Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PETA KOGNITIF

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas UTS Mata Kuliah Simulasi BLI yang Dibimbing oleh
Ibu Nuraini, M.Pd

Oleh:
Inang (D.202004206)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI
BOGOR
2023

1
Daftar isi

Bab I
Pendahuluan…………………………………………………….……………………………………..3
Rumusan masalah……………………………………………….…………………………………….3

Bab II
1. Psikoanalisis………………………………………..……………………………………………4
2. Behavioristik………………………………………..………………………..………………….6
3. Kognitif therapy………………………………………….……………………………………..10
4. Rasional emotive therapy……………………………………………………………………….11
5. Gestalt……………………………………………………………………………………..…….15
6. Client center Therapy………………………………………………………….………………..18
7. Analisis transaksional………………………………………………………………..…………20
8. Trait and factor ……………………………………………………………..………………….21

Bab III
Penutup…………………………………………………………………………………………22

2
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam rangka memberikan pelayanan bimbingan dan konseling mengenai masalah dipendidikan diperlukan berbagai metode dan
teknik yang sesuai agar dapat mengembalikan  motivasi peserta didik dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Sebagaimana
telah kita ketahui bahwa dalam pelayanan bimbingan dan konseling selalu berhubungan dengan teknik dan juga metode. Oleh karena
itu  dalam makalah ini akan penulis uraikan bagaimana metode memahami klien atau peserta didik, dan dalam bagian ini akan
dijelaskan pula mengenai teknik-teknik memberikan bimbingan dan bantuan.

B.     Rumusan Masalah
1. Peta Kognitif BKI

C.     Tujuan
1. Untuk menjelaskan Peta Kognitif BK

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Psikoanalisis Tokoh Sigmund freud


Konsep dasar Freud mempunyai perumpamaan tentang skema jiwa manusia seperti gunung es yang terbagi menjadi 3 bagian ,
yaitu :
1. Bagian puncak yaitu kesadaran ( conciousnes)
2. Bagian tengah Prakesadaran (sub-conciouses)
3. Bagian dasar ketidaksadaran ( Un-conciouses)
Teori psikoanalisis ini menyatakan bahwa “ ketidaksadaran” atau alam bawah sadar pada individu mempunyai
peran yang utama.
3 aspek kepribadian manusia menurut freud :
1. Id yaitu kepribadian bawaan lahir,yang diddasari pemenuhan bilogis untuk kepuasan dirinya sendiri,
karakter khas pada aspek ini adalah berwujud pada gambaran nafsu, hsrat seksual,dan perasaan superior
( ingin berkuasa)
2. Ego yaitu kepribadian yang sudah terpengaruh dari lingkungan atau duninya. Ego leniih mementingkan
keperluan lebih luas, dan ego juga mengatur id dan superego untuk pemenuhan kebutuhan sesuai dengan
kepentingan kepribadian yang teribat.
3. Supergo yaitu aspek yang berkaitan dengan moral atau nilai kehidupan, membedakan mana yang baik dan
yang buruk, dan sebagai penengah anatara id dan ego.
Fase dalam perkembangan kepribadian :
1. Fase infatile yaitu fase dimana naluri seks menjadi hal yang utama dalam pembentukam kepribadian anak
yang diklasifikasikan menjadi 3 fase yaitu
 Fase oral (0 – 1 tahun) yaitu fase dkmana seorang anak mendapat kesenangan melalui segala sesutau
yang masuk melalui mulutnya seperti makan,minum dan menghisap jari .
 Fase anal (1-3 tahun) yaitu fase dimana seorang anak mendapatkan kesenangan dari aktifitas buang
air besar yang menggambarkan kepuasan karena hilangnya rasa tertekan dan tidak nyaman pada
saluran pencernaan yang juga merupakan pemuas bagi id dan superego, dan fase ini adalah fase
dimana seseorang dapat melakukan control diri atau pengendalian diri.
 Fase falik yaitu seorang anak akan mendapat kepuasan melalui organ intimnya, dan mulai menyukai
lawan jenisnya.
2. Fase laten (5-12 tahun) yaitu fase pubertas ( puberity) seorang anak mulai merasa malu , dan menggantikan
kesennagan seksualnya dengan kesenangan yang lain, yang bersifat non-seksual atau disebut fase sublimasi.

4
3. Fase genital ( 12- dewasa) yaitu fase seseorang yang mulai menyibukan dirinya dengan keikutsertaan pada
sebuah komunitas, dan orientasi hidup nya mengalami perubahan menjadi sosialis dan realistis.
Asumsi 1. Tidak dapat mengontrol system id, ego dan superego
perilaku 2. Adanya kegagalan pada tahap perkembangan atau proses belajar sejak kecil
bermasalah
Tujuan 1. Menghidupkan kembali masalalu konse;u dengan menembus konflik yang ditekan .
konseling 2. Membentuk kembali struktur kepribadian klien dengan membawa ketidaksadaran kembali ke alam sadar
khusunya dengan befokus pada pemahaman dan pengenalan-pengenlan semasa kecil.
3. Membawa konseli dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) yang mengakibatkan
kecemasan kea rah perkembangan kesadaran intlektual.
4. Memberikan kesempatan kepada konseli untuk menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya.
Peran konselor a. Peran konselor dalam konseling ini yaitu membantu konseli dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan
hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara ynag realistis.
b. Membangun kerja sama dengan klien dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan
menafsirkan
c. Konselor memberikan perhatian kepada resistensi klien
Teknik Dalam proses konseling melalui pendekatan psikoanalisis menggunakan beberapa teknik – teknik yang digunakan
konseling yaitu :
1. Asosiasi bebas
adalah satu metode pengungkapan pengalaman masa lampau dan penghentian emosi-emosi yang
berkaitan dengan situasi traumatic di masa lalu. Hal ini dikenal sebagai kataris. Kataris secara sementara
dapat mengurangi pengalaman klient yang menyakitkan, akan tetapi tidak memegang peranan utama
dalam proses penyembuhan.
2. Interpretasi
mempunyai Fungsi interpretasi yaitu membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat
proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi. Interpretasi mengarahkan tilikan dan hal-hal yang tidak
disadari klient.Hal yang penting adalah bahwa interpretasi harus dilakukan pada waktu-waktu yang tepat
karena kalau tidak klient dapat menolaknya.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam interpretasi sebagai teknik terapi yaitu :
a. interpretasi hendaknya disajikan pada saat gejala yang diinterpretasikan berhubungan erat dengan
hal-hal yang disadari klient.
b. interpretasi hendaknya selalu dimulai dari permulaan dan baru menuju ke hal-hal yang dalam yang
dapat dialami oleh situasi emosional klient.
c. menetapkan resistensi atau pertahanan sebelum menginterpretasikan emosi atau konflik.
3. Analisis mimpi
Selama tidur pertahanan menjadi lebih lemah dan perasaan-perasaan yang tertekan muncul

