Anda di halaman 1dari 16

DETERMINAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA WANITA USIA SUBUR

(WUS) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KANDANG KOTA BENGKULU


TAHUN 2023

DETERMINANTS OF CHRONIC ENERGY DEFICIENCY (CED) IN WOMEN OF


REPRODUCTIVE AGE (WUS) IN THE WORKING AREA OF KANDANG HEALTH
CENTER, BENGKULU CITY, 2023

Lia Lorena,1* Demsa Simbolon,1


1
Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Bengkulu
*Coresponding: lorenalia667@gmail.com

ABSTRAK

Kurang Energi Kronik (KEK) adalah suatu keadaan dimana tubuh dengan tanda berat badan kurang atau kurus
serta didalam tubuh kurang cadangan asupan energi, keadaan ini berlangsung dikarenakan kurangnya zat gizi.
Keadaan seseorang dapat dikatakan KEK jika Lingkar Lengan Atas (LiLA) yang rendah atau <23,5 cm.
Wanita Usia Subur (WUS) yang mengalami KEK akan berdampak pada saat hamil. Berdasarkan World
Health Organization (WHO) tahun 2017 persentase KEK pada kehamilan secara global yaitu 35-75% serta
kematian di negara berkembang yang berhubungan dengan KEK yaitu sebesar 40%. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui determinan KEK pada WUS di wilayah kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun
2023. Desain penelitian Deskriptif analitik pendekatan cross-sectional. Populasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah seluruh WUS di wilayah kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu dengan populasi
berjumlah 7.183 orang, sampel yaitu 143 WUS. Dimana menggunakan tiga analisis yaitu analisi univariate,
bivariate dan multivariate. Untuk univariate untuk melihat rata-rata, minimum, maksiumum, serta standar
deviasi. Untuk analisis bivariate digunakan untuk mengetahui hubungan antara determinan KEK pada WUS di
wilayah kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu dengan menggunakan uji Chi-Square. Sedangkan untuk
analisis Multivariate digunakan untuk melihat determinan yang paling berhubungan dengan menggunakan uji
regresi logistic. hasil penelitian menemukan bahwa determinan KEK yaitu usia berisiko (p-value=0,037, OR=
2,082), tidak bekerja (p-value=0,748, OR= 0,858), pendidikan rendah (p-value=0,069, OR= 2,248), jumlah
anggota keluarga kecil (p-value=0,046, OR= 2,048), ada riwayat penyakit infeksi 1 bulan terakhir (p-
value=0,259, OR= 0,668), asupan energi kurang (p-value=0,014, OR= 2,436), asupan protein kurang (p-
value=0,242, OR= 0,562), asupan lemak kurang (p-value=0,198, OR= 2,679), asupan karbohidrat kurang (p-
value=0,027, OR= 4,853) dan frekuensi makan utama kurang (p-value=0,620, OR= 1,194) serta faktor yang
mempengaruhi KEK yaitu usia, asupan energi dan interaksi asupan protein dengan jumlah anggota keluarga.
Faktor dominan yaitu interaksi antara asupan protein dengan jumlah anggota keluarga (p-value=0,030,
OR=21,327).

Kata kunci: KEK, Kejadian,Wanita Usia Subur, Bengkulu, Puskesmas Kandang

ABSTRACT

Chronic Energy Deficiency (CED) is a condition in which the body is underweight or thin and the body has
insufficient reserves of energy intake, this condition occurs due to a lack of nutrients. A person's condition can
be said to be CED if the Mid-Upper Arm Circumference (MUAC) is low or <23.5 cm. Women of Reproductive
Age (WRA) who experience CED will have an impact on pregnancy. Based on the 2017 World Health
Organization (WHO) the percentage of CED in pregnancy globally is 35-75% and deaths in developing
countries related to CED are 40%. This study aims to determine the determinants of CED on WRA in the
working area of the Kandang Health Center, Bengkulu City in 2023. The research design is descriptive analytic
cross-sectional approach. The population used in this study were all WRA in the working area of the Kandang
Health Center in Bengkulu City with a population of 7,183 people, the sample being 143 WRA. Where to use
three analyzes namely univariate, bivariate and multivariate analysis. For univariate to see the average,
minimum, maximum, and standard deviation. Bivariate analysis was used to determine the relationship between
the determinants of CED on WRA in the working area of the Kandang Health Center, Bengkulu City, using the
Chi-Square test. Meanwhile, Multivariate analysis is used to see the most related determinants using the logistic
regression test. the results of the study found that the determinants of CED were age at risk (p-value=0.037,
OR= 2.082), not working (p-value=0.748, OR= 0.858), low education (p-value=0.069, OR= 2.248), the number
small family members (p-value = 0.046, OR = 2.048), there is a history of infectious diseases in the last 1 month
(p-value = 0.259, OR = 0.668), energy intake is less (p-value = 0.014, OR = 2.436), food intake less protein (p-
value=0.242, OR= 0.562), less fat intake (p-value=0.198, OR= 2.679), less carbohydrate intake (p-value=0.027,
OR= 4.853) and less frequency of main meals (p -value = 0.620, OR = 1.194) and factors that affect CED,
namely age, energy intake and interaction of protein intake with the number of family members. The dominant
factor is the interaction between protein intake and the number of family members (p-value=0.030, OR=21.327).

