG menganggap risiko komoditas adalah yang
paling penting.
Manajemen risiko yang dilakukan UGG adalah :
a. Menahan risiko tersebut (Retention)
UGG memutuskan untuk menanggung sendiri risiko tersebut dan tidak
mengurangi eksposurnya. Karena jika UGG tidak mengendalikan risikonya,
kinerja keuangan UGG akan sangat berfluktuasi. Yang berakibat pada
naiknya tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor akibat premi
risiko yang tinggi.
b. Menggunakan derivative cuaca
Pada akhir tahun 1990, derivative cuaca merupakan instrument yang masih
baru. Kontrak tresebut dijual di pasar OTC (Over The Counter). Kontrak bisa
17
dibuat dengan menggunakan beberapa variable sedemikian rupa sehingga
bisa memenuhi kebutuhan pembelinya. Variable tersebut bisa jadi
temperature, curah hujan, indeks panas, dan lainnya.
Dengan menggunakan variable – variable tersebut, bisa dibuat sedemikian
rupa sehingga struktur pay-off menyerupai opsi put, opsi call, swap atau
kombinasi derivative tersebut.
Namun, derivative cuaca mempunyai risiko jika indeks cuaca tersebut
mengalami penurunan. Maka penurunan indeks cuaca tersebut bisa dihedge
dengan membeli long opsi put (guna mengompensasi kerugian jika indeks
cuaca menurun).
Hedging dengan derivative cuaca seperti itu, tidak semudah yang
dibayangkan, karena instrument tersebut tidak banyak diperdagangkan.
Disamping itu, UGG harus mengkonversi indeks cuaca dan kontrak
derivative sedemikian rupa sehingga hedging yang efektif bis dilakukan.
c. Membeli asuransi
Membeli asuransi untuk risiko cuaca, dengan trigger pengiriman industry.
Jadi, jika risiko sedang jelek/ pengiriman biji pertanian berkurang,
perusahaan akan mengalami kerugian. Maka dari itu perusahaan membeli
asuransi cuaca dengan trigger pengiriman industry (bukan pengiriman yang
dilakukan oleh UGG). Karena, jika triggernya adalah UGG kemungkinan
akan timbul moral hazard guna mendapatkan klaim asuransi.
Jika triggernya adalah pengiriman industry, UGG tidak dapat
mempermainkan pengiriman industry. Nantinya, Pengiriman industry juga
akan berkorelasi erat dengan pengiriman UGG (panen membaik maka
pengiriman industry besar, sebaliknya panen memburuk pengiriman industry
kecil)
d. Pendanaan risiko yang terintegrasi
Wilis Risko Solution berpikir bahwa eksposur – eksposur tersebut bisa
digabungkan kedalam satu portofolio, kemudian asuransi dibeli berdasarkan
gabungan eksposur tersebut. Dengan penggabungan semacam itu, kerugian
pada satu eksposur bisa dikompensasi dengan keuntungan dari eksposur
18
lainnya dan dapat mengurangi biaya asuransi (jika dibandingkan dengan
membayar asuransi yang berbeda untuk masing - masing eksposur).
Analisis kuantitatif menunjukkan bahwa lima eksposur dari enam eksposur
sudah dikelola dengan cukup baik melalui teknik pengendalian internal.
Sedangkan risiko atau ekposur cuaca belum bisa dikelola (dikarenakan cuaca
adalah factor eksternal). Karena korelasi yang rendah antara risiko tersebut,
maka Wilis menganjurkan untuk mengasuransikan berdasarkan eksposur
gabungan tersebut.
Pada bulan Desember UGG menerapkan program pendanaan risiko
terintegrasi dengan Swiss Re yang menggabungkan eksposur property and
casualty (harta benda dan kecelakaan) dengan risiko volume biji pertanian
(risiko cuaca).
e. Membangun infrastuktur manajemen risiko
Sebagai asil akhir dari manajemen risiko UGG, infrastuktur manajemen
risikoUGG semakin baik. Infrastuktur tersebut mencakup komite manajemen
risiko, alat dan software manajemen risiko, dan metode manajemen risiko
yang semakin baik.
Salah satu tujuan dari program manajemen risiko UGG adalah menurunkan
biaya modal UGG. Penurunan biaya modal tersebut diperoleh dari perubahan
struktur modal UGG, yakni peningkatan penggunaan hutang yang
mempunyai biaya modal lebih rendah. Penggunaan hutang lebih banyak
tersebut dimungkinkan (di acc) jika aliran kas perusahaan lebih stabil
(dikarenakan risiko menjadi lebih kecil).
Berikut contoh perubahan struktur modal UGG pada jumlah modal $573,4
juta.
19
Sebelum program Sesudah program
manajemen risiko manajemen risiko
C$juta (%) C$juta C$juta (%) C$juta
Hutang jangka pendek 138,3 2,8% 3,9 144,2 2,8% 4,1
Hutang jangka panjang 150,3 4,5 6,7 156,7 4,5 7,0
Total hutang 288,5 3,7 10,6 300,9 3,7 11,1
Pajak ditunda 51,6 51,6
Modal saham :
Saham Preferen 22,1 5,0 1,1 22,1 5,0 1,1
Saham Biasa 211,1 13,0 27,4 198,7 13,0 25,8
Total Investasi 573,4 6,8% 39,2 573,4 6,6 38,0
Utang 50% 52,5%
Penurunan biaya modal 0,2% 1,2
20
Catatan statistik kerugian dan laporan kerugian perusahaan
Jika perusahaan mempunyai database yang baik, perusahaan bisa
mencatat kerugian – kerugian yang dialami oleh perusahaan.
Perusahaan bisa menetapkan standar ke normal-an yang tertentu untuk
setiap kejadian. Jika suatu kejadian muncul dengan catatan tidak
normal, maka manajer risiko bisa memeriksa lebih lanjut
penyebabnya.
Survey atau wawancara terhadap manajer
21
4. Memasukkan risiko dalam seluruh proses pengambilan keputusan
perusahaan
Seperti halnya telah dijelaskan dalam “karakteristik manajemen risiko
yang baik”, risiko harus diperhitungkan di setiap keputusan bisnis dan
keputusan perusahaan. Dengan cara menentukan mekanisme yang tepat,
penetapan batas dan penentuan sistem insentif yang tepat.
5. Memonitor dan mengelola risiko yang ditanggung perusahaan.
Selalu memonitor risiko yang telah dikelola oleh perusahaan, agar
dapat mengevaluasi apakah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan
sudah sesuai dengan rencana. dan mengawasi keputusan harian perusahaan
konsisten dengan profil risikonya. Perusahaan memusatkan tanggung
jawab untuk memonitor risiko perusahaan kepada Chief Officer yang
bertanggung jawab secara langsung kepada CEO serta secara berkala
menyampaikannya kepada komisaris dan direksi lainnya.
22
Tipe Risiko Tipe Asuransi Yang Digunakan
23
usahanya yang sangat luas. Usaha asuransi kerugian dapat dibagi
sebagai berikut :
o Asuransi kebakaran adalah asuransi yang diakibatkan karena
kejadian yang tidak disengaja, misalnya : petir, ledakan, dan
kejatuhan pesawat.
o Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan (marine
insurance) penanggung atau perusahaan asuransi akan menjamin
kerugian yang dialami tertanggung akibat terjadinya kehilangan
atau kerusakan pada saat pelayaran.
o Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat
digolongkan ke dalam asuransi kebakaran dan asuransi
pengangkutan. Jenisnya antara lain : asuransi kendaraan bermotor,
asuransi kecelakaan diri, pencurian uang dalam pengangkutan dan
penyimpanan, kecurangan dan sebagainya.
b. Asuransi jiwa (life insurance)
Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan
asuransi dalam penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan jiwa atau
meninggalnya seorang yang dipertanggungkan. Asuransi jiwa
memberikan :
Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan
Santunan bagi tertanggung yang meninggal
Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh
meninggalnya orang kunci
Penghimpun dana untuk persiapan pensiun
24
Asuransi jiwa kelompok (group life insurance). Asuransi jiwa yang
biasanya dikeluarkan tanpa ada pemeriksaan medis atas suatu
kelompok orang dibawah satu polis induk di mana masing - masing
anggota kelompok menerima sertifikat partisipasi.
Asuransi Jiwa industrial (industrial life insurance). Dalam jenis
asuransi ini dibuat dengan jumlah nominal tertentu. Premi umumnya
dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah pemilik polis kepada
agen yang isebut debit agent.
3. Reasuransi (reinsurance)
Pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan dari
asuransi. Reasuransi sebagai sistem penyebaran risiko dimana
penaggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan
yang dututupnya kepada penaggung yang lain. Pihak tertanggung
disebut ceding company, dan penanggung adalah reasuradur. Dalam
menjalankan usaha, ada kemungkinana perusahaan asuransi
menanggung risiko yang lebih besar dari kemampuan financialnya.
Untuk mengatasi penyebaran risiko, dilakukan dengan dua mekanisme,
yaitu : koasuransi dan reasuransi. Koasuransiadalah pertangunggan
yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi.
Sedangkan Reasuransi adalah proses untuk mengasuransikan kembali
pertanggung jawaban pada pihak tertanggung.
25
Misalnya, jika perusahaan harus membeli 10.000 barel minyak mentah
satu bulan mendatang tetapi sangat khawatir harga minyak mentah
akan naik dalam 30 hari kedepan. Maka perusahaan dapat membuat
kontrak forward untuk membeli minyak yang akan dikirimkan 1 bulan
kedepan dengan tingkat harga yang ditentukan saat ini.
Umumnya forward contract adalah negosiasi antara
perusahaan yang mengelola risiko dengan financial intermediary
seperti Investment Bank.
Kelebihan kontrak forward adalah dapat disusun sesuai dengan
kebutuhan pihak pihak yang terlibat. Sedangkan kekurangannya
adalah :
credit risk eksposure
yaitu salah satu pihak tidak dapat melaksanakan kewajibannya
berbagi informasi stratejik
nilai pasar kontrak negosiasi tidak mudah ditentukan
26
sebelumnya telah disetujui dan mengambil barang tersebut. Kontrak
forward dapat di beli dan di jual. Pembeli dari kontrak forward memiliki
kewajiban untuk memiliki kewajiban untuk menerima pengiriman tersebut
dan membayar untuk barang tersebut, penjual dari kontrak forward
memiliki kewajiban untuk melakukan pengiriman dan menerima
pembayaran. Pembeli dari kontrak forward mendapatkan manfaat jika
harga meningkat karena pembeli akan memiliki harga terkunci yang lebih
rendah. Hal yang sama, penjual akan menang jika harga turun karena
harga jual yang lebih tinggi telah dikunci.
27
yang ditetapkan di dalam kontrak tersebut. Futures pertama kali
dimulai di Internasional Money Market (IMM) of the Chicago
Mercantile Exchange, USA pada tahun 1972. Dan kemudian menyebar
ke Eropa dan akhir-akhir ini ke Negara-negara lain diseluruh dunia.
Sejak itu kemudian banyak dibuka pasar-pasar yang lain, termasuk
bursa komoditi COMEX di New York, the Chicago Board of Trade,
dan the London International Financial Futures Exchange (LIFFE).
Munculnya futures karena pembeli pada umumnya memiliki
preferensi yang berbeda atas spesifikasi kualitas, jumlah dan tempat
penyerahan asset dasarnya, juga sebagai mengantisipasiketidakpastian
yang akan datang. Spesifikasi kuantitas dan kualitas underlying assets,
initial price, dan besarnya margin bagi kedua belah pihak tetap
ditentukan oleh exchange’s clearing house atau bursa khusus
memperdagangkan futures secara terorganisasi.
Harga atas underlying assets dibedakan menjadi initial futures price
(harga awal) dan terminal future price (harga pada saar kontrak futures
di exercise) apabila terminal futures price lebih rendah daripada initial
futures ketika dilaksanakan exercise, maka penjual akan mendapat
profit. Sebaliknya, jika pada saat dilaksanakan exercise, terminal
future price-nya dari underlying assets lebih tinggi dari pada initial
futures pricenya, maka penjual yang akan memperoleh keuntungan.
Kondisi ini menunjukan bahwa kedua belah pihak di dalam kontrak
futures ini memiliki symetric exposure, mengingat adanya potential
loss dan profit function yang seimbang antara penjual dan pembeli.
