Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

HUBUNGAN PENGUSAHA DENGAN PEMBANTUNYA

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Aspek Hukum Dalam Ekonomi”

Dosen Pengampu:

Muh. Syaukin Muttaqin, ME.

Kelompok 5 :

Adinta Safitri (08020120024)

M. Fahza Rahmadi Rega (08010120017)

Rizky Amalul Ahli (08010120019)

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seorang pengusaha mempunyai posisi dalam suatu perusahaan sebagai pendiri


utama terciptanya perusahaan, dalam bentuk perusahaan kecil pengusaha dapat
mengelola sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari pihak luar. Tapi tidak jika
perusahaan itu berbentuk besar, pengusaha dijamin tidak akan dapat mengelola
perusahaan itu tanpa bantuan pihak luar. Bantuan pihak luar inilah yang disebut dengan
pembantu pengusaha. Dari kedua pihak ini akan terbentuk hubungan kerja, baik yang
diatur dalam Undang-undang maupun dalam perjanjian khusus yang dibuat oleh pihak-
pihak. Atas hal ini timbullah berbagai jenis hubungan kerjadan hak serta kewajiban hak-
hak dengan tanggung jawabnya masing-masing.
Seorang pedagang, terutama seorang yang menjalankan perusahaan yang besar
dan berarti, biasanya tidak dapat bekerja seorang diri. Dalam melaksanakan
perusahaannya, ia memerlukan bantuan orang-orang yang bekerja padanya sebagai
bawahan, ataupun orang yang berdiri sendiri dan mempunyai perusahaan sendiri dan
yang mempunyai perhubungan tetap ataupun tidak tetap.
Sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan yang demikian pesat dewasa ini,
pengusaha-pengusaha kebanyakan tidak lagi berusaha seorang diri, melainkan bersatu
dalam persekutuan-persekutuan atau perseroan-perseroan yang menempati gedung-
gedung untuk kantornya dengan sedikit atau banyak pegawai. Kemudian dibedakanlah
antara perusahaan kecil, sedang dan besar. Pada tiap-tiap toko dapat dilihat aneka warna
pekerja-pekerja seperti para penjual, penerima uang, pengepak, pembungkus barang-
barang, dan sebagaiinya. Dan kesemuanya tersebut telah ada pembagian pekerjaan,
sebab seorang tidak dapa melaksanakan seluruh pekerjaan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hubungan Pengusaha dan Pembantunya?


2. Apa yang dimaksud dengan Pengusaha dan Kewajibannya?
3. Bagaimana Bentuk-Bentuk Badan Usaha?
4. Apa yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas?
5. Apa yang dimaksud dengan Koperasi?
6. Apa yang dimaksud dengan Yayasan?
7. Apa yang dimaksud dengan Badan Usaha Milik Negara?
C. Tujuan

1. Untuk menjelaskan Hubungan Pengusaha dan Pembantunya.


2. Untuk mengetahui Pengusaha dan Kewajibannya.
3. Untuk menjelaskan Bentuk-Bentuk Badan Usaha.
4. Untuk mengetahui pengertian dari Perseroan Terbatas.
5. Untuk mengetahui pengertian dari Koperasi.
6. Untuk mengetahui pengertian dari Yayasan.
7. Untuk mengetahui pengertian dari Badan Usaha Milik Negara.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Pengusaha dan Pembantunya

Di dalam menjalan kegiatan suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang


pengusaha tidak mungkin melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika perusahaan
tersebut dalam skala besar. Oleh karena itu, diperlukan bantuan orang/pihak lain untuk
membantu melakukan kegiatan-kegiatan usaha tersebut.
Sementara itu, pe nbantu-pembantu dalam perusahaan dapat dibagi menjadi dua
fungsi, yakni pembantu di dalam perusahaan dan pembantu di luar perusahaan.
1. Pembantu di Daları Perusahaan
Pembantu di dalam perusahaan adalah mempunyai hubungan yang bersifat sub
ordinasi, yaitu hubungan atas dan bawah sehingga berlaku suatu perjanjian
perburuhan, misalnya pemimpin perusahaan, pemegang prokurasi, pemimpin filial,
pedagang keliling, dan pegawai perusahaan.
2. Pembantu di Luar Perusahaan
Pembantu di luar perusahaan adalah mempunyai hubungan yang bersifat
koordinasi, yaitu hubungan yang sejajar sehingga berlaku suatu perjanjian
pemberian kuasa antara pemberi kuasa dan pe- nerima kuasa yang akan
memperoleh upah, seperti yang diatur dalam Pasal 1792 KUH Perdata, misalnya
pengacara, notaris, agen perusahaan, makelir, dan komisioner..

