Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KI410

PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN DAN PENGUKURAN

PENENTUAN ZAT ADITIF PADA PLASTIK


KEMASAN DENGAN SPEKTROSKOPI INFRAMERAH

Dosen Pengampu:
Dra. Hj. Zackiyah, M.Si.
Abraham Mora, M.Si.

Tanggal Percobaan
Awal: 04 Mei 2023
Akhir: 04 Mei 2023

Disusun oleh:
Kelompok 3

Muhamad Rendra Alfarizi 2101164


Raisa Kamilah 2102005
Riri Noor Sucianto 2101991
Zahra Aulia Latifah 2101597

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUN
G 2023
A. Tujuan Praktikum
● Menentukan keberadaan zat aditif pada plastik kemasan melalui perlakuan
pemanasan.
● Memahami prinsip dasar spektrometri inframerah dan menggunakannya untuk
identifikasi zat.
● Menentukan gugus fungsi pada suatu sampel padatan.
● Mengembangkan kemampuan komunikasi verbal dan non verbal berkaitan dengan
hasil analisis.

B. Tinjauan Pustaka
Spektroskopi merupakan studi interaksi radiasi elektromagnetik dengan
materi. Radiasi elektromagnetik adalah suatu bentuk dari energi yang diteruskan
melalui ruang dengan kecepatan yang luar biasa. Dikenal berbagai bentuk radiasi
elektromagnetik dan yang mudah dilihat adalah cahaya atau sinar tampak. Contoh lain
dari radiasi elektromagnetik adalah radiasi sinar gamma, sinar x, ultraviolet,
inframerah, gelombang mikro, dan gelombang radio.
(Underwood, 1992)
Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR). Inframerah
merupakan sinar elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang lebih pendek
dari gelombang radio dan lebih besar dari panjang dari cahaya yang terlihat yakni
antara 700 nm dan 1 mm. Spektroskopi infra merah didasarkan pada vibrasi suatu
molekul. Pada penyerapan sinar IR oleh molekul senyawa karena panjang
gelombang IR lebih pendek dari pada panjang gelombang sinar UV-Vis maka energi
IR tak mampu mentransmisikan elektron melainkan hanya
mampu menyebabkan molekul
bergetar. Cuplikan yang dianalisis dapat berupa zat cair atau padat.
(Hendayana,
1994) Dasar lahirnya spektroskopi FTIR adalah dengan
mengasumsikan semua molekul menyerap sinar inframerah, kecuali molekul-
molekul monoatomik (He, Ne, Ar,dll), dan molekul - molekul homopolar
diatomik (H2, N2, O2, dll). Molekul akan menyerap sinar infra
merah pada frekuensi tertentu yang mempengaruhi
momen dipolar atau ikatan dari suatu molekul.
(Fellows, P.J., 2000)
Syarat yang perlu dipenuhi agar terjadinya penyerapan radiasi inframerah yaitu
:
● Absorpsi terhadap radiasi inframerah dapat menyebabkan eksitasi molekul ke
tingkat energi vibrasi yang lebih tinggi dan besarnya absorbsi adalah
terkuantisasi.
● Vibrasi yang normal mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi radiasi
elektromagnetik yang diserap.
● Proses absorpsi (spektra IR) hanya dapat terjadi apabila terdapat perubahan
baik nilai maupun arah dari momen dua kutub ikatan
(Hendayana, 1994)
Jumlah energi yang diserap oleh suatu ikatan bergantung pada perubahan dalam
momen ikatan seperti vibrasi atom-atom yang saling berikatan. Makin besar
perubahan dalam momen ikatan mengakibatkan serapan sejumlah energi juga
semakin besar. Ikatan non polar tidak (sangat kecil) menyerap radiasi inframerah
karena tidak ada perubahan momen ikatan apabila atom-atom saling berisolasi. Ikatan
non polar (seperti C-C) relatif menyebabkan serapan yang lemah, berbeda dengan
ikatan polar seperti
C=O menunjukkan serapan yang kuat.
(Sari, 2010)
Daerah IR dibagi kedalam 3 daerah yaitu, IR dekat, IR tengah, dan IR jauh

