Anda di halaman 1dari 40

SEJARAH LAHIRNYA KAUM TANI

Dalam perkembangan masyarakat indonesia kaum tani muncul sejak fase


masyarakat feodal, dimana kaum tani saat itu sebagai tani hamba dari tuan
tanah feodal yang menguasai tanah. Kaum tani bekerja menggarap lahan milik
tuan tanah feodal yang juga menganggap dirinya sebagai raja saat itu. Kaum
tani harus menyerahkan seluruh hasil tanah yang digarap dan hanya
mendapat bagian sesuai dengan kebijakan dari raja.

Karakter masyarakat feodal yang patuh dan tunduk terhadap kemauan raja,
kemudian kesadaran feodal yang menganggap raja sebagai “Manusia Pilihan”
dan “Utusan Tuhan”, sehingga harus di hormati dan menjadi tempat untuk
mengabdi. Kesadaran tersebut membuat kaum tani terbenam dalam
ketidakberdayaan dan menerima begitu saja, segala penderitaan yang dialami
merupakan sebuah takdir yang harus dijalani dengan penuh kesabaran dan
rasa syukur, atau sederhananya adalah istilah “Nrimo Ing Pandum”
DAN PERLAWANAN-NYA...

Namun bukan berarti kaum tani pada saat itu tidak sama sekali melakukan
perlawanan terhadap sistem ekonomi politik yang menindas dirinya,
penindasan yang mendalam menjadikan kaum tani melakukan berbagai
perlawanan, seperti menolak memberikan upeti, mambayar pajak,
bahkanperlawanan secara berkelompok, meskipun mudah terpatahkan oleh
kekuatan raja.
MASSA PENJAJAHAN
(Sistem Tanam Paksa-Agrarische Wet)

Pada masa VOC, Muncul perlawanan yang dikenal dengan perang jawa, Bukan
semata-mata karena kepahlawanan pangeran diponegoro, karena ajakan
perang pengeran diponegoro tidak akan disambut massa luas jika rakyat tidak
memendam kemarahan besar terhadap belanda. Perang jawa yang meluas di
kawasan jawa dan bertahan selama 5 tahun serta mengakibatkan kerugian
yang amat besar bagi pemerintahan belanda tidak terlepas dari peranan
massa rakyat yang memilih untuk melawan penjajahan.

Kemudian pemerintah belanda menerapkan Sistem Tanah Paksa (STP) yang


bertujuan untuk menutupi kerugian finansial yang dialami akibat perang jawa
selama 5 tahun, kaum tani di Indonesia harus menyerahkan 1/5 tanah
garapannya untuk ditanami tanaman ekspor seperti teh, kopi, vanili, tembakau
dan lain-lain untuk di ekspor ke pasar dunia. Tercatat sampai akhir tahun
1870, keuntungan yang diperoleh pemerintah Belanda mencapai 725 juta
gulden
DIMULAINYA MASSA (Agrarische Wet)

Penderitaan akibat penindasan STP di luar batas kemanusiaan, dijawab oleh


para petani, buruh tani, kaum herediensten (pekerja) dengan pemberontakan,
pemogokan dari bentuk yang paling damai hingga bentuk yang paling keras
dan berdarah.

Selanjutnya di era 1870 hingga 1990 adalah era terpenting di mana


berlangsung transisi besar-besaran negara dan kekuatan kapitalis persaingan
bebas besar di Eropa Barat seperti Inggris dan Perancis, menjadi negeri dan
kekuatan kapitalis monopoli dunia atau imperialisme. Perkembangan ini terus
berlangsung hingga Sistem Kapitalisme Persaingan bebas mengalami
kebangkrutan total ketika krisis tahun 1900-1903 dan kapitalisme monopoli
berkuasa atas seluruh sistem kemasyarakatan yang berlaku di dunia.

Sistem Tanam Paksa dinyatakan berakhir dan kemudian digantikan dengan


dikeluarkan undang-undang agraria colonial Tahun 1870: Agrarische wet de
Waal (de Waal adalah menteri urusan jajahan saat itu)
AGRARISCHE WET DE WAAL

Agrarische wet de Waal mulai dijalankan sejak tahun 1870 dengan azas
Domeinverklaring yang isi pokoknya: “semua tanah yang tidak terbukti dimiliki
dengan hak eigendom adalah kepunyaan negara”. Undang-undang ini pada
hakekatnya adalah pengakuan terhadap hak milik perseorangan (eigendom)
dengan memberikan sertifikat terhadap tanah garapan sebagai perlindungan
hukum. Di sisi lain, tanah-tanah yang tidak digarap adalah tanah milik negara,
dalam hal ini pemerintahan kolonial. Tanah inilah yang kemudian diberikan
kepada para investor asing, dan juga mereka dijamin haknya untuk menyewa
tanah-tanah milik penduduk sekaligus dapat menjadi buruhnya.