Kontrak futures bukan dimaksudkan untuk memiliki underlying
assets secara fisik, melainkan lebih merupakan financial instrument
yang digunakan untuk meminimalisasi ekspektasi risiko dalam upaya
mencapai profit tertentu. Berdasarkan pada pertimbangan tersebut,
sehingga kontrak futures pada umumnya tidak dipertahankan hingga
expiration date, melainkan diselesaikan dengan cara closing out the
position atau di reserve sebelum berakhirnya masa kontrak. Reverse
28
dilakukan dengan mengambil posisi berlawanan atas kontrak yang
sama, yaitu sebagai penjual kontrak futures pada tingkat harga yang
lebih tinggi.
Misalkan, Jika anda ingin membeli kontrak futures pada tanggal 1
Januari 2000 atas komoditas tomat di Perancis sebanyak 20.000 kg
dengan initial futures price sebesar $ 0.5 per kg. apabila tingkat harga
yang berlaku atas underlying assets-nya pada tanggal 1 Juli adalah $
0.7 per kg, maka anda dapat me reserve posisinya pada saat itu dengan
menjual kontrak futures yang sama. Untuk itu ia akan memperoleh
profit sebesar 20.000 x $0.2 = $4.000.
29
Sebaliknya, jika harga aset naik diatas harga patokan, pemegang put
options akan rugi sebesar premi dari opsi.
30
Membeli opsi call bisa dianggap seperti membeli harga aset
dengan harga eksekusi tertentu. Selisih antara kedua harga
tersebut merupakan ‘tabungan’. Semakin besar tingkat bunga,
semakin besar bunga tabungan, sehingga semakin tinggi tingkat
bunga, akan semakin tinggi premi opsi call. Sebaliknya, opsi put
bisa dianggap sebagai menunda penjualan saham. Jika tingkat
bunga meningkat, maka investor kehilangan kesempatan untuk
memperoleh pendapatan bunga yang lebih tinggi. Karena itu
semakin tinggi tingkat bunga, semakin rendah nilai opsi put.
Secara ringkas , apabila faktor (2), (3), (4), dan (5) meningkat
maka niai opsi call akan meningkat, sedangkan apabila faktor (1)
meningkat nilai opsi call akan menurun.
31
Contoh perhitungan :
Maka :
32
Jangka Waktu
Di Indonesia, pada suatu bank swasta transaksi swap dapat dilakukan
untuk jangka waktu 1 minggu sampai dengan 1 tahun.
Tujuan transaksi swap untuk memenuhi kebutuhan akan mata uang
lokal sekaligus pembayaran hutang dalam mata uang asing bagi anda yang
menerima pinjaman dalam mata uang asing dengan melakukan transaksi
swap Sell/buy, yaitu misal menjual USD lawan Rupiah pada valuta spot
(pada saat menerima pinjaman dalam mata uang asing / USD) dan
membeli kembali USD lawan Rupiah pada valuta di masa yang akan
datang (pada saat pelunasan pinjaman dalam mata uang asing/USD).
33
BAB III
KASUS
Baker Adhesive dan Novo telah membuat kesepakatan harga perekat khusus
tersebut seharga 90,15 real Brazil per galon.
34
Kurs bisa berubah setiap waktu, dalam kasus ini Baker Adhesive
menghadapi risiko kerugian kurs. Kerugian selisih kurs dapat diminimalkan
dengan berbagai cara, diantaranya :
Dalam kasus Baker Adhesive, Berikut akan dipaparkan analisa cost benefit
mengenai hedging dengan money market dan hedging dengan forward.
Pada tanggal 1 Februari Novo memesan 1,210 galon perekat khusus seharga 90,15
real brazil. Kurs US dollar terhadap real brazil (USD/BRL) pada saat itu adalah
0,45.
Ketika pembayaran tiba, tepatnya pada tanggal 1 Juni 2016 Novo membayar
dalam real brazil. Saat itu kurs USD/BRL adalah 0,4368. Sehingga terdapat
kerugian sebesar USD 1.439,88.
35
Perhitungan pendapatan Perhitungan pendapatan
berdasarkan kurs USD/BRL berdasarkan kurs USD/BRL
tanggal 1 Februari 2006 tanggal 1 Juni 2006
Gallons (BRL) 1.210 Gallons (BRL) 1.210
Price 90,15 Price 90,15
(BRL/gallon) 109.081,5 (BRL/gallon) 109.081,5
Total 0,45 Total 0,4368
Exchange rate Exchange rate
(USD/BRL) 49.086,68 (USD/BRL) 47.648,8
Total USD Total USD
Selisih = 1.439,88 USD
Pada tanggal 5 September 2006 Novo kembali memesan 1,815 galon perekat khusus
seharga 90,15 real brazil. Pembayaran dilakukan pada tanggal 5 September 2006.
- Kurs USD/BRL tanggal 5 Juni 2006 = 0,4368
- Kurs USD/BRL tanggal 5 September 2006 = 0,4234
Setelah bernegosiasi dengan Bank Lokal terkait forward, Baker Adhesive mendapat
penawaran kurs USD/BRL sebesar 0,4227. Bunga efektif pertahun pinjaman pada bank
lokal tersebut adalah 8,52% (ini akan menjadi perhitungan time value, guna
mengonversikan uang yang akan diterima sebesar present valuenya). Sehingga bunga
췀త̡
efektif perbulan = (1+
e 㪈 췀 త̡
Sedangkan terkait Money Market, Baker Adhesive mendapat bunga 26% per tahun dari
pinjaman jangka pendek di Brazil. Bunga ini besar dikarenakan pada saat itu sedang
terjadi tingkat inflasi yang tinggi dinegara tersebut. Bunga per bulan = 26%/12*3 = 6.5%
Tanpa Hedging
36
Gallons (BRL) 1.815
Price 90,15
(BRL/gallon) 163.622
Total 0,4234
Exchange rate
(USD/BRL) 69.277,55
Total USD 2,15%
Interest rate =
.855췀తత
츐త췀త త
PV
츐8̡큄췀魨魨
37
Jadi kesimpulan dari analisis cost benefit yang didapat dari hasil perhitungan
hedging diatas adalah, memang hedging dirasa kurang menguntungkan jika
dilihat dari kurs pada tanggal 5 september 2006. Mungkin saja pada perhitungan
real saat itu pendapatan tanpa hedging adalah yang lebih mengutungkan,
namun kurs berubah seiring waktu tidak dapat diprediksi. Hedging dengan
forward dan money market adalah salah satu untuk mendapatkan kepastian
penerimaan di masa depan.
Akan lebih baik lagi jika sebelum menentukan pilihan pada alternatif yang
tersedia adalah mengamati pergerakan kurs pertukaran terlebih dahulu, juga
melihat kondisi politik dan ekonomi baik pada negara yang melakukan transaksi
dan negara lawan transaksi.
38
BAB IV
KESIMPULAN
39
DAFTAR PUSTAKA
40
MAKALAH
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA
BAPPEDA KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
Disusun Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan kesempatan, rahmat, hidayah, dan anugrah-Nya, sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Penerapan Manajemen Risiko
pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir“.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Dengan segala kerendahan
hati, peneliti mengucapkan terima kasih khususnya kepada Semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dorongan baik moril maupun materil selama ini.
Penulis menyadari, dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
perbaikan di masa depan. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan mereka dan Makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca dan juga penulis lainnya.
Ima Mardiana
REFERENSI
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-risiko.html, Pengertian
Risiko, Jeni, Sumber, karakteristik, dan Contoh
http://www.m.batamtoday.com/berita134484-Penerapan-Manajemen-Resiko-
dalam-Organisasi-Pemerintahan.html
https://simba-corp.blogspot.com/2018/11/makalah-manajemen-resiko-
pembiayaan.html, Kumpulan Makalah Manajemen Risiko
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis membuat makalah yang
berjudul Penerapan Manajemen Resiko pada Badan perencanaan
pembangunan Daerah kabupaten Ogan Komering Ilir.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Irham Fahmi (2010:2), Manajemen Risiko adalah suatu
bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi
menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada
dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komperhensif
dan sistematis.
Menurut Djohanputro (2008,43), Manajemen Risiko merupakan
proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur,
memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko, memonitor dan
mengendalikan penanganan risiko.
Berdasarkan pengertian para ahli tersebut diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa manajemen risiko merupakan sistem atau mekanisme
yang digunakan untuk mengelola risiko yang dihadapi, mengidentifikasi,
mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko,
memonitor dan mengendalikan risiko tersebut agar tidak merugikan.
4
3. Risiko Dinamis
Risiko dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu. Sebagai contoh,
perubahan kondisi masyarakat, perubahan teknologi, memunculkan
jenis-jenis risiko baru. Misal, jika masyarakat semakin kritis, sadar akan
haknya, maka risiko hukum (legal risk) yang muncul karena masyarakat
lebih berani megajukan gugatan hukum (sue) terhadap perusahaan, akan
semakin besar.
4. Risiko Statis
Risiko statis muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Sebagai
contoh, risiko terkena petir merupakan risiko yang muncul dari kondisi
alam yang tertentu. Karakteristik risiko ini praktis tidak berubah dari
waktu ke waktu.
5. Risiko Obyektif
Risiko obyektif adalah risiko yang didasarkan pada observasi parameter
yang obyektif. Sebagai contoh, fluktuasi harga atau tingkat keuntungan
investasi di pasar modal bisa diukur melalui standar deviasi, misal
standar deviasi return saham adalah 25% pertahun.
6. Risiko Subyektif
Risiko subyektif berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap risiko.
Dengan kata lain, kondisi mental seseorang akan menentukan
kesimpulan tinggi rendahnya risiko tertentu. Sebagai contoh, untuk
standar deviasi return pasar yang sama sebesar 25%, dua orang dengan
kepribadian berbeda akan mempunyai cara pandang yang berbeda.
2.3 Jenis Risiko yang ada pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Ogan Komering Ilir
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering
Ilir merupakan salah satu Organisasi Perangkat Daerah yang ada di
Kabupaten Ogan Komering Ilir. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Ogan Komering Ilir mempunyai tugas pokok dan fungsi
5
membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan tugas penunjang urusan
perencanaan pembangunan daerah.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering
Ilir melakukan rencana aktivitas Penyusunan Rencana Pembangunan dengan
Skala Prioritas dari setiap Perangkat Daerah (OPD) di Kabupaten Ogan
Komering Ilir. Hal-hal yang harus ditanyakan terkait dengan rencana
aktivitas tersebut yaitu :
- Aspek Strategi : Apakah Penyusunan Rencana Pembangunan tersebut
sudah berdasarkan Skala Prioritas atau tidak?
- Aspek Operasional : Bagaimana Proses Pelaksanaan dari Penyusunan
Rencana Pembangunan tersebut?
- Aspek Risiko : Risiko apa saja yang bisa muncul apabila Penyusunan
Rencana Pembangunan tidak sesuai?
6
Risiko kesehatan yang terjadi dalam beraktivitas pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir
adalah lebih sering berada didalam ruangan yang ber Ac dan lebih
banyak menggunakan Laptop dan HP, tentunya resiko kesehatan
sudah pasti adanya seperti lebih banyak duduk diruangan sehingga
menyebabkan tubuh kurang olahraga sehingga memicu penyakit
mati sendi dan turunnya system imun ditubuh serta adanya dampak
radiasi dari laptop dan HP juga akan menimbulkan penyakit seperti
Mata Rabun dan kanker.
• Risiko Kecelakaan Mobil
Kendaraan (mobil dan lainnya) mulai popular awal abad 20.
Kendaraan tersebut menyediakan jasa transportasi yang sangat
memudahkan kehidupan. Tetapi kehadiran kendaraan tersebut juga
menghadirkan sisi negatif, antara lain adalah risiko kecelakaan yang
ditimbulkan. Dalam perjalanan untuk beraktivitas Pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir,
tentunya ada risiko kecelakaan kendaraan yaitu kecelakaan dijalan
raya. Akan tetapi kebanyakan kecelakaan kendaraan sebenarnya
bisa dihindari, jika orang lebih berhati-hati.
• Risiko Kecelakaan Kerja
Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ilir, risiko kecelakaan kerja bisa terjadi karena dalam
aktivitas tentunya ada kegiatan kegiatan seperti melakukan
perjalanan dinas dalam dan luar daerah misalkan ke Palembang atau
bisa juga keluar provinsi dan untuk terjadinya kecelakaan kerja
kemungkinan ada.
7
3. Risiko Operasional
Basel II (lembaga yang mengatur perbankan internasional)
mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko yang timbul karena
kegagalan dari proses internal, manusia, sistem, atau dari kejadian
eksternal.
Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ilir, resiko operasional yang terjadi yaitu dalam mengelola
manusia (SDM) disebabkan karena sering terjadi mutasi/pelantikan
pegawai yang mempunyai kualitas, integritas, pengalaman kerja yang
baik, yang sudah melaksanakan tugas dan fungsinya, dan pegawai
tersebut benar-benar dibutuhkan sehingga menyebabkan kekurangan
pegawai.
4. Risiko Teknologi
Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ilir, risiko teknologi dapat terjadi karena dalam pelaksanaan
kegiatan menggunakan sistem berbasis teknologi, misalnya dalam
keuangan dan perencanaan menggunakan jaringan aplikasi SIMDA
(Sistem Informasi Manajemen Daerah). Teknologi yang digunakan ini
tentu sangat membantu kegiatan tersebut, oleh karena itu apabila terjadi
error system atau jaringan, maka akan menghambat kegiatan dan
kegiatan tidak dapat berjalan.
5. Risiko Politik
Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan
Komering Ilir, karena adanya kepentingan pihak tertentu, yaitu dapat
terjadi pada Perubahan peraturan, dimana pada Pemerintahan
bergantinya pimpinan berarti berganti kebijakan dan peraturan. Hal ini
terkadang membuat gejolak dalam organisasi, karena tidak sejalan
dengan kebijakan sebelumnya, atau kepentingan beberapa pihak.
8
2.4 Tehnik-tehnik Manajemen Risiko
Alternatif pengelolaan risiko :
1. Penghindaran Risiko (Risk Avoidance)
Jika memungkinkan, risiko yang tidak perlu, risiko yang bisa
dihilangkan tanpa ada pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa
dihindari. Dalam kebanyakan situasi, risiko tidak bisa dihindari.
2. Pengendalian Risiko (Risk Control)
Disamping itu, penggunaan alternatif-alternatif tersebut perlu
dilengkapi dengan pengendalian risiko. Pengendalian risiko berkaitan
dengan alternatif-alternatif risiko seperti terlihat berikut ini. Untuk
alternatif menahan risiko, maka pengendalian risiko menjadi penting
dilakukan. Pengendalian risiko yang baik bisa memperkecil risiko,
sehingga alternatif menahan risiko menjadi lebih layak. Untuk alternatif
mentransfer risiko, pengendalian risiko bisa menurunkan harga yang
dibayar untuk mentransfer risiko tersebut.
Dari alternatif pengelolaan risiko tersebut diatas adalah merupakan
tehnik-tehnik manajemen risiko yang digunakan Pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir.
Dimana pengendalian risiko digunakan untuk mengendalikan/
mengontrol dalam melakukan evaluasi dan analisis dari setiap berbagai
macam kegiatan misalkan penyusunan RENSTRA, RENJA dan lainnya.
Selain itu juga digunakan untuk mengendalikan/mengontrol setiap
Barang/Aset di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah supaya untuk
menghindari tidak terjadi kerusakan ataupun kehilangan. Sedangkan
penghindaran risiko digunakan untuk menghindari temuan-temuan dari
setiap pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa BPK.
9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari pernyataan di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu
sebagai berikut :
a. Risiko berhubungan dengan suatu keadaan yang tidak pasti dan terdapat
unsur bahaya. Kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan
seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi. Resiko
dikaitkan dengan kemungkinan kejadian, atau keadaan yang dapat
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
b. Sedangkan manajemen risiko merupakan sistem atau mekanisme yang
digunakan untuk mengelola risiko yang dihadapi, mengidentifikasi,
mengukur, memetakan, mengembangkan alternatif penanganan risiko,
memonitor dan mengendalikan risiko tersebut agar tidak merugikan.
c. Dengan Penerapan Manajemen Risiko pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir ini, maka dapat
diketahui risiko-risiko apa yang terjadi didalam beraktivitas pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir.
3.2 Saran
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisan maupun dari materi yang
disampaikan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dari
rekan-rekan serta dosen pengampuh mata kuliah ini, yang sifatnya
membangun demi perbaikan makalah ini kedepannya.
1
Makalah Ujian Akhir Semester Manajemen Resiko
Disusun Oleh:
Iswahyudi
182510100
Program Pascasarjana
2020
KATA PENGANTAR
1. Ibu Dr. Fitriasuri, S.E., M.M., Ak. selaku dosen Manajemen Resiko
Iswahyudi
ii
DAFTAR ISI
Hal
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2. SASARAN MANAJEMEN RESIKO
Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi resiko yang berbeda-
beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh
masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan,
teknologi, manusia, organisasi, dan politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen resiko
melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya entitas manajemen resiko
(manusia, staff, organisasi).
H. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka disusunlah urutan
prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko tertinggi, sampai dengan resiko
terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam resiko yang dapat diterima/ditoleransi
merupakan resiko yang menjadi prioritas untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya
tingkat resiko dan prioritas resiko, maka perlu disusun peta resiko.
I. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana tindakan untuk
meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan personel yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan rencana tindakan. Cara menangani resiko berupa memindahkan
resiko melalui asuransi dan kontrak kerja kepada pihak ketiga, mengurangi tingkat
kemungkinan terjadinya resiko dengan cara menambah/meningkatkan kecukupan
pengendalian internal yang ada pada proses bisnis perusahaan, dan mengeksploitasi resiko
bila tingkat resiko dinilai lebih rendah dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa
yang akan terjadi. Pemilihan cara menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan
biaya dan manfaat, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan rencana tindakan lebih
rendah daripada manfaat yang diperoleh dari pengurangan dampak kerugian resiko.
Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan ditangani dimasukkan ke dalam
register resiko yang memuat informasi mengenai nama resiko, uraian mengenai indikator
resiko, faktor pencetus terjadinya peristiwa yang merugikan, dampak kerugian bila resiko
terjadi, pengendalian resiko yang ada, ukuran tingkat kemungkinan/dampak terjadinya
resiko setelah mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana tindakan untuk
6
meminimalisir tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta personil yang
bertanggung jawab melakukannya.
J. Memantau Resiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan resiko baru bagi
perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, dan cara penanganan
resikonya. Sehingga setiap resiko yang teridentifikasi masuk dalam register resiko dan peta
resiko perlu dipantau perubahannya.
K. Mengkomunikasikan Resiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan resiko
dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas bisnis
yang dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa tujuan manajemen resiko dapat
tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang berkepentingan. Pihak yang berkepentingan
berasal dari internal perusahaan (manajemen, karyawan) dan eksternal perusahaan
(pemasok, pemerintah daerah/pusat, masyarakat sekitar lingkungan perusahaan, dan
konsumen air bersih).
L. CARA PENGENDALIAN RESIKO
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi resiko ataupun
mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya
1. Melakukan tata kelola resiko secara terpadu dengan pengimplementasian tanggung jawab
dan keseuaian kompetensi masing-masing pihak yang terkait. Misalnya seperti Dewan
Komisaris, Direksi, Risk & Capital Committee (RCC), unit risk management dan unit
business yang telah berinteraksi dan bersinerji secara optimal.
2. Bank Mandiri menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko, dan digunakan
sebagai laporan. Dengan demikian, dapat memusatkan perhatiannya pada jenis-jenis resiko
yang memiliki tendensi memburuk atau melebihi kebijakan toleransi pada resiko tertentu.
3. mempersiapkan tenaga profesionalnya di bidang resiko. Sekaligus melakukan persiapan
untuk mengimplementasikan Basel II Accord yang menjadi penanggung jawab dari seluruh
inisiatif strategis terkait kepatuhan pegawai.
4. menetapkan kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Misalnya dengan pemeliharaan
cadangan likuiditas yang optimal, pengukuran dan penetapan limit resiko likuiditas,
merancang analisis scenario dan contingency plan, penetapan strategi pendanaan dan
mempertahankan kapasitas dana yang cukup di pasar .
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Setiap perusahaan memiliki resiko yang berbeda-beda dan berbeda pula cara
pendekatannya.
2. PT.GMI layak menerapkan manajemen resiko agar mampu tetap bertahan dan
bersaing dengan perusahan sejenisnya.
8
DAFTAR PUSTAKA
9
RISIKO DALAM AKTIFITAS KERJA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Manajemen Risiko
Disusun oleh
Puji syukur kehadira Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat, karunia,
dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Risiko Dalam
Aktifitas Kerja” ini sebagai tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Manajemen
Risiko. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dr. Fitriasuri, S.E., Ak., M.M.
selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Risiko. Semoga Allah selalu
melimpahkan pahala atas amal jariyah Ibu yang telah mengajarkan kepada ilmu
tentang Manajemen Risiko.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan dan kelemahannya, baik dari sisi penyusunan, bahasan, tampilan,
maupun penulisannya. Oleh karena itu kritikan dan saran dari Ibu sangat kami
harapkan sebagai bekal kami untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi kami dalam rangka
mengembangkan wawasan, peningkatan ilmu, dan dapat memberikan nilai yang
terbaik pada Ujian Akhir Semester mata Kuliah Manajemen Risiko.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini, manusia selalu dihadapkan pada risiko. Kita tidak
tahu apa yang akan terjadi esok hari, sebulan, atau setahun kedepan. Kita selalu
dihadapkan pada ketidakpastian hidup. Yang pasti hanyalah kematian, setiap
mahluk akan mengalami kematian, tetapi itupun kita tidak tahu kapan dan karena
apa kita mati. Kita telah merencanakan sesuatu dengan cukup matang, bisa saja
gagal atau hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
Hampir setiap hari kita sering mendengar kata risiko. Dan kata tersebut
cenderung tentang hal hal yang berkesan negatif. Misalnya kawan kita mengatakan
itulah kalau berdagang, risikonya mengalami kerugian. Atau itulah kalau
berkendara dengan cepat, risikonya mengalami kecelakaan. Jadi cenderung kepada
suatu kejadian yang tidak kita harapkan.
Sebagian besar dari kita selalu ingin berusaha menghindar dari risiko. Kita
berharap selalu berada pada zona nyaman dan tidak ingin menanggung risiko.
Namun semua tahapan kehidupan kita mengandung risiko. Kemanapun kita lari
atau mengelak dari risiko, maka disitu pula kita akan menemukan risiko lainnya.
Risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita.
Begitu juga dalam aktivitas sehari-hari kita dalam menjalankan tugas atau
bekerja di perusahaan atau instansi baik swasta maupun pemerintah, maka akan
selalu ada risiko atau bahaya seperti kecelakaan kerja atau timbulnya penyakit
akibat dari kita menjalankan aktivitas pekerjaan kita, seperti terkena radiasi atau
kondisi lingkungan tempat bekerja yang kurang baik untuk kesehatan. Secara garis
besar, kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu unsafe action dan unsafe
condition.
Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan, tahun 2018 terjadi kecelakaan
kerja sebanyak 114.148 kasus, dan tahun 2019 terdapat 77.295 kasus. Hal ini
menunjukkan terjadi penurunan kecelakaan yang terjadi di tempat kerja sebesar
33,05%. Kecelakaan kerja tidak hanya menyebabkan kematian dan kerugian materi
1
serta pencemaran lingkungan. Namun kecelakaan kerja dapat mempengaruhi
produktivitas dan kesejahteraan masyarakat. Kecelakaan kerja juga mempengaruhi
indeks pembangunan manusia dan indeks ketenagakerjaan.
Menurut Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto
(28/8/2019), 57 persen dari kasus kecelakaan kerja sepanjang tahun 2018 terjadi di
luar tempat kerja. Sedangkan kecelakaan kerja yang terjadi di lokasi kerja sebesar
24 persen. Penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas saat berkendara terkait
pekerjaan, atau saat menuju dan dari tempat bekerja.
Menurut para ahli, penyebab terbesar dari kecelakaan kerja adalah faktor
manusia (human error), hampir 88 persen kasus kecelakaan terjadi akibat kesalahan
manusia (melakukan tindakan yang tidak aman), 10 persen diakibatkan oleh kondisi
tidak aman dari lingkungan kerja, sisanya 2 persen disebabkan oleh hal-hal di luar
kemampuan kontrol manusia. Kecelakaan kerja juga sering terjadi akibat
banyaknya pekerja yang malas menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti
sepatu kerja, pakaian kerja, masker, kacamata, helm, sarung tangan, dan
perlengakapan lainnya).
Selain itu, kesalahan dalam prosedur kerja atau mengabaikan SOP dan juga
posisi kerja dapat juga menyebabkan kecelakaan kerja. Contoh kesalahan posisi
kerja ini antara lain posisi duduk yang kurang benar, atau posisi mengangkat barang
yang berat dapat menyebabkan cidera otot pinggang atau punggung, yang bisa
mengakibatkan kelumpuhan, impotensi, dan lain sebagainya.