5
kepermukaan. Freud melihat bahwa mimpi sebagai “royal road to the uncouncious” dimana didalam mimpi
semua keinginan, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari diekspresikan.
4. Resistensi
Adalah suatu dinamika yang dialami konseli atu klien untuk mempertahankan terhadap kecemasan, maka
dari itu peran konselor adalah untuk menginterpretasi konseli dan menyadarkan konseli alas an timbulnya
resistensi.
5. Transferensi ( pemindahan)
Adalah bentuk pengalaman yang mmuncul dengan sendirinya ketika prose terapetik yang dimana kegiatan
masa lalu yang tidak terselesaikan dengan orang lain dan akan berimbas pada masa kini dan akan
mereaksi analisis seperti yang dia lakukan kepada ibu atau ayahnya atau bahkan siapapun.
Deskripsi Proses konseling difokuskan pada usaha menghayati kembali pengalaman masa kanak-kanak, masa lampau yang
proses mulai ditata, dianalisis, ditafsirkan dengan tujuan untuk merekonstruksi kepribadian, menekankan pada sikap
konseling afektif dalam membuat pemahaman ketidaksadaran, pemahaman intelektual, akan tetapi harus mengasosiasikan
antara perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri, lanhgkah-langkah yang dapat ditempuh yaitu :
1. Menciptakan hubungan kerja dengan klien atau konseli
2. Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya daan melakukan transformasi
3. Kesadaran terhadap masalalu klien terutamapada masa anak-anaknya.
4. Pengembangan resustensi untuk pengembangan diri
5. Pengembangan hubungan transferensi klien terhadap konsleor
6. Melanjutkan kembali hal-hal yang resistensi
7. Menutup wawancara konseling.
Kelebiihan 1. Menggunakan terapi wicara dimana klien atau konseli akan dibimbing agar mau berbicara pada proses
pendekatan konseling melalui pendekatan ini
psikoanalisis Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk meredakan
penderitaan manusia.
Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan
transferensi-trasnferensi.
Pendekatan ini memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat tingkah laku serta untuk
memahami sumber-sumber dan fungsi simptomatologi.
Kelemahan 1. Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
pendekatan 2. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah
psikoanalisis ditentukan oleh masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah tanggung jawab individu berkurang.
3. Cenderung meminimalkan rasionalitas.
2. Behavioristik TOKOH Ivan Petrovich Pavlov/ B. waston
KONSEP Teori dan pendekatan behavior ini menganggap bahwa pada dasarnya manusia bersifat mekanistik atau merespon

6
DASAR kepada lingkungan dengan kontrol yang terbatas, hidup dalam alam deterministik dan sedikit berperan aktif
dalam menentukan martabatnya. Manusia memulai kehidupannya dan memberikan reaksi terhadap
lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang akan membentuk kepribadian.
Pendekatan behavioristic berfokus pada perubahan tingkah laku dengan menekankan pada pemberian
penghargaan bagi konseli atau klien ketika melakukan sesuatu yang baik dan memberi konsekuensi untuk
mencegah konseli untuk tidak melakukan seuatu yang buruk.
Prinsip dalam pendekatan behavioristic adalah :
1. Seseorang dikatakan Belajar adalah ketika membawa suatu perubahan perilaku
2. Stimulus dan respon adalah urgensi dalam pendekatan ini
3. Adanya reinforcement (penguatan) untuk memperkuat respon.
Ciri-ciri dalam pendekatan behavioristic adalah :
1. Proses pendidikan.
2. Mengutamakan pengaruh lingkungan.
3. Hasil pembelajaran fokus pada terbentuknya perilaku yang diinginkan.
4. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon.
5. Bersifat mekanistis atau dilakukan dengan mekanis tertentu, misalnya meminta maaf.
6. Menganggap latihan itu adalah hal yang penting dalam proses pembelajaran.
Asumsi Gordon Alport memandang abnormalitas sebagai matter of degree, sedangkan Aubrey Yates mengklasifikasikan
perilaku penyimpangan pada tingkah laku dalam empat kategori, yaitu :
bermasalah a. Menunjukkan gejala neuroticism yang tinggi, sekalipun ada tekanan (stress) yang rendah tetapi dihayati subyek
sebagai ancaman.
b. Memperlihatkan gejala neuroticism yang rendah akan tetapi mengalami tekanan (stress) yang tinggi.
c. Memperlihatkan gejala neuroticism yang rendah akan tetapi gagal untuk memperoleh keterampilan yang
kompleks.
d. Memperlihatkan gejala psychoticism yang tinggi.
Tujuan Dalam pendekatna behavioristic ini mempunyai beberapa tujuan konseling yaitu :
konseling 1. Konseling membantu klien mempelajari tingkah laku baru untuk memecahkan masalahnya
2. Menghilangkan tingkah laku yang salah dan membentuk tingkah laku baru
3. Memperkuat dan mempertahankan prilaku yang diinginkan
4. Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan
mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).
5. Membantu konseli membuang respons-respons yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan
mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive).

Peran konselor Dalam pendekatan behavioristic ini konselor harus memiliki peran Aktif dan direktif.
1. Aktif untuk melakukan intervensi dan membawa konseli dalam perubahan prilaku yang diharapkan.

7
2. Direktif adalah upaya konselor untuk memberikan arahan secara langsung kepada koseli.
Teknik Dalam proses konseling behavioristic terdapat beberapa teknik umum yang digunakan yaitu :
konseling 1. Schedule pengutan yaitu suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika tingkah laku baru selesai
dipelajari dan dimunculkan oleh klien, penguatan harus dilakukan secara konsisten sampai tingkahlaku
tersebut muncul dalam diri klien.
2. Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku baru secara bertahap.
3. Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku meladaptif tidak
berulang. Ini didasarkan pada pandangan bahwa individu tidak akan bersedia melakukan sesuatu apabila
tidak mendapatkan keuntungan.
Adapun teknik-teknik secara spesifik nya yaitu :
a. Desensitisasi Sistematik.
Desensitisasi sistematik adalah teknik yang paling sering digunakan. Desensitiasi sistematik adalah teknik
yang cocok untuk menangani fobia-fobia, tetapi keliru apabila menganggap teknik ini hanya bisa
diterapkan pada penanganan ketakutan-ketakutan. Teknik ini diarahkan kepada klien untuk menampilkan
respon yang tidak konsisten dengan kecemasan. 
b. Latihan Asertif.
Pendekatan behavioral yang dengan cepat mencapai popularitas adalah latihan asertif yang bisa
diterapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk
menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar.
c. Penguatan Positif.
Pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah
laku yang diharapkan muncul adalah suatu cara yang ampuh untuk mengubah tingkah laku.
d. Modeling ( percontohan) teknik ini mengarahkan konseli untuk mengamati tingkah laku seseorang
kemudian diperkuat untuk mengikuti tingkahlaku model tersebut.
Deskripsi Menurut komalasari (2011) tahapan dalam konseling behavior adalah sebagai berikut:
kegiatan a. Melakukan asesmen (assessment) 
konseling Tahap ini bertujuan untuk menentukan apa yang dilakukan oleh konseli pada saat ini. Asesmen dilakukan adalah
aktivitas nyata, perasaan dan pikiran konseli. Terdapat enam informasi yang digali dalam asesmen yaitu: 
1. Analisis tingkah laku yang bermasalah yang dialami konseli saat ini. Tingkah laku yang dianalisis adalah
tingkah laku yang khusus. 
2. Analisis tingkah laku yang didalamnya terjadi masalah konseli. Analisis ini mencoba untuk
mengidentifikasi peristiwa yang mengawali tingkah laku dan mengikutinya sehubungan dengan masalah
konseli. 
3. Analisis motivasional.
4. Analisis self kontrol, yaitu tingkatan kontrol diri konseli terhadap tingkah laku bermasalah ditelusuri atas
dasar bagaimana kontrol itu dilatih atas dasar kejadian-kejadian yang menentukan keberhasilan self

