Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Civic Education


Civic education berasal dari bahasa inggris yaitu civic yang artinya kewarganegaraan1[2]
dan education yang artinya pendidikan.2[3] Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu program
pendidikan yang tujuan utamanya membina warga Negara yang lebih baik menurut syarat-syarat,
kriteria dan ukuran ketentuan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yang bahannya salah satunya diambilkan dari Ilmu Kewarganegaraan.3[4] Secara
bahasa istilah Civic Education oleh sebagian pakar diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia
menjadi pendidikan kewargaaan dan pendidikan kewarganegaraan. Istilah pendidikan kewargaan
diwakili oleh Azyumardi Azra dan tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) UIN
Jakarta sebagai pengembang Civic Education di perguruan tinggi yang pertama. Sedangkan
istilah pendidikan kewarganegaraan di wakili oleh Zamroni, Muhammad Numan Soemantri,
Udin S. Winataputra dan tim CICED (Center Indonesian for Civic Education), Merphin
Panjaitan, Soedijarto dan pakar lainya.4[5]
Istilah pendidikan kewargaan pada satu sisi identik dengan pendidikan kewarganegaraan.
Namun di sisi lain, istilah pendidikan kewargaan secara substantif tidak saja mendidik generasi
muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan kewajibanya dalam konteks
kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang merupakan penekanan dalam istilah pendidikan
kewarganegaraan, melainkan juga membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia
(Global Society), dengan demikian orientasi pendidikan kewargaan secara substantif lebih luas
cakupanya dari istilah pendidikan kewarganegaraan.
Sebagian ahli menyamakan Civic Education dengan pendidikan demokrasi dan pendidikan
HAM. Pendidikan demokrasi secara substansif menyangkut sosialisasi, diseminasi dan
aktualisasi konsep, sistem, nilai, budaya, dan praktek demokrasi melalui pendidikan. Sedangkan
pendidikan HAM mengandung pengertian sebagai aktivitas mentransformasikan nilai-nilai HAM
agar tumbuh kesadaran akan penghormatan, perlindungan dan penjaminan HAM sebagai suatu
yang kodrati dan dimiliki setiap manusia.
Menurut Azyumardi, pendidikan kewargaan adalah pendidikan yang cakupannya lebih luas
dari pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM, karena mencakup kajian dan pembahasan
tentang banyak hal : pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, hak dan
kewajiban warga negara, proses demokrasi, partisipasi aktif dan keterlibatan warga negara dalam
masyarakat madani.
Menurut Zamroni, pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis,
melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru tentang kesadaran bahwa
demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak masyarakat.
Menurut Sumantri pendidikan kewarganegaraan adalah suatu program pendidikan yang berusaha
menggabungkan unsur-unsur substantif dari komponen Civic Education diatas melalui model
pembelajaran yang demokratis, interaktif, humanis dalam lingkungan yang demokratis.5[6]
Dari definisi tersebut, semakin mempertegas pengertian civic education karena bahannya
meliputi pengaruh positif dari pendidikan di sekolah, pendidikan di rumah, dan pendidikan di
luar sekolah. Jadi, pendidikan kewargaan (Civic Education) adalah progam pendidikan yang
memuat bahasan tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubunganya dengan
Negara, demokrasi, HAM dan masyarakat madani (Civil Society) yang dalam implementasinya
menerapkan prinsip-prinsip pendidikan demokratis dan humanis.
Sedangkan Ilmu Kewarganegaraan adalah suatu disiplin ilmu yang objek studinya mengenai
peranan warga negara dalam bidang spiritual, sosial ekonomi, politis, yuridis, kultural dan
hankam sesuai dan sejauh yang diatur dalam Pembukaan dan UUD 1945. Dengan demikian,
apabila dicermati lebih jauh, Ilmu Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewarganegaraan memiliki
persamaan dan perbedaan. Persamaan antara Ilmu Kewarganegaraan dan Pendidikan
Kewarganegaraan terletak pada objek materinya, yakni warga negara, khususnya demokrasi
politik atau peranan warga Negara, hubungan warga Negara dengan Negara. Perbedaan Ilmu
Kewarganegaraan dan Pendidikan Kewarganegaraan terletak pada objek formanya atau fokus
perhatiannya. Ilmu Kewarganegaraan sebagai ilmu yang deskriptif, sehingga pusat perhatiannya
pada deskripsi peranan warga Negara dan hubungan warga negara dengan Negara. Pendidikan
Kewarganegaraan sebagai ilmu yang bersifat normatif, sehingga pusat perhatiannya terletak pada
pembinaan peranan warga negara atau pendewasaan warga negara.6[7]