2
BAB II
KONSEP RISIKO
Sebenarnya apa definisi dari risiko itu sendiri, pengertian risiko adalah suatu
keadaan yang tidak pasti dan terdapat unsur bahaya, akibat atau konsekuensi yang
bisa terjadi akibat proses yang sedang berlangsung maupun kejadian yang akan
datang. Sebenarnya secara ilmiah konsep resiko masih beragam, berikut pendapat
beberapa ahli : Prof. Dr. Ir. Sumarmo, M.S. mengatakan bahwa risiko sebagai suatu
kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak
menguntungkan yang mungkin terjadi. Griffin mendefinisika risiko adalah
ketidakpastian tentang peristiwa masa depan atas hasil yang diinginkan atau tidak
diinginkan. Sedangkan Arthur Williams & Richard, M.H berpendapat bahwa risiko
merupakan suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu.
Dari berbagai macam pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan pengertian
dan definisi dari risiko adalah:
Kerugian yang tidak diharapkan
Penyimpangan dari yang diharapkan
Kejadian yang tidak menguntungkan
3
Berikut bagan kelompok risiko berdasarkan dimensi di atas:
RISIKO
PURE/
SPEKULATIF
MURNI
Gambar 1
4
b. Risiko spekulatif (speculatif risk), adalah risiko dimana kita mengharapkan
terjadinya kerugian dan keuntungan. Potensi kerugian dan keuntungan
dibicarakan dalam jenis risiko ini. Contoh risiko tipe ini adalah usaha bisnis.
c. Risiko dinamis dan statis, risiko statis muncul dari kondisi keseimbangan
tertentu. Contoh risiko tersambar petir merupakan risiko yang muncul dari
kondisi alam yang tertentu. Karakteristik risiko ini praktis tidak berubah dari
waktu ke waktu. Risiko dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu.
Sebagai contoh, perubahan kondisi masyarakat, perubahan teknologi,
memunculkan jenis risiko-risiko baru. Misal, jika masyarakat semakin kritis,
sadar akan haknya, maka risiko hukum (legal risk) yang muncul karena
masyarakat lebih berani mengajukan gugatan hukum.
d. Risiko objektif dan risiko subjektif, risiko objektif adalah risiko yang
didasarkan pada observasi parameter yang objektif. Contoh fluktuasi harga
atau tingkat keuntungan investasi di pasar modal bisa diukur melalui standar
deviasi, misal standar deviasi ruturn saham adalah 25% pertahun. Risiko
subjektif berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap risiko. Dengan kata
lain, kondisi mental seseorang akan menentukan kesimpulan tinggi rendahnya
risiko tertentu. Contoh untuk standar deviasi return pasar yang sama sebesar
25%, dua orang dengan kepribadian berbeda akan mempunyai cara pandang
yang berbeda. Orang yang konservatif akan menganggap risiko investasi di
pasar modal terlalu tinggi. Sementara bagi orang yang agresif, risiko investasi
di pasar modal dianggap tidak terlalu tinggi.
Dalam kehidupan ini risiko ada dimana-mana dan bisa datang kapan saja
serta sulit untuk dihindari. Jika risiko tersebut menimpa seseorang atau suatu
organsisasi, maka orang atau organisasi tersebut bisa mengalami kerugian yang
signifikan. Dalam beberapa situasi, risiko tersebut bisa membuat kehancuran
organisasi tersebut. Karena itu resiko penting untuk dikelola. Manajemen risiko
bertujuan untuk mengelola risiko, sehingga organisasi dapat bertahan, atau
barangkali dapat mengoptimalkan risiko. Perusahaan seringkali sengaja mengambil
risiko tertentu, karena melihat potensi keuntungan di balik risiko tersebut.
5
BAB III
RISIKO DALAM AKTIFITAS KERJA
Sebagai seorang aparatur sipil negara yang bekerja di instansi Badan Pusat
Statistik Kabupaten Ogan Komering Ilir, sudah menjadi kewajiban saya untuk hadir
dan pulang kantor tepat pada waktunya, bahkan diperlukan dedikasi untuk dapat
datang lebih awal dan pulang lebih akhir dari jam kerja yang telah ditentukan.
Adapun waktu masuk kantor adalah pukul 07.30 wib dan jam pulang kantor adalah
pukul 16.00 wib. Apabila datang terlambat atau pulang lebih awal, maka risikonya
adalah adanya pemotongan tunjangan kinerja.
Untuk sampai ke kantor, saya menempuh jarak kurang lebih 1 km dengan
memakan waktu sekitar 5 menit dari rumah. Perjalanan dilakukan dengan
mengendarai sepeda motor melintasi jalan raya.
Dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai staf di bagian tata usaha,
waktu lebih banyak dihabiskan dalam mengelola administrasi dengan
menggunakan laptop atau komputer. Selain itu terkadang kami mendapat tugas
untuk melakukan pengawasan lapangan kegiatan survei atau sensus. Untuk
mencapai lokasi survei/sensus, berbagai macam sarana transportasi yang
digunakan, terkadang menggunakan sepeda motor, mobil, dan speedboat. Bahkan
menggunakan dua kendaraan, setelah mengendarai motor, perjalanan dilanjutkan
dengan menumpang speedboat.
Dari uraian tentang pekerjaan di atas, ada beberapa risiko yang dihadapi
antara lain risiko kesehatan, risiko operasional, risiko kecelakaan kendaraan,
bahkan risiko kematian dini. Risiko kesehatan dapat disebabkan oleh rutinitas
bekerja dengan menggunakan laptop dengan menggunakan wifi secara yang dapat
menimbulkan radiasi. Begitu juga duduk yang terlalu lama dapat mengakibatkan
sakit pinggang.
Risiko bekerja dengan menggunakan peralatan elektronik bisa
mengakibatkan adanya bahaya setrum atau peralatan elektornik yang meledak yang
mengenai tubuh. Sedangkan risiko dari melakukan perjalanan pergi dan pulang dari
6
kantor atau melakukan perjalanan dinas ke lapangan adalah adanya kecelakaan lalu
lintas.
Dari berbagai risiko tersebut, perlu dilakukan antisipasi dan pengelolaan
risiko agar kita dapat menghindar atau meminimalisir akibat dari risiko yang terjadi.
Sehingga kita atau keluarga kita terhindar dari kerugian yang lebih besar.
Salah satu cara yang saya lakukan untuk menghindari risiko kesehatan
adalah dengan melakukan olahraga minimal satu kali dalam seminggu. Untuk
meminimalisir risiko kecelakaan lalu lintas, hal hal yang dilakukan antara lain
dengan mengutamakan keselamatan bukan kecepatan. Selain itu saat berkendaraan
juga menggunakan APD seperti helm, sarung tangan, jaket, dan sepatu. Melakukan
service rutin sepeda motor juga merupakan tindakan yang dapat meminimalisir
risiko kecelakaan.
Risiko yang paling besar yang ditanggung oleh keluarga terutama anak anak
adalah risiko kematian kepala keluarga. Kematian merupakan hal yang sudah pasti,
tetapi kita tidak tahu kapan waktunya. Seharusnya untuk menghindari kerugian
secara materi akibat dari kematian dini dari kepala keluarga adalah dengan
mengasuransikan diri, tetapi hal ini tidak saya lakukan.
7
faktor/ df untuk perhitungan value/ PV), maka eksposure kematian awal untuk
keluarga yang ditinggalkan adalah:
PV = FUTURE VALUE : (1+discount rate)tahun
PV = FUTURE VAUE x (1/ (1 + discount rate)tahun)
Dari perhitungan di atas, kerugian yang dialami keluarga saya akibat kematian
sebelum masa pensiun adalah sebesar Rp 296.163.219,51. Untuk menjaga
konsekuesi negatif dari kematian tersebut, seharusnya keluarga bisa membeli
asuransi dengan nilai pertanggungan sebesar Rp 296.163.219,51.
8
Risiko lain yang dapat terjadi dalam pekerjaan yaitu risiko sistem, antara
lain:
Adanya kerusakan data BMN, hal ini dapat berakibat pada kesalahan
laporan BMN
Sistem keamanan laporan yang bersifat online, maka dapat dirusak oleh
hacker.
Adapun risiko eksternal yang dapat dialami dalam aktifitas pekerjaan saya
adalah adanya pencurian uang yang disimpan di brankas, hal ini dapat berakibat
pada tertundanya pembayaran honor pegawai dan juga pembiayaan kegiatan
perkantoran.
9
BAB IV
PENUTUP
Kehidupan manusia selalu dihadapkan pada risiko. Kita tidak tahu apa yang
akan terjadi esok hari, sebulan, atau setahun kedepan. Kita selalu dihadapkan pada
ketidakpastian hidup, yang pasti hanyalah kematian. Kemanapun kita lari atau
mengelak dari risiko, maka disitu pula kita akan menemukan risiko lainnya. Risiko
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita.
Risiko adalah suatu keadaan yang tidak pasti dan terdapat unsur bahaya,
akibat atau konsekuensi yang bisa terjadi akibat proses yang sedang berlangsung
maupun kejadian yang akan datang. Risiko juga dapat didefinisikan :
Kerugian yang tidak diharapkan
Penyimpangan dari yang diharapkan
Kejadian yang tidak menguntungkan
Pengertian manajemen risiko menurut wikipedia bahasa Indonesia adalah
suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang
berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk penilaian
risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan
menggunakan pemberdayaan/ pengelolaan sumber daya.
Dengan selalu adanya risiko dalam kehidupan ini, jika risiko itu merupakan
risiko yang merugikan, maka hal yang perlu kita lakukan adalah mempelajari
bagaimana cara meminimalisir risiko, menghilangkan, bahkan mentransfer risiko
itu sendiri. Jika risiko yang kita ambil menguntungkan, maka yang perlu kita
pelajari adalah bagaimana untuk mempertahankan risiko keuntungan tersebut
bahkan meningkatkannya. Oleh karena itulah pentingnya kita mempelajari Ilmu
Manajemen Risiko.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
MANAJEMEN RISIKO
Oleh :
KURNIAWAN
182510094
PALEMBANG
2020
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT, karena atas
mengenai Risiko di Tempat Kerja. Tugas ini dibuat dalam rangka mengikuti
Darma Palembang dengan mata kuliah Manajemen Risiko yang diasuh oleh Ibu
dapat menyelesaikan Tugas ini walau hanya berbekal materi kuliah yang
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis yang sudah disusun ini masih jauh
dari sempurna. Kritik, saran dan masukan yang membangun akan lebih
menyempurnakan Karya Tulis ini.Terima kasih dan semoga Karya Tulis ini
bermanfaat.
KURNIAWAN
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah
biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Resiko merupakan
bagian dari kehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai macam resiko,
seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di
musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika
resiko-resiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan
berwirausaha adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif dalam
organisasi.
Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan
dari aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha atau perusahaan biasanya
berhadapan dengan resiko usaha dan resiko non usaha. Imam Ghazali dalam Kasidy,
Manajemen Resiko (2010) menyatakan bahwa, resiko usaha adalah resiko yang
berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan
memberikan nilai bagi pemegang saham. Sedangkan resiko non usaha adalah resiko
lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti
(uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut Wideman,
ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah
peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang
merugikan disebut dengan istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir,
manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun
pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen resiko
dalam bisnis pada masa kini.
1
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi
seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana
jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar, dan
walaupun mengalami kerugian sangat kecil sekali. Misalnya membeli lotere. Jika
beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar, tetapi jika tidak beruntung
uang yang digunakan membeli lotere relatif kecil. Apakah ini juga tergolong resiko?
Jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko. Selama mengalami kerugian walau
sekecil apapun hal itu dianggap resiko.
Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena
resiko mengandung biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu
perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa
tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung,
material, sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual). Namun juga
dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama
beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat lainnya adalah macetnya
pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang
akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner
bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran
dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah,
mengembangkan corporate governance, mengoptimalkan strategic management,
mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive
decision making dari manajemen puncak.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resiko adalah akibat yang
kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.
Resiko dalam Webster’s Desk Dictionary resiko didefinisikan sebagai suatu potensi
adanya kehilangan (Iban Sofyan, 2004)
Manajemen resiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur untuk
mengelola suatu resiko usaha. Manajemen resiko merupakan antisipasi atas semakin
kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi (Kasidy, 2010).
Definisi lain yang menjelaskan tentang pengertian resiko adalah kemungkinan
terjadinya penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian. Resiko
adalah suatu kemungkinan terjadinya peristiwa menyimpang dari apa yang diharapkan,
namun penyimpangan ini baru terlihat bila sudah berbentuk kerugian (Kasidy, 2010).
