Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI BAHAYA DI PROYEK

Holland Village
Dosen Pengampu : Ibu Yusnita Handayani, S.K.M. M.Si

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Agus Miftah Wardana (022017001)


Anis Yeni Anggraini (022017002)
Apriyadi Saputra (022017003)
Elita Dewi Nopiatis (022017028)
Auralia Megauly Siagian (022017029)
Dika Hanggara (022017030)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


POLITEKNIK KETENAGAKERJAAN
2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya
makalah dengan judul “Identifikasi Bahaya Di Konstruksi Holland Village” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas kelompok Mata Kuliah Higiene Industri yang dibimbing oleh ibu Yusnita Handayani

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik dalam bentuk penyajian, kelengkapan isi, dan lain-lainnya. Untuk itu
dengan senang hati kami akan menerima segala saran, kritik dari para pembaca guna
perbaikan makalah ini di kemudian hari.

Kami mengucapkan terimasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan


memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, maka kami dengan senang
hati menerima kritikan serta saran-saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

Bekasi, 22 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................1
1.4 Metode Penulisan.......................................................................................................1

BAB II KAJIAN PUSTAKA...........................................................................................................2

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan kerja.............................................................2


2.2 Pengertian Higiene Industri.........................................................................................3
2.3 Pengertian Konstruksi.................................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................................4

3.1 Dasar Hukum...............................................................................................................4


3.2 Bahaya dan Resiko Di Tempat Kerja Kontruksi............................................................4
3.3 Pengendalian Bahaya................................................................................................10

BAB IV PENUTUP....................................................................................................................12

4.1 Kesimpulan................................................................................................................12
4.2 Saran.........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk adalah Perusahaan Kontraktor Umum independen


dan independen terbesar di Indonesia dengan konstruksi dan rekayasa sebagai bisnis
inti. Kemampuan konstruksi & teknik NKE mencakup karya sipil dan struktural.
Tambahan untuk konstruksi sebagai kegiatan intinya bisnis, NKE juga memiliki energi
terbarukan, sumber daya dan pengembangan usaha real estat yang terkait.

Perusahaan ini didirikan pada awal tahun delapan puluhan untuk membangun
perumahan dengan kualitas tinggi dan mewah. Sejak itu cakupan karya telah meningkat
secara signifikan, namun memberikan proyek konstruksi dengan kualitas dan standar
tertinggi telah berlaku. Sejak didirikan di 1982, NKE telah berhasil menyelesaikan proyek
infrastruktur 134 dan atas proyek pembangunan 170, tidak hanya di wilayah Jakarta
yang lebih luas, namun juga di seluruh Kepulauan Nusantara.

Project Holland Village - Cempaka Putih berada di Jl. Cempaka Putih Timur 12 no. 10
RT/ RW 01/07 Cempaka Putih Timur, Kota Jakarta Timur - DKI Jakarta 10510 merupakan
salah satu proyek dari PT NKE Nusa Konstruksi Enjiniring yang bergerak di bidang
konstruksi baik bangunan maupun proyek infrastruktur di Jakarta dan seluruh Indonesia.
Proyek Holland Village mulai dilakukan pembuatan pada tahun 2015, dan memiliki
rencana penyelesaian pada tahun 2019. Proyek bernama Holland Village ini tidak hanya
memiliki Apartement, terdapat pula fasilitas seperti Rumah Sakit, Sekolah, Mall, Ruang
Kantor, Taman, Helipad, dan juga Tower pada area Apartement. Kuantitas pekerja pada
proyek ini berbeda-beda tergantung pada mandor juga keadaan apabila harus (kejar
target). Namun saat ini perkiraan kurang lebih dari 500 pekerja, setiap harinya ada di
lingkungan proyek.

Dalam menjalankan sebuah proyek, PT Nusa Konstruksi Enjiniring selalu penerapan


sistem manajemen K3 didalamnya. Tujuan penerapan tersebut adalah guna mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan dan meningkatkan produktivitas atau
mempercepat waktu yang ditetapkan.

Dengan memiliki HSE bernama Yudha Bhaktiyono, proyek ini telah melakukan
penerapan K3 dengan dasar yang baik. Salah satu contohnya, di setiap lingkungan
pekerjaan terdapat banyak tanda peringantan, seperti Jalur Evakuasi, tanda atau gambar
penggunaan APD, slogan memperingati pekerja, "Hati-hati dalam bekerja, anak dan istri
menanti di rumah". Tanda peringatan tersebut sudah menjadi penerapan K3 dalam
konstruksi yang masuk ke dalam pengendalian K3 bagian administrasi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud K3 Konstruksi ?
2. Apa saja hukum yang mengatur tentang K3 konstruksi ?
3. Bahaya apa saja yang terdapat di perusahaan konstruksi ?
4. Bagaimana pengendalian bahaya di tempat kerja konstruksi ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bahaya-bahaya apa saja yang ada di konstruksi.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengendalikan bahaya di tempat kerja
konstruksi
3. Sebagai tugas kelompok dari mata kuliah higiene industri 2.