Salah satu isi UU Agraria colonial yang paling reaksioner adalah memberi
peluang kepada pemodal asing untuk menyewa tanah dari penduduk
Indonesia seperti dari Inggris, Belgia, Amerika Serikat, Jepang dan membuka
perkebunan, pertanian dalam skala yang lebih besar lagi. Inilah yang
mendorong lahirnya kelas baru di Indonesia, yaitu klas Proletar (buruh)
AGRARISCHE WET DE WAAL

Sejarah mencatat bahwa semenjak perang Diponegoro selesai


pada tahun 1830 hingga pergerakan nasional pada tahun 1908,
diperkirakan terdapat lebih dari 100 pemberontakkan atau
keresahan petani.

Seperti Pemberontakan Petani Banten 1888, namun


pemberontakkan tersebut dapat ditumpas dengan mudah karena
seperti halnya karakter gerakan perlawanan kaum tani sebelum
abad 20, masih bersifat lokal, kedaerahan dan dipimpin oleh
tokoh feodal lokal.
LAHIRNYA ORGANISASI KAUM TANI

Pada Awal abad-20, lahir ISDV yang memang sedari awal memiliki garis anti
kolonialisme dan banyak mempelopori lahirnya organisasi klas buruh seperti
VSTP, serikat buruh kereta api. Kaum tani juga kemudian memiliki
organisasinya yaitu Serikat Buruh Tani dan Perkebunan, yang pada
perkembangannya berdiri sendiri-sendiri yaitu Serikat Buruh Tani dan Serikat
Buruh Perkebunan.

Pada tahun 1926 meletuslah pemberontakan nasional kaum tani bersenjata.


Pemberontakkan 1926 ini bertujuan untuk menghancurkan kolonialisme dan
juga sisa-sisa feodalisme. Berbeda dengan perlawanan kaum tani sebelum
abad 20, pemberontakkan 1926 memperlihatkan karakter nasional dan
telah dipimpin oleh klas buruh.
Kemudian pasca 1926 sampai kependudukan Fasisme Jepang, gerakan kaum
tani mengalami pengawasan dan penekanan yang ketat dan keras dari
Kolonialisme, karena kekhawatiran muncul kembali perlawanan dan
pemberontakkan dari kaum tani.

Sehingga tidak sedikit yang kemudian ditangkap, disiksa dan dipenjarakan.


Namun demikian tidak menghalangi kaum tani untuk tetap bergerak, dan
puncaknya ketika Revolusi Nasional 17 Agustus 1945

Di banyak tempat terbentuk laskar tani di samping laskar rakyat yang lain
seperti laskar pesindo, laskar buruh, laskar minyak dan lain-lain. Demikian
juga ketika terjadi agresi Belanda dan kedatangan Sekutu selama kurun waktu
1945-1948, kaum tani juga turut aktif dalam perlawanan rakyat bersenjata.
MASSA KEMERDEKAAN 1945 - 1966

Pada bulan November 1945, diselenggarakan kongres petani yang pertama


dan melahirkan Barisan Tani Indonesia (BTI). Kemudian disusul Rukun Tani
Indonesia (RTI) dan Sarekat Kaum Tani Indonesia (Sakti). Pada tahun 1947
berdiri Serikat Tani Islam Indonesia (STII) yang disponsori oleh Masyumi.
Menyusul PETANI yang banyak dinilai dekat dan PNI dan PETANU yang dekat
dengan NU.

Program perjuangan dari organisasi tani khususnya BTI, RTI dan Sakti yang
dikemudian hari meleburkan diri menjadi BTI digariskan dengan tegas yakni
anti imperialisme dan juga anti feodalisme dengan memperjuangkan
terlaksananya land reform. Organisasi tani inilah yang secara aktif menuntut
nasionalisasi perusahaan asing dan pelaksanaan secara konsisten UUPA
1960.
PROSES LAHIRNYA
UU POKOK AGRARIA NO. 5 TAHUN 1960

 Pada 1948 pemerintah membentuk Panitia Agraria Yogya, Namun, usaha


tersebut kandas karena pergejolakan politik yang keras

 Kemudian di bentuk kembali Panitia Agraria Jakarta 1952, Panitia Suwahyo


1956, Panitia Sunaryo 1958, dan Rancangan Sadjarwo 1960

 Setelah Peristiwa Tanjung Morawa, pemerintah mengeluarkan UU Darurat


No 8 tahun 1954 tentang pemakaian tanah perkebunan hak erfpacht oleh
rakyat. Pendudukan lahan tak lagi dianggap sebagai pelanggaran hukum
LAHIRNYA
UU POKOK AGRARIA NO. 5 TAHUN 1960

 Setelah pergulatan selama 12 tahun, melalui prakarsa Menteri Pertanian


Soenaryo, kerjasama Departemen Agraria, panitia AD HOC DPR, dan
Universitas Gadjah Mada membuahkan rancangan UU Agraria. RUU
tersebut disetujui DPR pada 24 september 1960 sebagai UU no 5 tahun
1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria atau dikenal dengan
undang-undang pembaruan agraria (UUPA).