Daerah Panjang gelombang Bilangan gelombang Frekuensi


Dekat 0,78-2,5 μm 12800-4000 𝑐𝑚−1 3,8 x 1014 - 1,2 x 1014
Tengah 2,5-50 μm 4000-200 𝑐𝑚−1 1,2 x 1014 - 6,0 x 1014
Jauh 50-100 μm 200-10 𝑐𝑚−1 6,0 x 1014 - 3,0 x 1014

Dari pembagian daerah spektrum elektromagnetik diatas, daerah panjang


gelombang yang sering digunakan pada alat spektroskopi inframerah adalah pada
daerah inframerah pertengahan yaitu pada panjang gelombang 2,5 – 50 μm atau pada
bilangan gelombang 4000 – 200 𝑐𝑚−1. Daerah tersebut cocok untuk perubahan
energi vibrasi dalam molekul.
(Basset,
1994) Radiasi infra merah akan diserap oleh molekul dan dikonversi ke dalam energi
vibrasi molekul. Vibrasi molekul hanya akan terjadi bila suatu molekul terdiri dari dua
atom atau lebih. Untuk dapat menyerap radiasi infra merah (aktif
inframerah),vibrasi suatu molekul harus menghasilkan perubahan momen dwikutub.
Gambar 1. Perubahan momen dwikutub molekul hetero inti
Terdapat dua jenis vibrasi molekul yaitu stretching (ulur) dan bending
(tekuk). Vibrasi stretching adalah pergerakan atom yang teratur sepanjang sumbu
ikatan antara dua atom sehingga jarak antara atom dapat bertambah atau
berkurang. Vibrasi stretching meliputi stretching simetris dan stretching asimetris.

Gambar 2. Jenis-jenis vibrasi stretching


(Stuart, 2004)
Vibrasi bending adalah pergerakan atom yang menyebabkan perubahan sudut
ikatan antara 2 ikatan atau pergerakan dari sekelompok atom terhadap atom lainnya.
Selain memanjang dan memendek ikatan antara atom dengan molekul organik dapat
bergerak mengayuh secara beraturan. Vibrasi bending meliputi scissoring
(deformation), wagging, twisting , dan rocking.

Gambar 3. Jenis-jenis vibrasi bending


(Tim Kimia Pemisahan UPI, 2023)
Prinsip kerja pada spektrofotometer inframerah adalah sama dengan
spektrofotometer yang lainnya yakni interaksi energi dengan suatu materi. Pada
dasarnya sumber radiasi inframerah dilewatkan melalui cuplikan yang dapat
menyerap energi. Setelah itu terjadilah interaksi antara tingkat vibrasi dasar dan
vibrasi tereksitasi berupa berkas radiasi IR yang ditangkap oleh detektor kemudian
sinyal yang dihasilkan dari detektor sebagai spektrum yang terbentuk puncak –
puncak absorbsi berupa grafik. Skema dan instrumen alat FTIR (Fourier Transform
IR) adalah sebagai berikut:

Gambar 4. Skema alat FTIR


1. Sumber sinar
Sumber radiasi yang biasa digunakan berupa Nernst Glower, Glober, dan
Kawat Nikrom. Nernst Glower merupakan campuran oksida dari zirkon (Zr), dan
yttrium (Y) yaitu ZrO2 dan Y2O3 tau campuran oksida Thorium (Th) dan Cerium (Ce).
Nernst Glower ini berupa silinder dengan diameter 1 sampai 2 mm dan panjang 20
mm. Pada ujung silinder dilapisi platina untuk melewatkan arus listrik. Nernst Glower
mempunyai radiasi momentum pada panjang gelombang 1,4 atau bilangan gelombang
7100 cm-1.

