Anda di halaman 1dari 112

IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

卒業論文

IDENTITAS QUEER TOKOH AIHARA YUZU DALAM BUDAYA POPULER


JEPANG: STUDI KASUS YURI MANGA “CITRUS” KARYA SABUROUTA

主人公 藍原柚子 のク ン における日本大衆文化


サブロウ の CITRUS 百合漫画のケ ス ス

OLEH:
DALILAH INAS TSABITAH
NIM. 121211332010

PROGRAM STUDI STUDI KEJEPANGAN


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

卒業論文

IDENTITAS QUEER TOKOH AIHARA YUZU DALAM BUDAYA POPULER


JEPANG: STUDI KASUS YURI MANGA “CITRUS” KARYA SABUROUTA

主人公 藍原柚子 のク ン における日本大衆文化


サブロウ の CITRUS 百合漫画のケ ス ス

OLEH:
DALILAH INAS TSABITAH
NIM. 121211332010

PROGRAM STUDI STUDI KEJEPANGAN


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

ii

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IDENTITAS QUEER TOKOH AIHARA YUZU DALAM BUDAYA POPULER


JEPANG: STUDI KASUS YURI MANGA “CITRUS” KARYA SABUROUTA

主人公 藍原柚子 のク ン における日本大衆文化


サブロウ の CITRUS 百合漫画のケ ス ス

SKRIPSI
卒業論文

OLEH:
DALILAH INAS TSABITAH
NIM. 121211332010

PROGRAM STUDI STUDI KEJEPANGAN


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

iii

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

IDENTITAS QUEER TOKOH AIHARA YUZU DALAM BUDAYA POPULER


JEPANG: STUDI KASUS YURI MANGA “CITRUS” KARYA SABUROUTA

主人公 藍原柚子 のク ン における日本大衆文化


サブロウ の CITRUS 百合漫画のケ ス ス

SKRIPSI
卒業論文

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada


Program Studi Studi Kejepangan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Airlangga

ンガ大学人文学部日本研究学科における
学位を 得するための一つ条件

OLEH:
DALILAH INAS TSABITAH
NIM. 121211332010
ナス サビ
学生番号 一二一二一一 二〇一〇

PROGRAM STUDI STUDI KEJEPANGAN


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

iv

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ini adalah karya tulis saya asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Airlangga maupun di
perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini murni hasil gagasan, penelitian dan tulisan saya sendiri tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan dosen pembimbing.
3. Karya tulis ini bukan karya jiplakan dan di dalamnya tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis
dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.

Surabaya, 20 Juni 2018


Yang membuat pernyataan,

Dalilah Inas Tsabitah


121211332010

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LEMBAR PENGESAHAN

Judul skripsi : Identitas Queer Tokoh Aihara Yuzu dalam Budaya Populer
Jepang: Studi Kasus Yuri Manga “Citrus” Karya Saburouta
主人公 藍原柚子 のク ン におけ
る日本大衆文化サブロウ の CITRUS 百合漫画のケ
スス
Nama : Dalilah Inas Tsabitah
NIM : 121211332010
Departemen : Studi Kejepangan

Telah disetujui untuk diajukan pada tanggal 26 bulan Juni tahun 2018
oleh:

Pembimbing Skripsi

Putri Elsy, S.S., M.Si.


NIP. 197002102008122001

Dan telah berhasil dipertahankan pada tanggal 5 bulan Juli tahun 2018
di hadapan penguji :

Ketua Penguji I

Syahrur Marta Dwisusilo, Ph. D.


NIP. 197603242002121001

Penguji 2 Penguji 3

Rahaditya Puspa Kirana S.Hum., M.Hum. Putri Elsy, S.S., M.Si.


NIP. 198801092016113201 NIP. 197002102008122001

Mengetahui,
Ketua Departemen

Antonius R. Pujo Purnomo, S.S., M.A., Ph.D.


NIP. 197601172003121001

vi

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya

peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identitas Queer dalam Budaya

Populer Jepang: Studi Kasus Yuri Manga “Citrus” Karya Saburouta”. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi persyaratan tugas akhir skripsi sebagai mahasiswa

Universitas Airlangga angkatan 2012/2013. Tidak lupa, peneliti mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Ashinaga Foundation, yang telah memberikan peneliti kesempatan untuk tinggal

dan menyelami kehidupan orang Jepang selama kurun periode 2014-2015, dan

telah mengantarkan peneliti untuk dapat melakukan dan mengumpulkan berbagai

bahan penelitian mengenai fenomena sosial kejepangan, salah satunya adalah

pokok bahasan proposal skripsi berikut,

2. Universitas Airlangga Departemen Studi Kejepangan, yang telah banyak

memberikan kesempatan untuk belajar bahasa, sastra, dan kebudayaan Jepang

selama beberapa tahun ini,

3. Parwati Hadi Noorsanti-Sensei, selaku dosen wali. Sensei, terima kasih banyak

untuk masih percaya pada kemampuan saya dan kesabarannya mendukung saya

selama 6 tahun ini,

4. Putri Elsy S.S, M.Si yang dengan sabar telah membimbing proses dan sistematika

penulisan skripsi ini dengan saran-saran dan kritik membangun beliau,

vii

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5. Ibu tercinta yang sudah saya repotkan selama beberapa tahun sebagai mahasiswa

yang tidak segera lulus-lulus, maaf ya, Ma. Terima kasih sudah sabar menghadapi

aku yang seperti ini,

6. Untuk Anja Wüst sahabat Jermanku sejak 2012. Terima kasih atas suka duka,

support, Milka, sedih dan senang yang dialami bersama beberapa tahun ini, let’s

eat dry indomie again like an oppressed poc dude,

7. Discord SL Family. The only social interaction I had during thesis writing for the

past few months. Thanks for existing and introducing me to Overwatch fandom

experience,

8. Mr. M.R. Hey you, we only have known each other for short period amount of

time. But you‟re always there for me as if you‟ve been there for years. Thank you

for always being my shelter, my trash bin, and my safe haven. I love you, your

smile, and your Sombra haircut,

9. Diendi, Ganjar, Shika, dan Tami. Dear Gangsters makasih ya rek sudah

mendengarkan keluh kesahku tentang skripsiku seng gak mari-mari iki,

Surabaya, 20 Juni 2018

Dalilah Inas Tsabitah

viii

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

Sampul Depan…………………………………………………………………………i
Sampul Dalam………………………………………………………………………...ii
Prasyarat Gelar……………………………………………………………………….iv
PERNYATAAN……………………………………………………………………....v
Pengesahan Dewan Penguji Skripsi ..………………………………………………..vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….vii
DAFTAR ISI...…………………………………………………………………….…ix
DAFTAR BAGAN DAN TABEL…………………………………………………...xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………...xii
ABSTRAK………………………..………………………………………………...xiii
ABSTRACT……………………………………………………….………………..xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………..…………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………….12
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………………………..12
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………………12
1.5 Tinjauan Pustaka………………………………………………………………...13
1.6 Landasan Teori
1.6.1 Teori Queer…………………………………………………………………..16
1.6.2 Cass Identity Model………………………………………………………….20
1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Metode Pengumpulan Data…………………………………………………..23
1.7.2 Metode Analisis Data………………………………………………...……...24
1.8 Sistematika Penulisan……………………………………………………………25
BAB 2 QUEER DAN IDENTITAS QUEER DALAM MASYARAKAT DAN
BUDAYA POPULER JEPANG
2.1 Queer, Identitas Queer, dan Teori Queer………………………………………..26
2.2 Sekumai, Kehidupan Queer, dan Individu-Individu Queer dalam Budaya Populer
dan Masyarakat Jepang………………………………………………………………38
2.3 Yuri Manga: Queer dan Lesbianisme dalam Budaya Populer Jepang…...……...48
BAB 3 IDENTITAS QUEER TOKOH AIHARA YUZU DALAM YURI MANGA
CITRUS KARYA SABUROUTA
3.1 Tentang Manga Citrus
3.1.1 Data Tokoh-Tokoh Utama dan Pendukung Manga Citrus……………..……...52
3.1.2 Sinopsis Cerita Manga Citrus……………………………………………..…...54
3.2 Identitas Queer Dalam Manga Citrus
3.2.1 Identitas Gender dan Seksualitas Aihara Yuzu……………..………………....57
3.2.2 Krisis Identitas Seksual Aihara Yuzu…………...……………..……………....70

ix

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4 SIMPULAN
4.1 Simpulan…………………………………………………………………………81
4.2 Saran……………………………………………………………………………..83
YOUYAKU………………………………………………………………………….84
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..…93

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR BAGAN DAN TABEL

Tabel 3.1 Daftar Tokoh-Tokoh Manga Citrus………………………………………53

xi

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Yuzu bertekad untuk mengakhiri masa lajangnya dengan mendapatkan
pacar lelaki …………………………………………………………..........................58
Gambar 3.2 Yuzu berdandan maksimal untuk menarik perhatian laki-laki di sekolah
barunya ……………………………………………………………………………...61
Gambar 3.3 Yuzu tertarik pada Pak Guru Amamiya yang terkenal dengan
ketampanannya...…………………………………………………………………….63
Gambar 3.4 Yuzu ingin ingin mendapatkan alamat email Amamiya…………..…..64
Gambar 3.5 Yuzu memergoki Amamiya dan Aihara Mei yang sedang berciuman di
belakang sekolah……………………………………………………………………..66
Gambar 3.6 Mei menyatakan ia tidak mempedulikan lagi identitasnya sebagai
perempuan …………………………………………………………………………...68
Gambar 3.7 Yuzu secara tidak sadar memandang dan mengagumi Mei secara fisik
dan seksual …………………………………………………………………………..71
Gambar 3.8 Yuzu tidak dapat tidur nyenyak karena berpikir keras mengenai sikap
dan tindakan Mei kepadanya ………………………………………………………..71
Gambar 3.9 Yuzu merasa jijik pada dirinya sendiri yang mempunyai ketertarikan
seksual terhadap Mei ………………………………………………………………..75
Gambar 3.10 Yuzu mengakui bahwa dirinya merasa menjadi aneh karena mengalami
ketertarikan seksual terhadap Mei...……………………..…………………………..77
Gambar 3.11 Yuzu bersimpati pada Mei dan mengatakan bahwa ia tidak sendiri
dalam merasakan “keanehan” pada identitas diri mereka …………………………..79

xii

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRAK

Seksualitas bukanlah merupakan sebuah topik yang dianggap tabu di Jepang.


Masyarakat kuno Jepang bahkan telah mengenali berbagai jenis perilaku seksual
dan identitas gender seperti praktek-praktek cross-dressing dan kegiatan non-
heteroseksual yang dianggap norma pada saat itu. Meskipun begitu, masyarakat
Jepang tidak mempunyai pakem istilah seperti “lesbian”, “gay” maupun
“transgender” pada untuk individu-individu tersebut karena mereka mempunyai
label-label lain berdasarkan konteks kultural Jepang yang kompleks. Para pakar
teori queer menyebut fenomena ini dengan “queer”, di mana seksualitas dan
identitas gender manusia dikatakan sebagai suatu hal yang beraneka ragam, tidak
monolitik, serta tidak mungkin dapat dikotak-kotakkan dalam suatu kategori dan
definisi tertentu. Narasi dan identitas queer tidak asing dalam budaya populer
Jepang seperti manga dan anime. Dalam manga dan anime, genre-genre seperti yuri
dan yaoi memiliki tema-tema non-heteroseksual, di mana yuri mengeksplorasi
percintaan antar perempuan dan yaoi antar laki-laki. Salah satu manga bergenre
yuri yang terbit baru-baru ini berjudul Citrus karya Saburouta. Citrus menceritakan
romansa di antara kedua protagonis perempuannya. Dengan menggunakan teori
queer dan Cass Identity Model oleh Vivienne Cass, penelitian ini akan menelaah
identitas queer dan krisis identitas yang menyertainya pada salah satu tokoh
utamanya, Aihara Yuzu.
Kata kunci: identitas queer, queer, budaya populer, masyarakat Jepang, seksualitas,
krisis identitas, manga yuri.

xiii

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

Sexuality as a topic is not perceived as a taboo subject in Japan. In fact, Japanese


society has recognized the idea of various sexual behaviors and gender identities
such as the practice of cross-dressing and non-heterosexual relationships throughout
history. However, Japanese society does not acknowledge these simply as “lesbian”,
“gay”, or “transgender” individuals and instead, a more complex sexual and gender
identities. This phenomenon, arguably by queer theorists, is known as “queer”, in
which humans sexuality and gender identities are said to be multifaceted, non-
monolith, and impossible to narrow down into definitions and categories. Queer
narratives and identities are not uncommon in Japanese popular culture, namely
manga and anime. In manga and anime, some genres such as yuri and yaoi embrace
non-heterosexual plotlines, with yuri typically being a relationship between women
and yaoi between men. One of the recently published yuri manga is titled Citrus by
Saburouta. Citrus tells a romance story between two female protagonists. Using a
queer theory and Cass Identity Model by Vivienne Cass, this study sought to analyze
the developments and crisis of queer identity of one of the protagonists Aihara Yuzu
in the manga.
Keywords: Queer identity, queer, popular culture, Japanese society, sexuality,
identity crisis, yuri manga.

xiv

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia tidak hanya merupakan makhluk sosial, namun juga makhluk seksual.

Seks bagi manusia merupakan hal yang signifikan sebagai sarana prokreasi demi

melangsungkan keturunan maupun rekreasi pemenuhan kebutuhan psikis dan biologis.

Ketika menyelami seksualitasnya, manusia tidak hanya mengeksplorasi sisi biologis

saja, namun juga sisi erotis, psikologis, emosional, sosial, dan spiritual (Bolin &

Whelehan, 2009). Oleh karena itu, seksualitas merupakan hal yang erat dalam

kehidupan manusia sepanjang masa.

Topik mengenai seksualitas manusia tidak mungkin lepas dari isu-isu terkait

perilaku seksual, identitas seksual, dan permasalahan gender. Salah satu kajian terkait

yang hangat di masyarakat posmodern ini adalah kajian identitas queer. Queer adalah

sebutan secara umum untuk wacana seksualitas dan identitas gender yang diluar

kaidah-kaidah heteronormativitas 1 . Queer juga merupakan sebuah istilah umum

1
Heteronormativitas adalah sebuah anggapan bahwa orang berjenis kelamin dan bergender biner (pria
dan wanita) adalah alamiah dan sebagaimana mestinya. Karena itu, pandangan ini menganggap
heteroseksualitas adalah satu-satunya orientasi seksual yang valid dan menjadi norma dalam
masyarakat. Sehingga, aktivitas seperti hubungan seksual sampai pernikahan hanya pantas dilakukan
oleh dua manusia yang berbeda jenis kelamin saja. Michael Warner, seorang kritikus sastra
mempopulerkan istilah ini pada tahun 1991 dalam karyanya “Introduction: Fear of a Queer Planet”,
yang merupakan salah satu dari karya-karya besar dalam kajian queer dan teori queer.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

(umbrella term) untuk individu-individu yang mengidentifikasikan dirinya sebagai

bagian dari komunitas LGBT+2.

Banyak negara di dunia yang sudah mengakui keberadaan dan melegalkan

pernikahan non-heteroseksual dengan penyetaraan hak dan jaminan kesejahteraan

pada masyarakat LGBT+. Namun, di dalam masyarakat internasional yang masih


3
menjunjung budaya partriarki ini, heteronormativitas masih menjadi wacana

dominan narasi publik. Narasi-narasi publik ini dapat berupa opini, diskursus, sampai

dalam bentuk budaya populer.

Budaya populer sendiri merupakan gagasan, perspektif, dan fenomena-fenomena

yang dikonsumsi untuk masyarakat luas melalui media massa lewat produk-produk

seperti film, musik, novel pop, komik, dan lain-lain. Dari budaya populer pula opini

suatu individu terhadap topik-topik tertentu dapat dibentuk (McGaha, 2015). Maka

dari itu, budaya populer sangat efektif untuk menangkap gambaran pola pikir dan

identitas suatu masyarakat. Karena heteronormativitas dan patriarki masih prevalen

dalam produk-produk budaya populer, narasi-narasi identitas queer belum dapat

terepresentasi dengan setara dan komprehensif. Jika ada pun, narasi-narasi identitas

queer ini seringkali dilihat dari kacamata lelaki heteroseksual (Mulvey, 1999). Hal ini

mengakibatkan adanya kecenderungan-kecenderungan pengkategorian atau

2
LGBT+ adalah akronim dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender. Tanda plus (+) di sini
melambangkan inklusivitas identitas-identitas seksual dan gender lain yang dianggap di luar
heteronormativitas. Istilah lain yang umum digunakan adalah LGBT tanpa tanda (+) secara singkatnya.
3
Patriarki adalah istilah untuk sebuah sistem masyarakat di mana ayah atau anak lelaki tertua adalah
kepala keluarga. Patriarki juga berarti sistem sosial di mana laki-laki memegang kekuasaan atau
kekuasaan laki-laki lebih besar dan dominan daripada perempuan. Kekuasaan di sini dapat berarti
dalam kepemimpinan politik, otoritas moral, keagamaan, hak istimewa sosial dan kontrol atas properti.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

stereotipikasi individu-individu queer ini dalam sebuah definisi yang statis mengenai

identitas gender dan seksual. Sebagai contoh, lelaki non-heteroseksual dalam film-

film sering digambarkan sebagai orang yang flamboyan dalam berbicara dan selalu

menunjukkan gestur feminin yang dilebih-lebihkan. Metroseksual, modis, dan badan

atletis selalu menjadi simbol-simbol yang mengkategorikan dan menstereotipikasikan

individu-individu yang mengidentifikasikan diri sebagai lelaki gay, biseksual,

maupun queer tersebut. Kebalikannya, perempuan yang beridentitas queer cenderung

banyak disimbolkan dengan kemaskulinan dan ketidakpatuhan terhadap figur ayah,

saudara lelaki, suami, dan figur-figur lelaki lainnya.

Queer sendiri adalah sebuah fenomena identitas gender dan seksualitas yang

menolak akan adanya definisi dan pengkategorian. Dalam pemaknaannya, identitas

queer merupakan sebuah konsep di mana identitas gender dan seksual manusia

mengalami transendensi melebihi suatu individu. Maksudnya adalah identitas queer

tidak terikat dengan jenis kelamin, ekspresi gender, identitas seksual, dan orientasi

seksual yang tunggal dan statis. Queer seperti dijelaskan oleh Eve Sedgwick dalam

bukunya Tendencies (1993) sebagai fenomena kompleksitas identitas gender dan

seksualitas yang merupakan kondisi alamiah manusia. Identitas queer, menurut

Sedgwick, adalah ketika elemen-elemen gender dan seksualitas dapat bertentangan

satu sama lain, dengan jangka waktu yang berbeda-beda dan bervariasi dalam satu

individu dengan yang lain. Elemen-elemen tersebut dapat berupa aspek budaya, sosial,

ekonomi, dan sebagainya. Karena spektrum yang luas ini, individu-individu queer

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

tidak dapat jatuh dalam kategori identitas tertentu dan karena itulah konsep identitas

queer menolak sebuah definisi.

Individu-individu queer erat kaitannya dengan fenomena krisis identitas. Dalam

diskursus queer dan diversitas seksual, banyak ditemukan kasus bahwa individu-

individu queer sebagian besar, bahkan hampir seluruhnya, pernah mengalami

pergolakan atau krisis identitas gender dan seksual saat beranjak remaja dan tumbuh

dewasa. Krisis identitas ini dapat terjadi karena berbagai macam hal dari internal

maupun eksternal. Penolakan diri, membohongi diri sendiri, sampai pada kasus

ekstremnya, bunuh diri karena tekanan sosial dalam masyarakat. Krisis identitas

sebagai bagian dari dinamika individu-individu queer telah dijadikan diskursus dan

bahkan dijabarkan menjadi tahap-tahap tertentu oleh seorang seksolog posmodern

bernama Vivienne Cass dalam Cass Identity Model pada tahun 1970-an. Cass Identity

Model telah banyak membantu menganalisis dan memberikan penjelasan lebih seluk-

beluk individu-individu queer dalam masyarakat. Faktanya, model ini merupakan alat

analisis pertama yang memperlakukan orang-orang LGBT+ sebagai individu-individu

“normal” di antara banyaknya diskursus kontemporer era 70-an yang cenderung bias

dan mendiskreditkan identitas queer.

Narasi identitas queer yang bermain di dinamika orientasi seksual dan identitas

gender sendiri bukan merupakan hal baru di kehidupan manusia. Sejak zaman Yunani

Kuno, entitas-entitas agama panteon telah mengembodikan identitas-identitas queer.

Hal ini dapat kita lihat dari biseksualitas dan interseksualitas Dewa Zeus dan

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

Hermaphroditus 4 . Bahkan agama lain seperti Hindu India mempunyai dewa-dewi

yang sering berganti jenis kelamin dan gender. Gopi Shankar Madurai, seorang

aktivis hak asasi manusia, dalam Konferensi Queer Nasional tahun 2013 mendukung

fakta ini dengan berpendapat bahwa “Masyarakat Hindu telah memahami individu-

individu seperti ini (queer) di masa lampau. Namun, saat ini kita melabelkan mereka

dalam suatu kategori „LGBT„ yang mana menjadikan identitas-identitas lain

tersembunyi dan tidak terkenali.”