Keywords: CED, Incident, Women of Reproductive Age, Bengkulu, Kandang Health Center

PENDAHULUAN
Kurang Energi Kronik (KEK) adalah keadaan tubuh dengan tanda berat badan kurang
atau kurus serta didalam tubuh kurang cadangan asupan energi, keadaan ini berlangsung
dikarenakan kurangnya zat gizi. Teadaan ini terjadi tidak secara tiba-tiba atau sesaat saja akan
tetapi telah berlangsung jauh sebelumnya.1 Keadaan seseorang dapat dikatakan KEK apabila
Lingkar Lengan Atas (LiLA) yang rendah atau <23,5 cm. KEK pada WUS akan berdampak
pada masa kehamilan dapat beresiko pada penurunan kekuatan otot yang membantu saat
persalinan.34 Dampak panjang KEK berdampak pada anak BBLR. Selain berdampak kepada
anak juga berdampak kepada ibu dapat meninggal.5
WUS yang mengalami KEK akan berdampak pada saat hamil. Berdasarkan World
Health Organization (WHO) tahun 2017 persentase KEK pada kehamilan secara global yaitu
35-75% serta kematian di negara berkembang yang berhubungan dengan KEK yaitu sebesar
40%. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 presentase KEK pada WUS yang tidak hamil
secara nasional yaitu mencapai 14,5%.6 Provinsi Bengkulu prevalensi WUS yang tidak hamil
mencapai 11,10% dengan prevalensi untuk Kota Bengkulu sendiri yaitu sebesar 14,59%.
Data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu tahun 2021 jumlah WUS di Kota Bengkulu berjumlah
84.506 orang. Masalah KEK tertinggi yaitu terdapat pada Puskesmas Kandang Kota
Bengkulu yaitu sebesar 46,8% (277 orang).7
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang determinan KEK pada WUS di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu
Tahun 2023. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui determinan KEK pada WUS
di wilayah kerja Puskesmas Kandang. Dengan mengetahui determinan KEK pada WUS
sehingga dapat menginformasikan untuk strategi intervensi yang lebih efektif dan efisien.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional dengan mengkaji dinamika
dan faktor risiko serta dampaknya melalui pengamatan langsung dan pengumpulan data.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Februari 2023. Populasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah seluruh WUS di wilayah kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu
dengan populasi berjumlah 7.183 orang. Jumlah sampel yaitu 143 WUS yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu dihitung dengan rumus dengan rumus lemeshow
dengan beberapa kriteria yaitu kriteria inklusi ; WUS yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Kandang, WUS yang berusia 20-49 tahun, sampel tinggal menetap dan tercatat
sebagai penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kandang, WUS bersedia di wawancarai dan di
jadikan sampel penelitian, saat dilakukan penelitian responden dalam keadaan sehat, dan
kriteria ekslusi ; pada saat proses penelitian responden pindah rumah dari wilayah kerja
Puskesmas Kandang, WUS dalam keadaan sakit, WUS yang tidak bersedia di wawancarai
dan tidak bersedia jadi sampel. Dengan pengambilan sampeel non-probability sampling
dengan teknik Accidental sampling. Analisis yang digunakan yaitu tiga analisis terdiri dari
analisi univariate, bivariate dan multivariate. Untuk analisis bivariat menggunakan uji Chi-
Square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistic.
HASIL
Analisis Univariat
Tabel 1 Karakteristik Responden
Frekuensi Statistik
Variabel Karakteristik
n % Min-Mak X ± SD
Usia Berisiko 69 48,3
21-48 34±6,69
Tidak berisiko 74 51,7
Pekerjaan Tidak bekerja 120 83,9
- -
Bekerja 23 16,1
Pendidikan Rendah 119 83,2
- -
Tinggi 24 16,8
Jumlah anggota Kecil 94 65,7
2-8 4± 1,22
keluarga Besar 49 34,3
Paritas Primipara 35 24,5
Multipara 106 74,1 0-5 2±0,96
Grandemultipara 2 1,4
Riwayat penyakit Ada 50 35,0
- -
infeksi Tidak ada 93 65,0

Tabel 1 diketahui bahwa karakteristik individu menunjukkan bahwa sebagian besar


(51,7%) dari responden golongan umur tidak berisiko, (83,9%) tidak memiliki pekerjaan
diluar rumah, (83,2%) memiliki pendidikan rendah, (65,7%) tinggal dengan jumlah anggota
keluarga yang kecil, (74,1%) paritas multipara dan (65,0%) tidak memiliki riwayat penyakit
infeksi 1 bulan terakhir.
Tabel 2 diketahui bahwa gambaran asupan dan frekuensi makan utama perhari
menunjukkan sebagian besar (67,8%) asupan energi baik, (87,4%) asupan protein baik,
(99,3%) asupan lemak baik, (88,8%) asupan karbohidrat kurang dan (62,2%) frekuensi
makan utama perhari baik.

Tabel 1 Gambaran Asupan dan Frekuensi Makan Responden


Karakt Frekuensi Statistik
Variabel
eristik n % Min-Mak X ± SD
Asupan Energi (Kkal) Kurang 46 32,2
1.332,2-2.606,5 1.840,4±230
Baik 97 67,8
Asupan Protein (gram) Kurang 18 12,6
32,4-85,9 57,6±9,6
Baik 125 87,4
Asupan Lemak (gram) Kurang 1 0,7
47-129,9 77,2±14
Baik 142 99,3
Asupan Karbohidrat (gram) Kurang 127 88,8
153,4-370,1 231,8±37,5
Baik 16 11,2
Frekuensi Makan Utama Kurang 54 37,8
2-4 2,7±0,6
Perhari (kali) Baik 89 62,2

Tabel 2 Gambaran Kejadian KEK


Frekuensi Statistik
Variabel Karakteristik
n % Min-Mak X±SD
LiLA KEK 54 37,8
Tidak KEK 89 62,2 18,6-33 26,4±3,57
Total 143 100

