PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Sejatinya manusia adalah makhluk sosial (zoon politicon) sehingga
membutuhkan manusia lainnya, di mana hal ini mengakibatkan adanya hubungan
diantara manusia termasuk hubungan keperdataan/perikatan. Dalam aspek kehidupan
dalam memenuhi kebutuhannya manusia, tidak serta merta dapat memperoleh semua
hal yang ia butuhkan tanpa bantuan orang lain, dengan demikian hal ini melahirkan
suatu hubungan di dalam pemenuhan akan kebutuhannya dengan berbagai cara
termasuk dengan cara berdagang antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Luasnya aspek perdagangan menimbulkan suatu gejala yang terjadi secara
sistematis bahwa perdagangan yang lebih besar/luas tidak mampu hanya dilakukan
oleh seorang individu, tetapi ada suatu kebutuhan untuk bekerja sama dalam
melancarkan proses perdagangan. Dalam dunia modern sekarang ini dunia
perdagangan berkembang lebih luas dan lebih maju lagi sehingga untuk mencapai
perdagangan yang lebih sehat maka ada aturan maupun perundang-undangan yang
mengatur berbagai hal termasuk persyaratan maupun ketentuan batasan maupun
pertanggungjawaban para pihak di dalam melaksanakan perdagangan, sehingga
dengan adanya suatu sistem perdagangan dengan batasan yang ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan maka diharapkan terbentuknya suatu usaha
perdagangan yang sehat serta mampu mengakomodasi barang dagangan yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
2.1.2. Pengusaha
Dalam pasal 1C UU No. Tahun 1982 tentang wajib daftar perusahaan,
dijelaskan bahwa pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau
persekutuan atau badan hukum yang menjalankan sesuatu jenis perusahaan.
Selain itu, pada UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal
1 angka 5 menjelaskan bahwa pengusaha adalah; a) orang perseorangan,
persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik
sendiri; b) orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; dan c) orang
perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia
mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Menurut Ridwan Khairandy (2013:18) pengusaha adalah seseorang
yang melakukan atau menyuruh menjalankan perusahaannya. Pengusaha
dalam hal ini dapat menjalankan perusahaan dengan 3 (tiga) eksistensi dan
fungsi, yaitu:
1. Pengusaha yang bekerja sendiri, yaitu urusan perusahaan dilakukan
dengan sendiri tanpa pembantu. Oleh karena itu, perusahaan semacam
ini adalah perusahaan kecil dan memiliki sifat sederhana.
2. Pengusaha yang bekerja dengan bantuan pekerja. Berdasarkan
bentuk ini, terlibatnya pengusaha dalam melakukan urusan perusahaan.
Dimana pengusaha pada bentuk ini mempunyai dua kedudukan yaitu
sebagai pengusaha dan pemimpin perusahaan.
3. Pengusaha yang memberi kuasa kepada orang lain menjalankan
perusahaan. Sehingga pengusaha tidak ikut serta dalam melakukan
perusahaan dan orang lain yang diberi perintah oleh pengusaha
tersebut adalah pemegang prokurasi yang menjalankan perusahaan atas
nama pemberi kuasa.
Jika ditinjau lebih lanjut, pada perusahaan persekutuan terutama yang
berbentuk badan hukum, pemimpin perusahaan (bedrijfleider/manager) adalah
pemegang kekuasaan tertinggi dalam menjalankan perusahaan. Dalam hal ini
yang bertanggung jawab penuh mengenai kemajuan dan kemunduran
perusahaan. Pada perusahaan besar pemimpin perusahaan berbentuk dewan
pimpinan yang disebut direksi yang dimana diketuai seorang direktur utama
(dirut). Direktur utama atau direktur secara yuridis sebenarnya bukan
pengusaha, melainkan pemegang kuasa dari pengusaha. Kecuali pada
perusahaan yang dijalankan sendiri oleh pengusahanya, maka dengan
sendirinya pemimpin perusahaan itu adalah pengusaha.
