Anda di halaman 1dari 88

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

EKSPRESI URBAN DALAM KUMPULAN PUISI


KARENA CINTA KUAT SEPERTI MAUT
KARYA ADIMAS IMMANUEL:
KAJIAN SEMIOTIKA RIFFATERRE

Oleh
BAYU PUTIH ARIYANTO PUTRA
NIM 121711133124

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI

EKSPRESI URBAN DALAM KUMPULAN PUISI


KARENA CINTA KUAT SEPERTI MAUT
KARYA ADIMAS IMMANUEL:
KAJIAN SEMIOTIKA RIFFATERRE

Oleh
BAYU PUTIH ARIYANTO PUTRA
NIM 121711133124

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021

ii

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

EKSPRESI URBAN DALAM KUMPULAN PUISI


KARENA CINTA KUAT SEPERTI MAUT
KARYA ADIMAS IMMANUEL:
KAJIAN SEMIOTIKA RIFFATERRE

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora

pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga

Oleh
BAYU PUTIH ARIYANTO PUTRA
NIM 121711133124

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021

iii

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 19 JULI 2021

Oleh
Pembimbing Skripsi,

Dr. Ida Nurul Chasanah, S.S., M.Hum.


NIP. 196911141994032003

Mengetahui
Ketua Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia,

Dr. Adi Setijowati, Dra., M.Hum.


NIP. 196001131985032002

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021

iv

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Ekspresi Urban dalam Kumpulan Puisi Karena Cinta Kuat
Seperti Maut Karya Adimas Immanuel: Kajian Semiotika
Riffaterre
Nama : Bayu Putih Ariyanto Putra
NIM : 121711133124
Departemen : Bahasa dan Sastra Indonesia

telah disetujui untuk diajukan pada tanggal 19 Juli 2021 oleh:

Pembimbing Skripsi

Dr. Ida Nurul Chasanah, S.S., M.Hum.


NIP. 196911141994032003
serta telah berhasil dipertahankan di Surabaya pada tanggal 3 Agustus 2021
di hadapan Dewan Penguji:

Ketua/Penguji

Dr. Adi Setijowati, Dra., M.Hum.


NIP. 196001131985032002
Anggota Penguji I Anggota Penguji II

Dr. Ida Nurul Chasanah, S.S., M.Hum. Bramantio, S.S., M.Hum.


NIP. 196911141994032003 NIP. 198105042008121002

Mengetahui,
Ketua Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Adi Setijowati, Dra., M.Hum.


NIP. 196001131985032002

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERNYATAAN

1. Karya tulis ini merupakan ikhtiar asli saya dan belum pernah diajukan sebagai
syarat memperoleh gelar akademik sarjana, baik di Universitas Airlangga maupun
di perguruan tinggi lain.

2. Usaha yang direalisasikan terhadap penelitian ini murni kerja keras saya dengan
tanpa intervensi pihak lain, kecuali arahan dosen pembimbing.

3. Hasil penelitian ini bukan jiplakan, tiruan, serta plagiat dari karya tulis lain,
kecuali kutipan buku dan kalimat yang dikutip secara jelas disertai nama pengarang
dan sumber.

4. Pernyataan ini disusun berdasarkan kesadaran utuh. Apabila di kemudian hari


ditemukan adanya ketidaksesuaian aspek orisinalitas karya tulis ini, saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pembatalan serta pencabutan gelar sarjana yang
diperoleh dari penelitian ini. Saya siap menerima sanksi dan hukuman tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Sidoarjo, 16 Juni 2021

Yang membuat pernyataan,

Bayu Putih Ariyanto Putra


NIM 121711133124

vi

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

MOTTO

Berkali-kali

kuhidupkan mimpi

untuk tumbuh

jadi tanbihat diri.

vii

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah berwujud skripsi ini dipersembahkan

kepada orang-orang terdekat yang senantiasa

melaksanakan kata kerja terhadap saya:

merawat dan mencintai.

viii

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang tiada berhenti melimpahkan karunia

serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Ekspresi Urban dalam Kumpulan Puisi Karena Cinta Kuat Seperti Maut Karya

Adimas Immanuel: Kajian Semiotika Riffaterre.” Sholawat serta salam juga selalu

penulis lantunkan teruntuk Khaatam an-Nabiyyiin, yakni Muhammad SAW yang

telah memberikan jalan benderang menuju kebenaran bagi umat manusia.

Melalui skripsi ini, penulis berusaha menemukan ekspresi-ekspresi urban

yang termaktub dalam kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut

dengan memanfaatkan teori semiotika Riffaterre. Penulis menyadari bahwa proses

penulisan skripsi ini tidak lepas dari peran secara langsung maupun tidak langsung

oleh berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Purnawan Basundoro, S.S., M.Hum. selaku Dekan Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Airlangga;

2. Dr. Adi Setijowati, Dra., M.Hum. selaku Ketua Departemen Bahasa dan

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga;

3. Drs. Tubiyono, M.Si. selaku dosen wali yang telah memberi nasihat

tentang perkuliahan dari awal hingga akhir;

4. Dr. Ida Nurul Chasanah, S.S., M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi

yang tidak pernah lelah memberi bimbingan, saran, dan ide;

ix

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

5. Bramantio, S.S., M.Hum. selaku dosen favorit yang turut berkontribusi

memberi arahan guna terselesaikannya proses penulisan skripsi ini;

6. Seluruh dosen pengajar di Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga atas waktu dan usaha dalam

memberikan materi serta diskusi perkuliahan ilmu-ilmu kesusastraan;

7. Segenap tenaga kependidikan di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Airlangga yang telah menjalankan sirkulasi pelayanan fakultas secara

optimal;

8. Alfi Faridian, M.Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia semasa

SMA yang telah memperkenalkan ilmu pengetahuan dasar perihal sastra;

9. Chasiliriza Nurfiansyah Yanuri, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia

ketika SMA yang masih memberikan wawasan seputar kebahasaan melalui

siniar;

10. Kedua orang tua, Ir. Nur Ariani dan Ir. Budiyanto Sabarudin (alm.)

beserta keluarga besar saya yang telah memberi semangat serta motivasi

agar ‘api’ hidup saya tetap berkobar;

11. Nanda Alifya Rahmah, selaku senior yang sudah berkenan menjadi

pembimbing ‘bayangan’ membantu konseptual skripsi ini;

12. Adam Rizkita, Ayu Siti Arohmah, Canty Nadya, Muhammad Fendi,

serta rekan-rekan lain di Sidoarjo Squad yang memberi saya ruang untuk

berkisah dan berkesah di dalam serta luar perkuliahan;

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

13. Arif Bahtiar dan Luky Setiyawan yang menjadi teman cangkruk

diskusi dalam proses pengerjaan skripsi ini;

14. Teman-teman di kelas C Bahasa dan Sastra Indonesia 17,5 untuk kerja

sama secara akademik maupun nonakademik serta sudah memberi

pengalaman dalam bersatu melawan ‘tradisi’ yang tidak benar;

15. Adam Setiyawan, Aufi Izzadine, Brillio Gadiansyah, dan kolega lainnya

di ClassicSmamda Ilmu Bahasa dan Budaya II ketika SMA atas segala

momen yang telah mewarnai masa berseragam putih abu;

16. Enrico Fahreza, Fajar Imani, Parama Hutama, Yusuf Saputra, serta

teman-teman lama di GP (Gerang Pinter) yang masih memberi saya

semangat hingga saat ini;

17. Nama-nama lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang sudah

dan senantiasa memberi dukungan moril.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan

penulis. Semoga penelitian dalam skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi

pembaca. Aamiin.

Sidoarjo, 16 Juni 2021

Bayu Putih Ariyanto Putra

xi

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRAK

Penelitian berjudul “Ekspresi Urban dalam Kumpulan Puisi Karena Cinta


Kuat Seperti Maut Karya Adimas Immanuel: Kajian Semiotika Riffaterre”
bertujuan untuk menemukan ekspresi-ekspresi pada hidup urban dengan turut
merumuskan klasifikasi dan pola urban pada buku kumpulan puisi berjudul Karena
Cinta Kuat Seperti Maut. Penelitian ini memanfaatkan teori semiotika Riffaterre
melalui beberapa cara kerja yang sesuai, yakni pembacaan hermeneutik guna
menentukan ketaklangsungan ekspresi beserta identifikasi varian sebagai
perancangan model dan matriks yang menuntun kepada makna puisi yang mampu
mengacu kepada kehidupan urban yang secara ekspresif terdapat dalam beberapa
teks puisi yang telah dikurasi. Hasil penelitian ini menemukan lima ekspresi urban
yang terdapat pada kumpulan puisi Karena Cinta Kuat Seperti Maut: (1)
pengorbanan dalam urban; (2) keraguan berkehidupan urban; (3) dinamika sosial
urban; (4) tragedi urban; dan (5) kulminasi urban. Kelima ekspresi tersebut seolah
memandang bahwa urban adalah kehidupan yang bersuasana utuh kesedihan dalam
penuh kebahagiaan. Adapun pola urban yang tercipta dari berbagai bentuk ekspresi
urban yang ditemukan pada lima puisi dengan menitikberatkan subjek berupa tokoh
aku dan kau “liris” sebagai figur motorik yang tidak berhenti menjelajahi satu demi
satu objek berwujud ruang urban sebagai pembangun ekspresi urban, antara lain:
(1) keterkaitan predikasi pada puisi “Penjala” dan puisi “Pedagang”; (2) lapis
makna ‘ikan’ pada puisi “Penjala” dan puisi “Pencari”; serta (3) kartografi
kepedihan puisi “Pejalan,” “Pedagang,” dan “Penanya.” Dalam urutan pola
tersebut, puisi berjudul “Pedagang” seolah menjadi ‘jembatan’ yang membentang
antara tiga pola. Hal tersebut menunjukkan bahwa kebermaknaan puisi “Pedagang”
mampu menghubungkan keterkaitan predikasi, lapis makna ‘ikan,’ serta kartografi
kepedihan sebagai pemadatan bentuk-bentuk ekspresi urban yang juga terdapat
dalam puisi lainnya, yaitu “Penjala,” “Pejalan,” “Pencari,” dan “Penanya.”

Kata kunci: ekspresi, pola, urban, dan puisi.

xii

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ABSTRACT

The research entitled "Urban Expression in Poem Collection of Karena


Cinta Kuat Seperti Maut by Adimas Immanuel: Riffaterre's Semiotic Studies" aims
to find expressions in urban life by helping to formulate urban classifications and
patterns in a book of poetry entitled Karena Cinta Kuat Seperti Maut. This study
utilizes Riffaterre's semiotic theory through several appropriate ways of working,
namely reading hermeneutics to determine the indirectness of expression and
identification of variants as a model and matrix design that leads to the meaning of
the poetry that is able to refer to urban life expressively contained in several curated
poetry texts. The results of this study found five urban expressions contained in the
collection of poems Karena Cinta Kuat Seperti Maut: (1) sacrifices in urban areas;
(2) doubts about urban living; (3) urban social dynamics; (4) urban tragedy; and (5)
urban culmination. The five expressions seem to see that urban is a life that is full
of sadness and full of happiness. The urban patterns created from various forms of
urban expression are found in five poems by emphasizing the subject in the form of
the characters me and you “lyrically” as motor figures who do not stop exploring
one object after another in the form of urban space as a builder of urban expression,
including: (1) interrelationships predications to “Penjala” and “Pedagang” poem;
(2) layers of meaning of ‘fish’ in “Penjala” and “Pencari” poem; and (3)
cartography of the poignant poetry of “Pejalan,” “Pedagang,” and “Penanya.” In
the sequence of patterns, the poem entitled “Pedagang” seems to be a ‘bridge’ that
spans between the three patterns. This shows that the meaningfulness of the
“Pedagang” poem is able to connect the linkage of predication, the layers of
meaning of ‘ikan,’ and the cartography of pain as a condensation of forms of urban
expression which are also found in other poems, namely “Penjala,” “Pejalan,”
“Pencari,” and “Penanya.”

