Anda di halaman 1dari 12

Bismillahirrohmanirrohim.

Hi, my dear friends..


Apa kabar? Alhamdulillah, pada kesempatan yang luar biasa di bulan Ramadhan
ini saya dapat menulis e-book tentang Retorika Berpidato dengan judul "MAHIR
BERETORIKA, LAKUKAN 3 ASPEK PENTING BERIKUT!". Apa saja 3 aspek
penting tersebut? Nah, simak penjelasan di e-book ini hingga halaman terakhir
ya, kita akan kupas sampai tuntas.

E-book ini saya persembahkan untuk UKKI Unesa yang telah memberikan saya
kesempatan untuk sharing alias berbagi ilmu dan pengalaman pada acara
Pelatihan Public Speaking Online.

My dear friends..
Saat ini umat manusia sedang dihadapkan dengan fenomena dunia, pertama kali
dalam sejarah. Apa itu? ... Ya, pandemi Covid-19 alias virus corona. Pertama kali
dalam sejarah bulan Ramadhan juga, umat muslim menjalankan ibadah dalam
kondisi yang seperti sekarang ini. Ramadhan from home, ibadah sholat jamaah
di Masjid/Musholla dibatasi, tadarus Qur'an di Masjid/Musholla dibatasi, kajian,
halaqoh, dan serbaneka yang mengumpulkan banyak orang telah dibatasi. Tentu
Ramadhan ini tidak lebih semarak daripada sebelumnya.

Tapi sadarkah, sampai detik ini kalian yang membaca e-book ini, adalah sebuah
nikmat yang harus kita syukuri, jangan malah menjadi kufur atas nikmat Allah
SWT yang luar biasa ini. Marilah dengan mengucapkan hamdalah,
alhamdulillahirobbil'alamin. Rasa syukur ini tidak lain dan tidak bukan adalah
untuk melapangkan hati kita, bahwa kita masih diberikan kesempatan Allah SWT
untuk menambah amal ibadah kita. Terlebih di bulan Ramadhan ini, yang mana
setiap amalan yang kita lakukan, Allah SWT akan melipatgandakan pahala yang
diberikan pada hamba-Nya. Aamiin.

Mahir Beretorika – Moh. Rizqi Hidayat, S.Pd. ©2020 1


Perlu diingat kembali dampak Covid-19, selain resiko kematian, pandemi ini juga
membawa kabar buruk pada bidang ekonomi, sosial, pendidikan, dll. Lalu apa
hubungannya dengan Retorika Berpidato?

Nah, apakah Anda menyadari yang telah Anda baca dari salam pembuka hingga
paragraf di atas yaitu mewakili sepenggal teks retorika pidato yang telah saya
tulis spesial untuk Anda. Supaya Anda termotivasi melanjutkan membaca,
terpengaruhi untuk menyimak hingga teks saat ini yang Anda baca, dan memiliki
dampak bahwa Anda pun mampu Mahir Beretorika. Dan ini penting! Jika
Anda setuju, bahwa retorika berpidato itu penting, maka saya akan sampaikan
singkat saja tentang 3 Aspek Penting Mahir Beretorika, untuk Anda.

Ini yang akan kita pelajari, e-book ini berisi cara praktis Mahir Beretorika dengan
cara menguasai 3 aspek berikut:
1. Pidato yang Motivasional.
2. Retorika yang Memengaruhi.
3. Menciptakan Dampak yang Anda Inginkan.

My dear friends..
Hampir dua bulan terakhir, saya melihat orang-orang jadi stres dimana-mana.
Termasuk siswa dan mahasiswa, mungkin guru dan dosennya juga. Saya turut
prihatin. Info hoax bertebaran, provokasi merajalela. Tugas menumpuk bikin
geram, bosan dengan keadaan, salah menyikapi berita malah bikin pikiran ngga
karu-karuan. Untuk itulah, e-book ini saya tuliskan mudah-mudahan menjadi
bagian dari solusi walaupun tak seberapa. Karena semua itu bergantung Anda
menyikapinya, apakah Anda hanya sekedar membaca, atau Anda juga
mempraktikkan dalam kehidupan sehingga lebih bermanfaat. Setidaknya untuk
mengedukasi diri Anda sendiri, terlebih Anda juga mampu menyampaikan kabar
baik yang menenangkan bagi orang-orang di sekitar. Melalui apa? Melalui ilmu
retorika berpidato yang akan Anda pelajari saat ini, baik pidato yang nantinya
Anda tuangkan secara lisan maupun tulisan. Mudah-mudahan Anda memang
orang-orang pilihan yang mampu memperbaiki keadaan.

Mahir Beretorika – Moh. Rizqi Hidayat, S.Pd. ©2020 2


PIDATO yang MOTIVASIONAL

My dear friends..
Apakah Anda pernah mendengarkan istilah ini?, "Pidato yang hebat dihasilkan
oleh seorang penulis yang hebat.".

Nah, Anda setuju dengan kalimat itu? atau tidak?

Baiklah, yang setuju maupun tidak setuju. Anda simpan baik-baik dahulu ya
jawaban itu. Dan Anda akan memukan jawaban dari saya setelah Anda
membaca tulisan ini. Buktikan ya!

Lanjut, kalimat yang satu ini, tentu Anda juga tidak asing lagi.
"Tak ada yang perlu ditakuti kecuali rasa takut itu sendiri."
Kalimat tersebut sering disampaikan oleh para pembicara dalam seminar,
disampaikan oleh para motivator. Kalimat tersebut memang memberikan energi,
iyaa, coba baca ulang dan rasakan!
"Tak ada yang perlu ditakuti kecuali rasa takut itu sendiri."

Bagi orang-orang yang selalu tegar dan bersemangat, saat sedang terpuruk
kalimat itu dapat menjadi bahan bakar semangatnya lagi. Tidak lain juga bagi
orang-orang yang memiliki rasa percaya diri kurang baik. Saya yakin, kalimat
tersebut dapat menjadi stimulus yang positif bagi mereka.

My dear friends..
FYI, bahwa kalimat yang kita bahas berulang-ulang di atas merupakan kalimat
yang sering kali disampaikan oleh presiden Amerika Serikat kala itu, yaitu Barack
Obama. Barack Obama memang terkenal sebagai salah satu orator yang andal.
Setiap pidatonya memberikan energi dan menyentuh bagi pendengarnya. Istilah

Mahir Beretorika – Moh. Rizqi Hidayat, S.Pd. ©2020 3


ini dalam unsur public speaking disebut dengan Pathos atau daya tarik emosi
bagi audiens.

Bagian yang paling efektif yang wajib diperhatikan dari setiap pidato, khususnya
pidato motivasional adalah pengulangan.

Sekali lagi, bagian yang paling efektif yang wajib diperhatikan dari pidato
motivasional adalah pengulangan. Tipe pengulangan yang dapat digunakan
lebih spesifik dikenal dengan istilah “ANAFORA”.

“Anafora adalah pengulangan kata-kata pada awal sebuah kalimat.”

Berikut ini contoh kalimat yang mengandung teknik anafora, saya tulis pada
sebuah konten quotes di instagram pribadi saya, yaitu @m.rizqihidayat
tertanggal 22 November 2019. Anda bisa cek! Seperti ini kalimatnya.

Jangan berikan anak-anak seekor ikan.


Berikan mereka pancing beserta umpan.
Jangan ajarkan mereka tentang sesuatu yang instan.
Ajarkan kepada mereka cara berpikir dan gairah semangat
untuk mencapai yang ia cita-citakan.

My dear friends..
Tipe penyusunan kalimat seperti ini memiliki efek “Kresendo” bagi pembicara
maupun pendengarnya. “Kresendo” merupakan peningkatan dalam intensitas
kekuatan atau energi. Maka dengan teknik anafora seorang pembicara dapat
meningkatkan intensitas dalam pidatonya. Lebih terdengar berenergi, lebih
terdengar berbobot, lebih terdengar penting untuk diperhatikan. Sehingga
efeknya pada audiens adalah mereka lebih antusias untuk memerhatikan pidato
yang Anda sampaikan, hingga selesai! Karena intensitas yang Anda sampaikan
tentunya semakin lama akan semakin menarik untuk didengarkan. [Jeda] 

Mahir Beretorika – Moh. Rizqi Hidayat, S.Pd. ©2020 4


Anafora tentu saja dapat digunakan dalam pernyataan maupun pertanyaan.
Perhatikan paragraf berikut yaa.

Wahai sodara-sodaraku, seperti yang kita ketahui bersama pada tahun


2020 ini. Tahun ini adalah tahun yang banyak tantangan. Tahun ini adalah
tahun yang mengejutkan. Tahun ini adalah tahun sejarah buat kita semua.
Akankah kita hanya diam saja dengan keadaan yang penuh problematika ini?
Akankah kita hanya berperan sebagai penonton dalam sejarah dunia ini?
Akankah kita sebagai warga negara yang acuh tak acuh dengan sesama?
Akankah kita hanya pandai mengkritisi tapi bodong akan solusi?

Mari kita bertanya pada hati.


Apa yang telah kita berikan kepada Negara?
Bukan apa yang telah Negara berikan kepada kita.

My dear friends..
Jika diperhatikan, anafora juga dapat menggunakan kata seperti “kita” atau “mari
kita”. Karena kata tersebut adalah alat bahasa inklusif, yang pada dasarnya kata
tersebut dapat menyentuh audiens, dengan melibatkan audiens secara langsung
dalam penyataan maupun pertanyaan yang pembicara sampaikan. Kata ini
akan sangat bermanfaat. Ketika audiens merasa menjadi bagian dari isi pidato,
maka mereka akan lebih terlibat secara emosional. Karena disitulah kunci
daripada keberhasilan Retorika yang Motivasional. [Jeda] 

Saya kasih bocoran buat Anda, bahwa saya pun langsung mempraktikkan hal
tersebut dalam tulisan ini. Saya menggunakan kata “My dear friends..” sebagai
alat bahasa inklusif untuk menyapa Anda. Siapapun Anda, darimanapun Anda,
kenal atau pun belum kenal Anda dengan saya, Anda adalah orang yang spesial
bagi saya. Karena Anda adalah, my dear friends.

Mahir Beretorika – Moh. Rizqi Hidayat, S.Pd. ©2020 5


RETORIKA yang MEMENGARUHI

Hai, my dear friends..


Luar biasa, saat ini Anda mencapai bagian yang kedua pada e-book ini.
Pada topik “Retorika yang Memengaruhi” ini, sebagai rambu-rambunya Anda
perlu berhati-hati dan membacanya dengan fokus. Pastikan juga, Anda telah
tersenyum sebelum melanjutkan membaca paragraf berikutnya. 

Masih ingatkah dengan pertanyaan anafora yang saya sampaikan pada topik
sebelumnya? Yaa, seperti ini..
Akankah kita hanya diam saja dengan keadaan yang penuh problematika ini?
Akankah kita hanya berperan sebagai penonton dalam sejarah dunia ini?
Akankah kita sebagai warga negara yang acuh tak acuh dengan sesama?
Akankah kita hanya pandai mengkritisi tapi bodong akan solusi?

Sebenarnya, pertanyaan di atas jawabannya sudah sangat jelas, bukan?


Pertanyaan-pertanyaan tadi dikenal dengan istilah pertanyaan retorika.

“Sebuah pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang jawabannya sudah


sangat jelas dan tidak perlu disebutkan, alias tidak membutuhkan jawaban
praktis. Inti dari pertanyaan itu bukan untuk menerima jawaban,
melainkan menegaskan sebuah pernyataan dalam pertanyaan.”

Sampai di sini, Anda paham ya?

My dear friends..
Bagaimanapun juga, kita perlu berhati-hati ketika mengajukan pertanyaan-
pertanyaan retoris. Pembicara sebaiknya tidak terkesan menggurui, tapi kita juga
tidak ingin terdengar audiens bodoh. Fokus! Anda perlu fokus ke satu topik
kemudian menyampaikan dengan gaya pertanyaan retoris yang dapat Anda

Mahir Beretorika – Moh. Rizqi Hidayat, S.Pd. ©2020 6


ulang-ulang dengan kosakata yang enak didengar dan mudah diterima. Ingat
yah, pertanyaan Anda bukan untuk menerima jawaban, melainkan
menegaskan sebuah pernyataan dalam pertanyaan.

