Anda di halaman 1dari 29

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

HUKUM
PERINDUSTRIAN
INDONESIA

Dr. AL. Sentot Sudarwanto, S.H., M. Hum


Dona Budi Kharisma S.H., M.H
Ambar Budhi Sulistyawati S.H., M.Hum
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

BAB II

PERIZINAN INDUSTRI

1. Klasifikasi Industri
Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
tidak secara jelas mengklasifikasikan jenis-jenis industri. Dalam
Undang-Undang tersebut terdapat berbagai istilah mengenai jenis-
jenis industri, antara lain: industri hijau, industri strategis, industri
kecil, industri menengah dan industri besar.

Pasal 101 Undang-Undang Perindustrian dinyatakan bahwa:


(1) Setiap kegiatan usaha Industri wajib memiliki izin usaha
Industri.
(2) Kegiatan usaha Industri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. Industri kecil;
b. Industri menengah; dan
c. Industri besar.

Selanjutnya, dalam Pasal 102 Undang-Undang Perindustrian


dinyatakan bahwa:
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30 Bab II

(1) Industri kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (2)
huruf a ditetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai
investasi tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
(2) Industri menengah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101
ayat (2) huruf b ditetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja
dan/atau nilai investasi.
(3) Industri besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat (2)
huruf c ditetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan/atau
nilai investasi.
(4) Besaran jumlah tenaga kerja dan nilai investasi untuk Industri kecil,
Industri menengah, dan Industri besar ditetapkan oleh Menteri.

Dalam Undang-Undang Perindustrian mengklasifikasikan jenis


industri berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai investasi yang
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dalam ayat (4)
dijelaskan bahwa besaran jumlah tenaga kerja dan nilai investasi
untuk Industri kecil, Industri menengah, dan Industri besar ditetapkan
oleh Menteri.
Besaran tenaga kerja dan nilai investasi di atur dalam Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 64/M-IND/PER/7/2016 tentang Besaran
Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Investasi Untuk Klasifikasi Usaha
Industri. Dalam Peraturan Menteri tersebut mendefinisikan tenaga
kerja adalah tenaga kerja tetap yang menerima atau memperoleh
penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.1 Sedangkan Nilai
Investasi adalah nilai tanah, bangunan, mesin peralatan, sarana
dan prasarana, tidak termasuk modal kerja yang digunakan untuk
melakukan kegiatan industri.2
1
Kementerian Perindustrian, Peraturan Menteri Perindustrian No.
64/M-IND/PER/7/2016 tentang Besaran Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai
Investasi Untuk Klasifikasi Usaha Industri, Pasal 1 angka 2.
2
Kementerian Perindustrian, Peraturan Menteri Perindustrian No.
64/M-IND/PER/7/2016 tentang Besaran Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai
Investasi Untuk Klasifikasi Usaha Industri, Pasal 1 angka 3.
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

BAB III

KAWASAN INDUSTRI

1. Definisi Kawasan Industri


United Nations Development Organization (UNIDO) 1 memberikan
definisi Kawasan industri sebagai berikut:
“UNIDO’s broad definition of industrial parks isa tract of land developed
and subdivided into plots according to a comprehensive plan with or
without built-up factories, sometimes with common facilities for the use
of a group of industries”2 . Secara luas, definisi Kawasan industri
munurut UNIDO adalah suatu bidang tanah yang dikembangkan
dan dibagi lagi menjadi plot sesuai dengan rencana komprehensif
dengan atau tanpa pabrik yang dibangun, terkadang dengan
fasilitas umum untuk penggunaan sekelompok industri (terjemahan
bebas penulis).