8
kontrol.
5. Analisis hubungan sosial, yaitu orang lain yang dekat dengan kehidupan konseli diidentifikasi juga
hubungannya orang tersebut dengan konseli. Metode yang digunakan untuk mempertahankan hubungan
ini dianalisis juga. 
6. Analisis lingkungan fisik-sosial budaya. Analisis ini atas dasar norma-norma dan keterbatasan lingkungan.
b. Menentukan tujuan (goal setting) 
Konselor dan konseli menentukan tujuan konseling sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan informasi
yang telah disusun dan dianalisis. Fase goal setting disusun atas tiga langkah, yaitu: 
1. Membantu konseli untuk memandang masalahnya atas dasar tujuan-tujuan yang diinginkan.
2. Memperhatikan tujuan konseli berdasarkan kemungkinan hambatan-hambatan situasional tujuan belajar
yang dapat diterima dan dapat diukur. 
3. Memecahkan tujuan ke dalam sub-tujuan dan menyusun tujuan menjadi susunan yang berurutan.
c. Mengimplementasikan teknik (technique implementation) 
Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan konseli menentukan strategi belajar yang terbaik untuk
membantu konseli mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Konselor dan konseli
mengimplementasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami oleh konseli (tingkah laku
excessive atau deficit).
d. Evaluasi dan mengakhiri konseling (evaluation termination) 
Evaluasi konseling behavioristik merupakan proses yang berkesinambungan. Evaluasi dibuat atas apa yang
konseli perbuat. Tingkah laku konseli digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan
efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi lebih dari sekedar mengakhiri konseling. Terminasi
meliputi: 
1. Menguji apa yang konseli lakukan terakhir. 
2. Eksplorasi kemungkinan kebutuhan konseling tambahan. 
3. Membantu konseli mentransfer apa yang dipelajari dalam konseling ke tingkah laku konseli.
4. Memberi jalan untuk memantau secara terus menerus tingkah laku konseli.

Kelebihan
pendekatan Kelebihan dari teori konseling behavioral adalah :
behavioristik 1. Dengan memfokuskan pada perilaku khusus bahwa klien dapat berubah, konselor dapat membantu klien
kea rah pengertian yang lebih baik terhadap apa yang harus dilakukan sebagai bagian dari proses
konseling.
2. Dengan menitikberatkan pada tingkah laku khusus, memudahkan dalam menentukan criteria keberhasilan
proses konseling
3. Memberikan peluang pada konselor untuk dapat menggunakan berbagai teknik khusus guna menghasilkan
perubahan perilaku.

9
Kekurangan Keekurangan Teori Konseling Behavioral adalah :
pendekatan 1. Kurangnya kesempatan bagi klien untuk terlibat kreatif dengan keseluruhan penemuan diri atau
behavioristik aktualisasi diri
2. Kemungkinan terjadi bahwa klien mengalami “depersonalized” dalam interaksinya dengan konselor.
3. Keseluruhan proses mungkin tidak dapat digunakan bagi klien yang memiliki permasalahan yang tidak
dapat dikaitkan dengan tingkah laku yang jelas.
4. Bagi klien yang berpotensi cukup tinggi dan sedang mencari arti dan tujuan hidup mereka, tidak dapat
berharap banyak dari konseling behavioral.
3. Kognitif Nama tokoh Jean piaget, Jerome brunner , Ausebel dan Robert M. Gagne
therapy
Konsep dasar Hakikat perkembangan kognitif adalah perkembangan kemampuan berpikir, operasional formal dengan ditandai
dengan kemampuan berpikir deduktif, hipotetik dan secara makna kognitif merupakan semua kegiatan mental
yang membuat suatu individu mampu menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu peristiwa, sebagai
akibatnya individu tersebut mampu menerima pengetahuan setelahnya.
Asumsi a. Tingkah laku yang bermaslah menurut pendekatan ini adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan
perilaku negative atau tingkah laku yang tidak tepat yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan
bermasalah lingkungan
b. Tingkah laku yang slah hakikatnya terbentuk dari cara belajar dan lingkungan yang salah.
Tujuan Tujuan dari konseling melalui pendekatan kognitif adalah mengajak peserta didik untuk menentang pikiran dan
konseling emosi yang maladaptive dengan menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan peserta didik
tentang masalah yang sedang dihadapi.
Peran konselor Pendekatan konseling kognitif perilaku adalah konseling kolaboratif yang dilakukan terapis atau kkonselor dan
konseli, konselor harus mampu memahami maksud dan tujuan yang diharapkan konseli serta membantu konseli
dalam mewujudkannya, peran konselor yaitu menjadi pendengar, pengajar dan pemberi semangat.
Deskripsi Secara umum, proses konseling terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah); (2)
kegiatan tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap perubahan dan tindakan).
konseling 1.Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien menemui konselor hingga berjalan sampai konselor dan klien menemukan
masalah klien, tahapan nya yatu:
a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport)
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
c. Membuat penaksiran dan perjajagan
d. Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien.
2. Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya adalah memasuki tahap inti atau

10
tahap kerja. Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya:
a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam
b. Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien meninjau kembali permasalahan
yang dihadapi klien.
c. Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.
3. Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:
 Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
 Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah terbangun dari
proses konseling sebelumnya.
 Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
 Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
Pada tahap akhir ditandai beberapa hal, yaitu:
 Menurunnya kecemasan klien
 Perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat dan dinamis
 Pemahaman baru dari klien tentang masalah yang dihadapinya
 Adanya rencana hidup masa yang akan datang dengan program yang jelas.
Kelebihan 1. Berfungsi untuk memperbaiki pola piker peserta didik agar lebih rasional dari pola piker negative menjadi
kognitif positif
therapy 2. Teori ini juga dapat meningkatkan motivasi peserta didik
3. Teori kognitif juga dapat menjadikan lebih kreatif dan mandiri.
Kekurangan 1. Teori tidak menyeluruh untuk semua pendidikan.
kognitif 2. Sulit dipraktikan khususnya ditindak lanjut.
therapy
4. Rasional Nama tokoh Albert Ellis
emotive
therapy
Konsep dasar Menurut Albert ellis manusia adalah mahluk berpikir rasional dan irrasional , ketika manusia berfikir dan
bertingkah laku secara rasional maka manusia akan efektif, bahagia dan kompeten. Dan ketika manusi berfikir dan
bertingkahlaku irrasional individu akan menjadi tidak efektif.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert
Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu :
1. Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu.
2. Belief (B) yaitukeyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa.
Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan
keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).