Senada dengan agama Hindu, narasi dan entitas queer ini sama sakralnya dalam

mitologi suku-suku pedalaman Amerika seperti Maya, Inca, Aztec, Inuit, dan

sebagainya. Hal ini didukung dengan dengan adanya artefak dewa Xochipilli yang

merupakan entitas pelindung dan pencipta homoseksualitas di muka bumi (Greenberg,

1990). Bahkan individu-individu queer dalam kepercayaan Native American (suku-

suku Indian/Asli Amerika) dijadikan oleh masyarakatnya sebagai orang-orang suci

(saint) yang disebut two-spirits. Orang-orang dengan identitas gender ganda ini

berfungsi sebagai pendeta, shaman (dokter atau dukun), dan dianggap sebagai orang-

orang yang menjadi panutan kebijaksanaan dalam masyarakat.

Senada dengan hal tersebut, di Indonesia individu-individu queer ini juga

dianggap suci, bijaksana, dan dijadikan pemimpin upacara adat dalam kepercayaan

suku Bugis (Graham Davies, 2006). Suku Bugis mengenal lima gender yaitu

4
Biseksualitas dalam kisah dewa Zeus yang menikah dengan dewi Hera namun menjalin hubungan
dengan entitas lelaki muda Ganymede. Hermaphroditus adalah anak lelaki dewa Hermes dan dewi
Aphrodite yang mempunyai struktur anatomi tubuh perempuan. Hermaphroditus adalah dewa fertilitas
dan dualisme jenis kelamin manusia.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6

makkunrai (wanita), oroane (pria), calalai (tubuh wanita gender pria), calabai (tubuh

pria gender wanita), dan bissu (agender, androgini, maupun yang tidak beridentifikasi

dengan gender apapun).

Di Jepang sendiri, queer dan identitas queer sudah dikenal dan menjadi bagian

dari variasi kehidupan seksual manusia sejak zaman dahulu. Budaya Jepang yang

sebagian besar mengambil dari budaya Cina juga mengadaptasi narasi-narasi identitas

queer dalam mitologinya. Mitologi Cina dikenal sarat dengan wacana

homoseksualitas (Xiaomingxiong, 2002). Hal ini dipengaruhi oleh konsep religi dan

kepercayaan Taoisme, Konfusianisme, dan agama Buddha yang tidak begitu

mengatur perihal seksualitas seseorang dan bahkan menganjurkan hubungan

pederasty (hubungan mentor-anak didik) antar lelaki. Dalam mitologi Jepang dan

agama Shinto, dewi Amaterasu 5 disebutkan mempunyai tendensi biseksual dalam

sebuah kisah ketika dihibur oleh dewi bernama Ame no Uzume 6 dengan tarian

telanjangnya (Conner & Sparks, 1998). Selain itu, dalam fiksi Hikayat Genji (源氏物

語, Genji Monogatari) oleh Murasaki Shikibu yang ditulis pada abad ke-11, wacana

identitas queer terlihat ketika Genji memilih tidur dengan adik lelaki dari perempuan

yang disukainya dan menganggap laki-laki itu lebih mempesona dari perempuan

pujaan hatinya (Murasaki, 2015).

5
Amaterasu adalah entitas tertinggi dalam agama Shinto yang merupakan dewi primordial atas
matahari dan alam semesta.
6
Ame no Uzume adalah dewi fajar, kegembiraan, dan pesta pora. Dikenal sebagai personifikasi atas
sensualitas perempuan.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7

Dalam masyarakat Jepang, keberadaan individu-individu queer bukan merupakan

fenomena yang aneh maupun tabu sebelum pengaruh barat dan agama Kristen datang.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, hubungan pederasty menjadi norma pada

zaman feodal Jepang sampai pra-Restorasi. Hal ini disebut nanshoku (男色) yaitu

hubungan perjantanan atau semburit antar lelaki. Nanshoku banyak tercatat dan

tergambar pada seni rupa populer seperti ukiyo-e7 dan shunga8 pada zaman tersebut.

Nanshoku yang digambarkan antara lain: hubungan antara biarawan dan pembantu

pendeta muda (acolyte) di kuil-kuil dan biara-biara Shinto dan Buddha, hubungan

antar samurai senior dan prajurit muda, hubungan antar guru dan murid, dan

sebagainya.

Lain halnya dengan nanshoku, individu-individu queer pada perempuan tidak

begitu dianggap sebuah norma di masyarakat. Walaupun begitu, dalam seni rupa

shunga ditemukan pula karya-karya yang menggambarkan hubungan antar wanita

seperti karya milik pelukis zaman Edo, Hokusai Katsushika yang berjudul “Entangled”

di tahun 1814 dalam seri Kinoe no Komatsu (Pucuk Pinus Muda). Karya-karya ini

tidak begitu mendominasi layaknya shunga lainnya mengenai hubungan

heteroseksual dan nanshoku.

Karya-karya ukiyo-e Hokusai yang kemudian dibukukan dalam sebuah ehon (

本) atau buku bergambar adalah merupakan salah satu cikal bakal munculnya manga

di Jepang (Bouquillard & Marquet, 2007). Manga adalah salah satu budaya populer

7
Ukiyo-e adalah seni lukisan Jepang zaman Edo sekitar abad ke-17 sampai 19.
8
Shunga adalah ukiyo-e yang bernuansa erotis dan cenderung eksplisit.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8

Jepang yang mendunia. Manga merupakan terminologi yang merujuk pada komik-

komik asal dan buatan Jepang. Seperti halnya dengan film dan novel, manga sebagai

produk budaya populer mempunyai varietas genre yang beragam. Genre manga

dibagi menjadi sub-genre berdasarkan demografi usia, jenis kelamin, dan konten

cerita maupun jenis gambar. Secara demografi usia dan jenis kelamin ada manga

kodomo (anak-anak), shoujo (remaja perempuan), shounen (remaja laki-laki), josei

(perempuan dewasa), dan seinen (laki-laki dewasa). Secara konten, manga

mempunyai genre laga, fantasi, romansa, horor, dan sebagainya. Secara jenis gambar,

sub-genre manga dibagi lagi berdasarkan eksplisit tidaknya suatu gambar, terutama

merujuk kepada penggambaran aktivitas seksual, kekerasan, dan adegan penuh darah.

Contohnya manga ecchi (erotis non-eksplisit), hentai (erotis eksplisit), dan guro (dari

kata gore atau grotesque, dominan berisi adegan berdarah-darah dan kekerasan).

Kemudian ada pula manga dengan sub-genre terpisah berdasarkan konten yang

merupakan narasi-narasi queer seperti yaoi atau BL (boys love, romansa antar lelaki)

dan yuri atau shoujo ai (romansa antar perempuan).

Manga yang akan dijadikan objek dalam penelitian ini adalah manga dengan

narasi queer bergenre yuri yang berjudul Citrus. Yuri (百合) adalah sebutan untuk

genre manga yang bertemakan romansa sesama jenis antar perempuan. Kata yuri

sendiri dari kanjinya bermakna bunga lili. Genre ini populer dikalangan audiens

wanita Jepang karena memang sarat dengan romansa dan gaya gambar yang

kebanyakan mengacu pada style shoujo manga. Istilah yuri sendiri sering digantikan

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9

atau bahkan tercampur dengan shoujo ai (少女愛) yang secara literal berarti cinta di

antara para gadis. Tetapi terkadang kedua kata ini bisa menjadi dua genre yang

sedikit berbeda dengan yuri lebih menekankan pada seksualitas dan shoujo ai pada

hubungan romansa para tokoh-tokohnya.

Manga yuri Citrus ini merupakan sebuah karya komikus perempuan Jepang

dengan nama pena Saburouta. Citrus dirilis mulai akhir tahun 2012 dalam majalah

komik triwulan Comic Yuri Hime oleh penerbit Ichijinsa. Kemudian pada tahun 2013

setelah melalui empat bab cerita (chapter) yang telah diterbitkan oleh Comic Yuri

Hime, Citrus resmi dirilis dalam bentuk tankoubon9. Hingga saat ini pada tahun 2018

jumlah tankoubon yang telah naik cetak berjumlah delapan buah dan masih akan

bersambung. Manga ini menjadi salah satu konten terpopuler dalam majalah Comic

Yuri Hime berdasarkan sensus pembaca Comic Yuri Hime di tahun 2015.

Kepopulerannya menjadikan manga Citrus berkembang dan berekspansi pada CD

drama dan siaran radio. Terlebih lagi, Citrus telah merambah ke produksi animasi

pada awal tahun 2018 ini.

Citrus menceritakan tentang sang protagonis, Aihara Yuzu yang merupakan gadis

SMA metropolitan Jepang. Yuzu identik dengan stereotip gadis remaja heteroseksual

kota yang pandai bersolek, sangat gaul, lantang dalam beropini dan terbuka di

kalangan teman-temannya, serta cenderung tidak menyukai hal-hal yang dianggap

9
Tankoubon adalah istilah untuk menyebut satu jilid kumpulan karya yang naik cetak yang
sebelumnya pernah diterbitkan dalam majalah, dalam hal ini, majalah komik. Tankoubon dapat
berbentuk standalone (seri tunggal) atau jilid berseri dengan pernomoran pada setiap jilidnya sehingga
mudah diurutkan.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10

terlalu rigid dan kuno seperti peraturan tradisional sekolah Jepang yang

mengharuskan murid-muridnya untuk seragam dan setara. Yuzu walaupun populer

dikalangan teman-teman kotanya, merasa sedikit kesepian karena dia ingin

mempunyai pacar seperti JK10 pada umumnya. Walaupun dia mempunyai pacar laki-

laki di masa lalu, sedikitpun dia tidak pernah merasakan cinta.

Kemudian karena masalah keluarga, Yuzu terpaksa ikut pindah ke sebuah sekolah

khusus wanita yang tegas melarang murid-muridnya bersolek dan berdandan diluar

ketentuan sekolah. Di hari pertama masuk sekolah, karena rambutnya yang pirang,

bajunya yang berantakan, dan membawa ponsel, Yuzu dianggap melanggar peraturan

dan segera didisiplinkan oleh ketua komite siswa. Ketua komite berambut hitam ini

bernama Mei. Dia dikenal di sekolah sebagai siswa teladan yang sangat pintar, cantik,

dan anggun. Tanpa diduga, ketua komite ini merupakan anak dari suami kedua

ibunya, yang otomatis menjadi adik tirinya. Mei dan Yuzu pun tinggal serumah dan

hubungan keduanya pada awalnya renggang dan cenderung bermusuhan karena sifat

mereka yang saling bertolak belakang. Namun seiring berjalannya waktu, Yuzu pun

mulai merasakan ketertarikan secara romantik dan seksual kepada Mei dan Mei pun

merasakan hal yang sama. Dalam Citrus, keduanya bersama sedang mencari jati diri

dan memahami perasaan masing-masing apa itu cinta, nafsu, dan kasih sayang.

Kisah dalam Citrus sangat sarat dengan narasi queer. Tokoh utama Aihara Yuzu

mengalami pergolakan internal dan eksternal, secara eksplisit maupun implisit, akan

identitas gender dan seksual sebagai perempuan muda Jepang. Citrus dipilih menjadi
10
JK adalah akronim slang untuk joshi kousei (女子高生) yang artinya gadis sekolah menengah atas.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11

objek penelitian karena Saburouta, sang pengarang, merupakan seorang perempuan.

Mengapa? Karena melalui karya seorang perempuan kita dapat melihat gambaran

yang lebih akurat akan bagaimana gambaran pribadi, pengalaman, serta karakteristik

seorang perempuan yang terepresentasi dalam sebuah karya seni tanpa adanya

intervensi dari pandangan lawan jenis (laki-laki) (Mulvey, 1999: 16). Maka dari itu

melalui karya Saburota, penelitian ini diharapkan akan dapat merepresentasikan

pandangan perempuan Jepang posmodern terhadap narasi queer tersebut. Manga

yuri/shoujo ai yang ditulis oleh komikus laki-laki tidak dipilih untuk menghindari

adanya bias gender dalam penggambaran dan sudut pandangnya.

Studi tentang narasi dan identitas queer perempuan Jepang dalam manga bergenre

yuri dan shoujo ai sendiri belum banyak dikaji secara komprehensif. Studi yang

cenderung telah banyak diteliti adalah genre yaoi dan shounen ai yang merupakan

romansa antar lelaki. Mark McLelland, seorang sosiolog, dalam bukunya Male

Homosexuality in Modern Japan (2000), menyimpulkan bahwa berkebalikan dengan

genre yaoi, genre yuri belum mempunyai banyak buku acuan serta penelitian-

penelitian yang terkait dengan seksualitas, identitas gender dan narasi queer dalam

budaya populer. Oleh karena itu penulis ingin meneliti mengenai identitas queer

perempuan dalam produk budaya populer Jepang, dalam hal ini melalui kajian media

yuri manga yang akan ditelaah dengan menggunakan teori queer dan Cass Identity

Model.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan menelaah tentang bagaimana

identitas queer dan krisis identitas seksual yang ditunjukkan oleh tokoh Aihara Yuzu

dalam yuri manga Citrus karya Saburouta.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan mencari tahu bagaimana

identitas queer dan krisis identitas seksual yang ditunjukkan oleh tokoh Aihara Yuzu

dalam yuri manga Citrus karya Saburouta.

1.4 Manfaat Penelitian

Ada dua jenis manfaat penelitian ini yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai rujukan atau referensi penelitian-

penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan gambaran identitas queer dan

krisis identitas seksual dalam budaya populer Jepang, khususnya dalam

manga bergenre yuri yang dianalisis menggunakan teori queer. Penelitian ini

juga bermanfaat untuk memperkenalkan Cass Identity Model sebagai alat

untuk menganalisis krisis identitas seksual pada individu-individu queer.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini memberi gambaran tentang identitas queer dalam budaya

populer, khususnya manga bergenre yuri atau shoujo ai. Pembaca dapat

mengetahui tentang keberadaan genre yuri manga secara umum. Penelitian ini

juga dapat memberikan pemahaman tentang dinamika gambaran individu

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

beridentitas queer dan/atau yang mengalami krisis identitas seksual di

masyarakat Jepang posmodern yang ditelaah menggunakan teori queer dan

Cass Identity Model.

1.5 Tinjauan Pustaka

Peneliti akan menggunakan tiga tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Satu dalam

bahasa Inggris dan dua dalam bahasa Jepang. Tinjauan pustaka pertama yaitu tesis

magister milik Kimberly. D. Thompson di tahun 2010 yang berjudul “Yuri Japanese

Animation: Queer Identity and Ecofeminist Thinking” (Animasi Jepang Yuri:

Identitas Queer dan Pemahaman Ekofeminis). Thompson dalam tesisnya meneliti

tentang pemahaman dengan perspektif queer, ekofeminis, dan cyberfeminis dalam

animasi Jepang bergenre yuri yang berjudul Kashimashi: Girl Meets Girl, Blue

Flowers, ICE, dan Kurau Phantom Memory. Dalam penelitiannya, Thompson

mendekonstruksi mitos alamiah seksualitas wanita untuk menantang mitos-mitos dan

anggapan umum tentang wanita heteroseksual maupun wanita dengan identitas queer.

Thompson banyak menggunakan rujukan teori queer sehingga peneliti menganggap

tesis tersebut dapat digunakan sebagai tinjauan pustaka dalam penelitian ini. Hasil

penelitian Thompson menyatakan bahwa narasi genre yuri dalam anime sebagai

representasi identitas queer wanita Jepang tidak boleh dipandang sebelah mata.

Narasi identitas queer wanita Jepang yang digambarkan dalam genre yuri telah

menolak dan menantang aturan-aturan dan norma dalam hegemoni. Maksudnya

adalah, semua ekspektasi, stereotipe, dan mitos-mitos umum akan identitas gender

dan seksualitas wanita Jepang telah didekonstruksi oleh karakter-karakter dalam

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

beberapa anime yang telah disebutkan, secara implisit maupun eksplisit, akan betapa

opresifnya anggapan-anggapan dan hegemoni tersebut. Thompson mengkaji secara

menyeluruh dari segi sisi budaya populer Jepang, namun sayangnya, ia kurang

menyentuh sisi manga dan lebih menekankan pada produksi anime sehingga peneliti

ingin mencoba mengkaji hal tersebut dari perspektif manga.

Tinjuan pustaka kedua adalah milik Akaeda Kanako tahun 2008 yang berjudul

Hubungan Keintiman Antar Wanita dalam Masyarakat Modern Jepang (近代日本に

おける女 士の親密 関係, Kindai Nihon ni Okeru Jodoushi no Shinmitsu na

Kankei). Disertasi doktoral Universitas Kyoto Fakultas Sastra ini merupakan salah

satu pionir dalam penelitian mengenai kehidupan dan identitas queer wanita Jepang.

Akaeda membahas mengenai identitas queer wanita Jepang di era Meiji sampai

Taisho, sejarah munculnya subkultur lesbian dan budaya populer sapphic11 di Jepang,

pertemanan intim di kalangan murid sekolah, dan penerimaan mengenai cinta sesama

jenis antar wanita di kalangan wanita Jepang sendiri. Melalui bab kesimpulan dalam

disertasinya, Akaeda menuturkan bahwa “lesbian” dan “lesbianisme” di Jepang, baik

dalam bentuk budaya populer maupun dalam masyarakat, bukanlah sebuah istilah

maupun konsep yang dikenal dalam era pra-perang Jepang. Namun, masyarakat

Jepang telah familiar dengan hubungan keintiman antar wanita. Walaupun saat ini

istilah umum fenomena tersebut adalah “homoseksualitas”, pemaknaan

11
Sapphic adalah istilah untuk narasi women-loving-women atau percintaan antar wanita dan sesuatu
yang berbau lesbianisme. Sapphic meupakan kata Bahasa Inggris yang diadaptasi dari kata Sappho,
yaitu seorang pujangga wanita abad ke-7 dari kepulauan Lesbos di Yunani. Karya-karya Sappho
terkenal berkutat pada seksualitas wanita dan percintaan maupun hubungan intim antar wanita.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

“homoseksualitas”, “lesbian”, dan “lesbianisme” dalam masyarakat Jepang modern

sendiri sangat berbeda secara konteks. Konteks yang dimaksud di sini adalah adanya

campur tangan aspek-aspek tertentu seperti budaya, ras, sampai filosofi konfusius.

Dari sinilah Akaeda menggunakan teori queer yang dicetuskan oleh Teresa de

Lauretis untuk menganalisis fenomena tersebut. Akaeda menemukan bahwa identitas

gender dan seksualitas yang ditunjukkan oleh masyarakat Jepang maupun budaya

populer Jepang bukanlah hal-hal biner seperti “lesbian” dan “gay” semata, namun ada

konteks kultural yang mendalam dibalik fenomena tersebut.

Terakhir adalah tinjauan pustaka dalam berbahasa Jepang berjudul Lesbianisme:

Sebuah Wacana dan Pendekatan Historis. ( 女性 性愛 言説をめ る歴史的研

究の展開 課題, “Josei Doseiai” Gensetsu wo meguru Rekishiteki Kenkyuu no

Tenkai to Kadai) milik Sugiura Ikuko di tahun 2015. Dalam penelitian ini Sugiura

melakukan pendekatan sejarah dalam menganalisis genre hubungan sesama jenis

antar wanita dalam media tulisan baik berupa novel maupun manga dan

mengaitkannya dengan aktualitas yang terjadi di masyarakat. Sugiura mengumpulkan

penelitian-penelitian sebelumnya mengenai lesbianisme dan seksualitas wanita

Jepang dari era tahun 1910 sampai dengan 1990. Sepanjang era tersebut, riset-riset

tentang seksualitas dan identitas gender wanita Jepang hanya dilihat dan terfokus

pada “birahi seksual” semata. Dari riset-riset tersebut, Sugiura menemukan fenomena

homoseksualitas pada wanita Jepang hanya dianggap sebagai birahi seksual yang

dikonstruksi secara asimetris di mana seksualitas itu sendiri tidak cocok dengan

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

presentasi gender seseorang. Sugiura menantang pandangan diskursus ini dengan

menganalisis ulang politik identitas Jepang yang terjadi setelah era Taisho, yakni

pada tahun 1970-an. Sugiura memang tidak membahas melalui teori posmodern

seperti teori queer, tetapi beliau menyimpulkan bahwa fenomena homoseksualitas

wanita di Jepang masih merupakan hal yang tersembunyi karena kuatnya stereotipe

akan presentasi dan identitas gender di masyarakat Jepang. Peneliti menganggap

penelitian ini erat kaitannya dengan teori queer dan identitas queer itu sendiri.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Teori Queer

Heteronormativitas dan phallosentrisme masih menjadi wacana dominan pada

kehidupan sosial hingga zaman posmodern ini. Hal ini disebabkan karena mayoritas

masyarakat masih didominasi oleh budaya patriarki. Heteronormativitas sendiri

dipopulerkan oleh Michael Warner dalam bukunya Inroduction: Fear of a Queer

Planet (1991) sebagai kepercayaan atau anggapan bahwa manusia jatuh dalam

ketetapan gender yang biner sesuai dengan jenis kelamin saat lahir (pria dan wanita)

yang diikuti dengan peran gender yang menyertainya. Contoh konkritnya adalah

anggapan bahwa laki-laki harus kuat secara fisik dapat mencari nafkah untuk istri dan

anak dan wanita harus bertingkah lemah lembut dan dapat memasak untuk suami.

Phallosentrisme adalah kata yang dicetuskan oleh Ernest Jones, seorang sosiolog,

pada tahun 1927 saat mendebat teori Freudian yang dianggapnya sangat bersentral

kepada pertumbuhan dan perkembangan anatomi pria saja (Ruthven, 1990).

Phallosentrisme adalah anggapan dan asumsi bahwa seluruh pertumbuhan dan

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

perkembangan identitas gender, seksual, serta peran sosial di masyarakat sangat

bersentral dan dipengaruhi oleh kaum pria atau manusia yang memiliki phallus

(penis). Contoh konkritnya seperti hampir semua iklan rokok di televisi

mengutamakan dan menonjolkan sisi maskulinitas yang diagung-agungkan,

sedangkan posisi wanita dan sisi femininitas sangat sedikit ataupun jika ada hanya

berfungsi tidak lain sebagai pelengkap dan dekorasi yang cenderung dieksploitasi

seksualitasnya untuk ditujukan kepada audiens yang memiliki phallus, dalam hal ini,

audiens laki-laki heteroseksual.

Teori-teori yang membahas mengenai identitas queer beserta konsep-konsep

yang melawan heteronormativitas dan phallosentrisme telah dimunculkan oleh tokoh-

tokoh teori queer antara lain Judith Butler, Eve Kosofsky Sedgwick, Lee Edelman,

dan sebagainya, yang sebagian besar menganut tulisan-tulisan dari Michel Foucault

dan Sigmund Freud sebagai rujukan mereka.

Teori queer mempunyai tujuan untuk mendekonstruksi tentang gender dengan

definisi seksual dan seksualitasnya yang berkaitan dengan norma sosial, ras, kelas

sosial, dan sebagainya. Teori ini juga bertujuan untuk menantang pemikiran-

pemikiran, konsep, dan diskursus akan sesuatu hal yang dikategorikan “normal”

dalam masyarakat. Teori ini tidak terdefinisikan secara rigid karena para pencetus

teori queer tidak dapat menyetujui akan sebuah definisi. Para teoris ini beranggapan

bahwa adanya definisi itu sendiri akan membuat fenomena queer akan terkotak-

kotakkan oleh sebuah definisi, yang pada dasarnya bertolak belakang dengan konsep

queer yang menantang normativitas dan standardisasi. Konsep identitas menurut

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

teori queer adalah sebuah produk yang terkonstruksi melalui sejarah dan sosial

(Ritzer, 2011: 229).

Senada dengan hal di atas, pendekatan yang dilakukan oleh Judith Butler,

salah satu pencetus teori queer, tentang representasi gender dalam bukunya Gender

Trouble, menyatakan bahwa identitas gender bukanlah konstruksi alamiah namun

merupakan sebuah konstruksi sosial, di mana perilaku dan peran pria dan wanita di

masyarakat bukan merupakan hasil biologis, namun terkonstruksi dan tertanam oleh

media dan budaya dalam kurun waktu yang lama secara turun-temurun dan dari

generasi ke generasi. (1990). Gender sendiri secara definisi merupakan sebuah

konsep akan berbagai karakteristik yang berkaitan dan membedakan antara

femininitas dan maskulinitas. Karakteristik-karakteristik ini dapat mencakup jenis

kelamin biologis, struktur sosial berbasis seks, sampai dengan identitas gender (Udry,

1994: 561-573). Badan kesehatan dunia WHO dalam laman resminya (www.who.int)

mendefinisikan bahwa gender merupakan karakteristik yang dibangun secara sosial,

dapat diubah, berubah-ubah, dinamis, dan bervariasi dari suatu masyarakat tertentu

dengan masyarakat lain. Karakteristik yang dimaksud adalah peran sosial, norma,

serta hubungan antara kelompok perempuan dan laki-laki.

Butler berargumen bahwa ada sejumlah representasi maskulinitas dan

femininitas yang mengacaukan dan terlalu dilebih-lebihkan, yang menarik

kesimpulan pada sebuah ide bahwa gender merupakan konstruksi sosial dan disebut

dengan „gender trouble’ atau permasalahan pada gender. Dari sini dapat ditarik

pengertian bahwa pandangan budaya tentang seksualitas manusia yang terpolarisasi

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

dan terfokus pada hubungan heteroseksual juga merupakan konstruksi sosial semata.

Lebih jauhnya, Butler mengelaborasikan bahwa seksualitas yang cair, romansa yang

tidak memandang gender dan melawan heteronormativitas, dan identitas-identitas

gender dan seksual yang tidak sesuai dengan peran gendernya, merupakan hal yang

alamiah dan terjadi dengan sendirinya.

Sedikit berbeda dari Butler, tokoh teori queer lain Eve Sedgwick dalam

bukunya Tendencies (1993), lebih menekankan secara kritis kepada konsep queer itu

sendiri sebagai kemungkinan-kemungkinan, kesenjangan, dan sesuatu yang

bertumpang tindih, sejalan maupun bertolak belakang, serta berdisonansi dan

beresonansi pada unsur-unsur penyusun gender dan seksualitas yang

menyebabkannya tidak dapat berfungsi secara tunggal, utuh, dan tetap. Sedgwick

juga berargumen bahwa kultur dunia saat ini sangat tidak ramah terhadap konsep-

konsep dan eksistensi individu-individu dan identitas-identitas diluar

heteronormativitas.

Peneliti memilih untuk menelaah subjek penelitian ini menggunakan teori

queer karena manga Citrus bertemakan seksualitas yang secara tersurat dianggap

tidak memenuhi kaidah heteronormativitas. Hal itu dibuktikan dengan label genre

manga tersebut di Jepang yang secara eksplisit mengkategorikan bahwa Citrus

termasuk genre yuri yang merupakan romansa sesama jenis antar wanita. Terlebih

lagi, secara spesifik seperti yang telah disebutkan, manga ini terbit di era posmodern

sehingga peneliti menganggap pendekatan posmodernis menggunakan teori queer ini

juga lebih cocok diaplikasikan pada penelitian ini.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

1.6.2 Cass Identity Model

Cass Identity Model diciptakan oleh seorang seksolog bernama Vivienne Cass

pada tahun 70-an dengan tujuan khusus untuk menganalisis perilaku sosial para gay

dan lesbian dalam menyelami dan menerima identitas gender dan seksualnya. Model

ini merupakan alat studi pertama yang bersifat netral pada era di mana teori-teori

kontemporer cenderung bias dan mendiskreditkan individu-individu LGBT+ dalam

analisisnya (Kaufman & Johnson, 2004: 807-833). Cass Identity Model adalah

sebuah konsep tahapan dan proses akan perkembangan psikologis dan sosial

individu-individu LGBT+ dalam mengalami krisis identitas diri, khususnya pada

identitas gender dan seksual. Tahapan-tahapan ini umumnya terjadi secara berurutan,

walaupun tidak menutup kemungkinan bagi seseorang untuk mengalami ulang

beberapa tahapan sebelumnya. Adapun proses tersebut dibagi menjadi enam tahap12

yaitu (1) identity confusion (kebingungan identitas), (2) identity comparison

(perbandingan identitas), (3) identity tolerance (toleransi identitas), (4) identity

acceptance (penerimaan identitas), (5) identity pride (kebanggaan identitas), dan (6)

identity synthesis (integrasi identitas) (Cass, 1979).

Identity confusion atau kebingungan identitas merupakan tahap pertama

seseorang bertanya-tanya dan mengalami keraguan mengenai dirinya sendiri. Hal ini

biasanya di awali dengan pertanyaan “Siapakah aku?/Mengapa aku begini?” dan

12
Enam tahap dari Cass Identity Model mirip dengan lima tahap Kübler-Ross Model yang terkenal
dengan “lima tahap kesedihan” yaitu meliputi denial (penolakan), anger (kemarahan), bargaining
(penawaran), depression (depresi) dan acceptance (penerimaan). Cass Identity Model sedikit
banyaknya berbasis dari Kübler-Ross Model tersebut.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

kesadaran akan perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikiran yang queer atau

“menyimpang” dari heteronormativitas. Ciri-ciri individu yang sedang berada dalam

tahapan ini adalah banyaknya self-denial atau penolakan diri dan pembohongan diri-

sendiri.

Identity comparison atau perbandingan identitas adalah tahap kedua ketika

orang tersebut bertanya membandingkan dirinya secara langsung maupun tidak

langsung dengan orang-orang yang beridentitas LGBT+. Ciri utamanya adalah orang

ini sudah mulai menerima bahwa dirinya kemungkinan beridentifikasi serupa namun

masih ada sisa-sisa penolakan diri dari tahapan pertama seperti contohnya

mempunyai anggapan, “Ini hanya fase remaja/sementara” atau “Aku bukan seorang

homoseksual, ini hanya karena aku mencintai satu orang itu saja.”

Identity tolerance atau toleransi identitas adalah tahapan selanjutnya ketika

orang tersebut mulai menyadari bahwa ia tidak sendiri dengan perasaan-perasaan dan

identitasnya yang di luar heteronormativitas tersebut. Pada tahap ini orang tersebut

biasanya mulai membangun koneksi dengan orang-orang LGBT+ dan mencari safe

haven atau tempat berlindung pada komunitas-komunitas LGBT+ untuk melawan

perasaan terisolasi dari masyarakat.

Identity acceptance atau penerimaan identitas adalah tahap keempat ketika

orang tersebut akhirnya menerima seutuhnya seluruh perasaan, pemikiran, dan

identitasnya yang queer dan di luar heteronormativitas. Orang ini biasanya semakin

menjauh dari kalangan heteroseksual dalam lingkup yang heteronormatif dan lebih

ingin berusaha menyatu dengan komunitas LGBT+.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

Identity pride atau kebanggaan identitas adalah ketika orang tersebut mulai

berani untuk memberitahu masyarakat luas mengenai siapa dirinya. Dalam tahapan

inilah ketika seseorang yang beridentifikasi LGBT+ melakukan coming out, atau

terang-terangan mengakui, memamerkan, menunjukkan, dan membanggakan kepada

dunia akan identitas mereka yang di luar heteronormativitas dan queer. Pada tahapan

ini biasanya mulai terbentuk mentalitas separatis dengan pemikiran “aku lawan

mereka” yang dalam hal ini adalah “orang-orang queer melawan orang-orang

heteroseksual”. Hal ini menyebabkan adanya politik identitas yang terkadang

mengakibatkan satu sisi menganggap diri mereka lebih superior atau inferior terhadap

sisi yang lain.

Identity synthesis atau integrasi identitas merupakan tahap terakhir dari model

ini. Pada tahapan ini orang tersebut tidak hanya telah menerima identitas dirinya yang

queer, namun juga menganggap bahwa orientasi seksual bukanlah satu-satunya hal

yang mendefinisikan dirinya, tetapi hanyalah sebuah bagian dari identitas dirinya. Ia

tidak lagi memiliki mental separatis dan sudah menerima bahwa orientasi seksual dan

identitas apapun bukanlah hal yang spesial di mana hal tersebut adalah sama dan

setara.

Krisis identitas seksual, seperti yang dijelaskan oleh Vivienne Cass dalam

modulnya, lebih prominen dalam ketiga tahap pertama yakni fase kebingungan

identitas, fase perbandingan identitas, dan fase toleransi identitas. Dalam ketiga tahap

yang lain, seorang homoseksual sudah mengenali identitas seksualnya secara pribadi

dan hanya memiliki dinamika dan perkembangan dalam interaksinya dengan

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

masyarakat non-homoseksual. Oleh karena itu, peneliti menganggap ketiga konsep

pertama lebih cocok untuk diaplikasikan dalam penelitian ini.

1.7 Metode Penelitian

Neuman dalam Sugiyono (2007: 32) menyatakan bahwa data dalam penelitian

kualitatif bersifat empiris. Maksudnya data tersebut terdiri dari dokumentasi ragam

peristiwa, rekaman setiap ucapan, kata, ekspresi, dan gestur-gestur, tingkah laku,

serta berbagai imaji visual yang ada dalam sebuah fenomena sosial. Karena peneliti

akan menggunakan data utama berupa manga, atau komik Jepang yang berbasis

dialog dan adegan-adegan, maka metode kualitatif merupakan metode yang cocok

digunakan dalam penelitian ini.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah studi pustaka.

Studi pustaka menurut Maryaeni (2005) adalah teknik pengumpulan data yang

dengan mengambil rujukan dari bahan-bahan seperti dokumen, teks bacaan, maupun

teks audio dan visual. Semua data dokumen dan teks ini diperoleh dari jurnal, artikel

internet, buku, skripsi, tesis, dan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan

masalah yang diangkat dalam penelitian ini.

Metode pengumpulan data utama yang dilakukan adalah dengan membaca

dan mengamati adegan-adegan, ekspresi, gestur, dan dialog dari tokoh utama Aihara

Yuzu dalam manga Citrus volume 1 sampai 6 tersebut. Setelah terkumpul, data-data

tersebut kemudian didokumentasikan dengan cara mendokumentasikan dan

menduplikasikan beberapa halaman tertentu yang berkaitan dengan identitas queer

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

dan krisis identitas seksual dalam tiga tahap pertama dari Cass Identity Model dengan

menggunakan alat berupa kamera maupun scanner. Kemudian, dialog-dialog dalam

adegan tersebut akan dibuatkan transkripsi dan terjemahannya untuk selanjutnya

dapat dikaji dan dibahas mengenai identitas queer dan krisis identitas seksual yang

dialami oleh tokoh Aihara Yuzu yang tercermin.

1.7.2 Metode Analisis Data

Analisis data oleh Patton (dalam Moleong, 2012: 280) adalah merupakan

proses pengaturan urutan data, pengorganisasian dalam suatu pola, kategori, dan

satuan uraian dasar. Data yang telah dikumpulkan untuk penelitian ini akan diolah

dan dianalisis menggunakan teori queer. Sebagai tambahan dalam kasus krisis

identitas, peneliti akan menganalisis menggunakan tiga tahap pertama dari Cass

Identity Model yakni (1) identity confusion, (2) identity comparison, dan (3) identity

tolerance. Dalam skripsi ini, peneliti akan menganalisis identitas queer dan krisis

identitas seksual yang dialami tokoh Aihara Yuzu yang direpresentasikan dalam

manga bergenre yuri karya Saburouta yang berjudul Citrus.

Kata-kata, ekspresi, gestur, dialog, dan monolog yang telah ditranskripsi dan

diterjemahkan dalam data yang telah terkumpul akan diklasifikasi dengan elemen-

elemen identitas gender dan seksualitas yakni identitas gender dan orientasi seksual.

Dalam menganalisis orientasi seksual, perubahan identitas seksual yang terjadi pada

tokoh Aihara Yuzu merupakan sebuah krisis identitas seksual, maka dari itu Cass

Identity model akan digunakan untuk mengidentifikasi tahapan-tahapan krisis

identitas seksual yang terjadi pada tokoh tersebut.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Bab I, pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode penelitian.

b. Bab II, isi, menjelaskan lebih jauh tentang queer dan queer dalam budaya

populer di Jepang dan masyarakat Jepang serta sekilas mengenai genre yuri

dalam budaya populer Jepang. Lebih detailnya, peneliti akan menjelaskan

tentang apa itu queer dan teori queer, queer dalam masyarakat Jepang, dan

queer dalam budaya populer Jepang di mana genre yuri termasuk di dalamnya.

c. Bab III, pembahasan, merupakan pokok isi penelitian. Lebih detailnya, bab ini

akan berisi tentang sinopsis, pengenalan tokoh utama dan beberapa tokoh

pendukung, serta hasil analisis identitas queer dan krisis identitas seksual

tokoh Aihara Yuzu dalam yuri manga Citrus dengan menggunakan landasan

teori yang telah disebutkan sebelumnya.

d. Bab IV, kesimpulan, berisi tentang kesimpulan hasil analisis identitas queer

dan krisis identitas seksual dalam yuri manga Citrus serta saran untuk

penelitian selanjutnya.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2

QUEER DAN IDENTITAS QUEER DALAM MASYARAKAT DAN BUDAYA

POPULER JEPANG

2.1 Queer, Identitas Queer, dan Teori Queer

Kata queer merupakan kata dari Bahasa Inggris abad ke-16. Queer

mempunyai banyak makna dan definisi berdasarkan konteks dan penggunaan kata

dalam kalimat. Kamus Merriam-Webster Online (merriam-webster.com)

mendefinisikan queer adalah worthless (sesuatu yang tidak berharga), counterfeit

(palsu), questionable (sesuatu yang diragukan), dan suspicious (mencurigakan).

Queer juga merupakan kata sifat umum berkonotasi negatif bermakna eccentric

(nyentrik) dan unconventional (tidak biasa) atau mildly insane (sedikit gila). Pada era

posmodern, kata queer kemudian mengalami penambahan makna sebagai

sesuatu/topik yang berkaitan dengan homoseksualitas atau seseorang yang memiliki

ketertarikan pada sesama jenis. Dalam konteks tersebut, kata queer belum

mempunyai padanan dan adaptasinya dalam Bahasa Indonesia.

Senada dengan Merriam-Webster, kamus Oxford English Online

(oxforddictionaries.com) juga mendefinisikan kata queer secara umum sebagai

sesuatu yang aneh, asing, dan ganjil. Bedanya, dalam kamus Oxford, queer sebagai

konteks identitas secara spesifik didefinisikan sebagai “homosexual man” (lelaki

homoseksual) yang berkonotasi negatif dan ofensif. Kamus Oxford juga memberi

catatan bahwa kata ini merupakan kata sifat dan kata benda yang mengarah dan

26

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27

berkaitan dengan identitas gender dan identitas seksual yang dianggap di luar kaidah

gender dan identitas seksual yang bersifat heteronormatif.

Dari kedua kamus daring tersebut, dapat ditarik kesamaan yang menyatakan

bahwa kata queer secara umum mempunyai makna dan konotasi negatif dan

digunakan sebagai umbrella term (istilah umum) untuk individu-individu yang

bergender maupun beridentitas seksual di luar kaidah heteronormativitas. Kata queer

ini pada awalnya merupakan peyorasi dan hinaan bagi laki-laki yang memiliki peran

seksual pasif (seks anal) dalam hubungan seksual sesama jenis (Robertson, 2002: 98-

110). Kata queer kemudian sengaja diadopsi ulang oleh komunitas LGBT+ untuk

dijadikan identifikasi positif dan kebanggaan diri atas identitas tersebut. Hal ini

diperkuat dengan adanya pernyataan kontroversial dalam selebaran anonim umum

berjudul “Queers Read This” di tahun 1990 dalam New York Gay Pride Parade 13

sebagai berikut:

“Ah, do we really have to use that word? It's trouble. Every gay person has
his or her own take on it. For some it means strange and eccentric and kind of
mysterious [...] And for others "queer" conjures up those awful memories of
adolescent suffering [...] Well, yes, "gay" is great. It has its place. But when a
lot of lesbians and gay men wake up in the morning, we feel angry and
disgusted, not gay. So we've chosen to call ourselves queer. Using "queer" is a
way of reminding us how we are perceived by the rest of the world.”

Dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi:

“Ah, apakah kita harus menggunakan kata itu? (queer). Ini merupakan suatu
problem. Setiap orang (beridentitas) gay mempunyai pendapat masing-masing

13
Gay Pride Parade atau yang lebih umum disebut dengan Pride Parade adalah parade dan karnaval
tahunan yang diselenggarakan di beberapa kota di banyak negara. Parade ini merupakan pergerakan
sosial untuk merayakan identitas-identitas gender dan seksual yang termasuk dalam LGBT+ dan
identitas lainnya.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28

tentang hal tersebut. Untuk beberapa orang, kata itu bermakna aneh, nyentrik,
dan terkesan misterius [...] Sedangkan untuk beberapa orang lain, kata “queer”
mengingatkan kembali pada memori-memori buruk akan kesengsaraan yang
dialami saat beranjak remaja [...] Ya, memang kata “gay” itu bagus. Kata itu
punya maknanya sendiri. Namun ketika banyak para lesbian dan lelaki gay
bangun tidur di pagi hari, bukannya merasa gay14 (bahagia) tapi kami malah
merasa marah dan jijik (pada diri sendiri). Maka dari itu kami memilih
menyebut diri kami queer. Kami menggunakan “queer” sebagai cara untuk
mengingatkan diri kami akan bagaimana kami dipandang di dunia ini.”

Untuk beberapa kalangan, kata queer yang bernada ambigu dan tidak spesifik

ini dianggap sebagai pembebasan identitas diri (Robertson, 2002: 98-110).

Maksudnya adalah kata queer dapat digunakan sebagai pengidentifikasi seksualitas

yang tidak monolitik, cair, berubah-ubah, dan tidak memenuhi definisi-definisi

eksklusif akan seorang “lesbian”, “gay”, “biseksual” dan identitas-identitas lainnya

yang dianggap di luar heteronormativitas. Sebagai contoh, seseorang dapat memilih

beridentifikasi queer karena dirinya tidak merasa sebagai seseorang yang seratus

persen heteroseksual dan juga tidak merasa sebagai seseorang yang dapat

dikategorikan sebagai “gay” atau “lesbian”.

Diskursus identitas queer erat kaitannya dengan pembahasan mengenai

identitas gender dan seksual, ekspresi gender, dan peran gender. Identitas gender dan

seksual atau dalam Bahasa Inggris sering dikenal sebagai gender identity dan sexuality

dapat didefinisikan sebagai ekspresi sikap dan sikap suatu individu dalam kaitan

status mereka sebagai seorang wanita atau pria, sedangkan identitas seksual berkaitan

dengan orientasi seksual bagaimana suatu jenis kelamin tertarik pada lawan jenis

14
Gay dalam Bahasa Inggris berarti sebutan lelaki homoseksual. Kata ini mempunyai makna lain yang
bersinonim dengan “happiness” dan “ecstatic” atau “elated” dan “joy” yang bermakna kesenangan dan
kebahagiaan.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29

maupun sesama jenis (Butler, 1990). Para posmodernis berteori bahwa identitas

gender seseorang diperoleh melalui internalisasi pengetahuan eksternal dan

merupakan sesuatu yang terus menerus dilakukan dan diperagakan dalam interaksi

sosial di masyarakat untuk dapat beridentifikasi dengan identitas tertentu. Contohnya

bagaimana seseorang beridentifikasi dengan gender wanita apabila selama bertahun-

tahun ia terus melakukan dan selalu merasa “cocok” dengan aktivitas-aktivitas dan

ekspresi sikap yang dianggap sebagai “wanita” dalam lingkup kehidupannya.

Ekspresi gender atau gender expression adalah aspek perilaku, tingkah laku,

minat, dan penampilan seseorang yang terkait dengan gender dalam konteks budaya

tertentu, khususnya dengan kategori kewanitaan atau maskulinitas. Erat kaitannya

dengan peran gender yang bergantung pada stereotipe tentang gender (Summers,

2016: 232). Contohnya, pada laki-laki, ekspresi gender yang umum dan dianggap

“sesuai norma” adalah laki-laki yang jantan dan macho, sementara ekspresi gender

yang dianggap “aneh” dan “tidak sesuai norma” adalah laki-laki yang lemah lembut

dan berlagak seperti banci. Pada perempuan, ekspresi gender yang dianggap “tidak

sesuai norma” contohnya adalah perempuan tomboy.

Peran gender atau gender roles, menurut Dana Berkowitz dalam Gender and

Sexual Politics in Freedom (2011), adalah penerimaan konstruksi sosial yang

berkaitan dengan gender dan peran yang dilakukan di masyarakat. Peran gender

sering berpusat di sekitar konsepsi feminitas atau maskulinitas. Dalam masyarakat

kita saat ini, wanita disosialisasikan sebagai pengurus rumah dan pengasuh anak-anak,

sedangkan pada laki-laki, mereka "harus" menjadi pekerja keras, penyedia, pelindung,

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30

pemimpin, dan guru bagi keluarganya. Queer sendiri mempunyai banyak pendapat

dalam memandang peran gender. Menurut Peter Tatchell dalam Politics Gay

Liberation Front tahun 1973, queer menumbangkan sistem gender. Laki-laki gay

dapat mencintai laki-laki lain dan tidak harus bersikap macho dan agresif. Wanita

lesbian dapat mencintai wanita lain dan tidak harus bersikap pasif serta bergantung

terhadap laki-laki. Karena banyaknya ketidaksesuaian dalam queer terhadap norma

sosial yang menopang hegemoni heteroseksualitas laki laki, orang-orang beridentitas

queer dipinggirkan dan dianiaya, tambah Tatchell dalam tulisannya.

Queer tidak hanya menjadi penanda identitas gender dan seksual suatu

individu. Seiring perkembangan pergerakan hak asasi manusia dan kelompok-

kelompok liberal dan progresif, konsep queer meluas ke ranah sosial, politik,

ekonomi, sampai diskursus akademik (Branch, 2003). Dalam lingkup sosiopolitik,

queer merupakan antitesis dari dominasi heteronormativitas. Heteronormativitas

dianggap mengopresi dan menekan berbagai identitas gender dan seksual serta

ekspresi gender dan peran gender yang dianggap “di luar norma” dalam berbagai

aspek sosial dan politik di masyarakat. Opresi ini menyebabkan visibilitas individu-

individu queer tersembunyi bahkan hilang (invisible) (Krupat, 2001: 268).

Pergerakan-pergerakan sosiopolitik queer ini merupakan statement atau ungkapan

atas eksistensi pergerakan yang “di luar batas norma masyarakat” maupun

“menembus batas gender dan seksualitas”. Contohnya antara lain adalah Pride Parade

tahunan di berbagai negara dan konvensi-konvensi kampanye AIDS dan diversitas

seksual. Kemudian dalam bidang kesenian, queer menginspirasi munculnya genre

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31

kontemporer queer art (seni queer) seperti gerakan New Queer Cinema 15 dalam

bidang perfilman dan festival-festival seni queer seperti Beijing Queer Film Festival

di Cina dan National Queer Art Festival di Amerika Serikat. Queer art dianggap

menantang seni-seni konvensional yang terpolarisasi dan terfokus pada kehidupan

heteroseksual masyarakat posmodern. Karya-karya queer art mempersembahkan ide

bahwa seksualitas dan identitas manusia merupakan konstruksi sosial, yakni cair,

selalu berubah dan tidak tetap maupun statis (Aaron, 2004).

Dalam bidang akademik, diskursus identitas queer telah membuka peluang

berkembangnya area-area studi baru seperti queer studies dan queer theology. Queer

studies (kajian queer) atau yang disebut dengan kajian diversitas seksual merupakan

studi isu-isu yang berkaitan dengan orientasi seksual, identitas seksual, dan identitas

gender pada budaya dan orang-orang yang beridentitas LGBT+ dan minoritas seksual

lainnya. Queer studies sebagian besar dipioneri oleh karya-karya Michel Foucault.

Dalam bukunya “The History of Sexuality. Vol. 1: The Will to Knowledge” (Historie

de la sexualité: La volonté de savoir) (1978), Foucault mengkritik “teori represif”

yang beranggapan bahwa seksualitas, identitas, dan kajian queer merupakan hasil dari

kehidupan seksual manusia yang terepresi di abad ke-17 sampai pertengahan abad ke-

20 di mana seks merupakan sebuah kegiatan pribadi antara satu wanita dan satu pria

dalam ikatan pernikahan berdasarkan agama. Hal itu menyebabkan diskusi dan studi

15
New Queer Cinema adalah sebuah istilah untuk pergerakan progresif dari masyarakat perfilman
dunia di tahun 90-an untuk para sineas dalam pembuatan film-film independen yang bertema LGBT+
dan tema-tema yang menolak heteronormativitas. Produk-produk New Queer Cinema yang terkenal
antara lain adalah film “Brokeback Mountain” di tahun 2005 yang disutradarai oleh Ang Lee dan
dibintangi nama-nama besar seperti Jake Gyllenhaal dan Anne Hathaway.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32

tentang seks pada saat itu juga dilarang, disensor, dan dimusnahkan. Hasilnya, represi

seksualitas ini menyebabkan manusia mencari medium-medium untuk melepas hasrat

seksualnya, yang kemudian menjadikan terbentuknya diskursus dan wacana-wacana

akademik “queer” untuk menjustifikasi kehidupan seks yang “tidak wajar” dan

“diluar norma” tersebut. Teori represif tersebut dianggap Foucault sebagai teori yang

membatasi hubungan antara diskursus akademik yang terbuka mengenai seks dengan

pembebasan individu sebagai manusia yang merupakan mahkluk seksual. Foucault

berargumen bahwa ide mengenai seksualitas masyarakat yang terepresi tersebut

hanyalah ilusi dan terfokus pada kehidupan masyarakat barat saja yang secara umum

terpengaruh dari dominasi agama Kristen di abad pertengahan. Tulisan Foucault

inilah yang kemudian dijadikan rujukan utama oleh tokoh-tokoh kajian queer seperti

Judith Butler dan Eve Kosofsky Sedgwick.

Kajian queer pada awalnya terpusat pada kritik sastra dan sejarah dan seluk

beluk kultur LGBT+. Namun di akhir era 90-an, kajian queer meluas ke bidang sains,

filosofi, sampai ilmu politik. Kajian queer merupakan cabang studi yang terinspirasi

dari kajian etnis (ethnic studies), kajian keperempuanan (women‟s studies), dan

kajian gender (gender studies) yang terfokus pada pembahasan kelompok-kelompok

yang termarjinalkan di dunia internasional seperti POC atau people-of-color (individu

dengan ras selain kaukasoid/kulit putih) dan individu-individu minoritas seksual

(Branch, 2003). Kajian queer mendeskripsikan bahwa sejarah, literatur, sastra, dan

kultur LGBT+ secara umum adalah topik-topik yang tidak dapat dan tidak seharusnya

dianalisis lewat kacamata dan perspektif kontemporer (Gibson, 2013). Maka dari itu,

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33

queer studies menelurkan sebuah teori kritis post-strukturalis yang terpusat pada

wacana-wacana teks queer dan pembuatan konsep akan queer itu sendiri. Teori

tersebut kemudian dinamakan dengan queer theory atau teori queer yang selanjutnya

akan digunakan dalam penelitian ini.

Queer bukan merupakan konsep baru dalam kajian sosiologi dan kesusastraan.

Pada awal era posmodern di tahun 80-an, para ahli teori konstruksi sosial

menganggap bahwa subjek-subjek yang berkaitan dengan seks merupakan produk-

produk budaya yang temporal dan berkaitan dengan era dan keadaan sosial tertentu

(Rubin, 2011). Hal ini melingkupi identitas gender dan seksualitas individu. Mengapa

begitu? Teori konstruksi sosial meyakini bahwa realita yang ada di kehidupan

manusia adalah produk dari pembuatan klaim-klaim, pelabelan, dan proses

pembentukan-pembentukan definisi yang berkelanjutan. Maksudnya adalah, realita

yang diproduksi manusia beserta makna-makna yang tercipta dibaliknya merupakan

hasil dari interaksi sosial, di mana komunikasi dan keberadaan suatu individu dalam

kebudayaan tertentu berperan dalam terciptanya realita tersebut (Biever, 1998: 163).

Dengan kata lain, identitas gender dan seksualitas juga merupakan produk-produk

konstruksi sosial. Diskursus tersebut dijadikan basis dalam kajian queer untuk

membentuk teori dan konsep queer dan berkembang hingga pada tahun 1990, seorang

feminis dan pakar perfilman asal Italia Teresa de Lauretis menciptakan istilah “teori

queer” sebagai nama konsep untuk mengkaji fenomena-fenomena gender dan

seksualitas yang “aneh” dan “di luar norma” tersebut. De Lauretis (dalam Pinar,

1998: 123) menyatakan bahwa “..teori queer membongkar dan mempertanyakan

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34

seksualitas seseorang yang dikaitkan dengan gender.” ("...queer unsettles and

questions the genderedness of sexuality”).

Berbeda dengan gay and lesbian studies (kajian gay dan lesbian), teori queer

berdiri sendiri secara terpisah. Kajian gay/lesbian hanya berkutat pada pertanyaan-

pertanyaan mengenai alami tidaknya sebuah perilaku homoseksual, sedangkan teori

queer mencakup segala perilaku dan identitas gender dan seksual yang termasuk

dalam kategori menyimpang maupun “normal” menurut kaidah heteronormativitas

(Giffney, 2004). Perlu ditekankan bahwa “normal” di sini bermakna

“heteroseksualitas” bukan sebagai orientasi seksual individu, namun sebagai

kehidupan normatif “heteroseksual” di masyarakat seperti pernikahan monogami

antara pria dan wanita, hubungan seksual yang disakralkan dan hanya ditujukan untuk

prokreasi, dan sebagainya.

Lebih jauhnya, teori queer tidak hanya diasosiasikan dengan individu-

individu gay, lesbian, biseksual saja. Kerangka analisis teori queer juga mencakup

individu-individu dan kelompok interseks 16 , para pelaku dan pegiat cross-dress 17 ,

individu-individu dengan fisik biologis androgini18 (androgynous) dan atau memiliki

16
Interseks adalah seorang individu yang lahir dengan kromosom ganda dan memiliki alat
kelamin/organ seksual ganda maupun bentuk kelamin/organ seksual yang ambigu sedemikian rupa
sehingga tidak diketahui/samar apakah ia berjenis kelamin perempuan atau laki-laki. Istilah lain
individu-individu interseks antara lain adalah hermaprodit. Namun istilah ini tidak digunakan lagi
karena dianggap menstigmasi dan merendahkan keadaan biologis tersebut.
17
Cross-dress merupakan istilah untuk suatu kegiatan seorang individu dalam mengenakan pakaian,
dandanan, atau aksesoris yang diasosiasikan dengan jenis kelamin maupun gender tertentu, yang
berkebalikan dengan gender mauapun jenis kelamin si pemakai. Seni kabuki Jepang merupakan salah
satu bentuk seni dengan kegiatan cross-dress pada aktor-aktornya. Individu yang melakukan cross-
dress biasa disebut dengan cross-dresser.
18
Androgini (androgynous) adalah istilah untuk mendeskripsikan keadaan di mana karakteristik
femininitas dan maskulinitas bercampur pada suatu individu sehingga dianggap ambigu dan melintasi

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35

ambiguitas gender, sampai dengan individu-individu transgender/transseksual yang

belum maupun telah melewati operasi perbaikan/perpindahan jenis kelamin (sex

reassignment surgery). Terfokus pada fenomena homoseksualitas posmodern, teori

queer menganalisis fenomena queer dalam konteks historis untuk melawan maupun

mendukung argumen-argumen kontemporer yang disematkan pada fenomena queer.

Dengan basis teori dekonstruksi ala Jacques Derrida, teori queer mencoba

mengulas dan membongkar anggapan, mitos, label, dan stereotip di masyarakat

tentang korelasi antara jenis kelamin, gender, dan hasrat seksual dengan identitas

gender dan seksualitas seseorang (Jagose, 1996). Teori queer juga menawarkan

argumen bahwa “hakikat diri” sebenarnya tidak ada. Manusia ada tidak hanya untuk

menjadi subjek namun juga objek dalam dunia sosial. Maka dari itu, identitas-

identitas (seksualitas dan gender) yang ada bukan alamiah dari lahir namun dibangun

dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan turun-termurun

tergantung dari konstruksi sosial gender yang ada.

Dengan menganalisis dan memahami cara-cara di mana gender dan

seksualitas dibagi dan terbentuk secara historis, produksi identitas-identitas gender

dan seksualitas dapat terjadi secara berbeda dan bahkan melebihi diluar konstruksi

biner yang ada di mana heteroseksualitas dan heteronormativitas bergantung (Butler,

1988: 519-531). Sebagai contoh, identitas “wanita” dalam kultur dan era tertentu

berbeda secara karakteristik dan norma-normanya dengan identitas “wanita” dalam

suatu karakteristik gender tertentu. Istilah ini dapat diaplikasikan ke dalam fashion (mode pakaian),
identitas gender, identitas seksual, dan gaya hidup.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36

kultur dan era yang lain. Definisi “wanita” dalam masyarakat Jepang pastilah berbeda

dengan definisi “wanita” dalam masyarakat Prancis misalnya. Pun demikian dengan

“wanita” Jepang zaman Edo pastilah mengalami perubahan dan perbedaan dengan

“wanita” Jepang zaman posmodern. Femininitas “wanita” dalam kultur suku-suku

Amerika kuno dapat dianggap maskulin oleh definisi dan anggapan “wanita” dalam

masyarakat Jepang dan sebaliknya. Lain lagi halnya dengan “wanita heteroseksual”

dan “wanita homoseksual/lesbian” maupun “wanita biseksual”. Ketiga definisi ini

mempunyai anggapan, label, stereotip, dan ekspektasi yang disematkan tergantung

pada era dan budaya. “Wanita heteroseksual Jepang” misalnya, mempunyai stereotip,

label, dan ide-ide yang berbeda dengan “wanita homoseksual/lesbian” Jepang. Ketika

stereotip, label, ide-ide dan anggapan pada suatu identitas tidak cocok dengan dengan

representasinya, mengalami kekacauan atau tumpang tindih dengan latar belakang

budaya, ras, suku, agama, dan sebagainya, di sinilah teori queer bermain peran dalam

menjelaskan fenomena tersebut.

Lebih jauhnya, Jagose (1996) juga menuturkan bahwa teori queer adalah

produk dari tekanan budaya dan teoretis tertentu yang semakin terstruktur dalam

pertanyaan-pertanyaan akademis dan non-akademis mengenai identitas individu-

individu gay dan lesbian. Para ahli teori queer menganggap label-label seperti “gay”

dan “lesbian” adalah statis dan tidak memenuhi perubahan zaman di mana fungsi

linguistik (jargon, sebutan, istilah, dsb) juga selalu berkembang. Sebutan “gay” dan

“lesbian” maupun “transgender” dianggap sangat Eropa-sentris dan tidak dapat

menjelaskan maupun diaplikasikan ke dalam aneka identitas gender dan seksual

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37

dalam skala transnasional. Contohnya adalah fenomena “hijra”. Hijra adalah

terminologi yang dikenal dalam bahasa Hindi, Persia, Tamil, Bengali, dan Urdu

untuk mendeskripsikan individu-individu interseks, transgender, dan orang-orang

kasim/dikebiri (eunuch) dalam masyarakat Asia Selatan.

Hijra secara umum adalah individu-individu berjenis kelamin laki-laki saat

lahir yang kemudian mengalami kebiri dan/atau operasi medis pergantian fisik

menjadi feminin. Mereka umumnya berperan seksual pasif seperti perempuan

terhadap pasangan laki-laki heteroseksualnya. Hijra dianggap sebagai third gender

atau “gender ketiga” yang bukan pria, wanita, maupun transgender. Hijra juga tidak

dianggap sebagai individu-individu “homoseksual” maupun “transgender”. Menurut

masyarakat Asia Selatan, “hijra adalah hijra” sebagai identitasnya sendiri (Nanda,

2003: 192-201). Masyarakat Asia Selatan diketahui telah mengenal konsep-konsep

gender ketiga dan peran-peran gender dan seksualitas yang diluar heteronormativitas

sejak zaman Hindu Kuno. Hal ini sedikit banyaknya dipengaruhi dari dominasi

mitologi Hindu dalam filosofi hidup dan cara pandang masyarakat Asia Selatan.

Dalam mitologi Hindu disebutkan bahwa suatu ketika Dewa Siwa yang berjenis

kelamin laki-laki bersatu tubuh dengan Dewi Parwati/Lakshmi yang berjenis kelamin

perempuan untuk menjadi Ardhanariswara, sebuah entitas androgini yang bukan laki-

laki maupun perempuan, namun keduanya dan dua-duanya adalah “satu”

(Parmeshwaranand, 2004).

Kembali kepada pernyataan Jagose, dari sini kita dapat melihat bahwa dalam

menganalisis identitas suatu individu seperti hijra, definisi-definisi yang dianggap

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38

mengkotak-kotakkan seperti gay, lesbian, maupun transgender tidak dapat memenuhi

kaidah-kaidah seksualitas dan gender yang sangat kompleks dalam berbagai

kebudayaan di dunia. Di sinilah teori queer juga lebih cocok diaplikasikan dalam

meneliti fenomena-fenomena tersebut. Tidak seperti kajian gay/lesbian, teori queer

tidak hanya memperhatikan perilaku biner homoseksual maupun heteroseksual saja.

Ras, suku, agama, etnis, sampai kelas pun menjadi poin-poin yang relevan. Hasilnya,

teori queer lebih mengenal spektrum yang luas dan universal dalam mengenal

berbagai identitas gender dan seksualitas di dunia.

2.2 Sekumai, Kehidupan Queer, dan Individu-Individu Queer dalam Budaya

Populer dan Masyarakat Jepang

Konsep queer berkaitan erat dengan identitas gender dan seksualitas individu.

Walaupun begitu, konsep ini tergolong sangat baru bagi masyarakat Jepang.

Masyarakat Jepang sejak zaman prasejarah hingga modern tidak pernah mengenal

adanya pemisahan identitas gender dan jenis kelamin. Terlebih lagi tentang hubungan

antara gender dan preferensi seksual (McLelland dkk, 2007: ix-5). Hal ini dapat

dibuktikan dari nihilnya kosa kata pembeda antara “jenis kelamin” dan “gender”

dalam Bahasa Jepang seperti dalam Bahasa Inggris “sex” dan “gender”. Huruf kanji

sei (性 / い) dalam josei (女性 / い) dan dansei (男性 / い)

bermakna laki-laki dan perempuan sekaligus pria dan wanita (male/female dan

man/woman). Kata jendaa ( ン ) yang berarti gender dari Bahasa Inggris

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39

merupakan kata baru yang diserap dan diadaptasi di era posmodern untuk

mendefinisikan konsep kultural akan maskulinitas dan femininitas.

Untuk mendeskripsikan individu-individu non-heteroseksual, masyarakat

Jepang modern mengenal istilah dalam Bahasa Jepang asli seperti okama dan onabe.

Okama yang dalam huruf kanjinya berarti pot besi (お釜 / お ) mempunyai

pemaknaan sebagai individu laki-laki homoseksual. Lebih spesifiknya, laki-laki

homoseksual yang berlagak layaknya perempuan, feminin, dan/atau banci/cross-

dresser. Hasil penelitian dari Universitas Keio di Jepang di tahun 2013 menyatakan

bahwa kesan orang Jepang terhadap image seseorang yang dilabeli atau beridentitas

okama adalah “laki-laki yang tidak seperti laki-laki pada umumnya”. Menurut mereka,

okama mengacu pada individu-individu laki-laki feminin yang umumnya tampil di

televisi sebagai entertainer dan jarang maupun tidak pernah ditemui di kehidupan

sehari-hari. Ditambah lagi, okama hanya dianggap sebagai identitas yang mempunyai

nilai jual hiburan dan berfungsi sebagai persona di media semata (Yoshioka, 2013).

Onabe yang dalam huruf kanjinya bermakna literal pot untuk memasak (お鍋

/お ) memiliki konotasi dan makna sebagai individu perempuan homoseksual,

perempuan yang berlagak layaknya laki-laki, dan atau tomboy maupun seorang yang

melakukan cross-dress. Hampir serupa dengan penerimaan istilah okama, orang

Jepang melihat individu-individu onabe lebih sebagai pekerja di dunia night

entertainment (bisnis hiburan malam) daripada sebuah identitas dalam kehidupan

sehari-hari. Pada umumnya orang Jepang juga tidak mengenal dan/atau mengetahui

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40

kata ini sehingga sebutan ini juga jarang dan hampir tidak pernah digunakan. Onabe

sendiri tidak mempunyai konotasi negatif sekuat okama dalam pandangan orang

Jepang (Yoshioka, 2013). Meskipun begitu, kedua terminologi ini dianggap memiliki

efek sosiologis yang negatif karena memaksa menggolongkan berbagai jenis identitas

gender dan seksualitas queer kedalam konsep-konsep tunggal seperti itu

(Summerhawk dkk, 1998: 5).

Untuk padanan kata queer sendiri, Bahasa Jepang selama ini menggunakan

kata hentai (変態 / たい) yang berarti aneh, abnormal dan mesum. Kata hentai

ini juga berkonotasi sangat negatif dan merendahkan di masyarakat. Namun, karena

beberapa media berkonten LGBT+ di Jepang mengklaim ulang kata ini dalam

publikasi-publikasinya seperti hentai zasshi (変態雑 / たい ) yang

berarti “majalah mesum”, kata ini mengalami pergeseran makna sehingga banyak ahli

terjemahan dan linguistik Jepang dan Inggris menganggap bahwa kata hentai dalam

konteks seksualitas dan identitas gender merupakan padanan yang dekat dengan kata

queer dalam Bahasa Inggris (McLelland dkk, 2007: ix-5).

Bahasa Jepang modern memang telah mengadaptasi terminologi LGBT+

seperti douseiaisha ( 性愛者 / orang yang menyukai sesama jenis), gei ( / gay),

homo ( / lelaki homoseksual), homosekusharu ( ク / orang

homoseksual), bian (ビ ン / lesbian), rezu ( / lesbian), sampai dengan sekumai

( ク / minoritas seksual) (O‟Mochain, 2006). Namun, istilah-istilah inipun

merupakan hal yang sangat baru dan dipengaruhi dari terminologi barat walaupun

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41

identitas queer dalam konteks seksualitas dan identitas gender di masyarakat Jepang

diketahui telah ada sejak zaman Jepang kuno (Leupp, 1997: 26). Perlu ditekankan

bahwa walaupun Jepang mengimpor berbagai terminologi dalam pakem dan

pemaknaan ala barat, negara Jepang tidak serta merta menerima keseluruhan ide-ide

dari diskursus barat. Maksudnya adalah, istilah-istilah serapan barat ini dipilih Jepang

sedemikian rupa untuk dapat menjelaskan pemahaman masyarakat Jepang terhadap

konsep identitas seksual dan gender. Sebagai contoh, kata “gay” dalam Bahasa

Inggris dan “gei” ( ) dalam Bahasa Jepang. Keduanya memang dianggap sebagai

terjemahan resmi, namun secara konteks dapat mempunyai denotasi dan pemaknaan

yang berbeda (McLelland dkk, 2007: ix-5).

Karena pemahaman atas gender dan seksualitas masyarakat Jepang berbeda

dengan pemahaman barat, masyarakat Jepang tidak mengenal konsep-konsep biner

seperti “homoseksual”, “heteroseksual”, “biseksual” maupun “transgender” pada

suatu individu (Cornog & Perper, 2005). Sebaliknya, masyarakat Jepang memahami

konsep gender dan seksualitas melalui berbagai peran sosial di mana semua jenis

identitas gender dan seksualitas ditekankan. Melalui peran-peran sosial ini,

masyarakat Jepang mengenal dan mempunyai spektrum gender dan seksualitasnya

sendiri. Berikut akan dijabarkan beberapa contoh identitas dan praktek seksual queer

di masyarakat Jepang pra-modern.

Salah satu contoh peran sosial terkait antara lain adalah chigo dan nenja

dalam komunitas agama Buddha di era Kofun sekitar 300 sampai 700 Masehi. Karena

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42

para biksu agama Buddha hidup dalam lingkungan yang tertutup di pegunungan,

maka komunitas ini pun mengembangkan adat seksualitasnya sendiri. Chigo

merupakan sebutan untuk para lelaki muda usia 11 sampai 17 tahun yang bekerja dan

mengabdi di padepokan-padepokan agama Buddha untuk melayani para biksu secara

seksual sekaligus menjadi murid dalam studi agama Buddha. Nenja adalah sebutan

bagi biksu senior yang menjadi pasangan dan tutor bagi seorang chigo. Fenomena ini

disebabkan karena adanya larangan bagi para biksu dan pendeta untuk menjalin

hubungan dengan wanita (Watanabe dkk, 1989). Dalam filosofi Jepang yang berbasis

agama Buddha, Shinto, dan Konfusius sendiri pun tidak ada larangan dan peraturan

mengenai bagaimana seseorang seharusnya berhubungan seks maupun menjalin

romansa dan sebagainya (Stewart, 2009). Hal ini pula yang menyebabkan masyarakat

Jepang pra-westernisasi sebelum masuknya agama Kristen memiliki pandangan yang

sangat bebas terhadap segala jenis seksualitas, praktek-praktek seksual, maupun

ekspresi identitas gender. Bahkan pada era Tokugawa, para sastrawan juga

mengembangkan berbagai kisah dalam Nihon Shoki (The Chronicles of Japan) di

mana dewa-dewa seperti Hachiman, Myoshin, Shinmei, dan Tenjin adalah

merupakan dewa-dewa penjaga hubungan homoseksualitas. Para sastrawan era Edo

juga berargumen bahwa dalam Nihon Shoki, dewi-dewi maupun entitas wanita belum

muncul dalam tiga generasi pertama keturunan dewa-dewa Jepang. Oleh karena itu

dewa-dewa ini kemungkinan juga menikmati hubungan sesama jenis di antara mereka.

Hubungan sesama jenis dari para dewa Shinto inilah yang dianggap sebagai cikal-

bakal praktek nanshoku dalam masyarakat Jepang kuno (Leupp, 1997: 32). Praktik

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
43

nanshoku dan nenja-chigo ini tidak hanya dalam kalangan religius saja, namun juga

menyebar ke kalangan keshogunan sampai para samurai dan diterima masyarakat luas

sebagai norma pada era tersebut (Furukawa & Lockyer, 1994). Dari sini dapat ditarik

pengertian bahwa seseorang yang melakukan praktek nanshoku tidak serta-merta

dapat dianggap sebagai seseorang yang homoseksual atau gay dalam konteks

pemaknaan identitas dirinya. Orang tersebut memang mungkin seorang gay maupun

biseksual namun dalam konteks budaya Jepang, orang tersebut beridentifikasi sebagai

“chigo” atau “nenja” dan bukan seorang “gay” atau “homoseksual”.

Contoh lain adalah peran sosial yang merepresentasikan komunitas

“transgender” pada era Jepang kuno. Hal ini dapat dibuktikan oleh keberadaan

komunitas gender-bending19 dalam masyarakat Jepang dalam zaman Edo (Fruhstuck

& Tipton, 2003). Komunitas gender-bending ini didapati mendominasi bidang

kesenian dan perdagangan pada era tersebut. Bidang kesenian pada zaman Edo

berkembang pesat karena setelah Jepang dipersatukan Tokugawa, peperangan antar-

wilayah pada era Sengoku (戦国時代 / sengokujidai) pun berangsur-angsur hilang

sehingga perhatian masyarakat, khususnya kalangan samurai, terfokus pada harmoni

sosial, perdagangan, dan kesenian (Nishiyama, 1997: 198-227). Kesenian-kesenian

19
Gender-bending (pelaku: gender-bender) adalah sebuah kegiatan yang dapat bersifat politik maupun
tidak dalam “menghancurkan” stereotipe peran gender di masyarakat. Gender-bending biasanya
dilakukan dengan berdandan, berpakaian, dan bertingkah layaknya suatu stereotipe gender tertentu
yang berkebalikan dengan gender asli si pelaku. Contohnya peran gender wanita memakai gaun dan
memasak di dapur serta pria memakai jas dan bekerja sebagai kuli. Wanita gender-bender dapat
memakai jas dan bekerja sebagai kuli sebagai pernyataan diri bahwa ia telah menghancurkan asumsi
dan stereotipe identitas gender seorang “wanita” di masyarakat. Gender-bending dapat bertumpang
tindih dengan cross-dressing. Hanya saja cross-dressing biasanya berkutat pada substansi “pakaian”
dan “aksesoris” serta dilakukan dalam waktu singkat dan temporal untuk kepentingan hiburan semata.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
44

tersebut antara lain seperti upacara minum teh (茶 / chadou), puisi-puisi, lukisan

ukiyo-e dan shunga, hingga pentas seni kabuki (歌舞伎 / ). Dalam dunia seni

kabuki inilah individu-individu gender-bending ditemukan pertama kali di

masyarakat Jepang.

Seni kabuki merupakan seni drama yang mempunyai peran-peran laki-laki dan

perempuan. Seni kabuki juga dianggap sebagai sebuah budaya populer masyarakat

Jepang pra-modern. Pada awal munculnya kabuki, peran-peran dimainkan oleh

pelakon yang “sesuai dengan kodratnya”. Dalam artian, peran laki-laki dimainkan

oleh laki-laki dan peran perempuan dimainkan oleh perempuan. Kemudian pada

tahun 1629 keshogunan melarang wanita untuk menjadi pelakon kabuki karena

dianggap terlalu erotis dan mengakibatkan populernya praktik prostitusi (Lombard,

1928: 287-295). Akibat pelarangan tersebut, peran-peran perempuan kemudian

dimainkan oleh remaja lelaki yang bertingkah laku lemah gemulai layaknya wanita

dalam kehidupan sehari-hari (effeminate man) yang disebut dengan wakashu (若衆 /

わ ). Para remaja lelaki seperti ini lebih dipilih karena penampilan fisik dan

suara mereka tidak semaskulin dan seberat lelaki dewasa. Uniknya, tidak hanya di

atas panggung, para wakashu ini juga berdandan serta berlaku layaknya wanita saat di

luar panggung dan rumah-rumah hiburan. Ditambah lagi, pada saat itu, apabila

remaja lelaki tersebut bertingkah layaknya wanita, berdandan layaknya wanita, dan

memainkan peran gender sebagai wanita, maka ia pun akan dianggap wanita secara

keseluruhan dalam kehidupan sehari-hari walaupun ia tidak serta-merta dilabeli

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
45

sebagai seorang “wanita” sebagai identitas dirinya. Banyak wakashu yang kemudian

diketahui terlibat dalam bisnis prostitusi dan menjadi langganan kalangan samurai

maupun para saudagar, baik pelanggan wanita maupun pria. Kepopuleran para

wakashu ini disebabkan oleh meluasnya keyakinan bahwa hanya seorang laki-lakilah

yang mampu memahami esensi kecantikan seorang perempuan (Leupp, 1997: 91-92).

Fenomena dan identitas wakashu ini juga merupakan salah satu peran sosial yang

merupakan fragmentasi dari spektrum seksualitas dan gender identitas dalam

masyarakat Jepang kuno yang sarat dengan konteks kultural dan historis.

Bagaimana dengan kehidupan queer para perempuan Jepang sendiri? Contoh-

contoh yang disebutkan sebelumnya hanya berkutat dan terpolarisasi dengan

fenomena homoseksualitas laki-laki. Dalam sejarah Jepang kuno, hubungan pria dan

wanita dalam ikatan pernikahan secara umumnya lebih ditekankan untuk meneruskan

generasi maupun memperkuat status sosial. Meskipun begitu, seperti yang telah

disebutkan, praktek-praktek wakashu yang mengedepankan hubungan seksual antara

guru dan murid, samurai dan murid, biksu dan murid seperti ini faktanya tidak hanya

terbatas pada lelaki saja, para perempuan pun melakukannya (Watanabe dkk, 1989).

Wanita Jepang pada abad pertengahan diketahui juga melakukan praktek-

praktek biseksual walaupun hal tersebut tidak terdokumentasi dengan seksama seperti

praktek wakashudo para lelaki. Pada abad ke-16, wanita Jepang memperoleh

keamanan sebagai istri dalam sistem virilocal 20 , jauh berbeda dengan sistem

20
Virilocal adalah sistem sosial di mana pasangan yang menikah hidup dengan atau di dekat orang
tuadari suami. Kata ini belum ada terjemahan maupun padanannya dalam Bahasa Indonesia.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
46

uxorilocal 21 yang umum digunakan sebelumnya pada zaman Heian (794-1185).

Sistem uxorilocal ini menyebabkan para lelaki harus mengatur jadwal untuk

melakukan perjalanan mengunjungi istri. Hal ini mengakibatkan banyak istri dengan

mudah ditinggalkan dan diabaikan oleh suami-suami mereka sepanjang tahun.

Pergantian ke sistem virilocal tersebut memudahkan para wanita untuk menetapkan

posisi dalam kehidupan rumah tangganya sehingga mereka juga dapat memiliki

pengaruh dalam keluarganya. Hasilnya, para wanita ini juga mendapat kebebasan

seksual yang setara dengan lelaki dalam mengambil gadis-gadis muda sebagai

kekasih (Wakita, 2006).

Seiring berjalannya waktu, Jepang kuno menerima pengaruh barat dari

berbagai aspek, khususnya dalam bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan,

ideologi, dan keagamaan. Pengaruh barat ini berperan signifikan dalam peralihan

pandangan dan resepsi kepada peran-peran sosial, individu-individu, aktivitas, dan

identitas queer dalam masyarakat Jepang. Pemikiran dan ideologi barat yang

dipengaruhi oleh agama Kristen ini sangat mengutuk aktivitas yang dilabeli dengan

sodomi ini. Hasilnya, masyarakat Jepang mulai mengenal konsep dan istilah

“homoseksualitas” yang disematkan pada praktek-praktek nanshoku yang masih ada,

sehingga mereka mulai mendapat stigma dan dianggap sebagai preferensi seksual

pribadi dan tidak untuk dibangga-banggakan maupun dipamerkan seperti sebelumnya

(Furukawa & Lockyer, 1994). Tidak hanya itu, pada saat itu meluas pula di

21
Uxorilocal adalah kebalikan dari virilocal yaitu sistem sosial di mana pasangan yang menikah hidup
dengan atau di dekat orang tua dari istri. Kata ini juga belum mempunyai terjemahan maupun
padanannya dalam Bahasa Indonesia.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
47

masyarakat sebuah anggapan yang tidak benar (hoax) dari bidang sains yang

dipengaruhi oleh sains barat di bawah lindungan Gereja, bahwa orang-orang

homoseksual, khususnya laki-laki, akan mengalami transformasi tubuh yang menjadi

kewanita-wanitaan dengan perubahan pita suara, hilangnya pertumbuhan rambut

tubuh, perubahan struktur tulang, sampai dengan pembesaran pinggang dan payudara

(Pflugfelder, 1999: 256).

Pada tahun 1872 di era Meiji, keshogunan akhirnya memberlakukan Kode

Keikan, yaitu kebijakan untuk kriminalisasi terhadap segala bentuk praktek nanshoku

dalam kategori sodomi demi menyesuaikan adaptasi pemikiran dan ideologi barat

dalam upaya memodernisasi Jepang. Hukum ini kemudian dihapuskan oleh Kode

Napoleon di tahun 1880 (Harada, 2001). Sejak penghapusan hukum tersebut, Jepang

memang tidak mempunyai hukum lain yang melarang kegiatan seksual sesama jenis

hingga saat ini, akan tetapi hasil dari upaya modernisasi di era Meiji telah

memberikan dampak yang meluas dan menstigmasi individu-individu queer, identitas

queer, dan seksualitas queer di masyarakat Jepang hingga saat ini. Hal ini dibuktikan

dengan penempatan individu-individu queer di Jepang dalam kategori yang disebut

dengan sekumai seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Sekumai yang merujuk

pada istilah sexual minority ( ク / sekushuaru mainoriti)

dalam Bahasa Inggris atau minoritas seksual dalam Indonesia merupakan istilah

dalam kosakata Bahasa Jepang posmodern dalam menyebutkan individu-individu

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
48

yang tidak termasuk dalam kategori heteroseksual dan individu-individu

LGBT+/queer secara umum.

Riset sosial yang dilakukan terhadap orang-orang Jepang yang termasuk

dalam kategori sekumai sudah cukup banyak dilakukan. Namun, diskusi terbuka akan

seksualitas dan identitas gender dalam masyarakat Jepang sendiri belum umum.

Hasilnya, resepsi dan penerimaan masyarakat Jepang terhadap sekumai juga belum

sepenuhnya positif. Sebagian orang menganggap bahwa hal tersebut adalah

penyakit/abnormalitas, sebagian menganggap bahwa itu adalah pilihan gaya hidup

dan cara bersenang-senang, sisanya sebagian besar bahkan tidak tahu-menahu soal

hal tersebut. Mereka menyebut dan menganggap sekumai dan kultur sekumai adalah

sebuah shiranai sekai (知 い世界) atau dunia yang tidak diketahui (Sunagawa &

McLelland, 2006). Hasilnya, walaupun di Jepang tidak ada diskriminasi terang-

terangan dalam bentuk kekerasan seperti di negara-negara Timur Tengah terhadap

individu queer, sekumai di Jepang justru mengalami represi secara budaya.

2.3 Yuri Manga: Class S dan Lesbianisme dalam Budaya Populer Jepang

Dewasa ini, terminologi yuri sebagai sebuah sub-genre dikenal sebagai istilah

umum untuk mendefinisikan produk-produk budaya populer Jepang seperti manga

(komik Jepang) dan anime (animasi buatan Jepang) serta film, novel, maupun

publikasi media populer lainnya yang memiliki konten bertema dan/atau mengandung

unsur lesbianisme atau hubungan romansa maupun seksual antar perempuan sebagai

unsur utama maupun yang dominan (Thompson, 2010). Di Jepang, istilah lain genre

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49

ini antara lain adalah GL (girls love) dan shoujo ai (少女愛) yang mempunyai

konteks pemaknaan yang setara dan dapat dipertukarkan dengan yuri. Namun untuk

audiens dan pembaca manga dan anime Jepang di negara barat, shoujo ai dan GL

lebih sering dipergunakan untuk menyebutkan genre yang mengedepankan romansa

tanpa konten seksual, berkebalikan dengan yuri yang memiliki adegan-adegan yang

bersifat seksual dan cenderung dianggap sebagai manga dewasa (www.yuricon.com).

Meskipun begitu, terminologi seperti yuri, shoujo ai, maupun GL ini baru aktif

digunakan tahun ‟90 dan 2000-an hingga saat ini walaupun produk budaya populer

seperti manga dan novel yang bertemakan maupun mengandung unsur lesbianisme

sudah ada sejak era Taisho dan Showa. Bahkan, di zaman Edo pelukis ukiyo-e dan

shunga yang merupakan produk budaya populer pra-modern, Hokusai Katsushika,

juga mempunyai karya-karya yang bertema lesbianisme. Ukiyo-e dan shunga Hokusai

dinikmati oleh semua kalangan dari para samurai, pebisnis, sampai ibu rumah tangga,

laki-laki maupun perempuan (Kornicki, 1998: 331-353). Hal ini menunjukkan bahwa

penggambaran akan praktek-praktek lesbianisme juga bukan merupakan hal yang

dianggap tabu dalam budaya populer zaman pra-modern. Akan tetapi karya-karya

bertema lesbianisme dari Hokusai hanya tersedia dalam shunga (ukiyo-e erotis)

(Bouquillard & Marquet, 2007) dimana aktivitas lesbianisme sebagian besar

digambarkan sebagai variasi praktek dan kegiatan seksual daripada sebuah orientasi

dan identitas seksual.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
50

Yuri sebagai sebuah sub-genre di Jepang sendiri mengalami sejarah yang

panjang. Publikasi dalam budaya populer Jepang yang bertemakan hubungan

romansa antar perempuan mulai dimunculkan oleh seorang novelis lesbian era Taisho

dan Showa, Nobuko Yoshiya. Nobuko Yoshiya merupakan salah satu sastrawan yang

berpengaruh dalam memperkenalkan genre Class S, sebuah sub-genre manga dan

novel yang bertema pertemanan intim (romantic friendship) antar teman sekolah

dalam latar sekolah khusus wanita (Suzuki, 2006). Sebagai pionir genre yuri, Class S

merupakan genre yang unik. Class S tidak mengandung hubungan romansa dan

seksual antar wanita, namun hanya pertemanan dengan perasaan emosional yang kuat.

Narasi-narasi pertemanan intim ini tipikalnya terjadi antar sesama teman sekelas,

kakak kelas dan adik kelas, kolega kerja, dan sebagainya. Narasi tersebut umumnya

berakhir secara tragis dan cenderung tidak bahagia dikarenakan kelulusan, pernikahan,

bahkan kematian tokoh-tokohnya. Class S memang tidak secara eksplisit

menggambarkan lesbianisme pada tokoh-tokohnya, namun semua aktivitas dan

perasaan suka secara emosional di antara tokoh dianggap sebagai proses bagaimana

seorang perempuan mengenali identitas dirinya dalam mencapai kedewasaan untuk

dapat menjadi seorang ibu dan istri yang sempurna (Dollase, 2003: 724-755). Setelah

genre Class S menjadi popular, mulailah berkembang genre shoujo ai dan kemudian

menjadi yuri.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3

IDENTITAS QUEER TOKOH AIHARA YUZU DALAM MANGA “CITRUS”

KARYA SABUROUTA

3.1 Tentang Manga Citrus

Citrus ( ス, shitorasu) merupakan judul dari sebuah manga atau komik

Jepang bergenre yuri yang ditulis dan diilustrasikan oleh komikus perempuan dengan

nama pena Saburouta. Citrus pertama kali diterbitkan oleh majalah komik Yuri Hime

Comic 22 oleh penerbit Ichijinsa di bulan November 2012 (www.ichijinsha.co.jp).

Kemudian pada bulan Juli 2013, karena ratingnya yang tinggi di kalangan pembaca

Jepang, Citrus mulai dicetak dalam bentuk komik lepas berseri atau yang disebut

dengan tankoubon (data.ichijinsha.co.jp). Hingga saat ini di tahun 2018, delapan

volume Citrus telah diterbitkan dan masih akan berlanjut. Kepopuleran Citrus di

Jepang menjadikan manga tersebut mengalami adaptasi dalam berbagai media seperti

drama CD dan anime atau serial animasi. Drama CD Citrus dirilis pada bulan Juli

2015 dan serial animasinya yang terdiri atas dua belas episode pada Januari 2018

(www.crunchyroll.com).

Tidak hanya di Jepang, manga Citrus juga mendapat resepsi yang baik dari

pembaca internasional. Citrus telah dialibahasakan dan diterbitkan dalam Bahasa

Inggris, Thailand, Jerman, dan Cina. Terlebih lagi, koran The New York Times juga

memasukkan Citrus dalam daftar manga bestseller atau yang paling laku terjual di

22
Yuri Hime Comic adalah sebuah majalah komik triwulan produksi penerbit Ichijinsha khusus untuk
karya-karya manga dengan genre yuri dan atau shoujo ai.

51

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
52

region Amerika Utara dan Kanada pada tahun 2015 (www.animenewsnetwork.com).

Meskipun begitu, Citrus sempat pula mengalami kontroversi dari pembaca

internasional karena mengandung unsur-unsur pelecehan seksual yang menjadi plot

utama dalam manga ini. Tema pelecehan seksual dan aktivitas non-konsensual yang

tercermin dianggap membuat ketidaknyamanan di antara pembaca. Selain itu tema ini

juga dianggap lebih agresif, tidak biasa, dan bahkan bertolak belakang dari

bagaimana biasanya komik-komik dengan genre yuri diceritakan dan digambarkan

(www.animenewsnetwork.com).

3.1.1 Data Tokoh-Tokoh Utama dan Pendukung Manga Citrus

Tokoh-tokoh dalam manga Citrus ini cukup banyak dan terdiri atas tokoh

utama dan tokoh pendukung. Tokoh-tokoh utama selalu muncul di setiap bab cerita

dan episode, sedangkan tokoh-tokoh pendukung hanya tampil dalam beberapa

episode dan cerita ekstra sebagai tambahan atau kameo. Peneliti hanya akan

menampilkan tokoh-tokoh yang muncul dalam adegan-adegan yang dianalisis serta

disebutkan dalam sinopsis demi efektivitas dan pembuatan analisis yang koheren dan

komprehensif. Di bawah ini adalah tabel daftar nama tokoh beserta peran dan foto

profil mereka yang akan ditampilkan dalam penelitian ini.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
53

Tabel 3.1 Daftar Tokoh-Tokoh Citrus

Nama Tokoh Peran Foto Profil

Aihara Yuzu (藍原 Tokoh utama dari

柚子) manga Citrus.

Periang, blak-blakan,

dan pandai bergaul.

Seorang murid kelas

dua sekolah menengah

atas dan tukang

dandan. Kakak tiri

dari Aihara Mei.

Aihara Mei (藍原芽 Tokoh utama dari

衣) manga Citrus.

Disiplin, dingin,

manipulatif, dan

pendiam. Ketua

organisasi siswa

sekolah dan murid

teladan. Adik tiri dari

Aihara Yuzu.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
54

Taniguchi Harumi Tokoh pendukung dari

(谷口 るみ) manga Citrus.

Humoris, loyal, dan

penolong. Murid yang

sedikit bandel dan

diam-diam tidak

menyukai peraturan

sekolah yang ketat.

Sahabat dari Aihara

Yuzu.

3.1.2 Sinopsis Cerita Manga Citrus

Citrus mengisahkan tentang Aihara Yuzu, sang protagonis yang merupakan

gadis sekolah menengah atas kelas dua yang sangat blak-blakan, pandai bersolek, dan

lebih menyukai bersenang-senang daripada belajar. Karena cukup popular, teman-

temannya Kana dan Manami sering mengira bahwa Yuzu sangat berpengalaman

dalam percintaan dan laki-laki, padahal sebenarnya ia tidak pernah mempunyai

kekasih. Ia sangat iri dan selalu mendambakan bagaimana rasanya jatuh cinta dan

menyukai seseorang seperti sahabat-sahabatnya.

Yuzu tinggal berdua dengan ibunya, Ume, yang menjanda di kota

metropolitan. Setelah ibunya menikah lagi dengan seseorang yang berpengaruh dan

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
55

kaya raya, Aihara Shou, Yuzu pun ikut pindah ke daerah tempat tinggal keluarga

ayah tirinya. Hal ini mengakibatkan ia pun harus pindah sekolah ke Akademi Aihara,

sekolah elit khusus wanita milik keluarga Aihara tersebut. Tidak diduga, lingkungan

dan sekolah baru Yuzu sangatlah konservatif dan menjunjung tinggi kedisiplinan dan

keseragaman di antara murid. Yuzu dengan ponselnya, rambutnya yang dicat pirang,

dan seragamnya yang tidak rapi akhirnya mengalami masalah pada saat hari

pertamanya di sekolah. Karena telah terang-terangan melanggar peraturan sekolah,

Yuzu pun didisiplinkan oleh ketua organisasi siswa sekolah yang bernama Mei. Yuzu

lalu menjadi tidak suka dengan sifat dan sikap Mei yang dingin, arogan, dan tanpa

emosi. Di hari yang sama, Yuzu mendapati Mei dan seorang guru laki-laki sedang

berciuman di belakang gedung sekolah. Kaget dan panik, Yuzu pun mengendap-

endap dan melarikan diri tanpa mengetahui bahwa Mei juga mengetahui

keberadaannya pada saat itu. Saat pulang ke rumah keluarga barunya, ibunya

memperkenalkan Yuzu pada anak suami barunya yang belum ia pernah temui

sebelumnya. Tak diduga, anak suami ibunya adalah Mei sendiri. Aihara Mei pun

otomatis menjadi adik tiri Yuzu dan semenjak hari itu, ia pun harus berbagi kamar

dan tempat tinggal dengan Mei. Balas dendam karena dipermalukan oleh Mei di

depan publik soal ponsel, Yuzu mengejeknya soal hubungannya dengan guru yang

disaksikannya tersebut. Kesal, Mei kemudian menyerang Yuzu secara seksual untuk

pertama kalinya.

Waktu terus berjalan dan Yuzu akhirnya menemukan seseorang bernama

Taniguchi Harumi yang menjadi sahabat dekat di sekolah barunya. Harumi dan Yuzu

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
56

dapat menjadi akrab secara cepat karena keduanya sama-sama suka dandan dan tidak

menyukai peraturan sekolah yang ketat. Sementara itu Yuzu juga semakin merasa

frustrasi terhadap berbagai pelecehan seksual yang dilakukan Mei di saat ia berusaha

untuk menjadi figur kakak yang baik untuk adik tiri barunya tersebut. Yuzu

menemukan bahwa Mei melakukan hal-hal tersebut hanya untuk mengerjai dan

memanipulasi dirinya secara mental dan emosi. Pada awalnya ia sangat kesal dan

benci terhadap adik tirinya tersebut, namun sedikit demi sedikit Yuzu akhirnya

mengalami krisis identitas dan mulai mempertanyakan tentang jati dirinya di saat ia

perlahan merasakan ketertarikan seksual terhadap Mei yang merupakan seorang

perempuan.

Yuzu juga menemukan bahwa Mei merupakan seseorang yang selalu

menuruti apa kata sang kakek untuk menjadi penerus dan pewaris akademi. Mei

ternyata memiliki beban tugas yang banyak serta tanggung jawab yang besar sebagai

satu-satunya harapan dinasti Aihara. Yuzu pun kemudian mulai menjadi kasihan dan

menemukan bahwa Mei sebenarnya hanyalah seorang gadis yang kesepian dan

berperasaan sensitif, tidak mengetahui apa ambisi dan cita-cita yang ingin dicapai

oleh dirinya sendiri. Hal ini lama-kelamaan membangkitkan sisi protektif dari Yuzu,

yang kemudian berkembang menjadi ketertarikan romantik terhadap Mei.

Pada sekitar Natal, Yuzu dan Mei akhirnya mengetahui perasaan masing-

masing terhadap satu sama lain dan memutuskan untuk menjalin hubungan lebih jauh

secara rahasia. Mei memang masih belum sepenuhnya mengerti akan perasaannya

sendiri namun ia mulai bersikap posesif dan menunjukkan kecemburuannya pada

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
57

orang lain yang mendekati Yuzu seperti Mizusawa Matsuri, teman masa kecil Yuzu.

Meskipun begitu, lambat laun perasaan Yuzu dan Mei pun bertaut dan mereka

akhirnya memutuskan untuk berpacaran secara diam-diam.

3.2 Queer dalam Manga Citrus

3.2.1 Identitas Gender dan Seksualitas Aihara Yuzu

Eksplorasi akan identitas diri, terutama menyangkut gender dan seksualitas,

merupakan tema yang ditekankan sang pengarang dalam Citrus. Kedua tokoh utama,

Aihara Mei dan Aihara Yuzu, secara konstan digambarkan sedang mencari jati diri

dan makna perasaan cinta masing-masing. Peneliti menemukan kedua tokoh tersebut

mengalami perkembangan karakter secara bertahap dalam enam jilid pertama manga

Citrus. Dari proses perkembangan karakter tersebut, peneliti akan menjabarkan

bagaimana dan apa sebenarnya identitas gender dan seksualitas kedua tokoh utama

Aihara Yuzu dan Aihara Mei dalam subbab ini.

Pada jilid 1 Citrus bab 1 halaman 1 dan 2, cerita Aihara Yuzu diawali dengan

problem yang dialaminya akan ketiadaan seorang kekasih. Seperti sahabat-sahabatnya,

Kana dan Manami yang sangat terbuka dan bebas bergonta-ganti pacar, Yuzu juga

menginginkan seorang lelaki untuk menjadi pacarnya. Adegan tersebut akan

menunjukkan identitas seksual Yuzu sebagai seorang wanita heteroseksual. Berikut

adalah adegan tersebut.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
58

Gambar 3.1 Yuzu bertekad untuk mengakhiri masa lajangnya dengan mendapatkan
pacar lelaki

Percakapan yang dilakukan antara Yuzu, Kana, dan Manami saat itu adalah:

Manami : あいつ ン つ 別 たわ
Aitsu honto mukatsukukara wakaretawa.
(Dia benar-benar menyebalkan jadi aku putus dengannya)

Kana : !? の前 H た 言 た !
Majide!? Kono mae ecchi shitatte itteta jyan!
(Yang benar!? Bukannya kapan hari kau bilang kalian
berhubungan seks baru-baru ini!)

Yuzu : !?
…ukk!?
(…hah!?)

Manami : あ夏 恋の季節 次 るわ~


Maa natsu wa koi no kisetsu dakara tsugi ganbaruwa~

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
59

(Musim panas adalah musim cinta, aku akan berjuang dapat


pacar lagi nanti~)

Yuzu :あ あた 彼氏ほ
A…atashi mo kareshi hoshi—
(Haa…aku juga ingin punya pacar.)

Kana : うい 前 別 た 言 た け
Souiya Yuzucchi mo mae kare to wakaretatte ittettakke.
(Oh ya, Yuzu, katanya kau baru putus kan dengan pacarmu
kapan hari?)

Manami :合 誘いたいけ 柚子 秋に 転校 う

Goukon sasoitaikedo Yuzucchi aki ni wa


tenkoushichaundamonne--.
(Yuzu sih berpindah sekolah nanti musim gugur, padahal
ingin kuajak ke pesta perjodohan.)

Kana : 遠距
Enkyori wa yabeette.
(Hubungan jarak jauh itu susah lho.)

Yuzu : い う い う 転校 た
彼氏 する
Daijoubu, daijoubu. Tenkoushitara sokko—kareshi
gettosurukara.
(Jangan khawatir, jangan khawatir. Nanti setelah pindah
sekolah aku pasti akan mendapat pacar.)

Dari adegan ini dapat dilihat bahwa Yuzu yang merupakan seorang gadis

muda yang sangat menginginkan seorang laki-laki sebagai kekasih. Hal ini

dibuktikan oleh dirinya yang menyatakan “Haa…aku juga ingin punya pacar”.

Penyebutan kareshi ( 彼 氏 ) atau pacar laki-laki yang secara khusus dilakukan

berulang-ulang dalam percakapan tersebut menunjukkan bahwa dirinya yang seorang

wanita mempunyai ketertarikan untuk bersama seseorang lawan jenis, yaitu laki-laki.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
60

Dengan itu Yuzu dapat dikatakan beridentifikasi sebagai seorang heteroseksual

karena secara tersurat menyatakan menyukai lawan jenis pada awal cerita manga

Citrus.

Dalam bab yang sama di halaman 4 dan 5, cerita berlanjut ketika Yuzu telah

berpindah sekolah dan mengalami kekecewaan karena ternyata ia dipindahkan ke

sekolah khusus wanita yang mana sangat tidak mungkin untuk mencari seorang lelaki

untuk dijadikan pacar. Adegan-adegan tersebut menunjukkan identitas dan ekspresi

gender Yuzu sebagai seorang wanita feminin yang dianggap “normal” dan sejalan

dengan heteronormativitas di masyarakat. Salah satu atribut femininitas itu sendiri

disebutkan sebagai seseorang yang memfokuskan penampilan diri pada aspek

objektifikasi seksual dan sex appeal (daya tarik seks) yang di dalamnya terdapat

stereotipe-stereotipe seperti berdandan dan mempercantik diri untuk memikat lawan

jenis (Kloppenborg & Hanegraaf, 1995). Pencetus teori queer Judith Butler (1990)

mengatakan bahwa identitas gender merupakan hal yang terkait dengan ekspresi

gender (gender expression) yaitu bagaimana suatu individu menginterpretasikan dan

mengekspresikan dirinya melalui sikap-sikap yang diasosiasikan dengan gender

tertentu, yang sesuai maupun berlawanan dengan gender yang dimilikinya. Berikut

adalah adegan tersebut.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
61

Gambar 3.2 Yuzu berdandan maksimal untuk menarik perhatian laki-laki di sekolah
barunya

Monolog Aihara Yuzu yang tertulis dalam halaman tersebut adalah sebagai

berikut:

Yuzu : ケ る ?
Yoshi, kore de iketeru kana?
(Baiklah, kira-kira ini sudah cukup seksi kan, ya?)

Yuzu : 転校初日 女子力 い


! いえ に気合い入 女子校

Tenkou shonichi dakara shikkari joshiryoku apiiru
shinaitone!...Towaie, donna ni kiai iretemo, joshikou
nandakedone—
(Karena ini hari pertama pindah sekolah, pesona wanitaku
harus maksimal juga!...Tapi, bagaimanapun bersemangatnya
diriku, ini sekolah khusus wanita sih, ya…)

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
62

Dari kedua adegan tersebut ada beberapa poin yang dapat dilihat mengenai

identitas gender dan ekspresi gender Yuzu. Pertama, Yuzu merupakan seseorang

yang sangat feminin dan sangat mengedepankan sisi kewanitaannya. Hal ini

dibuktikan dengan dirinya yang selalu mawas diri akan penampilan dan ingin tampil

semenarik mungkin. Kedua, Yuzu dengan identitas heteroseksual yang telah

diketahui sebelumnya, sengaja berdandan mati-matian demi menarik perhatian murid

laki-laki di sekolah barunya. Jagose (1996) memberi salah satu contoh bahwa

berdandan bagi wanita demi menarik perhatian lelaki merupakan salah satu stereotipe

kehidupan heteroseksual di masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa Yuzu yang

berjenis kelamin perempuan (female) dan beridentifikasi gender wanita (woman)

memiliki ekspresi gender yang sejalan dan tidak bertumpang tindih dengan identitas

gender dan orientasi seksualnya. Dengan ini dapat dikatakan bahwa identitas Yuzu

dalam awal cerita Citrus yang tergambar dalam adegan-adegan tersebut sejalan

dengan stereotipe heteronormativitas yang menjadikan dirinya otomatis bukan

merupakan seseorang yang memiliki identitas yang melawan heteronormativitas

dan/atau queer. Dengan kata lain, Yuzu merupakan seorang gadis yang “normal” di

dalam masyarakat.

Kemudian dalam halaman 12 dan 18 di bab yang sama, heteronormativitas

dan identitas heteroseksual Yuzu semakin diperkuat dengan dirinya yang

digambarkan memiliki perasaan suka terhadap guru laki-laki muda di sekolahnya

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
63

yang bernama Amamiya. Di halaman berikutnya akan ditampilkan beberapa adegan

yang dimaksud di atas.

Gambar 3.3 Yuzu tertarik pada Pak Guru Amamiya yang terkenal dengan
ketampanannya

Adapun monolog dan dialog yang dilakukan antara Yuzu dan sang guru

Amamiya dalam gambar 3.3 adalah sebagai berikut:

Yuzu : あえ 化粧 落 たケ
Toriaezu keshou ha otoshita kedo…
(Mana dandananku luntur lagi, nih…)

Yuzu :ス ン い
Suppin yabai…
(Tidak mungkin aku keluar tanpa make-up…)

Yuzu : うい 抱 つい た た い
い香 た

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
64

Souiya aitsu ga dakitsuitekitatoki…yatara ii kaori ga


shitana…
(Oh ya, waktu orang itu memelukku…bau tubuhnya harum,
ya…)

Yuzu : ン に使
Shampuu nani tsukatten daro…
(Pakai sampo apa ya kira-kira…)

Amamiya : おおい藍原 藍原!


Ooi Aihara. Aihara!
(Hei, Aihara. Aihara!)

Amamiya : おいおい大 夫 の 前 呼 る
うに る
Oi oi daijoubuka--. Korekara kono namae de yobareru youni
narun dazo.
(Hei, hei, kamu tidak apa-apa? Mulai sekarang kau kupanggil
dengan nama itu, ya.)

Yuzu :あ 新 い苗 慣
Ahaha, mada atarashii myouji narenakute…
(Ahaha, saya belum terbiasa dengan nama keluarga baru
saya itu…)

Yuzu : ! 担任超 ケ ン !
Gekk! Tannin chou ikemen jyan!
(Wah! Wali kelasku tampan sekali!)

Gambar 3.4 Yuzu ingin ingin mendapatkan alamat email Amamiya

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
65

Selanjutnya dalam gambar 3.4 monolog yang berlangsung adalah sebagai berikut:

Yuzu :あ 宮先生
A, Amamiya-sensei da…
(Oh, ada Pak Guru Amamiya…)

Yuzu : う 携帯 戻 た 教え

Souda, keitai mo modottekitashi, meado oshietemoracchao.
(Oh ya, karena ponselku sudah dikembalikan, aku akan minta
alamat emailnya, ah.)

Kedua adegan di atas memperkuat bukti bahwa Aihara Yuzu merupakan gadis

remaja heteroseksual yang tertarik pada lawan jenis. Yuzu terlihat terpesona dengan

guru laki-laki tersebut. Ekspresi Yuzu juga terlihat malu-malu dan gugup layaknya

orang yang sedang jatuh cinta di depan pria itu. Di sini dapat dilihat pula Yuzu secara

terang-terangan mengungkapkan bahwa ia ingin lebih mendekat dengan Amamiya

dengan jalan meminta alamat emailnya.

Bagaimana dengan tokoh utama kedua, Aihara Mei? Tidak seperti Yuzu,

dalam manga Citrus identitas gender dan orientasi Mei kurang begitu dieksplorasi

karena sebagian besar jalan cerita Citrus diceritakan melalui perspektif Yuzu. Selain

itu, Mei juga digambarkan sebagai individu yang dingin dan jarang menunjukkan

emosi, seolah-olah sang pengarang sengaja menciptakan kesan misterius pada tokoh

ini. Akibatnya, pembaca pun tidak pernah benar-benar mengetahui akan jalan pikiran

Aihara Mei. Meskipun begitu, ada beberapa adegan yang dapat menggambarkan

mengenai identitas gender dan seksualitas yang ia miliki.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
66

Pada jilid 1 Citrus bab 1 halaman 19, 20, dan 21, Yuzu memergoki wali kelas

Amamiya yang ia sukai berciuman di belakang gedung sekolah dengan Mei. Adegan

tersebut menunjukkan bahwa Mei sedang menjalani hubungan romansa dengan lawan

jenis, di mana hal tersebut menunjukkan bahwa Mei adalah seorang wanita

heteroseksual. Berikut adalah adegan-adegan yang dimaksud.

Gambar 3.5 Yuzu memergoki Amamiya dan Aihara Mei yang sedang berciuman di
belakang sekolah

Interaksi yang terjadi dalam adegan-adegan tersebut adalah sebagai berikut:

Yuzu : え?
E?
(Eh?)

Yuzu : 悪 w drftgy p.,@.. !!!

Mei :
Kk…
(Uh…)

Yuzu : ! あ
Cho! Chotto matte, arette…

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
67

(Tu-tunggu dulu! Itu kan…)

Mei : あ あ
Haa…haa…
(Hah…hah…)
Potongan adegan di atas menggambarkan interaksi romantik di antara Mei,

yang merupakan seorang wanita, dan Amamiya, seorang lelaki. Tidak seperti

masyarakat barat yang sangat kasual dengan aktivitas-aktivitas seperti berciuman,

berpelukan, bahkan bergandengan tangan, public display affection atau menunjukkan

afeksi di depan umum bagi masyarakat Jepang dan Asia secara umum sampai saat ini

masih menjadi hal yang tabu dan bahkan dianggap kurang sopan dan/atau menganggu

(Vaquera & Kao, 2005). Dapat dilihat bahwa adegan tersebut terjadi di dalam sekolah,

sehingga wajar saja kedua tokoh tersebut berciuman secara sembunyi-sembunyi. Hal

ini menunjukkan bahwa ada hubungan spesial yang terjalin di antara Mei dan

Amamiya. Hal ini menyebabkan Yuzu yang sedang menyaksikan merasa malu juga.

Berbeda dengan orang barat yang cenderung bebas berciuman dengan siapa saja

walaupun bukan orang yang dicintainya, hal ini masih dianggap merupakan hal yang

sangat pribadi dan merupakan sesuatu yang sangat intim bagi orang Jepang di mana

hal tersebut hanya dilakukan dengan orang-orang yang benar-benar dikasihi (Vaquera

& Kao, 2005).

Selama perkembangan cerita, identitas gender pada sisi Mei tidak begitu

ditampilkan karena sebagian besar sudut pandang cerita berasal dari Yuzu. Mei juga

tidak pernah terlihat berdandan maupun menggunakan pakaian selain pakaian tidur

dan seragam sekolah. Dari sini peneliti belum dapat menyimpulkan bagaimana

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
68

ekspresi gender Aihara Mei sebagai seorang perempuan, hingga akhirnya pada Citrus

jilid 5 bab 17 halaman 14, Mei menyatakan dengan terang-terangan mengenai bahwa

ia tidak mempedulikan akan ekspresi dan identitas gendernya sebagai wanita ketika

Yuzu menyarankan Mei untuk lebih bertingkah layaknya gadis remaja pada

umumnya, yaitu dengan bersolek dan memakai pakaian yang lebih feminin dan

mempesona. Berikut adalah adegan yang dimaksud.

Gambar 3.6 Mei menyatakan ia tidak mempedulikan lagi identitasnya sebagai


perempuan

Adapun dialog yang terjadi di antara keduanya adalah sebagai berikut:

Yuzu : え芽衣 た に 手 サ い ?
Nee Mei mo tama ni wa umaku sabocchainayo?
(Mei, bagaimana kalau kau kadang-kadang mencoba lebih rileks dan
bersantai?)

Yuzu : い あた た 女子高生 め

Ittemo atashitachi wa joshi kousei nandakarasa, semete oshare toka deeto
kurai…

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
69

(Bagaimanapun juga kita ini masih gadis remaja, cobalah sedikit berdandan
setidaknya kalau kita pergi kencan/keluar bersama…)

Yuzu : ?

Mei : 女 う捨 たわ
Onna wa mou suteta wa.
(Kubuang sudah kewanitaanku.)

Dari dialog di atas dapat dilihat bahwa identitas gender dan ekspresi gender

seorang remaja perempuan sekolah Jepang umumnya diasosiasikan dengan bersolek

dan berpakaian lebih santai dan feminin. Namun tidak dengan Aihara Mei yang selalu

menggunakan seragam sekolah kemana pun ia pergi. Hal ini dibuktikan dengan

perasaan Yuzu yang menganggap aneh dan tidak biasa dengan seorang gadis yang

berlaku seperti Mei sehingga ia menyarankan Mei untuk berdandan seperti gadis

remaja Jepang pada umumnya.

Pernyataan Mei yang terdengar tegas dan bersikeras dengan “Kubuang sudah

kewanitaanku” terdengar seolah ia tidak menganggap penting kegiatan-kegiatan

seperti berdandan, berpakaian feminin, dan bertingkah seperti pada umumnya akan

identitas “perempuan muda Jepang” bahkan identitas “perempuan” itu sendiri. Dari

sini dapat dilihat bahwa Aihara Mei tidak peduli atau bahkan tidak merasa berasosiasi

dengan ekspresi gender wanita dan identitas gender wanita itu sendiri. Hal ini tentu

menunjukkan bahwa apa yang dirasakan dan dialami Mei adalah sesuatu yang tidak

sejalan dengan ide-ide, stereotipe, dan hegemoni yang tersemat pada identitas gender

wanita Jepang, yang kemudian dapat disimpulkan bahwa hal tersebut merupakan

sebuah deviasi dari heteronormativitas dan tentu saja, queer.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
70

3.2.2 Krisis Identitas Seksual Aihara Yuzu

Berdasarkan tahap-tahap perkembangan identitas gender dan seksualitas yang

dikembangkan oleh seksolog Vivienne Cass di tahun 1970 yang disebut Cass Identity

Model, ada enam tahap untuk para individu-individu queer dalam mengetahui dan

menerima identitas dirinya. Tahap-tahap itu adalah (1) identity confusion

(kebingungan identitas), (2) identity comparison (perbandingan identitas), (3) identity

tolerance (toleransi identitas), (4) identity acceptance (penerimaan identitas), (5)

identity pride (kebanggaan identitas), dan (6) identity synthesis (integrasi identitas)

(Cass, 1979). Dalam Citrus, Aihara Yuzu mulai merasakan perubahan pada dirinya

yang membuatnya mempertanyakan tentang seksualitasnya sendiri hingga merasa

bingung dan jijik akan dirinya sendiri. Di sini Yuzu mulai mengalami krisis identitas

gender dan seksual.

Tahap (1) Identity Confusion: Aihara Yuzu Merasa Bingung pada Dirinya

Sendiri Karena Menyukai Sesama Jenis

Citrus menceritakan tentang romansa Aihara Yuzu dengan saudara tirinya

Aihara Mei. Dalam proses terjalinnya percintaan di antara keduanya, Yuzu yang

sebelumnya hanya tertarik pada laki-laki mengalami pergolakan diri dan krisis

identitas seksual karena Aihara Mei merupakan seorang perempuan seperti dirinya.

Tokoh protagonis Aihara Yuzu mulai merasakan ketertarikan secara fisik

terhadap Aihara Mei yang membuatnya mempertanyakan tentang orientasi

seksualnya hingga merasa bingung akan dirinya sendiri. Di sini Yuzu mulai

mengalami krisis identitas seksual. Dalam adegan berikut Yuzu mulai secara tidak

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
71

sadar memiliki ketertarikan seksual terhadap Mei. Berikut adalah adegan-adegan

tersebut.

Gambar 3.7 Yuzu secara tidak sadar memandang dan mengagumi Mei secara fisik
dan seksual

Gambar 3.8 Yuzu tidak dapat tidur nyenyak karena berpikir keras mengenai sikap dan
tindakan Mei kepadanya

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
72

Berikut merupakan jabaran dialog dari kelima adegan bersambung di atas:

Yuzu : えええええ!?
Eeeee!?
(Lho!?)

Yuzu : う 女 士 別にお い
一緒に入る う
Soryasouka…onnadoushi dashi, betsu ni okashikunai. Isshouni hairu
yone…un…
(Oh, ya, sih, kan sama-sama perempuan ya, kan wajar kalau dia
masuk dan mandi bersamaku…hmm…)

Yuzu : 髪 肌 い 触 た 柔
い う
Kami…kirei dana…hada…shiroishi. Sawattara
yawarakaindarouna…
(Rambutnya…cantik ya…kulitnya…putih mulus. Pasti lembut
tubuhnya kalau kusentuh…)

Yuzu : 触 た に考え
あた
Ha…sawattarattenandayo…na…nani kangaetenda atashi.
(Ha, apaan sih aku ini, berpikir tentang “menyentuhnya” seperti itu.)

Yuzu : 昨日 ス た お
たの !?
Kinou koitsu to kisu nanka shichattakara okashiku nacchatta no…!?
(Masa gegara aku dicium olehnya kemarin terus diriku jadi aneh
begini sekarang…!?

Mei :…

Yuzu : あ わ あた 出るわ
A…wa, atashi deruwa.
(Ah…a-aku akan keluar sekarang.)

Yuzu : ! !
Choto…ya, kk! …yada!
(Tunggu dulu…hei!...Berhenti!)

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
73

Yuzu : する !!
Na, nande konna koto surundayo…!!
(Ke, kenapa kau melakukan hal-hal seperti ini…!!)

Mei : あ た 触 欲 い 顔 た
…Anata ga sawatte hoshii tte kao shitetakara.
(…Aku bisa melihat dari wajahmu bahwa kau ingin menyentuhku.)

Yuzu : あ た寝 た

Ha…mata nerenakatta…nannandayo aitsu…


(Duh…kan, tidak bisa tidur lagi tadi malam…apa-apaan sih orang
itu…)

Yuzu : 触 欲 い 全然思 つ の!
Sawatte hoshii toka zenzen omotteneetsuu no!
(Siapa juga yang mau pegang-pegang, aku tidak berpikir seperti itu
sama sekali!)

Harumi: う う 眠 う
Youyou Yuzucchi nemusou dane.
(Hei, hei, Yuzucchi kau terlihat mengantuk, ya.)

Dari sekumpulan adegan beruntut di atas terdapat banyak ciri-ciri dan tahap-

tahap di mana Yuzu mulai mempertanyakan dan meragukan identitas seksual diri.

Dimulai dari Yuzu yang merasa kaget dan malu ketika Mei tiba-tiba memasuki kamar

mandi dengan tujuan untuk mandi bersama. Kemudian Yuzu menyadari bahwa hal

ini wajar-wajar saja karena adanya konteks kultural di mana budaya mandi dan

telanjang bersama dengan orang lain yang sesama jenis di dalam satu kamar mandi

yang sama merupakan hal yang umum di Jepang sejak zaman Nara-Kamakura hingga

saat ini dengan adanya 銭湯 (sentou, pemandian umum), 温泉 (onsen, pemandian air

panas), dan sebagainya (Smith & Yamamoto, 2001). Dengan konteks kultural ini

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
74

dapat diasumsikan bahwa Yuzu sebagai orang Jepang juga pernah dan sering mandi

bersama dengan perempuan sebelumnya sehingga ia juga tidak asing dan aneh

dengan melihat sesama wanita telanjang. Namun bedanya, seperti yang tersurat dalam

adegan-adegan tersebut, Yuzu secara tidak sadar memandang dan mengagumi tubuh

Mei secara seksual, seolah-olah tidak pernah melihat wanita telanjang sebelumnya.

Hal ini membuat dirinya bingung dan mempertanyakan apakah dirinya menjadi “aneh”

dan “abnormal” karena berpikir seperti itu. Mengapa? Hal ini menunjukkan bahwa

Yuzu menyadari sebagai seorang perempuan tidak “sewajarnya” ia berpikir dan

membayangkan secara seksual dengan sesama jenis seperti itu. Ditambah lagi, ketika

Mei melecehkannya secara seksual, Yuzu pun sontak marah dan merasa bahwa hal

tersebut “tidak patut” dan “tidak normal” dilakukan antar sesama perempuan. Ia

merasa hal itu merupakan sesuatu yang diluar norma, dalam hal ini menolak pakem

heteronormativitas, di mana hal tersebut merupakan perasaan-perasaan, aksi, dan

impuls yang “aneh” dan queer.

Cass Identity Model pada tahap identity confusion juga dapat dilihat dari

Yuzu yang menyatakan “Siapa juga yang mau pegang-pegang, aku tidak berpikir

seperti itu sama sekali!” padahal sebelumnya justru ia terang-terangan

membayangkan dan berpikiran sebaliknya dengan kalimat “Rambutnya…cantik

ya…kulitnya…putih mulus. Pasti lembut tubuhnya kalau kusentuh…” dan “Ha,

apaan sih aku ini, berpikir tentang „menyentuhnya‟ seperti itu”. Ini membuktikan

bahwa Yuzu sedang dalam masa penolakan diri dan memang sedang mulai

mengalami krisis identitas seksual.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
75

Identity confusion pada Yuzu berlanjut ketika ia semakin mengalami krisis

identitas akan perubahan seksual orientasinya hingga ke pada titik di mana ia merasa

jijik dan aneh dengan dirinya sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan adegan dalam

Citrus volume 1 bab 3 halaman 11.

Gambar 3.9 Yuzu merasa jijik pada dirinya sendiri yang mempunyai ketertarikan
seksual terhadap Mei

Berikut merupakan monolog dari adegan tersebut:

Yuzu : あ け
Haa, nasakena…
(Hah, ini menyebalkan…)

Yuzu : 夜に る ロ ロ 熱い感情に押 つ う
に る
Yoru ni naruto…dorodoro shite atsui kanjou ni oshitsubusare sou ni
naru.
(Setiap malam tiba…aku jadi merasa bingung dan aneh seolah
perasaan ini akan membakarku.)

Yuzu : あた 過
Atashi kimo sugi…
(Aku ini menjijikkan sekali…)

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
76

Berdasarkan diskursus kajian queer dan kajian diversitas seksual, apa yang

dialami Yuzu di atas merupakan sesuatu yang disebut dengan internalized

homophobia atau homofobia yang muncul dari diri sendiri dan ditujukan pada diri

sendiri. Hal ini sangat umum terjadi pada setiap individu queer saat beranjak dewasa

maupun dalam tahap mencari jati dirinya, khususnya pada masa remaja. Ditambah

lagi, internalisasi homofobia dapat dipicu ketika lingkungan sosial sekitarnya tidak

menganggap identitas queer dan ekspresi-ekspresi sikap yang di luar

heteronormativitas merupakan sebuah norma maupun sesuatu yang biasa dan tidak

distigmasi di masyarakat (Herek, 2004: 6-24). Ini menunjukkan bahwa Yuzu

menyadari betapa aneh dan queer sebagai seorang perempuan yang awalnya

beridentifikasi sebagai heteroseksual untuk mengalami ketertarikan terhadap sesama

perempuan juga karena hal ini merupakan fenomena yang dianggap di luar norma di

masyarakat lingkungan Yuzu, yaitu masyarakat Jepang.

Tahap (2) Identity Comparison: Aihara Yuzu Menyadari Dirinya Berubah

Menjadi Homoseksual Karena Mei

Selanjutnya pada Citrus volume 1 bab 4 halaman 33, dan 34 dapat dilihat

lebih jauh pergulatan Yuzu akan identitas seksual dirinya. Dalam adegan tersebut

tahap kedua identity comparison dalam Cass Identity Model terlihat ketika ia mulai

mengakui perasaan dan gairah terhadap sesama jenisnya tersebut. Yuzu mengakui

perasaan homoseksualnya namun masih mengalami penolakan identitas diri bahwa ia

merupakan seseorang yang punya potensi menyukai sesama jenis.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
77

Gambar 3.10 Yuzu mengakui bahwa dirinya merasa menjadi aneh karena mengalami
ketertarikan seksual terhadap Mei

Yuzu : ン ! ス た つ の ! あた
わ い
Anta ga…! Kisu nanka shita kara dattsuno…! Atashi datte
wakannaiyo…
(Ini semua gara-gara kamu…! Sejak kau menciumku pada saat
itu…aku jadi tidak paham dengan diriku sendiri…)

Yuzu : 気 ついた 芽衣の 考える うに


Ki ga tsuitara Mei no koto bakari kangaeru youni natte te.
(Tidak kusadari hanya Mei yang ada di dalam benakku.)

Yuzu : う戻 い !
Mou modorenai…!
(Sudah, aku tidak bisa kembali lagi…!)

Yuzu : お姉 め !
Konna oneechan de gomen…!
(Maafkan aku sebagai seorang kakak yang seperti ini…!)

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
78

Dari adegan-adegan di atas secara eksplisit terlihat jelas Yuzu mengalami apa

yang dikenal sebagai sexual frustration atau frustrasi seksual terhadap Mei akan

birahinya yang tidak tertahankan. Frustrasi-frustrasi seperti ini kemudian bertumpuk

dan mengakibatkan efek bola salju yang semakin membesar yang pada akhirnya

membuat Yuzu mengakui kebingungan dan krisis identitasnya pada Mei. Seperti

dalam Cass Identity Model, tahap ini merupakan tahap kedua identity comparison

atau perbandingan identitas di mana Yuzu terlihat merasa sangat bersalah karena ia

menyadari bahwa ketertarikan dirinya kepada Mei bukanlah sesuatu yang seharusnya

terjadi dan bukan sesuatu yang dianggap “wajar” dan “umum” dalam lingkup

kehidupan masyarakat Jepang. Ia selalu merasa sebagai seseorang heteroseksual

namun menjadi “aneh” karena satu orang ini, yakni Mei. Hal ini dibuktikan dengan

kata-kata “Ini semua gara-gara kamu…! Sejak kau menciumku pada saat itu…aku

jadi tidak paham dengan diriku sendiri…”

Tahap (3) Identity Tolerance: Aihara Yuzu Merasa Dirinya Tidak Sendirian

dalam Menyukai Sesama Jenis

Terakhir, peneliti akan menunjukkan adegan yang merepresentasikan tahap

ketiga Cass Identity Model yaitu identity tolerance atau toleransi identitas dalam

Citrus volume 3 bab 11 halaman 12, 13, dan 14 ketika Mei dan Yuzu mulai menerima

krisis identitas masing-masing dan mencoba berkonsolidasi dengan perasaan dan

ketertarikan seksual dan romantik pada satu sama lain.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
79

Gambar 3.11 Yuzu bersimpati pada Mei dan mengatakan bahwa ia tidak sendiri
dalam merasakan “keanehan” pada identitas diri mereka

Berikut adalah percakapan antara keduanya:

Yuzu : 芽衣 急に何言 !?
Mei wa kyuu ni nani ittenda!?
(Mei kok tiba-tiba berbicara hal ini!?)

Yuzu : お おう
O…ou…
(O…oh…)

Mei : うに 誰 の体温を求め うの 私 歪
いる い の
Konna fuu ni, dareka no taion wo motomete shimau no wa, watashi
ga yugandeiru sei nano kashira.
(Kira-kira, apakah ini karena diriku yang rusak atau bagaimana, aku
ingin merasakan kehangatan seseorang seperti ini.)

Yuzu : う の わ いけ
Minna ga dounano ka wakaranaikedo,
(Aku tidak tahu bagaimana kalau orang lain, tapi,)

Yuzu : 芽衣 歪 る あた 歪 るわ
Mei ga yuganderu nara, atashi mo sootoo yuganderuwa.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
80

(Kalau Mei rusak, berarti diriku pun sama rusaknya denganmu.)

Yuzu : あた 芽衣に触 たい いつ 思 る

Atashi nanka, Mei ni sawaretai tte itsumo…omotterushi…


(Karena aku selalu berpikir untuk ingin menyentuh Mei setiap
saat…)

Dari dialog dan adegan di atas terlihat bahwa kedua tokoh utama telah

mengetahui dan mengakui perasaan masing-masing akan ketertarikan satu sama lain.

Perlu ditekankan bahwa dalam dialog tersebut ada kata yang diulang-ulang yaitu 歪

いる (yugandeiru, rusak atau bengkok). Yuzu dan Mei sama-sama merasa

bahwa diri mereka “rusak” dan “tidak wajar” karena menginginkan kedekatan satu

sama lain secara fisik dan seksual. Mereka menyadari bahwa apa yang terjadi di

antara mereka merupakan sesuatu yang queer dan diluar heteronormativitas dan

norma-norma sosial masyarakat Jepang. Kecil kemungkinan dialog serupa terjadi

apabila Mei dan Yuzu merupakan seorang laki-laki dan perempuan dalam hubungan

heteroseksual. Dalam Cass Identity Model, hal ini merupakan tahap identity tolerance

atau toleransi identitas dengan bukti bahwa kedua orang tersebut telah mengakui

perubahan seksualitas masing-masing dan ingin mencari safe haven atau tempat

berlindung untuk melawan rasa bahwa “aku tidak sendiri”.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 4

SIMPULAN

4.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis studi kasus yuri manga berjudul Citrus karya

Saburouta yang ditelaah menggunakan teori queer ini, peneliti menemukan beberapa

contoh kasus terkait identitas queer dalam produk budaya populer ini. Adapun

beberapa kesimpulan yang didapatkan dari hasil analisis identitas queer yang

ditunjukkan oleh kedua tokoh protagonis dalam yuri manga Citrus karya Saburouta

dapat dijabarkan sebagai berikut.

Pertama, Yuzu dapat dikatakan beridentifikasi sebagai seorang heteroseksual

karena secara tersurat menyatakan menyukai lawan jenis pada awal cerita manga

Citrus. Identitas seksual dan orientasi seksualnya adalah heteroseksual dengan bukti

bahwa ia tertarik pada guru laki-laki yang tampan, Amamiya. Identitas gender dan

ekspresi gender Yuzu adalah wanita yang feminin. Ekspresi gender Yuzu dengan

hobinya yang berdandan untuk menarik lawan jenis mendukung stereotipikasi yang

disematkan kepada wanita heteroseksual sehingga dapat dikatakan Yuzu merupakan

seseorang yang mengikuti dan menyatu dengan heteronormativitas. Mei, protagonis

kedua Citrus juga memiliki identitas seksual sebagai seorang heteroseksual pada awal

cerita, dibuktikan dengan dirinya yang terlihat menjalin hubungan asmara dengan

guru laki-laki Amamiya. Di sisi lain, Mei, mempunyai identitas gender dan ekspresi

gender yang ambigu dan bahkan terang-terangan tidak mempedulikan akan

identitasnya sebagai seorang wanita. Hal ini membuat Yuzu merasa “aneh” dan

81

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
82

“tidak biasa” terhadap hal itu. Ini membuktikan bahwa Mei yang merasa “tidak

mempunyai identitas dan ekspresi gender tertentu” dianggap sebagai sesuatu yang di

luar heteronormativitas atau queer.

Kedua, Cass Identity Model oleh Vivienne Cass dapat mengidentifikasi

adanya krisis identitas gender dan seksual pada Yuzu dan Mei. Krisis identitas gender

dan seksual ini terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada diri Yuzu secara

orientasi seksual. Tahap-tahap yang dapat dilihat adalah identity confusion atau

kebingungan identitas di mana Yuzu mulai merasakan perasaan-perasaan yang

dianggapnya di luar heteronormativitas, atau queer, dan mulai mengalami self-denial

atau penolakan diri denga munculnya perasaan jijik pada diri sendiri karena hal

tersebut di anggap sebagai sesuatu yang “aneh”. Krisis identitas Yuzu berlanjut pada

tahap kedua yaitu identity comparison ketika Yuzu sudah mulai mengakui perasaan-

perasaan queer terhadap Mei namun masih mengalami kebingungan karena Mei telah

dianggap menggugurkan identitas heteroseksualnya. Terakhir, krisis identitas gender

dan seksual Yuzu dan Mei dapat dilihat dari tahap identity tolerance yaitu toleransi

identitas. Yuzu dan Mei sama-sama merasa bahwa diri mereka “rusak” dan “tidak

wajar” karena menginginkan kedekatan satu sama lain secara fisik dan seksual.