 UU Pokok Agraria menjadi titik awal dari kelahiran hukum pertanahan yang
baru mengganti produk hukum agraria kolonial. Prinsip UUPA adalah
menempatkan tanah untuk kesejahteraan rakyat. UUPA mengatur
pembatasan penguasaan tanah, kesempatan sama bagi setiap warga
negara untuk memperoleh hak atas tanah, pengakuan hukum adat, serta
warga negara asing tak punya hak milik. Tanggal ditetapkannya UUPA, yakni
24 september, kemudian diperingati sebagai “Hari Tani”. Melalui Keppres
Nomor 169 Tahun 1963 di tetapkan oleh Presiden Soekarno.
UU POKOK AGRARIA NO. 5 TAHUN 1960

UUPA 1960 menggantikan hukum agraria kolonial atau Agrarische Wet


merupakan upaya untuk menghancurkan ketimpangan tanah untuk
kedaulatan negara atas tanah sesuai amanat UUD 1945 pasal 33. dimana
dalam undang-undang tersebut mengatur hak atas kepemilikan tanah rakyat,
termasuk petani. Secara umum, hak menguasai bumi, air, dan ruang angkasa,
termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya di kuasai negara.
Negara dapat memberikan hak tersebut kepada perorangan, kelompok,
maupun badan hukum. Akan tetapi, agar tidak merugikan kepentingan umum,
kepemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas tidak
diperkanakan. Bahkan, dikatakan bahwa semua hak atas tanah mempunyai
fungsi sosial.

Meskipun UUPA 1960 tidak menjadi jawaban secara menyeluruh atas


persoalan kaum tani dan rakyat. Akan tetapi, Undang-undang tersebut cukup
progresif pada saat itu, karena berbicara persoalan kongkrit kaum tani.
SKEMA LANDREFORM MENURUT UU PA

Skema Land Reform

1. Redistribusi Tanah ke setiap keluarga petani minimal 2 hektar bagi yang


tidak memiliki tanah atau tanahnya dibawah 0,5 hektar
2. Pembatasan penguasaan tanah pertanian, bagi daerah penduduknya padat
: 5 hektar (tanah basah) dan 6 hektar (tanah kering), bagi daerah
penduduknya tidak padat : 15 hektar (tanah basah) dan 20 hektar (tanah
kering)

Kelemahannya

1. Luas maksimum penguasaan tanah tidak berlaku untuk: Yang dikuasasi


dengan Hak Guna Usaha yang didapat dari pemerintah, Yang dikuasai oleh
badan-badan hukum
2. UU PA 1960 tidak bisa menyasar monopoli tanah secara keseluruhan, dan
masih ada HGU (Hak Guna Usaha), HGB (Hak Guna Bangunan).
MASSA ORDE BARU SOEHARTO

Periode ini menandai awal dari sebuah masa kemunduran gerakan tani dan
surutnya organisasi-organisasi tani. Pada awal naiknya orde baru, banyak
anggota BTI yang dibunuh oleh pemerintahan Soeharto dengan tuduhan
komunis. Hal tersebut menimbulkan trauma panjang di kalangan kaum tani
untuk bangkit dan membangun gerakan tani. Hal tersebut merupakan strategi
orde baru untuk melumpuhkan gerakan tani di Indonesia.

Pasca 1966, orde baru mempraktekkan kebijakan yang sangat mengekang


kebebasan berorganisasi bagi kaum tani. Satu-satunya organisasi yang
„direstui‟ oleh orde baru adalah HKTI, dan apabila kaum tani menolak masuk
HKTI atau mendirikan organisasi sendiri maka akan dicap sebagai
pembangkangan terhadap pemerintah. Belum lagi ada UU Penanaman Modal
Asing No/ 1 Tahun 1967 sehingga menenggelamkan UU Pokok Agraria yang
progresif untuk Landreform.
LANJUTAN..

