Anda di halaman 1dari 8

PEMBERONTAKAN CIOMAS

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dari Matak Kuliah

Sejarah Indonesia Baru (2)

Disusun oleh :

Nurul Hidayati

C 0509025

JURUSAN ILMU SEJARAH


FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
PENDAHULUAN
Perpindahan kekuasaan dari masa VOC ke pemerintahan kolonial telah
terjadi pada awal abad ke 19. Pada saat ini pemerintah colonial meminta kepada
setiap penguasa daerah dan para bangsawan untuk menyerahkan tanah yang
mereka miliki. Peristiwai ini tejadi pada saat Daendels memerintah, ketika itu
Daendels mengumumkan sebuah keputusan resmi tentang “upacara dan etiket”.
Kepeutusan ini sangat menguntungkan bagi para pegawai-pegawai Belanda yang
berada dalam lingkup kerajaan. Kini mereka tidak dapat dianggap sebagai duta
besar dari negara Belanda, namun mereka telah menjadi orang yang harus
dianggap sebagai orang yang memiliki derajat yang sama dengan para penguasa
daerah. Dan kini para penguasa daerah tidak dapat menganggap semena-mena
keberadaan mereka di dalam kraton kerajaan. Dan pada saat ini pula, Pulau Jawa
dibagi dalam tiga bagian kedaulatan, yaitu kerajaan Jawa di bagian barat, tengah
dan timur. Setelah keputusan ini keluar, secara terang-terangan pemerintah bangsa
Eropa tersebut mengajukan tuntutan kedaulatan mereka atas bagian-bagian tanah
yang terletak diwilayah Jawa, wilayah-wilayah yang selama ini dipandang sebagai
tanah-tana peliharaan seorang penguasa yang tidak berguna dan tidak efektif.1

Selama penguasaan tanah yang dilakukan oleh orang-orang Belanda, para


penduduk yang berada dalam wilayah yang dikuasai itu harus bekerja pada orang
Belanda. Dan orang Belanda itu berperan sebagai tuan tanah. Mereka bertugas
mengarahkan dan mengawasi kerja para petani yang berada dalam kekuasaanya.
Serta merekalah yang berhak menarik pajak dari para petani.

Sejak masa colonial inilah rakyat dibebani pajak yang harus diserahkan
kepada pemerintah colonial. Selama inilah banyak sekali pemberontakan yang
dilakukan oleh para kelompok-kelompok penguasa pribumi yang menolak
pemungutan pajak yang kemudian diserahkan kepada pemerintah colonial dan
atas ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah kolonial. Pemberontakan yang
begitu besar terjadi di awal diterapkannya tanam paksa yang terjadi di masa

1 Peter Carey. Asal-Usul Perang Jawa; Pemberotakan Sepoy dan Lukisan


Raden Saleh. Yogyakarta, 2004. Hlm,7
pemerintahan Van den Bosch. Pemberontakan itu terjadi di kerajaan Jawa bagian
tengah, pemberontakan itu disebut sebagai Perang Jawa yang dipimpim oleh
Pangeran Diponegoro. Pemberontakan ini berlangsung selama kurang lebih 5
tahun dan diakhiri dengan penangkapan Pangeran Diponegoro yang kemudian
dibuang.

Selain itu masih banyak juga pemeberontakan-pemberontakan yang terjadi


di wilayah-wilayah diseluruh kerajaan di Jawa ini. Namun di sini bukanlah
pemebrontakan-pemberontakan yang pernah terjadi di Jawa, melainkan hanya satu
pemberontakan yang terjadi di Jawa Barat yang terjadi di tahun 1886.
Pemberontakan tersebut dikenal sebagai pemberontakan Ciomas, sebab
pemberontakan ini terjadi di daerah Ciomas.

PEMBERONTAKAN CIOMAS

Telah sejak awal pemerintahan kolonial tanah di bagian selatan Gunung


Salak telah dikuasai oleh pemerintahan Daendels. Tanah yang memiliki luas
sebesar 9000 bau telah terjual kepadanya. Daerah yang telah dikuasai tersebut
pernah mengalami pergolakan perang yang mengerikan sebab didaerah itu pernah
terjadi pemberontakan yang harus menumpahkan banyak sekali darah.
Pemberontakan ini terjadi karena adanya penolakan yang dilakukan oleh para
petani terhadap para tuan tanah atas tingginya cukai yang harus dibayar oleh para
petani. Selain perlu dicatat bahwa luas dan tingkat eksploitasi tanah di Ciomas
sangat meningkat setalah para tuan tanah berusaha mengintensifkan produksinya
untuk kepentingan di luar desa.2

Sebelum terjadi kerusuhan di CIomas, keadaan dari beberapa aspek


kehidupan tidaklah seperti sebelum adanya kolonialisme. Inilah beberapa hal yang
menggambarkan keadaan politik dan ekonomi daerah Ciomas sebelum
meletusnya kerusuhan-kerusuhan antara lain :

Para petani sangat benci terhadap pungutan cukai.

