ABSTRAK
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menghitung besarnya erosi pada lahan yang menggunakan
teras bangku dibandingkan dengan non teras (kontrol) dan juga untuk mengkaji pengaruh teras
bangku dalam mengurangi erosi pada lahan pertanian di Desa Ponompiaan Kabupaten Bolaang
Mongondow. Metode dalam penelitian ini merupakan penelitian eksperimental di lahan terbuka
yang sengaja dipilih karena memiliki kemiringan tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Dan data disajikan dalam bentuk tabelaris dan grafik lalu dianalisis secara deskriptif.
Berdasarkan hasil data yang didapat bahwa teknik konservasi tanah dan air dalam hal ini
pengunaan teras bangku sangat efektif dalam pencegahan erosi pada lahan yang miring,
pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan selama 51 hari dengan 16 kali pengamatan,
data curah hujan harian yang diambil dari stasiun terdekat cukup konsisten dengan data curah
hujan bulanan tahun 2021 dari BMKG Sulawesi utara. Dalam penelitian ini tidak mengukur
intensitas curah hujan. Data menunjukkan bahwa besar curah hujan dan lama kejadian hujan
bepengaruh pada sedimen yang terkumpul pada lahan yang menggunakan teras bangku dan
lahan non teras (kontrol). Dilihat dari data yang ada bahwa jumlah sedimen pada lahan
percobaan dengan menggunakan teras bangku sebesar 56.69 kg, sedangkan sedimen pada non
teras (kontrol) jumlah sedimen sebanyak 163.39 kg. Data dari lahan yang menggunakan teras
bangku dan lahan non teras (kontrol) perbedaan sedimen mencapai 65.6% lebih besar sedimen
yang terkumpul pada lahan non teras (kontrol).
10 Mei
13 Mei
16 Mei
17 Mei
18 Mei
19 Mei
20 Mei
18-Apr
20-Apr
6 Juni
8 Mei
3 Mei
4 Mei
5 Mei
7 Mei
9 Mei
pada bulan Maret, April, Juli dan Desember,
curah hujan menengah sebanyak 7 kali pada
bulan January, February, Mei, Juni, Agustus, Waktu Pengamatan
Oktober dan November, curah hujan tinggi 1 Grafik Jumlah Curah Hujan
kali terdapat pada bulan September. Proses
pengambilan data saat penelitian Dari data tabel lama kejadian hujan disajikan
berlangsung pada bulan April – Juni 2021. dalam bentuk grafik berikut.
Saat penelitian berlangsung curah hujan
masuk pada kriteria rendah pada bulan April
dan menengah pada bulan Mei dan Juni.
Data curah hujan yang didapat dari stasiun Curah Hujan (mm) 50
pengamat cuaca terdekat cukup konsisten 40
dengan data yang diambil dari (BMKG 30
Sulawesi Utara, 2022). 20
10
Lama Kejadian Hujan dan Curah Hujan 0
10 Mei
13 Mei
16 Mei
17 Mei
18 Mei
19 Mei
20 Mei
18-Apr
20-Apr
6 Juni
3 Mei
4 Mei
5 Mei
7 Mei
8 Mei
9 Mei
Adapun data hasil pengamatan lama
kejadian hujan dan curah hujan seperti pada
Waktu Pengamatan
tabel berikut.
Grafik Lama Kejadian Hujan
Lama Kejadian
No Tanggal CH (mm)
Hujan (menit) Dari data di atas menunjukkan bahwa
1 18 April 180 Menit 28 jumlah keseluruhan lama kejadian hujan
2 20 April 85 Menit 14 adalah 1724 Menit terdiri dalam 16 kali
pengamatan, jumlah hujan tertinggi adalah 46
3 3 Mei 115 Menit 25
mm dengan lama hujan 395 menit dan hujan
4 4 Mei 30 Menit 3 terendah adalah 3 mm dengan lama hujan 20
5 5 Mei 45 Menit 13 menit. Dari bentuk grafik, dimana setiap
bertambahnya waktu kejadian hujan juga
6 7 Mei 50 Menit 5
jumlah curah hujan akan bertambah.
7 8 Mei 35 Menit 4
8 9 Mei 70 Menit 10 Jumlah Sedimen Pada Lahan Percobaan
9 10 Mei 20 Menit 3 Diperoleh 16 sampel data sedimen yang
terkumpul pada lahan dengan kemiringan
10 13 Mei 25 Menit 4
30% menggunakan teras bangku dan non
11 16 Mei 194 Menit 40 teras (kontrol).