2. Wadah sampel
Wadah sampel berfungsi untuk menaruh sampel yang akan dianalisis.
Wadah sampel atau sel tergantung dari jenis sampel, sampel yang digunakan
dapat berbentuk padatan, cair atau gas.
a. Sampel berbentuk gas
Untuk sampel yang berbentuk gas digunakan sel gas dengan lebar sel
atau panjang berkas radiasi 40 m. Hal ini dimungkinkan untuk menaikan
sensitivitas karena adanya cermin yang dapat memantulkan berkas radiasi
berulang kali melalui sampel.

b. Sampel berbentuk cairan


Wadah sampel untuk sampel cairan umumnya memiliki panjang radiasi
kurang dari 1mm biasanya dibuat dari lapisan tipis (film) antara 2 keping
senyawa transparan terhadap radiasi IR atau dibuat larutan dan dimasukan ke
dalam sel. Senyawa yang biasa digunakan adalah NaCl, CaF2 dan CaI2. Pelarut
yang biasa digunakan CCl4, Cs2, dan CHCl3. Apabila cuplikan cair berasal dari
padatan yang dilarutkan, pelarut harus dipilih dengan kriteria:
1)
Tidak boleh melarutkan sel NaCl. Seperti misalnya H2O
2)
Tidak boleh mempunyai spektrum IR yang rumit seperti misalnya alkohol
karena sangat mengganggu dalam pembacaan spektrum. Contoh pelarut yang
baik yaitu CCl4, Cs2, dan CHCl3.

c. Sampel berbentuk padatan


Wadah sampel untuk padatan memiliki panjang berkas radiasi kurang dari
1mm sampel padatan ini dapat dibuat pellet, pasta, atau lapis tipis. Pelet KBr
dibuat dengan menggerus sampel dan kristal KBr hingga merata kemudian
ditekan sampai diperoleh pelet atau pil tipis. Pasta dibuat dengan mencampurkan
sampel dan setetes bahan pasta hingga merata kemudian dilapisi diantara 2
keping NaCl yang transparan terhadap radiasi inframerah, bahan pasta yang biasa
digunakan adalah parafin cair. Lapis tipis dibuat dengan meneteskan larutan
dalam pelarut yang mudah menguap pada permukaan kepingan NaCl dan
dibiarkan sampai menguap.

3. Monokromator
Monokromator Terdiri dari sistem celah (celah masuk – keluar) fungsinya
yaitu memisahkan radiasi yang tidak diinginkan dari spektrum radiasi lain yang
dihasilkan oleh sumber sinar sehingga diperoleh sinar yang monokromatis. Alat
pendispersi berupa prima atau kisi difraksi yang akan mengurai sinar menjadi
komponen panjang gelombang. Monokromator yang digunakan untuk alat
inframerah
umumnya terbuat dari berbagai macam bahan , misal prisma (umumnya dalam littrow
mounting) dan celah yang terbuat dari gelas, lelehan silika LiF, CaF2, BaF2, NaCl,
AgCl, KBr, Csl. Tetapi pada umumnya prisma NaCl digunakan untuk daerah 4000 –
6000 cm-1 dan prisma KBr untuk 400 cm-1

4. Detektor
Detektor Setelah radiasi inframerah melewati monokromator kemudian
berkas radiasi ini dipantulkan oleh cermin – cermin dan akhirnya ditangkap oleh
detektor. Detektor merupakan alat yang bisa mengukur atau mendeteksi energi radiasi
akibat pengaruh panas. Detektor berfungsi untuk menyerap energi foton sinar yang
jauh mengenainya dan mengubahnya menjadi besaran yang dapat diukur. Pengukuran
radiasi inframerah lebih sulit diukur karena intensitas radiasinya rendah dan energi
foton inframerah juga rendah. Sehingga sinyal dari detektor inframerah kecil maka
dalam pengukurannya harus diperbesar menggunakan amplifier. Terdapat 2 macam
detektor yaitu: thermocouple dan bolometer.