Pendapat lain juga diutarakan oleh Abbas Salim dalam Kasidy (2010) Resiko
adalah ketidakpastian yang mungkin melahirkan kerugian (loss). Sehingga dari
beberapa definisi yang telah diutarakan, dapat diambil kesimpulan bahwa resiko adalah
sesuatu yang belum pasti namun apabila tidak ditangani dengan tepat akan
menimbulkan kerugian bagi usaha tersebut.
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan
kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen
senior. Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis
dan sasaran operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta kemampuan
merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan
pekerja memandang manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi
kerja.Manajemen resiko mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja
pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi operasional dari semua
tingkatan.
1. Resiko spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko
spekulatif kadang-kadang dikenal dengan istilah resiko bisnis (business risk).
Seseorang yang menginvestasikan dananya di suatu tempat menghadapi dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah
investasinya merugikan. Resiko yang dihadapi seperti ini adalah resiko
spekulatif.
5
2. Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan
atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu
contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita kebakaran, maka
perusahaan tersebut akan menderita kerugian. Kemungkinan yang lain adalah
tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya menimbulkan
kerugian, bukan menimbulkan keuntungan kecuali ada kesengajaan untuk
membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni adalah sesuatu yang
hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin
menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan resiko murni adalah dengan
asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu
sebabnya resiko murni kadang dikenal dengan istilah resiko yang dapat
diasuransikan ( insurable risk ). Perbedaan utama antara resiko spekulatif
dengan resiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk resiko
spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk resiko murni
tidak dapat kemungkinan untung.
6
Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau
ketidakpastian dapat dibagi sebagai berikut:
7
tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak kerusakan (severity) sering kali cukup
sulit untuk asset immaterial.
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi resiko
ataupun mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya
8
(RCC), unit risk management dan unit business yang telah berinteraksi dan
bersinerji secara optimal.
2. Bank Mandiri menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko, dan
digunakan sebagai laporan. Dengan demikian, dapat memusatkan
perhatiannya pada jenis-jenis resiko yang memiliki tendensi memburuk atau
melebihi kebijakan toleransi pada resiko tertentu.
3. Mempersiapkan tenaga profesionalnya di bidang resiko. Sekaligus melakukan
persiapan untuk mengimplementasikan Basel II Accord yang menjadi
penanggung jawab dari seluruh inisiatif strategis terkait kepatuhan pegawai.
4. Menetapkan kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Misalnya dengan
pemeliharaan cadangan likuiditas yang optimal, pengukuran dan penetapan
limit resiko likuiditas, merancang analisis scenario dan contingency plan,
penetapan strategi pendanaan dan mempertahankan kapasitas dana yang
cukup di pasar (Masyhud Ali, 2006
9
BAB IV
PENUTUP
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen resiko adalah suatu
proses mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk
mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
MAKALAH UJIAN AKHIR SEMESTER
Disusun Oleh :
182510093
PALEMBANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Taufiq dan Hidayah – Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ujian akhir
semester ini.
Pada kesempatan ini ijinkanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Ibu Dr. Fitriasuri, S.E., M.M., Ak. Selaku dosen pengampu Manajemen Resiko
Sumber Daya Manusia.
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan moril selama penulis menyelesaikan
makalah ini.
3. Teman – teman Magister Manajemen Universitas Bina Darma Palembang
Angkatan 33 yang telah memberikan dukungan dan kebersamaannya.
4. Semua pihak yang dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu
hinga terselesaikannya makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Berbeda dengan risiko kredit dan risiko pasar, risiko operasional bank
syariah memiliki karakteristik yang unik selain disebabkan orang, sistem dan
teknologi, proses dan kebijakan, faktor eksternal, juga karena terekpos sharia non
compliance risk, fiducia risk, people risk dan legal risk.
Risiko operasional juga sering disebut tipe risiko yang paling tua tetapi
paling sedikit dipahami dibandingkan dengan tipe risiko yang paling tua tetapi
paling sedikit dipahami dibandingkan dengan tipe risiko lainnya, misal risiko
pasar. Risiko operasional merupakan risiko yang inheren dalam proses aktivitas
operasional. Risiko inheren merupakan risiko yang melekat pada kegiatan bisnis
bank syariah, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak berpotensi
memengaruhi posisi keuangan bank (Hanafi, 2009, p. 194)
3.1 Kesimpulan
Risiko operasional (operational risk) merupakan risiko yang antara lain
disebabkan oleh adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal
yang mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional pada umumnya terjadi
di unit kerja yang memiliki volume transaksi tinggi, perputaran transaksi yang
tinggi, perubahan struktural yang tinggi dan sistem yang kompleks.
Jarir, Abdullah. 2009. Manajemen Risiko Operasional pada Perbankan Syariah. Jurnal
Ekonomi Islam No 2 Vol 1 Desember 2009.
Yudiana, Yudi dkk. 2018. Pengukuran Risiko Operasional Pada Bank Syariah
Indonesia. Jurnal Aplikasi Manajemen dan Bisnis Vol 4 No 2 Mei 2018.
DISUSUN OLEH :
Muhammad Isnadhi
182510077
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan yang ingin penulis harapkan sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Yang Dimaksud Dengan Resiko.
2. Untuk Mengetahui Yang Dimaksud Manajemen Resiko.
3. Untuk Mengetahui Peran Manajemen Resiko Dalam Suatu Perusahaan
Perbankan.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Risiko
Prof Dr.Ir. Soemarno, M.S mengatakan bahwa risiko sebagai suatu kondisi
yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak
menguntungkan yang mungkin terjadi.
• Membantu dalam membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan pada data
yang bermanfaat.
• Memungkinkan bagi para pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dan
ketidakpastian dalam keadaan yang nyata
• Mengurangi kerugian melalui perbaikan proses yang dikembangkan
• Meningkatkan kesadaran risiko melalui komunikasi yang lebih baik, dengan
menggunakan bahasa risiko yang konsisten dan pendekatan untuk identifikasi
dan pelaporan risiko
• Memudahkan estimasi biaya
• Bantuan untuk perencanaan strategis dalam mengidentifikasi peluang dan
ancaman bisnis baru.
Tahapan Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko adalah kerangka kerja untuk tindakan yang perlu
diambil. Dimulai dengan mengidentifikasi risiko, menganalisis risiko, kemudian
risiko diprioritaskan, solusi diterapkan, dan akhirnya risiko dipantau.
1. Identifikasi Risiko
Penting untuk diingat bahwa kondisi risiko selalu berubah, sehingga langkah ini
harus ditinjau kembali secara teratur.
2. Analisis Risiko
Setelah risiko diidentifikasi, risiko tersebut perlu dianalisis. Lingkup risiko harus
ditentukan. Penting juga untuk memahami hubungan antara risiko dan berbagai
faktor dalam organisasi.
Untuk menentukan tingkat keparahan dan keseriusan risiko perlu untuk melihat
berapa banyak fungsi bisnis yang mempengaruhi risiko. Ada risiko yang dapat
membuat seluruh bisnis terhenti jika diaktualisasikan, sementara ada risiko yang
hanya akan menjadi ketidaknyamanan kecil.
Ketika solusi manajemen risiko diterapkan, salah satu langkah dasar yang paling
penting adalah memetakan risiko ke berbagai dokumen, kebijakan, prosedur, dan
proses bisnis. Ini berarti bahwa sistem tersebut sudah memiliki kerangka kerja
risiko yang dipetakan yang akan mengevaluasi risiko dan memberi informasi
tentang pengaruh jangka panjang dari setiap risiko.
3. Evaluasi Risiko
4. Solusi Risiko
Apa cara potensial untuk menangani risiko yang terjadi, secara efisien dan efektif?
Organisasi biasanya memiliki opsi untuk menerima, menghindari, mengendalikan,
atau mentransfer risiko.
Transfer risiko melibatkan pemberian tanggung jawab atas hasil negatif apa pun
kepada pihak lain, seperti halnya ketika suatu organisasi membeli asuransi.
Setelah semua solusi potensial yang masuk akal dicantumkan, kemudian dipilih
salah satu yang paling memungkinkan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Dalam solusi manajemen risiko, semua pemangku kepentingan yang relevan dapat
dikirim pemberitahuan dari dalam sistem. Diskusi mengenai risiko dan
kemungkinan solusinya dapat terjadi dari dalam sistem. Manajemen atas juga
dapat mengawasi solusi yang disarankan dan kemajuan yang dibuat dari dalam
sistem.
Manajemen risiko adalah proses, bukan proyek yang dapat diselesaikan dan
kemudian dilupakan. Organisasi, lingkungannya, dan risikonya terus berubah,
sehingga prosesnya harus ditinjau kembali secara konsisten.
Tidak semua risiko dapat dihilangkan – beberapa risiko selalu ada. Risiko pasar
dan risiko lingkungan hanyalah dua contoh risiko yang selalu perlu dipantau. Para
profesional harus memastikan bahwa mereka mengawasi semua faktor risiko. Di
bawah lingkungan digital, sistem manajemen risiko memantau seluruh kerangka
kerja risiko organisasi. Jika ada faktor atau risiko yang berubah, segera terlihat
oleh semua orang. Komputer juga jauh lebih baik dalam memonitor risiko secara
terus menerus daripada orang lain.
Jika organisasi secara bertahap memformalkan proses manajemen risiko dan
mengembangkan budaya risikonya, organisasi itu akan menjadi lebih tangguh dan
dapat beradaptasi dalam menghadapi perubahan. Ini juga berarti membuat
keputusan yang lebih tepat berdasarkan pada gambaran lengkap tentang
lingkungan operasi organisasi dan menciptakan garis bawah yang lebih kuat
dalam jangka panjang.
Strategi manajemen risiko yang baik meliputi beberapa kiat, antara lain :
PENUTUP
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan Karunia-Nyalah
saya dapat menyusun makalah ini yang berjudul “ Pengelolaan Risiko Pembiayaan
Di Bank Syariah”
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................4
BAB II : PEMBAHASAN
A. Risiko Pada Bank Syariah................................................................................5
B. Manajemen Risiko Bank Syariah.....................................................................6
C. Pengelolaan Risiko Pembiayaan Pada Bank Syariah.......................................7
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................14
B. Saran.................................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan ada bentuk alternatif lain disamping bank konvensional yang sudah
dikenal masyarakat, yaitu bank yang berdasarkan pada prinsip bagi hasil.
Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sama sekali belum
menggunakan secara tegas istilah bank syariah. Penyebutannya masih
menggunakan istilah ” prinsip bagi hasil”. Belum ada ketentuan yang lebih rinci
mengenai bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Keberadaan perbankan syariah baru mendapatkan landasan yang kuat sejak
tanggal 16 Juli 2008 dengan diundangkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah selanjutnya disebut dengan Undang Undang
Perbankan Syariah.
Seperti halnya bank konvensional, bank syariah berfungsi juga
sebagai lembaga intermediasi (intermediary institution), yaitu berfungsi
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana
tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan.
Pembiayaan adalah merupakan sebagian besar aset dari bank syariah sehingga
pembiayaan tersebut harus dijaga kualitasnya, sebagaimana diamanatkan pada
Pasal 2 Undang-undang Perbankan Syariah bahwa perbankan syariah dalam
melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi
dan prinsip kehati-hatian. Pada penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Perbankan
Syariah yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian adalah pedoman
pengelolaan Bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat,
kuat dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dari
berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prinsip
kehati-hatian adalah pengendalian risiko melalui penerapan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku secara konsisten (Yahman
dan Trisadini Prasastinah Usanti, 2011).
Pada sisi aktiva neraca bank syariah bagian terbesar dana operasional
setiap bank syariah disalurkan dalam bentuk pembiayaan. Kenyataan ini
menggambarkan bahwa pembiayaan adalah sumber pendapatan bank yang
terbesar, namun sekaligus merupakan sumber risiko operasi bisnis yang
terbesar. Pembiayaan bermasalah bahkan menjadi kategori macet menjadi
masalah bagi bank syariah, karena dengan adanya pembiayaan bermasalah
bukan saja menurunkan pendapatan bagi bank syariah tetapi juga menggerogoti
jumlah dana operasional dan likuiditas keuangan bank syariah, yang akhirnya
akan menggoyahkan kesehatan bank syariah dan pada akhirnya akan merugikan
nasabah penyimpan/nasabah investor. Sebagian besar dana yang dipergunakan
oleh bank syariah dalam menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan adalah
dana nasabah penyimpan/nasabah investor, sehingga dana nasabah
penyimpan/nasabah investor wajib mendapat perlindungan hukum.
