Dosen Pengampu:
Dra. Hj. Zackiyah, M.Si.
Abraham Mora, M.Si.
Tanggal Percobaan
Awal: 04 Mei 2023
Akhir: 04 Mei 2023
Disusun oleh:
Kelompok 3
B. Tinjauan Pustaka
Spektroskopi merupakan studi interaksi radiasi elektromagnetik dengan
materi. Radiasi elektromagnetik adalah suatu bentuk dari energi yang diteruskan
melalui ruang dengan kecepatan yang luar biasa. Dikenal berbagai bentuk radiasi
elektromagnetik dan yang mudah dilihat adalah cahaya atau sinar tampak. Contoh lain
dari radiasi elektromagnetik adalah radiasi sinar gamma, sinar x, ultraviolet,
inframerah, gelombang mikro, dan gelombang radio.
(Underwood, 1992)
Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR). Inframerah
merupakan sinar elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang lebih pendek
dari gelombang radio dan lebih besar dari panjang dari cahaya yang terlihat yakni
antara 700 nm dan 1 mm. Spektroskopi infra merah didasarkan pada vibrasi suatu
molekul. Pada penyerapan sinar IR oleh molekul senyawa karena panjang
gelombang IR lebih pendek dari pada panjang gelombang sinar UV-Vis maka energi
IR tak mampu mentransmisikan elektron melainkan hanya
mampu menyebabkan molekul
bergetar. Cuplikan yang dianalisis dapat berupa zat cair atau padat.
(Hendayana,
1994) Dasar lahirnya spektroskopi FTIR adalah dengan
mengasumsikan semua molekul menyerap sinar inframerah, kecuali molekul-
molekul monoatomik (He, Ne, Ar,dll), dan molekul - molekul homopolar
diatomik (H2, N2, O2, dll). Molekul akan menyerap sinar infra
merah pada frekuensi tertentu yang mempengaruhi
momen dipolar atau ikatan dari suatu molekul.
(Fellows, P.J., 2000)
Syarat yang perlu dipenuhi agar terjadinya penyerapan radiasi inframerah yaitu
:
● Absorpsi terhadap radiasi inframerah dapat menyebabkan eksitasi molekul ke
tingkat energi vibrasi yang lebih tinggi dan besarnya absorbsi adalah
terkuantisasi.
● Vibrasi yang normal mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi radiasi
elektromagnetik yang diserap.
● Proses absorpsi (spektra IR) hanya dapat terjadi apabila terdapat perubahan
baik nilai maupun arah dari momen dua kutub ikatan
(Hendayana, 1994)
Jumlah energi yang diserap oleh suatu ikatan bergantung pada perubahan dalam
momen ikatan seperti vibrasi atom-atom yang saling berikatan. Makin besar
perubahan dalam momen ikatan mengakibatkan serapan sejumlah energi juga
semakin besar. Ikatan non polar tidak (sangat kecil) menyerap radiasi inframerah
karena tidak ada perubahan momen ikatan apabila atom-atom saling berisolasi. Ikatan
non polar (seperti C-C) relatif menyebabkan serapan yang lemah, berbeda dengan
ikatan polar seperti
C=O menunjukkan serapan yang kuat.
(Sari, 2010)
Daerah IR dibagi kedalam 3 daerah yaitu, IR dekat, IR tengah, dan IR jauh
2. Wadah sampel
Wadah sampel berfungsi untuk menaruh sampel yang akan dianalisis.
Wadah sampel atau sel tergantung dari jenis sampel, sampel yang digunakan
dapat berbentuk padatan, cair atau gas.
a. Sampel berbentuk gas
Untuk sampel yang berbentuk gas digunakan sel gas dengan lebar sel
atau panjang berkas radiasi 40 m. Hal ini dimungkinkan untuk menaikan
sensitivitas karena adanya cermin yang dapat memantulkan berkas radiasi
berulang kali melalui sampel.