2.1.3. Pembantu-Pembantu Pengusaha
Seperti diketahui bahwa dalam menjalankan suatu usaha pengusaha dalam
menjalankan perusahaan, dibutuhkannya pembantu-pembantu yang dapat mendukung
usahanya. Pembantu pengusaha adalah setiap orang yang melakukan perbuatan
membantu pengusaha dalam menjalankan perusahaan dengan memperoleh upah.
Terdapat 2 (dua) golongan yang terdiri dari:
- Pembantu didalam lingkungan Perusahaan
Mengenai pembantu perusahaan didalam perusahaan dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Pelayan toko, pelayan toko adalah pelayan yang membantu pengusaha
menjalankan usaha tokonya. Pelayan toko juga bermacam-macam. Ada
yang membantu melayani pada saat menjual, ada yang membantu pada
saat menerima uang (kasir), melakukan pembukuan, menyerahkan
barang dan lain-lain.
b. Pimpinan perusahaan, atau yang dikenal dengan istilah manajer dalam
sebuah perusahaan. Manager adalah salah satu pembantu perusahaan
yang memegang kuasa pertama dari perusahaan. Manager
mengemudikan perusahaan. Sehingga maju mundurnya sebuah
perusahaan akan sangat bergantung dari kinerja manajernya.
c. Pengurus filial, pengurus filial adalah pihak yang membantu
perusahaan dalam hal mewakili perusahaan untuk melakukan semua
hal terkait dengan perusahaan. Sebagai gambaran sebuah perusahaan
pimpinannya berada di Surabaya, maka untuk melakukan kegiatan atau
seluruh hal-hal terkait perusahaan pada kota-kota lain akan dibantu
oleh masing-masing pengurus filial dari perusahaan tersebut di
masing-masing kota.
d. Pemegang prokurasi, pemegang prokurasi dapat dikatakan juga
sebagai orang kedua perusahaan setelah manajer yang juga sebagai
wakil pimpinan perusahaan. Biasanya pemegang prokurasi akan
menjadi pimpinan dari suatu bidang besar tertentu dari perusahaan.
e. Pekerja keliling, pekerja keliling adalah pihak yang membantu
perusahaan dalam melakukan usahanya berkeliling di luar kantor
dengan cara memperbanyak perjanjian-perjanjian jual beli antara
perusahaan dengan pihak ketiga
- Pembantu diluar lingkungan perusahaan
Mengenai pembantu perusahaan diluar perusahaan dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Pengacara adalah orang yang membantu pengusaha dalam
menyelesaikan masalah hukum dan mewakili pihak pengusaha untuk
berperkara di muka hakim atau pengadilan. Jadi pengacara adalah
orang yang biasanya mewakili perusahaan dalam hal-hal yang
berkaitan dengan hukum. Hubungan hukum antara pengacara dengan
pihak pengusaha tidak tetap dan sifat hubungan hukum antara pihak
pengacara dengan pengusaha berbentuk pelayanan berkala dan
pemberian kuasa.
b. Agen Perusahaan, agen adalah pembantu perusahaan yang memiliki
hubungan tetap dengan pengusaha serta mewakili pengusaha dalam
melakukan perjanjian dengan pihak ketiga. Hubungan antara agen
dengan pengusaha bukanlah hubungan perburuhan hal ini dikarenakan
hubungan antara agen dengan pengusaha tidak bersifat subordinasi
atau dengan kata lain antara agen dengan pengusaha sama tinggi sama
rendah. Selain itu hubungan antara agen dengan pengusaha tidak
bersifat pelayanan berkala karena sifat hubungan agen dengan
pengusaha adalah tetap.
c. Makelar, apabila didasarkan pada Pasal 62 KUHDagang, definisi
makelar adalah seorang pedagang perantara yang diangkat oleh
gubernur jenderal (sekarang presiden) atau pembesar yang oleh
gubernur jenderal dinyatakan berwenang untuk itu. Saat ini profesi
makelar (broker) harus mendapat izin dari Menteri Hukum dan HAM.
Hubungan antara makelar dengan pengusaha sama halnya dengan
pengacara akan tetapi berbeda dengan hubungan agen perusahaan
dengan pengusaha. Sifat hukum dari hubungan hukum sebagaimana
disampaikan diatas adalah bersifat campuran antara pelayanan berkala
dengan pemberian kuasa.
d. Notaris, berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris didefinisikan
sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik
dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya. Akta
notariil adalah akta autentik yang memiliki kekuatan hukum sempurna
dalam suatu pembuktian di depan pengadilan dan akta tersebut
memiliki kekuatan hukum sempurna bagi pihak yang berkepentingan
seperti ahli waris atau pihak-pihak yang berhak atas hal-hal tertentu
sebagaimana yang tercantum, dalam akta tersebut. Hal ini sesuai
dengan Pasal 1870 KUHPerdata. Dalam hal notaris sebagai pembantu
pengusaha, notaris bertugas untuk membuat perjanjian dengan pihak
ketiga.
e. Komisioner, Pasal 76 KUH Dagang memberikan definisi komisioner
sebagai seseorang yang menyelenggarakan perusahaannya dengan
melakukan perbuatan-perbuatan menutup persetujuan atas nama firma
itu sendiri, tetapi atas amanat dan tanggungan orang lain dengan
menerima upah atau provisi tertentu. Ciri-ciri dari komisioner antara
lain, tidak ada syarat pengangkatan resmi dan penyumpahan
sebagaimana halnya makelar, komisioner menghubungkan komiten
dengan pihak ketiga, komisioner tidak berkewajiban menyebut nama
komiten, dan walaupun demikian seorang komisioner juga dapat
bertindak atas nama pemberi kuasanya. Adapun sifat perjanjian komisi
adalah perjanjian antara pihak komisioner dengan komiten berupa
perjanjian pemberian kuasa. Sebagai konsekuensi dari perjanjian
tersebut akan berakibat munculnya hubungan hukum yang sifatnya
tidak tetap sebagaimana yang terjadi pada makelar dan pengacara.
2.2. Hubungan Hukum Antara Pengusaha dengan Pembantu Pengusaha di Dalam dan
di Luar Perusahaan.
Berdasarkan 2 (dua) jenis dari pembantu pengusaha yang telah disebutkan, pada
dasarnya tentu memiliki hubungan hukum antara pengusaha dengan pembantu perusahaan.
2.2.1. Hubungan Hukum antara Pengusaha dengan Pembantu di Dalam
Perusahaan.
Pembantu didalam lingkungan perusahaan memiliki sifat hubungan
kerja tetap dan subordinatif dengan pengusaha dan bekerja dalam lingkungan
perusahaan itu. Hubungan yang bersifat subordinatif yaitu bahwa kedudukan
hukum dari pengusaha dengan pembantu pengusaha adalah tidak setara,
pengusaha sebagai atasan dan pembantu pengusaha sebagai bawahan. Seperti
halnya, pemimpin perusahaan pemegang prokurasi/manager, pekerja keliling
merupakan masih dalam lingkungan perusahaan dan terlibat dalam urusan
teknis perusahaan. Hubungan hukum antara pimpinan perusahaan dengan
pengusaha bersifat :
- Hubungan perburuhan diatur dalam pasal 1601 a KUH Perdata, yaitu
hubungan yang subordinasi antara majikan dan buruh, yang
memerintah dan yang diperintah. Manager mengikatkan dirinya untuk
menjalankan perusahaan dengan sebaik-baiknya, sedangkan pengusaha
mengikatkan diri untuk membayar upahnya. Sedangkan mengenai
hubungan ketenagakerjaan terdapat pada UU No.13 tentang
Ketenagakerjaan yang akan membahas mengenai perjanjian kerja,
kontrak tenaga kerja, dsb.