Dengan demikian, hubungan hukum yang terjadi di antara mereka yang


termasuk dalam perantara dalam perusahaan dapat ber- sifat
a. Hubungan perburu han, sesuai Pasal 1601 a KUH Perdata;
b. Hubungan pember an kuasa, sesuai Pasal 1792 KUH Perdata;
c. Hubungan hukum p layanan berkala, sesuai Pasal 1601 KUH Perdata.

B. Pengusaha dan Kewajibannya


Pengusaha adalah setiap orang yang menjalankan perusahaan. Menurut undang-
undang, ada dua macam kewajiban yang harus dilakukan (dipenuhi) oleh pengusaha,
yaitu :
1. Membuat Pembukuan (Dokumen Perusahaan)
Sesuai dengan Pasal 6 KUH Dagang Undang-Undang Nomor 8 tahun 1997
tentang Dokumen Perusahaan, menjelaskan makna perbuatan di mana mewajibkan
wajibkan orang yang menjalankan perusahaan untuk mengadakan catatan atau
pembukuan mengenai kekayaan dan semua hal yang berkaitan dengan perusahaan,
sehingga dari catatan tersebut diketahui hak dan kewajiban para pihak.
Dokumen perusahaan di dalam KUH Dagang menggunakan istilah pembukuan,
sedangkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1997 tentang
Dokumen Perusahaan. Pasal 1 butir 2 menjelaskan dokumen perusahaan merupakan
data, catatan, dan/atau keterangan yang dibuat dan/atau diterima oleh perusahaan
dalam bentuk corak apa pun yang dapat dilihat, dibaca dan didengar.
Dalam Pasal 2 Undarg-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1997
tentang Dokumen Perusahaan, dokumen perusahaan terdiri dari dokumen keuangan
dan dokumen lainnya. Dokumen keuangan, terdiri dari catatan, bukti pembukuan
dan data administrasi keuangan yang merupakan bukti adanya hak dan kewajiban
serta kegiatan usaha suatu perusahaan.
Dokumen lainnya, terdiri dari data atau setiap tulisan yang berisi keterangan,
mempunyai nilai yang berguna bagi perusahaan meskipun tidak terkait langsung
dengan dokumen keuangan.

2. Wajib Daftar Perusahaan


Dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982
tentang Wajib Daftar Perusahaan maka setiap orang atau badan yang menjalankan
perusahaan menurut hukum wajib untuk melakukan pendaftaran tentang segala suatu
yang berkaitan dengan usahanya sejak tanggal 1 Juni 1985. Daftar perusahaan
merupakan daftar informasi umum, yang harus didaft irkan pada Departemen
Perdagangan dan Perindustrian/KANWII. Departemen Perdagangan serta
Perindustrian Tingkat II.

Daftar perusahaan bertujuan mencatat bahan-bahan keterangan yang dibuat serta


benar dari satu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk semua
pihak yang berkepentingan mengenal identitas, data, serta keterangan lainnya
tentang perusahaan yang tercantum dalam daftar perusahaan dalam rangka
menjamin kepastian perusahaan.

C. Bentuk-Bentuk Badan Usaha


Bentuk-bentuk perusahaan secara garis besar dapat diklasifikasikan dan dilihat dari
jumlah pemiliknya dan dilihat dari status hukumnya.
1. Bentuk-bentuk terusahaan jika dilihat dari jumlah pemiliknya terdiri dari
perusahaan perseorangan dan perusahaan persekutuan.
a. Perusahaan Perseorangan
Perusahaan perseorangan adalah suatu perusahaan yang dimiliki oleh
perseorangan atau seorang pengusaha.
b. Perusahaan Persekutuan
Perusahaan persekutuan adalah suatu perusahaan yang dimiliki oleh beberapa
orang pengusaha yang bekerja sama salam satu persekutuan.
2. Bentuk-bentuk perusahaan jika dilihat dari status hukumnya terdiri dari
perusahaan berbadan hukum dan perusahaan bukan badan hukum.
a. Perusahaan Berbadan Hukum
Perusahaan berbadan hukum adalah sebuah subjek hukum yang mempunyai
kepentingan sendiri terpisah dari kepentingan pribadi anggotanya, mempunyai
harta sendiri yang terpisah dari harta anggotanya, punya tujuan yang terpisah
dari tujuan pribadi para anggotanya dan tanggung jawab pemegang saham
terbatas kepada nilai saham yang diambilnya.
b. Perusahaan Bukan Badan Hukum
Perusahaan bukan badan hukum adalah harta pribadi para sekutu juga akan
terpakai untuk memenuhi kewajiban perusahaan tersebut, biasanya berbentuk
perorangan maupun persekutuan.