11
3. Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam
bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A).
Asumsi Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku bermasalah adalah merupakan tingkah laku
perilaku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional dengan ciri-ciri yaitu :
bermasalah a. tidak dapat dibuktikan.
b. menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu.
c. menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif.
Adapun faktor penyebab seorang indivicu tidak dapat berfikir rasional yaitu :
1. Individu tidak berpikir jelas tentangg saat ini dan yang akan dating, antara kenyatan dan imajinasi.
2. Individu tergantung pada perencanaan dan pemikiran orang lain.
3. Orang tua atau masyarakat memiliki kecenderungan berpikir irasional yang diajarkan kepada individu
melalui berbagai media.

Tujuan Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang
konseling irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri,
meningkatkan sel-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa
berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.
Adapun 3 tingkatan insight yang perlu dicapai klien atau konseling dalam pendekatan RET :
1. Klien memahami tentang tingkahlaku penolakan diri yang dihubungkan pada peristiwa-peristiwa
sebelumnya.
2. Setelah dilakukan konseling , konseli diharap dapat menyadari bahwa semua yang terjadi saat ini adalah
karena berkeyakinan yang irrasional yang terus dipelajari dan diperoleh sebelumnya.
3. klien dapat mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional
kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.
Dan klien yang telah memiliki pemahaman rasional akan terjadi penngkatan dalam hal :
1) minat kepada diri sendiri (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi terhadap pihak lain, (5) fleksibel,
(6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani
mengambil risiko, dan (10) menerima kenyataan.
Peran konselor Beberapa peran atau Tugas konselor untuk mencapai tujuan konseling melalui pendekatan RET yaitu :
1. Mengajak klien untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak
gangguan tingkah laku.
2.     Menantang klien untuk menguji gagasan-gagasannya.
3.     Menunjukkan kepada klien ketidaklogisan pemikirannya.
4.     Menggunakan suatu analisis logika untuk meminimalkan keyakinan-keyakinan irasional klien.
5.     Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan bagaimana keyakinan-keyakinan akan

12
mengakibatkan gangguan-gangguan emosional dan tingkah laku di masa depan.
6.     Menggunakan absurditas dan humor untuk menghadapi irasionalitas pikiran klien
7.     Menerangkan bagaimana gagasan-gagasan yang irasional bisa diganti dengan gagasan-gagasan yang rasional
yang memiliki landasan empiris, dan
8.     Mengajari klien bagaimana menerapkan pendekatan ilmiah pada cara bepikir sehingga klien bisa mengamati
dan meminimalkan gagasan-gagasan irasional dan kesimpulan-kesimpulan yang tidak logis sekarang maupun
masa yang akan datang, yang telah mengekalkan cara-cara merasa dan berperilaku yang merusak diri.

Teknik-teknik Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kogntif, afektif, dan behavioral
konseling RET yang disesuaikan dengan kondisi klien. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut.
1. Teknik-Teknik Kognitif
Teknik-teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Dewa Ketut
menerangkan ada empat teknik besar dalam teknik-teknik kognitif :
a.       Teknik Pengajaran – Dalam RET, konselor mengambil peranan lebih aktif dari klien. Teknik ini memberikan
keleluasan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan
bagaimana ketidaklogisan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.
b.      Teknik Persuasif – Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya kerana pandangan yang ia kemukakan
itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan, mengemukakan berbagai argumentasi untuk
menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
c.       Teknik Konfrontasi – Konselor menyerang ketidaklogisan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir
yang lebih logik.
d.      Teknik Pemberian Tugas – Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan
tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka
merasa dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir.
2. Teknik-Teknik Emotif
            Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering
digunakan ialah:
a.      Teknik Sosiodrama – Memberi peluang mengekspresikan pelbagai perasaan yang menekan klien itu melalui
suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan,
tulisan atau melalui gerakan dramatis.
b.     Teknik ‘Self Modelling’ – Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan konselor untuk menghilangkan
perasaan yang menimpanya. Dia diminta taat setia pada janjinya.
c.      Teknik ‘Assertive Training’ – Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien dengan pola
perilaku tertentu yang diinginkannya.
3. Teknik-Teknik Behavioristik
Teknik ini khusus untuk mengubah tingkah laku pelajar yang tidak diingini. Antara teknik ini ialah:

13
a.      Teknik Reinforcement – Mendorong klien ke arah perilaku yang diingini dengan jalan memberi pujian dan
hukuman. Pujian pada perilaku yang betul dan hukuman pada perilaku negatif yang dikekalkan.
b.     Teknik Social Modelling – Digunakan membentuk perilaku baru pada klien melalui peniruan, pemerhatian
terhadap Model Hidup atau Model Simbolik dari segi percakapan dan interaksi serta pemecahan masalah.
            Berdasarkan kepada penjelasan teknik di atas, dapat dilihat bahawa teknik terapi TRE ini bukan saja
terbatas pada sisi konseling, tetapi juga berlaku di luar sesi konseling.

Deskripsi 1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien
proses dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya.
konseling 2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari klien dan
berintikan pemecahan masalah yang rasional.
3. Emotif-ekspreriensial, artinta bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada
aspek emosi klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-
akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan
mendorong terjadinya perubahan tingkah laku klien.

Kelebihan Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang klienuntuk meneliti rasionalitas dari keputusan
pendekatan yang telah diambil serta nilai yang klien anut.
RET a. Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan pemahaman yang di dapat oleh klien
sehingga klien akan langsung mampu mempraktekkan perilaku baru mereka.
b.  Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang komprehensif dan eklektik.
c.  Rasional emotif mengajarkan klien cara-cara mereka bisa melakukan terapi sendiri tanpa intervensi
langsung dari terapis.

Kekurangan Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam proses terapeutik ada hal-hal yang tidak
Pendekatan diperhatikan.
RET a.  Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antara klien dan terapis sehingga klien
mudah diintimidasi oleh konfrontasi cepat terapis.
b.  Klien dengan mudahnya terbius dengan oleh kekuatan dan wewenang terapis dengan menerima
pandangan terapis tanpa benar-benar menantangnya atau menginternalisasi ide-ide baru.
c. Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego.