12 17 Mei 395 Menit 46
13 18 Mei 45 Menit 8
14 19 Mei 150 Menit 25
15 20 Mei 45 Menit 6
16 6 Juni 240 menit 31
Sumber : Data Primer
2 kali pengamatan pada teras bangku dan 16 240 Menit 31 6.1 21.16
non teras (kontrol), pada teras bangku Jumlah 1724 Menit 265 56.69 163.39
sedimen yang terkumpul adalah 0.68 kg dan
Sumber : Data Primer
0.88 kg dan pada non teras (kontrol) adalah
1.33 kg dan 1.38 kg. Perbedaan sedimen
Dari tabel disajikan dalam bentuk grafik
yang terkumpul ini diduga karena pengaruh
berikut.
intensitas curah hujan.
Teras Bangku Non Teras (Kontrol)
35
Hubungan Antara Lama Kejadian Hujan
30
dan Jumlah Sedimen
Sedimen (kg)
25
Berdasarkan data tabel 4, maka dilakukan 20
penyusunan data hubungan antara lama 15
kejadian hujan dan sedimen dari yang 10
terkecil sampai terbesar pada teras bangku 5
dan kontrol seperti pada tabel berikut. 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nomor Pengamatan
300
250
200
(Menit)
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Nomor Pengamatan
Grafik Hubungan Antara Lama Kejadian
Hujan dan Sedimen
non teras (kontrol) jumlah sedimen sebanyak
Dari tabel ini dapat dilihat bahwa lama 163.39 kg. Data dari lahan yang
kejadian hujan pengaruhnya tidak terlalu menggunakan teras bangku dan lahan non
signifikan terhadap sedimen yang terkumpul teras (kontrol) perbedaan sedimen mencapai
pada teras bangku dan non teras (Kontrol). 65.6% lebih besar sedimen yang terkumpul
Pada teras bangku terlihat bahwa lama pada lahan non teras (kontrol).
kejadian hujan dengan waktu 180 menit Penelitian dari Rupa Matheus (2009),
sedimen yang terkumpul sebanyak 8.81 kg, mengenai rancang bangun usahatani selama 5
sedangkan pada lama kejadian hujan dengan bulan menggunakan tanaman vegetasi kacang
waktu 194 menit sedimen yang terkumpul hijau dan tekstur tanah lempung berdebu ini
lebih kecil sebesar 5.43 kg dan pada non menggunakan 3 model perakuan yaitu teras
teras (kontrol) lama kejadian hujan 180 bangku, teras gulud dan tanpa teras dengan
menit sedimen yang terkumpul sebanyak kemiringan 10 - 15%. Dalam penelitian ini
30.69 kg, sedangkan pada lama kejadian dikatakan bahwa model teras bangku untuk
hujan 194 menit sedimen yang terkumpul pengendalian erosi adalah paling efektif
lebih kecil sebesar 15.93 kg. Hal ini terjadi dibandingkan dengan model percobaan teras
karena dipengaruhi oleh jumlah curah hujan. gulud jumlah erosi yang keluar selama
Tetapi pada data lama kejadian hujan 45 penelitian pada 2 model perlakuan yaitu
menit terdapat 3 kali pengamatan pada teras menggunakan teras bangku sebesar 3.56
bangku dan non teras (kontrol), pada teras ton/ha dan yang tidak menggunakan teras
bangku sedimen yang terkumpul adalah 1.8 bangku (kontrol) jumlah erosi yang
kg, 1.18 kg dan 0,87 kg dan pada non teras terkumpul sebanyak 11.53 ton/ha, dengan
(kontrol) 2.79 kg, 2.75 dan 1.6 kg. perbedaan persentase pada 2 model perlakuan
Perbedaan sedimen yang terkumpul ini dalam penelitian ini menggunakan teras
diduga karena pengaruh intensitas curah bangku dan tidak menggunakan teras bangku
hujan. (kontrol) mencapai 68%. Sehingga dapat
Dengan demikian berdasarkan hasil data disimpulkan bahwa tindakan konservasi yang
yang didapat bahwa teknik konservasi tanah telah diterapkan dalam penelitian ini juga
dan air dalam hal ini pengunaan teras cukup baik secara mekanik, karena telah
bangku sangat efektif dalam pencegahan dapat mengurangi laju erosi. Menurut
erosi pada lahan yang miring, pengambilan Yuliarta et al (2002), manfaat teras adalah
data dalam penelitian ini dilakukan selama mengurangi kecepatan aliran permukaan
51 hari dengan 16 kali pengamatan, data sehingga daya kikis terhadap tanah dan erosi
curah hujan harian yang diambil dari stasiun diperkecil, memperbesar peresapan air
terdekat cukup konsisten dengan data curah kedalam tanah dan menampung dan
hujan bulanan tahun 2021 dari BMKG mengendalikan kecepatan dan arah aliran
Sulawesi utara. Dalam penelitian ini tidak permukaan menuju ketempat yang lebih
mengukur intensitas curah hujan. Data diatas rendah secara aman.