5. Rekorder
Rekorder merupakan alat perekam untuk mempermudah dan mempercepat
pengolahan data dari detektor. Sinyal yang dihasilkan dari detektor kemudian
direkam sebagai spektrum inframerah yang berbentuk puncak – puncak absorbsi dan
frekuensi atau bilangan gelombang atau panjang gelombang.
(Basset.1994)
Untuk keperluan analisis kualitatif difokuskan pada identifikasi gugus fungsi.
Spektrum inframerah senyawa organik (dan juga senyawa-senyawa anorganik)
merupakan sifat fisik yang khas bagi senyawa-senyawa tersebut. Secara garis besar
suatu serapan IR dapat dinyatakan dalam suatu gugus fungsional dilihat dari berapa
harga panjang gelombangnya. Daerah radiasi IR yang dipakai untuk analisis
instrumental umumnya berada pada rentang panjang gelombang 4.000 – 600 cm-1.
Untuk memudahkan dalam interpretasi spektrum IR, dapat dibagi dalam dua daerah,
yaitu :
- Daerah gugus fungsi (4.000 – 1.600 cm-1)
- Daerah sidik jari (1.600 – 600 cm-1)
(Tim Kimia Analitik Instrumen, 2023)
Peta Korelasi IR untuk meramalkan berbagai ikatan dan gugus fungsi dalam
senyawa :

Gambar 5. Peta Korelasi IR

(Crasto, Anthony Melvin. 2013)

C. Alat dan Bahan

No. Alat Jumlah Bahan Jumlah

1. Interferometer FTIR 1 set Etanol Secukupnya

2. Gunting 1 Plastic kemasan (A) 2(2 x 1) cm

3. Cetakan pelet 1 set KBr 100 mg

4. Penggerus 1 set GMS 1 mg

D. Lembar Data Keselamatan Bahan

No Bahan Sifat Fisika Sifat Kimia


1. KBr (Kalium ● Padatan kristal berwarna ● Bersifat higroskopis
Bromida) putih
● Tidak berbau
● Titik leleh 730°C

Bahaya Penanggulangan
● Dapat menyebabkan ● Jika kontak dengan mata,
iritasi mata, kulit dan bilas dengan air selama
saluran pernapasan beberapa menit

(National Center
for Biotechnology
Information, 2023)
2. Etanol Sifat Fisika Sifat Kimia

● Cairan tidak berwarna ● Cairan dan uap yang


● Berbau khas mudah terbakar
● Titik didih 78,2°C
● Densitas 0,7893 g/ml
pada 20°C dan 1 atm

Bahaya Penanggulangan

● Dapat menyebabkan ● Jika kontak kulit, bilas


iritasi mata, kulit dan dengan air selama minimal
saluran pernapasan. 15 menit
(National Center
for Biotechnology
Information, 2023)
3. Gliserol Sifat Fisika Sifat Kimia
monosterat
● Padatan berwarna putih ● Stabil
● Larut dalam pelarut
organik, minyak panas
dan etanol panas
(National Center
for Biotechnology Bahaya Penanggulangan
Information, 2023)
● Tidak diklasifikasikan ● Tidak diperlukan
sebagai bahan yang penanganan khusus
berbahaya
E. Prosedur Kerja Praktikum

Prosedur Hasil dan Pengamatan


A. Sampel Plastik Wrap Kemasan ● Tidak dilakukan pemanasan film
plastik
● Plastik wrap: padatan tipis, tidak
berwarna
● Spektra IR sebelum pemanasan