5. Gestalt Nama tokoh Kurt Koffka, Max Wertheimer, and Wolfgang Kö hler
Konsep dasar Gestalt adalah sebuah teori yang menjelaskan proses persepsi melalui pengorganisasian komponen-komponen

14
sensasi yang memiliki hubungan, pola, ataupun kemiripan menjadi kesatuan. Teori gestalt beroposisi terhadap
teori strukturalisme. Teori gestalt cenderung berupaya mengurangi pembagian sensasi menjadi bagian-bagian
kecil.
Teori ini dibangun oleh tiga orang, Kurt Koffka, Max Wertheimer, andWolfgang Kö hler. Mereka menyimpulkan
bahwa seseorang cenderung mempersepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh
Asumsi tingkah Individu bermasalah, karena terjadinya pertentangan antara kekuatan “top dog” dan “under dog”. Top dog
laku adalah posisi kuat yang menuntut, mangancam sedangkan under dog adalah keadaan membela diri,
bermasalah tidak berdaya dan pasif. Individu bermasalah karena ketidakmampuan seseorang dalam mengintegrasikan pikiran
, perasaan, dan tingkah lakunya karena disebabkan mengalami kesenjangan antara masa sekarangdan masa yang
akan datang.Spektrum tingkah laku bermasalah pada individu meliputi :
a. Kepribadian kaku (rigid)
b. Tidak mau bebas-bertanggung jawab, ingin tetap tergantung
c. Menolak berhubungan dengan lingkungan 
d. Memeliharan unfinished bussiness
e. Menolak kebutuhan diri sendiri
f. f. Melihat diri sendiri dalam kontinum “hitam putih”
Tujuan Tujuan utama konseling Gestalt adalah membantu klien agar berani mengahadapi berbagai macamtantangan
konseling maupun kenyataan yang harus dihadapi. Tujuan ini mengandung makna bahwa klien haruslahdapat berubah dari
ketergantungan terhadap lingkungan/orang lain menjadi percaya pada diri, dapat berbuat lebih banyak untuk
meingkatkan kebermaknaan hidupnya.Individu yang bermasalah pada umumnya belum memanfaatkan
potensinya secara penuh, melainkan barumemanfaatkan sebagaian dari potensinya yang dimilikinya. Melalui
konseling konselor membantu klienagar potensi yang baru dimanfaatkan sebagian ini dimanfaatkan dan
dikembangkan secara optimal.Secara lebih spesifik tujuan konseling Gestalt adalah sebagai berikut.
1. Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas.
2. Membantu klien menuju pencapaian integritas kepribadiannya
3. Mengentaskan klien dari kondisinya yang tergantung pada pertimbangan orang lain ke mengatur
dirisendiri (to be true to himself).
Meningkatkan kesadaran individual agar klien dapat beringkah laku menurut prinsip-prinsip Gestalt,semua situasi
bermasalah (unfisihed bussines) yang muncul dan selalu akan muncul dapat diatasi dengan baik.

Peran konselor Dalam pendekatan teori Gestalt ini, peran konselor adalah:
1.Memfokuskan pada perasaan klien, kesadaran pada saat yang sedang berjalan, serta hambatanterhadap
kesadaran.
2.Tugas terapis adalah menantang klien sehingga mereka mau memanfaatkan indera mereka sepenuhnyadan
berhubungan dengan pesan-pesan tubuh mereka.
3.Menaruh perhatian pada bahasa tubuh klien, sebagai petunjuk non verbal.

15
4.Secara halus berkonfrontasi dengan klien guna untuk menolong mereka menjadi sadar akan akibat dari bahasa
mereka.
5. Konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-
perubahan yang diharapkan pada klien. 
6. Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah ditetapkan
sesuai dengan kondisi klien 
7. Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini.  
Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyegaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkahlakunya, konselor
mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling.

Teknik- teknik Beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam pendekatan Gestalt ini adalah :
konseling 1. Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk mendialogkan dua kecenderungan yang saling
bertentangan yaitu, kecenderungan top dog (adil, menuntut, dan berlaku sebagai majikan) dan under
dog(korban, bersikap tidak berdaya, membela diri, dan tak berkuasa). Disini ada permainan kursi
kosong,yaitu klien diharapkan bermain dialog dengan memerankan top dog maupun under dog sehingga
kliendapat merasakan keduanya dan dapat melihat sudut pandang dari keduanya.
2. Teknik Pembalikan
Teori yang melandasi teknik pembalikan adalah teori bahwa klien terjun ke dalam suatu yang
ditakutinyakarena dianggap bisa menimbulkan kecemasan, dan menjalin hubungan dengan bagian-bagian
diri yangtelah ditekan atau diingkarinya. Gejala-gejala dan tingkah laku sering kali mempresentasikan
pembalikandari dorongan-dorongan yang mendasari. Jadi konselor bisa meminta klien memainkan peran
yang bertentangan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya atau pembalikan dari kepribadiannya.
3. Bermain Proyeksi
Memantulkan pada orang lain perasaan-perasaan yang dirinya sendiri tidak mau melihat
ataumenerimanya.
4. Tetap dengan Perasaan
Teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada perasaan atau suasana hati yang
tidakmenyenangkan yang ia sangat ingin menghindarinya. Terapi mendesak klien untuk tetap atau
menahan perasaan yang ia ingin hindari itu.
Deskripsi 1.  konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yang memungkinkan perubahan-
konseling perubahan yang diharapkan pada konseli. Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap konseli berbeda,
Gestalt karena masing-masing konseli mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki
kebutuhanyang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.
2. konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan konseli untuk mengikuti prosedur yang telahditetapkan
sesuai dengan kondisi konseli. Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini, yaitu :Membangkitkan

16
motivasi konseli, dalam hal ini konseli diberi kesempatan untuk menyadariketidaksenangannya atau
ketidakpuasannya. Makin tinggi kesadaran konseli terhadap ketidakpuasannyasemakin besar motivasi untuk
mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula keinginannyauntuk bekerja sama dengan
konselor.Membangkitkan dan mengembangkan otonomi konseli dan menekankan kepada konseli bahwa
konseli bolehmenolak saran-saran konselor asal dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung
jawab.
3. Konselor mendorong konseli untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada saat ini, konseli
diberikesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam situasi di
sinidansaat ini, Kadang-kadang konseli diperbolahkan memproyeksikan dirinya kepada konselor, Melalui fase
ini konselor berusaha menemukan celah-celah kepribadian atau aspek-aspek kepribadianyanghilang, dari sini
dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan konseli.
4. Setelah konseli memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkahlakunya,
konselor mengantarkan konseli memasuki fase akhir konseling.