1
UNIDO adalah badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
di bidang pengembangan industri untuk pengurangan kemiskinan,
globalisasi inklusif dan kelestarian lingkungan. Pada 17 Mei 2018, 168
Negara adalah Anggota UNIDO. Tujuan UNIDO, seperti yang dijelaskan
dalam Deklarasi Lima yang diadopsi pada sesi ke lima belas Konferensi
Umum UNIDO pada 2013, adalah untuk mempromosikan dan mempercepat
pengembangan industri yang inklusif dan berkelanjutan di Negara-negara
Anggota https://www.unido.org/who-we-are/unido-brief
2
Ibid, hal. 11.
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42 Bab III

Dalam Pasal 1 butir 11 Undang - Undang Perindustrian


mendefinisikan Kawasan industri sebagai kawasan tempat pemusatan
kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan
Kawasan Industri.
Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam
Kawasan industri terdapat Perusahaan Kawasan Industri dan
Perusahaan Industri. Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan
yang mengusahakan pengembangan dan pengelolaankawasan
Industri dan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang
memudahkan bagi perusahaan industriuntuk melakukan aktivitas
industri. Sedangkan perusahaan industri adalah perusahaan yang
melakukan kegiatan industri dengan mengunakan berbagai fasilitas
sarana dan prasarana yang disediakan oleh perusahaan Kawasan
industri dalam Kawasan industri.
Selain menyediakan peruntukkan lokasi industri bagi perusahaan
industri, perusahaan Kawasan industri juga menyediakan infrastruktur
pendukung sebagai sarana dan prasarana industri. Berbagai sarana
dan prarana tersebut antara lain: pengolahan air bersih, pengolahan
air limbah, pembangkit listrik, keamanan dan fasilitas umum seperti
klinik, tempat ibadah dan toilet.
Beberapa contoh Kawasan industri terbaik yang ada di Indonesia
antara lain: (1) Kawasan Industri KIIC (Karawang International
Industrial City)yang berada di Kabupaten Karawang Jawa Barat sebagai
kawasan industri terbaik di Indonesia dan kawasan kinerja terbaik
dalam manajemen dan pelayanan3. Perusahaan Kawasan industri yang
3
Kementerian Perindustrian melalui Direktur Jenderal Pengembangan
Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian (PPI) Deddy Mulyadi
memberi penghargaan kepada sejumlah kawasan industri terbaik di
Indonesia. Penghargaan tersebut dilakukan pada Senin. 28 Oktober
2013.Berdasarkan penilaian yang dilakukan beberapa pihak, dipilihlah 5
kawasan industri terbaik berdasarkan kategori masing-masing. Kawasan
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

BAB IV

PEMBANGUNAN INDUSTRI
BERWAWASAN LINGKUNGAN

1. Konsep Pembangunan Berwawasan Lingkungan


Tujuan pembangunan nasional pada hakekatnya adalah peningkatan
kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan
secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional dengan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memperhatikan perkembangan global. Secara berkelanjutan, artinya
dalam pembangunan harus dilandasi dengan wawasan lingkungan
sebagai sarana untuk mencapai kesinambungan dan menjadi jaminan
bagi kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang. Tujuan
pembangunan nasional dicapai dengan melaksanakan pembangunan
ekonomi secara konsekuen disegala bidang meliputi bidang pertanian,
industri, perdagangan, pertambangan, energi, perhubungan, koperasi,
tenaga kerja, transmigrasi dan pariwisata. Setiap pembangunan ekonomi
harus mempertimbangan dampak terhadap lingkungan, sehingga
perlu dikembangkan dan diimplementasikan pola pembangunan
berwawasan lingkungan.
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76 Bab IV

Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan suatu konsep


pembangunan di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang
muncul dan berawal dari rasa keprihatinan negara-negara dunia
terhadap timbulnya kerusakan dan pencemaran lingkungan yang
semakin mengkhawatirkan akan keberlangsungan fungsi kelestarian
lingkungan dan daya dukungnya terhadap kepentingan generasi
sekarang maupun generasi yang akan datang. Konsep ini lahir dan
berkembang setelah diawali dengan adanya Konferensi Tingkat
Tinggi yang diadakan oleh PBB pada tanggal 5 – 16 Juni Tahun
1972 di Swedia. Konferensi ini kemudian dikenal dengan Deklarasi
Stockholm 1972 dan juga menetapkan bahwa tanggal 5 Juni sebagai
“Hari Lingkungan Hidup Sedunia”.
Sejak tahun 1980-an agenda politik lingkungan hidup mulai
dipusatkan pada paradigma pembangunan berkelanjutan. Perjalanan
konsep pembangunan berkelanjutan kembali muncul dalam World
Conservation Strategy dari the International Union for the Conservation of
Nature (1980), kemudian istilah pembangunan berkelanjutan dipakai
oleh Lester R. Brown dalam buku Building a Sustainable Society (1981).
Istilah tersebut kemudian menjadi sangat populer melalui laporan
Brundtland, Our Common Future (1987)1
Pada tahun 1983 Majelis Umum PBB membentuk sebuah
badan, yaitu The Word Commision On Environment and Development
(WCED) yang diketauai oleh Perdana Menteri Norwegia, Gro
Herlem Bruntland. Sehingga Komisi ini juga dikenal dengan sebutan
Komisi Bruntland. Komisi Bruntland menghasilkan sebuah laporan
yan kemudian dipublikasikan “Our Common Future”. Laporan ini
memuat pendekatan terpadu terhadap masalah-masalah lingkungan
hidup dan pembangunan. Dalam laporan itu, Komisi Bruntland
1
A. Sonny Keraf, “Pembangunan Berkelanjutan atau Berkelanjutan
Ekologi?”, dalam Erman Rajagukguk dan Ridwan Khairandy (Editor),
Hukum dan Lingkungan Hidup Indonesia, Program Pascasarjana,
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, (Jakarta: FH. UI., 2001), hal, 1.
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

BAB V

STANDARISASI DAN PENILAIAN


KESESUAIAN

1. Definisi Standard, Standarisasi, Penilaian Kesesuaian dan


Standard Nasional Indonesia (SNI)
DeWayne B. Sharp memberikan definisi standard sebagai:
“A standard is the physical embodiment of a measurement unit, by
which its assigned value is defined, and to which it can be compared
for calibration purposes. In general, it is not independent of physical
environmental conditions, and it is a true embodiment of the unit
only under specified conditions. Another definition of a standard is
a unit of known quantity or dimension to which other measurement
units can be compared1”.

Menurut DeWayne, standar adalah perwujudan fisik dari unit


pengukuran, dengan mana nilai yang ditetapkan telah ditetapkan dan
dapat dibandingkan untuk tujuan kalibrasi. Secara umum, standar
tidak terlepas dari kondisi lingkungan fisik dan itu adalah perwujudan
1
De Wayne B. Sharp, Measurement Standards, CRC Press LLC,
2000, hal. 1, http://www.autex.spb.su/download/wavelet/books/
sensor/CH05.PDF,.
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
104 Bab V

sebenarnya dari unit hanya dengan spesifikasi tertentu. Definisi lain


dari standar menurut DeWayne adalah satuan kuantitas atau dimensi
yang diketahui dan dapat dibandingkan unit pengukuran lainnya.
World Trade Organization (WTO) juga memberikan definisi tentang
standar. Dalam Annex 1 The Agreement on Technical Barriers to Trade
(TBT Agreement) mendefinisikan standar sebagai berikut:
Standard is document approved by a recognized body, that provides, for
common and repeated use, rules, guidelines or characteristics for products
or related processes and production methods, with which compliance is not
mandato.It may also include or deal exclusively with terminology, symbols,
packaging, marking or labelling requirements as they apply to a product,
process or production method.

Apabila diterjemahkan secara bebas, standar adalah dokumen


yang disetujui oleh badan yang berwenang untuk mengatur terkait
penggunaan, pedoman atau karakteristik umum produk atau proses
terkait dan metode produksi yang sesuai dengan ketentuan. Standard
juga mencakup tentang terminologi, simbol, kemasan, tanda atau
persyaratan pelabelan yang berlaku untuk produk, proses atau
metode produksi.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi
dan Penilaian Kesesuaian (Undang-Undang Standarisasi) memberikan
definisi normatif tentang standar. Standar adalah persyaratan
teknis atau sesuatu yang dibakukan, termasuk tata cara dan metode
yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak/Pemerintah/
keputusan internasional yang terkait dengan memperhatikan
syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman,
serta perkembangan masa kini dan masa depan untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya2.
2
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang
Standarisasi dan Penilaian Kesesuaian (Undang-Undang Standarisasi),
Pasal 1 angka 3.
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

