Anda di halaman 1dari 21

1.

0 Tujuan dan Ruang Lingkup

Prosedur ini menjelaskan ketentuan Unit Bisnis mengenai proses yang digunakan dalam
manajemen Resiko Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan, yang bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya insiden, kerusakan dan kerugian di tempat kerja.

Fokus utama prosedur ini yaitu pada perlindungan orang dan lingkungan, namun
perlindungan terhadap kerusakan tanaman dan properti juga disertakan di sini. Prinsip –
prinsip manajemen resiko yang diuraikan dalam prosedur ini juga dapat digunakan untuk
mencegah kerugian finansial dan reputasi.

CATATAN: Resiko K3L juga dinilai di dalam disiplin lain (misalnya Pra-kontrak, Tender,
Komersial, dsb) dan prosedur yang relevan di dalam bidang – bidang disiplin tersebut harus
didiskusikan sehingga metodologi penilaian yang tepat dapat diadopsi.

2.0 Definisi

Resiko yang Dapat Resiko yang telah dikurangi ke tingkat yang dapat ditoleransi oleh
Diterima perusahaan/ organisasi, dengan memperhatikan kewajiban hukum
dan persyaratan internalnya sendiri.

Active Risk Manajemen Resiko Aktif - Program perangkat lunak yang


Management (ARM) digunakan LAL untuk mengidentifikasi dan mencari resiko proyek
secara menyeluruh. Program ini digunakan pada berbagai tahapan
siklus hidup proyek terutama untuk mengetahui resiko komersial
dan financial, tetapi resiko K3L juga termasuk di sini.

Kecelakaan Kecelakaan/ cedera yang merubah masa depan seseorang secara


Kelas 1 permanen seperti kematian atau cacat permanen (termasuk, tapi
tidak terbatas pada quadriplegia/ lumpuh tangan dan kaki,
paraplegia/ lumpuh kedua tungkai kaki, amputasi, cacat punggung,
dan gangguan psikologis)
Kerangka Keselamatan LHL

Konsekuensi Hasil dari suatu peristiwa yang mempengaruhi tujuan. Suatu


peristiwa bisa menimbulkan berbagai konsekuensi, adanya
kerugian, cedera, ketidakmampuan atau keuntungan yang dapat
disajikan secara kualitatif atau kuantitatif. Suatu konsekuensi dapat
bersifat pasti atau tidak pasti, dan bisa mempunyai pengaruh
positif atau negatif terhadap tujuan. Konsekuensi awal dapat
meningkat melalui efek domino (knock-on effect).
[AS/NZS ISO31000:2009]

Peristiwa Suatu peristiwa adalah terjadinya atau perubahan suatu keadaan


tertentu. Catatan: suatu peristiwa dapat berupa satu atau lebih
kejadian dan memiliki beberapa penyebab. Suatu peristiwa kadang
– kadang bisa disebut juga sebagai “insiden” atau “kecelakaan”.
Suatu peristiwa tanpa konsekuensi disebut sebagai “nyaris terjadi
(near miss)”, “insiden”, dan “nyaris terkena (near hit atau close
call)”,
[AS/NZS ISO31000:2009]

Local knowledge Page 2 of 22 Focused on success


■ International experience ■
Frekuensi Ukuran tingkat terjadinya suatu peristiwa yang dinyatakan sebagai
sejumlah konsekuensi dari suatu peristiwa pada waktu tertentu.
Lihat juga Kemungkinan dan Probabilitas.

Bahaya Sumber, situasi, atau tindakan yang berpotensi merusak seperti


melukai seseorang, merusak kesehatan dan pengaruh yang
merugikan lingkungan, atau kombinasi dari semuanya.

Identifikasi Bahaya Proses untuk mengenali adanya bahaya dan menentukan


karakteristik bahaya tersebut.

Studi HAZOP Pemeriksaan tugas atau proses oleh sekelompok orang yang
memahami proses tersebut untuk mengidentifikasi potensi dan
bahaya nyata dalam menjalankan proses sehingga dapat
dihilangkan atau dikurangi. Juga dikenal sebagai “Hazard
Operability Study” atau “Studi Operabilitas Bahaya”.

HSE Akronim untuk Health, Safety and Environmental – diterjemahkan


sebagai Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L).

Kesehatan III Kondisi fisik atau mental buruk yang diketahui dan timbul dari
dan/atau bertambah buruk akibat kegiatan kerja dan/atau situasi
terkait pekerjaan (OHSAS 18001:2007).

Insiden Peristiwa yang berhubungan dengan pekerjaan di mana cedera,


sakit karena penyakit (terlepas dari keparahannya) atau kematian
terjadi atau mungkin terjadi (OHSAS 18001:2007). Istilah ini juga
berlaku untuk peristiwa yang menyebabkan kerusakan atau
berpotensi merusak lingkungan.

Job Safety and Analisa Keselamatan Kerja dan Lingkungan – metode sistematis
Environmental dalam pengenalan, evaluasi dan pengendalian bahaya yang dapat
Analysis digunakan untuk merencanakan langkah – langkah penghapusan
(JSEA) bahaya dan melindungi orang – orang serta lingkungan di tempat
kerja.

Kemungkinan Kemungkinan terjadinya sesuatu. Kata “kemungkinan” digunakan


untuk menyebut kemungkinan terjadinya sesuatu, baik yang
ditentukan, diukur atau dipertimbangkan secara obyektif atau
subyektif, kualitatif atau kuantitatif, dan dijelaskan menggunakan
istilah umum atau istilah matematika (misalnya probabilitas atau
frekuensi selama periode waktu tertentu).
[AS/NZS ISO31000:2009]

Probabilitas Kemungkinan hasil yang spesifik, diukur melalui rasio hasil yang
spesifik dengan jumlah hasil yang mungkin terjadi.
Probabilitas dinyatakan sebagai persentase dari 0% sampai 100%,
dengan 0% menunjukkan peristiwa atau hasil yang tidak mungkin
dan 100% menunjukkan suatu peristiwa atau hasil yang pasti.

Local knowledge Page 3 of 22 Focused on success


■ International experience ■
Proyek Mengacu pada proyek tertentu yang dikerjakan dan dibawah
kendali langsung Unit Bisnis, tetapi juga termasuk tempat kerja lain
yang mungkin tidak terkait langsung dengan proyek tertentu tetapi
ada di bawah kendali Unit Bisnis (misalnya Bengkel, fasilitas
fabrikasi, gudang, kantor, dsb).

Analisa Kualitatif Analisa yang menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk
menjelaskan kemungkinan timbulnya suatu peristiwa beserta
konsekuensinya. Skala ini dapat diadaptasi atau disesuaikan
dengan keadaan, dan penjelasan yang berbeda mungkin
digunakan untuk tugas – tugas yang berbeda dalam prosesnya.

Analisa Kuantitatif Analisa ini menggunakan nilai – nilai numerik (daripada skala
deskriptif yang digunakan dalam analisa kualitatif), baik untuk
konsekuensi dan kemungkinan dengan menggunakan data dari
berbagai sumber. Nilai analisis ini tergantung pada keakuratan dan
kelengkapan data numerik yang dipakai.

Resiko Pengaruh ketidakpastian pada tujuan.


Catatan: Efek merupakan penyimpangan (deviasi) dari yang
diharapkan (baik positif maupun negatif). Tujuan bisa mempunyai
aspek yang berbeda (seperti finansial atau K3L) dan berlaku pada
tingkat yang berbeda (seperti strategis, besaran organisasi,
proyek, produk dan proses).
Resiko sering dinyatakan sebagai kombinasi konsekuensi dari
suatu peristiwa (termasuk perubahan keadaan) dan kemungkinan
kejadian yang terkait.
[AS/NZS ISO31000:2009]

Manajemen Resiko Koordinasi kegiatan untuk mengarahkan dan mengendalikan


organisasi yang berkaitan dengan resiko.
[AS/NZS ISO31000:2009]
Penerapan pengelolaan kebijakan, prosedur dan praktek dalam
kegiatan komunikasi, konsultasi, penetapan konteks, dan
identifikasi, evaluasi, pengerjaan, pemantauan dan peninjauan
resiko secara sistematik.

Penilaian Resiko Dapat dijelaskan sebagai keseluruhan proses identifikasi, analisa,


dan evaluasi resiko.

Analisis Resiko Proses untuk memahami karakteristik resiko dan menentukan


tingkat resiko. Proses ini menjadi dasar evaluasi resiko dan
keputusan tentang penanganan resiko. Analisis resiko meliputi
estimasi resiko.

Kriteria Resiko Kerangka acuan di mana signifikansi resiko dievaluasi.

Pengendalian Resiko Ukuran untuk merubah resiko.


Catatan: Bisa mencakup setiap proses, kebijakan, perangkat,
praktek atau tindakan lain yang mengubah resiko. Pengendalian
tidak selalu memberikan efek perubahan yang diinginkan atau
diasumsikan.

Local knowledge Page 4 of 22 Focused on success


■ International experience ■
Evaluasi Resiko Proses membandingkan hasil analisa resiko dengan kriteria resiko
untuk menentukan apakah resiko dan/atau besarannya
(magnitudo) dapat diterima atau ditoleransi. Evaluasi Resiko
membantu dalam keputusan penanganan resiko.

Identifikasi Resiko Proses menemukan, mengenali, dan menjelaskan resiko.

Tingkat Resiko Besaran (magnitudo) resiko atau kombinasi resiko, yang


digambarkan sebagai kombinasi konsekuensi dan
kemungkinannya.

Profil Resiko Uraian sekumpulan resiko.

Penanganan Resiko Proses untuk memodifikasi resiko.

Residu Resiko Resiko yang tersisa setalah penanganan resiko. Catatan: Residu
resiko bisa berupa resiko yang tidak teridentifikasi atau dikenal
juga sebagai “retained risk/ resiko tertinggal”.

Risk Assessment Laporan Penilaian Resiko – dokumen standar penilaian resiko


Report (RAR) yang mengidentifikasi resiko & tindakan pengendalian khusus
proyek di semua aspek proyek, permulaan kerja/ mobilisasi,
operasional, dan tahap penutupan.

Residual Risk Angka Residu Resiko – angka tingkat resiko yang dihasilkan dari
Number (RRN): penilaian terhadap kemungkinan dan konsekuensi sebagai akibat
dari suatu bahaya dengan adanya kontrol mitigasi.

Risk Factor Number Angka Faktor Resiko – angka tingkat resiko yang dihasilkan dari
(RFN) penilaian terhadap kemungkinan dan konsekuensi sebagai akibat
dari suatu bahaya tanpa kontrol mitigasi.

Stakeholder Pemilik kepentingan – seseorang atau organisasi yang dapat


mempengaruhi, dipengaruhi atau merasa dirinya terpengaruhi oleh
suatu keputusan atau kegiatan.

Tempat Kerja Setiap lokasi fisik di bawah kendali Unit Bisnis, di mana kegiatan
yang berhubungan dengan pekerjaan dijalankan.

3.0 Peran dan Tanggung jawab

Lihat ketentuan dalam prosedur ini.

4.0 Prosedur

4.1 Umum

Semua aspek bisnis dan proyek terbuka terhadap beberapa bentuk resiko.
Paparan ini meliputi:
 Kerugian orang (cedera dan sakit)
 Kerugian lingkungan (termasuk warisan budaya dan masyarakat)

Local knowledge Page 5 of 22 Focused on success


■ International experience ■
 Kerugian finansial (termasuk kerusakan properti, komersial dan pinalti/
kerugian hukum)
 Kehilangan aset (termasuk instalasi mesin dan peralatan, pengetahuan dan
personil)
 Kehilangan reputasi (yang bisa berarti hilangnya kesempatan bisnis).

Sebagai tambahan, fungsi/ disiplin yang berbeda dalam Unit Bisnis (misalnya
komersial, pengadaan, pra-kontrak, tender, finansial, K3L, dsb) memerlukan proses
manajemen resiko yang berbeda untuk diadopsi dalam berbagai tahap kemajuan
proyek (pengembangan, desain, konstruksi, melalui tahap operasional dan
pemeliharaan).

Pada beberapa kasus, prosedur yang berkaitan dengan bidang disiplin tersebut
harus didiskusikan sehingga diadopsi metodologi penilaian yang tepat.

Prinsip/ langkah yang umum diadopsi oleh Unit Bisnis berkaitan dengan manajemen
resiko K3L diberikan pada Gambar 1 – Proses Manajemen Resiko K3L yang disertai
penjelasan dasar langkah – langkah tersebut di dalam prosedur ini. Pedoman/
rincian lebih lanjut dapat diperoleh dengan mengacu pada modul pelatihan Unit
Bisnis dan referensi lain yang diberikan dalam prosedur ini.

Penetapan Konteks (3)

Penilaian Resiko (4)


Identifikasi Resiko (4.1)

Komunikasi dan Analisis Resiko (4.2) Pemantauan dan


Konsultasi Review
(6) (7)
Evaluasi Resiko (4.3)

Penanganan Resiko (5)

Gambar 1. Proses Manajemen Resiko K3L


(Sumber: AS/NZS ISO31000:2009 Risk management- Principles and guidelines)

4.2 Jenis dan Waktu Penilaian Resiko K3L

Ada tiga tingkat/ jenis penilaian resiko yang harus dilakukan oleh Unit Bisnis dan
dijelaskan dalam sub-bagian berikut:

4.2.1 Manajemen Resiko Aktif (Fokus Resiko Kelas 1 – Kontinu)


Selama tahapan tender (pra-kontrak), resiko K3L harus disertakan dalam
tinjauan resiko setiap proyek yang potensial. Semua resiko harus dimasukkan
ke dalam program Active Risk Management (ARM) oleh Departemen Pra-

Local knowledge Page 6 of 22 Focused on success


■ International experience ■
Kontrak dan Komersial dengan konsultasi bersama profesional K3L dan
disiplin lainnya yang terkait.