Mereka menyadari bahwa apa yang terjadi di antara mereka merupakan sesuatu yang

queer dan diluar heteronormativitas dan norma-norma sosial masyarakat Jepang. Hal

ini merupakan bukti bahwa kedua orang tersebut telah mengakui perubahan

seksualitas masing-masing dan ingin mencari safe haven atau tempat berlindung

untuk melawan rasa bahwa “aku tidak sendirian”.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
83

4.2 Saran

Penelitian ini berlangsung pada saat manga Citrus masih terus berlanjut terbit

sehingga belum diketahui akhir cerita yang pasti. Oleh karena itu, sampel yang

diambil untuk penelitian ini juga terbatas hanya enam jilid pertama saja. Diharapkan

bagi penelitian selanjutnya mengenai identitas queer maupun krisis identitas pada

individu-individu queer menggunakan manga Citru yang menggunakan rujukan

penelitian ini, untuk mengambil sampel utuh keseluruhan jilid Citrus yang telah terbit

hingga akhir cerita demi mendapatkan sampel data yang komprehensif dan optimal.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
84

要約

主人公 藍原柚子 のク ン における日本大衆文化


サブロウ の CITRUS 百合漫画のケ ス ス

ナス (121211332010)

ンガ大学人文学部日本研究学科

序論

人間 社会的 ある け 性的 あ す 人間の

ク に関する話題 性行 性的 ン ン

問題に関連する問題 区別する の ス ン社

会における新たに関連する研究の 1 つ 奇妙 ン の研究

ある ク 異性化の規範を超えた ク 性 一性の談話の

総称 す ク LGBT + の一員 自分自身を特定する

個人の包括的 用語 あ す 異質性 家父長主義 一般的 文化的産

物 依然 流行 いるの 奇妙 人々の ン の語

均等 つ包括的に表現する い あ の奇妙

ン のナ ン 異性愛者の男性の目 見 る

多い Mulvey 1999 奇妙 ン 人間の性別 性的

一性 個人を超越する概念 す 要 ン ク 性

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
85

別 性別表現 性的 一性 単発的 つ静的 性的指向に結びつい い い

いう す

ク 人 ン 危機の現象に密接に関連 い す

奇妙 談話 性的多様性 奇妙 人のほ ほ 老年期

に成長 成長するにつ 激動 性別 性的 一性の危機を経験 たケ

ス 多い の ン の危機 内外 の 原

因 発生する可能性 あ す 拒 自己欺瞞 極端 場合 社会の社会

的 力に る自殺 奇妙 人の ナ クスの一部 の ン

の危機 談話に 1970 年代の ス ン

Vivienne Cass いう 前の陽性の性別学者に 特定の段階に翻訳 え

え た

ンガ 人気の日本の人気文化の一つ す ンガ 日本 作

た漫画の起源を指す用語 す の研究の対象 る ンガ の

ン の物語 ス いう ンガ す 百合 ビ ンのロ

ンスを に た ンガ ン の専門用語 す の漫画 少女愛

の日本人女性のナ ン 奇妙 ン の研究 包括的に

行わ い い 広 研究 いる傾向のある研究 男性間のロ ン

ス ある 尾 少年愛の ン す 彼の著書 近代日本の男性 性愛

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
86

2000 年 の社会学者 ク ク ン 尾の ン 対照

的に の ン に 人気の高い文化における ク

ン の ン お び奇妙 ナ ン

た 著者 日本の大衆文化商品における女性の奇妙 性格

を調 る を望 いる のケ ス 奇妙 理論 Cass Identity

Model を使 検討 る の漫画 の研究を通

本論

特に ン ク に関する自己識別の探究 著者

スに強調 いる す 愛原柚子の 2 人の主人公

お互いの愛情の ン 意味を探 続け い す ス第 1

章第 1 章 第 2 章の第 1 章 愛原 の話 恋人 い い時に経験 た

問題 始 す 彼女の友人の うに ナ 非常に ン

自由に ン を変える す 男性を彼女の

ン に たい 考え い す の ン 異性愛者の女性

の の性的 ン 示 す

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
87

画像 3.1 柚子 ン を 得 独身を終わ る に決めた結

柚子 の会話

: あいつ ン つ 別 たわ

: !? の前 H た 言 た !

柚子 : !?

: あ夏 恋の季節 次 るわ~

柚子 :あ あた 彼氏ほ

: うい 前 別 た 言 た け

:合 誘いたいけ 柚子 秋に 転校 う

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
88

: 遠距

柚子 : い う い う 転校 た
彼氏 する

画像 3.6 芽衣 女性 の ン を気に い を明
にする

柚子 : え芽衣 た に 手 サ い ?

柚子 :い あた た 女子高生 め

柚子 :?

芽衣 : 女 う捨 たわ

スの第 5 章 17 章 14 に ン の表現 女性

の ン を気に い を公然 表明 い す 芽衣の声

明 強 私 す に私の女性 主張 いる うに ン

ン 服装 若い日本人女性 の一般的 ン

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
89

の役割 重要 活動を考慮 い の うに聞 え す "女

性"自身 の 芽衣 女性の ン 表現 女性自身の性 一

性を気に 気に い 分 る 芽衣 に感 経験 た

日本人女性の ン ン に組 込 た

ス 覇権 一致 い の ある 明 あ

異性の逸脱 ある 結論付ける す 奇妙

1970 年に性別学者 Vivienne Cass に 開発 た性的 一性お

び性的性の発 段階に基 い Cass Identity Model 呼 る段階に基 い

奇妙 個人 の身元を知 け入 るための 6 つの段階 ある ス

1 ン の混乱 2 ン の比較

3 ン の寛容 4 ン の け入 5

ン の誇 6 ン の合成 (Cass 1979

ス 芽衣 強制的に彼女に ス 精を性的に嫌 以

来 柚子 彼女の変化を感 始め 自分自身に疑問を抱 る うに

た 柚子 性別 性的 ン の危機を経験 始め す

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
90

画像 3.9 柚子 芽衣に性的関心を持 いる自分自身にう いる

柚子 : あ け

柚子 : 夜に る ロ ロ 熱い感情に押 つ う
に る

柚子 : あた 過

奇妙 研究の談話 性的多様性の研究に基 い 記の柚子に起

た 自分自身 生 自分自身に向け た内 化 性愛嫌悪

た 性愛嫌悪 呼 る の す 育 た た 特に青年

期におい 一性を探す段階 非常に一般的 す に 性愛嫌悪の

内 化 周囲の社会環境 奇妙 のを 識 異種性を超えた態度の

表現 一般的 あ 社会におい 非 い の ある場合に引 起

る可能性 ある Herek 2004:6-24 柚子 異性愛者 あ

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
91

る を偶然発見 た女性 異質 奇妙 ある を知 いる を示

い す 日本社会の柚子近所社会 標準外 ある 考え

る現象 す

結論

柚子 スの漫画の初めに異性を好 いる

異性愛者 特定 いる 言える 彼女の性的 ン

性的指向 異性愛者 あ 彼女 ンサ 男性教師 ある 宮に引 付

け いた いう証拠 あ た ン の ン

ン の表現 女性の女性 す 異性を惹 つける ン 趣味

の の性的表現 異性愛者の女性に固定 た常 を支持 柚子

異性を追い求め 一体化する人に す 芽衣 スの第二の主人

公 奄美の男性教師 恋する うに思わ る 自分自身 証言 た 物語

の初めに異性愛者 の性的 ン を持 い す 一方 芽

衣に あい い ン の ン あい い ン

の表現 あ 女性 の ン につい 気に

に 柚子 につい 奇妙 珍 い 感を抱 す

特定の ン の ン 表現を持た い 感 る芽

衣 異質性 奇妙 を超えた の す

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
92

第二に Vivienne Cass の Cass Identity Model 柚子 芽衣の ン

性的 ン の危機の を特定する す の

ン 性的 ン の危機 性的指向 の の変化のた

めに起 す 目に見える段階 異質性 奇妙 のの外に感 る気持

を 感 始める ン の混乱 混乱 あ 自己嫌悪感を

感 始める 奇妙 の の ン の危機 柚子

芽衣に奇妙 気持 を める うに た 芽衣 彼女の異性愛者の

ン を中 た 考え いたの 混乱 いた 最後

に 柚子 芽衣の ン 性的 ン の危機 ン

ンスの 当性寛容の段階 見る す 柚子 芽衣

肉体的に 性的に 近 に たい 願 壊 た 不自然

感 た 彼女 彼女 の間 起 いる 奇妙 日本社

会の異性 社会規範を超え いる を 識 い す 両方の男

性 自分の ク を変える を め お 私 け い

いう感覚に する安全 避 所 た 避 所を探 たい いう証拠 す

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Aaron, Michelle. 2004. New Queer Cinema: A Critical Reader. New Jersey: Rutgers
University Press.
Akaeda, Kanako. 2008. Hubungan Keintiman Antar Wanita dalam Masyarakat
Modern Jepang (近代日本における女 士の親密 関係, Kindai Nihon ni
Okeru Jodoushi no Shinmitsu na Kankei). Universitas Kyoto.
Berkowitz, Dana. 2011. Gender and Sexual Politics in Freedom. Louisiana:
Louisiana University Press.
Biever, Joan L. 1998. “The Social Construction of Gender: A Comparison of
Feminist and Postmodern Approaches” Counseling Psychology Quarterly
Volume 11. Taylor & Francis Online.
Bolin, Anne dan Patricia Whelehan. 2009. Human Sexuality: Biological,
Psychological, and Cultural Perspectives. Oxfordshire: Taylor & Francis.
Bouquillard, Jocelyn dan Christophe Marquet. 2007. Hokusai: First Manga Master.
New York: Abrams Books.
Branch, Mark Alden. 2003. “Back in The Fold” Yale Alumni Magazine.
http://archives.yalealumnimagazine.com/issues/03_04/kramer.html Diakses
pada 8 Agustus 2017, 18:11 WIB.
Butler, Judith. 1988. “Performative acts and gender construction: An essay in
phenomenology and feminist theory” Theater Journal Vol. 40.
Butler, Judith. 1990. Gender Trouble: Feminism and The Subversion of Identity.
London: Routledge.
Cass, Vivienne. 1979. “Homosexual Identity Formation: A Theoretical Model”
Journal of Homosexuality Vol. 4. Hlm. 219-235.
Conner, Randy P., David Sparks, dan Mariya Sparks. 1998. Cassell’s Encyclopedia
of Queer Myth, Symbol and Spirit: Gay, Lesbian, Bisexual, and Transgender
Lore. London: Cassell & Co.
Cornog, Martha dan Timothy Perper. Maret 2005. “Non-Western Sexuality Comes to
The U.S: A Crash Course in Manga and Anime for Sexologists”
Contemporary Sexuality. Vol. 39. Bab 3.

93

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
94

Dollase, Hiromi. 2003. “Early Twentieth Century Japanese Girls‟ Magazine Stories:
Examining Shoujo Voice in Hanamonogatari (Flower Tales)” The Journal of
Popular Culture Vol. 36.
Foucault, Michel. 1978. The History of Sexuality Vol. 1: The Will to Knowledge.
Paris: Éditions Gallimard.
Fruhstuck, Sabine dan Elise K. Tipton. 2003. “Colonizing sex: Sexology and social
control in modern Japan” Journal of The History of Sexuality Vol. 15.
Diterbitkan Mei 2006.
Furukawa, Makoto dan Angus Lockyer. 1994. “The Changing Nature of Sexuality:
The Three Codes Framing Homosexuality in Modern Japan” U.S-Japan
Women’s Journal. No. 7. Honolulu: University of Hawaii Press.
Gibson, Michelle. 2013. Finding Out: An Introduction to LGBT Studies. California:
SAGE Publications Inc.
Giffney, Noreen. 2004. “Denormatizing Queer Theory: More Than (Simply) Lesbian
and Gay Studies” Feminist Theory. California: SAGE Publications Inc.
Graham Davies, Sharyn. 2006. Challenging Gender Norms: Five Genders among The
Bugis in Indonesia. California: Wadsworth Publishing.
Gravett, Paul. 2004. Manga: Sixty Years of Japanese Comics. New York: Harper
Design.
Greenberg, David. 1990. The Construction of Homosexuality. Chicago: University of
Chicago Press.
Harada, Masashi. 2001. “Queer Japan” Journal of Homosexuality. Vol. 42.
Herek, Gregory, M. 2004. “Beyond „Homophobia‟: Thinking About Sexual Prejudice
and Stigma in The Twenty-First Century” Sexuality Research and Policy:
Journal of NSRC Vol. 1. Hlm. 6-24.

Ikuko, Sugiura. 2015. Lesbianisme: Sebuah Wacana dan Pendekatan Historis. ( 女


性 性愛 言説をめ る歴史的研究の展開 課題, “Josei Doseiai”
Gensetsu wo meguru Rekishiteki Kenkyuu no Tenkai to Kadai)

Jagose, Annamarie. 1996. Queer Theory: An Introduction. New York: New York
University Press.
Kaufman, Joanne dan Cathryn Johnson. 2004. “Stigmatized Individuals and The
Process of Identity” The Sociological Quarterly Vol. 45.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
95

Kloppenborg, Ria dan Wouter J. Hanegraaf. 1995. Female Stereotypes in Religious


Traditions. Holland: Brill Academic Publishing.
Kornicki, Peter. F. 1998. The Book In Japan: A Cultural History from The
Beginnings to The Nineteenth Century. Honolulu: University of Hawaii Press
Krupat, Kitty. 2001. Out at Work: Building a Gay-Labor Alliance. Minnesota:
University of Minnesota Press.
Leupp, Gary. 1997. Male Colors: The Construction of Homosexuality in Tokugawa
Japan. California: University of California Press.
Lombard, Frank Alanson. 1928. An Outline History of The Japanese Drama. London:
George Allen & Unwin LTD.
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi Aksara.

McGaha, Julie. 2015. Popular Culture and Globalization: Teacher Candidates’


Attitudes & Perceptions of Cultural & Ethnic Stereotypes. San Francisco:
Caddo Gap Press.

McLelland, Mark. 2000. Male Homosexuality in Modern Japan: Cultural Myths and
Social Realities. London: Routledge.

McLelland, Mark, Katsuhiko Suganuma, dan James Welker. 2007. Queer Voices
from Japan: First-Person Narratives from Japan’s Sexual Minorities. New
York: Lexington Books.
Moleong, Lexy. J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Ketiga Puluh.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulvey, Laura. 1999. “Visual Pleasure and Narrative Cinema”. Film Theory and
Criticism: Introductory Readings. New York: Oxford UP. Hlm: 833-844.

Murasaki, Shikibu. 2015. The Tales of Genji: Unabridged. Diterjemahkan oleh


Dennis Washburn. New York: WW Norton & Co.

Nanda, Serena. 2003. “Hijra and Sadhin: Neither Man nor Woman in India”
Constructing Sexualities: Readings in Sexuality, Gender, and Culture. New
Jersey: Pearson Education.
Nishiyama, Matsunosuke. 1997. Edo Culture: Daily Life and Diversions in Urban
Japan, 1600-1868. Honolulu: University of Hawaii Press.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
96

O‟Mochain, Robert. 2006. “Discussing Gender and Sexuality in a Context-


Appropriate Way: Queer Narratives in an EFL College Classroom in Japan”
Journal of Language, Identity, & Education Vol. 5.
Parmeshwaranand, Swami. 2004. “Ardhanarisvara” Encyclopedia of The Saivism.
New Delhi: Sarup & Sons.
Pflugfelder, M. Gregory. 1999. Cartographies of Desire: Male-Male Sexuality in
Japanese Discourse, 1600-1950.
Pinar, William F. 1998. Queer Theory in Education. New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates Inc.
Ritzer, George. 2011. Sociological Theory: Eighth Edition. New York: The McGraw-
Hill Companies, Inc. Hlm: 229, 645-652.

Robertson, Stephen. 2002. “A Tale of Two Sexual Revolutions” Australasian Journal


of American Studies. Australia and New Zealand American Studies
Association.
Rubin, Gayle. S. 2011. Deviations: A Gayle Rubin Reader. North Carolina: Duke
University Press.
Ruthven, K.K. 1990. Feminist Literary Studies: an Introduction. Melbourne:
Cambridge University Press. Hlm. 54.

Saburouta. 2013. Citrus: vol. 1. Tokyo: Ichijinsha.


__. 2014. Citrus: vol. 2. Tokyo: Ichijinsha.

__. 2014. Citrus: vol. 3. Tokyo: Ichijinsha.

__. 2015. Citrus: vol. 4. Tokyo: Ichijinsha.

__. 2015. Citrus: vol. 5. Tokyo: Ichijinsha.

__. 2016. Citrus: vol. 6. Tokyo: Ichijinsha.

Sedgwick, Eve Kosofsky. 1993. Tendencies. North Carolina: Duke University Press.

Smith, Bruce, dan Yoshiko Yamamoto. 2001. The Japanese Bath.Utah: Layton Gibbs
Smith Press.

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
97

Stewart, Chuck. 2009. The Greenwood Encyclopedia of LGBT Issues Worldwide.


Greenwood: Greenwood Press.
Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.

Sunagawa, Hideki dan Mark McLelland. Januari 2006. “The Social Situation Facing
Gays in Japan”. Intersections: Gender, History, and Culture in The Asian
Context. Vol 12.
Summerhawk, Barbara, Cheiron McMahill, dan Darren McDonald. 1998. Queer
Japan: Personal Stories of Japanese Lesbians, Gays, Bisexuals, and
Transsexuals. Norwich: New Victoria Publishers.
Summers, Randal W. 2016. Social Psychology: How Other People Influence Our
Thoughts and Action. ABC-CLIO.
Suzuki, Michiko. Agustus 2006. “Writing Same-Sex Love: Sexology and Literary
Representation in Yoshiya Nobuko‟s Early Fiction”. The Journal of Asian
Studies Vol. 65.
Tsabitah, Dalilah Inas. 2018. “Analisis Krisis Identitas Seksual dengan Cass Identity
Model pada Tokoh Aihara Yuzu dalam Manga “Citrus” Karya Saburouta”
Jurnal Japanology Universitas Airlangga. Surabaya: Universitas Airlangga.
Thompson, Kimberly. D. 2010. Yuri Japanese Animation: Queer Identity and
Ecofeminist Thinking. East Carolina University.
Udry, J. Richard. 1994. “The Nature of Gender” Demography. Vol. 31. No. 4. Chapel
Hill: University of Carolina Press.
Vaquera, E. dan G. Kao. 2005. “Private and public displays of affection among
interracial and intra-racial adolescent couples” Social Sciences Quarterly Vol.
86. Hlm. 484-508
Wakita, Haruko. 2006. Women in Medieval Japan: Motherhood, Household
Management, and Sexuality. Victoria: Monash Asia Institute Publishing.
Warner, Michael. 1991. Introduction: Fear of a Queer Planet. North Carolina: Duke
University Press.
Watanabe, Tsuneo, Junnichi Iwata, dan Jennifer Robertson. 1989. “Love of samurai:
A thousand years of Japanese homosexuality”. Journal of The History of
Sexuality. Oktober 1991, Vol. 2 Bab 2.
Xiaomingxiong. 2002. Chinese Mythology. GLBTQ Archives. Dicetak ulang dari
www.glbtq.com

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.


IR - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
98

Yoshioka, Tom. 2013. Makna dari Kata Okama dan Onabe. ( ナ い


う言葉の意味, Okama Onabe to Iu Kotoba no Imi) Universitas Keio.

Internet:
“Queer” Official Online English Dictionary by Merriam Webster (Online).
(https://www.merriam-webster.com/dictionary/queer), diakses pada tanggal
18 Januari 2018
“Queer” Official Online English Dictionary by Oxford Dictionary (Online).
(https://en.oxforddictionaries.com/definition/queer), diakses pada tanggal 18
Januari 2018
“Gender” World Health Organization (Online)
(http://www.who.int/gender-equity-rights/understanding/genderdefinition/en/),
diakses pada tanggal 18 Januari 2018

“Comic Yurihime” Ichijinsa Shueisha (Archive)


(https://web.archive.org/web/20141119005722/http://www2.ichijinsha.co.jp/y
urihime/), diakses pada tanggal 20 Maret 2018

“Ichijinsha Citrus” Ichijinsa Shueisha (Archive)


(https://web.archive.org/web/20171117065958/http://data.ichijinsha.co.jp/boo
k/booksearch/booksearch_detail.php?i=75807741) diakses pada tanggal 20
Maret 2018
“Drama CD Citrus” Crunchyroll (Artikel)
(http://www.crunchyroll.com/anime-news/2015/05/18/citrus-drama-cd-to-be-
released-with-drama-cd) diakses pada tanggal 20 Maret 2018

“Citrus Best Seller 2015” (Archive)


(https://web.archive.org/web/20171017052509/https://www.animenewsnetwo
rk.com/news/2015-09-04/new-york-times-manga-best-seller-list-august-23-
29/.92552) diakses pada tanggal 20 Maret 2018
“Citrus Manga Review” (Archive)
(https://web.archive.org/web/20170711163059/http://www.animenewsnetwor
k.com/review/citrus/gn-1/.83457) diakses pada tanggal 20 Maret 2018
“What are Yuri and Shoujoai Anyway?” (Archive)
(https://web.archive.org/web/20050406035511/http://www.yuricon.org/essays
/whatisyuri.html) diakses pada tanggal 28 Juli 2018

SKRIPSI IDENTITAS QUEER TOKOH...... DALILAH INAS T.

Anda mungkin juga menyukai