BAB VI

PENYELESAIAN SENGKETA
HUBUNGAN INDUSTRIAL

1. latar Belakang dan Obyek Sengketa Hubungan Industrial


Hubungan kerja yang tercipta antara pengusaha atau perusahaan
dengan tenaga kerja (buruh) yang biasanya disebut dengan hubungan
industrial1 sangat menentukan keberlangsungan kegiatan industri.
Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan hukum yang tercipta dari
suatu hubungan kerja atau perjanjian kerja mempunyaikarakteristik
yang khusus dibandingkan dengan hubungan hukum yang tercipta
dariperjanjian lainnya, seperti perjanjian jual beli, perjanjian sewa
menyewa dan sebagainya.
Karakteristik khusus hubungan pekerja sebagai penerima
kerja dan pengusaha sebagaipemberi kerja membentuk hubungan
1
Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Undang-Undang Ketenagakerjaan) mendefinisikan
hubungan industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk
antara pelaku dalam proses produksi baran dan/atau jasa yang terdiri
dari unsur pengusaha, pekerja, dan pemerintah yang didasarkan pada
nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
122 Bab VI

yang tidak seimbang. Sedangkan pada hubunganhukum karena


perjanjian lainnya, kedudukan antara para pihak seolah sejajar.
Ada pilihan-pilihanyang dapat dinegosiasikan antara para pihak
tersebut. Akan tetapi dalam hubungankerja ruang negosiasi ini
menjadi sempit2. Apalagi dalam kondisi saat ini di mana peluang
kerja tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja yang ada. Selain
itu pula, kemampuan SDM tenaga kerja yang masih dianggap belum
mampu untuk mengejar kebutuhan skill dunia usaha menempatkan
kedudukan para pihak pada posisi yang tidak sejajar. Karakteristik
khusus inilah yang menyebabkan gesekan antara perusahaan atau
pengusaha dengan buruh seringkali terjadi.
Adanya aksi demo dan mogok kerja yang dilakukan oleh buruh
tentu saja dapat berdampak pada berhentinya kegiatan industri
perusahaan. Selain itu, rendahnya upah yang dibayarkan kepada
buruh juga dapat berdampak pada kesejahteraan karyawan atau
daya beli buruh dan motivasi kerja. Kondisi tersebut tentunya dapat
berdampak luas pada output perusahaan. Bagi perusahaan, masalah
hubungan industrial adalah masalah penting yang harus segera
diselesaikan. Hal ini karena, dampak negatif yang timbulkan selain
membawa kerugian bagi perusahaan juga dapak berdampak pada
permasalahan social ekonomi sebuah negara. Artinya, iklim Industri
yang kondusif tidak mungkin tercipta tanpa adanya hubungan
industrial yang harmonis. Oleh karena itu, menjaga hubungan
industrial antara perusahaan dengan buruh agar tetap kondusif
penting untuk dilakukan.
Namun, aksi ribuan buruh yang berunjuk rasa masih seringkali
menghiasi pemberitaan baik di media elektronik maupun media cetak.
Misalnya pada 15 November 2017 di Kota Semarang, diberitakan
bahwa 1300 buruh menuntut kelayakan Upah Minimum Kabupaten/
2
Mahkamah Agung RI dan International Labour Organization (ILO),
“Kurikulum Untuk Hakim Pengadilan Hubungan Industria”, 2013, hal. 3.
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Black, Henry Campbell., Black’s Law Dictionary: Definition of The Term and
Phrases of American and English Jurisprudence Ancient and Modern, Sixth
Editiion, St. Paul.Minn, West Publishing. Co, 1990.
Bertahan di Tengah Krisis Global, Ringkasan Studi Kualitatif dan Kuantitatif
Dampak Krisis Ekonomi Global pada Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/BAPPENAS dan Badan Pusat Statistik (BPS
Bekerjasama dengan: AusAID, Bank Dunia dan Lembaga Penelitian
SMERU. 2010. Rumah Tangga di Indonesia (2009-2010).
Biro Perencanaan Tahun 2016 Kementerian Perindustrian Republik Indonesia,
Laporan Kinerja Kementerian Perindustrian Tahun 2015.
F, Belussi., & Sedita, S. R., Localized and distance learning in industrial districts.
Busines Network in Clusters and Industrial Districts. The Governance
of the Global Value Chain, 2010.
Hariyadi, Saputra. dan Purwanto, dalam Laporan Akhir Kajian Kebutuhan
Standard Dalam Dimensi Daya Saing dan Perlindungan Konsumen yang
disusun oleh Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian
dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan Pada
Tahun 2013.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, “Penguatan
UMKM Untuk Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkualitas”, Warta KUKM,
Volume 5-No.1, 2016.
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
148 Daftar Pustaka