menunjukkan bahwa besar curah hujan dan
lama kejadian hujan bepengaruh pada KESIMPULAN DAN SARAN
sedimen yang terkumpul pada lahan yang
menggunakan teras bangku perbedaan Kesimpulan
sedimen yang terkumpul dari data paling Dari pembahasan “ Pengaruh Teras
kecil yaitu sebesar 0.55 kg dan yang paling Bangku Dalam Mengurangi Erosi Tanah Pada
besar sebanyak 13.02 dengan persentase Lahan Pertanian di Desa Ponompiaan
mencapai 99.03% dan lahan non teras Kabupaten Bolaang Mongondow ” dapat
(kontrol) perbedaan sedimen dari data paling diambil kesimpulan sebagai berikut :
kecil sebesar 0.88 kg dan yang paling besar 1. Sedimen pada lahan penelitian
sebanyak 30.93 kg dengan persentase menggunakan teras bangku terjadi
mencapai 97.30%. Terlihat dari data ini pengurangan sedimen yang sangat besar,
bahwa semakin besar curah hujan semakin dengan keseluruhan jumlah sedimen
besar pula sedimen yang terkumpul. Pada yang terkumpul sebesar 56.69 kg.
tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah sedimen 2. Sedimen yang terkumpul pada lahan non
pada lahan percobaan dengan teras bangku teras (kontrol) pada lahan penelitian
sebesar 56.69 kg, sedangkan sedimen pada masih besar dengan keseluruhan jumlah
sedimen yang terkumpul sebanyak penyebab-dan-jenis-erosi. Diakses
163.39 kg. tanggal 12 Maret 2022.
3. Perbedaan sedimen yang terkumpul
pada lahan yang menggunakan teras Marwanto, S., dan A.A. Idjudin. 2008.
bangku dan lahan non teras (kontrol) Reformasi Pengelolaan lahan kering
mencapai 65.6%. untuk mendukung swasembada
pangan. Sifat fisik tanah. Jurnal
Saran Sumber daya Lahan, 2(2): 1-3.
Dari pembahasan “ Pengaruh Teras Maulia, G.. 2021. Sifat fisik tanah. Artikel
Bangku Dalam Mengurangi Erosi Tanah zenius education.
Pada Lahan Pertanian di Desa Ponompiaan https://www.zenius.net/blog/mengenal
Kabupaten Bolaang Mongondow ” dapat -sifat-tanah-dan-manfaatnya. Diakses
dikemukakan saran sebagai berikut : tanggal 24 oktober 2021.
1. Perlu dilakukan penelitian lagi pada Rupa, M.. 2009. Rancang Bangun Model
lahan yang menggunakan teras bangku Usaha Tani Konservasi Sebagai
dan lahan non teras (kontrol) dengan Upaya Peningkatan Produktivitas
mengukur intensitas curah hujan. Lahan Kering. Partner, 16(1): 38-44.
2. Lahan penelitian yang ada di Desa Siswomartono, D., A.N. Gintings., K.
Ponompiaan Kabupaten Bolaang Sebayong dan S. Sukmana. 1990.
Mongondow memiliki tingkat erosi Development of Conservation
yang cukup tinggi. Oleh karena itu, Farming System. Indonesia Country
tindakan konservasi ini sangat Review. Regional Avtion Learning
merekomendasikan bagi petani disekitar Progamme on The Development of
untuk diterapkan pada lahan petanian Conservation Farming System. Report
mereka. of Inaugural Workshop. Chiangmai
DAFTAR PUSTAKA Thailand.
Sukartaatmadja. 2004. Konservasi Tanah dan
Arsya, S.. 2006. Tekstur Tanah. IPB Press. Air. Laboratorium Teknik Tanah dan
Bogor. Air, IPB. Bogor.
Suripin. 2004. Terjadinya Erosi. Andi Offset.
Arsyad, S.. 2010. Konservasi Tanah Dan Yogyakarta.
Air. Edisi Kedua. IPB. Bogor. Yuliarta. 2002. Teknologi Budidaya pada
BMKG Sulawesi Utara, 2022. Peta Sistem Usaha Konservasi. Grafindo.
Oldemaan dan Data Curah Hujan Jakarta.
Tahun 2021. Manado
Djaenuddin, D., H. Marwan, H. Subagio &
A. Hidayat. 1994. Kesesuian Lahan
untuk Tanaman Pertanian dan
Kehutanan. Land Suitability for
Agriculture and Silvicultural Plants.
Second Land Resource Evaluation
and Planning Project. Centre For Soil
and Agroclimate Research. Bogor.
Foster, G., L.D. Meyer & C.A. Onstad.
1977. An erosion equation derived
from basic erosion principles.
Transactions of ASAE, 20(4): 678-
682.
Hillel, D.. 1982. Introduction to Soil
Rhysics. Academic Press. Inc, San
Diego.
Lolita, C.. 2021. Jenis-jenis Erosi dan
Penyebab Erosi. Jakarta.
https://www.google.com/amp/s/amp.
suara.com/tekno/2021/01/13/151804/