1.4 Metode Penulisan

Dalam pembuatan makalah mengenai Identifikasi Bahaya Di Konstruksi Holland


Village penulis menggunakan metode observasi lapangan.

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Ridley, John (1983) mengartikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu
kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

Husni (2003) Ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja
adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.

Landasan hukum yang mengatur tentang kesehatan, keselamatan, dan


kemananan kerja diatur dalam beberapa undang- undang, diantaranya :
a. Undang – Undang No 13 Tahun 2003 pasal 35 ayat 3 “Pemberi kerja dalam
mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup
kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga
kerja”.
b. Undang – Undang No 13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1 “Setiap pekerja
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas” :Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, Moral dan Kesusilaan, Perlakuan yang sesuai dengan harkat
dan martabat   manusia serta nilai-nilai agama
c. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Pasal 1 ayat 1 menjelaskan mengenai
definisi tempat kerja. Maka pembangunan kontruksi bangunan Holland Village
termasuk dalam tempat kerja dimana terdapat berbagai aktifitas kerja, orang
yang bekerja, dan potensi bahaya, karena itu perusahaan konstruksi wajib
untuk menerapkan K-3 sebagai upaya mengendalikan potensi bahaya yang
mengakibatkan kecelakaan kerja bagi para pekerja, material itu sendiri, bahkan
orang lain yang berada disekitar lingkungan tersebut.

Sebagaimana yang telah di paparkan dalam undang-undang no 13 tahun 2003


tentang ketenagakerjaan dan diperkuat dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970
tentang keselamatan dan kesehatan kerja. Dapat di simpulkan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K-3) adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi aman, tentram dan
selamat bagi pekerja dan perusahaan yang bersangkutan.

Keselamatan kerja adalah upaya agar pekerja selamat di tempat kerjanya


sehingga terhindar dari kecelakaan termasuk untuk menyelamatkan peralatan serta
hasil produksinya. Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari
bahaya selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan
salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Keselamatan kerja sangat
bergantung .pada jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.

3
Kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk menjaga kesehatan pekerja dan
mencegah pencemaran yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum.

Keamananan kerja adalah upaya agar pekerja merasa tentram dan aman di
tempat kerjanya. Ruang lingkup kemanan kerja meliputi upaya pemilik usaha dalam
memberikan ruang kerja dan peralatan kerja yang tepat. Keamanan kerja adalah unsur-
unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa
materil maupun non material

2.2 Pengertian Higiene Industri

Definisi higiene industri adalah upaya pemeliharaan lingkungan kerja (fisik,


kimia, radiasi dan sebagainya) dan lingkungan perusahaan. Terutama bertujuan
pengamatan dengan pengumpulan data, merencanakan dan melaksanakan pengawasan
terhadap segala kemungkinan gangguan kesehatan tenaga kerja dan masyarakat di
sekitar perusahaan. Dengan demikian sasaran kegiatan perusahaan adalah lingkungan
kerja serta lingkungan perusahaan. Penyehatan lingkungan kerja dan perusahaan
merupakan upaya pencegahan timbulnya penyakit akibat kerja dan pencemaran
lingkungan proses produksi perusahaan. Pada dasarnya, higiene perusahaan merupakan
upaya preventif dalam usaha mengurangi resiko terjadinya masalah K3 di sektor industri,
dengan fokus pendekatan Antisipasi, Rekognisi, Evaluasi, dan pengendalian (AREP)
bahaya potensi yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang timbul di/dari tempat kerja.

2.3 Pengertian Konstruksi

Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana.


Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai
bangunan atau satuan infrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa area. Secara
ringkas konstruksi didefinisikan sebagai objek keseluruhan bangunan yang terdiri dari
bagian-bagian struktur. Misal, Konstruksi Struktur Bangunan adalah bentuk/bangun
secara keseluruhan dari struktur bangunan.

Konstruksi dapat juga didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu
bangunan (jembatan, rumah, dan lain sebagainya). Walaupun kegiatan konstruksi
dikenal sebagai satu pekerjaan, tetapi dalam kenyataannya konstruksi merupakan
satuan kegiatan yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.