Tabel 3 diketahui bahwa WUS di wilayah kerja Puskesmas Kandang Kota


Bengkulu yang mengalami KEK sebanyak 37,8%.
Anaisis Bivariat
Tabel 3 Hubungan Karakteristik Responden dengan Kejadian KEK
Kejadian KEK
P-
Variabel KEK Tidak KEK Total OR 95%
value
n % n % n %
Usia
Berisiko 20 29 49 71 69 100
Tidak berisiko 34 45,9 40 54,1 74 100 0,037* 2,082 (1,042-4,162)
Total 54 37,8 89 62,2 143 100
Pekerjaan
Tidak bekerja 46 38,3 74 61,7 120 100
Bekerja 8 34,8 15 65,2 23 100 0,748 0,858 (0,337-2,182)
Total 54 37,8 89 62,2 143 100
Pendidikan
Rendah 41 34,5 78 65,5 119 100
Tinggi 13 54,2 11 45,8 24 100 0,069* 2,248 (0,926-5,461)
Total 54 37,8 89 62,2 143 100
Jumlah Anggota Keluarga
Kecil 30 31,9 64 68,1 94 100
Besar 24 49 25 51 49 100 0,046* 2,048 (1,009-4,159)
Total 54 37,8 89 62,2 143 100
Riwayat Penyakit Infeksi 1 Bulan Terakhir
Ada 22 44 28 56 50 100 0,259 0,668 (0,330-1,349)
Tidak ada 32 34,4 61 65,6 93 100
Total 54 37,8 89 62,2 143 100
Keterangan : (*) kandidat analisis multivarit
Tabel 4 hasil uji statistik didapatkan = 0,037 (p-value <0,05 OR=2,082) artinya ada
hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian KEK pada WUS diwilayah kerja
Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2023, dari hasil analisis diperoleh bahwa usia
berisiko mengalami KEK sebesar 29% dan tidak berisiko sebesar 45,9%.
Hasil uji statistik didapatkan = 0,748 (p-value >0,05 OR=0,858) artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kejadian KEK pada WUS diwilayah
kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2023, dari hasil analisis diperoleh
bahwa kejadian KEK yang tidak bekerja sebesar 38,3% dan bekerja sebesar 34,8%.
Hasil uji statistik didapatkan = 0,069 (p-value >0,05 OR=2,248) artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian KEK pada WUS diwilayah
kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2023, dari hasil analisis diperoleh
bahwa kejadian KEK dengan pendidikan rendah sebesar 34,5%% dan pendidikan tinggi
sebesar 54,2%.
Hasil uji statistik didapatkan = 0,046 (p-value <0,05 OR=2,048) artinya ada
hubungan yang signifikan antara jumlah anggota keluarga dengan kejadian KEK pada
WUS diwilayah kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2023, dari hasil
analisis diperoleh bahwa kejadian KEK yang tinggal dengan keluarga yang besar sebesar
49% dan tinggal dengan jumlah anggota keluarga kecil sebanyak 31,9%.
Hasil uji statistik didapatkan = 0,259 (p-value >0,05 OR=0,668) artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit infeksi 1 bulan terakhir dengan
kejadian KEK pada WUS diwilayah kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun
2023, dari hasil analisis diperoleh bahwa kejadian KEK yang memiliki riwayat penyakit
infeksi sebesar 44%% dan tidak memiliki riwayat sebesar 34,4%.
Tabel 5 hasil uji statistik didapatkan = 0,014 (p-value <0,05 OR = 2,436) artinya ada
hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan kejadian KEK pada WUS diwilayah
kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2023, dari hasil analisis diperoleh bahwa
sebagian besar asupan energi kurang pada WUS KEK sebesar 52,2% dan asupan energi yang
baik sebesar 30,9%.
Hasil uji statistik didapatkan = 0,252 (p-value >0,05 OR = 0,562) artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kejadian KEK pada WUS diwilayah
kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2023, dari hasil analisis diperoleh bahwa
sebagian besar asupan protein kurang sebesar 50% dan asupan protein yang baik sebesar
50%.
Hasil uji statistik didapatkan = 0,198 (p-value >0,05 OR = 2,679) artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan kejadian KEK pada WUS diwilayah
kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2023, dari hasil analisis diperoleh bahwa
sebagian besar asupan lemak kurang pada WUS KEK sebesar 100% dan asupan lemak yang
baik sebesar 37%.
Hasil uji statistik didapatkan = 0,027 (p-value <0,05 OR = 4,853) artinya ada hubungan
yang signifikan antara asupan karbohidrat dengan kejadian KEK pada WUS diwilayah kerja
Puskesmas Kandang Kota Bengkulu Tahun 2023, dari hasil analisis diperoleh bahwa
sebagian besar asupan karbohidrat kurang pada WUS KEK sebesar 40,9% dan asupan
karbohidrat yang baik sebesar 12,5%.
Tabel 4 Hubungan Asupan dan Frekuensi Makan Utama Perhari dengan Kejadian
KEK

Kejadian KEK
P-
Variabel KEK Tidak KEK Total OR 95%
value
n % n % n %
Asupan Energi
Kurang 24 52,2 22 47,8 46 100
Baik 30 30,9 67 69,1 97 100 0,014* 2,436 (1,185-5.011)
Total 54 37,8 89 62,2 143 100
Asupan Protein
Kurang 9 50 9 50 18 100
Baik 45 36 80 64 125 100 0,252* 0,562 (0,208-1,519)
Total 54 37,8 89 62,2 143 100
Asupan Lemak
Kurang 1 100 0 0 1 100
Baik 53 37 89 63 142 100 0,198* 2,679 (2,165-3,316)
Total 54 37,8 89 62,2 143 100
Asupan Karbohidrat
Kurang 52 40,9 75 59,1 127 100
Baik 2 12,5 14 87,5 16 100 0,027* 4,853 (1,058-22,262)
Total 54 37,8 89 62,2 143 100
Frekuensi Makan Utama Perhari
Kurang 19 13,3 35 24,5 54 100
Baik 35 24,5 54 37,8 89 100 0,620 1,194 (0,592-2,409)
Total 54 37,8 89 62,2 143 100
Keterangan : (*) kandidat analisis multivarit
Analisis Multivariat
Tabel 5 Determinan KEK pada WUS di Wilayah Kerja Puskesmas Kandang Kota
Bengkulu Tahun 2023
P- OR 95% CI
Variabel Kategori B
value (exp.B) (exp.B)
Usia Berisiko 0,914 0,018 2,495 1,171-5,317
Asupan energi Kurang 1,095 0,013 2,990 1,256-7,117
Asupan protein Kurang -0,849 0,192 0,428 0,119-1,533
Jumlah anggota keluarga Kecil -1,767 0,185 0,171 0,013-2,327
Asupan protein*jumlah anggota keluarga 3,060 0,030 21,327 1,343-338,671
Constant -1,024