Pembiayaan yang telah disetujui oleh bank syariah dan dinikmati oleh
nasabah penerima fasilitas, maka peranan bank syariah lebih berat dibandingkan
pada saat dana tersebut belum mengucur di tangan nasabah penerima fasilitas.
Untuk menghindari terjadinya kegagalan pembiayaan maka bank syariah harus
melakukan pembinaan dan regular monitoring, yaitu dengan cara monitoring
aktif dan monitoring pasif. Monitoring aktif, yaitu mengunjungi nasabah secara
regular, memantau laporan keuangan secara rutin dan memberikan laporan
kunjungan nasabah/call report kepada komite pembiayaan/supervisor
sedangkan monitoring pasif, yaitu memonitoring pembayaran kewajiban
nasabah kepada bank syariah setiap akhir bulan. Bersamaan pula diberikan
pembinaaan dengan memberikan saran, informasi maupun pembinaan tehnis
yang bertujuan untuk menghindari kegagalan pembiayaan.
Pada Pasal 38 Undang-Undang Perbankan Syariah diatur bahwa bank
syariah dan UUS wajib menerapkan manajemen risiko, prinsip mengenal
nasabah dan perlindungan nasabah. Pada penjelasannya diberikan pengertian
dari manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang
digunakan oleh perbankan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank. Peraturan
pelaksananya diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011
tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah, dijelaskan bahwa bahwa kegiatan usaha perbankan syariah tidak
terlepas dari risiko yang dapat mengganggu kelangsungan bank dikarenakan
produk dan jasa perbankan syariah mempunyai karakteristik yang khas
sehingga diperlukan manajemen risiko untuk mengidentifikasi, mengukur,
memantau dan mengendalian risiko yang sesuai dengan kegiatan usaha
perbankan syariah. Langkah-langkah yang dilakukan bank syariah tersebut
dalam rangka memitigasi risiko harus mempertimbangkan kesesuaian dengan
Prinsip Syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja risiko pada bank syariah?
2. Bagaimana bank syariah dalam mengelola risiko pembiayaan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui risiko yang ada pada bank syariah.
2. Untuk mengetahui pengelolaan risiko pembiayaan pada bank syariah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediasi (intermediary
institution), yaitu berfungsi menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang
membutuhkannya dalam bentuk pembiayaan. Pada sisi aktiva neraca bank
syariah bagian terbesar dana operasional setiap bank syariah disalurkan dalam
bentuk pembiayaan. Kenyataan ini menggambarkan bahwa pembiayaan adalah
sumber pendapatan bank yang terbesar, namun sekaligus merupakan sumber
risiko operasi bisnis yang terbesar. pembiayaan bermasalah bahkan menjadi
kategori macet menjadi masalah bagi bank syariah, karena dengan adanya
pembiayaan bermasalah bukan saja menurunkan pendapatan bagi bank syariah
tetapi juga menggerogoti jumlah dana operasional dan likuiditas keuangan bank
syariah, yang akhirnya akan menggoyahkan kesehatan bank syariah dan pada
akhirnya akan merugikan nasabah penyimpan / nasabah investor. Hal ini
dikarenakan sebagian besar dana yang dipergunakan oleh bank syariah dalam
menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan adalah dana nasabah penyimpan /
nasabah investor, sehingga dana nasabah penyimpan / nasabah investor wajib
mendapat perlindungan hukum. Oleh karena itu, diperlukan manajemen risiko
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalian risiko yang
sesuai dengan kegiatan usaha perbankan syariah. Langkah-langkah yang
dilakukan bank syariah tersebut dalam rangka memitigasi risiko harus
mempertimbangkan kesesuaian dengan Prinsip Syariah.
B. Saran
Bahwa bilamana bank syariah tidak berhati-hati dalam mengelola risiko- risiko
tersebut, akibatnya akan berdampak pada kesehatan bank syariah, yang pada
akhirnya tidak menutup kemungkinan bank syariah akan kesulitan likuditas dan
berakibat menurunnya kepercayaan masyarakat sehingga masyarakat akan
menarik dananya secara bersamaan, apabila hal ini terjadi maka akan sangat
berpengaruh pada eksistensi pada bank syariah. Bank Indonesia akan berupaya
untuk menyehatkan kembali bank syariah, akan tetapi jika upaya yang
dilakukan tidak berhasil maka upaya terakhir yang dilakukan oleh Bank
Indonesia dengan mencabut ijin usaha bank syariah.
DAFTAR PUSTAKA
Yahman dan Trisadini Prasastinah Usanti, Bunga Rampai Hukum Aktual Dalam
Perspektif Hukum Bisnis Kontraktual Berimplikasi Pidana dan Perdata,
Mitra Mandiri: Surabaya, 2011.
Sjahdeini, Sutan Remy, Kapita Selecta Hukum Perbankan , Bahan Kuliah Hukum
Perbankan, tanpa tahun.
Usanti, Trisadini Prasastinah,”Karakteristik Prinsip Kehati-Hatian Pada Kegiatan
Usaha Perbankan Syariah”, Disertasi, Surabaya: Pascasarjana Unair, 2010.
Disusun Oleh :
Magister Manajemen R1
Universitas Bina Darma
Tahun 2019
BAB I
LATAR BELAKANG
c. Risiko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko yang timbul karena faktor internal
bank sendiri yaitu seperti kesalahan pada system computer, human
error, dan lainnya sehingga kejadian seperti itu telah menyebabkan
timbulnya masalah pada bank itu sendiri.
d. Risiko Likuditas
Risiko likuditas merupakan risiko yang dialami oleh pihak perbankan
karena ketidakmampuannya memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
e. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank tidak
mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku. Risiko Kepatuhan antara
lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum
terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum.
f. Risiko Reputasi
Risiko Reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap Bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam
mengkategorikan sumber Risiko Reputasi bersifat tidak langsung
(below the line) dan bersifat langsung (above the line).
g. Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum
dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara
lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan
yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya
syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai.
h. Risiko Stratejik
Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam
mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik
serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan
bisnis. Sumber Risiko Stratejik antara lain ditimbulkan dari
kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam
perumusan strategi, ketidaktepatan dalam implementasi strategi, dan
kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Dari delapan risiko tersebut hasil riset menyebutkan bahwa risiko yang terbesar
yang dialami oleh pihak perbankan adalah risiko kredit.
Dalam upaya untuk mengendalikan risiko kredit, sering bank menetapkan sejumlah
kondisi yang berkaitan dengan kredit, seperti penetapan pada pinjaman kredit untuk
yang bersifat jangka panjang (long term loan), sebab dengan memberikan pinjaman
jangka panjang, bank menghadapi ketidakpastian yang lebih besar. Disamping itu
juga likuiditas bank akan terpengaruh lebih besar dengan memberikan pinjaman
jangka panjang.
a. Risiko perbankan adalah risiko yang dialami oleh sector bisnis perbankan
sebagai bentuk dari berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai
bidang, seperti keputusan penyaluran kredit, penerbitan kartu kredit, valuta
asing, inkaso, dan berbagai bentuk keputusan financial lainnya
b. Tindakan Pemerintah dalam Mengatasi Perbankan Bermasalah
- Pembinaan
- Tindak lanjut Pengawasan Bank
- Likuiditas Bank
c. Kebijakan Perbankan dalam Menghindari Risiko
- Risiko Kredit
- Risiko Pasar
- Risiko Operasional
- Risiko Likuditas
- Risiko Kepatuhan
- Risiko Hukum
- Risiko Reputasi
- Risiko Stratejik
d. Secara umum pengawasan pada lembaga perbankan ada 2 yaitu :
- Pengawasan yang dilakukan oleh internal perbankan
- Pengawasan yang dilakukan oleh eksternal perbankan
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi Irham, S.E.,M.Si. 2010. Manajemen Risiko Teori, Kasus, dan Solusi. Bandung:
Alfabeta
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Peran Manajemen Risiko Pada PT. Bank Sumsel Babel Puji ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ujian
Akhir Semester (UAS) pada Bidang Pelajaran Mata kuliah Manjemen Risiko
dengan Dosen Pengajar ibu Dr. Fitriasuri. SE.MM Ak . Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Peran Manajamen Risiko
pada PT. Bank Sumsel Babel bagi para pembaca dan penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengajar ibu Dr. Fitriasuri.
MM.Ak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Rina Marfiana
TUGAS
UJIAN AKHIR SEMESTER
MAKALAH
PERAN MANAJEMEN RISIKO PADA
PT.BANK SUMSEL BABEL
Disusun Oleh :
Rina Marfiana (182510076)
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan
sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang.
Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun
organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak
kendaraan lain di jalan, resiko terkena banjir di musim hujan dan sebagainya,
dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut tidak
kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau
keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa tujuan Perusahaan adalah
membangun dan memperluas keuntungan kompetitif dalam organisasi.
Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat
dilepaskan dari aktivitas mengelola resiko. Operasi suatu badan usaha atau
perusahaan khusunya PT. Bank Sumsel Babel biasanya berhadapan dengan
resiko usaha dan resiko non usaha. Imam Ghazali dalam Kasidy, Manajemen
Resiko (2010) menyatakan bahwa, resiko usaha adalah resiko yang berkaitan
dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan
memberikan nilai bagi pemegang saham. Sedangkan resiko non usaha adalah
resiko lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan
menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan
ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah
resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend
utama baik dalam perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja.
Mengapa resiko harus dikelola? karena resiko mengandung biaya yang
tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan yang
mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut adalah
kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung, material, ).
Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya
perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat
lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor
karena terhentinya arus kas yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan
hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen
resiko. Peran dari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi
lingkungan cepat berubah, mengembangkan corporate governance,
mengoptimalkan strategic management, mengamankan sumber daya dan asset
yang dimiliki organisasi, dan mengurangi reactive decision making dari
manajemen puncak.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun Tempat dan Tujuan yang ingin penulis harapkan terkait dengan
pembuataan Makalah ini adalah Peran Manajemen Resiko Terhadap Perusahaan
PT. Bank Sumsel Babel yaitu sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Yang Dimaksud Dengan Resiko.
2. Untuk Mengetahui Yang Dimaksud Manajemen Resiko.
3. Untuk Mengetahui Peran Manajemen Resiko Dalam Suatu Perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP RESIKO
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang
atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu
yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.
Istilah resiko memiliki beberapa definisi. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan
kejadian, atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi. Menurut Vaughan (1978) mengemukakan beberapa definisi resiko
sebagai berikut:[1]
1. Resiko adalah kans kerugian.
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap
kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk
menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Dalam
hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga resiko tidak
ada.
2. Resiko adalah kemungkinan kerugian. Istilah possibility berarti bahwa
probabilitas sesuatu peristiwa berada di antara nol dan satu. Namun, definisi
ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.
3. Resiko ketidakpastian. Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective.
Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi resiko
yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang
bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi resiko
dan fakta yang telah terjadi.
4. Resiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan.
Dimana resiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai di sekitar suatu
posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata. Dengan kata lain, kemungkinan
Resiko dapat terjadi pada pelayanan, kinerja, dan reputasi dari institusi yang
bersangkutan. Resiko yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain kejadian alam, operasional, manusia, politik, teknologi, pegawai,
keuangan, hukum, dan manajemen dari organisasi.
5. Resiko rendahnya kinerja suatu instansi berasal dari resiko rendahnya mutu
pelayanan kepada publik. Resiko terakhir disebabkan oleh faktor-faktor
sumber daya manusia yang dimiliki organisasi dan operasional seperti
keterbatasan fasilitas kantor. Resiko yang terjadi akan berdampak pada tidak
tercapainya misi dan tujuan dari perusahaan tersebut, dan timbulnya
ketidakpercayaan dari publik.
Resiko diyakini tidak dapat dihindari. Berkenaan dengan sektor publik
yang menuntut transparansi dan peningkatan kinerja dengan dana yang terbatas,
resiko yang dihadapi oleh perusahaan PT. Bank Sumsel Babel akan semakin
bertambah dan meningkat. Oleh karena itu, pemahaman terhadap resiko menjadi
keniscayaan untuk dapat menentukan prioritas strategi dan program dalam
pencapaian tujuan organisasi. serta harus adanya pengelolaan Resiko secara
efektif dan efisien agar perusahaan tetap dapat menjalankan usahanya.