● Spektra IR sesudah pemanasan

B. Sampel GMS ● Sampel GMS : serbuk berwarna putih


● Serbuk KBr: serbuk berwarna putih
● Spektra IR
F. Hasil dan Analisis Data
Pada praktikum kali ini yang berjudul ‘Penentuan Zat Aditif Pada Plastik
Kemasan Dengan Spektrometer Inframerah’ memiliki tujuan untuk menentukan
keberadaan zat aditif pada plastik kemasan melalui perlakuan pemanasan, memahami
prinsip dasar spektrometri inframerah dan menggunakannya untuk identifikasi zat,
menentukan gugus fungsi pada suatu sampel padatan, serta mengembangkan
kemampuan komunikasi verbal dan non verbal berkaitan dengan hasil analisis. Prinsip
dasar spektrometri IR yaitu berdasarkan interaksi antara molekul dengan radiasi
elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75 – 1000 cm-1
(daerah radiasi IR), dimana ketika molekul menyerap radiasi IR, radiasi IR yang
diserap akan menyebabkan transisi tingkat vibrasi pada molekul tersebut. Pita
absorpsi IR sangat khas dan spesifik untuk setiap ikatan kimia atau gugus fungsi,
sehingga metode ini sangat cocok untuk mengidentifikasi suatu senyawa organik.
Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah plastik wrap bermerk Cling
Wrap dan sampel padatan GMS. Dilakukan analisis pada plastik wrap dengan 2 jenis
perlakuan berbeda, yaitu melalui pemanasan dan tanpa pemanasan. Langkah pertama,
dilakukan terlebih dahulu preparasi sampel untuk kedua sampel plastik. Plastik wrap
digunting menjadi 2 bagian dan masing-masing plastik berukuran 2 x 1 cm. Plastik 1
merupakan sampel plastik yang akan dianalisis tanpa pemanasan, sedangkan Plastik II
adalah sampel plastik yang akan dianalisis dengan pemanasan. Plastik II dilarutkan
dalam 10 mL etanol, kemudian campuran tersebut dipanaskan diatas hotplate sambil

dilakukan pengadukan menggunakan magnetic stirrer dengan suhu 60°C selama 2


jam. Digunakan pelarut etanol dengan tujuan untuk menghilangkan pengotor seperti
lemak yang menempel pada plastik. Proses pemanasan ini bertujuan untuk melarutkan
zat aditif yang terdapat pada plastik wrap. Kemudian setelah selesai, plastik wrap
dikeringkan di suhu kamar. Langkah selanjutnya adalah preparasi dari sampel padatan
GMS. Sampel padatan dicampurkan dengan KBr dengan rasio 1:100. Kemudian,
campuran padatan ini digerus menggunakan lumpang dan alu hingga membentuk
serbuk yang homogen. Serbuk tersebut dibentuk menjadi pellet menggunakan bantuan
alat press bertekanan tinggi hingga tekanannya mencapai 80 torr. Pellet yang dibuat
hasilnya harus setipis mungkin, karena semakin tipis suatu pellet, maka hasil analisis
yang dihasilkan pun semakin baik.
Setelah ketiga sampel selesai dipreparasi, langkah selanjutnya adalah
menganalisis sampel dengan spektrofotometer IR. Instrumen spektrofotometer IR
yang akan digunakan, sebelumnya telah dinyalakan dan dipanaskan selama 15-20
menit. Kemudian, dibuka aplikasi IR solution pada komputer. Range area bilangan
gelombang yang digunakan adalah 400 cm-1 - 4000 cm-1. Proses analisis dapat dimulai
ketika sudah terdapat tanda kotak hijau ‘interface’ pada layar. Masing-masing sampel
yang akan dianalisis diberi nama, kemudian dipilih menu measure→background
untuk analisis udara yang berperan sebagai blanko. Saat analisis blanko, instrumen
dalam keadaan kosong. Setelah analisis blanko selama 30 detik selesai, salah satu
sampel dimasukkan ke dalam instrumen dan kemudian dianalisis. Kemudian pada
layar komputer dipilih menu measure→sample, lalu ditunggu proses analisis selama
30 detik. Sumbu x pada spektra adalah panjang gelombang, sedangkan sumbu y
adalah intensitasnya (%T). Kemudian bagian spektra yang bergerigi diperhalus
menggunakan menu smoothing dengan parameter 45. Setelah selesai, sampel
dikeluarkan dan kemudian dilakukan kembali analisis dengan sampel selanjutnya.
Hasil spektra setiap sampel kemudian di print menggunakan printer.
Setelah itu, hasil spektra IR dari plastik I dan sampel GMS dibandingkan
untuk mengetahui ada atau tidaknya zat aditif dalam plastik wrap yang ditandai
dengan persamaan pada spektra IR. Hasil spektra IR sampel plastik I dan plastik II
juga dibandingkan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh proses pemanasan
terhadap keadaan zat adiktif plastik wrap. Diperoleh hasil pengukuran sebagai berikut:

Analisis spektra IR sampel padatan GMS

Hasil pengukuran terhadap sampel padatan GMS diperoleh spektrum FTIR dan
terdapat sejumlah 27 puncak spektra yang teridentifikasi. Namun secara umum
terdapat beberapa puncak dominan yaitu sebagai berikut :
Rentang bilangan Bilangan
Gugus Fungsi Intensitas
gelombang (cm-1) gelombang (cm-1)
750-1200 721.40 C-C Medium-Weak
2850-2960 2852.81 C-H (alkana) Strong
1680-1740 1734.06 C=O Strong
1080-1300 1182.40 C-O Medium
2500-3300 2920.32 O-H Medium

Berdasarkan analisis gugus fungsi dari spektra padatan GMS yang diperoleh, gugus
fungsi ini sesuai dengan struktur GMS. GMS atau Gliserol Monostearat memiliki
struktur:

Gambar 6. Struktur GMS


Gliserol monostearat, umumnya dikenal sebagai GMS, merupakan ester gliserol dari
asam stearat yang biasa digunakan sebagai pengemulsi pada bahan makanan. Sifat
pengemulsi ini membuat GMS biasa digunakan sebagai pelumas pada wrap plastic.
Selain itu, GMS dapat meningkatkan sifat isolator panas dan kestabilan panas pada
plastik. Hal ini disebabkan pada bagian nonpolar GMS yang membantu menahan
energi berupa panas dan C karbonil pada GMS dapat berinteraksi dipol - dipol dengan
klorida pada PVDC sehingga GMS dan PVDC dapat terikat kuat.

Analisis spektra IR sampel plastik I (tanpa pemanasan)


Hasil pengukuran terhadap sampel plastik I (tanpa pemanasan) diperoleh spektrum
FTIR dan terdapat sejumlah 29 puncak spektra yang teridentifikasi. Namun secara
umum terdapat beberapa puncak dominan yaitu sebagai berikut :

Rentang bilangan Bilangan


Gugus Fungsi Intensitas
gelombang (cm-1) gelombang (cm-1)
750-1200 1276.92 C-C Medium-Weak
2850-2960 2924.18 C-H (alkana) Strong
500-750 628.1 C-Cl Strong
1680-1740 1728.28 C=O Strong
1080-1300 1276.92 C-O Strong
2500-3300 3329.25 O-H Medium

Berdasarkan analisis gugus fungsi dari spektra sampel plastik I yang diperoleh,
terdapat 3 gugus fungsi yang menunjukkan struktur dari monomer penyusun polimer
plastic wrap. Monomer tersebut terdiri dari gugus fungsi C-C, C-H, dan C-Cl. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa sampel plastik wrap yang digunakan merupakan
suatu polimer yaitu polivinil diklorida (PVDC) yang tersusun dari monomer vinil
diklorida. Sedangkan 3 gugus fungsi sisanya yaitu C=O, C-O, dan O-H diduga
sebagai zat aditif yang ditambahkan pada polimer PVDC. Jika ditinjau dari
keberadaan gugus fungsinya, ketiga gugus fungsi tersebut cocok dengan gugus fungsi
dari GMS. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa GMS merupakan zat
aditif yang sering digunakan dalam pembuatan polimer PVDC. GMS memiliki 5
gugus fungsi yaitu C-C, C-H, C=O, C-O, dan O-H. Kelima gugus fungsi tersebut
terdapat dalam spektra plastik I dengan intensitas yang besar. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa dalam sampel plastic wrap merk Cling wrap yang digunakan pada
praktikum kali ini, mengandung zat aditif yaitu GMS (Gliserol monostearat).
Analisis spektra IR sampel plastik II (dengan pemanasan)

Hasil pengukuran terhadap sampel plastik II (dengan pemanasan) diperoleh spektrum


FTIR dan terdapat sejumlah 25 puncak spektra yang teridentifikasi. Namun secara
umum terdapat beberapa puncak dominan yaitu sebagai berikut :