Tabel 6 diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi KEK pada WUS di Wilayah Kerja
Puskesmas Kandang Kota Bengkulu tahun 2023 yaitu usia, asupan energi dan interaksi
asupan protein dengan jumlah anggota keluarga. Faktor dominan KEK adalah interaksi antara
asupan protein dengan jumlah anggota keluarga dengan p-value 0,030 dengan OR 21,327,
berarti terdapat interaksi asupan protein terhadap KEK tergantung pada jumlah anggota
keluarga. Hasil analisis multivariat di peroleh model terakhir seperti pada tabel 4.6 persamaan
regresi sebagai berikut:
Logit P (Kejadian KEK) = -1,024 + (0,914*Berisiko) + (1,095*Kurang) + (-0,849*Kurang) +
(-1,767*Kecil) + (3,060*asupan protein*jumlah anggota keluarga)
1
P= − [ −1,024+0,914−1,767+1,095−0,849+3,060 ] = 0,813
1+e
Artinya WUS usia berisiko, asupan energi kurang, asupan protein kurang, tinggal dengan
kategori jumlah anggota keluarga kecil mempunyai kemungkinan 81,3% mengalami KEK
dan 18,7% disebabkan oleh faktor lainnya.
Keberadaan interaksi antara variabel asupan protein dengan jumlah anggota keluarga
menunjukkan bahwa asupan protein terhadap KEK tergantung dengan jumlah anggota
keluarga. WUS yang memiliki asupan protein yang kurang, maka risiko jumlah anggota
keluarga kecil yang mengalami KEK sebesar 3,643 kali (e-1,767+3,060= 3,643) dibandingkan
dengan jumlah anggota keluarga besar. Sedangkan seseorang yang memiliki asupan protein
baik, risiko jumlah anggota keluarga besar untuk terjadinya KEK hanya sebesar 0,17 kali (e -
=0,17) dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga besar. Hal ini menunjukkan protein
1,767

yang kurang merupakan prakondisi efek jumlah anggota keluarga terhadap kejadian KEK.

PEMBAHASAN
Hubungan Usia dengan Kejadian KEK pada WUS
Hasil penelitian ini ditemukan ada hubungan yang signifikan antara usia dengan
kejadian KEK. Hal ini terjadi karena pada saat dilakukan penelitian terhadap WUS yang
berada diwilayah kerja Puskesmas dari 143 WUS yang tergolong berisiko. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Ernawati (2018)8 dengan p-value 0,003 yang menunjukkan ada
pengaruh usia dengan kejadian KEK. Selain itu penelitian Sari (2022) 9 dengan p-value 0,000
yang menunjukkan ada hubungan usia dengan kejadian KEK. Akan tetapi berbeda dengan
penelitian Safitri dan Husna (2022)10 dengan p-value 0,399 yang menunjukkan tidak ada
hubungan antara umur dengan kejadian KEK.
Usia (35-49 tahun) ini dikatakan rentan terhadap kejadian KEK karena selain usia
tersebut terjadinya penuaan dan penurunan fungsi-fungsi tubuh yang dimana pada usia
tersebut WUS masih mempunyai anak yang masih kecil yang menambah beban kerja. Usia
dengan kategori tua (35-49 tahun) proses metabolisme berangsur-angsur turun secara teratur
sehingga kebutuhan akan zat gizi tidak dapat terpenuhi secara keseluruhan.11,12 Selain itu pada
usia ini juga rentan terkena penyakit karena organ tubuh yang semakin menua dan melemah,
serta proses penuaan yang mulai muncul.8 Berpengaruh pada masa kehamilan maka
memerlukan energi yang besar. Maka diperlukan tambahan energi yang cukup untuk
mendukung kehamilan yang sedang berlangsung.13
Hubungan Pekerjaan dengan Kejadian KEK pada WUS
Hasil penelitian ini ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan
dengan kejadian KEK. Hal ini dapat menjadi salah satu faktor kejadian KEK. Walaupun hasil
dari penelitian ini menyatakan tidak ada hubungan akan tetapi KEK banyak dijumpai pada
WUS yang tidak memiliki pekerjaan diluar rumah. Penelitian ini sejalan dengan Triatmaja
(2017)14 dengan p-value 0,269 yang menunjukkan pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan
kejadian KEK. Selain itu penelitian Safitri dan Husna (2022) 10 dengan p-value 0,686 yang
menunjukkan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian KEK. Berbeda dengan
penelitian Andini (2020)2 dengan p-value 0,008 yang menunjukkan ada hubungan antara
pekerjaan dengan kejadian KEK.
Aktifitas fisik yang dilakukan oleh WUS yang tidak memiliki pekerjaan di luar rumah
atau hanya menjadi ibu rumah tangga cenderung memiliki aktifitas fisik yang lebih ringan
dibandingkan dengan WUS yang bekerja diluar rumah dimana kapasitas pekerjaan di luar
rumah dan ditambah pekerjaan yang ada dirumah yang membutuhkan lebih banyak energi.
Kurangnya aktifitas fisik yang ringan akan mengurangi pembakaran energi di dalam tubuh
begitupun sebaliknya aktifitas fisik yang berat akan terjadinya pembakaran energi yang lebih
banyak juga. Dimana seseorang yang memiliki aktifitas yang berat disetiap harinya serta
tidak diimbangi dengan asupan yang cukup dapat mengakibatkan kekurangan energi kronis
serta tubuh lebih rentan terkena penyakit infeksi.13
Hubungan Pendidikan dengan Kejadian KEK pada WUS
Hasil penelitian ini ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan
dengan kejadian KEK. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa terdapat sampel yang
pendidikannya rendah memiliki ukuran LiLA yang normal. Walaupun hasil pada penelitian
menyatakan pendidikan tidak ada hubungan dengan kejadian KEK pada WUS akan tetapi
KEK banyak dijumpai pada WUS dengan pendidikan yang rendah.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Triatmaja (2017)14 dengan p-
value 0,689 yang menunjukkan pendidikan tidak berhubungan dengan kejadian KEK. Selain
itu penelitian Widyastiti (2021)16 dengan p-value 1,000 menunjukkan pendidikan tidak
berhubungan dengan status gizi ibu hamil. Berbeda dengan penelitian Andini (2020) 2 dengan
p-value 0,013 yang menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dengan kejadian KEK.
Pendidikan berpengaruh terhadap status gizi hal disebabkan karena tingginya tingkat
pendidikan akan turut serta dalam menentukan atau memberikan pengaruh terhadap
seseorang untuk menerima sebuah informasi tentang gizi. Masalah gizi dan kesehatan
seringkali terjadi karena ketidaktahuan dan kurang informasi tentang pemenuhan gizi untuk
kesehatan hal ini akan berdampak pada kesadaran serta adanya kemauan untuk berperilaku
mengenai kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.13
Akan tetapi fakta dilapangan ditemukan responden dengan tingkat pendidikan yang
tinggi namun mengalami KEK. Hal yang menyebabkan ini terjadi adalah seseorang yang
memiliki tingkat pendidikan yang rendah belum tentu kurang mampu dalam memenuhi
kebutuhan akan zat gizi dan makanan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi. Meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah belum tentu
memiliki pengetahuan tentang gizi dan kesehatan yang rendah pula hal ini dikarenakan
informasi mengenai kesehatan tidak hanya didapatkan dengan menempuh pendidikan saja.
Selain itu bisa saja karena pendidikan yang tinggi memberikan peluang untuk seseorang
bekerja dengan aktifitas yang berat diluar rumah yang dapat berdampak pada beban pekerjaan
yang dapat menjadi beban pikiran (stres) dan pola makan yang tidak teratur yang dapat
menyebabkan seseorang berisiko mengalami KEK.13
Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Kejadian KEK pada WUS
Hasil penelitian ini ditemukan ada hubungan yang signifikan antara jumlah aggota
keluarga dengan kejadian KEK. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dimana WUS yang
tinggal dengan jumlah anggota keluarga yang kecil mengalami KEK sebanyak 31,9%. Hal ini