Pada umumnya kegiatan konstruksi diawasi oleh manajer proyek, insinyur


disain, atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor, sedangkan
pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang mengawasi

4
buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangunan lainnya untuk menyelesaikan fisik
sebuah konstruksi.

Untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi, perencanaan yang efektif


sangatlah penting. Hal ini terkait dengan rancang-bangun (desain dan pelaksanaan)
infrastruktur yang mempertimbangkan mengenai dampak pada lingkungan / AMDAL,
metode penentukan besarnya biaya yang diperlukan / anggaran, disertai dengan jadwal
perencanaan yang baik, keselamatan lingkungan kerja, ketersediaan material bangunan,
logistik, ketidaknyamanan publik terkait dengan yang disebabkan oleh keterlambatan
persiapan tender dan penawaran, dll

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Dasar hukum

Pada dasarnya setiap perusahaan terikat oleh adanya hukum yang mengatur
keselamatan dan kesehatan bagi pekerja. hal tersebut tertuang di dalam peraturan
perundangan maka sebagai perusahaan yang berdiri di Indonesia hukumnya wajib
menerapkan standar K3 di setiap perusahaan. Adapun dasar hukum yang mengatur
standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja di setiap perusahaan kontruksi sebagai
berikut:

1. Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan


2. Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
3. Undang-undang nomor 18 tahun 2012 tentang pangan
4. Peraturan pemerintah nomor 50 tahun 2012 tentang penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
5. Peraturan pemerintah nomor 101 tahun 2014 tentang pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun.
6. Peraturan menteri ketenagakerjaan nomor 5 tahun 2018 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja lingkungan kerja
7. ISO 45001 : 2018 sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
8. Peraturan menteri pekerjaan umum no 5 tahun 2014 tentang SMK3
konstruksi
9. OHSAS 18001, 14001, 9001

3.2 Bahaya dan Resiko Di Tempat Kerja Konstruksi

Bahaya (hazard) adalah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi
menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (PAK) yang dapat
menyebabkan kerusakan atau kerugian (manusia, properti, lingkungan atau kombinasi
ketiganya) - definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007.

Secara umum terdapat 5 (lima) faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain :
faktor bahaya fisik , faktor bahaya kimia, faktor bahaya biologi, , faktor bahaya ergonomi
serta faktor bahaya psikologi. Adapun bahaya-bahaya yang terdapat di lingkuan area
kerja proyek Holland Village antara lain sebahgai berikut:

A. Bahaya Fisik

6
1. Kebisingan, berasal dari paparan suara gerinda saat pemotongan besi jika
melebihi NAB beresiko mengalami gangguan pendengaran dan kehilangan
konsentrasi.
2. Getaran, berasal dari mesin PH Alimak (lift) yang bergerak naik turun untuk
mengangkut orang ataupun barang, getaran itu bisa dirasakan oleh semua
badan yang berada di dalamnya karena bekerja selama 8 jam berturut-turut
di dalam mesin ph alimik tersebut dan apabila sedang lembur maka bekerja
sampai malam dalam posisi stand by di dalam ph alimik seorang diri.
Getaran ini berpengaruh terhadap seluruh tubuh (Whole body vibration),
dihantarkan melalui bagian tubuh tenaga kerja yang menopang seluruh
tubuh yang beresiko kelelahan dan ketidaknyamanan saat bekerja.
3. Pencahayaan, kurangnya pencahayaan di sekitaran tempat kerja bisa
mengakibatkan mata sakit dan muda lelah.
4. Suhu, suhu panas mengakibatkan dehidrasi dan atau heatstress, suhu panas
ini berasal dari suhu udara dlingkungan kerja yang panas karena di sekitar
area kerja yang terbuka.
5. Radiasi, berasal dari paparan sinar matahari langsung saat pengecoran
dak/atap radiasi sinar matahari ini beresiko mengakibatkan kulit terbakar
dan heat stress bagi pekerja.

B. Bahaya Kimia
1. Debu berasal dari pekerja yang menyapu lantai dengan keadaan pekerja
tanpa menggunakan masker beresiko mengakibatkan debu beterbangan dan
sangat berbahaya apabila debu halus semen yang ada di area konstruksi
terhirup oleh pekerja karena akan beresiko mengakibatkan ISPA, iritasi mata
maupun penyakit paru-paru (pneumokonioses). Debu halus yang
berterbangan saat angin berhembus akan berbahaya juga bagi pekerja yang
tidak memakai masker di sekitar area tersebut seperti teknisi yang menjaga
mesin ph alimak dan pekerja lainnya.

