bidang
SOSIAL
Aulia Asmarani
Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi
International Women University
H a l a ma n 77
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.13 No. 1 Aulia Asmarani
Kolonial mengambil lahan-lahan milik petani yang sama. Panitia ini dibentuk bertujuan
dan kemudian memberikannya kepada pen- untuk membuat satu UU Agraia yang akan
gusaha untuk djadikan perkebunan maupun djalankan di tingkat nasional, membentuk
pabrik industri. Selain hak eigendom, satu UU payung untuk mengatur pengel-
pemerintah kolonial juga memberikan hak olaan sumber agrarian sebagai satu
untuk membuka hutan (hak erpacht) kepa- rangkaian revolusi sosial serta mengganti
da asing, baik perorangan maupun berba- uu agrarian buatan kolonial. Dalam pros-
dan hukum. esnya panitia ini mengalami berbagai ken-
dala terjadinya agresi miter dan pemberon-
Dalam masa kolonial, lahirnya Agrarische
Wet telah melahirkan keruwetan dalam takan di tanah air.
mengelola tanah di Indonesia karena terjadi Dengan segala hambatan tersebut, UUPA
dualisme peraturan, yaitu hukum tanah berhasil disahkan oleh Soekarno pada 24
menurut barat dan hukum tanah menurut September 1960. Meletusnya peristiwa
adat yang sudah ada secara turun temurun. Gerakan satu Oktober 1965 (Gestok) mem-
Namun untuk mensiasati pengelolaan tanah buat UU ini tidak berfungsi sebagaimana
yang haknya ditujukan kepada kaum pribu- mestinya, bahkan pemerintahan orde baru
mi, maka pemerintah kolonial membentuk menenggelamkannya bersama isu PKI
individu-individu penguasa tanah baru mau- (penulis membahas hal ini dalam penelitian
pun mengukuhkan tuan tanah yang sudah Komunikasi Politik dalam Konflik Agraria).
ada di masyarakat pribumi melalui hak Gerakan untuk kembali menjalankan UUPA
eigendom. 1960 mulai berjalan pasca Suharto lengser.
Gerakan untuk menjalankan agraria dan isu
Mulai dari kaum ningrat, bupati, maupun
kepala adat diberikan hak eigendom untuk tanah untuk rakyat semakin massif saat
MPR mengesahkan TAP MPR No. IX/2001.
mengelola tanah, sementara orang-orang
yang dulunya tinggal di tanah tersebut men- Perjalanan politik hukum agraria tentu tidak
bisa dipisahkan dari gerakan rakyat, terma-
jadi penggarap yang harus membayar upeti
pada penguasa tanah. Individu yang telah suk gerakan tani. Tanah sebagai sumber
segala kehidupan membuat petani berjuang
ditetapkan pemerintah Kolonial untuk me-
megang hak atas tanah tidaklah gratis, untuk mendapatkan hak atas tanah sampai
titik penghabisan. Tanah merupakan simbol
mereka harus bayar sesuai dengan ketentu-
an yang telah ditetapkan oleh pemerintah kemerdekaan bagi petani yang dari tanah
tersebut mereka akan menjadikan ke-
kolonial.
hidupannya lebih baik secara ekonomi, so-
Pada saat Indonesia berhasil merebut ke- sial dan budaya. Gerakan tani di Indonesia
merdekaannya maka fokus utama para pen- memiliki warna yang berbeda pada setiap
dri bangsa ini adalah membuat satu sistem zaman, mulai zaman kolonial, ke-
baru untuk mengelola sumber agraria, khu- merdekaan, ORBA dan reformasi. Bagaima-
susnya tanah. Susunan falsafah bangsa dan na peranan perempuan tani dalam gerakan
konstitusi Negara ini dibuat untuk melibat- massa tani di tanah air ini?
kan rakyat Indonesia dalam pengelolaan
sumber agraria (tanah) sehingga kemakmu- Menyikapi berbagai kebijakan yang tidak
adil, para perempuan perlu lebih kritis dan
ran dan kesejahteraan bisa terwujud. Untuk
melahirkan UU agraria yang baru, maka berani menyampaikan pendapat. Perempu-
an tani terlibat aktif dalam gerakan tani dari
pemerintah Indonesia mengeluarkan UU
No.13/1948 tentang pengadaan perubahan masa ke masa. Hal itu dapat terlihat dari
aksi-aksi organisasi massa tani baik local
dalam Vorstenlands Groundhuurreglement.