dikarenaka keluarga yang kecil baru saja menikah dimana ekonomi keluarga yang belum
stabil. Hasil penelitian ini sejalan Anggraini (2013) 17 dengan p-value 0,000 yang yang
menunjukkan jumlah anggota keluarga ada hubungan dengan kejadian KEK. Berbeda dengan
penelitian Angraini (2018)18 dengan p-value 0,4 yang menunjukkan jumlah anggota keluarga
tidak berhubungan dengan kejadian KEK. Berbeda pula dengan penelitian Simbolon (2022)19
dengan hasil p-value 0,302 yang tidak ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan
kejadian KEK.
Tanggungan merupakan orang yang masih berhubungan keluarga atau dianggap
keluarga dan kehidupannya ditanggung. Jumlah tangguan ini ditentukan dari jumlah anggota
keluarga yang tinggal pada suatu rumah tangga. 20 Walaupun dalam penelitian ini sebagian
besar jumlah anggota keluarga dari responden ≤4 orang, yang artinya jumlah anak yang
dimiliki hanya 1 atau 2 orang saja, akan tetapi tetap saja pemenuhan gizi pada WUS masih
terabaikan. Walaupun jumlah anggota keluarga pada responden rata-rata ≤4 orang yang tidak
diimbangi dengan pendapatan yang cukup akan menentukan status gizi seseorang.21 Beban
kerja yang berat akan meningkatkan kebutuhan energi tubuh dapat menyebabkan kelelahan.22
Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi 1 Bulan Terakhir dengan Kejadian KEK pada
WUS
Hasil penelitian ini ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat
penyakit infeksi dengan kejadian KEK. Dari hasil wawancara WUS yang mengalami KEK
rata-rata tidak mempunyai riwayat penyakit infeksi 1 bulan terakhir. Walaupun penyakit
infeksi dapat mempengaruhi status gizi, tetapi riwayat sakit yang dialami WUS dilapangan
dengan rentan waktu yang cukup lama dengan pengukuran LiLA yang dilakukan, selain itu
riwayat sakit yang dialami tidak berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Penyakit
infeksi yang banyak dialami yaitu ISPA dimana sakit jika sakit WUS akan pergi berobat ke
Puskesmas sehingga sakit tersebut tidak berlangsung lama.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Khayatunnisa (2021) 23 dengan
p-value 0,121 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara KEK dengan penyakit infeksi.
Selain itu penelitian yang dilakukan Rini (2018)24 dengan p-value 0,156 yang menunjukkan
penyakit infeksi tidak berhubungan dengan kejadian KEK. Berbeda dengan Fitrianingtyas
(2018)25 dengan p-value 0,000 yang menunjukkan ada hubungan antara penyakit infeksi
dengan kejadian KEK.
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi pada
seseorang. Terdapat hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi. 26 Penyakit infeksi
berhubungan erat dengan malnutrisi atau gizi kurang dimana terjadi hubungan yang timbal
balik yaitu penyakit infeksi dapat memperburuk kondisi gizi seseorang, begitupun sebaliknya
seseorang yang dalam keadaan kondisi gizi yang buruk akan mempermudah terkenanya
penyakit infeksi.27 Seseorang yang menderita penyakit infeksi akan berdampak pada status
gizi orang tersebut, hal ini dikarenakan penyakit infeksi mempengaruhi asupan pangan yang
seringkali menurun.26
Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian KEK pada WUS
Hasil penelitian ini ditemukan ada hubungan yang signifikan antara asupan energi
dengan kejadian KEK pada WUS di wilayah kerja Puskesmas Kandang Kota Bengkulu tahun
2023. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Aprilianti (2018)28 dengan p-value 0,009 yang
menunjukkan ada hubungan antara aspan energi dengan risiko KEK. Selain itu penelitian
Telisa (2020)29 dengan p-value 0,004 yang menunjukkan ada hubungan antara asupan energi
dengan risiko KEK. Sama seperti penelitian Fauziana (2020)30 dengan p-value 0,011 yang
menunjukkan ada hubungan antara asupan energi dengan risiko KEK.
Energi yang ada dalam tubuh manusia merupakan hasil pembakaran dari protein, lemak
dan karbohidrat. Hasil energi dapat di simpan oleh tubuh di jaringan adipose. Cadangan
energi ini akan digunakan apabila asupan dari protein, lemak dan karbohidrat tidak cukup.
Oleh karena itu massa otot dipengaruhi oleh asupan zat gizi makro terutama energi dan
protein. Jika cadangan energi terus-menerus digunakan dalam waktu yang lama akan
mengakibatkan mengalami perubahan status gizi.31
Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian KEK pada WUS
Hasil penelitian ini ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan
protein dengan kejadian KEK. Dikarenakan hampir sebagian WUS memiliki konsumsi
protein yang baik hal ini dilihat dari kebiasaan konsumsi protein dan porsi yang dikonsumsi.
Hampir setiap WUS mengkonsumsi 2-3x protein setiap minggunya terutama protein hewani.
Selain itu ketersediaan bahan makanan tersebut tidak sulit untuk didapatkan. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Putri (2019)32 dengan p-value 0,230 yang menunjukkan tidak ada
hubungan antara asupan protein dengan dengan kejadian KEK. Selain itu penelitian yang
dilakukan Aulia (2020)33 dengan p-value 0,524 yang menunjukkan Asupan protein tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian KEK. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan Telisa (2020)29 dengan p-value 0,004 yang menunjukkan ada hubungan antara
asupan protein dengan risiko KEK.
Makanan yang banyak mengandung protein adalah tahu, tempe, daging ayam, ikan,
telur dan susu. Protein memiliki fungsi penting bagi tubuh, protein merupakan sumber energi
setelah glikogen, selain itu juga protein digunakan sebagai penyusun struktur sel jaringan.
Maka dari itu seseorang harus memiliki asupan protein yang cukup, karena hal ini dapat
berdampak pada kesehatan seseorang apabila berlangsung secara lama. Asupan protein yang