Mahkamah Agung RI dan International Labour Organization (ILO).


Kurikulum Untuk Hakim Pengadilan Hubungan Industrial, 2013.
Mudrajad, Kuncoro., Ekonomika Industri Indonesia Menuju Negara Industri
Baru. 2010. Yogyakarta:CV. ANDI, 2007.
N., Rakhman, R., dkk. Analisa Triangular Trade dan Rantai Nilai di Asia dengan
Fokus pada Indonesia sebagai Masukan dalam Penyusunan Strategi Nasional
Indonesia di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN, Bank Indonesia, 2015.
Networks in Clusters and Industrial Districts. The Governance of the
Global Value Chain.
Sadono, Sukirno., Pengantar Teori Ekonomi Mikro, Edisi kedua, Jakarta: PT.
Karya Grafindo Persada, 1995.
Silalahi, Jur Udin. Analisis dan Evaluasi Hukum tentang Perlindungan Industri
Dalam Negeri (Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian),
(Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Badan
Pembinaan Hukum Nasional, 2009).
Steven, Spifak M & F Cecil Brenner, Standardization Essential, Principle and
Practice, (New York: Marcel Dekker Inc, 2001).
Statistics Division Department of Economic and Social Affairs United
Nation, International Standard Industrial Classification of All Economic
Activities Revision 4, Statistical papers Series M No. 4/Rev.4. New York:
United Nations, 2008.
Sudarwanto, Al Sentot, AMDAL dan Proses Penyusunan (Berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup. Surakarta: UNS Press, 2018.
Sudharto P Hadi, Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2001.
Timbul Raharjo, “Historitas Desa Gerabah Kasongan, Program Pascasarjana
Institut Seni Indonesia”, Cetakan Pertama Yogyakarta, 2009.
Wilson, John S, Standard, Regulation and Trade (WTO Rules and Developing
Country Concern), Development Trade and The WTO: A Hand Book,
(Washington DC: World Bank, 2002).

Jurnal
Herjanto, Eddy., Pemberlakuan SNI Secara Wajib di Sector Industri:
Efektivitas dan Berbagai Aspek Dalam Penerapannya. Jurnal Riset
Industri Vol.V.No.2. 2011.
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daftar Pustaka 149

M, Fujita., & Thisse., J. F. Economics of agglomeration. Journal of the Japanese


and international economies, 1996.
Kustanto, Heru, dkk., (Reindustrialisation and It’s Impact on Macro
Economy and Performane of Industry Sectors in Indonesia, Jurnal
Riset Industri Vol. VI No. 1, 2012.
An-naf, Jullisar., Tinjauan Analitis Terhadap Model Pembangunan Indonesia,
Jurnal Kybernan, Vol. 2, No. 1 Maret 2011.
Damayanthi, Vivin Retno., Proses Industrialisasi di Indonesia Dalam
Perspektif Ekonomi Politik, Journal of Indonesian Applied Economics
Vol. 2 No.1 Mei 2008.