Sementara itu, di dalam masyarakat dikenal dua macam perusahaan, yakni


perusahaan swasta dan perusahaan negara.
1. Perusahaan Swasta
Perusahaan swasta adalah perusahaan yang seluruh modalnya dimiliki oleh
swasta dan tidak ada campur tangan pemerintah, terbagi dalam tiga perusahaan
swasta, antara lain.
a. perusahaan swasta nasional,
b. perusahaan swasta asing,
c. perusahaan patungan/campuran (joint venture).

2. Perusahaan Negara
Perusahaan negara adalah perusahaan yang seluruh atau sebagian modalnya
dimiliki negara. Pada umumnya, perusahaan negara disebut dengan badan usaha
milik negara (BUMN), terdiri dari tiga bentuk, yakı i
a. perusahaan jawatan (Perjan),
b. perusahaan umum (Perum),
c. perusahaan perseroan (Persero).

Selain itu, berdasarkan pembagian bentuk perusahaan dapat digolongkan menjadi


dua jenis, yakni perusahaan perseorangan dan perusahaan persekutuan bukan badan
hukum.
1. Perusahaan Perseorangan
Perusahaan perseorangan adalah perusahaan swasta yang didirikan dan dimiliki
oleh pengusaha perorangan yang bukan berbadan hukum, dapat berbentuk
perusahaan dagang, perusahaan jasa, dan perusahaan industri.

Secara resmi, tidak ada perusahaan perseorangan, tetapi dalam praktik di


masyarakat perdagangan telah ada suatu bentuk perusahaan perorangan yang
diterima oleh masyarakat, yaitu perusahaan dagang. Sementara itu, untuk
mendirikan perusahaan dagang secara resmi belum ada, tetapi dalam praktiknya
orang yang akan mendirikan perusahan dagang dapat mengajukan permohonan
dengan surat izin usaha (SIU) kepada kantor wilayah perdagangan dan mengajukan
surat izin tempat usa 1a (SITU) kepada pemerintah daerah setempat.

Dengan izin-izin tersebut, orang dapat melakukan usaha perdagangan yang


dikehendaki sehingga kedua surat izin tersebut merupakan tanda bukti sah menurut
hukum bagi pengusaha dagang yang akan melakukan usahanya.

Karena merupakan suatu perusahaan maka kepada pengusaha dagang


dibebankan kewajiban untuk membuat catatan keuangan dan membayar pajak dan
retribusi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Perusahaan Persekutuan Bukan Badan Hukum


Perusahaan persekutuan bukan badan hukum adalah perusahaan swasta yang
didirikan dan dimiliki oleh beberapa orang pengusaha secara bekerja sama dalam
bentuk persekutuan perdata.
a. Persekutuan Perdata (Maatschap)
Persekutuan percata (maatschap) adalah suatu perjanjian antara dua orang
atau lebih untuk berusaha bersama-sama mencari keuntungan yang akan
dicapai dengan jalan kedua orang (pihak) menyetorkan kekayaan untuk
usaha bersama. Dasar hukum untuk dalam pembentukan persekutuan perdata
diatur dalam Pasal 1618 - Pasal 1652 KUH Perdata.

Selain itu, unsur-unsur yang tidak kalah penting di dalam persekutuan


perdata adalah adanya pemasukan (inbreng) dan adanya pembagian
keuntungan.
 Adanya Pemasukin (Inbreng)

Adanya pemasuk in (inbreng) sesuai ketentuan Pasal 1619 Ayat 2


KUH Perdata, yang menetapkan tiap-tiap sekutu dari persekutuan perdata
diwajibkan memasukkan ke dalam kas persekutuan perdata yang mereka
lirikan secara bersama-sama pemasukan (setoran), antara lain
1. uang.
2. barang atau benda-benda lain yang layak bagi pemasukan, misalnya
rumah/gedung, kendaraan bermotor (truk), alat perlengkapan kantor,
good will, dan kredit;
3. tenaga kerja, baik tenaga fisik maupun tenaga pikiran.
 Adanya Pembagian Keuntungan atau Kemanfaatan