kurang ataupun lebih tidak berpengaruh terhadap perubahan berat badan karena kelebihan
asupan protein tidak di simpan oleh tubuh seperti yang terjadi akibat kelebihan energi.32
Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian KEK pada WUS
Hasil penelitian ini ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan lemak
dengan kejadian KEK. Dari hasil wawancara dengan responden bahwa rata-rata responden
seringkali mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak seperti masakan
bersantan dan digoreng yang dimasak sendiri ataupun yang dibeli diluar rumah. Kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang memiliki tinggi lemak akan membuat asupan lemak tercukupi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fauziana (2020)30 dengan p-value 0,595 yang
menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan lemak dengan KEK. Selain itu penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian Dictara (2020)34 dengan p-value 0,204 yang menunjukkan
tidak ada hubungan antara asupan lemak dengan kejadian KEK. Berbeda dengan penelitian
yang dilakukan Telisa (2020)29 dengan p-value 0,031 yang menunjukkan ada hubungan
antara asupan lemak dengan risiko KEK.
Hubungan Karbohidrat dengan Kejadian KEK pada WUS
Hasil penelitian ini ditemukan ada hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat
dengan kejadian KEK. Hal ini dikarenakan sebagian besar WUS memiliki asupan karbohidrat
yang kurang, dimana bahan makanan yang tinggi karbohidrat yang sering dikonsumsi yaitu
beras. Selain itu konsumsi bahan makanan yang tinggi karbohidrat tidaklah bervariasi, jarang
dikonsumsi dan sekalipun dikonsumsi hanya sedikit. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Aulia (2020)33 dengan p-value 0,027 yang menunjukkan ada hubungan antara asupan
karbohidrat dengan dengan kejadian KEK. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Tlisa
(2020)29 dengan p-value 0,094 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan
karbohidrat dengan risiko KEK. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Putri
(2019)32 dengan p-value 0,455 yang menunjukkan tidak ada hubungan antara asupan
karbohidrat dengan kejadian KEK.
Makanan yang paling banyak dikonsumsi mengandung karbohidrat yang tinggi seperti
nasi, roti, mie, jagung, tepung terigu, umbi-umbian dan lain-lain. Konsumsi karbohidrat
umumnya berasal dari makanan pokok. Konsumsi energi yang tidak bervariasi akan
mempengaruhi asupan energi. Dimana karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi utama,
melakanakan dan melakukan metabolisme lemak dan lain-lain. Asupan karbohidrat sebanyak
88,8% dengan rata-rata 231,8 g dan belum mencukupi AKG sehari sesuai standar.32
Hubungan Frekuensi Makan Utama Perhari dengan Kejadian KEK pada WUS
Hasil penelitian ini ditemukan tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi
makan utama perhari dengan kejadian KEK. Pada penelitian ini, adanya WUS yang frekuensi
makannya dengan kategori baik akan tetapi mengalami KEK yaitu sebesar 24,5%. Hal
tersebut dapat terjadi karena frekuensi makan utama bukanlah faktor penyebab KEK.
Hal ini dapat disebabkan karena asupan atau makanan yang dikonsumsi tidak
memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). Selain itu ketidakseimbangan asupan, jenis dan
variasi makanan yang dikonsumsi, kandungan zat gizi, porsi makan dan frekuensinya hal ini
dapat mempengaruhi terpenuhi atau tidaknya asupan. Sehingga walaupun frekuensi makan
utama baik akan tetapi dari segi asupan tidak dapat terpenuhi atau tidak adekuat dalam jangka
waktu yang lama maka tidak menutup kemungkinan seseorang tersebut tidak mengalami
KEK.35
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ihtirami (2021)20 dengan p-value 0,667 yang
menunjukkan tidak ada hubungan antara frekuensi makan utama perhari dengan dengan
kejadian KEK. Selain itu penelitian yang dilakukan Triatmaja (2017)14 dengan p-value 0,383
yang menunjukkan tidak ada hubungan antara frekuensi makan dengan kejadian KEK.
Berbeda dengan penelitian Dhiu (2022)36 dengan p-value 0,015 yang menunjukkan ada
pengaruh frekuensi makan dengan kejadian KEK.
KESIMPULAN
Sebagian besar usia tidak berisiko (20-34 tahun), tidak bekerjaan, pendidikan rendah, jumlah
anggota keluarga kecil, tidak memiliki riwayat penyakit infeksi 1 bulan terakhir, asupan
energi baik, asupan protein baik, asupan lemak baik, asupan karbohidrat kurang dan frekuensi
makan utama perhari baik dan sebagian besar WUS tidak mengalami KEK. Hubungan
dengan kejadian KEK yaitu usia berhubungan, pekerjaan tidak berhubungan, pendidikan
tidak berhubungan, jumlah anggota keluarga berhubungan, riwayat penyakit infeksi 1 bulan
terakhir tidak berhubungan, asupan energi berhubungan, asupan protein tidak berhubungan,
asupan lemak tidak berhubungan, asupan karbohidrat berhubungan dan frekuensi makan
utama perhari tidak berhubungan. Determinan KEK yaitu usia, asupan energi dan interaksi
asupan protein dengan jumlah anggota keluarga, faktor dominan yaitu interaksi antara asupan
protein dengan jumlah anggota keluarga.
SARAN
Tenaga kesehatan terkait perlu melakukan upaya promotif dan preventif dapat dilakukan
dengan edukasi kesehatan tentang asupan energi dan protein untuk mencegah KEK. Bagi
Peneliti Selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut faktor-faktor lain KEK pada
WUS seperti pendapatan keluarga, sosial ekonomi, usia saat menikah dan lain-lain. Kepada
WUS untuk dapat meluangkan waktu untuk membaca informasi mengenai KEK.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sintia S, Septiani W, Rany N, Kursani E. Determinant Of Chronic Energy Deficiency


(Kek) In Pregnant Women In The Working Area Of Siak Hulu Iii Health Center Of
Kampar Regency. J Kesehat Komunitas. 2021;7(1):64–69. Available at:
https://doi.org/10.25311/keskom.vol7.iss1.775.
2. Andini FR. Hubungan Faktor Sosio Ekonomi Dan Usia Kehamilan Dengan Kejadian
Kekurangan Energi Kronis Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Prambontergayang
Kabupaten Tuban. Amerta Nutr. 2020;4(3):218–224. Available at:
https://doi.org/10.20473/amnt.v4i3.2020.218-224.
3. Ananda MD, Jumiyati, Yuliantini E. Pengaruh Konseling Gizi Terhadap Pengetahuan
dan Asupan Zat Gizi Makro WUS KEK di Wilayah Kerja Puskesmas Sawah Lebar
Kota Bengkulu. J Teknol dan Seni Kesehat. 2019;10(1):35–45.
https://doi.org/https://doi.org/10.36525/sanitasi.2019.4.
4. Paramata Y, Sandalayuk M. Kurang Energi Kronis pada Wanita Usia Subur di
Wilayah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Gorontalo J Public Heal.
2019;2(1):120–125. Available at: https://doi.org/10.32662/gjph.v2i1.390.
5. Widyawati W, Sulistyoningtyas S. Karakteristik Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronik
(KEK) di Puskesmas Pajangan Bantul. J JKFT. 2020;5(2):68–74. Available at:
https://doi.org/10.31000/jkft.v5i2.3925.
6. Litbangkes. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Kementeri Kesehat RI [Internet].
2018;144–6. Available from: http://repository.litbang.kemkes.go.id/3514/
7. Litbang Kesehatan. Laporan Provinsi Bengkulu RISKESDAS 2018. In: Kementrian
Kesehatan RI [Internet]. 2018. p. 1–527. Available from: www.litbang.kemkes.go.id
8. Ernawati A, Perencanaan B, Daerah P, Pati K. Hubungan Usia dan Status Pekerjaan
Ibu dengan Kejadian Kurang Energi Kronis pada Ibu Hamil. J Litbang.
2018;XIV(1):27–37. Available at: https://doi.org /10.33658/jl.v14i1.106.
9. Sari WK, Deltu SN. Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi, Anemia, dan Tingkat
Konsumsi Makanan dengan Kejadian KEK pada Ibu Hamil di Desa Muara Madras
Kabupaten Merangin Jambi. J Kesehat Lentera ‘Aisyiyah. 2019;4(1):434–439.
10. Safitri F, Husna A. Faktor Risiko Kejadian Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada
Ibu Hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Menggat Kecamatan Kluet Tengah
Kabupaten Aceh Selatan. J Heal Technol Med. 2022;8(2):609–18. Available at:
https://doi.org/2615-109X.
11. Purwitasari D, Maryanti D. Buku Ajar Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. In
Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.
12. Primasari A. Proses Penuaan dari Aspek Kedokteran Gigi. In jakarta: EGC; 2018.
13. Maryam S. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. In jakarta: salemba Medika; 2015.
14. Triatmaja NT. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Kurang Energi Kronis
( Kek ) Ibu Hamil Di Kabupaten Kediri. J Wiyata. 2017;4(2):137–142. Available at:
https://doi.org/ 10.56710/wiyata.v4i2.161.
15. Ikhtirami A, Rahma AS, Tihardimanto A. Hubungan Pola Makan Terhadap Kejadian
Kekurangan Energi Kronik Pada Ibu Hamil Trimester I Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kassi-Kassi Kota Makassar. Medula. 2021;8(2):106–115. Available at:
https://doi.org/10.30598/molmed.2021.v14.i1.11.
16. Widyastuti SD, Sugiarto H. Kaitan Pendidikan, Umur, Dan Gravida Dengan Kurang
Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil yang Bersalin di Praktik Bidan Mandiri “Y”
Kabupaten Indramayu. Nurs News J Ilm Keperawatan. 2021;5(3):124–132. Available
at: https://doi.org/10.33366/nn.v5i3.2351.
17. Anggraini Y. Pengaruh Demografi dan Sosioekonomi pada Kejadian Kekurangan
Energi Kronik Ibu Hamil di Kota Metro Provinsi Lampung. J Kesehat [Internet].
2013;4(2):401–407. Available at:
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/84.
18. Angraini DI. Hubungan Faktor Keluarga dengan Kejadian Kurang Energi Kronis pada
Wanita Usia Subur di Kecamatan Terbanggi Besar. JK Unila. 2018;2(2):146–150.
https://doi.org/https://doi.org/10.23960/jkunila22146-150.
19. Simbolon D, Setia A, Sembiring AC, Wahyudi A. Karakteristik Keluarga, Kesehatan
Reproduksi dan Ukuran Lahir Anak pada Ibu Hamil dengan Riwayat Kurang Energi
Kronik. Penelit Kesehat Suara Forikes. 2022;13(3):828–834. Available at:
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.33846/sf13328.
20. Ihtirami. Gizi3. Molucca Medica [Internet]. 2021;14(4):11–21. Available from:
http://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/moluccamed
21. Faozi BF. Hubungan Paritas dengan Kejadian Kurang Energi Kronis. J Ilmu
Keperawatan Sebel April. 2022;4(1):18–23. Available at:
https://doi.org/ejournal.unsap.ac.id/index.php/jiksa.
22. Wubie A, Seid O, Eshetie S, Dagne S, Menber Y, Wasihun Y, et al. Determinants of
Chronic Energy Deficiency Among Non-pregnant and Non-lactating Women of
Reproductive age in Rural Kebeles of Dera District, North West Ethiopia, 2019:
Unmatched Case Control Study. PLos One. 2020;15(10):1–12. Available at:
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0241341.
23. Khayatunnisa T. Hubungan Antara Kurang Energi Kronis (KEK) dengan Kejadian
Anemia, Penyakit Infeksi, dan Daya Konsentrasi pada Remaja Putri. J Gizi dan Pangan
Soedirman. 2021;5(1):46–61. Available at:
https://doi.org/10.20884/1.jgipas.2021.5.1.3263.
24. Rini RF, Herutomo T, Haryanto I. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Uptd Puskesmas
Jatiluhur Purwakarta Tahun 2017. J Holist Heal Sci. 2018;2(1):36–43. Available at:
https://doi.org/https://doi.org/10.51873/jhhs.v2i1.23.
25. Fitrianingtyas I, Pertiwi FD, Rachmania W. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Abortus. J Media Kesehat. 2021;6(2):169–179. Available at:
https://doi.org/10.33088/jmk.v6i2.209.
26. Hafsah T, Prawitasari T, Djais JTB. Malnutrisi Rumah Sakit dan Asuhan Nutrisi
Pediatrik di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. J Gizi Klin Indones.
2019;16(2):47–57. Available at: https://doi.org/10.22146/ijcn.43090.
27. Nurwijayanti, Radono P, Fazrin I. Analisa Pengetahuan, Penyakit Infeksi, Pola Makan
terhadap Status Gizi pada Remaja di Stikes Surya Mitra Husada Kediri. J Gizi KH
[Internet]. 2019;1(2):70–75. Available at:
http://www.jurnal.gizikaryahusadakediri.ac.id/.
28. Aprilianti D, Purba JSR. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Asupan Energi dan Protein
Terhadap Risiko Kurang Energi Kronik (KEK). Pontianak Nutr J. 2018;1(1):36–39.
Available at: https://doi.org/2622-1705.
29. Telisa I, Eliza E. Asupan zat gizi makro, asupan zat besi, kadar haemoglobin dan risiko
kurang energi kronis pada remaja putri. AcTion Aceh Nutr J. 2020;5(1):80–86.
Available at: https://doi.org/10.30867/action.v5i1.241.
30. Fauziana S, Fayasari A. Hubungan Pengetahuan, Keragaman Pangan, dan Asupan Gizi
Makro Mikro Terhadap KEK Pada Ibu Hamil. Binawan Student J. 2020;2(1):191–199.
Available at: https://doi.org/10.54771/bsj.v2i1.107.
31. Nur, I. U. and Puspitasari, D.I. (2017) ‘Perbedaan Pengetahuan Gizi Prakonsepsi dan
Tingkat Konsumsi Energi Protein pada Wanita Usia Subur (WUS) Usia 15-19 Tahun
Kurang Energi Kronis (KEK) dan Tidak KEK di SMA Negeri 1 Pasawahan’, Jurnal
Kesehatan, 10(2), pp. 23–36. Available at: https://doi.org/10.23917/jurkes.v10i2.5527.
32. Putri MC, Angraini DI, Hanriko R. Hubungan Asupan Makan dengan Kejadian
Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan
Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. J Agromedicine [Internet].
2019;6(1):105–113. Available at:
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/agro/article/view/2260/pdf.
33. Aulia I, Verawati B, Dhilon DA, Yanto N. Hubungan pengetahuan gizi,ketersediaan
pangan dan asupan makan dengan kejadian kekurangan energi kronis pada ibu hamil. J
Doppler. 2020; 4(2): 106–111. Available at: https://journal.universitas
pahlawan.ac.id/index.php/doppler/article/view/983
34. Dictara AA, Angraini DI, Mayasari D, Aila K. Hubungan Asupan Makan dengan
Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukaraja Kota Bandar Lampung. Majority. 2020;9(2):1–6. Available at:
https://doi.org/2337-3776.
35. Alam S, Ansyar DI, Satrianegara MF. Eating pattern and educational history in women
of childbearing age. Al-sihah Public Heal Sci J. 2020;12(1):81-87.
https://doi.org/10.2425/as.v12i1.14185.
36. Dhiu E, Berek NC, Ruliati LP, Jutomo L, Ratu JM. Faktor yang Memengaruhi
Kejadian Kurang Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil. J Telenursing [Internet].
2022;4(2):958–967. Available at:
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/joting.v4i2.3897

Anda mungkin juga menyukai