Pada saat pemimpin penawaran telah menyusun harga akhir dan sebelum
penyampaian penawaran akhir, harus dilakukan peninjauan terhadap laporan
resiko ARM.

Apabila penawaran berhasil dimenangkan, resiko harus ditinjau kembali


sebelum penyelesaian dan penandatanganan kontrak akhir.

Laporan Resiko Proyek di dalam ARM harus diaktifkan menjadi Proyek


Operasional dan ditinjau secara berkala dalam pertemuan tinjauan proyek
bulanan.

Tujuan peninjauan resiko ini bukan untuk mengidentifikasi dan menganalisa


resiko pada semua tahapan dan kegiatan, tetapi lebih untuk melihat resiko
operasional secara keseluruhan dan kontrol yang diperlukan.

Dorongan utamanya yaitu memastikan semua resiko tinggi (Resiko Kelas 1)


diidentifikasi sebagai minimum, sehingga fokus upaya manajemen adalah
adopsi pengendalian resiko yang tepat sesuai dengan hirarki kontrol.

Pertimbangan yang tepat harus selalu diberikan pada implementasi kontrol


yang keras (eliminasi, rekayasa, substitusi) didukung kontrol yang lebih
longgar, yang menjadi pilihan terakhir dalam manajemen resiko.

4.2.2 Penilaian Resiko Proyek (Mulai Proyek/ Tahunan/ Penutupan)


Penilaian resiko harus dilakukan pada berbagai tahapan selama masa aktif
proyek untuk memastikan adanya kontrol yang tepat dan terus – menerus
dinilai.

Workshop penilaian resiko minimal harus dilakukan pada tahapan proyek


berikut:

 Pra-mobilisasi;
 Mobilisasi dan persiapan lokasi;
 Tahap konstruksi (sedikitnya setahun sekali);
 Tahap operasional (sedikitnya setahun sekali);
 Setelah penutupan proyek.

Manajer Proyek akan mengadakan pertemuan dengan anggota tim


manajemen senior, dan perwakilan manajemen garis depan & menengah
yang tepat pada berbagai tahapan proyek seperti disebutkan di atas. Apabila
memungkinkan, dipilih personil proyek dengan tingkat kompetensi identifikasi
bahaya/ resiko yang layak untuk diikutsertakan dalam proses penilaian resiko.

Workshop Penilaian resiko dilaksanakan dengan menggunakan metodologi


yang dijelaskan dalam dokumen ini, dan hasilnya dicatat menggunakan
formulir LCI-HSE-FM-001A Risk Assessment Report.

Workshop penilaian resiko dan hasil yang dilaporkan harus memberi


gambaran tentang bahaya dan resiko yang diketahui, terkait dengan Lingkup
Pekerjaan Proyek. Meskipun demikian, gambaran ini tidak perlu terlalu rinci

Local knowledge Page 7 of 22 Focused on success


■ International experience ■
dengan menguraikan semua tugas dan langkah – langkah pekerjaan tapi
cukup jelas untuk menentukan kontrol yang tepat dengan akurat, dan tugas
mana yang memerlukan pemeriksaan dan arahan lebih dekat menggunakan
JSEA, instruksi proyek, cara kerja atau daftar periksa pekerjaan.

Hasil penilaian resiko harus disampaikan ke semua personil proyek melalui


pertemuan (toolbox talk, sebelum shift kerja atau pertemuan khusus),
prosedur, instruksi proyek, cara kerja, JSEA, atau daftar periksa pekerjaan
sesuai kebutuhan.

Rencana Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Lingkungan proyek harus


diperbaharui untuk menggambarkan setiap perubahan ketentuan yang
diidentifikasi dari penilaian resiko. Laporan penilaian resiko harus dilampirkan
dalam revisi Rencana Proyek.

Program Active Risk Management (ARM) juga harus digunakan untuk


menangkap resiko Kelas 1 yang teridentifikasi dari hasil penilaian.

4.2.3 Penilaian Resiko Khusus/ Ad Hoc


Pada beberapa kasus, penilaian resiko khusus perlu diadopsi untuk tahapan
proyek atau alasan bisnis tertentu. Beberapa contoh dan situasi di mana
penilaian ad hoc mungkin diperlukan, diberikan di bawah ini:

Penilaian resiko khusus sebagai bagian perubahan proses – proses


manajemen (lihat prosedur LCI-HSE-PR-015 HSE Change Management).

Studi HAZOP (Operabilitas Bahaya) atau FMEA (Failure Mode Effects


Analysis – Analisis Pengaruh Jenis Kegagalan) mungkin diperlukan apabila
proses atau rekayasa tertentu terkait resiko memerlukan peninjauan selama
tahapan desain & rekayasa proyek.

Penilaian resiko khusus klien menggunakan metodologi yang mereka


definisikan sendiri.

Penilaian resiko sub-kontraktor (lihat LCI-HSE-PR-009 HSE Contractor


Management).

Program Active Risk Management (ARM) juga harus digunakan untuk


menangkap resiko Kelas 1 yang teridentifikasi dari penilaian – penilaian di
atas.

4.3 Penetapan Konteks

Konteks/ lingkup penilaian resiko akan berbeda sesuai dengan ukuran dan skala
proses/ kegiatan yang dinilai.

Sebelum melakukan workshop penilaian resiko yang resmi, sesi perencanaan harus
dilaksanakan untuk menetapkan lingkup dan menentukan waktu penilaian resiko.

Hal ini akan membantu menentukan faktor apa, siapa, bagaimana, mengapa, kapan
dan di mana, serta fokus proses penilaian resiko. Konteks eksternal (pengaruh luar
pada proyek atau proses yang sedang dinilai) dan internal (pengaruh dibawah
kendali langsung Unit Bisnis) harus dipertimbangkan.

Local knowledge Page 8 of 22 Focused on success


■ International experience ■
Proses peninjauan harus dilaksanakan oleh Tim Penilai Resiko, yang terdiri dari
Ketua Tim, Pencatat, Fasilitator, dan anggota tim.

Tim Penilai resiko harus terdiri dari kombinasi berbagai keterampilan berikut:

 Personil operasional (misalnya: Fitters, teknisi pemeliharaan);


 Teknik (misalnya: Engineer); dan
 Manajemen (misalnya: supervisor, superintenden, manajer)

Umumnya, tim akan terdiri dari minimal 4 orang tetapi tidak lebih dari 10 orang.
Namun, ukuran tim sangat tergantung pada lingkup penilaian resiko dan tingkat
keterlibatan yang diperlukan. Peranan tim penilai resiko dijelaskan di bawah ini:

Ketua Tim
Ketua Tim harus dipilih untuk mengelola tim dan membantu fasilitasi proses. Pilihan
yang baik untuk Ketua Tim bisa diambil dari tingkat manajemen karena memberikan
kredibilitas terhadap hasil penilaian resiko.

Peran Ketua Tim adalah:

 Bertindak sebagai penghubung perwakilan;


 Memberi dukungan yang dibutuhkan fasilitator;
 Memberi tugas kepada anggota tim untuk mengumpulkan informasi yang
relevan;
 Menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam tim;
 Bertanggungjawab memastikan laporan akhir disusun dan disampaikan
kepada Perwakilan sesuai batas waktu yang disepakati.

Fasilitator
Fasilitator digunakan untuk mengarahkan tim selama proses penilaian resiko.
Fasilitator penilaian resiko harus merupakan anggota senior Unit Bisnis atau tim
proyek K3L.

Peran fasilitator adalah:

 Mengatur pelaksanaan berdasarkan hasil peninjauan dan membuat


pengaturan logistik;
 Memperkenalkan tim pada lingkup dan metodologi penilaian resiko;
 Menjaga proses tetap pada jalurnya;
 Mempromosikan berpikir kreatif dalam menentukan kontrol yang berlaku;
 Menyelesaikan konflik dan membantu mencapai mufakat;
 Memastikan tujuan penilaian resiko tercapai.

Anggota Tim
Anggota tim harus memiliki pengetahuan dan pengalaman bahaya terkait proses
atau operasional yang menjadi subyek penilaian resiko. Pengetahuan ini penting
untuk mengungkapkan masalah yang mungkin terjadi selama proses penilaian resiko.
Hal ini juga akan memastikan partisipasi karyawan dan kepemilikan terhadap kontrol
yang timbul dari proses.

Local knowledge Page 9 of 22 Focused on success


■ International experience ■
Kriteria pemilihan lainnya bagi anggota tim adalah kemampuan untuk memberikan
penilaian yang baik dan bekerjasama dalam tim, mereka juga harus siap untuk
berpikir di luar kontrol prosedural biasa.

Peran Anggota Tim adalah:

 Mempraktekkan keahlian dan pengalaman yang dimiliki;


 Memahami potensi bahaya dan bahaya aktual di wilayah yang bersangkutan;
 Memiliki pemahaman terhadap kontrol yang ada untuk mencegah/
mengurangi resiko;
 Memberi kontribusi pengetahuan untuk mencapai kesuksesan hasil.

CATATAN: pemberitahuan yang tepat harus diberikan kepada Anggota Tim


sehingga memungkinkan persiapan yang memadai sebelum proses penilaian resiko
dimulai.

4.4 Penilaian Resiko

4.4.1 Identifikasi Resiko dan Bahaya


Tujuan langkah ini adalah menghasilkan daftar resiko dan bahaya yang padat
berdasarkan peristiwa yang mungkin menyebabkan, meningkatkan,
mencegah, menurunkan, mempercepat atau menunda pencapaian tujuan.

Setiap bahaya atau insiden yang terjadi tidaklah penting diidentifikasikan


dengan keberhasilan penilaian resiko, namun segala upaya perlu dilakukan
untuk mengetahui bahaya dan resiko sebanyak mungkin.

Sangatlah penting untuk mengidentifikasi semua bahaya dan resiko yang


signifikan dan berpotensi menyebabkan kematian atau cedera serius bagi
para personil, berpengaruh serius pada kesehatan jangka panjang, dan
dampak jangka panjang yang luas terhadap lingkungan.

Minimal semua Resiko Kelas 1 yang diketahui harus diidentifikasi selama


proses ini.

Identifikasi menyeluruh sangat penting dilakukan karena resiko yang tidak


teridentifikasi pada tahap ini tidak akan disertakan dalam analisis selanjutnya.

Hal – hal berikut ini harus diikuti untuk identifikasi resiko yang efektif:

 Ketua Tim, Fasilitator dan Pencatat harus ada untuk membantu tim
mengidentifikasi semua kemungkinan bahaya dan resiko yang
berhubungan dengan individu, komponen atau langkah dan mencatat
bahaya dan resiko tersebut.
 Proses, sistem, instalasi/ peralatan, operasional atau wilayah kerja
yang menjadi subyek penilaian harus dianalisa dan dijabarkan
menjadi uraian bagian, komponen atau fungsional grup (proses,
kegiatan/ tugas/ pekerjaan, produk, dsb).
 Melakukan kunjungan ke tempat kerja atau apabila tempat kerja
belum ada secara fisik, para personil yang mengenal/ berpengalaman

Local knowledge Page 10 of 22 Focused on success


■ International experience ■
dengan kegiatan/ tugas/ proses/ tempat kerja yang diusulkan harus
menjadi anggota tim penilaian resiko.
CATATAN: kunjungan ke tempat kerja bisa dilakukan kapan saja
sebelum workshop penilaian resiko, tapi lebih baik dilakukan minimal
satu minggu sebelum penilaian untuk memungkinkan identifikasi
resiko terbaru.
 Penggunaan alat bantu visual bertujuan untuk menampilkan hal – hal
di atas. Misalnya kartu instruksi di dinding, gambar atau peta proses di
papan tulis, penggunaan proyektor, dsb.
 Setiap informasi yang dikumpulkan sebelum penilaian resiko harus
tersedia untuk referensi (contoh: laporan bahaya, laporan insiden,
laporan teknis, hasil audit, dsb).
 Instruksi harus digunakan untuk membantu memusatkan perhatian,
misalnya instruksi panduan energi/ bahaya dan peristiwa.
 Minimal aspek – aspek berikut harus dipertimbangkan:
- Bencana alam
- Tindakan yang disengaja
- Peristiwa berbahaya di sekitar proyek
- Kondisi dan peristiwa yang tidak biasa, atipikal, abnormal, dan
darurat
- Perilaku manusia, kemampuan, tindakan, psikososial, dan faktor –
faktor manusia lainnya
- Kemungkinan bahaya eksternal yang berasal dari luar tempat
kerja dan dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan dan
keselamatan orang – orang di bawah kendali perusahaan
- Sakit dan penyakit
- Kerusakan lingkungan hidup
 Semua potensi insiden atau peristiwa yang tidak diinginkan kemudian
harus diidentifikasi terhadap semua daftar bahaya/ energi dan dicatat
dalam LCI-HSE-FM-001A Risk Assessment Report
 Sangat penting untuk menentukan siapa yang menghadapi bahaya
tersebut, berapa banyak yang beresiko, dan tingkat paparan terhadap
resiko tersebut.
 Pertimbangan penting lainnya selama identifikasi bahaya dan resiko
adalah:
- Semakin banyak input/ data, semakin baik hasilnya.
- Ada resiko - resiko tertentu yang terkait dengan setiap fase siklus
hidup proyek: desain, pengadaan, konstruksi (dan sub-konstruksi),
commissioning, operasional (dan pemeliharaan) dan
decommissioning.
- Bahaya/ resiko dapat timbul dari sumber internal dan eksternal
sampai ke Unit Bisnis, dan dapat mempengaruhi setiap tingkatan/
konteks/ proses kerja di dalam Unit Bisnis.

4.4.2 Analisis Resiko


Resiko sering dinyatakan sebagai kombinasi konsekuensi dari suatu peristiwa
(termasuk perubahan situasi) dan kemungkinan kejadian yang terkait.

Local knowledge Page 11 of 22 Focused on success


■ International experience ■
Untuk setiap potensi insiden/ peristiwa, kemungkinan terjadinya insiden dan
konsekuensi wajar maksimum harus dipertimbangkan untuk menentukan nilai
resiko inheren yang dinyatakan sebagai Risk Factor Number (RFN).

Hal ini harus dilakukan pertama kali tanpa memperhatikan setiap kontrol yang
ada atau yang sedang dipertimbangkan, karena fokusnya adalah bahaya itu
sendiri. Fasilitator harus memperkuat fokus ini karena ada kecenderungan
alami pada orang – orang untuk memikirkan kemungkinan dan konsekuensi
dilihat dari kontrol yang ada.

Menentukan Konsekuensi

 Suatu peristiwa bisa menimbulkan berbagai konsekuensi, seperti


kerugian, cedera, ketidakmampuan, atau manfaat yang dinyatakan
secara kualitatif atau kuantitatif.
 Konsekuensi harus dianggap sebagai “skenario terburuk” atau hasil
wajar yang diharapkan apabila insiden terjadi (contohnya,
konsekuensi maksimum yang wajar). Konsekuensi yang wajar harus
didasarkan pada pengalaman industri dan Unit Bisnis.
 Oleh karena bahaya atau peristiwa tunggal bisa menyebabkan
konsekuensi yang berbeda, sangatlah penting untuk mengadopsi
prinsip pencegahan di mana skenario terburuk dipilih dari semua
konsekuensi yang diramalkan. Misalnya, apabila terdapat hasil dua
potensi konsekuensi maka konsekuensi dengan tingkat dugaan
tertinggi yang harus dipilih.
 Tabel 1 – Tingkat Konsekuensi menentukan angka tingkat
konsekuensi dan memberi penjelasan yang berguna tentang dampak
tingkat tersebut terhadap kesehatan, keselamatan, dan lingkungan.
Kerugian produksi dan kerusakan properti dicantumkan dalam tabel
sebagai referensi dan bahan pertimbangan, namun fokusnya harus
pada konsekuensi K3L.
 Apabila ada keraguan tentang hasil mana yang akan mempunyai
tingkat konsekuensi tertinggi, maka keduanya harus dipertimbangkan
dan dipilih tingkat yang tertinggi (mengadopsi “Prinsip Pencegahan”).

Menentukan Kemungkinan

 Aspek – aspek berikut ini harus dipertimbangkan dalam menentukan


kemungkinan:
- Jumlah tugas/ siklus/ situasi yang terjadi;
- Jumlah orang yang menjalankan atau terpapar tugas; dan
- Apa yang telah terjadi di masa lalu, baik di sini atau tempat lain
yang serupa.
 Pada saat memeriksa kemungkinan, penting untuk
mempertimbangkan apa yang bisa menjadi hasil paling masuk akal
dilihat dari pengalaman proyek, pengalaman di dalam Unit Bisnis dan
industri secara keseluruhan (misalnya insiden dan bahaya
sebelumnya yang dilaporkan).
 Tabel 2 – Tingkat Kemungkinan menentukan angka kemungkinan.
Seperti dapat dilihat di sini, kemungkinan bisa menjadi sangat
bervariasi. Untuk melindungi orang – orang di proyek, Tingkat
Kemungkinan “Proyek” harus digunakan.

Local knowledge Page 12 of 22 Focused on success


■ International experience ■
4.4.3 Evaluasi Resiko
Bagian ini menjelaskan proses evaluasi resiko, menetapkan tingkat resiko
dan menentukan toleransi terhadap resiko.

Kombinasi Tabel 1 dan 2 harus digunakan untuk mengevaluasi resiko dengan


menentukan tingkat resiko keseluruhan dari hasil akhir tertentu (Risk Factor
Number – RFN).

Menentukan Tingkat Resiko

 Setelah Konsekuensi dan Kemungkinan ditentukan, kemudian harus


ditentukan Skor Resiko yang sesuai untuk setiap potensi insiden
menggunakan Tabel 3 – Matriks Tingkat Resiko.
 Tingkat Resiko tidak didasarkan pada persamaan matematika tetapi
lebih merupakan indikasi simbolis tingkat paparan resiko dan untuk
membantu membuat prioritas tindakan.
 Tingkat Resiko dinyatakan dalam kategori berikut:
- Ekstrim – Tidak dapat diterima/ Tidak dapat ditoleransi
- Tinggi – Substansial
- Medium – Sedang sampai dapat diterima dengan review
- Rendah – dapat ditoleransi
- Minor – dapat diterima sampai tak berarti
 Tabel 3 – Matriks Tingkat Resiko ditunjukkan dalam format
konvensional, dimana Konsekuensi pada axis horisontal yang
meningkat ke kanan dan Kemungkinaan pada axis vertikal yang
bertambah tinggi.

Catatan tentang terminologi:

 Untuk penilaian resiko awal, Tingkat Resiko dikenal sebagai Risk


Factor Number (RFN).
 Untuk penilaian residu resiko, Tingkat Resiko dikenal
sebagai Residual Risk Number (RRN).
 Pada kedua kasus di atas, tingkat resiko menentukan respon dan
pemilihan waktu yang dibutuhkan untuk kontrol resiko.

Local knowledge Page 13 of 22 Focused on success


■ International experience ■
Tabel 1 – Tingkat Konsekuensi

CL Deskriptor Kesehatan & Keselamatan Lingkungan

Beberapa korban jiwa atau cacat permanen akibat Polusi besar – besaran dengan pekerjaan
Sangat cedera atau sakit. pemulihan yang signifikan, lebih dari 12 bulan.
5
Tinggi Menarik minat media global. Kerusakan permanen
(Kelas 1, Kematian, LTI* atau akhir kesehatan) yang signifikan. (Insiden Tingkat 1)

Kematian atau cacat permanen akibat cedera atau Polusi signifikan dengan dampak di luar lokasi dan
sakit. Absen jangka panjang. pekerjaan pemulihan memerlukan waktu 6 – 12
4 Tinggi bulan. Ada beberapa kerusakan permanen.
(Kelas 1, Kematian, LTI, ireversibel dengan Menarik minat media nasional dan regional (Insiden
pengobatan jangka panjang) Tingkat 1)
Cedera yang mengancam nyawa/ kesehatan
individu sehingga memerlukan evakuasi medis Polusi dengan beberapa dampak di luar lokasi dan
sampai fasilitas rumah sakit. Absen dari kerja pekerjaan pemulihan selama 1 – 6 bulan. Mungkin
3 Sedang
dalam jangka pendek. memerlukan bantuan dari luar. Menarik minat
beberapa media lokal (Insiden Tingkat 2)
(LTI, reversibel & pengobatan jangka menengah )
Cedera dan sakit yang memerlukan pengobatan Polusi minor, dampak sepele atau ringan,
dari orang yang memiliki kualifikasi medis. pekerjaan pemulihan minor kurang dari 1 bulan.
2 Rendah Penyembuhan total. Tidak ada waktu yang hilang. Pemulihan seluruhnya dimungkinkan. (Insiden
(AWI*, MTI*, atau pengobatan jangka pendek) Tingkat 2 – 3)
Cedera yang tidak atau mungkin memerlukan
pertolongan pertama. Pengaruh pada kesehatan Pengaruh polusi minimal, hanya bersifat lokal.
Sangat kecil sehingga tidak mempengaruhi kinerja atau
1 Pemulihan seluruhnya bisa terjadi secepat
Rendah menyebabkan absen. mungkin. (Insiden Tingkat 3)
(FAI* atau tidak ada pengobatan keluar)
*Catatan: LTI = Lost Time Injury; MTI = Medical Treatment Injury; AWI = Alternate Work Injury; FAI = First Aid Injury

Tabel 2 – Tingkat Kemungkinan

LL Deskriptor Proyek Unit Bisnis Pengalaman Industri* Probabilitas


Diketahui terjadi secara teratur atau
Hampir Lebih dari sekali per Lebih dari sekali per
5 dapat diharapkan terjadi pada sebagian 90-99%
Pasti bulan proyek
besar keadaan
Telah terjadi beberapa kali sebelumnya,
Mungkin Minimal sekali dalam Minimal sekali dalam
4 dan mungkin akan terjadi lagi jika kontrol 65-89%
Sekali 3 bulan 3 proyek
tidak ditingkatkan
Telah terjadi beberapa kali sebelumnya
Minimal sekali dalam Minimal sekali dalam
3 Mungkin dan dapat terjadi lagi jika faktor – faktor 35-64%
6 bulan 6 proyek
yang mempengaruhi mengendap
Minimal sekali dalam Telah terjadi sebelumnya tapi kasus –
Tidak Minimal sekali dalam
2 12 bulan atau lebih kasusnya sangat jarang dan setelah 10-34%
Mungkin 30 proyek
dari sekali per proyek beberapa waktu lamanya
Kurang dari satu per Kurang dari satu Telah terjadi sebelumnya tetapi
1 Jarang <10%
proyek dalam 30 proyek merupakan peristiwa yang sangat jarang

*Note: Kolom ini harus mempertimbangkan kelompok industri atau lingkup kerja serupa dengan yang sedang dinilai.

Local knowledge Page 14 of 22 Focused on success


■ International experience ■
Tabel 3 – Matriks Tingkat Resiko

Hampir Pasti
5 10 15 20 25
5

Mungkin Sekali
4 8 12 16 20
4

Mungkin
3 6 9 12 15
3

Tidak Mungkin
2 4 6 8 10
2

Jarang
1 2 3 4 5
1

Kemungkinan
Sangat Renda Sedan Tingg Sangat Tinggi
Rendah h2 g3 i4 5
Konsekuensi 1

4.4.4 Tindakan Manajemen Resiko


Tingkat resiko akan menentukan jenis tindakan manajemen resiko yang
diperlukan dan rentang waktu pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat resiko,
maka tingkat manajemen yang bertanggung jawab atas persetujuan tindakan
pengendali resiko semakin senior dan rentang waktu tindakan semakin
mendesak.

Tabel 4 – Matriks Tindakan Manajemen Resiko di bawah ini


menggabungkan Risk Faktor Number atau Residual Risk Number yang
ditentukan dari Tabel 3 – Matriks Tingkat Resiko, bersama dengan Deskriptor
Toleransi dan ketentuan tindakan manajemen.

Tabel 4 – Tindakan Manajemen Resiko

Jarak
Tingkat
Tingka Tindakan Manajemen Resiko yang Diperlukan Rentang Waktu
Resiko
t
Resiko
Pekerjaan tidak boleh dimulai atau dilanjutkan sampai resiko telah dikurangi. Apabila Tindakan Segera
Ekstrim 16 – 25
resiko tidak mungkin dikurangi, maka pekerjaan harus tetap dilarang. oleh Mnjmn Senior
Pekerjaan tidak boleh dimulai atau dilanjutkan sampai resiko telah dikurangi.
Tindakan
Sumber daya yang cukup mungkin perlu dialokasikan untuk mengurangi resiko.
Tinggi 10 – 15 Mendesak oleh
Pada saat resiko melibatkan pekerjaan yang sedang berlangsung, harus dilakukan
Mnjmn Senior
tindakan mendesak.
Harus dilakukan upaya – upaya untuk mengurangi resiko, tapi biaya pencegahan Tindakan dengan
harus diukur dan dibatasi dengan hati – hati. Pada saat resiko menengah Batas Waktu
Sedang 6–9 dihubungkan dengan konsekuensi membahayakan ekstrim, perlu penilaian lebih (Tindakan Tepat
lanjut untuk menentukan kemungkinan bahaya yang lebih tepat sebagai dasar untuk Waktu) oleh
menentukan kebutuhan tindakan pengendalian yang lebih baik. Mnjmn Lini
Tindakan (jika
ada) dengan
Tidak diperlukan kontrol tambahan. Diberikan pertimbangan untuk memperoleh prosedur rutin
Rendah 3–5 solusi yang lebih efektif biaya atau peningkatan tanpa ada beban biaya tambahan. (contoh:
Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa kontrol dipertahankan. pemeliharaan)
oleh personil yang
relevan

Minor 1–2 Tidak ada tindakan yang diperlukan selain pengawasan tugas normal. Tidak ada

Nov 2011 Page 15 of 22 LCI-HSE -PR-001(02)


Local knowledge ■ International experience ■ Focused on success
4.5 Penanganan Resiko

4.5.1 Umum
Pilihan – pilihan penanganan resiko adalah:

 Menerima – menerima resiko dimana tingkat resiko diperkirakan


berada dalam kisaran yang dapat diterima. Jika resiko masih ada,
disebut juga resiko yang ditahan dan secara finansial dapat ditangani
dengan asuransi diri.
 Menghindar – dengan memutuskan untuk tidak melanjutkan kegiatan.
 Transfer – baik seluruhnya atau sebagian ke pihak lain (misalnya
spesialis). Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa beberapa
tanggung jawab atas resiko mungkin masih tetap ada pada
perusahaan. Metode yang digunakan termasuk transfer dengan
mensubkontrakkan pekerjaan, memperolah asuransi atau
perlindungan yang sesuai.
 Mengurangi – Mengurangi tingkat resiko sampai pada tingkat yang
dapat diterima, baik dengan mengurangi konsekuensi, kemungkinan
atau (lebih baik) keduanya. Pengurangan resiko akan menggunakan
hirarki pengendalian resiko yang diterima secara umum.

4.5.2 Hirarki Pengendalian Resiko


Pengendalian bahaya dan resiko pada awalnya harus sesuai dengan
persyaratan peraturan pemerintah atau Kode Praktek yang diwajibkan. Jika
tidak ada peraturan yang berlaku, maka hirarki dasar pengendalian resiko
harus diikuti.

Standar Kewaspadaan Resiko Leighton Holdings Ltd. memusatkan pada


pengendalian Bahaya Kelas 1 di tempat kerja dengan ketentuan spesifik
untuk menghapuskan bahaya/ resiko sebagai kontrol yang paling disukai,
diikuti dengan substitusi dan kontrol engineering jika memungkinkan. Ini
merupakan solusi permanen yang tidak tergantung pada kepatuhan
seseorang agar berhasil.

Perhatikan bahwa daftar di bawah ini menggambarkan pilihan pengendalian


resiko sesuai tingkat keberhasilan. Menghapuskan resiko atau bahaya tetap
merupakan pengendali yang paling efektif dan PPE/ APD merupakan kontrol
yang paling tidak efektif. PPE merupakan pilihan kontrol terakhir.

 Eliminasi – Penghapusan tugas atau bahaya/ resiko. Merupakan


solusi permanen dan pilihan yang paling disukai.
 Substitusi – Penggantian, mengacu pada penggantian sumber
bahaya/ resiko dengan sumber yang kurang berbahaya. Kontrol ini
pada dasarnya mengurangi konsekuensi tetapi bukan
kemungkinannya.
 Kontrol Engineering/ Segregasi – Kontrol Engineering melibatkan
beberapa perubahan struktur atau merancang ulang (termasuk isolasi/
segregasi) proses atau lingkungan kerja, untuk mencegah secara fisik,
atau mengurangi paparan terhadap bahaya. Secara umum, kontrol ini
mengurangi kemungkinan dan juga bisa mengurangi konsekuensi.
 Kontrol Administrasi – Kontrol ini meliputi tindakan seperti: rotasi
pekerjaan untuk membatasi terpaan, pembatasan atau pengontrolan

Local knowledge Page 16 of 22 Focused on success


■ International experience ■
masuk ke area berbahaya, pengawasan, pelatihan, prosedur, instruksi,
pemeliharaan, reklame, dsb.
Kontrol Administrasi bergantung pada perilaku manusia yang benar
agar berhasil. Hal ini secara umum mengurangi kemungkinan.
 Perilaku – Observasi, pelatihan kerja, Strive for L-I-F-E Walks &
penerapan perilaku Strive for L-I-F-E.
 Personal Protective Equipment (PPE) – Alat Perlindungan Diri
(APD), sebagai penghalang bagi pemakainya untuk mencegah
paparan bahaya. Keberhasilan kontrol ini bergantung pada
kesesuaian PPE yang dipilih/ digunakan, dan perilaku penggunanya.
PPE secara umum mengurangi konsekuensi.

Kontrol administrasi dan pemakaian PPE merupakan pilihan yang kurang


disukai karena bergantung pada kepatuhan personilnya, yang mungkin
memerlukan peningkatan tingkat pengawasan.

4.5.3 Residu Resiko


Setelah menghitung Risk Factor Number (RFN) dan mengidentifikasi control
(penanganan resiko), perlu dilakukan evaluasi tingkat resiko kembali untuk
melihat apakah residu resiko memenuhi standar yang diterima. Contoh:
menentukan Residual Risk Number (RRN).

Untuk menentukan Angka Residu Resiko (RRN), digunakan proses yang


sama seperti dijelaskan pada Bagian 4.

Contoh Laporan Penilaian Resiko diberikan pada Lampiran 1.

4.5.4 Analisa Keselamatan Kerja dan Lingkungan (JSEA)


JSEA merupakan metode di mana kontrol resiko lebih lanjut dapat
diidentifikasi, dan dilakukan pada berbagai tahapan/ langkah dalam tugas/
pekerjaan tertentu yang belum tentu teridentifikasi dalam Laporan Penilaian
Resiko.

Local knowledge Page 17 of 22 Focused on success


■ International experience ■
JSEA kemudian memungkinkan karyawan yang sedang mengerjakan tugas
untuk mengidentifikasi, mengendalikan dan memantau resiko secara aktif di
tempat kerja.

JSEA harus dibuat untuk semua tugas yang teridentifikasi melalui proses
penilaian resiko yang mempunyai Residual Risk Number lebih besar dari 6,
dan tidak memiliki instruksi atau prosedur tertulis.

JSEA mungkin tidak diperlukan pada lingkungan yang terkontrol di mana


pekerjaan rutin dijalankan, dan sudah tersedia prosedur/ instruksi dan
pelatihan di tempat kerja.

Meskipun demikian, beberapa tugas/ situasi tetap perlu melakukan JSEA,


tanpa memperhatikan skor resiko, prosedur/ instruksi tertulis, pelatihan atau
situasi.

JSEA harus dilakukan untuk tugas/ situasi berikut:

 Semua ijin kerja/ tugas (misal: kerja di ruang tertutup, pekerjaan


penggalian/ penetrasi, hot work, pekerjaan listrik HV).
 Setiap pekerjaan di ketinggian;
 Semua pengangkatan/ pengambilan kritis;
 Pekerjaan pemulihan setelah kecelakaan/ insiden (orang, material
atau peralatan);
 Pengenalan tugas baru, di mana tidak ada instruksi atau prosedur
tertulis dan pelatihan di lokasi;
 Perubahan peralatan, material, metode/ proses dan kondisi yang
terjadi;
 Tim karyawan baru yang melakukan pekerjaan bersama – sama;
 Pelaksanaan pekerjaan yang aman memerlukan kerja sama dan
koordinasi yang erat antara beberapa orang/ kelompok orang yang
berbeda.

Supervisor (atau yang setara) bertanggungjawab dalam persiapan JSEA


berikut:

 Menyusun JSEA sebelum tugas dimulai;


 Melakukan konsultasi dengan kru kerja selama penyusunan JSEA;
 Melakukan review terhadap JSEA sebelumnya, jika ada dan masih
berlaku, untuk memastikan JSEA tersebut adalah yang terbaru atau
masih sesuai untuk pekerjaan;
 Konsultasi dengan personil K3L jika diperlukan untuk membantu
dalam penyusunan atau peninjauan JSEA;
 Memperolah persetujuan untuk JSEA dari Manajer Proyek atau
wakilnya yang ditunjuk (minimal tingkat Superintenden ke atas).
 Sebelum pekerjaan dimulai, melakukan sosialisasi JSEA kepada
semua kru kerja dan memperoleh tandatangan sebagai bukti
pemahaman JSEA;
 Memastikan salinan JSEA tersedia bagi semua kru kerja dan
dipegang setiap saat sebagai bahan acuan;

Local knowledge Page 18 of 22 Focused on success


■ International experience ■
 Menyimpan laporan asli JSEA di area administrasi di tempat kerja,
dan memberikan salinannya kepada K3L untuk disimpan.

JSEA harus disusun menggunakan formulir LCI-HSE-FM-001B Job Safety


and Environmental Analysis.

4.5.5 Tambahan Pemantauan dan Kontrol Resiko


Bilamana RRN diterima pada kontrol saat ini, pemantauan dan tindakan
kontrol tambahan bisa diidentifikasi dalam rangka pengembangan sistem
manajemen yang terus – menerus atau untuk mengadopsi praktek terbaik.

Tambahan kontrol ini harus dicatat dalam Laporan Penilaian Resiko dengan
mencantumkan nama orang yang ditunjuk untuk melaksanakan kontrol, target
tanggal penyelesaian dan status terbaru.

Setiap kebutuhan pemantauan juga penting untuk diidentifikasi, untuk


memastikan tindakan pemantauan telah ditentukan dengan jelas dan
ditindaklanjuti.

Selama tinjuan penilaian resiko berikutnya, status dari tindakan kontrol


tambahan harus diperbaharui, dan setelah semuanya lengkap/ selesai
dilaksanakan kontrol tersebut harus dicatat di bawah kolom kontrol mitigasi
saat ini dan RRN kembali dinilai.

4.5.6 Ketentuan Hukum dan Referensi Lainnya


Ketentuan hukum dan ketentuan lainnya perlu diidentifikasi dan menjadi
acuan selama proses penilaian resiko untuk memastikan kepatuhan terhadap
ketentuan tersebut, sebagai tambahan ketentuan dan prosedur Unit Bisnis
K3L (contoh: undang – undang, persyaratan kontrak dan standar K3L Klien,
Persyaratan Standar Internasional, dsb).

Ketentuan yang diidentifikasi selama proses penilaian resiko kemudian harus


disertakan dalam jadwal pengawasan Hukum K3L dan ketentuan lainnya
(Daftar Hukum) untuk proyek dan tempat kerja. Lihat LCI-HSE-PR-002 (01)
HSE Legal Compliance & Other Requirements.

4.6 Komunikasi & Konsultasi

Komunikasi dan konsultasi dengan pemilik kepentingan (stakeholder) internal dan


eksternal (jika diperlukan) akan dilakukan di semua tahapan proses manajemen
resiko.

Ketua Tim penilaian resiko bertanggungjawab memastikan mereka yang ditugaskan


untuk melakukan proses manajemen resiko memahami dasar tentang keputusan
mana yang harus dibuat dan alasan mengapa tindakan tertentu dirumuskan.

Hasil penilaian resiko yang teridentifikasi sebagai “beresiko” harus disampaikan


kepada para pekerja dan pihak – pihak terkait lainnya.

Format umum yang paling sering digunakan untuk menyebarkan informasi penilaian
resiko adalah sebelum mulai kerja, Pertemuan Tool Box Talk, Prosedur, Instruksi
Proyek, Pernyataan Cara Kerja, JSEA, dsb. Lihat LCI-HSE-PR-005 (01) HSE
Consultation Participation and Communication.

Local knowledge Page 19 of 22 Focused on success


■ International experience ■
4.7 Pemantauan dan Review

Pemantauan dan review proses manajemen resiko harus dilakukan untuk


memastikan hasil/ penilaian mencerminkan profil resiko proyek – proyek Unit Bisnis,
memastikan ada kontrol resiko dan keefektifannya.

Proses pemantauan dan review dapat dilakukan secara berkala atau ad hoc.

Tabel berikut ini menerangkan proses – proses pemantauan dan review minimum
yang harus diadopsi oleh Unit Bisnis dan Proyek untuk memastikan resiko – resiko
dikelola secara aktif:

Tabel 5 – Ketentuan Pemantauan & Review Manajemen Resiko

Metode Pemantauan & Review Penanggungjawab Frekuensi


Review Sistem Manajemen K3L Manajer Unit Bisnis K3L Minimal per Tahun
Review Rencana Keselamatan &
Manajer Proyek Minimal per Tahun *
Lingkungan Proyek
Review Laporan Penilaian Resiko Manajer Proyek Minimal per Tahun *
Review JSEA Supervisor Sebelum setiap tugas
Identifikasi Bahaya & Take 5 Semua Karyawan Harian
Strive for L-I-F-E Safety Walk Superintenden ke atas Mingguan
Manajer Unit Bisnis K3L (atau Bulanan (Level 1) &
Audit K3L (Level 1 & 2)
wakilnya) & Perwakilan Manajemen Tahunan (Level 2)
Manajer Unit Bisnis K3L/ Manajer
Investigasi Pasca Insiden Jika diperlukan
Proyek
CATATAN: * Periode Review bisa lebih sering bilamana ada: insiden, bahaya yang teridentifikasi, pengenalan proses baru
atau perubahan, ketidaksesuaian dari audit, dsb.

4.8 Catatan

Di dalam proses manajemen resiko, catatan menyediakan fondasi untuk


mendokumentasikan peningkatan baik metode dan alat, serta keseluruhan proses.

Penilaian Resiko dan tindakan manajemen harus dapat ditelusuri


(didokumentasikan).

Setelah review atau penilaian resiko selesai, hasilnya akan didokumentasikan


menggunakan LCI-HSE-FM-001A Risk Assessment Report dan catatan aslinya
harus disampaikan ke dan disimpan oleh Departemen K3L.

4.9 Kesiapan Respon Darurat

Kontrol manajemen resiko diidentifikasi untuk menangani situasi darurat dalam


laporan penilaian resiko yang akan menjadi dasar Rencana Respon Darurat Proyek.

Lihat LCI-HSE-PR-010 Emergency Management.

Local knowledge Page 20 of 22 Focused on success


■ International experience ■
5.0 Referensi Dokumen

Local knowledge Page 21 of 22 Focused on success


■ International experience ■
LCI-HSE -PR-001(02)

Anda mungkin juga menyukai