Pertanyaan retoris yang baik akan membuat audiens antusias dan bersemangat.
Meski pertanyaan itu tidak membutuhkan jawaban, namun dari pertanyaan itu
akan memunculkan informasi isi pembicaraan sehingga akan memicu
ketertarikan dan rasa penasaran. Dari sinilah pembicara telah melewati satu
tahap memengaruhi audiens. Apa yang Anda inginkan, satu langkah telah Anda
dapatkan. Yaitu audiens terpengaruh untuk mengikuti alur pembicaraan yang
selanjutnya akan Anda sampaikan. Okee, masuk akal? [Jeda] 

Next, selain pertanyaan retoris, ada pernyataan antitesis.

“Sebuah pernyataan antitesis pada dasarnya adalah pernyataan


dua gagasan yang saling bertentangan dalam satu struktur
yang saling berkesinambungan.”

Membuat pernyataan antitesis, gampang kok, my dear friends.. Coba kamu buat
ya, contohnya seperti ini.

Kita saksikan bersama hari ini, banyak dermawan yang berbondong-


bondong mendekat dan mendukung aksi donasi peduli kemanusiaan. Bukan
sekedar kekayaan materil yang mereka berikan, melainkan kesadaran
hati, rasa saling memiliki, menandakan bentuk syukur atas nikmat yang
paling tinggi. Karena mereka yakin tentang hal ini bahwa “Sedekah itu
tidak akan menghabiskan harta, melainkan hanya akan bertambahnya
nikmat dan berkah.”

Bayangkan ada pembicara yang menyampaikan kalimat itu dengan lembut,


semangat, dan nada yang MEYAKINKAN. Saya yakin, tidak sedikit audiens
yang akan terketuk niat baiknya.

Mahir Beretorika – Moh. Rizqi Hidayat, S.Pd. ©2020 7


Seperti yang Anda baca, antitesis mengontraskan dua hal yang bertentangan
dengan cara yang luwes namun meyakinkan. Retorika tipe ini memungkinkan
kita untuk menyampaikan pesan dengan nada yang inspirasional, mengesankan,
dan meyakinkan.

Kunci terakhir untuk membuat pidato Anda memiliki pengaruh yang kuat adalah
pada kekuatan 3V (Verbal, Vokal, Visual).

Masih ingat kan Anda dengan pernyataan pertama yang saya sampaikan pada
topik pidato yang motivasional, yang bunyinya begini, "Pidato yang hebat
dihasilkan oleh seorang penulis yang hebat." Nah kekuatan 3V yang pertama
yaitu Verbal.

“VERBAL dalam pidato dapat diartikan sebagai komunikasi yang


disampaikan baik secara TULISAN maupun LISAN.”

Kekuatan verbal ini menjadi pondasi seorang pembicara. Terkadang ada orang
yang merasa bahwa dirinya tidak mampu menyampaikan secara lisan, tapi mahir
dengan tulisan. Baik kita terima. [Jeda] Namun bagaimana dengan mereka yang
mahir menyampaikan dalam bentuk tulisan tapi juga mau BERUSAHA
melengkapi kemampuannya untuk menyampaikan secara lisan? Wow,
incredible. Luar biasa bukan, saya yakin dia akan menjadi pidato yang hebat,
pembicara yang hebat. Karena kemampuan menulis bagi pembicara itu menjadi
nilai plus. Bagi saya, sebelum menyampaikan secara lisan, saya perlu
menuangkan dalam bentuk tulisan yaitu yang disebut dengan NASKAH. Dari
sinilah saya akan berlatih, kata-kata apa saja yang akan saya sampaikan
sehingga menjadi susunan kalimat yang mengesankan.

Langsung saya singkat saja ya. Bagaimana dengan retorika yang


memengaruhi?, kekuatan 3V apa yang harus kita maksimalkan?

Mahir Beretorika – Moh. Rizqi Hidayat, S.Pd. ©2020 8


My dear friends..
Jawabannya yaitu kekuatan Vokal dan Visual. Nada, intonasi suara, dan bahasa
tubuh ini menjadi kunci utama. Dari penggunaan anafora (pengulangan kata),
pertanyaan retoris, serta pernyataan antitesis yang telah kita bahas di atas.
Goal dari konsep yang saya sampaikan adalah bergantung bagaimana Anda
melakukannya, apakah menyampaikan dengan nada dan intonasi suara yang
baik, serta bahasa tubuh yang dapat menarik emosi, atau tidak?