Kelebihan Beberapa kelebihan yang bisa didapat melalui pendekatan atau terapi ini adalah :
pendekatan 1. Terapi Gestalt menangani masa lampau dengan membawa aspek-aspek masa lampau yang relevan kesaat
gestalt sekarang.
2. Terapi Gestalt memberikan perhatian terhadap pesan-pesan nonverbal dan pesan-pesan tubuh.
3. Terapi Gestalt menolakk mengakui ketidak berdayaan sebagai alasan untuk tidak berubah.
4. Terapi Gestalt meletakkan penekanan pada klien untuk menemukan makna dan penafsiran sendiri. 
5. Terapi Gestalt menggairahkan hubungan dan mengungkapkan perasaan langsung.
6. Menghindari intelektualisasi abstrak tentang masalah klien.

Kekurangan 1. Terapi Gestalt tidak berlandaskan pada suatu teori yang kukuh
pendekatan 2. Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif.
Gestalt 3. Terapi Gestalt menekankan tanggung jawab atas diri kita sendiri, tetapi mengabaikan tanggung jawabkita
kepada orang lain.
4. Teradapat bahaya yang nyata bahwa terapis yang menguasai teknik-teknik Gestalt akanmenggunakannya
secara mekanis sehingga terapis sebagai pribadi tetap tersembunyi.
5. Para klien sering bereaksi negative terhadap sejumlah teknik Gestalt karena merasa dianggap tolol.Sudah
sepantasnya terapis berpijak pada kerangaka yang layak agar tidak tampak hanya sebagaimuslihat-
muslihat.

6. Client center Nama tokoh Dr. Carl Rogers


Therapy
Konsep dasar Pendekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi

17
dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-
konsep mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian,dan hakekat kecemasan.
Asumsi tingkah 1. Adanya ketidakseimbangan/ ketidaksesuaian antara pengalaman organismic dengan self yang
laku menyebabkan individu merasa dirinya rapuh dan mengalami salah suai.
bermasalah 2. Karakteristik pribadi salah suai adalah :
a. Estrangement : membenarkan apa yang sesungguhnya terjadi dalam diri sendiri padahal
hal tersebut tidak mengenakan
b. Incongruity in behavior : ketidaksesuian perilaku karena tak mampu menilai diri sendiri
dengan kacamata positif dan hal ini sering menimbulkan kecemasan.
c. Kecemasan : kondisi psikologis yang timbul akibat adanya ancaman kesadaran terhadap
diri sendiri
d. Defence mechanism : tindakan yang diambil oleh individu agar telihat konsisten terhadap
struktur self.
Tujuan Tujuan Konseling dengan pendekatan Client Centered adalah sebagai berikut :
konseling  Menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi diri sehingga dapat mengenal
hambatan pertumbuhannya .
 Membantu klien agar dapat bergerak ke arah keterbukaan, kepercayaanyang lebih besar kepada
dirinya,keinginan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan meningkatkan spontanitas hidupnya.
 menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan konseling sedemikian sehingga konseli,
dengan menggunakan hubungan konseling untuk self-exploration, menjadi sadar akan blok/hambatan ke
pertumbuhan.
 Konseli cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia untuk
meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari standard internal sebagai lawan
mengambil ukuran eksternal untuk apa ia perlu menjadi.
Peran konselor Peran konselor dalam model pendekatan konseling client centered adalah :
1. Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan konseling, tetapi hal tersebut
dilakukan oleh klien itu sendiri.
2. Konselor merefleksikan perasaan-perasaan klien, sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
3. Konselor menerima klien dengan sepenuhnya dalam keadaan seperti apapun.
4. Konselor memberi kebebasan pada klien untuk mengeksperisikan perasaan-perasaan sedalam-dalamnya dan
seluas-luasnya.
Teknik-teknik Penekanan masalah ini adalah dalam hal filosofis dan sikap konselor ketimbang teknik, dan mengutamakan
konseling hubungan konseling ketimbang perkataan dan perbuatan konselor. Implementasi teknik konseling didasari oleh
dalam paham filsafat dan sikap konselor tersebut. Karena itu teknik konseling Rogers berkisar antara lain pada cara-cara
pendekatan penerimaan pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain dan memahaminya (klien). Karena itu dalam
CCT teknik amat digunakan sifat-sifat konselor berikut:

18
1. Acceptance artinya konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan segala masalahnya. Jadi sikap
konselor adalah menerima secara netral.
2. Congruence artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten.
3. Understanding artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia klien
sebagaimana dilihat dari dalam diri klien itu.
4. Nonjudgemental artinya tidak memberi penilaian terhadap klien, akan tetapi konselor selalu objektif.
Deskripsi Proses-proses yang terjadi dalam konseling dengan menggunakan pendekatan Client Centered adalah sebagai
kegiatan berikut :
konseling CCT 1. Konseling memusatkan pada pengalaman individual.
2. Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan dan serta menopang
eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai
pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan pearasaan yang mengarah pada
pertumbuhan.
3. Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan, mengkaji dan memadukan
pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep diri.
4. Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan menerima orang lain dan menjadi
orang yang berkembang penuh. Wawancara merupakan alat utama dalam konseling untuk menumbuhkan
hubungan timbal balik.
kelebihan Pendekatan client-centered dengan berbagai cara memberikan sumbangan-sumbangan kepada situasi-situasi
pendekatan konseling individual maupun kelompok atau dengan kata lain memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
CCT 1. Memberikan landasan humanistik bagi usaha memahami dunia subyektif klien, memberikan peluang yang
jarang kepada klien untuk sungguh-sungguh didengar dan mendengar.
2. Mereka bisa menjadi diri sendiri, sebab mereka tahu bahwa mereka tidak akan di evaluasi dan dihakimi.
3. Mereka akan merasa bebas untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru.
4. Mereka dapat diharapkan memikul tanggung jawab atas diri mereka sendiri, dan merekalah yang
memasang langkah dalam konseling.
5. Mereka yang menetapkan bidang-bidang apa yang mereka ingin mengeksplorasinya di atas landasan
tujuan-tujuan bagi perubahan.
6. Pendekatan client-centered menyajikan kepada klien umpan balik langsung dan khas dari apa yang baru
dikomunikasikannya.
7. Terapis bertindak sebagai cermin, mereflesikan perasaan-perasaan kliennya yang lebih dalam.
Kekurangan Kelemahan pendekatan client-centered terletak pada beberapa hal berikut ini:
pendekatan 1. Cara sejumlah pemratek menyalahtafsirkan atau menyederhanakan sikap-sikap sentral dari posisi client-
CCT centered.
2. Tidak semua konselor bisa mempraktekan terapi client-centered, sebab banyak konselor yang tidak
mempercayai filsafat yang melandasinya.