B. MANAJEMEN RESIKO
Sehubungan dengan kenyataan, bahwa ketidakpastian itu selalu ada,
semua orang termasuk juga manajemen perusahaan harus selalu berusaha
menanggulangi Resiko-Resiko yang terjadi atau yang mungkin terjadi, artinya
berupaya untuk menghilangkan kerugian, atau paling tidak meminimalkan
kerugian bila Resiko dari ketidakpastian itu terjadi.
Manajemen Resiko yang baik akan dapat meminimalkan kerugian-
kerugian yang dihadapi perusahaan. Sehingga perusahaan bisa tetap menjaga
kelangsungan hidupnya bahkan bisa berkembang menjadi perusahaan yang lebih
besar dan sukses dalam bisnisnya.
Secara sederhana pengertian Manajemen Resiko adalah pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen dalam menanggulangi Resiko, terutama Resiko yang
dihadapi oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. sehingga
mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun,
memimpin/mengkoordinir dan mengawasi program penanggulangan
Resiko. Manajemen Resiko merupakan sebagai proses identifikasi,
pengukuran, dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam
Asset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat
menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut (Smith,
1990).[2]
Manajemen Resiko menurut Bank Indonesia adalah serangkaian prosedur
dan metoda yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur memantau dan
mengendalikan Resiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.[3]
Manajemen Resiko yaitu serangkaian prosedur dan metodologi yang
dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan Resiko yang timbul dari kegiatan usaha.[4] Manajemen Resiko
adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai
permasalahan yang disebabkan oleh adanya Resiko.[5]
Widigdo Sukarman mengidentifikasi manajemen Resiko sebagai
keseluruhan sistem pengelolaan dan pengendalain Resiko yang dihadapai oleh
Bank yang terdiri dari seperangkat alat, teknik, proses manajemen dan organisasi
yang ditujukan untuk memelihara tingkat Profitabilitas dan Tingkat Kesehatan
Bank (TKB) yang ditetapkan dalam corporate plan.[6]
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
Manajemen Resiko merupakan sistem yang digunakan untuk mengelola Resiko
yang dihadapi dan mengendalikan Resiko tersebut agar tidak merugikan.
Manajemen Resiko merupakan bagian penting dari strategi manajemen
semua perusahaan. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat
menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di
dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen
Resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko. Sasarannya
untuk menambah nilai maksimum berkesinambungan (sustainable) organisasi.
Tujuan utama untuk memahami potensi upside dan downside dari semua faktor
yang dapat memberikan dampak bagi organisasi. Manajemen Resiko
meningkatkan kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan
ketidakpastian dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
C. PERAN MANAJEMEN RESIKO TERHADAP PERUSAHAAN PT.BANK
SUMSEL BABEL
Mengelola Resiko adalah bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan
Perusahaan dalam mencapai sasaran usaha yang mengarah pada maksimalisasi
pendapatan dan mengurangi biaya (pengeluaran). untuk mewujudkan hal
tersebut dengan membangun sistem dan pendekatan manajemen Resiko yang
komprehensif untuk mengantisipasi, mengidentifikasi, memprioritaskan, dan
mengelola Resiko-Resiko material terhadap pencapaian sasaran Perusahaan.
Sasaran dari pelaksanaan Manajemen Resiko adalah untuk mengurangi
Resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis
ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan
politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen Resiko melibatkan segala cara yang
tersedia bagi manusia, khususnya, bagi pemeran Manajemen Resiko (manusia,
staf, dan organisasi).
Dalam proses pelaksanaanya terdapat beberapa Resiko yang mungkin
dapat terjadi dalam perusahaan yang akan mempengaruhi kelangsungan hidup
dari bisnis tersebut, diantaranya sebagai berikut:
1. Resiko Reputasi
Reputasi merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan.
Ketika suatu reputasi jatuh, maka kehancuran suatu perusahaan sudah melanda
didepan mata. Contoh: Adanya suatu kasus pelayanan oleh Customer service
yang tidak dari hati untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada customer
(nasabah), hal ini akan berdampak buruk bagi Reputasi Bank karena dinilai oleh
masyarakat bahwa Bank tersebut tidak memberikan pelayanan yang terbaik,
sehingga informasi yang disampaikan akan berkembang dan akan
mempengaruhi bagi Bank yang memiliki Cabang yang banyak, maka “kecacatan
dari pelayanan yang tidak baik tersebut ” akan digeneralisir oleh masyarakat.
Hal ini akan merusak nama baik semua Bank Sumsel Babel beserta dengan
Cabang-Cabangnya.
2. Resiko Pasar
Resiko pasar biasanya berkaitan dengan perubahan harga pasar yang bisa
merugikan suatu perusahaan. Misalkan adanya penurunan harga saham yang
berakibat penurunan nilai pasar saham perusahaan tersebut. Hal ini akan
merugikan perusahaan karena harga saham bergerak pada arah yang tidak
menguntungkan.
3. Resiko Kredit
Resiko ini sering terjadi pada perusahaan yang melakukan skema
penjualan secara kredit. Resiko ini juga bisa menimpa perusahaan yang bergerak
dalam bidang lembaga keuangan. Resiko ini timbul karena ketidakmampuan
untuk mengekstrak perjanjian (pinjam meminjam) dalam mitra bisnis.
Perusahaan harus bisa melakukan manajemen utang dengan baik. Termasuk
harus mengetahui tingkat kesehatan perusahaan yang akan menjadi mitra
bisnisnya. Sehingga nantinya bisa diidentifikasi apakah perusahaan tersebut
memiliki kemampuan untuk membayar utangnya.
4. Resiko Operasional
Resiko yang terjadi karena kurang berfungsinya suatu proses internal,
kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya problem eksternal. Resiko ini
akan menimbulkan kerugian yang dapat berdampak akan hilangnya potensi
keuntungan.
Dengan diterapkan manajemen resiko ini akan ada beberapa manfaat
yang akan diperoleh, yaitu:
1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap
keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati dan selalu
menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pengaruh
yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang.
3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari
resiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya kerugian
dari segi financial.
D. MENGIDENTIFIKASI RESIKO
Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menemukan
secara sistematis dan berkesinambungan atas resiko (kerugian yang potensial)
yang dihadapi perusahaan. kerugian hak milik (property losses), kewajiban
mengganti kerugian orang lain (liability losses) dan kerugian personalia
(personnel losses). Checklist yang dibangun sebelumnya untuk menemukan
resiko dan menjelaskan jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh suatu
perusahaan.
Perusahaan yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan dinamis,
maka diperlukan metode yang lebih sistematis untuk mengeksplorasi semua
segi. Metode yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)
2. Metode laporan Keuangan (financial statement method)
3. Metode peta aliran (flow-chart)
4. Inspeksi langsung pada objek
5. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
6. Catatan statistik dari kerugian masa lalu
7. Analisis lingkungan
E. MENGANALISA RESIKO
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya
kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan
probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subjektif dan lebih berdasarkan nalar
dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah
sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang
terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan
yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko.
Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan terjadi
suatu resiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa resiko
tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak kerusakan (severity) sering kali cukup
sulit untuk asset immaterial.
F. MENGEVALUASI RISIKO
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka
disusunlah urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko
tertinggi, sampai dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam
resiko yang dapat diterima/ditoleransi merupakan resiko yang menjadi prioritas
untuk segera ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas
resiko, maka perlu disusun peta resiko.
H. Memantau Resiko
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pernyataan diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan, yaitu
sebagai berikut :
a. Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau
tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Istilah
Resiko memiliki beberapa definisi. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan
kejadian, atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi.
b. Secara sederhana pengertian Manajemen Resiko adalah pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen dalam menanggulangi Resiko, terutama Resiko yang dihadapi
oleh organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. sehingga mencakup
kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoordinir
dan mengawasi program penanggulangan Resiko. Manajemen resiko merupakan
sistem yang digunakan untuk mengelola Resiko yang dihadapi dan
mengendalikan Resiko tersebut agar tidak merugikan.
c. Dengan diterapkan manajemen resiko di suatu perusahaan ada beberapa manfaat
yang akan diperoleh, yaitu:
- Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap
keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati dan selalu
menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan.
- Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pengaruh
yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang.
- Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu
menghindari resiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian
khususnya kerugian dari segi financial.
- Memungkinkan perusahaan memperoleh resiko kerugian yang minimum.
B. KRITIK DAN SARAN
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisan maupun dari materi yang
disampaikan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
rekan-rekan serta dosen pembimbing mata kuliah ini, yang sifatnya membangun
demi perbaikan makalah ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://wikipedia.org
http://jiscinfonet.ac.uk/infokits/risk-management
http://vibiznews.com
AS/NZS 4360:2004, Australian/New Zealand Standard Risk Management, Joint
Technical Committee OB-007 Risk Management, 31 Agustus 2004.
Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission.
What is COSO: Background and Events Leading to Internal Control-Integrated
Framework. 1992
Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December 1997
The Institute of Internal Auditors. Internal C
Vaughan, Emmet. Fundamental of Risk and Insurance. 2nd, John Willey, 1978
MAKALAH
Oleh:
Rosalia
182510074
i
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan berkah sehingga
Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Fitriasuri, S.E., M.M., Ak. Selaku
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Resiko Sumber Daya Manusia, yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis hinga dapat memahami setiap materi
yang diajarkan.
Saya menyadari makalah yang saya tulis masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Rosalia
i
Daftar Isi
Cover
Kata pengantar .................................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan malasah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3
2.1 Pengertian Resiko .......................................................................... 3
2.2 Jenis Resiko Proyek Konstruksi .................................................... 4
2.3 Proyek Konstruksi ......................................................................... 6
2.4 Pembahasan Manajemen Resiko Proyek ....................................... 6
2.5 Identifikasi Resiko ......................................................................... 7
2.6 Alokasi Resiko............................................................................... 8
2.7 Respon Resiko ............................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proyek konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung
risiko. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas
dan batasan biaya dari proyek. Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang
mungkin terjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan
sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan
sepenuhnya sesuai rencana.
Risiko pada proyek konstruksi bagaimanapun tidak dapat dihilangkan tetapi
dapat dikurangi atau ditransfer dari satu pihak kepihak lainnya (Kangari, 1995). Bila
risiko terjadi akan berdampak pada pada terganggunya kinerja proyek secara
keseluruhan sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap biaya, waktu dan
kualitas pekerjaan. Para pelaku dalam industri konstruksi sekarang ini makin
menyadari akan pentingnya memperhatikan permasalahan risiko pada proyek-proyek
yang ditangani, karena kesalahan dalam memperkirakan dan menangani risiko akan
menimbulkan dampak negatif, baik langsung maupun tidak langsung pada proyek
konstruksi. Risiko dapat menyebabkan pertambahan biaya dan keterlambatan jadwal
penyelesaian proyek. Oleh karena besarnya dampak yang ditimbulkan, maka tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui manajemen risiko pada proyek
konstruksi, dengan melakukan studi literatur yang mengacu kepada teori-teori yang
relevan.
1 1
5. Respon resiko yang bagaimana dapat digunakan dalam proyek konstruksi?
6. Jenis risiko apa yang mempengaruhi suatu proyek?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk:
1. Mengetahui pengertian resikopada perusahaan konstruksi
2. Mengetahui berbagai resiko pada perusahaan konstruksi
3. Mengetahui jenis-jenis resiko pada perusahaan konstruksi
4. Mengetahui siapa saja yang terlibat dalam pengendalian resiko
5. Mengetahui dan memahami respon resiko apa yang digunakan dalam proyek
konstruksi
6. Mengetahui jenis resiko apa yang mempengaruhi proyek
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
3
2) Risiko terhadap benda dan manusia
Risiko terhadap benda adalah risiko yang menimpa benda seperti rumah
terbakar sedangkan risiko terhadap manusia adalah risiko yang menimpa
manusia seperti risiko hari tua, kematian dsb.
4
b. External, dapat diprediksi (tetapi tidak dapat dikontrol) seperti resiko
pasar, operasional (setelah proyek selesai), pengaruh lingkungan, pengaruh
sosial, perubahan mata uang, inflasi, pajak
c. Internal, non-teknik (tetapi umumnya dapat dikontrol) seperti
manajemen, jadwal yang terlambat, pertambahan biaya, cash flow, potensi
kehilangan atas manfaat dan keuntungan
d. Internal, teknik (dapat dikontrol) seperti perubahan teknologi, risiko-risiko
spesifikasi atas teknologi proyek, desain, hukum, timbulnya kesulitan akibat
dari: a)Lisensi, b) Hak paten, c) Gugatan dari luar, d) Gugatan dari dalam, e)
Hal-hal tak terduga
5
2.3 Proyek Kontruksi
Menurut Ervianto (2002), proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang
dapat dipandang secara tiga demensi yaitu:
1. Bersifat unik: tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis
(tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek
bersifat sementara dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbeda-beda
2. Dibutuhkan sumber daya: setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber
daya yaitu tenaga kerja, uang, peralatan, metode dan material.