Selama 32 tahun, kaum tani di Indonesia dibuat buta tentang politik dan
menganggap hal yang tabu untuk berbicara atau berurusan dengan politik.
Protes dan ketidakpuasan petani juga banyak dihadapi dengan kekerasan oleh
orde baru, sehingga menimbulkan ketakutan yang mendalam di kalangan
kaum tani. Dapat dikatakan, selama Soeharto berkuasa, gerakan tani
mengalami kemunduran yang luar biasa.

Kebijakan orde baru banyak mengabdi pada kepentingan imperialisme,


borjuasi komprador dan tuan tanah besar. Akibatnya sangat merugikan kaum
tani dan mengantarkan petani dalam penderitaan akibat praktek perampasan
dan penggusuran tanah rakyat dengan berbagai dalih seperti untuk
kepentingan pembangunan, perkebunan, perhutani dan perusahaan, untuk
pembangunan perumahan mewah dan industri, diambil alih militer dan lain
sebagainya. Selama kurun waktu 30 tahun mulai 1970 sampai dengan tahun
2000, tercatat telah terjadi tidak kurang dari 1753 kasus sengketa tanah yang
menghadapkan kaum tani dengan negara maupun pengusaha dan militer.
LANJUTAN..

Selama 32 tahun, kaum tani di Indonesia dibuat buta tentang politik dan
menganggap hal yang tabu untuk berbicara atau berurusan dengan politik.
Protes dan ketidakpuasan petani juga banyak dihadapi dengan kekerasan oleh
orde baru, sehingga menimbulkan ketakutan yang mendalam di kalangan
kaum tani. Dapat dikatakan, selama Soeharto berkuasa, gerakan tani
mengalami kemunduran yang luar biasa.

Kebijakan orde baru banyak mengabdi pada kepentingan imperialisme,


borjuasi komprador dan tuan tanah besar. Akibatnya sangat merugikan kaum
tani dan mengantarkan petani dalam penderitaan akibat praktek perampasan
dan penggusuran tanah rakyat dengan berbagai dalih seperti untuk
kepentingan pembangunan, perkebunan, perhutani dan perusahaan, untuk
pembangunan perumahan mewah dan industri, diambil alih militer dan lain
sebagainya. Selama kurun waktu 30 tahun mulai 1970 sampai dengan tahun
2000, tercatat telah terjadi tidak kurang dari 1753 kasus sengketa tanah yang
menghadapkan kaum tani dengan negara maupun pengusaha dan militer.
POLITIK PANGAN REVOLUSI HIJAU 1977
 Mengakibatkan kerusakan lingkungan dan ekologis yang diakibatkan oleh
penggunaan pupuk anorganik dan pestisida yang berlebihan.
 Revolusi Hijau dianggap lebih memberikan keuntungan kepada pemodal
yang memiliki benih, pupuk dan pestisida serta peralatan modern yang
diganakan dalam pertanian.
 Melalui Revolusi Hijau, benih menjadi komoditas komersial dan privat.
Dalam setiap musim tanam, petani harus membeli benih kepada industri
pertanian. Revolusi Hijau juga telah menggusur tidak saja ribuan jenis atau
varietas padi tradisional tetapi juga merampas keseluruhan tanaman padi
yang asal muasalnya berada di tangan petani Dunia Ketiga.
 Revolusi Hijau juga telah melanggengkan konsep pembangunan yang
berbasis hutang dan memunculkan ekonomi rente. Pengadaan berbagai
sarana dan infrastruktur pertanian seperti bibit, pupuk dan pestisida,
semuanya bersumber dari penjaman Bank Dunia.
KEADAAN SAAT INI..
 Sistem usang (Imperialisme) yang eksis di dunia dan terbukti selalu
mengalami krisis, hanya melahirkan penindasan dan penghisapan bagi
seluruh rakyat di dunia.

 Pada 2019 lalu sebelum terjadinya pandemi, IMF (International Monetary


Fund / Penyedia Dana Moneter International) telah memberikan sinyal
bahwa akan terjadi krisis ekonomi global di tahun 2020. Krisis global yang
terjadi tidak lain disebabkan oleh overproduksi akibat anarki produksi.

 Meski ekonomi global mengalami kenaikan di tahun 2021 ini, itu hanyalah
ekonomi yang dipegang oleh para imperialis, dimana kenaikan itu adalah
kenaikan semu, dan tidak dirasakan rakyat. Di kuartal II 2021 ini, berbagai
negara maju mengalami kenaikan cukup besar, seperti AS 12,2%, Cina
7,9% dan Uni Eropa 13,2%, kenaikan tersebut, didapatkan dengan
mamasifkan investasi ke negera dunia ketiga, untuk mendapatkan
sumberdaya alam sebagai bahan dasar industrinya, dan dengan skema
penjualan vaksin ke negara-negara dunia ketiga.
KEADAAN SAAT INI..
 International Labour Organization atau ILO mengungkapkan Sedikitnya 220
juta orang di seluruh dunia diperkirakan masih menganggur tahun ini dan
PHK terkait pandemi tidak akan memungkinkan sampai setidaknya 2023.
Kemudian dalam risetnya ILO memproyeksikan kesenjangan pekerjaan
akibat krisis global ini akan mencapai 75 juta pekerja pada 2021, sebelum
menurun ke angka 23 juta pada 2022.
 Dalam laporan Poverty and Shared Prosperity Report, Bank Dunia
mengatakan di 2020, kemiskinan kronis global bertambah 88-115 juta
orang, dan di 2021 bertambah lagi 23-35 juta orang. Selain itu, resesi di
tahun 2020 mengakibatkan 70-100 juta orang masuk ke jurang
kemiskinan ekstream.
 Imperilaisme mengoptimalkan ekspor kapital seperti bantuan hutang /
investasi, IMF paket bantuan US$ 50 miliar (Rp 708 triliun) guna membantu
negara-negara berkembang untuk memerangi penyakit pandemi covid-19.
Inisisasi oleh imperialisme AS mengumumkan program bantuan US$ 12
miliar (Rp 170 triliun) untuk membantu negara-negara miskin berurusan
dengan konsekuensi kesehatan dan ekonomi dari epidemi
PROBLEMATIKA KAUM TANI
 Monopoli Tanah Oleh Perkebunan Multinasioanal

- Menurut data yang di himpun Global People’s Summit on Food Systems,


para perusahaan perkebunan global, mengoperasikan setidaknya 70% dari
lahan pertanian global.

- Di asia, perusahaan asing terlibat dalam 76% transaksi yang mengubah


lahan menjadi pertambangan, infrastruktur, atau mengekspor perkebunan
tanaman komersial

- Monopoli industri oleh imperialisme, Beberapa perusahaan multinasional


besar seperti Cargill yang merupakan raksasa produksi pertanian dan
pangan asal Amerika Serikat, kemudian Archer Daniels Midland Company
yang memiliki lebih dari 270 pabrik dan 420 fasilitas pengadaan tanaman
untuk mengolah biji-bijian, minyak sayur menjadi makanan dan minuman,
produk nutraceutical, industri dan pakan ternak
AKIBATNYA...
 Monopoli Tanah Oleh Perkebunan Multinasioanal

- Perkebunan besar ini menyalurkan makanan ke dalam rantai pasokan


global korporat yang mengeksploitasi, serta di satu sisi mengabaikan nasib
petani kecil.
- Para petani yang memproduksi makanan untuk rakyat di seluruh dunia,
selalu terancam kekurangan bahan pangan.
- Meskipun mereka berhasil memproduksi pangan secara masal, namun
ancaman kelaparan dan kemiskinan di dunia terus meningkat. Laporan
yang disusun oleh sejumlah badan PBB, yakni Organisasi Pangan dan
Pertanian (FAO), Program Pangan Dunia (WFP), Dana Internasional untuk
Pengembangan Agrikultural (IFAD), UNICEF, dan Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menunjukkan tingkat kelaparan meningkat 18%, di mana jumlah
orang yang menghadapi kelaparan di tahun 2020 bertambah 118 juta lebih
banyak dibandingkan tahun 2019.
- Diperkirakan total 768 juta orang di dunia atau hampir 10% populasi dunia
menghadapi kelaparan
AKIBATNYA...
 Monopoli Tanah Oleh Perkebunan Multinasioanal
- Anak-anak di dunia juga mengalami stunting, sekitar 149 juta anak di bawah
usia 5 tahun diperkirakan mengalami stunting karena terlalu pendek untuk
usianya dan lebih dari 45 juta anak memiliki berat badan yang terlalu kecil
dibandingkan dengan tinggi badan mereka. Karena produksi pangan secara
massal ini tak bisa di jangkau oleh rakyat dunia yang hidup dalam jurang
kemiskinan, karena produksi massal yang dilakukan hanyalah untuk
keuntungan untuk kapital-monopoli internasional. Akan tetapi, disisi lain hal
tersebut membawa dampak yang cukup besar, seperti kerusakan alam dan
bencana alam.
- Kemudian monopoli industri juga berdampak terhadap kaum tani yang
dihadapkan dengan biaya produksi yang mahal. Menurut dw.com saat ini
empat perusahaan, yakni Bayer, Corteva, ChemChina, dan Limagrain
mengendalikan lebih dari 50% benih dunia. Sementara menurut catatan
Institute for Nation and Democracy Studies (INDIES) ada enam perusahaan
mengontrol 75% sampai dengan 80% dari pasar pestisida global, monopoli
produk pertanian tersebut seringkali menjerumuskan petani dalam praktek
peribaan yang menghisap kaum tani di pedesaan
DOMINASI & KRISIS IMPERIALISME
MEMPERPARAH PENGHIDUPAN RAKYAT

- Tercatat, selama 2020 saja, World Bank memberikan hutang sebesar 700
juta USD, kemudian ada Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dengan
total 1,245 miliar USD, ditambah lagi, pada 2021, World Bank menambah
hutangnya 500 juta USD kepada Indonesia.

- Pemberian hutang ini, bukanlah murni kebaikan dari lembaga-lembaga


donor dana internasional tersebut. Namun, adalah skema agar investasi
bisa masuk ke Indonesia, sebagai balas budi rezim kepada imperialisme itu
sendiri. Terbukti, pada Januari – Juni 2021 saja, investasi di Indonesia
mencapai Rp 442,8 triliun, atau naik 10% dari periode tahun lalu,
 Dominasi & Krisis Imperialisme memperparah penghidupan rakyat
- Investasi yang di gembar-gemborkan sebagai jalan kesejahteraan rakyat,
terbukti menjadi mitos besar. Pasalnya, dengan total investasi tersebut,
hanya menyerap 620.000 orang tenaga kerja. Artinya, tiap Rp. 714,1 juta
investasi yang masuk, hanya menghasilkan 1 lapangan pekerjaan.
- Akibat banyaknya PHK di sektor buruh, pembatasan kegiatan untuk para
pedagang kecil, serta perampasan dan monopoli lahan di sektor kaum tani.
Di Maret 2021 saja, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,54
juta orang.
- melalui Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), negara mempromosikan investasi di sektor sumber daya alam,
seperti investasi industri baterai listrik yang mencapai 9,8 miliar USD dan
70 ribu ton bubuk alumina yang bernilai US$21 juta. Padahal, investasi
bukan sama sekali menjadi jalan kesejahteraan, dan malah semakin
menenggelamkan nasib rakyat, terutama klas buruh dan kaum tani pada
jurang kemlaratan.
PROBLEM POKOK & SITUASI KAUM TANI DI
REZIM JOKOWI-MA

1. Monopoli Sumber Daya Alam, Termasuk Tanah


2. Monopoli dan Mahalnya Harga Sarana
Produksi Pertanian
3. Perampasan Lahan & Tindakan Fasis Yang
Kejam Dari Pemerintah
 Monopoli Sumber Daya Alam, Termasuk Tanah
- Tercatat, Perhutani adalah tuan tanah terbesar yang memonopoli lahan di
Indonesia, dengan luasan monopoli mencapai 3,6 Juta Ha, belum lagi PTPN
yang menguasai 1,18 Juta Ha, dengan kuasa lahan super besar yang
dimiliki, membuat kedua perkebunan besar ini menjadi penyedia setia bagi
kebutuhan bahan mentah perusahaan-perusahaan milik imperialisme AS.
- Di Jawa Timur sendiri, Lahan milik Perhutani mencapai 1.123.666,67 Ha,
dengan luasan terbesar di Banyuwangi (114.659,45 Ha), Bojonegoro
(92.097,2 Ha) dan Malang (86.637,7 Ha). Maka dari itu, kaum tani di Jawa
Timur sangat rentan dengan konflik agraria, terutama sengketa dengan
Perhutani dan PTPN.
- Monopoli oleh perkebunan-perkebunan swasta milik borjuasi komprador,
seperti Sinar Mas Grup, Wilmar Grup, Bakrie Grup, Astra Agro Lestari, dll,
yang jika di akumulasikan, luasan lahan yang dikuasai para borjuasi
komprador ini mencapai 6,4% dari total luas daratan yang ada di indonesia
- monopoli lahan akan lebih luas lagi, mengingat rezim Jokowi mempunyai
program baru, yaitu Food Estate, dengan total lahan mencapai 2.520.862
Ha, beberapa perusahaan yang berminat untuk investasi antara lain, PT.
Indofood, PT. Calbewings, PT. Champ, PT. Semangat tani maju bersama, PT.
Agra garlica, PT. Agri indo sejahtera dan PT. Karya tani semesta.
 Akibat Monopoli Sumber Daya Alam, Termasuk Tanah