Maka lengkap sudah jika pidato Anda telah menggunakan kalimat retorika yang
tepat serta menyampaikan dengan vokal dan visual yang pas. Karena aspek-
aspek tersebut membuat pidato menjadi hidup dalam pikiran dan imajinasi para
pendengar. Sampai pada pencapaian ini, Anda, sebagai pembicara yang andal
telah masuk ke jiwa audiens. Dan Anda berhasil membuat retorika pidato yang
memengaruhi bagi mereka.

Sekarang, tinggal bagaimana Anda menciptakan dampak bagi audiens. Pada


satu aspek terakhir berikut ini, yaitu mengarahkan tindakan Audiens seperti
yang Anda inginkan.

My dear friends..
Simak topik berikut ini…

Mahir Beretorika – Moh. Rizqi Hidayat, S.Pd. ©2020 9


MENCIPTAKAN DAMPAK yang ANDA INGINKAN

My dear friends..
Setelah Anda mengetahui dua aspek penting pada topik sebelumnya, pada topik
ini Anda akan dihadapkan pada sebuah pilihan.

“Apakah Anda seorang pecundang? Ataukah Anda seorang pemenang?”

Sebagian orang setelah mendapatkan ilmunya, dia enggan untuk


mempraktikkannya. Saya harap Anda bukan bagian dari sebagian orang tersebut
yang saya katakana. Dan pilihannya ada pada Anda.

“Apakah Anda seorang LOSER? Ataukah Anda seorang WINNER?”

My dear friends..
Bagaimana perasaan dan pikiran Anda saat mendengar pertanyaan pilihan
tersebut?

Pertanyaan tersebut disebut dengan “pertanyaan pilihan palsu”. Why? Karena


di dalam pertanyaan itu kita menyajikan hanya dua pilihan yang berbeda. Salah
satu pilihan itu jelas pilihan yang baik, sementara yang satunya jelas pilihan yang
buruk. Setiap jiwa yang sadar akan memilih pilihan yang baik dong ya.

Dari pertanyaan semacam itu, audiens akan tersentuh dan merasa tertantang,
jelas! Mana ada orang yang tidak ingin menjadi yang terbaik, seperti pemenang.

Mahir Beretorika – Moh. Rizqi Hidayat, S.Pd. ©2020 10


Nah langkah selanjutnya Anda gunakan teknik “tantangan”. Misalnya..

“Kalau Anda merasa seorang pemenang? Buktikan kepada saya.


Lakukan apa yang sudah Anda ketahui. Kalau Anda merasa cukup baik?
Buktikan segera.”

Eiitss, tunggu dulu, bukankah itu terlalu agresif, dapat membuat audiens marah?
Tenang, jika Anda dapat menggunakan nada, intonasi, dan mimik wajah yang
tepat. Maka justru sebaliknya. Ketika kita menantang audiens, mereka akan jadi
lebih bersemangat. Mereka merasa inilah sebuah kesempatan. Karena jauh
dalam diri manusia, mereka ingin menunjukkan sesuatu yang mereka mampu.

Cara selanjutnya yaitu melalui “kutipan”.

“Kutipan dalam hal ini merupakan cara yang tajam untuk membuat pesan
mudah diterima dan diingat oleh audiens.”

Kutipan itu akan menjadi menarik, sekaligus sebagai penutup dari upaya
menciptakan dampak yang kita inginkan. Setelah mereka merasa tertantang,
kutipan yang baik akan menjadi energi plus untuk mendorong audiens
melakukan sesuatu yang kita inginkan. Misalnya..

“Sering kita mengucapkan rasa syukur, namun ingatlah bahwa


penghargaan yang tertinggi bukan hanya sekedar mengucapkan kata-kata
saja, melainkan dengan mengaplikasikan dalam kehidupan.”

Kutipan tersebut secara tidak langsung menawarkan suatu kesepakatan, tanpa


harus memunculkan kalimat kesepakatan. Melainkan kesepakatan melakukan
dengan kesadaran bukan lagi paksaan. [Jeda]  Begitulah caranya menciptakan
dampak yang Anda inginkan.

My dear friends, semoga bermanfaat. Bang Rizqi ucapkan, SEE YOU ON TOP!

Mahir Beretorika – Moh. Rizqi Hidayat, S.Pd. ©2020 11

Anda mungkin juga menyukai