C. Bahaya Biologi
1. Bakteri dan jamur Terdapat genangan air di area konstruksi dan banyak
sampah botol-botol yang tidak terpakai yang akan menjadi wadah
berkembang biaknya bakteri dan jamur di area kerja. Jika bakteri dan jamur
mengenai pekerja bisa beresiko mengakibatkan infeksi pencernaan dan sakit
perut.

D. Bahaya Ergonomi
1. Cara pekerja dalam mengambil material tidak dalam posisi jongkok akan
mengakibatkan kesalahan atau cidera pada punggung taupun kaki pekerja.
2. Pekerja mengambil material seorang diri dengan bentuk material yang
seharusnya diakukan oleh 2 orang maka beban yang ditanggung pekerja

7
dapat menimbulkan cidera yang berarti apabila dilakukan dengan tidak
sadar secara terus menerus.
3. Material yang tidak terpakai atau sudah dibuang dikumpulkan pada area
yang sering dilewati pekerja berlalu lalang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan
4. Scaffolding yang jaraknya terlalu sempit membuat pekerja harus
membungkuk saaat berjalan sehingga membuat ketidaknyamanan saat
bergerak berpindah dari satu sisi ke sisi lainnya.
5. Operator lift yang bekerja sendiri membuat dia melakukan dua pekerjaan
dalam satu waktu, yaitu dengan posisi tangan kanan menjaga pintu lift dan
tangan kiri menjalankan mesin lift.

E. Bahaya Psikologi
1. Stress pada operator mesin crane karena tidak dapat turun sewaktu – waktu
dan saat jam makan siang dan harus standbye menunggu mesin crane di
tempat ketinggian.

3.4 Pengendalian Bahaya


1. Eliminasi
2. Substitusi
3. Engineering Control
Membuat jaring pengaman di sekitar area gedung di sekitaran proyek untuk
mengatasi potensi terjadinya orang terjatuh dan peralatan kerja terjatuh
4. Administrasi
A. Menyediakan fasilitas toilet dan kebersihan, Penyebaran penyakit seringkali
bermula dari sanitasi yang buruk. Air seni dan kotoran manusia yang dibuang
sembarangan merupakan media penularan penyakit. Oleh karena itu, fasilitas
saniasi harus disediakan.
B. Selalu menjaga kebersihan diri pekerja , dengan cara menyediakan sabun cuci
tangan di toilet dan sekitar area kerja Sarana ini digunakan untuk
membersihkan diri setelah bekerja. Air pada fasilitas ini harus bersih dan bisa
melayani semua pekerja
C. Membuat dan memasang media pengingat dan peringatan atau rambu-
rambu mengenai cara kerja yang baik dan benar (SOP).
D. Di berlakukan rotasi sistem sift kerja mengatasi stress .
E. Menyediakan tempat pembuangan sampah
F. Melakukan pelatihan bagi para pekerja
G. Tersedia barak kerja. Barak kerja merupakan rumah sementara/tempat
tinggal bagi pekerja yang menginap di lokasi proyek. Barak pekerja harus
disediakan dengan kondisi yang nyaman, baik dan rapi supaya pekerja dapat
beristirahat dengan baik. Pemulihan tenaga pekerja merupakan hal yang
penting karena salah satu penyebab kecelakaan kerja adalah hilangnya
konsentrasi pekerja yang terlalu capai.

8
H. Tersedia ruang istirahat dan makan untuk pekerja. Adanya fasilitas ini
membuat pekerja dapat beristirahat saat lelah dan menjaga kualitas
makanan dari debu/kotoran.
I. Tersedia fasilitas APAR, Fire extinguisher,. Bahaya kebakaran dapat terjadi
sewaktu-waktu sehingga untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
kebakaran tersebut perlengkapan pemadam kebakaran harus selalu tersedia.
J. Tersedia kotak P3K, Kotak P3K merupakan perlengkapan pertolongan
pertama apabila terjadi kecelakaan kerja. Kotak P3K dianjurkan terdiri dari
kapas, perban, plester, obat luka bakar, kasa, Sopra-Tulle, gelas pencuci
mata, aquades, oba tetes mata, obat merah, rivanol, alkohol 70%, balsem,
peniti, gunting, vinset, dan sarung tangan karet.
K. Akses Pintu evakuasi tanpa halangan Evacuation sign, via:
www.glogster.comPintu darurat harus dapat mengevakuasi pekerj dengan
cepat apabila terjadi bencana. Oleh karena itu, pintu harus diberi tanda
evakuasi, penerangan yang cukup dan tanpa ada halangan (barang-barang).
L. Ketersediaan air putih, Pada kondisi normal, manusia perlu minum air sekitar
2-2,5 liter. Kekurangan minum menyebabkan dehidrasi, mudah sakit dan
hilangnya konsentrasi. Demi menghindari itu, setiap pekerjaan konstruksi
wajib menyediakan air putih yang cukup bagi pekerjanya.