- Besarnya monopoli lahan tersebut, menjadi jawaban, atas kemlaratan


kaum tani yang terjadi turun-menurun, pasalnya, disaat negara menjadi
tuan tanah dan rajin memberi izin penggunaan lahan untuk perkebunan
besar, tanah yang dimiliki kaum tani justru sangat kecil, tercatat, menurut
Bapenas, rata-rata kaum tani hanya memiliki lahan 0,86 Ha, ini belum
termasuk petani gurem yang tidak memiliki lahan sama sekali. Bahkan, di
Jawa Timur, petani gurem jumlahnya mencapai 50%.
 Mengenai Reforma Agraria Palsu Jokowi
Kemudian, solusi yang menjadi andalah rezim Jokowi adalah Perpres Nomor
86 tahun 2018. Dalam perpres ini, dijelaskan bahwa rezim mempunyai dua
program andalan sebagai jawaban atas kemlaratan kaum tani, yaitu Reforma
Agraria-Perhutanan Sosial (RAPS), dan Percepatan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL, atau lebih akrab dinamakan sertifikasi tanah).

- Program yang pertama, yaitu RAPS, adalah skema pemberian izin


penggunaan lahan eks-HGU, pelepasan kawasan hutan (milik Perhutani),
tanah terlantar, dan tanah milik negara lainnya. Namun, program RAPS
tersebut, bukanlah pemberian secara cuma-cuma negara kepada kaum
tani, akan tetapi dengan pajak yang bervariasi, seperti dalam konteks
pelepasan kawasan hutan milik Perhutani, kaum tani dipaksa untuk
membayar pajak tinggi, pungutannya bervariasi, antara Rp.400.000 –
Rp.800.000 per Hektar per musim, atas penggunaan lahan tersebut.
- Program yang kedua, adalah PTSL atau sertifikasi lahan. Sekilas, program
ini disambut begitu baik oleh masyarakat, yang sebelumnya selalu
terkendala aturan administrasi dan mahalnya pengurusan serifikat lahan.
Namun, program ang di sebut sebagai keberhasilan rezim Jokowi ini,
ternyata adalah bagian dari skema soft land-grabbing (perampasan lahan
secara halus), yaitu, sebagai syarat kemudahan perampasan lahan.
Karena, jika tanah sudah mempunyai sertifikat, akan lebih mudah untuk
merampas, dengan dalih pembangunan, kamudian, sertifikat tanah bisa
menjadi jaminan atas hutang di Bank, dan jika rakyat tidak mampu
membayar cicilannya, maka yang terjadi adalah perampasan lahan.
 Monopoli dan Mahalnya Harga Sarana Produksi Pertanian

- Tentang monopoli dan mahalnya harga sarana produksi pertanian, hal ini
sangat terasa kongkrit menjadi masalah mendasar di kaum tani, seperti
mahal dan langkanya pupuk, bibit, dan pestisida. Menyoal mahal dan
langkanya pupuk, sebenarnya adalah salah satu skema pencabutan subsidi
sosial yang dilakukan oleh rezim Jokowi-MA, pasalnya subsidi pupuk setiap
tahun selalu turun, di 2019 alokasi subsidi pupuk sebesar Rp 34,3 triliun,
di 2020, turun menjadi Rp 29,7 triliun, dan tahun 2021 ini menjadi Rp
25,27 triliun. Alhasil, ini menjadi jawaban kemaran kaum tani yang selalu
terjadi akibat problem mahal dan langkanya pupuk.
 Rendahnya Nilai Hasil Produksi Pertanian

- Kemudian, rendahnya nilai hasil produksi pertanian yang berbalik dengan


mahalnya biaya produksi dan kebutuhan pokok, terjadi memang lahan yang
dimiliki kaum tani hanya sekitar 0,86 Ha, kondisi kaum tani semakin
diperparah dengan penghisapan tengkulak, pengijon dan berbagai bentuk
parasit baik kelompok ataupun individu yang menjalankan sistem peribaan
dalam menghisap kaum tani di pedesaan. Sementara dilain sisi, harga hasil
produksi pertanian tidak pernah menunjukkan kenaikan yang signifikan.
 Perampasan Lahan & Tindakan Fasis Yang Kejam Dari Pemerintah