3. Monokromator
Monokromator Terdiri dari sistem celah (celah masuk – keluar) fungsinya
yaitu memisahkan radiasi yang tidak diinginkan dari spektrum radiasi lain yang
dihasilkan oleh sumber sinar sehingga diperoleh sinar yang monokromatis. Alat
pendispersi berupa prima atau kisi difraksi yang akan mengurai sinar menjadi
komponen panjang gelombang. Monokromator yang digunakan untuk alat
inframerah
umumnya terbuat dari berbagai macam bahan , misal prisma (umumnya dalam littrow
mounting) dan celah yang terbuat dari gelas, lelehan silika LiF, CaF2, BaF2, NaCl,
AgCl, KBr, Csl. Tetapi pada umumnya prisma NaCl digunakan untuk daerah 4000 –
6000 cm-1 dan prisma KBr untuk 400 cm-1
4. Detektor
Detektor Setelah radiasi inframerah melewati monokromator kemudian
berkas radiasi ini dipantulkan oleh cermin – cermin dan akhirnya ditangkap oleh
detektor. Detektor merupakan alat yang bisa mengukur atau mendeteksi energi radiasi
akibat pengaruh panas. Detektor berfungsi untuk menyerap energi foton sinar yang
jauh mengenainya dan mengubahnya menjadi besaran yang dapat diukur. Pengukuran
radiasi inframerah lebih sulit diukur karena intensitas radiasinya rendah dan energi
foton inframerah juga rendah. Sehingga sinyal dari detektor inframerah kecil maka
dalam pengukurannya harus diperbesar menggunakan amplifier. Terdapat 2 macam
detektor yaitu: thermocouple dan bolometer.
5. Rekorder
Rekorder merupakan alat perekam untuk mempermudah dan mempercepat
pengolahan data dari detektor. Sinyal yang dihasilkan dari detektor kemudian
direkam sebagai spektrum inframerah yang berbentuk puncak – puncak absorbsi dan
frekuensi atau bilangan gelombang atau panjang gelombang.
(Basset.1994)
Untuk keperluan analisis kualitatif difokuskan pada identifikasi gugus fungsi.
Spektrum inframerah senyawa organik (dan juga senyawa-senyawa anorganik)
merupakan sifat fisik yang khas bagi senyawa-senyawa tersebut. Secara garis besar
suatu serapan IR dapat dinyatakan dalam suatu gugus fungsional dilihat dari berapa
harga panjang gelombangnya. Daerah radiasi IR yang dipakai untuk analisis
instrumental umumnya berada pada rentang panjang gelombang 4.000 – 600 cm-1.
Untuk memudahkan dalam interpretasi spektrum IR, dapat dibagi dalam dua daerah,
yaitu :
- Daerah gugus fungsi (4.000 – 1.600 cm-1)
- Daerah sidik jari (1.600 – 600 cm-1)
(Tim Kimia Analitik Instrumen, 2023)
Peta Korelasi IR untuk meramalkan berbagai ikatan dan gugus fungsi dalam
senyawa :
Bahaya Penanggulangan
● Dapat menyebabkan ● Jika kontak dengan mata,
iritasi mata, kulit dan bilas dengan air selama
saluran pernapasan beberapa menit
(National Center
for Biotechnology
Information, 2023)
2. Etanol Sifat Fisika Sifat Kimia
Bahaya Penanggulangan
Hasil pengukuran terhadap sampel padatan GMS diperoleh spektrum FTIR dan
terdapat sejumlah 27 puncak spektra yang teridentifikasi. Namun secara umum
terdapat beberapa puncak dominan yaitu sebagai berikut :
Rentang bilangan Bilangan
Gugus Fungsi Intensitas
gelombang (cm-1) gelombang (cm-1)
750-1200 721.40 C-C Medium-Weak
2850-2960 2852.81 C-H (alkana) Strong
1680-1740 1734.06 C=O Strong
1080-1300 1182.40 C-O Medium
2500-3300 2920.32 O-H Medium