5. Alat Pelindung Diri


a) Helm Pelindung berfungsi melindungi kepala dari benda-benda yang jatuh
dari atas. Helm pelindung harus terbuat dari bahan yang keras, cukup tebal
dan terdapat tali pengikat helm.
b) Pelindung Mata bertugas untuk menjaga keselamatan mata. Ada tiga
macam fungsi pelindung yaitu pelindung sinar, debu dan api.
c) Pelindung Telinga. Suara yang terlalu bising dapat menyebabkan sakit
telinga bahkan tuli. Mencegah hal itu, pada kebisingan diatas 85 dB
pelindung telinga wajib digunakan. Pelindung telinga terdiri dari sumbat
telinga dan tutup telinga.
d) Masker Pernafasan digunakan pada saat fogging dan pekerjaan berdebu.
Tujuan masker adalah mencegah masuknya debu dan udara kotor ke
pernafasan.
e) Rompi digunakan untuk melindungi badan. Selain itu, garis yang ada di
rompi schotlite juga merupakan tanda supaya pekerja terlihat di malam
hari.
f) Sabuk Pengaman dan bodi Harness adalah alat pelindung diri yang wajib
digunakan untuk pekerjaan pada ketinggian di atas 2 m. Tujuannya adalah
melindungi diri supaya tidak jatuh ke tanah apabila terpeleset.
g) Sarung Tangan adalah untuk melindungi keselamatan tangan. Ada berbagai
macam sarung tangan berdasarkan bahannya, yaitu:
 Sarung tangan berbahan kulit untuk pekerjaan pengelasan, pemotongan,
brazing dan penyambungan tali/baja.

9
 Sarung tangan berbahan vinyl untuk pekerjaan dengan zat kimia.
 Sarung tangan berbahan karet untuk pekerjaan listrik dan saat
pengecoran.
 Sarung tangan berbahan kain untuk pekerjaan ringan.
h) Sepatu untuk melindungi keselamatan kaki. Ada berbagai macam sepatu,
yaitu:
 Safety shoes dengan bahan kulit untuk pekerjaan berat dan rawan
benturan.
 Rubber boot dengan bahan karet untuk pekerjaan daerah basah.-
Electrical shoes dengan bahan karet untuk pekerjaan listrik.

10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi (k3 konstruksi) merupakan kondisi


dimana terciptanya cara kerja yang aman, pekerja yang sehat, dan lingkungan yang
nyaman dalam kegiatan membangun sarana maupun prasarana baik berupa
gedung,jembatan,rumah, atau kegiatan konstruksi lainnya.

Untuk menangani beberapa faktor bahaya dan resiko yang ditemukan pada
lingkungan kerja konstruksi dapat dilakukan pengendalian bahaya serta penerapan
dasar-dasar hukum k3 konstruksi.

4.2 Saran
1. Agar segera dilakukan pembuatan toilet/ tempat pembuangan urin untuk
pekerja pada setiap area kerja.
2. Lebih mengawasi pekerja, karena masih ditemukan pekerja-pekerja yang tidak
menggunakan APD dan tidak menjalankan prosedur kerja dengan baik.
3. Kami sangat mengapresiasi atas :
 prestasi yang telah diraih berupa penghargaan karena telah mencapai
target berupa “zero accident” sepanjang tahun 2018.
 Setiap operator yang direkut telah memiliki lisensi yang sah.
 Usaha para HSE untuk mengadop aturan-aturan yang lebih mendetail
guna menjamin k3 yang baik pada kegiatan konstruksi tersebut.
 Adanya sistem berbasis aplikasi untuk melaporkan ketidaksesuaian.

11
DAFTAR PUSTAKA

 Moeljosoedarmo, Soeripto. 2008. Higiene Industri. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia

 Rachmatiah, Indah Siti Salami., dkk. 2015. Kesehatan dan Keselamatan Lingkungan
Kerja. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

 Wahyu, Atjo. 2003. Higiene Perusahaan. Makassar: Universitas Hasanuddin.

 Suma'mur PK. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta: CV
Sagung Seto

12

Anda mungkin juga menyukai