Maksud dari UU ini adalah mencabut hak maupun nasional dalam setiap konflik per-
tanahan antara pengusaha dengan rakyat
kesultanan Surakarta dan Yogyakarta
maupun Negara versus rakyat. Perempuan
dengan peraturan yang baru. Lalu diben-
tani juga memberikan kontribusi yang besar
tuklah panitia UU Pokok Agraria pada tahun
H a l a m a n 78
Aulia Asmarani Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.13 No. 1
dalam perebutan tata kuasa lahan dalam hasil penelitian ini diharapkan akan
setiap konflik pertanahan di berbagai dae- dapat memberikan masukan dan solusi
rah. bagi berbagai pihak dalam konflik agrar-
ia di tanah air
Tidak banyak ulasan yang menyoroti
bagaimana peranan perempuan dalam kon-
flik pertanahan ini. Termasuk apakah ter- METODOLOGI PENELITIAN
dapat bias gender dalam perjuangan pe-
rebutan tata kuasa lahan di berbagai wila- Penelitian ini menggunakan metode
yah ini. Penelitian ini mendeskripsikan ten- penelitian deskriptif, yaitu hanyalah me-
tang peranan perempuan dalam konflik per- maparkan situasi dan peristiwa. Penelitian
tanahan. ini tidak mencari atau menjelaskan hub-
Riset ini mengambil wilayah Kampong Palin- ungan, tidak menguji hipotesis atau membu-
tang, Desa Cipanjalu, Kecamatan at prediksi. Penelitian deskriptif ditujukan
Cilengkrang Kabupaten Bandung sebagai untuk : (1) mengumpulkan informasi actual
wilayah penelitiannya. Dengan pertim- secara rinci melukiskan gejala yang ada, (2)
bangan wilayah ini sudah sampai pada fase mengidentifikasi masalah atau memeriksa
penataan produksi dalam pergerakan mere- kondisi dan praktek-praktek yang berlaku,
but kedaulatan sumber daya agraria khu- (3) membuat perbandingan atau evaluasi,
susnya wilayah kehutanan. (4) menentukan apa yang dilakukan orang
lain dalam menghadapi masalah yang sama
2. Rumusan Masalah dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada
Berdasarkan latar belakang penelitian di waktu yang akan datang.
atas, maka peneliti merumuskan masalah Metode deskriptif amat berguna untuk me-
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : lahirkan teori-teori tentative, bukan menguji
Bagaimana peran perempuan dalam konflik teori. hypothesis generating, bukan
agraria di desa Cipanjalu Kecamatan hypothesis testing dan heuristic bukan
Cilengkrang Kabupaten Bandung? verifikatif.
H a l a ma n 79
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.13 No. 1 Aulia Asmarani
H a l a m a n 80
Aulia Asmarani Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.13 No. 1
H a l a ma n 81
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.13 No. 1 Aulia Asmarani
H a l a m a n 82
Aulia Asmarani Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.13 No. 1
DAFTAR PUSTAKA
Persoalan ketidaksetaraan gender relatif
tidak terlihat dalam organisasi tani palin-
Fauzi, Noer. 2003. Bersaksi Untuk Pemba-
tang dalam fase perebutan penguasaan
ruan Agraria. Insist Press Printing,
lahan kehutanan Kabupaten Bandung dan
Yogyakarta
Manglayang. Walaupun ada perbedaan
Fauzi, Noer. 2012. Landreform dari Masa ke
warna organisasi ketika yang menjadi pem-
Masa. Tanah Air Beta dan Kon-
impin kelompok-kelompok tani adalah per-
sorsium Pembaruan Agraria, Yogya-
empuan. Namun dalam ranah domestic
karta
masih banyak ditemukan ketidakadilan gen-
Mulyanto, Dede. 2011. Antropologi Marx,
der dalam pembagian kerja.
Karl Marx tentang Masyarakat dan
Kebudayaan. Ultimus, Bandung
KESIMPULAN
Rajagukguk, Erman. 1995. Hukum Agraria,
Kiprah Perempuan tani dalam perjuangan Pola Penguasaan Tanah dan Kebu-
perebutan tata kuasa lahan dalam konflik tuhan Hidup. Chandra Pratama, Ja-
agraria tidak dapat diremehkan. Bias gen- karta
der dalam pergolakan reclaiming dalam Tauchid, Mochammad, 2009. Masalah
konflik agrarian relative tidak ditemukan. Agraria sebagai Masalah
petani, baik itu perempuan ataupun laki-laki Penghidupan dan Kemakmuran
mau merebut kembali kuasa atas tanah. Rakyat Indonesia. STPN Press dan
Tanah kawasan hutan yang dikuasai oleh PEWARTA Yogyakarta
pemerintah adalah bukan atas nama per- Polanyi, Karl, 1967. The Great Transfor-
empuan atau laki-laki, tapi tanah petani. mation: The Political and Eonomic
Tanah rakyat. Dalam perjuangan perebutan Origins of Our Time. Boston, Bacon
kedaulatan sumber daya agraria, ternyata di Press
kampong Palintang warga tidak akan Fauzi, Noer, 2013. Mengapa Konflik-Konflik
melihat perempuan. Bahkan militansi per- Agraria Terus Menerus Melets di Sa-
empuan bisa melebihi dari laki-laki. Mes-
na-Sini?. Artikel
kipun membutuhkan pengorbanan yang luar
biasa. Gerakan perempuan sudah selayak-
nya terlibat aktif dalam gerakan tani
Meski begitu pada ranah domestic dan fase
perjuangan selanjutnya yakni fase penataan
produksi masih terdapat ketimpangan pem-
bagian kerja antara perempuan dan laki-
laki. Masih banyak kaum perempuan tani
palintang yang tidak percaya diri akibat dari
terlalu lama mengalami penindasan.
H a l a ma n 83
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.13 No. 1
H a l a m a n 84