2 Moewarti Djoened P dan Noegroho N. Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta.BP,1993.


Hal.286

3
Adanya ketidakadilan yang terjadi berulang-ulang yang berhubungan dengan
salah satu praktek perbudakan.

Terjadinya perbudakan yang lebih berat yaitu kerja paksa yang banyak
dipraktekkan di kebun-kebun kopi atau pabrik.

Adanya kewajiban semacam upeti yang sangat memberatkan rakyat.

Dilarangnya ekspor padi, kerbau dan hasil bumi lainnya.

Bila petani tidak dapat membayar hutangnya maka tanah, rumah, dan
kerbaunya disita.

Perluasan kekuasaan tanah sampai juga pada pengawasan penjualan ternak,


rumput, dan kayu dan penebangan pohon.

Wanita dan anak-anak diharuskan untuk bekerja selama sembilan hari setiap
bulannya.3

Telah disebutkan diatas bahwa para tuan tanah telah mengintensifkan


produksi perkebunannya untuk kebutuhan diluar desa. Hal ini tentulah
memerlukan tenaga yang banyak dari para penduduk setempat untuk menggarap
tanah miliknya. Namun karena mereka tidak sanggup untuk mengerjakan dan
menghindari dari pungutan pajak yang harus mereka tanggung, akhirnya mereka
bermigrasi ke tempat lain meninggalkan desa Ciomas. Perpindahan ini terjadi
sebelum adanya pemberontakan.

Ada yang menganggap bahwa pemberontakan ini terjadi karena adanya


“fanatisme agama”. Namun anggapan itu kurang sesuai dengan apa yang terjadi,
sebab rakyat menolak adanya pungutan cuke. Pendapat lain adalah anggapan
adanya pemberntakan yang dilakukan oleh para pegawai Belanda agar tuan tanah
de Surter pergi dari Ciomas karenatidak puas dengan kepemimpinnya, kemudian
para pegawai itu bersekongkol dengan penduduk. Pendapat yang terakhir inilah

3 http://www.taufikrahman.co.cc/2008/03/gerakan-
melawan-pemerasan-di-daerah.html 31 des 2010 16:01
yang kiranya dapat dijadiakan alasan. Disamping itu masih ada beberapa alasan
mengapa pemberontakan itu terjadi. Seperti kematian yang mendadak Camat
Ciomas yang bernama Haji Adurrakhim karena dibunuh. Kejadian ini membuat
amarah rakyat semakin meninggi dan akhirnya pada saat itu jug terjadilah
pemberontakan.

Tepatnya sebulan sebelum terjadinya pemberontakan yang besar-besaran,


Mohammad Idris yang asli Ciomas, pergi dari Gunung Salak dan berpindah-
pindah tempat dan akhirnya kembali lagi ke Ciomas. Perjalanan ini ia lakukan
karena ia marah dengan tuan tanah dan agen-agennya. Selama perjalanannya ia
mendapat pengikut yang banyak, mereka berasal dari para pelarian. Hingga pada
suatu malam ia melaksanakan pemberontakan bersama teman-temannya.
Tepatnya tanggal 19 Mei 1887 hari Rabu malam di pondoknya, ia dan temannya
berangkat menyerang dan berhasil menduduki Ciamis Selatan. Ia dan temannya
tidak merampok gudang-gudang karena yang menjadi sasarannya adalah rumah
tuan tanah. Tanggal 20 Mei, hari berikutnya, dirumah tuan tanah sedang ada pesta
peringatan sedekah bumi yang dilakukan setiap tahun sekali. Disana terdapat para
antek-antek tuan tanah, ketika para teman-taman Idris melihat mereka, amarah
teman-teman Idris memuncak dan akhirnya terjadi penyembeliha besar-besaran,
dengan korban 40 orang terbunuh dan 70 orang lainnya luka-luka. Pada waktu itu
tuan tanah tidak hadir dan dapat menyembunyikkan diri dengan selamat.4 Pada
pemberontakan yang menjadi sasaran pelampiasan kebencian terhadap
pemerintahan Belanda adalah para pegawai pemerintahan, tuan tanah, para pedang
dan para lintah darat.

