Pemeriksaan Radiografi Ossa Pedis Dengan Klinis DM
Pemeriksaan Radiografi Ossa Pedis Dengan Klinis DM
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan di bidang kesehatan khususnya pada pemeriksaan
penunjang medik, seperti radiologi yang telah mengalami banyak perubahan
salah
salah satunya
satunya pada pemeriksa
pemeriksaan
an konvensi
konvensional
onal,, ada yang mengguna
menggunakan
kan
kont
kontra
rass medi
mediaa dan
dan adap
adapun
un yang
yang tida
tidak
k meng
menggu
guna
naka
kan
n kont
kontra
rass medi
media.
a.
Pemeri
Pemeriksa
ksaan
an rontge
rontgen
n konven
konvensio
sional
nal ini dilaku
dilakukan
kan denga
dengan
n penga
pengambi
mbilan
lan
gambar
gambar mengg
mengguna
unakan
kan sinar-
sinar-X,
X, yang
yang merup
merupaka
akan
n pancar
pancaran
an gelomb
gelombang
ang
elektromagnetik dengan daya tembus tinggi yang terbentuk dari elektron-
elektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada suatu sasaran atau
targe
target,
t, dari
dari proses
proses terseb
tersebut
ut akan
akan terjad
terjadii suatu
suatu keadaa
keadaan
n diman
dimanaa energi
energi
elektron yang sebagian besar (99%) diubah menjadi panas dan sebagian
kecil (1%) diubah menjadi sinar-X, dengan adanya pengambilan gambar
menggunakan sinar-X maka anatomi dan fisiologi dari suatu organ bagian
dala
dalam
m tubu
tubuh
h dapa
dapatt terl
terlih
ihat
at jela
jelass dala
dalam
m gamb
gambar
aran
an radi
radiog
ogra
rafi,
fi, yang
yang
mempun
mempunya
yaii perana
peranan
n sangat
sangat penting
penting dalam
dalam membantu
membantu menegak
menegakkan
kan
diagnosa pada suatu penyakit ataupun kelainan.
Pemeriksaan ini dilakukan karena adanya suatu penyakit salah satunya
pada penyakit
penyakit diabetes
diabetes melitus,
melitus, yang merupakan
merupakan gangguan
gangguan metabolis
metabolisme
me
ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah yang disebabkan oleh
gangguan pada sekresi insulin.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2007 mengenai
diabetes melitus yang merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia maupun di dunia yang
terus meningkat disebabkan karena pola hidup yang semakin tidak sehat.
Penyakit diabetes melitus dapat menyebabkan timbulnya gangrene diabetic,
yang merupakan luka pada kaki yang berwarna merah kehitaman terkadang
disert
disertai
ai bau
bau busuk
busuk,, sehing
sehingga
ga pemeri
pemeriksa
ksaan
an radiografii ossa pedis
radiograf pedis dengan
klin
klinis
is diab
diabet
etes
es meli
melitu
tuss meme
memerl
rluk
ukan
an pena
penang
ngan
anan
an khus
khusus
us,, sepe
sepert
rtii
1
2
menggu
mengguna
nakan
kan handscoon dan
dan memak
memakai
ai medical face mask saat kontak
kontak
langsung dengan pasien.
Berdasark
Berdasarkan
an teori Frank pemeriksaa
pemeriksaan
n radiografi
radiografi ossa pedis dilakukan
dengan
dengan proyek
proyeksi
si Anter
Antero-P
o-Pos
oster
terior
ior (AP),
(AP), rota
rotasi
si medi
media,
a, rota
rotasi
si late
latera
ral,
l,
mediolateral dan lateromedial . Di rumah sakit daerah Jakarta pemeriksaan
AP dan Mediolateral
Mediolateral di
di Rumah Sakit Prikasih.
B. Rumusan Masalah
Berdas
Berdasark
arkan
an uraian
uraian latar
latar belak
belakang
ang di atas,
atas, maka
maka penuli
penuliss mengka
mengkaji
ji
permas
permasala
alaha
han
n dengan
dengan merum
merumusk
uskan
an suatu
suatu masala
masalah
h yaitu
yaitu “Bagai
“Bagaima
mana
na
prose
prosedur
dur pemerik
pemeriksaa
saan
n ossa pedis pada
ossa pedis pada klinis
klinis diabet
diabetes
es melitu
melituss dengan
dengan
C. Batasan Masalah
2
menggu
mengguna
nakan
kan handscoon dan
dan memak
memakai
ai medical face mask saat kontak
kontak
langsung dengan pasien.