Peraturan
Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Undang-
Undang Ketenagakerjaan).
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial.
Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
(Undang-Undang KEK) Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2014 tentang Standarisasi dan Penilaian
Kesesuaian (Undang-Undang Standarisasi).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang
Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 – 2035.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 107 Tahun 2015 ttg
Kawasan Industri.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Pembangunan Sarana dan Prasarana Industri.
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
150 Daftar Pustaka

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2018 tentang


Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara Elekronik.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Ketentuan-
Ketentuan Mengenai Penyediaan Dan Pemberian Tanah Untuk
Keperluan Perusahaan.
Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 40/M-IND/PER/6/2016 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri.
Peraturan Menteri Perindustrian No. 64/M-IND/PER/7/2016 tentang
Besaran Jumlah Tenaga Kerja dan Nilai Investasi Untuk Klasifikasi
Usaha Industri.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.04/2011 tentang Kawasan
Berikat.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.04/2012 Perubahan Kedua
Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/Pmk.04/2011 Tentang
Kawasan Berikat Sebagaimana Telah Diubah Dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 255/Pmk.04/2011.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012 Tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Memiliki AMDAL.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Penyusunan Dokumen lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Keterlibatan Masyarakat dalam proses AMDAL dan Izin
Lingkungan.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2013 tentang Tata
Laksana Penilaian danPemeriksaan Dokumen Lingkungan Hidup
Serta Penerbitan Izin Lingkungan.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor P.26/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 Tentang Pedoman
Penyusunan Dan Penilaian Serta Pemeriksaan Dokumen Lingkungan
Hidup Dalam Pelaksanaan Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik.
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) RI No. 95 Tahun 2015 tentang
Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia.

Internet
Annisa Sulistyo Rini, “Sektor Industri Masih Topang Perekonomian”,
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daftar Pustaka 151

http://industri.bisnis.com/read/20171127/257/713008/sektor-industri-
masih-topang-perekonomian, 27 November 2017.
“Posisi Daya Saing Indonesia Turun”, https://ekonomi.kompas.com/
read/2016/09/30/141541126/posisi.daya.saing.indonesia.turun, 30
September 2016.
Abdul Batasih, “Lantaran busuk, produk perikanan lokal di tolak AS”
https://industri.kontan.co.id/news/lantaran-busuk-produk-perikanan-
lokal-di-tolak-as, 13 September 2017.
Ahcmad Fauzi, “Asosiasi Petani Lawan Uni-Eropa dengan Boikot
dan Stop Ekspor CPO, Kompas, https://ekonomi.kompas.com/
read/2018/01/26/174000626/asosiasi-petani--lawan-uni-eropa-dengan-
boikot-dan-stop-ekspor-cpo, Jumat, 26 Januari 2018.
Monash University Library, “Australian Legal Dictionary”, http://guides.
lib.monash.edu/commercial-law/industrial-law.
“Indeks Daya Saing Global 2016-2017”, Kompas, 09 Februari 2017.
Kementerian Perindustrian, “Capai 5,49 Persen, Pertumbuhan Industri
Kembali Meroket di Atas Perekonomian”, Kemenperin.go.id, http://
www.kemenperin.go.id/artikel/18379/Capai-5,49-Persen,-Pertumbuhan-
Industri-Kembali-Meroket-di-atas-Perekonomian
UNIDO, “Unido Who We Are” https://www.unido.org/who-we-are/
unido-brief
https://finance.detik.com/industri/d-2397199/ini-kawasan-industri-terbaik-
di-indonesia
http://www.jababeka.com/id/corporate
https://www.ejip.co.id
http://www.batamindoindustrial.com
Investor daily, “Banyak Bocor Kawasan Berikat tidak Efektif”, Kemenperin.
go.id, http://www.kemenperin.go.id/artikel/4037/Banyak-Bocor,-
Kawasan-Berikat-Tidak-Efektif
“Kemenperin Dorong Kawasan Industri Bangun Pengolah Limbah B3”,
Kemenperin.go.id, (http://www.kemenperin.go.id/artikel/16259/
Kemenperin-Dorong-Kawasan-Industri-Bangun-Pengolah-Limbah-B3
tanggal akses 14 Mei 2018.
http://documents.worldbank.org/curated/en/400411468766543358/pdf/
multi-page.pdf
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
152 Daftar Pustaka