Pemberontakan di Ciomas ini pada dasarnya dilakukan berdasarkan


ketidaksenangan para petani akan pemungutan pajak yang dilakukan para petani.
Pemberontakan yang dilakukan Arpan pada bulan Februari sebenarnya
memanfaatkan keadaan ini untuk mencari pengikut, namun pemberontakan yang
dilakukan oleh Arpan ini berdasarkan pada kepentingan politik. Namun alasan
tentang ketiaksenangan itu akhirnya berujung pada atas nama agama, seperti ide

4 Opcit.,289

5
tentang jihad. Ide tersebut memberikan semangat yang tinggi terhadap
pembentukan dan pengarahan serta mempertebal semangat juamg para petani.
Pemberontakan atas nama agama ini membuat rasa persatuan antara petani
semakin kuat, sebab kebanyakan dari mereka adalah pemeluk agama Islam.
Sampai-sampai Arpan seoarang yang berasal dari golongan sosial yang
memimpin perang menerima peran sebagai Iman Mahdi yang menerikkan perang
jihad. Berbeda dengan Mohammad Idris, ia mendapat gelar Panembahan yang
merupakan gelar aliran mesianistis dalam gerakan sosial di Jawa. Semua orang
yang berkumpul di rumahnya menyenbah dia seakan-akan menyatakan
kesetiannya kepadanya sebagai seorang raja5

Untuk memahami gerakan petani di tanah partikelir di Jawa Barat ada tiga hal
yang perlu diperhatikan.

Jenis lingkungan budaya di mana ideologi gerakan itu berakar. Tradisi


mesianistis di daerah ini tidak dijumpai.

Kepemimpinan terletak di tangan orang “áwam”. Yaitu bukan pemimpin


agama. Dapat diartikan bahwa sifat budaya dari tanah partikelir tidak
terletak di pusat daerah Islam di Jawa.

Peranan yang dimainkan oleh pelaku magico religius (dukun) dalam


perkembangan pemberontakan. Kepada merekalah orang yang hendak
mencari keselamatan dan ketenteraman datang.6

5 ibid., 290
6 http://www.taufikrahman.co.cc/2008/03/gerakan-
melawan-pemerasan-di-daerah.html 31 des 2010 16:01
KESIMPULAN

Pemberontakan di Ciomas didasarkan pada kebenian para petani terhadap


para pegawai pemerintah dan adanya penolakan atas tingginya cukai yang harus
dibayar oleh para petani. Pemberontakan ini diawali dengan terbunuhnya Camat
Ciomas yang bernama Haji Abdurrohman. Kemudian disusul oleh pemberontakan
yang dipimpin oleh Arpan pada bulan Februari tahun 1886. Pemberontakan yang
terbesar dipimpin oleh Mohammad Idris yang terjadi pada tanggal 19 Februari
1886 malam dan tanggal 20 esok harinya. Pada pemberontakan yang terakhir ini
Mohammad Idris dapat menduduki Ciomas bagian selatan tanpa menguasai
gudang-gudang. Sebab yang menjadi tujuan utama adalah rumah tuan tanah. Pada
tanggal 20 di rumah tuan tanah ada upacara sedekah bumi. Ketika para rombongan
yang dipimpin Idris mendekati rumah tuan tanah dan melihat para antek-anteknya,
mereka langsung menyerbu orang yang berada di dalamnya. Padaa peristiwa ini
pertumpahan darah tidak terelakkan, korban mati 40 orang dan luka-luka 70.
Beruntung tuan tanah dan keluarganya tidak ada di sana, sehingga mereka selamat
dari amukan para petani.

Pada dasarnya pemberontakan dilakukan berdasarkan ketidaksenangan


para petani akan pemungutan pajak yang diberlakukan untuk para petani dan
ketidaksenagannya pada tuan tanah dan agen-agennya. Namun alasan tentang
ketiaksenangan itu akhirnya berujung pada atas nama agama, seperti ide tentang
jihad. Ide tersebut memberikan semangat yang tinggi terhadap pembentukan dan
pengarahan serta mempertebal semangat juang para petani. Pemberontakan atas
nama agama ini membuat rasa persatuan antara petani semakin kuat, sebab
kebanyakan dari mereka adalah pemeluk agama Islam.

7
DAFTAR PUSTAKA

Carey, Peter. 2004. Asal-Usul Perang Jawa: Pemberontakan Sepoy Dan Lukisan
Raden Saleh. Yogyakarta. LKis Pelangi Aksara.

Mawarti Djoened Poesponegoro Dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah


Nasional Indonesia IV; jakarta. Balai Pustaka.

http://www.taufikrahman.co.cc/2008/03/gerakan-melawan-pemerasan-
di-daerah.html_31 des 2010 16:01

Anda mungkin juga menyukai