Berdasark
Berdasarkan
an teori Frank pemeriksaa
pemeriksaan
n radiografi
radiografi ossa pedis dilakukan
dengan
dengan proyek
proyeksi
si Anter
Antero-P
o-Pos
oster
terior
ior (AP),
(AP), rota
rotasi
si medi
media,
a, rota
rotasi
si late
latera
ral,
l,
mediolateral dan lateromedial . Di rumah sakit daerah Jakarta pemeriksaan
AP dan Mediolateral
Mediolateral di
di Rumah Sakit Prikasih.
B. Rumusan Masalah
Berdas
Berdasark
arkan
an uraian
uraian latar
latar belak
belakang
ang di atas,
atas, maka
maka penuli
penuliss mengka
mengkaji
ji
permas
permasala
alaha
han
n dengan
dengan merum
merumusk
uskan
an suatu
suatu masala
masalah
h yaitu
yaitu “Bagai
“Bagaima
mana
na
prose
prosedur
dur pemerik
pemeriksaa
saan
n ossa pedis pada
ossa pedis pada klinis
klinis diabet
diabetes
es melitu
melituss dengan
dengan
C. Batasan Masalah
3
Penuli
Penuliss mem
membat
batasi
asi pen
peneli
elitia
tian
n ini pad
padaa pem
pemeri
eriksa
ksaan
an rad
radiog
iograf
rafii ossa
pedis pada klinis diabetes melitus dengan proyeksi Antero-Posterior (AP)
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menganal
Menganalisa
isa prosedur
prosedur pemeriksaan
pemeriksaan ossa pedis
pedis dengan
dengan klinis
klinis diabetes
diabetes
melitus di rumah sakit Prikasih.
2. Tujuan Kh
Khusus
a. Meng
Mengaanali
nalisa
sa has
hasil gamb
gambaaran
ran pena
penata
tala
laks naan ossa
ksaanaa ossa pedis
pedis pada
pada klinis
klinis
diabetes melitus dengan proyeksi Antero-Posterior (AP) dan mediolateral di
rumah sakit Prikasih.
b. Menganal
Menganalisa
isa tujuan
tujuan penatalaksanaan ossa pedis pada klinis diabetes melitus
penatalaksanaan
dengan
dengan proyeksi
proyeksi Antero-Posterior (AP) dan mediolat
Antero-Posterior mediolateral
eral di rumah sakit
E. Manfaat Penelitian
Penulisa
Penulisan
n propo
proposal
sal pene
penelitian
litian yang dilakukan
dilakukan ini, maka dihar
diharapka
apkan
n
bermanfaaat untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Hasil
Hasil dari peneli
penelitia
tian
n dapat
dapat menam
menambah
bah dan
dan memperda
memperdalam
lam ilmu mahasi
mahasiswa
swa
khus
khusus
usny
nyaa ilmu
ilmu peng
penget
etah
ahua
uan
n di bida
bidang
ng radi
radiod
odia
iagn
gnos
osti
tik
k meng
mengen
enai
ai
penatalak
penatalaksana
sanaan
an ossa pedis pada klinis diabetes melitus dengan proyeksi
Antero-Posterior (AP) dan mediolateral .
2. Hasil
Hasil dari
dari peneli
penelitia
tian
n ini dihara
diharapka
pkan
n dapat mengem
mengemban
bangka
gkan
n ragam
ragam teknik
teknik
dan posisi pemeriksaan ossa pedis di Rumah Sakit Prikasih.
F. Keaslian Penelitian
Penulis
Penulis telah
telah melihat
melihat karya
karya tulis
tulis ilmiah
ilmiah dari tahun
tahun 2012-2
2012-2016
016 Jurusan
Jurusan
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta II,
salah satunya mengangkat judul KTI tentang “Penatalaksaaan Pemeriksaan
Radiografii Ossa Pedis Pada Klinis
Radiograf Klinis Sepsis di Rumah Sakit Tebet Jakarta”
oleh Mustaqim
Mustaqim pada tahun 2016, sedangka
sedangkan
n pada penelitian
penelitian ini penulis
penulis
mengangkat judul proposal KTI tentang “Prosedur Pemeriksaan Radiografi
Ossa Pedis Pada
Ossa Pedis Pada Klin
Klinis
is Diab
Diabet
etes
es Meli
Melitu
tuss deng
dengan
an Proy
Proyek
eksi
si AP dan
dan
Mediolateral
Mediolateral di Rumah Sakit Prikasih”
BAB II
A. Landasan Teori
1. Anatomi Fisiologi Ossa Pedis
Ossa pedis terdiri dari 26 ruas tulang, yang dibagi lagi menjadi tiga
bagian yaitu ossa phalanges atau tulang jari-jari kaki, ossa metatarsal atau
tulang tempurung kaki, dan ossa tarsalia atau tulang pergelangan kaki.
Untuk tujuan deskripsi (penggambaran), kaki dibagi menjadi bagian depan
yang mencakup metatarsal dari jari kaki, bagian tengah kaki yang
mencakup os cuneiform, os navicular , dan os cuboid ( os calcis). Permukaan
superior (anterior) dari kaki diistilahkan dengan permukaan dorsum atau
dorsal dan aspek inferior (posterior) kaki diistilahkan dengan permukaan
plantar (Ballinger, 2003) dapat dilihat pada gambar 2.1, gambar 2.2, dan
gambar 2.3.
b. Ossa Metatarsal
Ossa metatarsal merupakan tulang pipa yang terdiri dari tubuh dan dua
bagian, dimulai pada bagian medial atau pada ibu jari kaki yaitu os
metatarsal pertama pada umumnya tulang-tulang sesamoid terdapat pada
permukaan plantar os metatarsal pertama dan tulang ini sangat pendek dan
1
4
5
tebal, os metatarsal kedua lebih panjang dan yang kelima menonjol bagian
tuberosity pada sisi lateral. (Ballinger, 2003) (lihat gambar 2.1)
d. Os Calcaneus (Tulang tumit)
Tulang ini ada di sebelah belakang bagian posterior dan inferior dari
calcaneus terdiri dari tuberositas posterior. Pada aspek superior tiga
e. Os Talus
Os talus merupakan tulang terbesar kedua dari ossa tarsalia yang
terletak antara ujung bawah tibia dan permukaan atas os calcaneus , kepala
talus diarahkan anterior dan memiliki permukaan yang bersambung ke os
(M.R.E.Dean, 1975:135) (lihat gambar 2.1, gambar 2.2, dan gambar 2.3)
lateral pada kaki antara os calcaneus dan metatarsal keempat dan kelima.
Os navicular (os scapoid ) berada pada sisi medial pada kaki antara talus dan
paling kecil dari ketiga os cuneiform . (Ballinger, 2003) (lihat gambar 2.1
dan gambar 2.3)
g. Os Navicular
Os navicular terletak diantara os talus dan os cuneiform dan biasanya
h. Os Cuneiform
Os Cuneiform terletak di antara os navicular dan os metatarsal pertama,
kedua dan ketiga. Os cuneiform terdiri dari tiga ruas tulang yaitu cuneiform
medial, intermedial dan lateral. Cuneiform medial adalah ruas yang paling
besar dan cuneiform intermedial adalah ruas paling kecil dari ketiga os
cuneiform . (M.R.E.Dean, 1975) (lihat gambar 2.1 dan gambar 2.2)
bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh
adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. (Price, 2003)
h. Talipes Ekuinovarus disebut juga clubfoot adalah suatu penyakit masa kecil
lainnya yang dapat dirawat secara optimal apabila diagnosis dini dengan
penanganan konservatif. (Price, 1992)
c. Proyeksi Mediolateral
Proyeksi mediolateral secara rutin digunakan pada sebagian besar
radiologi karena posisinya yang nyaman bagi pasien. (lihat gambar 3.5)
1) Posisi Pasien
Memposisikan pasien di atas meja pemeriksaan dan arahkan sisi yang
ingin periksa sampai tungkai dan kaki lateral.
2) Posisi Objek
Meluruskan lutut untuk menempatkan patella tegak lurus terhadap
bidang horizontal dan atur penyangga atau sandbag di bawah lutut
pertengahan kaset pada daerah tengah kaki dan aturlah sehingga garis
tengah pararel dengan sumbu panjang kaki, dorsifleksikan kaki
secukupnya untuk meletakkannya pada permukaan lateralnya dan
mengatur permukaan plantar tegak lurus terhadap film.
3) Central Ray
Central ray tegak lurus terhadap metatarsal ketiga.
4) Kriteria Evaluasi
Hal-hal berikut yang harus secara jelas ditunjukkan: (lihat gambar 3.6)
a) Metatarsal mendekati superposisi.
b) Tampak kaki bagian distal dan Ankle joint.
c) Fibula overlapping dengan bagian posterior dari tibia.
13
4. Patofisiologi
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi karena kadar
glukosa darah yang meningkat karena hormon pengaturannya (insulin) tidak
ada, berkurang, atau kerja insulinya terganggu. Insulin merupakan hormon
yang dihasilkan pankreas, sebuah organ disamping lambung, hormon
tersebut melekatkan dirinya pada reseptor-reseptor yang ada pada dinding
sel. Insulin bertugas membantu menyalurkan gula kedalam sel agar diubah
menjadi energi. Jika jumlah insulin tidak mencukupi, akan terjadi
penimbunan gula dalam darah sehingga menyebabkan diabetes. Tanda-tanda
14
penyakit dari gula biasanya terdapat kadar gula yang tinggi saat puasa.
(Djatmiko,2016)
Penyakit DM merupakan salah satu penyakit yang tidak menular dan
tidak berbahaya, oleh karena itu penanganan penderita DM hanya
memerlukan handscoon dan medical face mask saat kontak langsung dengan
penderita, dikarenakan penyakit tersebut dapat menimbul luka atau
gangrene yang merupakan luka atau radang yang terjadi pada daerah bagian
kaki yang berwarna kehitaman disebabkan sebagian jaringannya mati dan
berbau busuk, tidak jarang pada akhirnya kaki penderita harus diamputasi.
(Misnadiarly, 2016)
Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit:
a. Substansi
Mengganti bahan atau alat yang beresiko tersentuh langsung oleh
penderita, seperti mengganti alas pada kaset yang telah digunakan.
b. Pelindung Diri
Melindungi setiap pekerja agar tidak kontak langsung terhadap pasien,
seperti menggunakan handscoon dan medical face mask saat melakukan
tindakan.
c. Ventilasi
Mengatur keluar masuknya udara dalam tempat kerja.
d. Pelatih atau Pendidikan
Melatih serta mendidik pekerja agar mengetahui tata cara menangani
pasien.
e. Pemeriksaan Kesehatan
Melakukan pemeriksaan secara jelas dan berkala kepada pekerja agar
dapat mengetahui gejala-gejala penyakit secara dini. (Djatmiko, 2016)
Diabetes melitus memiliki dua tipe, yaitu tipe I dan tipe II. diabetes
melitus tipe I terjadi karena pankreas memproduksi terlalu sedikit atau
sama sekali tidak lagi bisa memproduksi insulin. Hal ini terjadi karena
sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang memproduksi insulin,
dalam pankreas, mengakibatkan produksi insulin berhenti. Untuk dapat
mengatur kadar gula darahnya penderita harus menggunakan suntikan
insulin.
Pada diabetes melitus tipe II, merupakan yang terbanyak diderita
saat ini (90% lebih), sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari
40 tahun, gemuk, dan mempunyai riwayat diabetes dalam keluarga. Pada
15
penderita diabetes.
b. Haus dan banyak minum karena tubuh kekurangan cairan akibat sering buang
air kecil.
c. Badan lelah atau lemah dan mudah mengantuk dan diikuti dengan berat badan
turun karena tubuh mencoba mengatasi kehilangan gula dengan memecah
protein, lemak, dan glikogen (gula yang disimpan dalam otot).
d. Pada stadium lanjut, diabetes mengakibatkan mata kabur, luka dan sulit
sembuh, dan mudah terjadi infeksi pada kulit (gatal-gatal), saluran kencing,
dan gusi.
Diabetes dapat terjadi pada siapa saja, namun khusus bagi yang mempunyai
riwayat keluarga diabetes, kemungkinan untuk menderita diabetes lebih besar.
Faktor risiko lainnya adalah berat badan berlebih (gemuk), kolestrol tinggi (pola
makan yang tidak baik), hipertensi, dan kurang aktivitas fisik. Bagi yang berusia
lebih dari 40 tahun disertai dengan kegemukan akan semakin meningkatkan
risiko menderita diabetes.
Belum ditemukannya obat yang dapat menyembuhkan diabetes hingga saat
ini, namun dengan menurunkan berat badan yang berlebih, diet yang baik,
berolahraga secara teratur, menjaga ketenangan pikiran, dan mengendalikan
stres, gula darah dapat kembali normal. Hal ini tidak berarti penderita telah
sembuh total dari diabetes. Jika penderita kembali gemuk, diet buruk, serta tidak
berolahraga, gula darah akan meningkat kembali. Kesimpulannya diabetes tidak
dapat sembuh, tapi gula darah dapat dikontrol dalam batas normal. (Kompyang
Rata, 2016)
B. Kerangka Konsep
Prosedur Pemeriksaan Ossa Pedis pada Klinis Diabetes Melitus dengan
Proyeksi AP dan Mediolateral di Rumah Sakit Prikasih.
Penatalaksanaan
ossa pedis menurut
teori Frank dengan
proyeksi Antero-
Posterior (AP),
rotasi medial, Penatalaksanaan
rotasi lateral, radiografi ossa
Prosedur mediolateral , dan Deskripsi
pedis hasil
di rumah
pemeriksaan lateromedial . gambaran
sakit Prikasih
radiografi ossa radiografi ossa
menggunakan
pedis. pedis. Antero-
proyeksi
Posterior (AP) dan
Mediolateral .
17
18
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, berupa studi kasus
dengan melakukan observasi pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih,
dan untuk mendeskripsikan secara jelas fakta-fakta yang ada dalam
lapangan tentang penatalaksanaan dua proyeksi Antero-Posterior (AP) dan
mediolateral.
BAB IV
A. Hasil Observasi
20
21
b. Control Panel
Control Panel merupakan perangkat pengatur eksposi.
Merk: Toshiba
c. Komputer
Perangkat ini berfungsi untuk mengolah data, memanipulasi
gambar, menyimpan data-data (gambar), dan menghubungkannya
dengan output device atau work station .
1) Merk : Samsung
2) Nomor Model : LS220170580XD
3) Nomor Tipe : LS220170
d. Detektor
Detektor berfungsi sebagai Image Receptor yang menggantikan
keberadaan kaset dan film.
1) Merk : Samsung
2) Nomor Model : 1417WCA
3) Nomor Seri : CA0E15130006
23
e. Printer
Printer berfungsi sebagai proses akhir dari suatu pemeriksaan yaitu
sebagai alat pencetak hasil gambaran yang sudah diproses. Media
yang digunakan untuk mencetak gambar berupa film khusus (dry
view) yang tidak memerlukan proses kimiawi untuk menghasilkan
gambar.
Merk: Agfa
f. Apron
Apron atau alat pelindung diri. Pada pemeriksaan ossa pedis di
Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih, pasien menggunakan alat
24
2. Subyek Penelitian
Berdasarkan hasil observasi dilakukan di Rumah Sakit Prikasih
permintaan dengan pemeriksaan ossa pedis sebanyak 3 sampel.
Sampel Penelitian 1
Nama Pasien : Tn. M. A. R
Umur : 49 tahun 10 bulan
Diagnosa : Diabetes Mellitus
No. Rontgen : L-138
Dokter Pengirim : dr. Ida Ayu Made K, Sp.PD
Sampel Penelitian 2
Nama Pasien : Tn. A. Z
Umur : 58 tahun 8 bulan
Diagnosa : Diabetes Mellitus
No. Rontgen : L-076
25
3. Persiapan Pasien
Pada pemeriksaan ossa pedis dengan klinis diabetes melitus pasien
tidak memerlukan persiapan khusus. Pasien datang ke instalasi radiologi
dan langsung dapat dilakukan pemeriksaan ossa pedis. Pasien tidak perlu
mengganti baju, hanya saja pasien diinstruksikan untuk berbaring di atas
meja pemeriksaan dan meminta pihak keluarga untuk menunggu di ruang
tunggu Instalasi Radiologi.
4. Prosedur Pemeriksaan
Prosedur yang dijalankan dalam pemeriksaan ossa pedis :
a. Melihat form permintaan pemeriksaan pasien dan memasukan data
pasien ke komputer.
b. Memanggil pasien sesuai dengan nama yang tertera diform
permintaan pemeriksaan.
c. Mengecek kembali data yang tertera diform permintaan pemeriksaan,
dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien dan disesuaikan
diform pemeriksaan.
d. Mempersilahkan pasien masuk ke ruang pemeriksaan, dan meminta
keluarga untuk menunggu di ruang tunggu pemeriksaan.
e. Menginstruksikan pasien untuk berbaring dimeja pemeriksaan.
f. Memasukkan pendeteksi di bawah kaki yang ingin diperiksa.
g. Posisikan objek pemeriksaan ossa pedis dengan proyeksi Antero-
Posterior (AP) dan Mediolateral .
h. Meminta kepada pasien untuk menahan posisi yang sudah diatur.
26
5. Teknik Pemeriksaan
Pemilihan teknik proyeksi dan penerapannya pada pemeriksaan
ossa pedis dengan klinis diabetes melitus di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Prikasih adalah sebagai berikut:
a. Proyeksi Anterior-Posterior (AP)
metatarsal digiti ketiga. Atur Focus Film Distance (FFD) 100 cm, atur
6. Hasil Gambaran
Gambaran radiografi yang dihasilkan pada pemeriksaan ossa pedis
terhadap salah satu dari ketiga sampel adalah sebagai berikut:
SAMPEL 1
Gambar 4.7 Hasil Radiografi Ossa Pedis Sinistra Proyeksi Antero-Posterior (AP) pada
Sampel 1 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih.
B. Pembahasan