Rentang bilangan Bilangan


Gugus Fungsi Intensitas
gelombang (cm-1) gelombang (cm-1)
750-1200 1251.84 C-C Medium-Weak
2850-2960 2920.32 C-H (alkana) Strong
500-750 626.89 C-Cl Strong
1680-1740 1728.28 C=O Strong
1080-1300 1429.30 C-O Strong
2500-3300 3448.84 O-H Medium

Berdasarkan analisis gugus fungsi dari spektra sampel plastik II yang diperoleh,
terdapat 3 gugus fungsi yang menunjukkan struktur dari monomer penyusun polimer
plastic wrap. Monomer tersebut terdiri dari gugus fungsi C-C, C-H, dan C-Cl. namun,
karena proses pemanasan pada sampel plastik ini dapat mempengaruhi jumlah atau
intensitas dari gugus fungsi. Pemanasan dapat menambah atau mengurangi jumlah
gugus fungsi, serta dapat mengurangi intensitas gugus fungsi.
Plastik tanpa pemanasan Plastik dengan pemanasan

Ikatan Bilangan Bilangan


Area Area
gelombang (cm-1) gelombang (cm-1)

C-H 35.88 30.04


2924.18 2920.32
C-C 69.008 28.891
1276.92 1251.84
C-Cl 11.686 16.598
628.1 626.89

Berdasarkan tabel dapat dilihat jika terjadi penurunan intensitas area pada ikatan
penyusun senyawa polivinil diklorida (PVDC). Hal tersebut membuktikan jika zat
aditif PVDC larut pada saat proses pemanasan dengan etanol. Sehingga zat aditif pada
plastik yang mengalami pemanasan mengalami penurunan intensitas.

G. Kesimpulan
Pada praktikum berjudul ‘Penentuan Zat Aditif Pada Plastik Kemasan Dengan
Spektrometer Inframerah’ memiliki tujuan untuk menentukan keberadaan zat aditif
pada plastik kemasan melalui perlakuan pemanasan, memahami prinsip dasar
spektrometri inframerah dan menggunakannya untuk identifikasi zat, menentukan
gugus fungsi pada suatu sampel padatan, serta mengembangkan kemampuan
komunikasi verbal dan non verbal berkaitan dengan hasil analisis.
Berdasarkan hasil analisis terdapat penurunan intensitas dari beberapa gugus
fungsi pada spektra PVDC dengan pemanasan dibandingkan PVDC tanpa pemanasan
terutama pada gugus C-C dan C-H. Hal ini membuktikan bahwa terdapat komponen
PVDC berupa zat adiktif yang larut pada saat proses pemanasan dengan etanol. Gugus
fungsi yang larut tersebut mirip dengan gugus fungsi pada GMS, yaitu zat yang sering
digunakan sebagai pengemulsi makanan. Maka dari itu, zat adiktif yang diduga
terkandung pada sampel PVDC adalah GMS.

H. Daftar Pustaka

Basset, J. (1994). Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC.

Crasto, Anthony Melvin. (2013). Characterisation of Organic Compounds. [online]


Tersedia : https://www.allfordrugs.com/characterisation-of-organic-compounds/
Fellows, P.J. (2000). Food Processing Technology. Principles and Practice. 2nd
Ed. Woodhead Publishing Ltd., Cambridge, England.
Hendayana, Sumar. (1994). Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang
Press.
National Center for Biotechnology Information. (2023). MSDS KBr.
National Center for Biotechnology Information. (2023). MSDS Etanol.
National Center for Biotechnology Information. (2023). MSDS Gliserol Monosterat.
Sari, N. K. (2010). Analisa Instrumentasi. Klaten : Yayasan Humaniora.
Stuart, Barbara. (2004). Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Applications.
Tim Kimia Analitik. (2023). Spektrofotometer IR. Bandung: Jurusan Kimia FPMIPA
UPI
Tim Praktikum Kimia Analitik. (2023). Penuntun Praktikum Kimia Analitik Instrumen.
Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI
I. Lampiran

Set Alat FTIR Sampel GMS Pembuatan Pelet KBr

Pembuatan Pelet KBr Sampel Plastik Spektra FTIR

Anda mungkin juga menyukai