19
3. Membatasi lingkup tanggapan dan gaya konseling mereka sendiri pada refleksi-refleksi dan mendengar
secara empatik.
4. Adanya jalan yang menyebabkan sejumlah pemraktek menjadi terlalu terpusat pada klien sehingga mereka
sendiri kehilangan rasa sebagai pribadi yang unik.
7. Analisis Nama tokoh Eric berne
transaksional
Konsep Dasar Teori Analisis Transaksional memiliki asumsi dasar bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi oleh ego
state yang dipilihnya, setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksi yang di dalamnya turut
melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil, setiap orang cenderung memilih salah satu
dari empat kemungkinan posisisi hidup.
Teori ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien dan menekankan pada
kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari
kepribadian, dan berorientasi pada meningkatnya kesadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan
mengganti arah hidupnya.
Tujuan Tujuan utama konseling Analisis Transaksional adalah membantu konseli untuk membuat keputusan baru tentang
konseling tingkah lakusekarang dan arah hidupnya. Individu memperoleh kesadaran tentang bagaimana kebebasannya
terkekang karena keputusan awal tentang posisi hidup, dan belajar untuk menentukan arah hidup yang lebih baik.
Tujuan khususnya adalah :
a.   Konselor membantu konseli untuk memprogram pribadinya agar membuat ego state berfungsi pada saat
yang tepat.
b.      Konseli dibantu untuk menganalisis transaksi dirinya sendiri.
c.       Konseli dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri dalam
memilih apa yang diinginkan.
d.  Konseli dibantu untuk mengkaji keputusan salah yang dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar
kesadaran.

Asumsi tingkah  Manusia memilki pilihan-pilihan dan tidak dibelenggu oleh masa lampaunya
laku  Manusia bisa berubah karena adanya penemuan tiba-tiba.
bermasalah  Manusia bisa belajar mempercayai dirinya sendiri.
 Manusia bertingkah laku dipengaruhi oleh pengharapan dan tuntutan dari orang –orang lain.
Peran konselor Menurut Harris (1967) peran konselor adalah sebagai guru, pelatih dan penyelamatdengan terlibat secara penuh
dengan konseli.
Konselor juga membantu konseli menemukan kondisi – kondisi yang tidak menguntungkan di masa lalu dan
mengeembangkan strategi  untuk mengatasinya.
Konselor membantu konseli menemukan kekuatan internalnya untuk berubah dengan membuat keputusan yang

20
sesuai sekarang
Teknik – teknik Teknik – teknik konseling analisis transaksional banyak menggunakan teknik – teknik pendekatan Gestalt.
konseling 1) Metode Didaktik (Didactic Methods)
Karena analisis transaksional menekankan pada domain kognitif, prosedur mengajar dan belajar merupakan dasar
dari teori ini
2) Kursi Kosong (Empty Chair)
3) Bermain peran (Role Playing)
Bermain peran ( role play ) biasanya digunakan dalam konseling kelompok dimana melibatkan orang lain. Anggota
kelompok lain dapat berperan sebagai ego state yang bermasalah dengan konseli. 
4) Penokohan Keluarga ( Family Modeling )
Family modeling adalah teori untuk melakukan structural analysis, yang pada umumnya berguna untuk
menghadapi constant parent, constant adult atau constant child.
5) Analisis Ritual dan Waktu Luang ( Analysis of Rituals and Pastime )
Deskripsi Dalam proses konseling analisis transaksional berfungsi untuk memelihara arah konseling agar tetap terpusat
kegiatan pada tujuan yang ingin dicapai, memberikan arah baik bagi konselor maupun klien, mengukur kemajuan proses
konseling konseling, dan memperjelas hubungan konselor dan klien.
Kelebihan Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh penndekatan ini adalah :
analisi 1. Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.
transaksional 2. Menentang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka
3. Integerasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan konsep tertentu

Kekurangan Dan beberapa kelemahan dari pendekatan Analisis Transaksional adalah :


analisis 1. Banyak terminology atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan
transaksional 2. Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka
sendiri.

8. Trait and factor Nama tokoh Frank parson


Konsep dasar Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan
berprilaku, seperti intelegensi (berpikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berprilaku). Ciri itu dianggap sebagai
suatu dimensi kepribadian, yang masing-masing membentuk suatu kontinum atau skala yang terentang dari
sangat tinggi sampai sangat rendah. Teori Trait dan Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa
kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan jumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing
psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu. 

Konseling Trait dan Factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk

21
menganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui
mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam jabatan dan mengikuti suatu
program studi. Dan juga istilah konseling trait dan factor dapat dideskripsikan adalah corak konseling yang
menekankan pemahaman diri melalui testing psikologis dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan
baraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang pekerjaan.

Asumsi tingkah Asumsi perilaku bermasalah adalah individu yang tidak mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada
laku pada dirinya secara optimal. Yaitu, klien tidak mampu memahami dan mengelola diri tentang berbagai kelebihan
bermasalah dan kekurangannya.
Tujuan tujuan dari konseling trait dan factor adalah untuk mengajak siswa (konseling) untuk berfikir mengenai dirinya
konseling serta mampu mengembangkan cara-cara yang dilakukan agar dapat keluar dari masalah yang dihadapinya. Selain
itu, dimaksudkan agar siswa mengalami:
 Self-Clarification / Klarifikasi diri
 Self-Understanding / Pemahaman diri
 Self-Acceptance / Penerimaan diri
 Self-Direction / Pengarahan diri
 Sel-Actualization / Aktualisasi diri

Peran konselor Peranan konselor menurut aliran trait dan factor adalah memberi tahu konseli tentang berbagai kemampuannya
yang diperoleh konselor melalui hasil testing pula ia mengetahui kelemahan dan kekuatan kepribadian konseli,
sehingga dapat meramalkan jabatan apa atau jurusan apa yang cocok bagi konseli. Konselor membantu konseli
menentukan tujuan yang akan dicapainya disesuaikan dengan hasil testing. Juga dengan memberitahukan sifat
serta bakat konseli, maka konseli bisa mengelola hidupnya sendiri sehingga dapat hidup lebih berbahagia. Jadi
peranan konselor disini adalah memberitahukan, memberikan informasi, mengarahkan, karena itu pedekatan ini
disebut kognitif rasional.
Teknik-teknik Teknik konseling bersifat khusus bagi individu dan masalahnya. Setiap teknik hanya dapat digunakan bagi
konseling masalah dan siswa secara khusus. Teknik– teknik yang digunakan dalam proses konseling ialah :
1. Pengukuran Hubungan Intim (rapport). Konselor menerima konseli dalam hubungan yang hangat, intim,
bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal yang mengancam konseli.
2. Memperbaiki pemahaman diri. Koseli harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan dibantu untuk
menggunakan kekuatanya dalam upaya mengatasi kelemahanya.
3. Pemberian nasehat atau perencanaan program kegiatan. Konselor mulai bertolak dari pilihan, tujuan,
pandangan atau sikap konselor dan kemudian menunjukan data yang mendukung atau tidak mendukung dari hasil
diagnosis. Ada 3 metode pemberian nasehat yang dapat digunakan oleh konselor, yaitu :
a. Nasehat langsung (direct advising), dimana konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
Pendekatan ini dapat digunakan kepada konseli yang berpegang teguh pilihan atau kegiatannya, yang oleh