B. Ruang Lingkup Civic Education


Materi Civic Education terdiri dari tiga materi pokok yaitu: demokrasi, HAM, dan
masyarakat madani.
1. Demokrasi
Kata demokrasi terkesan sangat akrab dan seakan sudah dimengerti begitu saja. Dalam
banyak perbincangan mulai dari yang serius sampai yang santai di meja makan kata demokrasi
sering terlontar. Secara etimologi “demokrasi” terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa
yunani yaitu demos yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan cratein yang berarti
kekuasaan atau kedaulatan.7[8] Jadi secara bahasa demos-cratein (demokrasi adalah keadaan
negara dimana dalam sistem pemerintahanya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan
tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, rakyat berkuasa, pemerintahan rakyat dan
kekuasan oleh rakyat. Sedangkan demokrasi menurut kamus besar bahasa indonesia berarti
(bentuk atau sistem) pemerintahan yang seluruh rakyatnya turut serta memerintah dengan
perantara wakilnya.8[9] Pemerintahan demokrasi yang tulen adalah suatu pemerintahan, yang
sungguh-sunguh melaksanakan kehendak rakyat yang sebenarnya. Akan tetapi kemudian
penafsiran atas demokrasi itu berubah menjadi suara terbanyak dari rakyat banyak.9[10]
Sedangkan menurt istilah demokrasi adalah sebagai suatu sistem bermasyarakat dan
bernegara serta pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan
rakyat baik dalam penyelenggaraan negara maupun pemerintahan. Kekuasaan pemerintahan
berada di tangan rakyat mengandung pengrrtian tiga hal:
a. Pemerintah dari rakyat (government of the people)
Mengandung pengertia yang berhubungan denngan pemerintahan yang sah dan diakui
(legitimate government) dan pemerintahan yang tidak sah dan tidak diakui (unlegitimate
government) di mata rakyat.
b. Pemerintahan oleh rakyat (government by people)
Pemerintahan oleh berarti bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaan atas nama
rakyat bukan atas dorongan diri dan keinginannya sendiri.
c. Pemerintahan untuk rakyat (government for people)
Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada pemerintah itu
dijalankan untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat harus didahulukan dan diutamakan di
atas segalanya.10[11]
2. HAM
Untuk memahami hakikat hak asasi manusia, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian
dasar tentang hak. Secara definitif “hak” merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai
pedoman berprilaku, melindungi kebebasaan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi
manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya.
Menurut Jan Materson (dari komisi HAM PBB) dalam Teaching Human Rights, United
Nations sebagaimana dikutip oleh tim ICCE UIN Jakarta dalam bukunya menegaskan bahwa
“(hak asasi manusia adalah hak-hakyang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia). Selanjutnya John Locke menyatakan bahwa hak asasi
manusia adalah yang diberikan langsung oleh tuhan yang maha pencipta sebagai hak yang
kodrati (Masyhur Effendi, 1994). Oleh karenanya , tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang
dapat mencabutnya. Hak ini sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi hdup dan kehidupan
manusia dan merupakan hal kodrati yang tak bisa terlepas dari dan dalam kehidupan manusia.
Dalam undang-undang (UU) Nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia pasal 1
disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.
Berdasarkan beberapa rumusan pengertian HAM di atas, diperoleh sutu kesimpulan bahwa
HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental
sebagai suatu anugerahAllah yang harus dihormati, dijaga dan dilindungi oleh setiap individu,
masyarakat atau negara.
Beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara
otomatis.
b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan
politik atau asal-usul sosial dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar
hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah negara membuat hukum yang
tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansour Faqih, 2003)11[12]
3. Masyarakat Madani
Dalam mendefinisikan terma masyarakat madani ini sangat bergantung pada kondisi sosio-
kultural atau suatu bangsa, karena bagaimanapun konsep masyarakat madani merupakan
bangunan terma yang lahir dari sejarah pergulatan bangsa eropa barat.
Zbigniew Rau dengan latar belakang kajianya pada kawasan Eropa Timur dan Uni Soviet
sebagaimana dikutip oleh tim ICCE UIN Jakarta ia mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
masyarakat madani adalah merupakan suatu masyarakat yang berkembang dari sejarah, yang
mengandalkan ruang di mana individu dan perkumpulan tempat mereka bergabung, bersaing satu
sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka yakini.12[13]
Terjemahan makna makna masyarakat madani ini, banyak diiukuti oleh cendekiawan dan
ilmuan Indonesia, seperti nurcholis majid, M. Dawam Raharjo, Azyumardi Azra dan sebagainya.
Dan pada prinsipnya konsep masyarakat madani adalah sebuah tatanan komunitas masyarakat
yang mengedepankan toleransi, demokrasi dan berkeadaban sesrta menghargai akan adanya
pluralisme.

Anda mungkin juga menyukai