Keywords: expressions, pattern, urban, and poem.

xiii

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR .............................................................................. i

HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................... ii

HALAMAN PRASYARAT ................................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. vi

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

ABSTRAK ........................................................................................................... xii

ABSTRACT ........................................................................................................ xiii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 4

1.4.1 Manfaat Teoretis ................................................................................................ 4

1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................................. 4

1.5 Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 5

1.5.1 Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 5

1.5.2 Batasan Konseptual ............................................................................................ 9

xiv

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.5.3 Teori Semiotika Michael Riffaterre ................................................................. 10

1.6 Metode Penelitian ................................................................................................... 16

1.6.1 Jenis dan Strategi Penelitian ............................................................................ 16

1.6.2 Sumber Data..................................................................................................... 17

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 18

1.6.4 Teknik Analisis Data........................................................................................ 19

1.7 Sistematik Penyajian ............................................................................................... 21

BAB II TELAAH KETAKLANGSUNGAN EKSPRESI BESERTA


MATRIKS, MODEL, VARIAN SEBAGAI PENGUNGKAP EKSPRESI
URBAN DALAM KUMPULAN PUISI KARENA CINTA KUAT SEPERTI
MAUT ................................................................................................................... 23

2.1 Pengantar................................................................................................................. 23

2.2 Formulasi Ekspresi Urban Melalui Semiotika Riffaterre........................................ 23

2.2.1 Ketaklangsungan Ekspresi dalam Puisi ........................................................... 24

2.2.2 Tafsir Varian-Model sebagai Pembangun Matriks Ekspresi Urban................. 35

2.3 Tinjauan Ekspresi-Ekspresi Urban.......................................................................... 41

2.3.1 Pengorbanan dalam Urban ............................................................................... 42

2.3.2 Keraguan Berkehidupan Urban ........................................................................ 46

2.3.3 Dinamika Sosial Urban .................................................................................... 48

2.3.4 Tragedi Urban .................................................................................................. 51

2.3.5 Kulminasi Urban .............................................................................................. 55

BAB III RANCANGAN POLA PERIHAL EKSPRESI URBAN DALAM


KUMPULAN PUISI KARENA CINTA KUAT SEPERTI MAUT ................... 60

3.1 Pengantar................................................................................................................. 60

3.1.1 Keterkaitan Predikasi pada Puisi “Penjala” dan Puisi “Pedagang”.................. 60

3.1.2 Lapis Makna ‘Ikan’ pada Puisi “Penjala” dan Puisi “Pencari” ........................ 61

3.1.3 Kartografi Kepedihan Puisi “Pejalan,” “Pedagang,” dan “Penanya”............... 62

xv

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 65

4.1 Simpulan ................................................................................................................. 65

4.2 Saran ....................................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71

xvi

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kondisi kehidupan pada masa kontemporer telah menjadi salah satu acuan

kepenulisan karya sastra yang berusaha memproduksi makna berdasarkan ekspresi

penulis yang berfokus pada tiruan alam (mimetik). Puisi merupakan salah satu genre

sastra yang juga turut ambil ‘peran’ dalam perkembangan penyajian tematik

kehidupan sosial yang secara implisit terhimpun dalam bangun ruang arti berupa

pengadaan tanda-tanda sebagai ciri khas pembangun lapis makna yang teruntai

pada diksi dalam frasa, klausa, bahkan bait teks sastra puisi. Berdasarkan persepsi

sederhana tersebut, kode bahasa puisi yang bersubstansi tentang alam dan manusia

secara ekspresif melalui licencia poetika tiap penulis telah mampu mengonversi

karakteristik perpuisian yang secara konvensional hanya dipahami sebagai wahana

dalam mengungkapkan hal-hal yang bermuatan romansa semata.

Adapun salah satu ide yang merekreasi tentang kehidupan sosial adalah

buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas

Immanuel. Hal tersebut didasarkan pada signifikasi-signifikasi yang dibangun

melalui diksi bersimbolik di dalam beberapa puisi guna menciptakan ‘semesta lain’

perihal kondisi sosial saat ini. Pemanfaatan keragaman gaya bahasa juga merupakan

salah satu faktor mengenai siratan makna dalam buku kumpulan puisi tersebut yang

menjadikan segala penyusunan kata yang ada pada puisi menjadikan bias makna.

Kreasi ulang penampakan alam serta penampakan buatan yang terbahasakan buku

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

kumpulan puisi tersebut dilingkup oleh aspek ekspresif nan bersifat pragmatis

mengenai tengara-tengara dalam lingkungan manusia yang mulai berubah seiring

berkembangnya zaman. Hal tersebut sekiranya memberi bukti bahwa proses ‘daur

ulang’ mengenai tiruan kehidupan sosial dalam buku kumpulan puisi berjudul

Karena Cinta Kuat Seperti Maut ialah berupa ketidaknormalan suatu hal yang

menyimpang dari fungsionalitasnya. Wujud subjek serta bentuk objek menjadi

acuan yang memiliki intensitas paling sering dipaparkan dalam puisi-puisi di buku

kumpulan puisi tersebut. Melalui konseptual sederhana, dapat dikatakan bahwa

kondisi yang dituju dalam buku kumpulan puisi Karena Cinta Kuat Seperti Maut

ialah berupa keurbanan. Urban yang secara Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

dipahami sebagai mobilitas penduduk dari satu tempat ke tempat lain (secara umum

diyakini dari desa ke kota) dapat digeser pemaknaannya dengan menimbang proses

penciptaan dunia tersendiri mengenai urban yang ada pada buku kumpulan puisi.

Tentunya penggeseran pemahaman tersebut masih dapat dicerna melalui ‘irisan’

yang mengacu di antara “mobilitas penduduk” serta “pergeseran fungsi” yang

secara sederhana dapat diyakini sebagai sebuah bentuk kausalitas yang

terakomodasi pada definisi urban secara tersirat dalam buku kumpulan puisi

Karena Cinta Kuat Seperti Maut. Adapun urban yang perlu dibedah dalam buku

kumpulan puisi tidak lepas dari eksistensi teks-teks puisi yang ada di dalam buku

kumpulan puisi tersebut ‘bekerja’ terhadap kondisi urban kontemporer saat ini

sebagai pencuat seluk-beluk urban yang perlu dipahami bagi para pembaca Karena

Cinta Kuat Seperti Maut.

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Beberapa hal urban yang sekiranya berkelindan dan disignifikasikan dalam

buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut telah

mengindikasikan bahwa terdapat suatu ekspresi yang masih terselubung mengenai

cara pandang kehidupan urban yang hadir pada kumpulan puisi tersebut. Dengan

kata lain, diperlukan suatu teori yang mampu memanfaatkan beberapa ‘kepingan’

tanda-tanda urban yang melekat pada tiap-tiap puisi yang sekiranya menjadi

pondasi atas proses penemuan ekspresi-ekspresi urban yang akan dijelaskan secara

rinci sesuai dengan regulasi tiap teks puisi yang dimanfaatkan. Pemanfaatan teori

semiotika Riffaterre diyakini mampu mewadahi tanda-tanda yang mengarah kepada

urban yang ekspresif berangsur dari satu puisi ke puisi lain yang disertai dengan

tafsir gaya bahasa yang melingkupi teks-teks puisi tersebut: (1) ketaklangsungan

ekspresi; (2) pembacaan heuristik-hermeneutik; (3) matriks, model, varian; serta

(4) hipogram: intertekstualitas.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat disusun berdasarkan fokus kajian terhadap

buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk-bentuk ekspresi urban yang dapat ditemukan

dalam buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya

Adimas Immanuel?

2. Bagaimanakah pola puisi yang dapat disusun berdasarkan bentuk-

bentuk ekspresi urban dalam buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta

Kuat Seperti Maut karya Adimas Immanuel?

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai terhadap buku kumpulan puisi

berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas Immanuel sebagai berikut.

1. Menemukan ekspresi urban yang ditemukan dalam buku kumpulan puisi

berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas Immanuel.

2. Menemukan pola puisi yang disusun berdasarkan ekspresi urban dalam

buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya

Adimas Immanuel.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diambil dari pengkajian buku kumpulan puisi

berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas Immanuel dengan

memanfaatkan teori semiotika Riffaterre adalah sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

serta sitasi dalam pemanfaatan teori semiotika Riffaterre yang digunakan untuk

menelaah buku kumpulan puisi. Selain itu, juga diharapkan mampu melengkapi

khazanah penelitian yang sebelumnya telah ada serta dapat menjadi acuan bagi

pembaca guna menulis karya tulis ilmiah berformat skripsi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu

mengungkap aspek urban dalam buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat

Seperti Maut karya Adimas Immanuel agar masyarakat mengetahui ekspresi-

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ekspresi urban yang ditawarkan pada beberapa puisi yang telah dikurasi sehingga

amanat yang ingin disampaikan dalam buku puisi tersebut dapat dicerna oleh

pembaca.

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama yang menjadi rujukan dan komparasi terkait dengan

skripsi ini adalah sebuah skripsi tahun 2019 berjudul "Deiksis Persona dalam

Kumpulan Puisi Karena Cinta Kuat Seperti Maut" yang ditulis oleh Bagus Arifin.

Penelitian tersebut bertujuan untuk mengungkap deiksis persona serta

mengungkapkan makna yang terkandung dalam kumpulan puisi tersebut dengan

memanfaatkan teori Structuralist Poetics milik Jonathan Culler terkait deiksis

persona yang digunakan dalam kumpulan puisi tersebut menggunakan penelitian

deskriptif kualitatif yang menekankan pada analisis isi. Pada penelitian ini diambil

6 korpus data dari 40 puisi sebagai objek penelitian. Keenam puisi tadi diperoleh

dengan mempertimbangkan sebagai perwakilan konsep yang keseluruhan

perbagian bab puisi tersebut. Keseluruhan proses analisis dalam kumpulan puisi

tersebut ditemukan hasil berupa beberapa struktur yang meliputi deiksis persona

yang kaitannya dominan dengan dengan proses pemaknaan. Selain identifikasi

persona juga dilakukan identifikasi proses naturalisasi figur retorik untuk

mempermudah pemahaman dari diksi-diksi ke dalam bentuk yang lebih sederhana

dalam mengungkap makna puisi. Hal tersebut sekiranya mampu menjadi tolok ukur

bahwa terdapat aspek lain yang disajikan dalam puisi tersebut selain dari objek

kajian skripsi ini yang mengarah kepada ranah urban. Pertimbangan tersebut dapat

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

menjadi sarana bantu dalam mendalami karakter urban yang dimaksud dalam buku

kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas Immanuel.

Dengan kata lain, deiksis persona yang ditemukan dalam penelitian berupa skripsi

di atas turut mengungkap subjek atau objek dalam tatanan urban melalui simbolitas

yang tersedia pada tiap-tiap puisi. Bukan tanpa alasan jika perbedaan pemanfaatan

teori sekiranya juga akan berbeda mengungkap sebuah ranah kajian. Namun kajian

urban yang dirancang pada skripsi ini tentunya juga membutuhkan landasan kuat

tentang 5W+1H yang tersirat dalam kelima puisi tentang urban.

Penelitian kedua berupa skripsi yang dapat direlasikan substansinya

terhadap pembahasan skripsi ini adalah sebuah skripsi berjudul "Analisis Puisi

Deutschland Karya Bertolt Brecht Melalui Kajian Semiotika Riffaterre" yang terbit

pada tahun 2013 yang ditulis oleh Rinaldi Seira Yuanda. Deskripsi data dianalisis

dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan keabsahan datanya

diperoleh dengan validitas semantik dan diperkuat dengan validitas ekspert

judgement. Pada skripsi penelitian tersebut, mulanya disajikan hasil pembacaan

secara heuristik tentang puisi Deutschland yang diibaratkan sebagai seorang ibu

yang berwajah pucat karena kehilangan martabat yang disebabkan kelakuan anak-

anaknya dan diakhiri dengan pembacaan hermeneutik berkisah tentang kehancuran

Jerman yang terjadi di dalam kondisi sosialnya ketika pemerintahan dipimpin oleh

Hitler. Hasil yang ditemukan dengan mempraktikkan cara kerja Riffaterre

menunjukkan bahwa adanya ketaklangsungan ekspresi didapatkan dengan adanya

penggantian arti (displacing of meaning) dalam majas metafora, metonimia,

personifikasi, alegori, perumpamaan epos, dan sinekdoki. Kemudian

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penyimpangan arti (distorting of meaning) yang didapatkan berupa ambiguitas atau

kemungkinan adanya makna yang lebih dari satu dalam deretan diksi yang tersedia

pada puisi tersebut serta penciptaan arti (creating of meaning) yang muncul

disebabkan karena adanya rima dan enjambement sebagai penegasan suatu kata

atau kalimat. Pada penelitian tersebut dirasa kurang sesuai jika dicantumkan ekspert

judgement. Sesuai dengan pemanfaatan teorinya antara skripsi berjudul "Analisis

Puisi Deutschland Karya Bertolt Brecht Melalui Kajian Semiotika Riffaterre"

dengan skripsi ini, maka titik fokus yang dikaji adalah cara pemanfaatan teori

semiotika Riffaterre. Terlepas dari adanya perbedaan subjek dan objek yang dikaji,

tetapi sama-sama menggunakan puisi sebagai genre sastra yang dikaji tentu

memiliki substansi tersendiri tentang cara penggunaan teori semiotika. Hal tersebut

sekiranya mampu menjadi pertimbangan ketika skripsi ini sudah memasuki tahap

pembahasan dengan menggarisbawahi tiap-tiap aspek yang perlu diperhatikan saat

memanfaatkan teori semiotika Riffaterre, mulai dari bagian ketaklangsungan

ekspresi sampai pada tahap pembahasan hipogram/intertekstualitas.

Penelitian terakhir yang dapat menjadi pendukung bagi skripsi ini adalah

sebuah skripsi berjudul “Puitika Urban dalam Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja

Karya M. Aan Mansyur” yang ditulis oleh Inka Islamiyah pada tahun 2017 silam

juga dapat dikomparasikan pada ranah pembahasan urbannya. Skripsi tersebut

memanfaatkan teori Structuralist Poetics milik Jonathan Culler terkait deiksis yang

digunakan dalam puisi-puisi tersebut dengan menggunakan metode penelitian

deskriptif kualitatif yang menekankan pada analisis isi. Pada kumpulan puisi

tersebut diambil 7 puisi dari 54 puisi didasarkan pada penggunakan diksi yang

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

condong ke arah sebuah pola cerita atau dinamika kaum urban yang dituangkan ke

dalam teks puisi. Pembahasan skripsi tersebut menunjukkan bahwa deiksis ruang

yang terdapat dalam kumpulan puisi Melihat Api Bekerja terbagi atas tiga bagian

yang meliputi ruang definitif, penunjuk, dan maya. Deiksis waktu terbagi atas

waktu definitif dan penunjuk, serta deiksis persona terdiri dari persona definitif dan

pronomina. Penelitian tersebut juga dapat dimanfaatkan pada aspek keurbanannya

sebagai topik utama yang sesuai dengan latar belakang skripsi ini. Ranah urban

pada mulanya memiliki gambaran yang sangat luas dikarenakan kausalitas

fenomena urban memiliki kompleksitas yang bermacam-macam. Selain itu, data

yang digunakan pada skripsi tersebut juga merupakan karya berupa kumpulan puisi

dan diharapkan dapat menjadi acuan yang benar dalam mengungkap hakikat urban

yang valid. Objek kajian yang sama-sama membahas tentang urban dapat menjadi

komparasi penting tentang topik seberapa jauh urban yang dihadirkan dalam genre

sastra berupa puisi. Melalui struktur puisi yang dikenal kuat dengan makna kiasnya,

urban pada buku kumpulan puisi berjudul Melihat Api Bekerja sekiranya dapat

menjadi tolok ukur terhadap urban pada buku kumpulan puisi berjudul Karena

Cinta Kuat Seperti Maut, walau proses pemaknannya pada skripsi tersebut

berupaya mengungkap tentang puitika, tetapi tetap urban adalah sebuah fenomena

yang bermula dari kondisi alam atau kehidupan sebagai hal yang perlu dibahas pada

ruang lingkup kesusastraan. Dengan kata lain, bisa saja urban dalam buku puisi

Melihat Api Bekerja adalah salah satu dari beberapa keterhubungan teks yang

mendukung buku kumpulan puisi Karena Cinta Kuat Seperti Maut.

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.5.2 Batasan Konseptual

Adapun batasan konseptual yang dapat dikemukakan berdasarkan pada

uraian latar belakang masalah di atas adalah berfokus pada penemuan ekspresi-

ekspresi urban dalam kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut

karya Adimas Immanuel yang diungkap melalui pemanfaatan teori yang relevan

dengan cara kerja proses penelaahan sesuai dengan keberadaan signifikasi pada

beberapa puisi di dalam buku kumpulan puisi tersebut ialah sebagai berikut.

(a) Ekspresi

Ekspresi merupakan proses memberi maksud, gagasan, serta perasaan

kepada pihak lain. Pada ruang lingkup teks sastra, terutama puisi, ekspresi menjadi

salah satu pendekatan yang dilakukan penulis guna mengemas jalan pikirannya

untuk dipahami secara implisit oleh pembaca. Puisi adalah eksperimen

kemanusiaan atau ekspresi liris langsung dari kepribadian dan kehidupan batin

penyair, puisi-puisi itu adalah ciptaan kolektif (Riffaterre, 198: 1978). Maksud

“ekspresi” yang dapat dicerna dalam wilayah semiotika Riffaterre mengacu kepada

aspek pragmatis teks sastra puisi berupa tanda-tanda yang memiliki makna tidak

langsung dengan diakomodasi oleh pemanfaatan gaya bahasa serta pembaitan puisi

sebagai usaha terhadap penggantian, penyimpangan, serta penciptaan suatu arti.

Adapun tanda-tanda tersebut juga dapat diformulasikan menjadi suatu aktualisasi

(matriks) yang berawal dari adanya varian-varian sebagai dasar perancangan

model.

(b) Urban

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), urban berkenaan dengan

perpindahan penduduk ke kota. Adapun kata ‘urbanisasi’ serta ‘urbanisme’ adalah

dua hal yang selalu hadir ketika membicarakan topik urban. Mobilisasi penduduk

yang terjadi dalam ruang urban seolah menciptakan efek samping yang menjadi

awal mula lika-liku hidup urban. Gaya hidup serta perilaku manusia yang ada dalam

tataran urban turut menjadikan beberapa aspek kehidupan menjadi tidak sesuai

kadar dan bergeser daya fungsionalitasnya. Hal tersebut serupa dengan pendapat

Schone (1964) yang menjelaskan bahwa permasalahan urban selalu dihubungkan

dengan proses urbanisasi yang akan membentuk sikap urbanisme bagi tiap individu

atau kelompok yang bermukim di ruang urban tersebut.

1.5.3 Teori Semiotika Michael Riffaterre

Penelitian terhadap buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat

Seperti Maut karya Adimas Immanuel memanfaatkan teori semiotika Michael

Riffaterre yang dikemukakan dalam buku teorinya sendiri yang berjudul Semiotics

of Poetry (1978: 1). Teori tersebut dipilih dengan mempertimbangkan keragaman

diksi yang tersaji dan simbol-simbol berupa kata yang menjadi signifikasi dengan

pembahasan urban sehingga memberikan penawaran pendedahan secara detail

dengan diawali dengan mengurai beberapa bait dan merumuskan kata kunci atau

aktualisasi berupa kata atau frasa. Analisis yang diterapkan dalam penelitian ini

berusaha menemukan ekspresi urban dengan juga menitikberatkan pada proses

pembacaan guna menemukan segala gaya bahasa yang juga turut berpengaruh pada

cara perancangan klasifikasi ekspresi urban dan pola ekspresi urban sebagai

pemadatan ekspresi urban yang sebelumnya telah ditemukan.

10

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pemaknaan urban yang secara berangsur diekspresikan dalam puisi pilihan

pada kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut mengacu pada

konsep dual sign yang juga ditawarkan oleh Riffaterre. Sebuah tanda yang

berkedudukan sebagai dual sign seperti sebuah pendulum semantik sehingga

pembacaannya pun tidak pernah stabil (Riffaterre, 1978: 90). Dual sign merupakan

keterhubungan sebuah tanda terhadap tanda-tanda lain yang termaktub di dalam

teks, judul teks, bahkan juga meliputi hal di luar teks. Melalui teks, pembaca sastra

akan mengerti arti judul yang ada. Sebaliknya pula, judul akan memberikan

pemahaman kepada para pembaca mengenai teks yang akan/sedang mereka baca.

Menurut Riffaterre (1978: 99), judul bisa mengacu kepada teks-teks di luarnya. Hal

tersebut memungkinkan sastra memiliki substansi dual sign yang dapat terungkap

ketika pembaca sudah sangat memaknai teks yang dibaca. Acuan keterangan makna

signifikasi yang diadaptasi oleh semiotika Riffaterre didasarkan pada satu atau

beberapa tanda yang ada pada teks yang berasosiasi dengan fenomena sekitar yang

dalam penelitian ini mengangkat topik urban.

Memaknai sebuah karya sastra untuk menemukan makna-maknanya

bukanlah suatu hal yang sederhana. Perlu adanya pemahaman yang mendalam dari

proses pembacaan yang –bisa jadi– berulang-ulang sesuai kemampuan diri. Dalam

teori semiotik Riffaterre, pembacaan sebuah karya sastra didasarkan pada sistem

semiotik tingkat pertama dan sistem semiotik tingkat kedua. Proses pembacaan teks

sastra (puisi) yang direalisasikan oleh teori Semiotika Riffaterre bermula dari

sistem semiotik tingkat pertama (heuristik) yang merupakan cara membaca

berdasarkan sistem bahasa pada umumnya. Bahasa sastra harus diubah (parafrase)

11

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

secara alami menjadi bahasa biasa, mewajarkan hal-hal yang tidak wajar, serta

mengurangi pembahasan arti yang sekiranya tidak perlu dibahas. Adapun teori

semiotika Riffaterre juga mengemukakan mengenai pembacaan sistem semiotik

tingkat kedua (hermeneutik) yang dapat dipahami sebagai ‘babak’ selanjutnya dari

pembacaan karya sastra. Dalam cara pembacaan ini, perlu ditekankan adanya

konvensi-konvensi sastra yang meliputi setiap diksi. Konvensi sastra merupakan

perubahan sifat sastra yang pada awalnya makna bersifat individual menjadi

nasional atau bahkan global. Selain konvensi sastra, pada metode pembacaan ini

juga perlu memerhatikan majas-majas maupun gaya bahasa yang diterapkan pada

suatu teks sastra. Pembacaan ini juga disebut sebagai pembacaan retroaktif.

Teks sastra puisi dikenal sebagai salah satu genre sastra yang sering

menggunakan makna konotasi dalam strukturnya –pemanfaatan ambiguitas–.

Adanya persepsi seperti itu menjadikan puisi disebut sebagai ‘wahana’ bagi penulis

dalam mengungkapkan pemikiran mereka secara tersirat, entah melalui pemilihan

kata (diksi) atau citraan (image) yang tidak jarang ikut menghiasi wujud puisi

sehingga sebuah puisi memiliki struktur maupun makna yang kompleks. Riffaterre

dalam hal ini menekankan bahwa arti puisi tercipta melalui tiga prinsip, yaitu: (a)

penggantian arti (displacing of meaning), (b) penyimpangan arti (distorting of

meaning), dan (c) penciptaan arti (creating of meaning). Ketiga prinsip tersebut

tercipta karena karya puisi mengalami perubahan dari waktu ke waktu, mengingat

bahwa selera masyarakat juga dapat berubah-ubah seiring perkembangan sebuah

zaman. Artinya, karya puisi pun memiliki sifat dinamis yang bertolok ukur dari

perubahan linimasa kehidupan.

12

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Adanya penggantian arti (displacing of meaning) disebabkan oleh

pemanfaatan bahasa kias yang menggeser suatu tanda dari satu makna tanda ke

makna tanda yang lain. Bahasa kias merupakan salah satu cara yang dilakukan

penulis sastra untuk mampu memberi ragam imaji yang memengaruhi proses

pembacaan tiap-tiap pembaca. Selain itu, bahasa kias juga mampu menciptakan

daya puitis yang memiliki interpretasi ganda dalam suatu atau beberapa teks puisi.

Menurut Riffaterre, bahasa kias yang mampu memunculkan pergeseran makna

tersebut ialah terdapatnya metafora dan metonimi dalam kandungan sebuah teks

sastra. Metafora dan metonimi diyakini sebagai dua faktor sebagai figurative

language yang sangat penting hingga digunakan untuk mengganti bahasa figuratif

lain, seperti simile, personifikasi, sinekdok, perbandingan epos, dan alegori.

Penyimpangan arti (distorting of meaning) dapat dipahami sebagai

kekosongan makna. Penyebab adanya penyimpangan arti dapat melalui ambiguitas,

kontradiksi, dan nonsense. Ambiguitas terjadi akibat adanya kata, frasa, atau

kalimat dalam puisi memiliki makna ganda. Kemudian, kontradiksi yaitu bahasa

kias yang memuat adanya makna yang berlawanan. Kontradiksi dapat terjadi

dikarenakan ironi dan paradoks. Kemudian, nonsense adalah kata-kata yang tidak

memiliki arti secara linguistik. Nonsense dalam puisi hadir dan memiliki makna

akibat aspek konvensi sastra yang tidak jarang memiliki nilai magis, terutama

dalam puisi-puisi yang berwujud mantra.

Penciptaan arti (creating of meaning) ialah suatu proses pengadaan makna

melalui konvensi-konvensi sastra yang bermuatan oleh kata-kata tanpa makna.

Konvensi sastra yang dimaksud adalah nilai puitik yang hadir dengan

13

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

memanfaatkan teks dalam memberi rambu makna yang terorganisasi di luar

wilayah linguistik, tetapi menimbulkan makna pada teks sastra. Penciptaan arti

dapat terjadi karena penyusunan baris yang tidak wajar (tipologi) maupun adanya

baris-baris atau kata-kata yang disejajarkan dengan visual sehingga menimbulkan

arti yang sama (homologue).

Pada kegiatan menganalisis karya sastra berbentuk puisi, matriks

digambarkan sebagai satu kata, gabungan kata, bagian kalimat, atau kalimat.

Matriks memiliki sifat sementara (hipotesis) dan terlihat sebagai aktualisasi kata-

kata. Matriks bisa berupa sebuah kata, akan tetapi kehadirannya tidak pernah

muncul dalam suatu teks puisi. Dengan demikian, ketiga unsur merupakan suatu

integritas: matriks dapat dikatakan sebagai ‘bahan bakar’ pada sebuah teks puisi,

sedangkan varian merupakan ‘mesin’ yang dibutuhkan oleh matriks untuk

kemudian model berfungsi sebagai ‘pengembang’ bagi matriks serta varian yang

telah tersusun pada suatu teks sastra, terutama teks puisi. Dalam

operasionalisasinya, varian dikemukakan terlebih dahulu sebagai paparan teks.

Selanjutnya, tahap penyajian model yang akan mengungkap bentuk matriks secara

sederhana. Cara kerja semiotika Riffaterre dalam memilah dan memilih diksi yang

diupayakan menjadi simbol atau juga berposisi sebagai aktualisasi dari fenomena

yang ada menjadi landasan telaah yang tidak pernah berhenti. Adapun fenomena

atau konteks yang dituangkan ke dalam teks puisi untuk dibaca secara mendalam

(hermeneutik) akan memberikan cara pandang yang berlanjut kepada proses

perancangan matriks yang diungkap melalui varian tiap bait dan penemuan model.

14

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Matriks yang hadir tentunya mampu menjembatani antara bangun makna puisi

dengan faktor luar yang melingkupi proses terciptanya puisi itu sendiri.

Sebuah karya sastra sebaiknya perlu disejajarkan dengan karya sastra lain

yang bertindak sebagai latar belakang penciptaannya agar mampu diberikan makna

yang lebih penuh. Itulah yang disebut sebagai hipogram. Asumsi tersebut sejalan

dengan gagasan Riffaterre yang menganggap bahwa sebuah karya merupakan

respon dari karya sastra yang lainnya. Hipogram merupakan latar penciptaan

sebuah karya sastra yang dapat berupa keadaan masyarakat, peristiwa dalam

sejarah, atau alam (mimetik) dan kehidupan yang dialami oleh penulis. Maka dari

itu, hipogram dapat dicari melalui tafsiran-tafsiran pembaca atau kritikus yang

merupakan pembaca yang canggih. Sebagai simpulan, hipogram dapat mengacu

pada teks lain yang merupakan ‘rumah’ bagi penciptaan suatu teks sastra dan bisa

saja memiliki hubungan (intertekstual) dalam perkembangannya. Oleh sebab itu, –

kembali pada metode pembacaan sastra– makna tidak selalu hadir pada teks, tetapi

hadir pada pemikiran pengarang maupun pengalaman pembacaan masing-masing

pembaca atau hadir pada teks karya sastra lain. Selain itu, adanya penyimpangan,

penggantian, maupun penciptaan arti pada suatu teks sastra juga menjadi faktor

hubungan intertekstual yang berdampak pada proses pemilihan teks yang lain.

Beberapa hal di atas mengenai cara kerja semiotika Riffaterre sebagai alat

menelaah teks karya sastra, terutama puisi, sekiranya mampu direalisasikan

berdasarkan tahap demi tahap dalam memperlakukan teks sastra sebagai sistem

tanda. Pembacaan heuristik yang menjadi metode baca secara intuitif terhadap teks

sastra dapat ditunjang oleh pembacaan hermeneutik yang berkapasitas sebagai

15

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

penyempurna strategi baca. Hal itu dibuktikan sembari mengidentifikasi gaya

bahasa, lapis makna, hingga susunan tipografi sebagai suatu wujud

ketaklangsungan ekspresi dalam teks sastra. Pembacaan hermeneutik dapat

mengakomodasi perancangan varian guna menjadi satu atau beberapa model yang

sederhana. Model tersebut kemudian mampu dirumuskan menjadi bentuk yang

lebih padat, yaitu matriks. Pembacaan hermeneutik juga dapat menjadi suatu

petunjuk mengenai adanya keterkaitan dalam beberapa karya sastra yang dapat

diasumsikan saling melatarbelakangi atas penciptaannya (intertekstualitas). Hal

tersebut dapat menjadi pedoman guna mengetahui posisi suatu teks sastra terhadap

teks sastra yang lain: afirmatif atau negasi.

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Jenis dan Strategi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode jenis kualitatif karena data yang diolah

tidak berupa angka serta lebih menekankan kepada makna. Metodologi kualitatif

didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moelong,

2010: 6). Penelitian berbasis sastra ini memanfaatkan metode penelitian deskriptif

kualitatif dengan teori semiotika Michael Riffaterre. Strategi yang ditempuh dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1. Tahap Pembacaan

Semiotika Riffaterre bermula dari proses pembacaan yang menuntut

wawasan pembaca guna menciptakan pemahaman sesuai dengan tema puisi yang

16

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ingin dikaji. Pembacaan secara hermeneutik merupakan kunci dari realisasi teori

semiotika Riffaterre karena juga berlangsung proses identifikasi ketaklangsungan

ekspresi yang masing-masing terhimpun dalam arti yang digantikan, disimpangkan,

maupun diciptakan dalam kumpulan puisi Karena Cinta Kuat Seperti Maut.

2. Tahap Analisis Matriks, Model, dan Varian

Tahap ini merupakan proses lanjutan setelah identifikasi ketaklangsungan

ekspresi yang memuat beragam jenis gaya bahasa yang dimanfaatkan dalam puisi

yang ditelaah. Pada tahap ini, penjabaran varian adalah langkah awal guna

menentukan model yang harus ditemukan sesuai topik kajian. Model bisa tercantum

dalam satu atau beberapa bait dalam puisi. Upaya penemuan model pada akhirnya

menuntun kepada perumusan matriks yang dianggap sebagai aktualisasi kata-kata

yang keberadaannya diasumsikan tidak pernah hadir secara teks. Namun diketahui

melalui simpulan berdasarkan pemadatan dari varian serta model sebelumnya.

1.6.2 Sumber Data

Data utama atau objek material yang digunakan dalam penelitian ini adalah

buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas

Immanuel yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2018.

Buku kumpulan puisi tersebut memuat 40 judul puisi, tetapi variabel yang

digunakan untuk penelitian ini sebanyak 5 puisi yang memuat ekspresi-ekspresi

urban. Puisi-puisi tersebut antara lain: (1) “Penjala”; (2) “Pejalan”; (3) “Pencari”;

(4) “Pedagang”; serta (5) “Penanya.” Kelima puisi tersebut secara aspek diksi

cenderung memanfaatkan segala ekspresi yang berekuivalensi dengan ekspresi

17

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

urban yang penuh keberagaman dan kemewahan. Puisi berjudul “Penjala” memiliki

substansi mengenai kondisi alam yang sepi akibat perpindahan penduduk yang

berusaha mencari ‘kematangan diri’ dengan cara meninggalkan ‘Ibu mereka’ dan

masa muda. Selanjutnya, dalam puisi “Pejalan” condong kepada suasana perkotaan

yang menciptakan kesedihan-kesedihan melalui gaya hidup mewah yang

ditawarkan dalam kerumunan, rumah-rumah, dan beberapa bangunan publik.

Adapun puisi dengan judul “Pencari” memiliki alur mengenai tokoh aku liris yang

dilanda chaos akibat perubahan waktu sehingga menciptakan kekosongan dan

kesedihan akibat kehilangan tokoh kau liris yang diasumsikan sebagai sosok

kekasih. Kemudian, puisi “Pedagang” menggambarkan bahwa pasar adalah tempat

yang penuh dengan ketidakadilan dan kesengsaraan seolah menghapuskan definisi

pasar yang notabene sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk

bertransaksi sesuai dengan kesepakatan bersama. Puisi terakhir berjudul “Penanya”

bersubstansi sebagai respon subjek atau masyarakat kecil yang selalu tidak tenang

terhadap kepemilikan wilayah dan rumah mereka.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Adapun langkah-langkah teknik yang dilakukan berdasarkan sumber data yang

dikumpulkan adalah sebagai berikut.

1. Membaca secara berulang-ulang tiap puisi dalam buku Karena Cinta

Kuat Seperti Maut untuk kemudian mengambil dan mencatat hal-hal yang

mampu dianalisis sesuai dengan topik penelitian yang dituju.

18

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Mencatat dan mengklasifikasikan data yang diperoleh dari buku

kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut ke dalam

bagian analisis data untuk pada tahap selanjutnya mampu diperoleh data

yang sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah

dirancang.

3. Mempelajari referensi, literatur, dan bahan pustaka yang memiliki

hubungan serta sanggup menunjang rumusan permasalahan dalam

penelitian ini. Selain itu, juga secara kontinyu mencatat hal-hal penting dari

berbagai kajian yang relevan dengan pembahasan yang dipilih dalam

penelitian ini sehingga puisi-puisi yang berkapasitas sebagai data primer

dapat diolah dan memberikan jawaban rigid mengenai topik yang akan

dibahas, yakni ekspresi urban.

1.6.4 Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data penelitian dalam skripsi ini dapat diketahui sebagai

berikut.

1. Melakukan proses pembacaan tahap awal terhadap buku kumpulan puisi

berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut serta membaca ulasan-ulasan

dari pembaca lain terkait buku kumpulan puisi tersebut.

2. Menentukan topik, yakni ekspresi urban dalam buku kumpulan puisi

tersebut untuk kemudian dirancang rumusan masalah yang akan dibahas.

3. Menentukan teori yang tepat sesuai dengan objek material (buku

kumpulan puisi) serta dapat menunjang proses penelitian ini.

19

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4. Melakukan proses pembacaan tahap lanjutan terhadap buku kumpulan

puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut secara teliti dan memberi

tanda pada puisi-puisi yang bersubstansi oleh ekspresi-ekspresi urban.

5. Menemukan berbagai ekspresi urban untuk kemudian memberi

pengelompokan (klasifikasi) terhadap ekspresi urban tersebut dari buku

kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas

Immanuel dengan memanfaatkan teori semiotika Riffaterre.

6. Menemukan pola ekspresi urban berdasarkan pada klasifikasi terhadap

ekspresi-ekspresi urban dalam buku kumpulan puisi berjudul Karena

Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas Immanuel.

7. Merumuskan interpretasi hasil analisis terhadap buku kumpulan puisi

Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas Immanuel.

8. Memberi simpulan dari hasil analisis buku kumpulan puisi tersebut.

9. Memberi saran.

Proses pembacaan secara hermeneutik mampu dipahami sebagai

pembacaan retroaktif yang mengandalkan kemampuan pembaca dalam ranah

tanda-tanda yang hadir dalam teks sastra (puisi) sebagai upaya merancang

pemahaman membaca teks puisi terkait dengan peristiwa-peristiwa lain yang

berasosiasi dengan berbagai tanda tersebut. Pembacaan ini adalah interpretasi tahap

dua yang melibatkan banyak kode di luar bahasa sehingga pembaca dapat

mengungkapkan makna teks sebagai sistem tanda (Riffaterre, 1978: 2). Alhasil,

20

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

proses pembacaan tersebut mampu menentukan ketaklangsungan ekspresi serta

mengaktualisasi varian dan model untuk kemudian bertransformasi menjadi

matriks dalam tiap puisi pada buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat

Seperti Maut karya Adimas Immanuel.

1.7 Sistematik Penyajian

Bab 1 berisi pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, dan penelitian

terdahulu. Adapun rincian penyajian pada bab 1 terdiri dari latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat

teoretis dan manfaat praktis, serta batasan konseptual. Landasan teori berisi

mengenai teori yang dimanfaatkan dalam meneliti objek sesuai dengan topik yang

telah ditentukan. Metode penelitian berisi penjelasan melaksanakan penelitian.

Penelitian terdahulu mencakup daftar dan penjabaran penelitian-penelitian yang

telah dilakukan sebelum penelitian ini terlaksana dengan mengacu pada

perbandingan posisi kajian dan arah penelitian ini terhadap penelitian sebelumnya.

Batasan konseptual berisi mengenai penjelasan ruang lingkup fokus kajian pada

penelitian ini.

Bab 2 berisi pembahasan yang meliputi pembacaan hermeneutik,

identifikasi ketaklangsungan ekspresi, matriks, model, serta varian guna

menemukan ekspresi-ekspresi urban melalui penerapan teori semiotika Riffaterre

terhadap lima puisi dalam buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti

Maut karya Adimas Immanuel yang terbit pada tahun 2018 lalu.

21

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Bab 3 berisi lanjutan pembahasan yang meliputi pola ekspresi urban

berdasarkan bentuk-bentuk ekspresi urban yang hadir pada objek, yaitu lima puisi

pada buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas

Immanuel yang terbit pada tahun 2018 lalu.

Bab 4 berisi penutup yang berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan

rangkuman pokok-pokok temuan penelitian, sedangkan saran ialah rekomendasi

yang disampaikan kepada pembaca yang merupakan hasil refleksi penelitian

terhadap temuan penelitian.

22

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II

TELAAH KETAKLANGSUNGAN EKSPRESI

BESERTA MATRIKS, MODEL, VARIAN

SEBAGAI PENGUNGKAP EKSPRESI URBAN

DALAM KUMPULAN PUISI KARENA CINTA KUAT SEPERTI MAUT

2.1 Pengantar

Aspek urban yang termaktub dalam buku kumpulan puisi berjudul Karena

Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas Immanuel yang secara ekspresif berangsur

terhadap lima puisi: “Penjala,” “Pejalan,” “Pencari,” “Pedagang,” serta “Penanya”

menyebabkan adanya makna ganda mengenai pemahaman harfiah tentang urban.

Penelaahan lima puisi tersebut dengan memanfaatkan teori semiotika Riffaterre

bermaksud guna mengidentifikasi tanda-tanda yang mengacu pada berbagai

ekspresi urban beserta tinjauan satu demi satu terhadap bermacam ekspresi urban

tersebut sehingga dalam tiap-tiap puisi tersebut mampu diungkap arah substansi

keurbanannya.

2.2 Formulasi Ekspresi Urban Melalui Semiotika Riffaterre

Urban yang secara ekspresif terdapat dalam lima puisi pada buku kumpulan

puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas Immanuel setidaknya

mampu dicakup oleh tiga operasional teori semiotika Riffaterre: (1) pembacaan

hermeneutik; (2) ketaklangsungan ekspresi; serta (3) matriks, model, varian.

23

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2.1 Ketaklangsungan Ekspresi dalam Puisi

Puisi merupakan salah satu genre sastra yang memungkinkan adanya

penyajian gagasan dan ekspresi dari penyair secara tidak langsung. Menurut

Riffaterre (1978: 2), ketaklangsungan ekspresi disebabkan oleh tiga hal, yaitu

penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of

meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning).

2.2.1.1 Penggantian Arti (Displacing of Meaning)

Pemanfaatan bahasa kiasan seperti simile, metafora, personifikasi, alegori,

metonimia, sinekdoki, dan perbandingan epos merupakan proses penggantian arti.

Proses tersebut memungkinkan menandai kesan imajis dan puitis dalam suatu kata,

kalimat, atau bait. Beberapa pemanfaatan bahasa kias yang ditemukan pada buku

kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas Immanuel

sebagai berikut.

a. Metafora

Pemanfaatan bahasa kias yang mengungkapkan perbandingan secara

langsung dua hal yang berbeda guna menyamakannya. Penggunaan bahasa kias

metafora dapat ditemukan pada penggalan berikut.

(01) Kucari kau tanpa tahu persis harus ke mana,


sebab dalam waktu kita adalah ikan yang harus
berenang sampai mampus terjala
(Adimas, 2018: 27).
Pada kutipan tersebut juga memanfaatkan ikan sebagai pembanding bagi

tokoh kita liris. Hal tersebut nampaknya serupa dengan penjelasan mengenai jiwa

yang selalu licin dan bersisik dengan asumsi jiwa tersebut sangat susah untuk

24

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dipegang atau memegang sebuah prinsip. Tokoh kita liris juga merasakan terjebak

(yang pada kutipan di atas dimaknai dari diksi terjala) ketika mereka ‘berenang.’

Tentunya hal tersebut dapat direlasikan dalam suatu kehidupan seseorang yang

mengalami kebuntuan ketika dia menjalani dan mengembangkan hidupnya.

b. Personifikasi

Personifikasi merupakan salah satu jenis pemanfaatan bahasa kias yang

menganggap bahwa benda mati mampu berperilaku layaknya manusia.

Pemanfaatan bahasa kias personifikasi dapat dilihat sebagai berikut.

(02) Sesaat gurun dan samudra terdiam


dalam lamunan-lamunan tak bertuan
sebelum tangismu pecah: kau, kalam
(Adimas, 2018: 11).

Kutipan di atas menggambarkan penampakan alam berupa gurun dan

samudra mampu terdiam. Hal tersebut dapat diyakini sebagai salah satu cara bahasa

kias personifikasi mewujudkan gurun dan samudra berdiam diri seperti yang

dilakukan oleh manusia. Maka dari itu, tidak dapat dipungkiri bahwa jika gurun dan

samudra mampu berdiam, mereka pun juga akan dapat bergerak layaknya manusia

pada umumnya. Diksi ‘diam’ pada penggalan puisi di atas secara implisit

berorientasi pada gurun dan samudra yang memiliki nyawa.

(03) Sebab cinta akan membangunkan kita di dunia yang lain


pada perjumpaan yang lain, ketika kita sama-sama
tersangkut di jala nelayan tua yang tidak
benar-benar menangkap
tapi juga tidak akan melepas kita
(Adimas, 2018: 27).

25

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pada kutipan tersebut, diksi ‘cinta’ seolah mampu memiliki kemampuan

untuk membangunkan tokoh kita liris. Cinta yang identik dengan kata benda

(nomina) telah mengalami perubahan etimologi ketika memanfaatkan bahasa kias

personifikasi “membangunkan” yang pada akhirnya kata ‘cinta’ berafiliasi sebagai

kata benda berupa suatu subjek yang mampu melakukan hal yang dilakukan oleh

manusia.

(04) Pagi melemparkan diri kita ke atas mobil bak terbuka


di antara sayur-mayur, buah-buahan, rempah-rempah, dan
kacang-kacangan
(Adimas, 2018: 69).

Pemanfaatan bahasa kiasan berupa personifikasi selanjutnya hadir pada

kutipan di atas yang menganggap pagi memiliki kekuatan untuk melemparkan

tokoh kita liris sebagai dua manusia. Waktu pagi yang sangat secara denotatif

memiliki nuansa damai, tentram, dan sejuk seolah memiliki makna yang sangat

berbeda ketika diberi predikasi berupa ‘melemparkan.’ Tokoh aku liris seakan tidak

berdaya di hadapan pagi yang begitu kasar hingga mampu melemparkan mereka

berdua ke atas mobil bak terbuka. Pagi dinarasikan sebagai sosok yang kuat dan

kasar.

c. Hiperbola

Bahasa kias berupa hiperbola dipahami sebagai pernyataan yang melebih-

lebihkan daripada wujud sebenarnya mengenai suatu hal. Pemanfaatan hiperbola

seolah memberi kesan ‘meledak-ledak’ yang dapat memengaruhi tafsiran makna.

Beberapa penggunaan bahasa kias hiperbola yang ditemukan sebagai berikut.

26

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(05) Kau tak ada di mana-mana dan ketiadaanmu meluap


menjadi berita-berita, menjadi duka dan derita
menjadi penyakit dan bencana, menjadi kota-kota
yang memulai hari dengan kematian
sebagai tajuk utama
(Adimas, 2018: 27).

Kutipan di atas memberi pandangan terhadap tokoh kau liris yang seolah

menjadi pusat dari kehidupan sebuah kota. Maka dari itu, ketika tokoh kau liris

diyakini hilang menjadi tidak ada dan enggan mampu ditemukan akan terjadi suatu

peristiwa yang kacau (chaos). Ketidakadanya tokoh kau liris memunculkan repetisi

kata berupa ‘menjadi’ yang diikuti dengan peristiwa yang kurang baik. Tokoh kau

liris dianggap sebagai juru selamat (messiah) yang dipahami bahwa lingkungan

akan rusak ketika sosok tersebut tidak hadir. Lingkungan akan penuh dengan duka

dan derita, penyakit dan bencana, bahkan masyarakat kota akan selalu menemukan

berita berisi tajuk utama yang penuh dengan hilangnya harapan serta hidup.

(06) Kendaraan ini menuju sebuah pasar, hiruk-pikuk pesona kita


remuk, habis dimangsanya. Kepada mereka kita serahkan:
sawah-sawah, ladang buah, padang bunga bukit, air hujan,
sungai, wewangian hutan, hati yang menyala dan kerinduan
yang tak kunjung sirna
(Adimas, 2018: 69).

Kutipan di atas menunjukkan suatu kondisi ramai dalam sebuah pasar yang

seolah menjadi ancaman bagi tokoh kita liris. Tokoh kita menganggap bahwa

mereka akan binasa tanpa sisa di hadapan pasar tersebut. Selain itu, harta/sumber

daya yang tokoh kita liris miliki akan terampas, bahkan kisah cinta (hati dan rindu)

sekali pun. Hal itu dapat menandakan bahwa pasar tidak selalu berkaitan dengan

kesejahteraan, tetapi juga mampu menghabisi siapa saja tanpa terkecuali.

27

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

d. Metonimia

Bahasa kias metonimia merupakan pemanfaatan deskripsi suatu hal untuk

dihubungkan dengan hal yang lain. Contoh pemanfaatan bahasa kias berupa

metonimia yang ada pada kumpulan puisi sebagai berikut.

(07) Sekali lagi, bisakah kau


meyakinkan kami
dengan apa harus menjala
jiwa kami sendiri, yang miskin
yang penuh sisik dan licin ini?
(Adimas, 2018: 11).

Pada kutipan di atas, tokoh kami liris memiliki anggapan mengenai jiwa

mereka yang mampu digambarkan bersisik dan licin yang mengarah kepada

perwujudan anatomi ikan. Di sisi lain, tokoh kau liris seolah adalah subjek yang

mampu memberikan keselamatan berupa sikap yakin bagi tokoh kami liris, walau

kutipan puisi di atas memiliki kesan retoris dan masih samar mengenai berhasil atau

gagalnya ‘juru selamat’ tersebut menyelamatkan jiwa-jiwa yang penuh sisik dan

licin.

(08) Kau mengemasi dirimu


mengepak baju dan vas bunga
segulung linen dan satin
surat-surat dan perada
(Adimas, 2018: 19).

Kutipan di atas memberi gambaran bahwa tokoh kau liris seolah menjadi

pusat dari benda-benda mewah yang identik dengan wanita. Tokoh kau liris yang

mendapat predikasi ‘mengemasi diri’ dapat menandakan bahwa ia juga sedang

mengepak kemewahan-kemewahan yang diasosiasikan kepada dirinya. Hal

28

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tersebut memberi tanda bahwa ada jarak yang tidak begitu jauh antara tokoh kau

liris (berposisi sebagai manusia) dengan benda-benda mati yang mewah.

(09) Kita diberi sepasang sayap,


tapi tak semata burung, kita terima kebebasan tapi
tak diajar bersuara

(Adimas, 2018: 69).

Penggalan puisi di atas memanfaatkan diksi ‘sayap’ sebagai atribut yang

disematkan kepada tokoh kita liris yang berposisi sebagai manusia. Keberadaan

diksi ‘sayap’ tersebut memunculkan suatu persepsi mengenai burung, tetapi tokoh

kita liris seolah menolak bahwa mereka mampu terbang layaknya burung. Hal

serupa juga terjadi ketika sebuah kebebasan yang diberikan kepada tokoh kita liris

gagal menciptakan sebuah hak yang dimiliki oleh mereka, yaitu kebebasan untuk

bersuara. ‘Sayap’ dan ‘kebebasan’ seolah menjadi dua hal yang asing bagi tokoh

kita liris, walau tokoh tersebut sadar bahwa mereka memilikinya.

2.2.1.2 Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning)

Penyebab terjadinya penyimpangan arti dikarenakan adanya ambiguitas,

kontradiksi, dan nonsense. Pada penelitian terhadap buku kumpulan puisi berjudul

Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas Immanuel, penyimpangan arti dapat

ditemukan sebagai berikut.

a. Ambiguitas

Ambiguitas atau kegandaan makna dapat terjadi pada sebuah frasa, klausa,

maupun kalimat. Pemanfaatan ambiguitas bertujuan untuk memberi kesan

29

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

samar/misteri bagi keberadaan makna dalam suatu karya sastra, terutama puisi.

Contoh ambiguitas pada buku kumpulan puisi objek penelitian ini sebagai berikut.

(10) Siang ini kita lewati lagi


jalan berbatu, pasar dan taman
rumah-rumah dan binatu.
Kita masuk dalam kerumunan:
mempercakapkan sesuatu
tertawa karena sesuatu
bersedih karena sesuatu
(Adimas, 2018: 19).

Penggalan puisi di atas memuat kegandaan makna (ambiguitas) pada diksi

‘sesuatu’ yang direpetisikan sebanyak tiga kali. Hal tersebut seolah memberikan

ketidakjelasan bagi tokoh kita liris mengenai hal-hal yang membuat mereka tertawa

dan bersedih. Diksi ‘sesuatu’ dapat dimaknai sebagai hal yang misterius.

Asumsinya ialah tokoh kita liris bersedih karena sesuatu yang seharusnya membuat

bahagia serta juga bisa bahwa sesuatu yang membuat mereka tertawa adalah yang

semestinya menyebabkan mereka bersedih.

b. Kontradiksi

Kontradiksi memuat suatu pertentangan yang disebabkan oleh bahasa kias

ironi maupun paradoks. Pada buku kumpulan puisi, kontradiksi yang ditemukan

berjenis paradoks yang dapat dicantumkan sebagai berikut.

(11) Bagian mana dari sisi bumi


yang berhak kumiliki
jika satu-satunya kekuatan
adalah kelemahlembutan?
(Adimas, 2018: 95).

30

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kutipan penggalan puisi di atas mengacu kepada diksi ‘kekuatan’ yang

dimaknai dari tokoh aku liris sebagai sebuah sikap yang lemah lembut. Hal itu

membuat proses deskripsi kata ‘kekuatan’ tidak lagi dihubungkan dengan hal yang

keras dan kasar. Di sisi lain pun, lemah lembut juga tidak harus dikaitkan dengan

hal yang gemulai. Kelemahlembutan dianggap sebagai salah satu kekuatan yang

dimiliki oleh tokoh aku liris.

2.2.1.3 Penciptaan Arti (Creating of Meaning)

Penciptaan arti dalam kovensi sastra puisi dibentuk melalui pemanfaatan

visual yang secara tatanan linguistik tidak memiliki makna. Hal tersebut

memungkinkan adanya makna lain yang hadir di luar organisasi teks puisi.

Penciptaan arti dapat berupa pembaitan, persajakan (rima), tipografi, enjambement,

dan homologues. Pada penelitian terhadap buku kumpulan puisi Karena Cinta Kuat

Seperti Maut karya Adimas Immanuel, penciptaan arti dapat ditemukan sebagai

berikut.

a. Pembaitan dan Persajakan

Pembaitan merupakan proses pengaturan bait-bait dalam teks puisi. Hal

tersebut dilakukan guna memberikan kesan rapi dan dapat diketahui akumulasi

penulisan baris dalam tiap bait pada sebuah puisi. Adapun pemahaman terhadap

aspek persajakan (rima) merupakan pemanfaatan bunyi akhir. Pada buku kumpulan

puisi Karena Cinta Kuat Seperti Maut, sang penulis (Adimas Immanuel)

menyajikan pembaitan sebagai berikut.

31

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1. Puisi Berjudul “Pejalan”

Siang ini kita lewati lagi a


jalan berbatu, pasar dan taman b
rumah-rumah dan binatu. c
Kita masuk dalam kerumunan: b
mempercakapkan sesuatu c
tertawa karena sesuatu c
bersedih karena sesuatu. c
Lalu kita kehabisan waktu. c
Tak ada yang bisa menyatu c
di kandasan usang itu. c
Kau mengemasi dirimu c
mengepak baju dan vas bunga b
segulung linen dan satin a
surat-surat dan perada. b
Kaubereskan sesuatu c
yang tak pernah ada. b
“Jangan pergi,” pintaku. c
“Bukankah kepergianku c
memulangkanmu?” sahutmu c
(Adimas, 2018: 19).

Puisi berjudul “Pejalan” terdiri atas tiga bait dengan variasi baris tiap bait

bervariasi, yaitu 7-9-3 dengan persajakan a-b-c-b-c-c-c, c-c-c-c-b-a-b-c-b, dan c-c-

c. Karakteristik tiap bait yang memiliki baris dengan jumlah ganjil. Selain itu, hal

yang menarik pada puisi di atas terdapat pada baris yang diakhiri dengan rima

bervokal huruf [u] secara kontinyu, yang terdapat pada bait pertama baris ke-5, 6,

dan 7, bait kedua baris ke-1, 2, 3, dan 4, serta pada bait ketiga di dalam semua baris

(1, 2, dan 3). Hal tersebut memberikan kesan sedih yang berorientasi kepada tokoh

aku dan kau liris sebagai dua figur yang diorientasikan mengalami perpisahan

secara perlahan.

32

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Puisi Berjudul “Penanya”

Bagian mana dari sisi bumi a


yang berhak kumiliki a
jika satu-satunya kekuatan b
adalah kelemahlembutan? b
Kauberikan tanah, berbagai wilayah b
rumah-rumah, kemah-kemah, b
tapi tak ada yang bisa kumasuki a
tanpa menumpahkan darah b
di depan pintu mereka b
Bagian mana dari sisi bumi a
yang bebas kutinggali a
tanpa harus kumeterai a
dengan tangis dan ngeri? a
(Adimas, 2018: 95).

Pada puisi berjudul “Penanya,” karakteristik pembaitannya juga bervariasi,

yaitu 4-5-4 dengan rima a-a-b-b, b-b-a-b-b, dan a-a-a-a. Hal menarik yang dapat

ditemukan pada puisi tersebut ialah repetisi yang hadir pada bait pertama baris

pertama dengan bait ketiga baris pertama juga. Selain memanfaatkan diksi ‘bumi’

yang diulang sebanyak dua kali, rima bervokal [i] juga turut memberikan ketegasan

dalam beretorika bahwa antara bait pertama dan bait ketiga adalah sebuah

pertanyaan terhadap jawaban yang belum ditemukan keabsahannya.

b. Enjambement

Enjambement merupakan loncatan tatanan makna dari satu bait kepada bait

yang lain. Pada buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut,

enjambement yang berusaha dihadirkan penulis sebagai berikut.

Jejak-jejakmu masih berbekas di sini.


Jejak langkah anak yang ketakutan

33

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

memikul beban lintas waktu sendirian.


Sesaat gurun dan samudra terdiam
dalam lamunan-lamunan tak bertuan
sebelum tangismu pecah: kau, kalam.
Kelak jejak itu membekas di mana-mana
di muka kemah-kemah yang ditinggalkan
dalam rumah-rumah kosong peribadatan
dalam jiwa yang menyeru tuhan, tuhan!
Jutaan orang keluar dari negerinya
menanggalkan jubah dan kasut
meninggalkan ibunya dan masa muda
berebut menjemput kematangan diri
pada pintu perkabungan ujung hari.
Mereka orang-orang yang menyambutmu
ketika kau mengakhiri pengembaraan.
Yang menggantikanmu turun ke laut,
ke hutan, ke jalan-jalan penuh kelokan.
Yang menggambar wajahmu di dinding kota
di buku, di remah roti, di mata anjing tua.
Sekali lagi, bisakah kau
meyakinkan kami
dengan apa harus menjala
jiwa kami sendiri, yang miskin
yang penuh sisik dan licin ini?
(Adimas, 2018: 11).

Puisi berjudul “Penjala” tersebut pada bait 1, 2, 3, dan 4 membicarakan

tokoh kau liris yang dibicarakan sebagai sosok yang memiliki substansi penting

dalam kehidupan alam. Selain itu pula, beberapa kali juga disebutkan diksi ‘orang-

orang’ yang seolah menjadi pemuja dari tokoh kau liris tersebut. Namun, pada bait

ke-5 dimunculkan subjek sudut pandang orang pertama jamak berupa kami liris

yang menganggap jiwa mereka seperti ikan yang bersisik dan licin. Hal tersebut

seolah memberi transisi berbeda dari bait-bait sebelumnya ketika dipaparkan

mengenai keadaan beserta penghuninya yang kusyuk ketika memuja tokoh kau liris.

34

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2.2 Tafsir Varian-Model sebagai Pembangun Matriks Ekspresi Urban

Metode perumusan matriks yang hadir dari puisi-puisi bermuatan ekspresi

urban yang telah dikurasi dari buku kumpulan puisi Karena Cinta Kuat Seperti

Maut bermula dari proses uraian satu demi satu varian yang berfokus pada

penafsiran terhadap tiap-tiap puisi secara utuh. Alhasil, melalui varian dapat

digagas pemerolehan model yang memiliki susunan lebih sederhana berupa frasa,

klausa, hingga kalimat yang diekspresikan tersirat melalui tiap-tiap varian.

(1) Tafsir Varian

Adapun varian-varian berfokus melalui pemaparan puisi-puisi (“Penjala,”

“Pejalan,” “Pencari,” “Pedagang,” dan “Penanya”) yang telah ditafsirkan guna

dikemukakan sebagai berikut.

a. Puisi “Penjala”

Puisi berjudul “Penjala” menawarkan substansi urban yang mengacu

kepada penampakan alam dan penampakan sosial yang sama-sama dilanda oleh

kesunyian. Hal tersebut yang sekiranya menjadi awal pemunculan tokoh ‘-mu’ yang

sepadan dengan komposisi tokoh kau liris dalam puisi. Tokoh tersebut dianggap

tersendiri ketakutan dalam menjalani kehidupan yang begitu senyap hingga

dikiaskan bahwa jejak tokoh kau liris tersebut masih membekas di sudut-sudut

daerah tanpa terhapus oleh apa pun serta siapa pun. Adapun tokoh tersebut juga

berposisi sebagai juru selamat yang digadang-gadangkan oleh tokoh ‘kami liris’

yang akan dijelaskan pada paragraf setelah ini.

35

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Indikasi lain mengenai urban yang terkandung dalam puisi berjudul

“Penjala” juga hadir melalui pengadaan suatu penduduk dengan acuan berupa tokoh

‘kami liris’ yang berusaha mencari kemakmuran di wilayah yang lain dengan cara

meninggalkan wilayah lama mereka. Siratan dalih berupa ‘perkabungan diri’ yang

‘kami liris’ yakini mengenai perbuatan mereka dengan cara mengorbankan

kenyamanan rumah, warna masa muda, hingga meninggalkan Ibu mereka adalah

sebab utama mereka bernasib bagaikan ikan di kehidupan yang baru: bersisik dan

licin. Fase yang ditanggung oleh ‘kami liris’ tidak terlepas dengan kondisi mereka

yang kehilangan juru selamat yang bahkan tanpa sepengetahuan mereka memiliki

kelemahan ketika mengarungi perubahan kehidupan.

b. Puisi “Pejalan”

Munculnya visualisasi kehidupan perkotaan yang penuh dengan kerumunan

dan tengara-tengara ruang publik, seperti taman dan pasar yang menjadi lingkungan

sosial tempat hidup tokoh aku dan kau liris. Munculnya suatu ide berupa kata

simbolik “kerumunan” yang identik dengan ramai dan bahagia, justru dalam puisi

ini dipahami sebagai sesuatu yang menyedihkan. Selain itu, keberadaan objek-

objek berupa nomina sederhana, yakni perada, vas bunga, serta gulungan linen yang

dapat dijadikan tolok ukur mengenai ragam objek kehidupan urban yang ada pada

puisi “Pejalan.” Bukan tanpa akibat, kedua tokoh (aku dan kau liris) seolah

mengalami fase perpisahan sebagai sisi negatif adanya kondisi lingkungan yang

tidak bersahabat tersebut. Adapula asosiasi antara diksi “kepergian” dan

“memulangkan” yang dikemas menjadi dilema terhadap tokoh aku dan kau liris

36

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sehingga menimbulkan suatu tragedi di dalam penggambaran suasana urban dalam

kota pada puisi berjudul “Pejalan.”

c. Puisi “Pencari”

Puisi “Pencari” juga kembali membubuhkan suasana kehidupan urban yang

mengarah kepada cara pandang terhadap penduduk yang tinggal di suatu wilayah

kota urban. Pada puisi ini, figur tokoh aku liris lebih condong kepada daya imajinasi

yang ia bangun mengenai peristiwa kehilangan tokoh kau liris. Tokoh aku liris

menganggap bahwa kekacauan yang terjadi di kota urban tersebut akibat dari

hilangnya tokoh kau liris yang kemudian menjadi suatu tragedi bagi masa lampau,

masa kini, hingga masa depan tokoh aku liris dengan ditandai oleh acuan “duka dan

derita” beserta “penyakit dan bencana.”

