Anda di halaman 1dari 3

Sorban Sakti Kyai

Di pojokan Kabupaten Bogor terdapat sebuah pesantren dengan bangunan rumah panggung yang
terbuat dari bilik kayu. Masyarakat setempat biasa menyebutnya "Kobong", tempat anak anak usia SMP
sampai SMA mereguk ilmu agama dengan metode "nyorog" kitab kuning.

Kobong tersebut dipimpin oleh seorang kyai yang selalu disapa santrinya dengan panggilan akang.
Walaupun usianya sudah menginjak paruh baya dan terlihat rambutnya beruban.

Nah, sering terdengar cerita turun temurun para senior dan santri alumni, konon akang itu punya sorban
sakti yang selalu dibelitkan ke perutnya. Sorbannya berwarna hijau, tanpa corak dan sedikit pudar
karena mungkin sudah agak lama.

Akang tidak setiap hari pakai sorban dengan cara itu. Kalau dihitung seminggu kira kira hanya 3 kali.
Anak anak santri pun sebetulnya sudah banyak yang tau kalau akang punya kebiasaan membelitkan kain
sorban di perut, hal tersebut biasa terlihat kalau akang sedang jadi imam subuh dan magrhib.

Dari kisah yang beredar, sorban akang punya kesaktian yang luar biasa. Kabarnya kalau digunakan untuk
berkelahi, musuh seratus orang pun bisa mental dengan sekali sabet saja.

Katanya sorban akang kalau dipakai dipundak, orang yang memakainya dapat terbang persis seperti
Superman. Selain itu Juga mampu berubah menjadi ular mirip tongkat nabi Musa dan bisa digunakan
Untuk sajadah shalat diatas air !.

Suatu hari seorang santri baru, namanya Ahmad, penasaran banget dengan cerita kakak kelasnya
tentang sorban itu. Ia berusaha mencari tahu kebenaran tentang sorban sakti akang.

Diam diam, selepas shalat Zuhur, ahmad mencoba mengintip dijendela rumah akang yang berada persis
desebelah asramanya. Terlihat akang tengah melepas baju Kokonya dan dia terkejut, ternyata sorban itu
ada dan melilit dengan sedikit kencang di perut akang.
Karena grogi takut ketahuan, tak sengaja ahmad menginjak cangkang Aqua gelas yang berada disamping
kakinya. "Dor" sampah itu berbunyi. Tiba tiba akang melihat ke jendela, "keur naon sia", si Ahmad buru
buru kabur tapi na'as akang sudah tau bahwa yang ngintip itu si Ahmad, santri bau kencur yang baru
masuk 6 bulan kemarin.

Akhirnya dipanggilah ahmad ke rumah akang. Oleh akang ditanya "kunaon maneh ngintipan akang Dina
jendela?" Sambil menahan malu, si ahmad jujur bahwa dia penasaran dengan cerita kakak kelasnya
tentang kesaktian sorban akang.

Akhirnya si akang menjelaskan tentang sorbannya. Kata akang bahwa sorban ini hanyalah sorban biasa,
akang membelitkan nya ke perut karena untuk menahan lapar. Akang sering puasa dan perutnya kalau
tidak di ikat atau diganjal terasa tidak nyaman dan terkadang perih.

Kata akang hari hari ini harga sembako sedang naik. Akang harus mengatur keuangan untuk dapur
pribadi dan dapur santri. Walaupun santri masak sendiri dengan dapur terpisah, tapi tetap saja berasnya
dan sebagian lauk pauknya dari akang

Sistem iuran SPP dikobong pun tidak ditakar pasti. Para santri membayar seikhlasnya. Dari 45 santri
yang menunaikan hanya sebagiannya saja, sisanya jarang bahkan tidak, itupun kalau bayar kadang pakai
pisang atau singkong.

Akang memang orangnya sederhana dan Istiqomah. Tidak ada aktivitas lain selain mengajar dipesantren
dan mengisi "pangaosan" ( pengajian ) ibu ibu kampung. Sesekali ada project tambahan mimpin
"ngariung" (tahlilan ) dan "slametan".

Alkisah Seiring berjalannya waktu Ahmad lulus dari Kobong itu dan menjadi pengusaha gurandil
( pengolahan emas ) yang sukses. Dengan itu pula dia semakin menyadari bahwa gurunya, akang, adalah
orang yang paling hebat, lebih hebat dari yang di ceritakan seniornya dipesantren dulu.

Ahmad menyadari Sorban itu bagai mukjizat, bukti pergorbanan mengantarkan anak anak santri menuju
cita citanya dalam mengarungi kehidupan. Walau realita penuh getir dan cobaan, namun semangat jihad
dan keikhlasan memberantas kebodohan pantang surut dan padam.
.............................................................................

26 Oktober 2018 akang pergi menuju keharibaan yang kuasa. Namun ternyata sorban itu sudah
digandakan dan diwariskan kepada seluruh santri santrinya, tapi bukan untuk dibelitkan diperut,
melainkan untuk mengikat dan membelenggu hawa nafsu didalam diri, yang selalu menjerumuskan dan
menipu.

Anda mungkin juga menyukai