Adanya pembagian keuntungan atau kemanfaatan berdasarkan asas


keseimbangan pemasukan, sesuai Pasal 1633 s/d 1635 KUH Perdata.
Selain itu, pendirian dan keberadaan persekutuan perdata tidak terikat
pada formalitas (persyaratan) hukum yang khusus. Perjanjian persekutuan
perdata menjadi (sudah) sah jika ketiga syarat tersebut sudah terpenuhi. Di
samping itu, mengacu kepada Pasal 1619 Ayat 1 KUH Perdata, salali satu
syarat sahnya perjanjian sudah terpenuhi.
Dengan demikian, sekutu mempunyai tanggung jawab internal yang
diatur dalam Pasal 1630 KUH Perdata, tetapi ketentuan tersebut hanya
sebagai pedoman jika perjanjian persekutuan tidak menentukan tanggung
jawab tersebut. Hubungan antara sekutu dengan pihak ketiga hanya mengikat
sekutu yang melakukan perjanjian itu saja, sejauh tidak dikuasakan hal-hal
lainnya. Sementara itu, persekutuan telah berakhir karena
 lewatnya jangka waktu pendirian persekutuan
 musnahnya barang atau telah diselesaikannya perbuatan pokok yang menjadi
tujuan persekutuan
 atas kehendak seinata-mata dari beberapa atau seorang sekutu
 jika salah seorang sekutu meninggal.

b. Persekutuan Firma(Vennootshaf Onder Eene Firma)


Persekutuan Firma (Vennootshaf Onder Eene Firma) diatur Pasal 15, 16
sampai 35 KUH Dagang.

Dalam Pasal 16 (KUH Dagang) perseroan firma adalah tiap-tiap


perseroan (maat chap) yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di
bawah nama bersama, yakni anggota-anggotanya langsung dan sendiri
sendiri bertanggung jawab sepenuhnya terhadap orang-orang ketiga.

Sementara itu, firma mempunyai arti nama yang digunakan untuk


berdagang secara bers ima-sama. Nama suatu firma adakalanya diambil dari
nama seorang yang turut menjadi persekutuan itu sendiri, tetapi dapat juga
diambil dari nama orang yang bukan dari persekutuan.

Dengan demikian, tanggung jawab pada persekutuan firma, yakni tiap-


tiap anggota perseroan secara tanggung-menanggung, artinya "bertanggung
jawab untuk seluruhnya atas segala perikatan dari persekutuan firma. Oleh
karena itu, tiap-tiap anggota persekutuan firma secara langsung dan sendiri-
sendiri bertanggung jawab sepenuhnya atas persetujuan-perse tujuan yang
diadakan persekutuan firma terhadap pihak ketiga.

Perlu diketahui, persekutuan firma bukan merupakan perusahaan yang


berbentuk badan hukum sehingga pihak ketiga tidak berhubungan dengan
persekutuan firma sebagai satu kesatuan, melainkan dengan setiap anggota
secara sendiri-sendiri. Menurut Pasal 17 KUH Dagang, tiap-tiap sekutu dapat
bertindak dengan pihak di luar persekutuan, asalkan tindakan tersebut
berkaitan dengan urusan persekutuan.

Walaupun bukan berbadan hukum, persekutuan firma mempunyai harta


kekayaan, merupakan harta yang telah dikumpulkan dari setiap anggota
persekutuan firma sehingga pertanggungjawaban sekutu firma tidak terbatas
pada harta yang dimasukkannya, melainkan juga bertanggung jawab secara
pribadi atas harta kekayaan milik pribadi terhadap persekutuan firma.

Sementara itu, dalam Pasal 18 KUH Dagang disebutkan tanggung jawab


sekutu terhadap pihak ketiga adalah untuk pribadi dan seluruh hartanya.
Sekutu yang melakukan perbuatan melawan hukum dapat dituntut
berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata. Pertanggung jawaban itu merupakan
pertangungjawaban renteng akibat perbuatannya sendiri ataupun perbuatan
sekutu lainnya.

Jadi, pertanggung jawaban tersebut dalam praktik tidak langsung


dibebankan kepada sekutu, melainkan kepada kas firma terlebih dahulu, jika
kas tersebut tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kewajiban firma maka
harta pribadi sekutu akan diambil untuk menutup kekurangan (Pasal 18 KUH
Dagang Pasal 1618, 1619 Ayat 1 KUH Perdata).

Dengan demikian, firma mempunyai kas yang akan digunakan untuk


memenuhi kewajiban-kewajiban firma sehingga gugatan kepada kewajiban
sekutu tidak langsung tertuju kepada kekayaan pribadi para sekutu. Oleh
karena itu, kewajiban itu akan dibayar terlebih dahulu dengan kas firma, jika
kas firma tidak mencukupi, dan baru kemudian mengambil harta pribadi para
sekutu yang akan digunakan untuk memenuhi kekurangannya.

Selain itu, di dalam Pasal 22 KUH Dagang memberikan persyaratan


terhadap pendirian persekutuan firma, yakni dengan akta otentik diikuti
dengan pendaftaran dan diumumkan.

Jika pendaftaran dan pengumunan belum dilakukan maka firma dianggap


sebagai firma untuk segala macam bisnis, jangka waktu firma dianggap tidak
terbatas, dan semua sekutu dianggap berhak untuk menandatangani dan
bertanggungjawab untuk segala urusan.

Dengan demikian, persekutuan firma merupakan persekutuan. perdata


maka berakl irnya firma dapat mengacu berakhirnya persekutuan perdata,
tetapi para sekutu dapat menentukan sendiri dalam perjanjiannya.

c. Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap)


Persekutuan komanditer (commanditaire vennootschap) diatur dalam
Pasal 15, 19 sampai 21 KUH Dagang. Di dalam Pasal 19 WvK (KUH
Dagang) disebutkan bahwa persekutuan komanditer adalah suatu
persekutuan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu
orang atau beberapa orang persekutuan yang secara tanggung-menanggung
bertanggung jawab untuk seluruhnya pada satu pihak dan atau lebih sebagai
pelepas uang pada pihak lain yang nerupakan sekutu komanditer yang
bertanggung jawab sebatas sampa pada sejumlah uang yang dimasukkannya.
Dengan demikian, dalam persekutuan komanditer terdapat sekutu
komplementer dan sekutu komanditer.

Sekutu komplementer adalah sekutu yang menyerahkan pemasukkan,


selain itu juga ikut mengurusi persekutuan komanditer, sedangkan sekutu
komanditer adalah sekutu yang hanya menyerahkan pemasukan pada
persekutuan komanditer dan tidak ikut serta mengurusi persekutuan
komanditer.

Sementara itu, permodalan persekutuan komanditer berasal dari


pemasukan yang dimasukkan sekutu komplementer dan sekutu komanditer,
baik berupa uang, barang, atau tenaga saja, sedangkan harta kekayaan
persekutuan komanditer terdiri atas pemasukan yang dimasukkan sekutu
persekutuan komanditer ditambah dengan harta kekayaan pribadi sekutu
komplementer. Dengan demikian, sekutu komanditer tidak
bertanggungjawab secara pribadi terhadap persekutuan komanditer. Namun,
hanya sekutu komplementerlah yang diserahi tugas untuk mengadakan
hubungan hukum dengan pihak ketiga, sedangkan sekutu komanditer hanya
akan bertanggung jawab pribadi secara keseluruhan jika ditugaskan
melakukan pengurusan persekutuan komanditer.

Nama sekutu komanditer dilarang untuk nama persekutuan kecuali jika


sekutu komanditer itu dulunya sekutu kerja/komplementer yang
mengundurkan diri, jika hal itu terjadi yang mengakibatkan kerugian pada
pihak ketiga maka harus bertanggung jawab secara pribadi (Pasal 21 KÜH
Dagang).

Persekutuan komanditer dibagi menjadi tiga, yakni persekutuan


komanditer diam-diam, persekutuan komanditer terang-terangan. dan
persekutuan komanditer dengan saham.
 Persekutuan Komanditer Diam-Diam
Persekutuan komanditer diam-diam yakni persekutuan komanditer yang
belum menyatakan dirinya dengan terang-terangan kepada pihak ketiga
sebagai persekutuan komanditer.
 Persekutuan Komanditer Terang-Terangan
Persekutuan komanditer terang-terangan adalah persekutuan komanditer
dan telah menyatakan diri sebagai persekutuan komanditer terhadap pihak
ketiga.
 Persekutuan Komanditer dengan Saham
Persekutuan komanditer dengan saham adalah persekutuan komanditer
terang-terangan yang modalnya terdiri dari saham-saham.

D. Perseroan Terbatas
Bentuk badan usaha perseroan terbatas merupakan kumpulan orang yang diberi
hak dan diakui oleh hukum untuk mencapai tujuan tertentu. Istilah perseroan terbatas
terdiri dari dua kata, yakni perseroan dan terbatas. Perseroan merujuk kepada modal PT
yang terdiri dari sero-sero atau saham-saham, sedangkan terbatas merujuk kepada
tanggung jawab pemegang saham yang luasnya hanya terbatas pada nilai nominal
semua saham yang dimiliki. Dasar hukum perseroan terbatas diatur dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut
UUPT.