22
konselor diyakini bahwa keteguhan konseli itu akan membawa kegagalan bagi dirinya sendiri
b. Metode Persuasif, dengan menunjukkan pilihan yang pasti secara jelas. Penyuluh menata evidensi ecara logis
dan beralasan sehingga tersuluh melihat alternative tindakan yang mungkin dilakukannya.
c. Metode Menjelaskan, yang merupakan metode yang paling dikehendaki dan memuaskan. Konselor secara hati-
hati dan perlahan-lahan menjelaskan data diagnostik dan menunjukkan kemungkinan situasi yang menuntut
penggunaan potensi konseli. 
4. Melaksanakan rencana, yaitu menetapkan pilihan atau keputusan. 
5. Mengalihkan kepada petugas atau ahli lain yang lebih berkompeten atau disebut dengan alih tangan kasus. 
Deskripsi 1. Analisis terdiri dari pengumpulan informasi dan data mengenai siswa atau konseli. Baik konseli maupun
kegiatan konselor harus mempunyai informasi yang dapat dipercaya, valid, dan relevan untuk mendiagnosa pembawaan,
konseling minat, motif, kesehatan jasmani dan lain sebagainya. Alat analisis yang dapat dikumpulkan adalah :
a. Catatan komulatif
b. Wawancara
c. Format distribusi waktu
d. Otobiografi
e. Catatan anekdot
f. Test psikologi
2. Sintesis merupakan langkah untuk merangkum dan mengatur data dari hasil analisis, sedemikian rupa sehingga
menunjukan bakat siswa, kelemahan serta kekuatannya. Penyesuaian diri maupun ketaksanggupan menyesuaikan
diri. 

3. Diagnosis merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan hendaknya dapat menemukan ketetapan dan pola
yang menuju kepada permasalahan, sebab-sebabnya serta sifat-sifat siswa yang berarti dan relevan yang
berpengaruh kepada proses penyesuaian diri. Diagnosis meliputi 3 langkah, yaitu:
a. Identifikasi masalah yang sifatnya deskriptif dapat menggunakan kategori Bordin dan Pepinsky. Kategori
diagnosis Bordin
 dependence (ketergantungan)
 lack of information (kurangnya informasi)
 self conflict (konflik diri)
 choice anxiety (kecemasan dalam membuat pilihan)
b.Menentukan sebab-sebab, mencakup pencaharian hubungan antara massa lalu, masa kini, dan masa depan yang
dapat menerangkan sebab-sebab gejala.
c. Prognosis merupakan upaya untuk memprediksi kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan data yang ada. 
4. Konseling merupakan hubungan membantu bagi konseli untuk menemukan sumber diri sendiri maupun
sumber lembaga dan masyarakat membantu konseli mencapai penyesuaian optimal, sesuai dengan
kemampuannya. Hal ini mencakup 5 jenis konseling :

23
a. Belajar terpimpin menuju pengertian diri.
b. Mendidik kembali atau mengajar kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk mencapai tujuan
kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
c. Bantuan pribadi dari konselor supaya konseli mengerti dan terampil dalam menerapkan prinsip dan teknik yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Mencakup hubungan dan teknik yang bersifat menyembuhkan dan efektif.
e. Suatu bentuk mendidik kembali yang sifatnya sebagai katarsis atau penyaluran. 
5. Tindak lanjut atau follow up mencakup bantuan kepada siswa dalam menghadapi masalah baru dengan
mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin keberhasilan konseling. Teknik yang digunakan
konselor harus disesuaikan dengan individualitas siswa, mengingat bahwa tiap individu unik sifatnya, sehingga
tidak ada teknik yang baku yang berlaku untuk semua.
Kelebihan  Pemusatan pada klien bukan pada konselor
pendekatan  Identifikasi dan hubungan konseli sebagai wahan utama dalam mengubah kepribadian
T&F  Lebih menerapkan pada sikap konselor dari pada teknik
 Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif
 Penekanan emosi, perasaan dan efektif dalam konseling
Kekurangan  Kurangnya pengaruh dari perasaan, keinginan, dambaan aneka nilai budaya, nilai-nilai kehidupan, dan cita-cita
pendekatan hidup, terhadap perkembangan jabatan anak dan remaja serta pilihan program/bidang studi dan bidang
T&F pekerjaan.
9. Therapy Nama tokoh William glasser
Realitas
Konsep dasar  Terapi realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relative sederhana dan bentuk
bantuan langsung kepada konseling.
Yang dapat dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah dalam rangka mengembangkan dan membina
kepribadian/kesehtan mental klien secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli yang
bewrsangkutan.
Asumsi tingkah Reality therapy pada dasarnya tidak mengatakan bahwa perilaku individu itu sebagai perilaku yang abnormal.
laku Konsep perilaku menurut konseling realitas lebih dihubungkan dengan berperilaku yang tepat atau berperilaku
bermasalah yang tidak tepat
Tujuan  Menolong individu agar mampu mengurus dirinya sendiri, supaya dapat menentukan dan melaksanakan
konseling perilaku dalam bentuk nyata.
 Menolong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada, sesuai dengan
kemampuan dan keinginannnya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
 Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistic dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
 Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan

24
menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubah nya sendiri.
Peran konselor  Bertindak sebagai pembimbing yang membantu konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara
realistis
 Berperan sebagai moralis
 Berperan sebagai motivator
 Berperan sebagai guru yang mengajarkan klien untuk mengevaluasi perilakunya.
 Mengembangkan kondisi fasilitatif dalam konseling dan hubungan baik dengan klien
Teknik-teknik  Menggunakan role playing dengan maaf
konseling  Menggunakan humor yang mendorong suasana yang segar dan relaks.
 Tidak menjanjikan kepada klien maaf apapun, karena terlebih dahulu diadakan perjanjian untuk melakukan
perilaku tertentu yang sesuai dengan keberadaan klien.
Deskripsi  Menciptakan hubungan kerja dengan klien, konselor melakukan pendekatan untuk lebih mendekatkan diri
kegiatan dengan klien demi kelangsungan proses konseling.
konseling  Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya dan melakukan transferensi.
 Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor
 Menutupo wawancara konseling. Cara klien menutup wawancara dapat meningkatkan kepercayaan klien
terhadap kita selama wawancara
Kelebihan o Asumsi tingkah laku merupakan hasil belajar
pendekatan o Asumsi kepribadian dipengaruhi lingkungan dan kematangan
therapy realitas
o Bersifat praktis luwes dan efektif
o Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan pengetahuan tentang diagnosis
o Bertujuan mempelajari tingkah laku baru untuk memperbaiki tingkah laku manusia

Kekurangan o Jangka waktu terapi yang relative pendek


o Hanya menekankan perilaku tanpa memp[ertimbangkan sisi perasaan

BAB II
PENUTUP

Sekian dan terimakasih…

25

Anda mungkin juga menyukai