- Data dari Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) menyebutkan terjadi 241


letusan konflik agraria di 2020, dengan luasan wilayah konflik mencapai
624.272,711 hektar. Jumlah masyarakat terdampak konflik agraria tahun
ini sebanyak 135.332 KK yang tersebar di 359 desa, di seluruh provinsi di
tanah air.
- Konflik di sektor perkebunan meningkat 28% dan sektor kehutanan 100%
- Kemudian, kaum tani yang di kriminalisasi mencapai 134, kasus
penganiaayaan 19 kasus, dan 11 kaum tani harus tewas karena konflik ini,
pelaku kriminalisasi, penganiayaan dan pembunuhan terhadap kaum tani
yang berjuang atas tanah, mayoritas adalah Polisi (46 kasus), TNI (22
kasus), Satpam/Preman (20 kasus, dan Satpol PP (9 kasus).
- Ini memperjelas watak dari rezim fasis Jokowi-Amin yang hanya
menghamba pada tuanya imprealisme dan tuan tanah besar komprador,
dalam memuluskan skema pertanian terbelakang yang hanya menghisap
dan mengeksploitasi tanah rakyat.
- Alih fungsi lahan di Gresik Selatan dan Utara menjadi Industri Baru atau
Real Estate. Bahkan di Gresik seperti Tebalo terdapat rakyat tak memiliki
tanah, sehingga menduduki tanah milik PT. KAI.
 Tindakan Fasis Yang Kejam Dari Pemerintah
- Klas buruh di Indonesia, juga mengalami tindasan keji dari imperialisme
dan para borjuasi komprador, yaitu dengan skema politik upah murah, dan
tingginya angka PHK yang mencapai jutaan kasus. Apalagi, diperparah
dengan UU 11/2020 tentang Cipta Kerja, yang malah semakin
mempermudah skema kerja kontrak, pemangkasan uang pesangon, dan
kemudahan PHK terhadap klas buruh. Di Gresik sendiri, ribuan buruh PT
Newera Rubberindo, terus berjuang melawan PHK dan gaji yang belum
dibayarkan sejak awal 2021.
- Kemudian, nasib pemuda Indonesia juga terus larut dalam jurang
ketidakpastian masa depan, dengan komersialisasi pendidikan yang terus
dilanggengkan, yang ditandai mahalnya biaya pendidikan, membuat
sebagian besar pemuda Indonesia tidak mampu merasakan pendidikan
tinggi. Bahkan, yang tengah menempuh pendidikan tinggi pun, harus rela
putus kuliah, Kemendikbud mencatat di 2020 angka putus kuliah
mencapai 50 %.
- Lulusan Pergururuan Tinggi di Gresik setidaknya menghabiskan
pembiayaan 35 – 59,8 Juta sampai lulus
 Tindakan Fasis Yang Kejam Dari Pemerintah
- Gresik capaian investasi pada semester I 2021 mencapai 4,7 triliun rupiah.
Angka ini diprediksi akan semakin meningkat, karena Gresik akan menjadi
surga investor dengan ditetapkannya JIIPE (Java Integrated and Ports
Estate) menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yang diprediksi akan
menarik investasi sebesar 16,9 miliar USD.
- Di Gresik pula, jumlah penduduk miskin masih sangat tinggi, yaitu 164.005
jiwa atau sekitar 12,40 % dari total penduduk, persentase kemiskinan ini
pula, di ukur dengan Garis Kemiskinan (GK) sebesar Rp. 492.628,00
perkapita. Padahal, kita tahu bahwa ukuran tersebut masuk dalam kategori
sangat miskin dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak Konflik Agraria terhadap
Pemuda-Mahasiswa

- Hilangnya Lapangan Pekerjaan


- Menjamurnya Upah Buruh Murah
- Pendidikan Yang Sulit Dijangkau
Apa yang harus dilakukan oleh kaum tani, klas
buruh, Pemuda mahasiswa dan rakyat?

1. Penyadaran Massa Rakyat akan monopoli sumber daya alam yang


semakin massive
2. Perkuat Perlawanan kaum tani dan rakyat terhadap monopoli tanah dan
perampasan tanah
3. Jadikan Organisasi sebagai alat perjuangan sekaligus sebagai alat
meningkatkan kesadaran untuk menggelorakan perlawanan yang lebih
maju
4. Dengan terus berupaya memperbesar organisasi dan memperkuat
persatuan, tentunya menjadi modal yang penting untuk terus melancarkan
perjuangan melawan perampasan dan monopoli tanah
5. Secara bersamaan akan terus mempromosikan arti pentingnya reforma
agraria sejati dalam setiap usaha mempertahankan tanah dengan terus
mengelola secara mandiri setiap jengkal tanah yang telah berhasil
dimenangkan dalam setiap perjuangan.
Jalan Keluar Atas Permasalahan Agraria

Laksanakan Reforma Agraria Sejati &


Laksanakan Industri Nasional Yang Kuat dan
Mandiri

Perkuat persatuan Pemuda-Mahasiswa dengan Kaum Tani, Klas Buruh dan


rakyat tertindas di indonesia.
Berjuang bersama rakyat untuk melawan seluruh ilusi dari rezim jokowi-amin
dan bersama untuk mewujudkan Reforma agraria sejati

Anda mungkin juga menyukai