Kelindan permasalahan antara tokoh aku dan kau liris mengarahkan kepada

eksistensi “cinta” yang diharapkan menjadi kekuatan bagi mereka berdua untuk

kembali bersama. Keniscayaan seperti itu muncul akibat asumsi dari tokoh aku liris

yang memaknai kota seperti laut sehingga tokoh aku beserta tokoh kau liris ibarat

ikan yang menanti untuk terjala oleh nelayan. Keadaan kota yang dimaksud

merupakan imajinasi lebih lanjut dari tokoh aku liris yang merasa sia-sia atas segala

usaha dalam menemukan tokoh kau liris di dalam urban perkotaan yang penuh

ketidakpastian.

d. Puisi “Pedagang”

Perwujudan deskripsi mengenai sistem perdagangan di pasar yang muncul

dalam puisi berjudul “Pedagang” menciptakan suatu kejanggalan, terutama pada

37

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

fungsi pasar. Hal tersebut diawali mengenai tokoh aku dan kau liris yang

disepadankan oleh bahan-bahan makanan: sayur-mayur, buah-buahan, dan kacang-

kacangan. Artinya, dari keragaman bahan-bahan makanan tersebut, bisa dikatakan

bahwa warna segar atau warna yang telah pudar diafiliasikan kepada aura dari tokoh

aku dan kau liris, walau mereka merasa bahwa telah diberi anugerah dengan

condong kepada diksi “sayap” dan “burung” sebagai premis mengenai kebebasan.

Namun, mereka juga mendapati diri mereka berdua ialah kerugian yang diakibatkan

oleh kehidupan pasar.

Selain itu, proses pengadaan kesedihan dalam puisi berjudul “Pedagang”

atas tokoh aku dan kau liris mengacu kepada ‘usaha agraria’ dua tokoh tersebut.

“Kebun” yang menjadi simbolitas tempat bagi tokoh aku dan kau liris dalam

bertempat tinggal yang seharusnya mampu ‘memanen’ banyak buah dan sayur

sebagai salah satu bentuk kebahagiaan, justru mereka berdua seolah dirantai di

kebun sendiri. Mereka tidak sanggup untuk ‘saling menggoda’ dan ‘mencuri’

pandang’ sebagai bentuk sisi romansa seperti pasangan manusia pada umumnya.

Fenomena demikian tentu tidak lepas dari penggambaran mengenai pasar

sebelumnya yang pada puisi “Pedagang” ini dicitrakan sebagai tempat penuh

kerugian dan kekerasan.

e. Puisi “Penanya”

Puisi berjudul “Penanya” memiliki substansi mengenai urban dengan cara

memberi suatu kontradiksi atas segala yang terjadi dalam kehidupan urban.

Keprihatinan tokoh aku liris dalam mencerna tempat tinggal berupa “rumah-

38

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

rumah,” “kemah-kemah,” bahkan suatu “wilayah” yang menjadi hak kenyamanan

bagi penduduk justru menjadi sesuatu yang membahayakan. Ketidakberdayaan

tokoh aku liris yang menganggap ‘kekuatan’ yang ia miliki merupakan

‘kelemahlembutan.’ Artinya, tidak ada yang bisa ia lakukan selain melihat adanya

pertumpahan darah akibat bahaya yang ada pada urban perkotaan dalam puisi

berjudul “Penanya.”

(2) Perumusan Model

Model yang dapat dirumuskan berdasarkan lima varian yang telah

diwujudkan dari lima puisi (“Penjala,” “Pejalan,” “Pencari,” “Pedagang,” hingga

“Penanya”) sebagai berikut.

a. Manusia-manusia yang merasa gagal (miskin) akibat kehilangan juru

selamat dan tidak memiliki prinsip dalam kehidupan urban merasa ibarat

ikan, yaitu bersisik dan licin sehingga tidak mampu beraktivitas secara

maksimal sebagai manusia.

b. Kerumunan yang terdapat pada urban perkotaan tidak selalu mampu

dianggap sebagai bentuk keramaian atau kebahagiaan. Adakalanya dari

keramaian tersebut justru menyebabkan sebuah kesedihan.

c. Adanya kontradiksi dalam kehidupan urban mengenai dua hal yang

sekiranya bertolak belakang justru menjadi sebab-akibat (kausalitas)

sebagai pengadaan permasalahan: kepergian mampu mengembalikan suatu

hal dan kekuatan tidak selalu dihubungkan dengan kasar dan tegas.

39

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

d. Suatu kekacauan dalam kondisi urban dapat menimbulkan sebuah

imajinasi yang lebih kacau hingga memengaruhi aspek-aspek kehidupan

yang sekiranya baik-baik saja justru lebur dan mengganggu ketentraman.

e. Pasar yang selama ini dipahami sebagai tempat transaksi yang

diasumsikan mampu menciptakan keuntungan di antara penjual dan

pembeli justru dapat menampilkan sisi buruk dari regulasi pasar, yaitu

adanya kerugian yang ‘menghantui’ siapa saja, bahkan terhadap individu

atau pihak yang telah berusaha dan berkorban sangat keras.

f. Kenyamanan dan keamanan yang seharusnya menjadi hak bagi seluruh

penduduk lingkungan urban justru hilang sehingga kehidupan urban

diyakini sebagai kehidupan yang penuh bahaya dan dapat menimbulkan

korban jiwa.

g. Kematian merupakan salah satu akibat dari adanya perubahan kondisi

sosial kehidupan urban yang diawali dari culture shock dan culture lag yang

teralami oleh masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh ketidaksiapan

masyarakat secara jasmani maupun rohani dalam menyongsong

kehidupan dan peradaban yang tidak pernah konstan.

(3) Aktualisasi Matriks

Matriks dirancang dengan cara ‘mengkristalisasi’ tujuh poin dalam

perumusan model pada pembahasan sebelumnya yang ditemukan pada lima puisi

berjudul “Penjala,” “Pejalan,” “Pencari,” “Pedagang,” dan “Penanya.” Adapun

matriks yang dapat dirancang adalah sebagai berikut.

40

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

a. Kondisi merugi dalam suatu kegiatan sosial berupa transaksi beserta

adanya pertumpahan darah akibat kesenjangan antara masyarakat kecil

dengan pemangku kebijakan dalam kondisi urban dapat mengaktualisasi

matriks mengenai pengorbanan dalam urban.

b. Kehilangan jiwa yang mengandung prinsip hidup dalam kondisi urban

akibat kepergian subjek atau objek yang begitu dicintai dapat

mengaktualisasi matriks mengenai keraguan berkehidupan urban.

c. Perubahan kondisi urban yang ditandai dengan peristiwa culture shock

dan culture lag yang melanda dalam suatu penampakan alam atau pada

kerumunan serta kependudukan kota dapat mengaktualisasi matriks

mengenai dinamika sosial urban.

d. Individu-individu yang terpaksa merelakan cinta akibat suatu hal yang

mendesak dalam ruang urban hingga menciptakan kesedihan serta

kepedihan mendalam dapat mengaktualisasi matriks mengenai tragedi

urban.

e. Suasana kacau (chaos) yang menyebabkan munculnya suatu imajinasi

berupa utopia dari tiap-tiap penduduk dalam kondisi lingkungan urban dapat

mengaktualisasi matriks mengenai kulminasi urban.

2.3 Tinjauan Ekspresi-Ekspresi Urban

Proses aktualisasi matriks terhadap varian dan model yang ditemukan pada

beberapa puisi dalam buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti

Maut menemukan lima bentuk ekspresi urban. Adapun lima ekspresi urban

41

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tersebut, antara lain pengorbanan dalam urban, keraguan berkehidupan urban,

dinamika sosial urban, tragedi urban, dan kulminasi urban.

Lima aspek keurbanan yang secara ekspresif terwujud dari hasil varian,

model, hingga matriks juga dapat mengarahkan kepada gagasan secara universal

mengenai urban: Urban Sprawl dan Wilayah Peri Urban. Maksud dari Urban

Sprawl adalah fenomena pelebaran kota, sedangkan Wilayah Peri Urban ialah

pengambilan area di pinggiran kota. Lekat kemungkinan urban yang tersirat pada

lima puisi (“Penjala,” “Pejalan,” “Pencari,” “Pedagang,” dan “Penanya”) di dalam

buku Karena Cinta Seperti Maut karya Adimas Immanuel cenderung pada gagasan

Wilayah Peri Urban dengan asumsi kata “pengambilan” dengan kesepadanan

kaitan adanya suatu hal atau peristiwa yang terjadi menyimpang dari kadarnya

beserta dampak yang meliputinya. Adapun lima ekspresi urban yang dapat ditinjau

serta direlasikan mengenai Wilayah Peri Urban dalam beberapa puisi sebagai

berikut.

2.3.1 Pengorbanan dalam Urban

Secara harfiah, sifat yang pengorbanan hidup begitu lekat mengenai urban

memiliki wujud yang beragam dalam proses perkembangannya di suatu wilayah

kota. Berkumpulnya seluruh individu yang dilatarbelakangi oleh budaya hingga

agama menyebabkan adanya asimilasi dalam pembentukan urban. Urban dalam

KBBI memiliki dua pengertian: (1) berkenaan dengan kota; bersifat kekotaan; (2)

orang yang berpindah dari desa ke kota. Peristiwa mobilisasi dari satu zona ke zona

lain menyebabkan adanya beberapa pergeseran yang dapat menyebabkan

ketidaksesuaian kadar fungsional suatu hal. Adanya kerumpangan tersebut dapat

42

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dijumpai pada pengalaman tokoh aku liris dalam buku kumpulan puisi berjudul

Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas Immanuel yang digambarkan pada

dua puisi berjudul “Penjala” dan “Pedagang.” Berikut penggalan teks puisi yang

menunjukkan karakteristik urban dalam lingkup pemahaman pergeseran fungsional

pada suatu hal.

(12) Kelak jejak itu membekas di mana-mana


di muka kemah-kemah yang ditinggalkan
dalam rumah-rumah kosong peribadatan
dalam jiwa yang menyeru tuhan, tuhan!
-----

(13) Jutaan orang keluar dari negerinya


menanggalkan jubah dan kasut
meninggalkan ibunya dan masa muda
berebut menjemput kematangan diri
pada pintu perkabungan ujung hari
(Adimas, 2018: 11).

Kutipan (12) yang telah dibubuhkan di atas menunjukkan sudut pandang

orang pertama yang membicarakan karakteristik atau sifat khas dalam urban dengan

memerhatikan kata ‘ditinggalkan,’ yang dapat berasosiasi pada kata ‘kosong.’

Penggambaran suasana kemah atau bisa dikatakan sebagai hunian yang telah

dibengkalaikan oleh pemiliknya dan rumah ibadah yang kosong telah memberi arah

bahwa konsep dalam penggalan tersebut adalah tempat berlindung manusia yang

mengalami ketidaknormalan fungsi. Hunian-hunian yang didesain sangat megah

beserta tempat ibadah yang dibangun dengan begitu mewah yang memiliki tujuan

utama sebagai tempat terbaik untuk bermukim, berteduh, dan beribadah bukan

43

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

menjadi patokan utama bahwa akan sering dikunjungi bahkan ditinggali oleh

banyak manusia.