- Hubungan pemberian kekuasaan, yaitu hubungan hukum yang diatur
dalam pasal 1792 KUHPer yang menetapkan sebagai berikut
“pemberian kuasa adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang
memberikan kekuasaan kepada orang lain, yang menerimanya untuk
atas nama pemberi kuasa menyelenggarakan suatu urusan”. Dengan
demikian pengusaha merupakan “pemberi kuasa”, sedangkan manager
merupakan “pemegang kuasa”. Pemegang kuasa mengikatkan diri
untuk melaksanakan perintah si pemberi kuasa, sedangkan si pemberi
kuasa mengikatkan diri untuk memberi upah sesuai dengan perjanjian
yang bersangkutan.
❖ Pertanggungjawaban Komisioner
Hubungan hukum antara komisioner dan pengusaha yang lazimnya
disebut komiten tidak sama persis dengan hubungan hukum antara makelar
dan pengusaha. (Ambarini et al., 2018)
Berikut ini adalah ilustrasi hubungan hukum antara pihak dalam
kegiatan jual beli melalui komisioner. Seorang pengusaha A menyuruh
seorang komisioner B untuk menjualkan produknya sehingga B
memperjualkannya kepada pihak ketiga (pembeli) C. Dalam hubungan ini
berdasarkan Pasal 76 KUHD menjual barang kepada C tidak untuk dan atas
nama A, tetapi untuk dan atas nama sendiri. Jadi, hal ini tampak tidak ada
hubungan hukum antara A dan B.
Tanggung jawab seorang komisioner kepada pihak ketiga dalam
berhubungan dengan komiten (pengusaha) dapat diminta oleh pihak ketiga
tersebut. Pertanggungjawaban itu berdasarkan atas suatu barang yang tidak
aman hukum dan memiliki cacat yang tidak diketahui oleh pihak ketiga ketika
membelinya. Dikarenakan hubungan hukum yang terjadi hanya ada pada
pihak komisioner dan pihak ketiga, maka yang wajib menanggung beban atau
tanggung jawab adalah pihak komisioner itu sendiri. Ia bekerja untuk dan atas
nama sendiri. Terlebih, ketika melakukan transaksi jual beli barang dengan
pihak ketiga, ia sendiri yang bertindak sebagai penjual walaupun tetap
mewakili pihak pengusaha atau komiten.
3.2. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini belum dapat dikatakan sempurna.
Oleh Sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritikan dan saran mengenai
makalah ini.
.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Khairandy, Ridwan. (2013). Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia. Yogyakarta: FH
UI Press. hlm.13.
Muhammad, Danang Wahyu dkk. (2018). Buku Ajar Hukum Bisnis. Yogyakarta:
Pustaka Belajar (Anggota IKAPI). hlm 14-19
Irawan Harahap, (2019) Buku Ajar Hukum Dagang, Universitas Islam Indonesia,
Yogyakarta, hlm. 26.
JURNAL
Setiawan, I Ketut Oka., 2019. Tanggung Jawab Pedagang Perantara Terhadap Pihak
Ketiga Menurut Hukum Jual Beli, vol. 13, no. 1, p. 74. Jurnal Law Review,
http://stahdnj.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/JURNAL-LAW-REVIEW-TANGGU
NG-JAWAB....pdf. (Diakses pada tanggal 29 September 2021).
Muhayatsyah, A., 2019. Keputusan Bisnis dan Tanggung Jawab Direksi dalam
Prinsip Fiduciary Duties pada Perseroan Terbatas. Jurnal At-Tijarah, 1(20).
(Diakses pada 29 September 2021)
Yohana, 2015. Tanggung Jawab Hukum Atas Bentuk Usaha Badan Hukum dan
Bentuk Usaha. Jurnal Mercatoria, 8(1). (Diakses pada 29 September 2021)
DASAR HUKUM
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Undang-Undang No. 3 Tahun 1982 Pasal 1C tentang Wajib Daftar Perusahaan
Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Wajib Perusahaan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 tentang dokumen perusahaan
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan