Anda di halaman 1dari 2

EKSISTENSI DEMOKRASI, HAM, CIVIL SOCIETY DALAM BINGKAI

PEOBLEMATIKA NASIONAL
Demokrasi berasal dari bahasa yunani, demos berarti rakyat, dan kratein bermakna
kekuasaan. Karena kekuasaan itu ada dirakyat, maka rakyatlah yang berdaulat, oleh karena
itu demokrasi diartikan dengan kedaulatan rakyat. Kedaulatan mutlak dan Ke-Esaan Tuhan
yang terkandung dalam konsep tauhid dan peranan manusia yang terkandung dalam konsep
khalifah memberikan kerangka yang dengannya para cendekiawan belakangan ini
mengembangkan teori politik tertentu yang dapat dianggap demokratis. Di dalamnya
tercakup definisi khusus dan pengakuan terhadap kedaulatan rakyat, tekanan pada kesamaan
derajat manusia, dan kewajiban rakyar sebagai pengemban pemerintah.
Menurut Jack Donnley HAM {hak asasi manusia} adalah hak-hak yang dimiliki
manusia semata-mata karena ia manusia. Umat manusia mamilikinya bukan karena diberikan
kepadanya oleh masyarakat atau berdasarkan hukum positif melainkan semata-mata
berdasarkan martabatnya sebagai manusia.
Di Indonesia istilah civil society di artikan sebagai masyarakat madani yaitu, sebuah
tatanan masyarakat yang mengedepankan toleransi, demokrasi, dan keadaban. Masyarakat
madani mensyaratkan adanya toleransi dan menghargai akan adanya pluralism.
Wujud dari demokrasi pendidikan adalah dengan memberikan kesempatan yang sam
kepada sitiap anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah sesuai dengan kemampuannya.
Dengan demikian, tampaknya demokrasi pendidikan merupakan pandangan hidup yang
mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama didalam
berlangsungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik.
Selama ini memang sudah kewajiban pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan
telah menuju pada upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga secara konseptual
pemerintah telah melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan undang-undang.
Namun secara realitas masih cukup banyak diantara kelompok usia sekolah yang tidak atau
belum dapat menikmati pendidikan karena alasan tertentu baik karena ketidak terjangkauan
biaya, tempat, maupun kesempatan, sehingga hak mereka seolah “terampas” dengan
sendirinya.
Sebenarnya bangsa Indonesia telah menganut dan mengembangkan asas demokrasi
dalam pendidikan sejak diplomasikannya kemerdekaan hingga sekarang. Hal ini terdapat
dalam: UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5, 6, 7 dan pasal 8 ayat 1, 2 dan ayat 3.
Kita sepakati bahwa masyarakat baru yang kita cita-citakan untuk diwujudkan ialah
suatu masyarakat madani Indonesia {civil society}. Di dalam ilmu politik konsep civil
society telah mulai dikembangkan oleh para filosof sejak jaman Yunani Klasik. Pada
dasarnya hubungan antara individu dengan masyarakatnya berkisar pada suatu model atau
hubungan antara penguasa, yang dikuasai, cara untuk mencapai tujuan bersama dan tujuan itu
sendiri.
Civil society dalam perspektif pendidikan {Pendidikan Islam} adalah sebuah potensi
besar yang sesungguhnya dimiliki pendidikan Islam dalam pemberdayaan pendidikan rakyat
secara keseluruhan. Dengan kedekatannya kepada masyarakat Muslim. Pendidikan Islam
merupakan potensi dalam pembentukan civil society, masyarakat madani, pada tingkat akar
rumput kaum Muslimin. Dalam konsep ini, pendidikan Islam dapat menjadi sebuah wahana
“pendidikan kritis”, bagi rakyat yang membebaskan lapisan terbawah masyarakat dari
keterbelakangan dan kemiskinan. Disini, pendidikan Islam dapat menjadi lembaga
pendidikan penting dalam penanaman dan penumbuhan pendidikan demokrasi, yang
singkatnya secara substantive menyangkut sosialisasi, diseminasi dan aktualisasi konsep,
sistem, nilai, budaya dan praktik demokrasi melalui pendidikan, maka nilai-nilai dan
pengertian-pengertiannya harus dijadikan unsure yang menyatu dengan system pendidikan
kita, tidak dalam artian menjadikannya muatan kerikuler yang klise itu, tetapi dengan jalan
merasakannya dalam hidup nyata dalam system pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai