Sop MRK3
Sop MRK3
Prosedur ini menjelaskan ketentuan Unit Bisnis mengenai proses yang digunakan dalam
manajemen Resiko Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan, yang bertujuan untuk
meminimalisir terjadinya insiden, kerusakan dan kerugian di tempat kerja.
Fokus utama prosedur ini yaitu pada perlindungan orang dan lingkungan, namun
perlindungan terhadap kerusakan tanaman dan properti juga disertakan di sini. Prinsip –
prinsip manajemen resiko yang diuraikan dalam prosedur ini juga dapat digunakan untuk
mencegah kerugian finansial dan reputasi.
CATATAN: Resiko K3L juga dinilai di dalam disiplin lain (misalnya Pra-kontrak, Tender,
Komersial, dsb) dan prosedur yang relevan di dalam bidang – bidang disiplin tersebut harus
didiskusikan sehingga metodologi penilaian yang tepat dapat diadopsi.
2.0 Definisi
Resiko yang Dapat Resiko yang telah dikurangi ke tingkat yang dapat ditoleransi oleh
Diterima perusahaan/ organisasi, dengan memperhatikan kewajiban hukum
dan persyaratan internalnya sendiri.
Studi HAZOP Pemeriksaan tugas atau proses oleh sekelompok orang yang
memahami proses tersebut untuk mengidentifikasi potensi dan
bahaya nyata dalam menjalankan proses sehingga dapat
dihilangkan atau dikurangi. Juga dikenal sebagai “Hazard
Operability Study” atau “Studi Operabilitas Bahaya”.
Kesehatan III Kondisi fisik atau mental buruk yang diketahui dan timbul dari
dan/atau bertambah buruk akibat kegiatan kerja dan/atau situasi
terkait pekerjaan (OHSAS 18001:2007).
Job Safety and Analisa Keselamatan Kerja dan Lingkungan – metode sistematis
Environmental dalam pengenalan, evaluasi dan pengendalian bahaya yang dapat
Analysis digunakan untuk merencanakan langkah – langkah penghapusan
(JSEA) bahaya dan melindungi orang – orang serta lingkungan di tempat
kerja.
Probabilitas Kemungkinan hasil yang spesifik, diukur melalui rasio hasil yang
spesifik dengan jumlah hasil yang mungkin terjadi.
Probabilitas dinyatakan sebagai persentase dari 0% sampai 100%,
dengan 0% menunjukkan peristiwa atau hasil yang tidak mungkin
dan 100% menunjukkan suatu peristiwa atau hasil yang pasti.
Analisa Kualitatif Analisa yang menggunakan bentuk kata atau skala deskriptif untuk
menjelaskan kemungkinan timbulnya suatu peristiwa beserta
konsekuensinya. Skala ini dapat diadaptasi atau disesuaikan
dengan keadaan, dan penjelasan yang berbeda mungkin
digunakan untuk tugas – tugas yang berbeda dalam prosesnya.
Analisa Kuantitatif Analisa ini menggunakan nilai – nilai numerik (daripada skala
deskriptif yang digunakan dalam analisa kualitatif), baik untuk
konsekuensi dan kemungkinan dengan menggunakan data dari
berbagai sumber. Nilai analisis ini tergantung pada keakuratan dan
kelengkapan data numerik yang dipakai.
Residu Resiko Resiko yang tersisa setalah penanganan resiko. Catatan: Residu
resiko bisa berupa resiko yang tidak teridentifikasi atau dikenal
juga sebagai “retained risk/ resiko tertinggal”.
Residual Risk Angka Residu Resiko – angka tingkat resiko yang dihasilkan dari
Number (RRN): penilaian terhadap kemungkinan dan konsekuensi sebagai akibat
dari suatu bahaya dengan adanya kontrol mitigasi.
Risk Factor Number Angka Faktor Resiko – angka tingkat resiko yang dihasilkan dari
(RFN) penilaian terhadap kemungkinan dan konsekuensi sebagai akibat
dari suatu bahaya tanpa kontrol mitigasi.
Tempat Kerja Setiap lokasi fisik di bawah kendali Unit Bisnis, di mana kegiatan
yang berhubungan dengan pekerjaan dijalankan.
4.0 Prosedur
4.1 Umum
Semua aspek bisnis dan proyek terbuka terhadap beberapa bentuk resiko.
Paparan ini meliputi:
Kerugian orang (cedera dan sakit)
Kerugian lingkungan (termasuk warisan budaya dan masyarakat)
Sebagai tambahan, fungsi/ disiplin yang berbeda dalam Unit Bisnis (misalnya
komersial, pengadaan, pra-kontrak, tender, finansial, K3L, dsb) memerlukan proses
manajemen resiko yang berbeda untuk diadopsi dalam berbagai tahap kemajuan
proyek (pengembangan, desain, konstruksi, melalui tahap operasional dan
pemeliharaan).
Pada beberapa kasus, prosedur yang berkaitan dengan bidang disiplin tersebut
harus didiskusikan sehingga diadopsi metodologi penilaian yang tepat.
Prinsip/ langkah yang umum diadopsi oleh Unit Bisnis berkaitan dengan manajemen
resiko K3L diberikan pada Gambar 1 – Proses Manajemen Resiko K3L yang disertai
penjelasan dasar langkah – langkah tersebut di dalam prosedur ini. Pedoman/
rincian lebih lanjut dapat diperoleh dengan mengacu pada modul pelatihan Unit
Bisnis dan referensi lain yang diberikan dalam prosedur ini.
Ada tiga tingkat/ jenis penilaian resiko yang harus dilakukan oleh Unit Bisnis dan
dijelaskan dalam sub-bagian berikut:
Pada saat pemimpin penawaran telah menyusun harga akhir dan sebelum
penyampaian penawaran akhir, harus dilakukan peninjauan terhadap laporan
resiko ARM.
Pra-mobilisasi;
Mobilisasi dan persiapan lokasi;
Tahap konstruksi (sedikitnya setahun sekali);
Tahap operasional (sedikitnya setahun sekali);
Setelah penutupan proyek.
Konteks/ lingkup penilaian resiko akan berbeda sesuai dengan ukuran dan skala
proses/ kegiatan yang dinilai.
Sebelum melakukan workshop penilaian resiko yang resmi, sesi perencanaan harus
dilaksanakan untuk menetapkan lingkup dan menentukan waktu penilaian resiko.
Hal ini akan membantu menentukan faktor apa, siapa, bagaimana, mengapa, kapan
dan di mana, serta fokus proses penilaian resiko. Konteks eksternal (pengaruh luar
pada proyek atau proses yang sedang dinilai) dan internal (pengaruh dibawah
kendali langsung Unit Bisnis) harus dipertimbangkan.
Tim Penilai resiko harus terdiri dari kombinasi berbagai keterampilan berikut:
Umumnya, tim akan terdiri dari minimal 4 orang tetapi tidak lebih dari 10 orang.
Namun, ukuran tim sangat tergantung pada lingkup penilaian resiko dan tingkat
keterlibatan yang diperlukan. Peranan tim penilai resiko dijelaskan di bawah ini:
Ketua Tim
Ketua Tim harus dipilih untuk mengelola tim dan membantu fasilitasi proses. Pilihan
yang baik untuk Ketua Tim bisa diambil dari tingkat manajemen karena memberikan
kredibilitas terhadap hasil penilaian resiko.
Fasilitator
Fasilitator digunakan untuk mengarahkan tim selama proses penilaian resiko.
Fasilitator penilaian resiko harus merupakan anggota senior Unit Bisnis atau tim
proyek K3L.
Anggota Tim
Anggota tim harus memiliki pengetahuan dan pengalaman bahaya terkait proses
atau operasional yang menjadi subyek penilaian resiko. Pengetahuan ini penting
untuk mengungkapkan masalah yang mungkin terjadi selama proses penilaian resiko.
Hal ini juga akan memastikan partisipasi karyawan dan kepemilikan terhadap kontrol
yang timbul dari proses.
Hal – hal berikut ini harus diikuti untuk identifikasi resiko yang efektif:
Ketua Tim, Fasilitator dan Pencatat harus ada untuk membantu tim
mengidentifikasi semua kemungkinan bahaya dan resiko yang
berhubungan dengan individu, komponen atau langkah dan mencatat
bahaya dan resiko tersebut.
Proses, sistem, instalasi/ peralatan, operasional atau wilayah kerja
yang menjadi subyek penilaian harus dianalisa dan dijabarkan
menjadi uraian bagian, komponen atau fungsional grup (proses,
kegiatan/ tugas/ pekerjaan, produk, dsb).
Melakukan kunjungan ke tempat kerja atau apabila tempat kerja
belum ada secara fisik, para personil yang mengenal/ berpengalaman
Hal ini harus dilakukan pertama kali tanpa memperhatikan setiap kontrol yang
ada atau yang sedang dipertimbangkan, karena fokusnya adalah bahaya itu
sendiri. Fasilitator harus memperkuat fokus ini karena ada kecenderungan
alami pada orang – orang untuk memikirkan kemungkinan dan konsekuensi
dilihat dari kontrol yang ada.
Menentukan Konsekuensi
Menentukan Kemungkinan
Beberapa korban jiwa atau cacat permanen akibat Polusi besar – besaran dengan pekerjaan
Sangat cedera atau sakit. pemulihan yang signifikan, lebih dari 12 bulan.
5
Tinggi Menarik minat media global. Kerusakan permanen
(Kelas 1, Kematian, LTI* atau akhir kesehatan) yang signifikan. (Insiden Tingkat 1)
Kematian atau cacat permanen akibat cedera atau Polusi signifikan dengan dampak di luar lokasi dan
sakit. Absen jangka panjang. pekerjaan pemulihan memerlukan waktu 6 – 12
4 Tinggi bulan. Ada beberapa kerusakan permanen.
(Kelas 1, Kematian, LTI, ireversibel dengan Menarik minat media nasional dan regional (Insiden
pengobatan jangka panjang) Tingkat 1)
Cedera yang mengancam nyawa/ kesehatan
individu sehingga memerlukan evakuasi medis Polusi dengan beberapa dampak di luar lokasi dan
sampai fasilitas rumah sakit. Absen dari kerja pekerjaan pemulihan selama 1 – 6 bulan. Mungkin
3 Sedang
dalam jangka pendek. memerlukan bantuan dari luar. Menarik minat
beberapa media lokal (Insiden Tingkat 2)
(LTI, reversibel & pengobatan jangka menengah )
Cedera dan sakit yang memerlukan pengobatan Polusi minor, dampak sepele atau ringan,
dari orang yang memiliki kualifikasi medis. pekerjaan pemulihan minor kurang dari 1 bulan.
2 Rendah Penyembuhan total. Tidak ada waktu yang hilang. Pemulihan seluruhnya dimungkinkan. (Insiden
(AWI*, MTI*, atau pengobatan jangka pendek) Tingkat 2 – 3)
Cedera yang tidak atau mungkin memerlukan
pertolongan pertama. Pengaruh pada kesehatan Pengaruh polusi minimal, hanya bersifat lokal.
Sangat kecil sehingga tidak mempengaruhi kinerja atau
1 Pemulihan seluruhnya bisa terjadi secepat
Rendah menyebabkan absen. mungkin. (Insiden Tingkat 3)
(FAI* atau tidak ada pengobatan keluar)
*Catatan: LTI = Lost Time Injury; MTI = Medical Treatment Injury; AWI = Alternate Work Injury; FAI = First Aid Injury
*Note: Kolom ini harus mempertimbangkan kelompok industri atau lingkup kerja serupa dengan yang sedang dinilai.
Hampir Pasti
5 10 15 20 25
5
Mungkin Sekali
4 8 12 16 20
4
Mungkin
3 6 9 12 15
3
Tidak Mungkin
2 4 6 8 10
2
Jarang
1 2 3 4 5
1
Kemungkinan
Sangat Renda Sedan Tingg Sangat Tinggi
Rendah h2 g3 i4 5
Konsekuensi 1
Jarak
Tingkat
Tingka Tindakan Manajemen Resiko yang Diperlukan Rentang Waktu
Resiko
t
Resiko
Pekerjaan tidak boleh dimulai atau dilanjutkan sampai resiko telah dikurangi. Apabila Tindakan Segera
Ekstrim 16 – 25
resiko tidak mungkin dikurangi, maka pekerjaan harus tetap dilarang. oleh Mnjmn Senior
Pekerjaan tidak boleh dimulai atau dilanjutkan sampai resiko telah dikurangi.
Tindakan
Sumber daya yang cukup mungkin perlu dialokasikan untuk mengurangi resiko.
Tinggi 10 – 15 Mendesak oleh
Pada saat resiko melibatkan pekerjaan yang sedang berlangsung, harus dilakukan
Mnjmn Senior
tindakan mendesak.
Harus dilakukan upaya – upaya untuk mengurangi resiko, tapi biaya pencegahan Tindakan dengan
harus diukur dan dibatasi dengan hati – hati. Pada saat resiko menengah Batas Waktu
Sedang 6–9 dihubungkan dengan konsekuensi membahayakan ekstrim, perlu penilaian lebih (Tindakan Tepat
lanjut untuk menentukan kemungkinan bahaya yang lebih tepat sebagai dasar untuk Waktu) oleh
menentukan kebutuhan tindakan pengendalian yang lebih baik. Mnjmn Lini
Tindakan (jika
ada) dengan
Tidak diperlukan kontrol tambahan. Diberikan pertimbangan untuk memperoleh prosedur rutin
Rendah 3–5 solusi yang lebih efektif biaya atau peningkatan tanpa ada beban biaya tambahan. (contoh:
Pemantauan diperlukan untuk memastikan bahwa kontrol dipertahankan. pemeliharaan)
oleh personil yang
relevan
Minor 1–2 Tidak ada tindakan yang diperlukan selain pengawasan tugas normal. Tidak ada
4.5.1 Umum
Pilihan – pilihan penanganan resiko adalah:
JSEA harus dibuat untuk semua tugas yang teridentifikasi melalui proses
penilaian resiko yang mempunyai Residual Risk Number lebih besar dari 6,
dan tidak memiliki instruksi atau prosedur tertulis.
Tambahan kontrol ini harus dicatat dalam Laporan Penilaian Resiko dengan
mencantumkan nama orang yang ditunjuk untuk melaksanakan kontrol, target
tanggal penyelesaian dan status terbaru.
Format umum yang paling sering digunakan untuk menyebarkan informasi penilaian
resiko adalah sebelum mulai kerja, Pertemuan Tool Box Talk, Prosedur, Instruksi
Proyek, Pernyataan Cara Kerja, JSEA, dsb. Lihat LCI-HSE-PR-005 (01) HSE
Consultation Participation and Communication.
Proses pemantauan dan review dapat dilakukan secara berkala atau ad hoc.
Tabel berikut ini menerangkan proses – proses pemantauan dan review minimum
yang harus diadopsi oleh Unit Bisnis dan Proyek untuk memastikan resiko – resiko
dikelola secara aktif:
4.8 Catatan