Dosen Pengampu:
Kelompok 5 :
SURABAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
2. Perusahaan Negara
Perusahaan negara adalah perusahaan yang seluruh atau sebagian modalnya
dimiliki negara. Pada umumnya, perusahaan negara disebut dengan badan usaha
milik negara (BUMN), terdiri dari tiga bentuk, yakı i
a. perusahaan jawatan (Perjan),
b. perusahaan umum (Perum),
c. perusahaan perseroan (Persero).
D. Perseroan Terbatas
Bentuk badan usaha perseroan terbatas merupakan kumpulan orang yang diberi
hak dan diakui oleh hukum untuk mencapai tujuan tertentu. Istilah perseroan terbatas
terdiri dari dua kata, yakni perseroan dan terbatas. Perseroan merujuk kepada modal PT
yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham, sedangkan terbatas merujuk kepada
tanggung jawab pemegang saham yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal
semua saham yang dimiliki. Dasar hukum perseroan terbatas diatur dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut
UUPT.
Selain itu, Perseroan terbatas (PT) adalah badan hukum perusahaan yang paling
banyak digunakan dan diminati oleh para pengusaha. 2 Undang – Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas mendefenisikan perseroan terbatas (PT) sebagai
berikut:
1
Suliyanto, op.cit., h. 20
2
Kasmir dan Jakfar, op.cit., h. 26
yang melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta
peraturan pelaksanaannya.”
E. Koperasi
Koperasi mengandung makna “kerja sama”. Koperasi (cooperative) bersumber
dari kata cooperation yang artinya “ kerja sama”. Koperasi berkenaan dengan manusia
sebagai individu dan dengan kehidupannya dalam masyarakat. Manusia tidak dapat
melakukan kerja sama sebagai satu unit, dia memerlukan orang lain dalam suatu
kerangka kerja sosial (Sitio dan Tamba, 2001).
Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang
perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang
bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan
suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan para anggotanya
(Kartasapoetra, Bambang, Setiady, 1998).
Definisi koperasi menurut UU NO. 25/1992 koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Arifinal Chaniago dalam Sitio dan Tamba
(2001) mendefinisikan koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-
orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk
dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmani para anggotanya. Sehingga koperasi
memungkinkan beberapa orang atau badan dengan jalan bekerja sama atas dasar
sukarela menyelenggarakan suatu pekerjaan untuk memperbaiki kehidupan anggota-
anggotanya.
3
WJS. Poerwadarminta. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hlm.1154
4
Achmad Ichsan. 1993. Hukum Dagang (Cet. Ke-5). Jakarta: Pradnya Paramitha. Hlm.110
5
Zainul Bahri. 1996. Kamus Umum Khusus Bidang Hukum dan Politik (Cet. Ke-1). Bandung: PT Angkasa.
Hlm.367
tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
anggota.
Kenyataan di dalam praktek, memperlihatkan bahwa apa yang disebut Yayasan
adalah suatu badan yang menjalankan usaha yang bergerak dalam segala macam badan
usaha, baik yang bergerak dalam usaha yang nonkomersial maupun yang secara tidak
langsung bersifat komersial. 6
Peran-peran yang disandang BUMN sebenarnya sangat besar dan berat. Namun
demikian, sebagai subjek hukum, BUMN harus tunduk kepada peraturan-peraturan.
Demikian juga apabila melakukan investasi, BUMN merujuk pada beberapa undang-
undang. Di dalam prakteknya tidak jarang ditemui adanya potensi tumpang tindih,
konflik, multi tafsir antara Undang-undang BUMN dengan peraturan perundang-
undangan terkait lainnya.
Problem utama yang dihadapi BUMN saat ini terletak pada masalah tata kelola
(governance) dan profesionalitas. Kinerja BUMN dituntut profesional seperti
perusahaan swasta. Sebagai pelaku ekonomi, pada dasarnya BUMN tidak berbeda
6
Chatamarrasjid Ais. 2002. Badan Hukum Yayasan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Hlm.81
dengan swasta. Oleh karena kepemilikan modalnya sebagian besar negara, maka
prinsip kehati-hatian harus selalu diutamakan. Tuntutan kesamaan perlakuan antara
BUMN dengan perusahaan swasta agar dapat tumbuh lebih baik dan berdaya saing,
perlu diikuti dengan pembenahan-pembenahan khususnya terhadap regulasi yang
menaungi BUMN maupun regulasi yang ada kaitannya dengan BUMN.
H. Studi Kasus
PT. Go-Jek yang sekarang sudah menjadi perusahaan yang besar di Indonesia yang
berbasis internet. Realitas hubungan buruh driver gojek dengan PT. Go-Jek yaitu
hubungan antara buruh driver gojek dengan perusahaan telah diatur dalam Undang-
Undang, dimana perusahaan memberikan hak-hak buruh sebagai driver gojek,
sedangkan buruh memberikan kepada perusahaan yaitu pelayanan yang diinginkan oleh
perusahaan. Konflik yang terjadi antara driver gojek dan perusahaan berawal dari aksi
mogok yang dilakukan oleh driver gojek, hal ini terjadi karena beberapa alasan, adanya
hak-hak buruh driver gojek belum terpenuhi bahwa status kemitraan yang berjalan
selama ini antara buruh driver gojek dengan PT. Go-Jek telah menyalahi Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Adapun tuntutan buruh driver
gojek kepada PT. Go-Jek, yaitu; pertama, adanya keinginan dari buruh driver gojek
untuk meminta diangkat menjadi karyawan, sebab menurut mereka hal tersebut
terkait dengan pemotongan gaji yang jelas, kedua, pengembalian ke tarif awal yaitu Rp.
4.000 yang sebelumnya diturunkan menjadi Rp. 3.000, hal tersebut dianggap
merugikan buruh driver gojek secara pendapatan ekonomi,dan permintaan ini telah
ditolak oleh PT Go-Jek, ketiga, menyangkut transparansi PT. Go-Jek terhadap buruh
driver gojek, tidak transparansinya perusahaan akan memunculkan tanda tanya
terhadap perusahaan sendiri. Kemudian menurut buruh driver gojek bahwa PT.
Go-Jek telah melanggar Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Dari peristiwa tersebut menimbulkan aksi atau demonstrasi oleh
buruh drivergojek di depan PT. Go-Jek. Walaupun sudah dimediasi antara kedua belah
pihak tetapi masih belum menemukan jalan atau solusi yang terbaik, perundingan
selalu mengalami kebuntuan (Fenwick, Lindsey, & Arnold, 2002), kebuntuan yang
dialami dalam penyelesaian konflik tersebut diakibatkan kedua bela pihak belum ada
yang mau mengesampingkan kepentingan masing-masing. Tentunya hal ini akan
menimbulkan konflik didalam tubuh PT. Go-Jek, dan akan mengganggu struktur
sosial dalam PT. Go-Jek, kemudian akan menghambat setiap proses pelayanan PT.
Go-Jek kepada buruh driver gojek. Kemudian hal yang paling terpenting adalah
pelayanan kepada konsumen PT. Go-Jek akan terhambat, dan akan menyebabkan
kerugian bagi perusahaan. Aksi pemogokkan yang dilakukan oleh buruh driver gojek
adalah bentuk protes buruh terhadap perusahaan dan dari protes tersebut menjadikan
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat akan terhambat.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dr. Rr. Rina Antasari, S.H., M.Hum. Dra. Fauziah, M.Hum. Dr. Muhamad Sadi Is, S.H.I., M.H.
(2020). Hukum Ekonomi di Indonesia. Jakarta: Kencana.
WJS. Poerwadarminta (1986). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Achmad Ichsan (1993). Hukum Dagang (Cet. Ke-5). Jakarta: Pradnya Paramitha.
Zainul Bahri (1996). Kamus Umum Khusus Bidang Hukum dan Politik (Cet. Ke-1). Bandung:
PT Angkasa.
Chatamarrasjid Ais (2002). Badan Hukum Yayasan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Advendi Simangunsong (2008). Hukum Dalam Ekonomi (Edisi II). Jakarta: Grasindo.
Novius, A. (2017). Fenomena Kesejahteraan Buruh/Karyawan Perusahaan Di Indonesia
(Phenomenon Employee/Laborer's Benefit in Indonesian Corporates). Fokus Ekonomi,
Vol. 2 , 81 91.