3. Organisasi : setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di dalamnya
terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi.
Dalam proses mencapai tujuan proyek telah ditentukan tiga batasan/kendala
(triple constraint) yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, mutu dan jadwal
yang harus dipenuhi.
6
2.5 Identifikasi Risiko
Untuk mengidentifikasi risiko, pertanyaan yang perlu dijawab adalah siapa
yang terlibat dalam penilaian risiko dan mengapa? Jenis risiko apa yang
mempengaruhi suatu proyek? Sumber-sumber utama timbulnya risiko yang umum
untuk setiap proyek konstruksi, menurut Duffield dan Trigunarsyah (1999) adalah:
1. Fisik: kerugian atau kerusakan akibat kebakaran, gempa bumi, banjir,
kecelakaan dan tanah longsor
2. Lingkungan: kerusakan ekologi, polusi dan pengolahan limbah,
penyelidikan keadaan masyarakat
3. Perancangan: (a) Teknologi baru, aplikasi baru, ketahanan uji dan
keselamatan; (b) Rincian, ketelitian dan kesesuain spesifikasi; (c) Risiko
perancangan yang timbul dari pengukuran dan penyelidikan; (d)
kemungkinan perubahan terhadap rancangan yang telah disetujui; (e)
Interaksi rancangan dengan metode konstruksi
4. Logistik: (a) Kehilangan atau kerusakan material dan peralatan dalam
perjalanan: (b) ketersediaaan sumber daya khusus; (c) pemisahan organisasi
5. Keuangan: (a) ketersediaaan dana dan kecukupan asuransi; (b) penyediaan
aliran kas yang cukup; (c) kehilangan akibat kontraktor, supplier; (d)
fluktuasi nilai tukar dan inflasi, (e) perpajakan (f) suku bunga (g) biaya
pinjaman
6. Perundang-undangan: perubahan disebabkan perundang-undangan atau
pemerintah
7. Keamanan properti intelektual
8. Hak atas tanah dan penggunaan
9. Politik: (a) Risiko politik dinegara pemilik proyek, supplier dan kontraktor,
peperangan, revolusi dan perubahan hukum; (b) ketidakpastian dari
kebijakan pemerintah
7
10. Konstruksi: (a) kelayakan metode konstruksi, keselamatan; (b) hubungan
industrial; (c) tingkat perubahan dari rancangan awal; (d) cuaca; (e) kualitas
dan ketersediaan manajemen dan supervise; (f) kondisi yang tersembunyi
11. Operasional : (a) fluktuasi permintaan pasar terhadap produk dan jasa
yang dihasilkan, b) kebutuhan perawatan, c) keandalan, d) keselamatan
pelaksanaan, e) ketersediaan pabrik, f) manajemen.
Jenis risiko yang terpenting bagi setiap pihak yang terlibat dalam sebuah proyek
tergantung pada berbagai tahapan proyek dan peran serta tanggung jawab dari
berbagai pihak.
8
2.7 Respon Resiko
Respon risiko adalah tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko yang
mungkin terjadi. Risiko-risiko penting yang sudah diketahui perlu ditindak lanjuti
dengan respon yang dilakukan oleh kontraktor dalam menangani risiko tersebut.
Metode yang dipakai dalam menangani risiko (Flanagan & Norman, 1993):
1) Menahan risiko (Risk retention)
Merupakan bentuk penanganan risiko yang mana akan ditahan atau diambil
sendiri oleh suatu pihak. Biasanya cara ini dilakukan apabila risiko yang dihadapi
tidak mendatangkan kerugian yang terlalu besar atau kemungkinan terjadinya
kerugian itu kecil, atau biaya yang dikeluarkan untuk menanggulangi risiko tersebut
tidak terlalu besar dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh.
2) Mengurangi risiko (Risk reduction)
Merupakan tindakan untuk mengurangi risiko yang kemungkinan akan terjadi
dengan cara: (a) Pendidikan dan pelatihan bagi para tenaga kerja dalam menghadapi
risiko (b) Perlindungan terhadap kemungkinan kehilangan c. Perlindungan terhadap
orang dan properti
3) Mengalihkan risiko (Risk transfer)
Pengalihan ini dilakukan untuk memindahkan risiko kepada pihak lain. Bentuk
pengalihan risiko yang dimaksud adalah asuransi dengan membayar premi.
4) Menghindari risiko (Risk avoidance)
Menghindari risiko sama dengan menolak untuk menerima risiko yang berarti
menolak untuk menerima proyek tersebut.
9
BAB III
KESIMPULAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan teori maka dalam setiap proyek konstruksi:
1. Sangat penting dilakukan manajemen risiko untuk menghindari kerugian atas
biaya, mutu dan jadwal proyek.
2. Manajemen risiko merupakan pendekatan yang dilakukan terhadap risiko yaitu
dengan memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko suatu proyek.
3. Pihak manajemen juga perlu mempertimbangkan apa yang akan dilakukan
terhadap dampak yang ditimbulkan dan kemungkinan pengalihan risiko kepada
pihak lain atau mengurangi resiko yang terjadi.
4. Penilaian risiko yang dilakukan dapat meliputi identifikasi risiko, memahami
kebutuhan atau mempertimbangkan risiko, menganalisis dampak dari risiko
tersebut/evaluasi risiko, menetapkan siapa yang bertanggung jawab terhadap
risiko tertentu (alokasi risiko)
5. Melakukan tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko yang mungkin
terjadi (respon risiko) dengan cara : menahan risiko (risk retention), mengurangi
risiko (risk reduction), mengalihkan risiko (risk transfer), menghindari risiko
(risk avoidance).
10 10
Daftar Pustaka
Rahayu, P.H. 2001. Asuransi Contractor’s All Risk sebagai Alternatif Pengalihan
Risiko Proyek Dalam Industri Konstruksi Indonesia. Seminar Nasional
Manajement Konstruksi 2001.
11
11
MAKALAH MANAJEMEN RISIKO
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat ALLAH SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya, yang berjudul “Makalah Manajemen Risiko”
Makalah ini dibuat dengan observasi dan beberapa bantuan berbagai
pihak untuk menyelesaikan makalah ini tanpa hambatan selama mengerjakan.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini .
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak luput dari segala
kekurangan dan kesempurnaan. Namun penulis telah mengusahakan yang terbaik
bagi penulisan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
PENULIS
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Aktivitas suatu badan usaha atau pemerintah pada dasarnya tidak dapat
dilepaskan dari aktivitas mengelola resiko. Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan salah satu unsur penting yang terdapat dalam Administrasi
Pemerintah daerah dimana peran serta fungsinya tidak bisa digantikan oleh
sumber daya yang lain dan dimana kebutuhannya harus di penuhi dengan baik.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak
tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak
pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut
Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah resiko (risk).
B. Rumusan Masalah
Adapun penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah yang terkait
dengan Manajemen Risiko terhadap Dinas Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil
dan Menengah Kabupaten Banyuasin yaitu Bagaimana peran Manajemen Risiko
terhadap Pemerintah Kabupaten Banyuasin
C. Tujuan Penulis
Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu:
1. Untuk mengetahui definisi resiko dan tujuan manajemen risiko,
2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya resiko dan jenis-jenis risiko
3. Bagaimana proses manajemen risiko
4. Konsep statistic
5. Langkah dalam identifikasi risiko beserta tehnik dan pengukurannya
6. Untuk mengetahui Risiko pasar, risiko operasional,risiko kredit, risiko dan
risiko spekulatif
7. Untuk mengetahui Tehnik-tehnik Manajemen risiko
8. Untuk mengetahui Diversifikasi Risiko
D. Manfaat Penulis
1. Bagi Dinas Perdagangan, Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten
Banyuasin memberikan alternatif pengendalian risiko tambahan untuk
mengurangi kecelakaan kerja.
2. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan tentang Manajemen Risiko dan sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
Risiko merupakan kata yang sudah kita dengar hampir setiap hari.biasanya
kata tersebut mempunyai konotasi yang negative, sesuatu yang tidak kita sukai, sesuatu
yang ingin kita hindari. Sebagai contoh, jika kita jalan keluar dengan mobil, maka ad
risiko mobil kita bertabrakan dengan mobil lainnya (kejadian yang tidak kita inginkan).
jika kita mempunyai saham, ada risiko harga saham yang kita pegang turun nilainya,
sehingga kita tidak memperoleh keuntungan (kejadian yang tidak kita harapkan).Berbagai
macam pengertian dan definisi risiko, misal :Kerugian yang tidak kita harapkan
penyimpangan dari yang diharapkan dan kejadian yang tidak menguntungkan.
Risiko beragam jenis, mulai dari risiko kecelakaan, kebakaran, risiko kerugian,
fluktuasi kurs, perubahan tingkat bunga, dan lainnya.
Salah satu cara untuk mengelompok risiko adalah dengan melihat tipe-tipe risiko:
Risiko murni (pure risk) adalah risiko dimana kemungkinan kerugian ada,
tetapi kemungkinan keuntugan tidak ada. Beberapa contoh risiko tipe ini
adalah risiko kecelakaan, kebakaran dan semacamnya.
• Identifikasi risiko
• Evaluasi dan Pengukuran Risiko, dan
• Pengelolaan risiko
Identifikasi risiko
Pengelolaan Risiko
• Penghindaran
• Ditahan (Retention)
• Diversifikasi
• Transfer risiko
• Pengendalian risiko
• Pendanaan risiko
D. Konsep Statistik
Jika risiko tidak bisa diidentifikasi, maka risiko tidak bisa diukur. Jika risiko
tidak bisa diukur, maka kita tidak bisa mengelola risiko.
• Jika risiko bisa diukur, kita bisa melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi
oleh perusahaan.
• Kita juga bisa melihat dampak dari risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan.
• Pengukuran risiko biasanya dilakukan melalui kuantifikasi risiko.
F. Risiko Pasar
• Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening adminstratif
termasuk transaksi derivative, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi
pasar, termasuk risiko perubahan harga option.
Risiko pasar muncul karena harga pasar bergerak dalam arah merugikan
organisasi. Misal, sesuatu perusahaan mempunyai portofolio sekuritas saham
yang dibeli dengan harga Rp. 1 milyar misalkan harga saham tersebut jatu,
sehingga nilai pasar turun menjadi Rp 800 juta. Perusahaan tersebut
mengalami kerugian karena nilai portofolio sahamnya turun sebesar Rp 200
juta.
G. Risiko Kredit
Risiko kredit terjadi jika counterparty (pihak lain dalam transaksi bisnis kita)
tidak bisa memenuhi kewajibannya (wanprestasi)
H. Risiko Operasional
Disamping risiko perubahan kurs dan risiko teknologi, masih banyak risiko
spekulatif lainnya yang di hadapi oleh perusahaan , seperti ;
• Risiko likuiditas
• Risiko politik (sovereign risk)
• Risiko likuiditas perbankan
Bank sektor yang paling rentan terhadap risiko likuiditas karena struktur
modalnya (sebagian besar adalah dana pihak ketiga )
Rangkaian kecelakaan
Apa itu diversifikasi ? ide sederhana adalah membatasi risiko saat kondisi
jatuh atau risiko kehilangan sejumlah uang, dengan cara memiliki potofolio
investasi di kelas asset berbeda seperti reksadana, obligasi, saham, property dll.
Investasikan uang anda bukan hanya disatu asset saja.
Manfaat diversifikasi perusahaan
Terdapat dua manfaat yang berpengaruh besar terhadap operasional dan daya
tahan perusahaan itu sendiri.
Meminimalisir Risiko
• Resiko selalu ada disegala aktifitas hidup, termasuk selalu menjadi ancaman
perusahaan. Dengan dilakukannya diversifikasi secara tidak langsung akan
mengurangi dampak risiko dimasa yang akan datang.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
http://wikipedia.org
http://jiscinfonet.ac.uk/infokits/risk-management
http://vibiznews.com
AS/NZS 4360:2004, Australian/New Zealand Standard Risk Management, Joint
Technical Committee OB-007 Risk Management, 31 Agustus 2004.
Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission.
What is COSO: Background and Events Leading to Internal Control-Integrated
Framework. 1992
Simmons, Mark. COSO Based Auditing. The Internal Auditor, December 1997
The Institute of Internal Auditors. Internal C
Vaughan, Emmet. Fundamental of Risk and Insurance. 2nd, John Willey, 1978