“Menperin: Kawasan Industri Wujudkan Wujudkan Pemerataan Ekonomi”,


Kemenperin.go.id, http://www.kemenperin.go.id/artikel/15928/
Menperin:-Kawasan-Industri-Wujudkan-Pemerataan-Ekonomi
United Nations Industrial Development Organization (UNIDO), “Global
Assesment Of Eco Industrial Parks In Developing and Emerging
Countries”, https://www.unido.org/sites/default/files/201702/2016_
Unido_Global_Assessment_of_Eco-Industrial_Parks_in_Developing_
Countries-Global_RECP_programme_0.pdf, November 2016.
“Europe and Central Asia” https://www.unido.org/sites/default/files/201511/
Europe_and_Central_AsiaIndustrial_Park_Compendium_1__0.pdf,
17 – 18 April 2012.
”About IEC (International Electrotechnical Commission) “, http://www.
iec.ch/about/?ref=menu.
Investor Daily, “Pembangunan Kawasan Industri Diarahkan ke Indonesia
Timur”, Kemenperin.go.id, http://kemenperin.go.id/artikel/10112/
Pembangunan-Kawasan-Industri-Diarahkan-Ke-Indonesia-Timur
tanggal akses 14 Mei 2018
Sindo, “Pemerintah Genjot Daya Saing Industri Kecil Menengah”, Kemenperin.
go.id, http://www.kemenperin.go.id/artikel/7446/Pemerintah-Genjot-
Daya-Saing-Industri%20-Kecil-dan-Menengah
Dara Azilia, “ Kemenperin Dorong IKM Beroperasi di Kawasan Industri”,
http://industri.bisnis.com/read/20170407/257/643370/kemenperin-
dorong-ikm-beroperasi-di-kawasan-industri, 7 April 2017.
De Wayne B. Sharp, Measurement Standards, (CRC Press LLC, 2000) http://
www.autex.spb.su/download/wavelet/books/sensor/CH05.PDF
“About ISO (International Organization for Standardization)“, https://
www.iso.org/files/live/sites/isoorg/files/archive/pdf/en/pub100288.
pdf dan http://www.iec.ch/about/?ref=menu
“The Codex Alimentarius”, http://www.fao.org/fao-who-codexalimentarius/
about-codex/en/#c453333
Pustan Kemenperin, “List SNI Wajib”, Kemenperin.go.id, http://pustan.
kemenperin.go.id/List_SNI_Wajib
Fitria Rahmawati, “Umk Dinilai Tak Layak 1-300 Buruh Jawa Tengah Gelar
Demo Besok” , Bisnis Tempo, https://bisnis.tempo.co/read/1033769/
umk-dinilai-tak-layak-1-300-buruh-jawa-tengah-gelar-demo-besok,
14 November 2017.
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daftar Pustaka 153

Farida Farhan, “ Pada 2017 Lebih dari 25000 Buruh Pabrik di Karawang
diberhentikan” , Kompac.com, https://regional.kompas.com/
read/2018/01/23/21450131/pada-2017-lebih-dari-25000-buruh-pabrik-
di-karawang-diberhentikan, 23 Januari 2018.
Hanif Dhakiri, “Cara Pemerintah Redam Perselisihan Buruh Pengusaha”,
Detik.com, https://finance.detik.com/industri/d-3743424/cara-pemerintah-
redam-perselisihan-buruh-pengusaha
“Industrial Laws In India”, India Corporate Cases https://www.corporate-
cases.com/2012/05/industrial-laws-in-india.html.
United Nations Industrial Development Organization, “Economic Zones in
the ASEAN: Industrial Parks, Special Economic Zones, Eco Industrial
Parks, Innovation Districts as Strategies for Industrial Competitiveness”,
https://www.unido.org/sites/default/files/2015-08/UCO_Viet_Nam_
Study_FINAL_0.pdf Agustus 2015.
“Izin Berusaha Kini Lebih Mudah Pemerintah Meluncurkan Sistem OSS,
Kominfo.go.id, https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/13373/
izin-berusaha-kini-lebih-mudah-pemerintah-meluncurkan-sistem-
oss/0/artikel_gpr tanggal akses 06 September 2018.
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
154 Daftar Pustaka
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