Berdasarkan analisis gugus fungsi dari spektra padatan GMS yang diperoleh, gugus
fungsi ini sesuai dengan struktur GMS. GMS atau Gliserol Monostearat memiliki
struktur:
Berdasarkan analisis gugus fungsi dari spektra sampel plastik I yang diperoleh,
terdapat 3 gugus fungsi yang menunjukkan struktur dari monomer penyusun polimer
plastic wrap. Monomer tersebut terdiri dari gugus fungsi C-C, C-H, dan C-Cl. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa sampel plastik wrap yang digunakan merupakan
suatu polimer yaitu polivinil diklorida (PVDC) yang tersusun dari monomer vinil
diklorida. Sedangkan 3 gugus fungsi sisanya yaitu C=O, C-O, dan O-H diduga
sebagai zat aditif yang ditambahkan pada polimer PVDC. Jika ditinjau dari
keberadaan gugus fungsinya, ketiga gugus fungsi tersebut cocok dengan gugus fungsi
dari GMS. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa GMS merupakan zat
aditif yang sering digunakan dalam pembuatan polimer PVDC. GMS memiliki 5
gugus fungsi yaitu C-C, C-H, C=O, C-O, dan O-H. Kelima gugus fungsi tersebut
terdapat dalam spektra plastik I dengan intensitas yang besar. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa dalam sampel plastic wrap merk Cling wrap yang digunakan pada
praktikum kali ini, mengandung zat aditif yaitu GMS (Gliserol monostearat).
Analisis spektra IR sampel plastik II (dengan pemanasan)
Berdasarkan analisis gugus fungsi dari spektra sampel plastik II yang diperoleh,
terdapat 3 gugus fungsi yang menunjukkan struktur dari monomer penyusun polimer
plastic wrap. Monomer tersebut terdiri dari gugus fungsi C-C, C-H, dan C-Cl. namun,
karena proses pemanasan pada sampel plastik ini dapat mempengaruhi jumlah atau
intensitas dari gugus fungsi. Pemanasan dapat menambah atau mengurangi jumlah
gugus fungsi, serta dapat mengurangi intensitas gugus fungsi.
Plastik tanpa pemanasan Plastik dengan pemanasan
Berdasarkan tabel dapat dilihat jika terjadi penurunan intensitas area pada ikatan
penyusun senyawa polivinil diklorida (PVDC). Hal tersebut membuktikan jika zat
aditif PVDC larut pada saat proses pemanasan dengan etanol. Sehingga zat aditif pada
plastik yang mengalami pemanasan mengalami penurunan intensitas.
G. Kesimpulan
Pada praktikum berjudul ‘Penentuan Zat Aditif Pada Plastik Kemasan Dengan
Spektrometer Inframerah’ memiliki tujuan untuk menentukan keberadaan zat aditif
pada plastik kemasan melalui perlakuan pemanasan, memahami prinsip dasar
spektrometri inframerah dan menggunakannya untuk identifikasi zat, menentukan
gugus fungsi pada suatu sampel padatan, serta mengembangkan kemampuan
komunikasi verbal dan non verbal berkaitan dengan hasil analisis.
Berdasarkan hasil analisis terdapat penurunan intensitas dari beberapa gugus
fungsi pada spektra PVDC dengan pemanasan dibandingkan PVDC tanpa pemanasan
terutama pada gugus C-C dan C-H. Hal ini membuktikan bahwa terdapat komponen
PVDC berupa zat adiktif yang larut pada saat proses pemanasan dengan etanol. Gugus
fungsi yang larut tersebut mirip dengan gugus fungsi pada GMS, yaitu zat yang sering
digunakan sebagai pengemulsi makanan. Maka dari itu, zat adiktif yang diduga
terkandung pada sampel PVDC adalah GMS.
H. Daftar Pustaka