Perseroan Terbatas (PT) yang dulunya disebut juga dengan Naamloze


Vennootschaap (NV) adalah suatu persekutuan untuk menjalankan usaha yang
memiliki modal terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian sebanyak
saham yang dimilikinya. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat
diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu
membubarkan perusahaan. Perseroan Terbatas (PT) merupakan perserikatan beberapa
pengusaha swasta menjadi satu kesatuan untuk mengelola usaha bersama, dimana
perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk menyertakan
modalnya ke perusahaan dengan cara membeli saham perusahaan.1

Selain itu, Perseroan terbatas (PT) adalah badan hukum perusahaan yang paling
banyak digunakan dan diminati oleh para pengusaha. 2 Undang – Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas mendefenisikan perseroan terbatas (PT) sebagai
berikut:

“Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian

1
Suliyanto, op.cit., h. 20
2
Kasmir dan Jakfar, op.cit., h. 26
yang melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta
peraturan pelaksanaannya.”

E. Koperasi
Koperasi mengandung makna “kerja sama”. Koperasi (cooperative) bersumber
dari kata cooperation yang artinya “ kerja sama”. Koperasi berkenaan dengan manusia
sebagai individu dan dengan kehidupannya dalam masyarakat. Manusia tidak dapat
melakukan kerja sama sebagai satu unit, dia memerlukan orang lain dalam suatu
kerangka kerja sosial (Sitio dan Tamba, 2001).

Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang
perekonomian, beranggotakan mereka yang umumnya berekonomi lemah yang
bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan
suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan para anggotanya
(Kartasapoetra, Bambang, Setiady, 1998).

Definisi koperasi menurut UU NO. 25/1992 koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Arifinal Chaniago dalam Sitio dan Tamba
(2001) mendefinisikan koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-
orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk
dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmani para anggotanya. Sehingga koperasi
memungkinkan beberapa orang atau badan dengan jalan bekerja sama atas dasar
sukarela menyelenggarakan suatu pekerjaan untuk memperbaiki kehidupan anggota-
anggotanya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa koperasi


merupakan kumpulaan individu yang saling membutuhkan modal bertujuan untuk
mensejahterahkan anggota dan melaksanakan usaha berdasarkan pada prinsip-prinsip
koperasi berdasarkan atas azas kekeluargaan. Dalam koperasi terdapat unsur
kesukarelaan dan dengan bekerja sama serta menanamkan rasa kepercayaan manusia
akan lebih mudah mencapai apa yang diinginkan karena pendirian dari suatu koperasi
mempunyai pertimbangan - pertimbangan ekonomis.
F. Yayasan
Pengakuan badan hukum terhadap Yayasan di Indonesia pada awalnya hanya
didasarkan pada kebiasaan dan Yurisprudensi. Namum tidak diketahui dengan pasti
saat Yayasan menjadi badan hukum, sebab tidak ada ketentuan yang mengatur hal
tersebut.

Meskipun belum ada Undang-Undang yang secara tegas menyatakan Yayasan


sebagai badan hukum namun beberapa pakar hukum Indonesia, berpendapat bahwa
Yayasan merupakan badan hukum. Untuk dapat mengetahui apakah yayasan itu, ada
beberapa pandangan para ahli antara lain :
a. Menurut Poerwadarminta dalam kamus umumnya memberikan pengertian yayasan
sebagai berikut3 :
1. Badan yang didirikan dengan maksud mengusahakan sesuatu seperti sekolah
dan sebagainya (sebagai badan hukum bermodal, tetapi tidak mempunyai
anggota);
2. Gedung-gedung yang teristimewa untuk sesuatu maksud yang tertentu seperti
rumah sakit, dan sebagainya.
b. Menurut Achmad Ichsan, Yayasan tidaklah mempunyai anggota, karena yayasan
terjadi dengan memisahkan suatu harta kekayaan berupa uang atau benda lainnya
untuk maksud-maksud idiil yaitu (sosial, keagamaan dan kemanusiaan) itu,
sedangkan pendirinya dapat berupa Pemerintah atau orang sipil sebagai penghibah,
dibentuk suatu pengurus untuk mengatur pelaksanaan tujuan itu. 4
c. Menurut Zainul Bahri dalam kamus umumnya memberikan suatu definisi yayasan
sebagai suatu badan hukum yang didirikan untuk memberikan bantuan untuk tujuan
sosial. 5

Lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 yang kemudian diperbaharui


dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan merupakan titik terang
bagi lembaga Yayasan yang sudah lama tumbuh dan berkembang tanpa adanya landasan
hukum formal yang mengatur di Indonesia.
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 atas perubahan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yayasan merupakan badan
hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai

3
WJS. Poerwadarminta. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hlm.1154
4
Achmad Ichsan. 1993. Hukum Dagang (Cet. Ke-5). Jakarta: Pradnya Paramitha. Hlm.110
5
Zainul Bahri. 1996. Kamus Umum Khusus Bidang Hukum dan Politik (Cet. Ke-1). Bandung: PT Angkasa.
Hlm.367
tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai
anggota.
Kenyataan di dalam praktek, memperlihatkan bahwa apa yang disebut Yayasan
adalah suatu badan yang menjalankan usaha yang bergerak dalam segala macam badan
usaha, baik yang bergerak dalam usaha yang nonkomersial maupun yang secara tidak
langsung bersifat komersial. 6

G. Badan Usaha Milik Negara


Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu pelaku kegiatan
ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, bersama-sama dengan pelaku
ekonomi lain seperti swasta (besar-kecil, domestik-asing) dan koperasi. BUMN
memberikan kontribusi positif untuk perekonomian Indonesia. Pada sistem ekonomi
kerakyatan, BUMN merupakan pengejawantahan dari bentuk bangun demokrasi
ekonomi yang akan terus dikembangkan secara bertahap dan berkelanjutan.

Dalam melaksanakan kegiatan usahanya, BUMN menjalankan usaha


sebagaimana badan usaha yang lain, yaitu bertujuan untuk memperoleh keuntungan
(profit oriented). Di samping sebagai badan usaha yang bertujuan memperoleh
keuntungan, tujuan pendirian BUMN yang utama adalah harus mampu memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Hal tersebut dipertegas dalam Arah kebijakan dan
Strategi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Dalam menjalankan peranannya sebagai salah satu agen pembangunan, Badan Usaha
Milik Negara harus tunduk pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang
Badan Usaha Milik Negara.

Peran-peran yang disandang BUMN sebenarnya sangat besar dan berat. Namun
demikian, sebagai subjek hukum, BUMN harus tunduk kepada peraturan-peraturan.
Demikian juga apabila melakukan investasi, BUMN merujuk pada beberapa undang-
undang. Di dalam prakteknya tidak jarang ditemui adanya potensi tumpang tindih,
konflik, multi tafsir antara Undang-undang BUMN dengan peraturan perundang-
undangan terkait lainnya.

Problem utama yang dihadapi BUMN saat ini terletak pada masalah tata kelola
(governance) dan profesionalitas. Kinerja BUMN dituntut profesional seperti
perusahaan swasta. Sebagai pelaku ekonomi, pada dasarnya BUMN tidak berbeda

6
Chatamarrasjid Ais. 2002. Badan Hukum Yayasan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Hlm.81
dengan swasta. Oleh karena kepemilikan modalnya sebagian besar negara, maka
prinsip kehati-hatian harus selalu diutamakan. Tuntutan kesamaan perlakuan antara
BUMN dengan perusahaan swasta agar dapat tumbuh lebih baik dan berdaya saing,
perlu diikuti dengan pembenahan-pembenahan khususnya terhadap regulasi yang
menaungi BUMN maupun regulasi yang ada kaitannya dengan BUMN.

H. Studi Kasus

“Realitas Hubungan Buruh/Pekerja Driver Go-Jek dengan PT. Go-Jek Indonesia”

PT. Go-Jek yang sekarang sudah menjadi perusahaan yang besar di Indonesia yang
berbasis internet. Realitas hubungan buruh driver gojek dengan PT. Go-Jek yaitu
hubungan antara buruh driver gojek dengan perusahaan telah diatur dalam Undang-
Undang, dimana perusahaan memberikan hak-hak buruh sebagai driver gojek,
sedangkan buruh memberikan kepada perusahaan yaitu pelayanan yang diinginkan oleh
perusahaan. Konflik yang terjadi antara driver gojek dan perusahaan berawal dari aksi
mogok yang dilakukan oleh driver gojek, hal ini terjadi karena beberapa alasan, adanya
hak-hak buruh driver gojek belum terpenuhi bahwa status kemitraan yang berjalan
selama ini antara buruh driver gojek dengan PT. Go-Jek telah menyalahi Undang-
Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Adapun tuntutan buruh driver
gojek kepada PT. Go-Jek, yaitu; pertama, adanya keinginan dari buruh driver gojek
untuk meminta diangkat menjadi karyawan, sebab menurut mereka hal tersebut
terkait dengan pemotongan gaji yang jelas, kedua, pengembalian ke tarif awal yaitu Rp.
4.000 yang sebelumnya diturunkan menjadi Rp. 3.000, hal tersebut dianggap
merugikan buruh driver gojek secara pendapatan ekonomi,dan permintaan ini telah
ditolak oleh PT Go-Jek, ketiga, menyangkut transparansi PT. Go-Jek terhadap buruh
driver gojek, tidak transparansinya perusahaan akan memunculkan tanda tanya
terhadap perusahaan sendiri. Kemudian menurut buruh driver gojek bahwa PT.
Go-Jek telah melanggar Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Dari peristiwa tersebut menimbulkan aksi atau demonstrasi oleh
buruh drivergojek di depan PT. Go-Jek. Walaupun sudah dimediasi antara kedua belah
pihak tetapi masih belum menemukan jalan atau solusi yang terbaik, perundingan
selalu mengalami kebuntuan (Fenwick, Lindsey, & Arnold, 2002), kebuntuan yang
dialami dalam penyelesaian konflik tersebut diakibatkan kedua bela pihak belum ada
yang mau mengesampingkan kepentingan masing-masing. Tentunya hal ini akan
menimbulkan konflik didalam tubuh PT. Go-Jek, dan akan mengganggu struktur
sosial dalam PT. Go-Jek, kemudian akan menghambat setiap proses pelayanan PT.
Go-Jek kepada buruh driver gojek. Kemudian hal yang paling terpenting adalah
pelayanan kepada konsumen PT. Go-Jek akan terhambat, dan akan menyebabkan
kerugian bagi perusahaan. Aksi pemogokkan yang dilakukan oleh buruh driver gojek
adalah bentuk protes buruh terhadap perusahaan dan dari protes tersebut menjadikan
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat akan terhambat.

Sebagai perusahaan yang berbasis teknologi sudah seharusnya perusahaan menjaga


struktur sosial yang baik antara buruh driver gojek dengan perusahaan, dengan tujuan
terjalin hubungan yang harmonis antara buruh dan perusahaan. Sehingga dengan
hubungan yang harmonis tersebut akan terwujudnya pelayanan yang cepat, inovasi
dan berdampak sosial. Konflik bukan semata menimbulkan perpecahan tetapi
menguatkan struktur yang ada di PT. Go-Jek itu sendiri. Dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat sudah selayaknya PT Go-Jek memberikan kenyamanan
kepada mitra kerja atau buruh/pekerja driver gojek. Dengan kenyamanan tersebut
tidak akan terjadinya konflik yang berarti dan berdampak terhadap perusahaan. PT. Go-
Jek pun harus menjaga kredibilitasnya sebagai perusahaan yang berbasis teknologi,
yang memberikan pelayanan kepada masyarakat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Suatu perusahaan yang dipimpin oleh seorang pengusaha tidak mungkin


melakukan usahanya seorang diri, apalagi jika perusahaan tersebut dalam skala besar.
Oleh karena itu, diperlukan bantuan orang/pihak lain untuk membantu melakukan
kegiatan-kegiatan usaha tersebut. Sementara itu, pe nbantu-pembantu dalam perusahaan
dapat dibagi menjadi dua fungsi, yakni pembantu di dalam perusahaan dan pembantu di
luar perusahaan. Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan (dipenuhi) oleh pengusaha,
yaitu membuat pembukuan (dokumen perusahaan) untuk mengadakan catatan atau
pembukuan mengenai kekayaan dan semua hal yang berkaitan dengan perusahaan,
sehingga dari catatan tersebut diketahui hak dan kewajiban para pihak dan kewajiban
mendaftar perusahaan dengan tujuan untuk mencatat bahan-bahan keterangan yang
dibuat serta benar dari satu perusahaan dan merupakan sumber informasi resmi untuk
semua pihak yang berkepentingan mengenal identitas, data, serta keterangan lainnya
tentang perusahaan yang tercantum dalam daftar perusahaan dalam rangka menjamin
kepastian perusahaan. Perusahaan persekutuan berbadan hukum adalah perusahaan yang
didirikan dan dimiliki oleh pengusaha swasta, dapat berbentuk perseroan terbatas,
koperasi, dan yayasan.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Rr. Rina Antasari, S.H., M.Hum. Dra. Fauziah, M.Hum. Dr. Muhamad Sadi Is, S.H.I., M.H.
(2020). Hukum Ekonomi di Indonesia. Jakarta: Kencana.
WJS. Poerwadarminta (1986). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Achmad Ichsan (1993). Hukum Dagang (Cet. Ke-5). Jakarta: Pradnya Paramitha.
Zainul Bahri (1996). Kamus Umum Khusus Bidang Hukum dan Politik (Cet. Ke-1). Bandung:
PT Angkasa.
Chatamarrasjid Ais (2002). Badan Hukum Yayasan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Advendi Simangunsong (2008). Hukum Dalam Ekonomi (Edisi II). Jakarta: Grasindo.
Novius, A. (2017). Fenomena Kesejahteraan Buruh/Karyawan Perusahaan Di Indonesia
(Phenomenon Employee/Laborer's Benefit in Indonesian Corporates). Fokus Ekonomi,
Vol. 2 , 81 91.

Anda mungkin juga menyukai