BIODATA PENULIS
Dr. AL. Sentot Sudarwanto.S.H.,M.Hum lulus
pendidikan S1 dari Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Tahun 1985, S2 Ilmu Hukum dari
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Tahun 1999
dan S3 Ilmu Hukum dari Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret Tahun 2013. Aktif menjadi
narasumber di Seminar Nasional, Lokakarya,
Workshop, Simposium, Sosialisasi, Focus Group Disscution
(FGD) tentang lingkungan hidup khususnya Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai.
Kursus yang telah diikuti, AMDAL Dasar (Tipe A) dan
AMDAL Penilai (Tipe C) Tahun 1991, AMDAL Penyusun (Tipe B)
Tahun 1994, Kursus penulisan buku teks bidang Lingkungan
Hidup Dirjen Dikti Jakarta Tahun 1995, Kursus Metodologi
Penelitian Aspek Sosial Lingkungan Tahun 1996, Kursus Pilihan
Penyelesaian Sengketa Lingkungan (ADR) Tahun 2004, Kursus
Mediasi Tahun 2010.
Awal pengabdiannya penulis sebagai Asisten Advokat Mr.
Sumarno P. Wiryanto dan staf LBH Surakarta (1985-1986),
diangkat sebagai Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta tahun 1986 - sekarang. Saat ini, selain mengajar
program S-1 juga mengajar Program Magister Ilmu Hukum,
Magister Kenotariatan (S-2) di Pascasarjana Fakultas Hukum
UNS, Magister Ilmu Lingkungan (S-2) dan Program Doktor (S-3)
Ilmu Lingkungan Pascasarjana UNS. Penulis juga mengajar
kursus AMDAL Dasar, AMDAL Penyusun dan AMDAL Penilai di
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) LPPM UNS serta


Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Wana Wiyata Yogyakarta.
Selaku Ketua Divisi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
di PPLH LPPM Universitas Sebelas Maret, penulis melaksanakan
studi dan menyusun dokumen UKL-UPL dan AMDAL di
berbagai sektor pembangunan dan telah bersertfpikat kompetensi
Anggota Penyusun AMDAL Nomor ATPA No. LHK 564 00069
2016.
Penulis beberapa kali menjadi saksi ahli kasus lingkungan
hidup di Pengadilan Negeri dan Staff Ahli Pansus DPRD
Kabupaten/Kota; juga sebagai Staf Ahli Pembahasan Peraturan
Menteri Kehutanan bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai;
sebagai Dewan Pakar Forum Pengelolaan DAS Solo dan tenaga
ahli Masyarakat Konservasi Tanah dan Air (MKTI) Provinsi Jawa
Tengah, Pengurus Ikatan Ahli Lingkungan Hidup Indonesia
(IALHI) serta Ketua Majelis Pengawas Daerah Notaris (MPD) Kota
Surakarta Tahun 2017- 2019.

Dona Budi Kharisma.S.H.,M.H lulus pendidikan


S1 tahun 2004 dan S2 tahun 2008 dari Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret. Penulis adalah
dosen tetap di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret. Mata kuliah yang diampu adalah Hukum
Bisnis, Hukum Perbankan, Hukum Perindustrian
dan Hukum Perdata International. Penulis aktif
menulis di beberapa jurnal ilmiah nasional dan international dan
di beberapa harian media massa baik cetak maupun online. Selain
itu penulis juga aktif sebagai narasumber dalam seminar dan
conference baik lokal maupun international serta menjadi tenaga
ahli dalam perumusan produk hukum dibeberapa daerah.
library.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id

Ambar Budhisulistyawati, S.H.,M.Hum lulus


pendidikan S1 tahun 1981 dan S2 tahun 2003 dari
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro. Penulis
adalah dosen tetap di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret. Mata kuliah yang diampu adalah
Pengantar Hukum Indonesia, Hukum Perdata,
Hukum Kontrak, dan Hukum Waris. Penulis adalah akademisi
yang sudah lama berkecimpung dan membidangi hukum perdata,
hukum orang dan keluarga serta kontrak. Beberapa penelitian
terakhir yang dilakukan adalah tentang perlindungan anak, waris
dan kontrak.

Anda mungkin juga menyukai