Kutipan nomor (13) yang dicantumkan di atas seolah memberikan

peleburan makna karakteristik urban yang menganggap bahwa berbondong-

bondong orang telah memberanikan diri mengeksplorasi wilayah asing (keluar dari

negerinya sendiri) guna mendapatkan sebuah daya hidup baru yang belum pernah

ditemukan di daerah asalnya. Mereka yang pergi menuju wilayah asing yang jauh

dari kehangatan rumah yang dapat direlasikan dengan diksi ‘Ibunya’ dan merelakan

masa muda yang seyogyanya dilakukan dengan penuh tawa gembira. Karakteristik

urban dalam penggalan tersebut mampu menjelaskan bahwa usia bukanlah menjadi

hal utama dalam menjalani masa urban, justru dari datangnya fase urban tersebut

harus mampu dihadapi dengan penuh keyakinan dengan meninggalkan atau

mengorbankan segala sisi lain hidup demi menemukan sisi yang belum pernah

tercapai dalam hidup. Peristiwa semacam itu tentu sebagai wujud dari proses

peradaban manusia yang selalu berinovasi secara turun-temurun tanpa mengubah

sistem tujuan hidup manusia yang telah dikenal secara konvensional: revolusi.

Adanya ketidaknormalan fungsi yang diakibatkan oleh hidup manusia di sebuah

negeri yang telah ditinggalkan apabila dipandang melalui konsep Wilayah Peri

Urban dapat menjadi penentu bahwa perkembangan urban tidak hanya dilakukan

secara fisik (pembukaan lahan baru/penggusuran), tetapi juga dilaksanakan melalui

pemengaruhan paradigma manusia yang akan diambil alih sumber dayanya atau

wilayahnya sehingga mereka berbondong-bondong untuk memilih hal yang lebih

44

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

baru dengan mengedepankan asumsi yang terpengaruh dari pihak yang berusaha

memperluas intensitas urban.

(14) Kendaraan ini menuju sebuah pasar, hiruk-pikuk pesona kita


remuk, habis dimangsanya. Kepada mereka kita serahkan:
sawah-sawah, ladang buah, padang bunga bukit, air hujan,
sungai, wewangian hutan, hati yang menyala dan kerinduan
yang tak kunjung sirna
(Adimas, 2018: 69).

Kutipan (14) memiliki makna secara gamblang mengenai karakteristik

urban yang hadir pada puisi berjudul “Pedagang.” Sudut pandang jamak berupa

‘kita’ telah memberikan satu hal pokok mengenai terjadinya urban, yaitu dampak

yang harus dialami dalam sumber daya dalam lingkungan. Penggunaan rincian diksi

yang tertulis pada kalimat kedua di kutipan tersebut seolah mewakili keadaan ragam

alam yang sebelumnya telah berpredikasi ‘(di)serahkan’ seakan keberadaan alam

tersebut akan dihilangkan guna membangun taraf urban yang semakin hari semakin

besar persentasenya bagi hidup manusia. Diksi ‘kendaraan ini’ ibarat laju

kehidupan konvensional yang semakin mendekati suasana urban yang penuh teka-

teki. Mengacu pada konsep Wilayah Peri Urban yang menganggap perluasan

daerah kota sebagai kiblat urban diharuskan mengambil area pinggiran kota yang

notabene masih memiliki kekayaan alam asli. Peristiwa itulah yang sekiranya

menjadi ‘keremukan’ bagi jalan hidup tokoh kita yang selama ini masih

mengandalkan hidup sepenuhnya dari keasrian alam dengan dihadapkan pada satu

fase ketika dampak urban mulai melampaui batas perwilayahan suatu lingkungan.

Pemanfaatan daya lingkungan yang berasal dari manusia setempat maupun keasrian

alam sebagai hal yang perlu dikorbankan dalam pengembangan gagasan keurbanan.

45

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(15) Kauberikan tanah, berbagai wilayah


rumah-rumah, kemah-kemah
tapi tak ada yang bisa kumasuki
tanpa menumpahkan darah
di depan pintu mereka
(Adimas, 2018: 95).

Kutipan (15) tersebut memiliki pergerakan kuat dari posisi urban yang

menuntut tokoh aku liris menjadi korban dalam pemanfaatan infrastruktur yang ada

(rumah, kemah, dan wilayah). Akumulasi urban yang berarus abstrak dan kuat

menyebabkan ketidakmampuan tokoh aku guna mempertahankan segala haknya

untuk mendapatkan tempat teduh yang cocok untuk ditinggali. Semua infrastruktur

tersebut seolah ‘menolak mentah-mentah’ kedudukan tokoh aku liris yang

acuannya didasarkan kebermaknaan tokoh kau liris yang tidak dapat dipahami

secara baik bagi kelangsungan urbanitas yang terjadi pada tokoh aku liris.

Simbolisasi urban yang terdapat pada frasa ‘menumpahkan darah’ seakan menjadi

sisi lainnya dalam perluasan urban sebagai kebutuhan utama masyarakat modern.

2.3.2 Keraguan Berkehidupan Urban

Sikap keraguan selalu membayangi dalam proses hidup tiap makhluk yang

berakal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keraguan juga berasosiasi

dengan kalimat kesangsian yang sama-sama menuai pemahaman bahwa tidak

adanya keyakinan untuk menjalani atau memilih keputusan berkehidupan. Pada

buku kumpulan puisi berjudul ‘Karena Cinta Kuat Seperti Maut, kondisi keraguan

yang tersibak dari tatanan urban hadir dalam puisi dengan judul Penjala yang

dicitrakan memiliki lapis ketidakyakinan oleh tokoh kau liris yang mulai berusaha

menghidupi sistem urban. Selain itu, kapasitas tokoh aku liris dikadarkan dengan

46

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

sangat lekat melalui citraan yang ia tempuh selama mengamati pergerakan tokoh

kau liris yang perlahan juga mampu menghadirkan keraguan ke dalam cara berpikir

tokoh aku liris sehingga keduanya diarahkan sebagai dua subjek yang saling tidak

tahu-menahu perihal kondisi alam urban.

(16) Jejak-jejakmu masih berbekas di sini.


Jejak langkah anak yang ketakutan
memikul beban lintas waktu sendirian.
Sesaat gurun dan samudra terdiam
dalam lamunan-lamunan tak bertuan
sebelum tangismu pecah: kau, kalam
-----

(17) Sekali lagi, bisakah kau


meyakinkan kami
dengan apa harus menjala
jiwa kami sendiri, yang miskin
yang penuh sisik dan licin ini?
(Adimas, 2018: 11).

Kutipan (16) yang telah dicantumkan di atas mengandung intesitas tokoh

aku liris yang dengan saksama memerhatikan kondisi alam yang ditandakan melalui

penggunaan diksi ‘gurun’ dan ‘samudra’ yang kehilangan ‘semaraknya’ akibat

perubahan zaman yang sedikit menggeser kedudukan alam sebagai penampakan

yang perlu dijaga. Keberadaan tokoh kau liris yang juga diasosiakan melalui

pemanfaatan pronominal berupa ‘-mu’ tersirat sebagai sosok anak yang menjalani

hidup secara sendiri dan dirundung kesedihan tanpa bisa menikmati kondisi alam

yang kehilangan semaraknya tadi.

Dalam kutipan (17) tersebut tokoh aku liris mencoba untuk meretorika garis

hidup yang sedang dijalani dengan implisit memetaforkan dirinya bersama dengan

47

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tokoh kau liris sebagai ikan yang penuh sisik dan licin. Kelindan kebergantungan

makna yang hadir di antara dua kutipan tersebut adalah kondisi kehidupan daratan

yang sarat kesedihan dan penuh diam (kutipan 16) disebabkan karena kedua tokoh,

yaitu aku-kau liris merasa bagai ikan penuh kepasrahan ibarat terjerat jala nelayan

(kutipan 17) yang tidak sanggup jika harus hidup di daratan dengan kondisi

memiliki sisik dan bersifat licin seperti ikan pada umunya. Dalam kutipan (17) di

atas juga mengindikasikan bahwa tokoh aku liris memasrahkan segala keraguan

kepada tokoh kau yang berkapasitas sebagai kata pengganti untuk alam yang sedang

berada dalam kondisi urban dengan bertumpu pada hilangnya keindahan dan

keramaian yang biasa ditemukan dalam alam. Jika dua kutipan tadi diacukan pada

konsep Wilayah Peri Urban, dapat ditemukan asumsi bahwa kondisi alam yang

diekspresikan penuh kehampaan yang berdampak pada kehilangan keyakinan bagi

manusia yang menghidupinya disebabkan oleh pergerakan urban yang semakin

dinamisnya waktu membutuhkan cakupan yang lebih besar dengan mengganti

penampakan alam menjadi penampakan buatan.

2.3.3 Dinamika Sosial Urban

Kata “dinamika” dalam KBBI memiliki arti: gerak atau tenaga yang

menggerakkan Namun landasan kesimpulan yang dibutuhkan dalam memahami

kata “dinamika” jika dialokasikan pada aspek urban ialah gerak oleh pengaruh kuat

yang mendatangkan akibat yang bersifat positif maupun negatif. Pengaruh urban

yang ditemukan dalam buku antologi puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti

Maut secara ekspresif termaktub dalam tiga puisi yang masing-masing hadir dengan

judul “Penjala,” “Pejalan,” dan “Pencari.” Pengaruh urban yang ada pada tiga puisi

48

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tersebut memiliki akibat yang beragam bagi tokoh aku dan kau liris. Kedua tokoh

tersebut menjumpai semesta urban yang penuh dengan daya positif dan daya negatif

ketika berusaha menelusuri lintang urban.

(18) Mereka orang-orang yang menyambutmu


ketika kau mengakhiri pengembaraan.
Yang menggantikanmu turun ke laut,
ke hutan, ke jalan-jalan penuh kelokan.
Yang menggambar wajahmu di dinding kota
di buku, di remah roti, di mata anjing tua
(Adimas, 2018: 11).

Pada kutipan (18) tokoh aku liris seolah memandang kondisi sosial yang

mendapatkan acuan dari diksi ‘mereka’ sebagai subjek-subjek di luar tokoh liris

(aku dan kau) memberikan perlakuan yang dramatis. Tokoh kau liris mendapat daya

positif dianggap sebagai sosok yang perlu diabadikan pada sudut-sudut hidup

mereka. Diksi ‘pengembaraan’ menjadi tumpuan utama dalam memposisikan tokoh

kau liris yang penuh memiliki kegiatan yang panjang, perjalanan tanpa henti,

bahkan perjuangan tidak kenal usai. Perilaku tokoh kau liris yang dianggap

mengembara erat kaitannya dengan kondisi urban yang beregulasi rigid dan penuh

dengan orang-orang yang mudah memuja dan tidak sulit membenci. Konsepsi

dalam sudut pandang Wilayah Peri Urban yang mencoba untuk melakukan

pembaharuan dalam tatanan sosial lama untuk diubah kepada kondisi sosial yang

baru bisa jadi akan menghadirkan cara berpikir masyarakat setempat yang lebih

sederhana atau bahkan menjadi rumit. Kedua cara pandang tersebut seolah memberi

tanda bahwa fase culture shock yang melanda suatu proses peralihan wilayah dapat

49

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

menyebabkan benturan yang keras antara satu subjek dengan subjek lain, entah

pada akhirnya benturan tersebut mengarah kepada kebajikan atau sebaliknya.

(19) Siang ini kita lewati lagi


jalan berbatu, pasar dan taman
rumah-rumah dan binatu.
Kita masuk dalam kerumunan:
mempercakapkan sesuatu
tertawa karena sesuatu
bersedih karena sesuatu
(Adimas, 2018: 19).

Dalam kutipan (19) memaktubkan tokoh aku dan kau liris berada dalam

subjek-subjek yang memiliki kapasitas terbatas dalam memahami kondisi sekitar.

Mereka berdua selalu mengemban ketidaktahuan dalam ruang-ruang yang mereka

lewati selama berkehidupan dalam urban. Posisi kondisi lingkungan bagi tokoh aku

dan kau liris seolah asing dan tidak berhenti untuk meminta tafsir yang melebihi

kemampuan berpikir kedua tokoh tersebut. Dinamika lingkungan yang terlalu rancu

mengakibatkan tokoh aku dan kau liris gagal dalam memahami hal-hal yang

sederhana, seperti jalan, pasar, dan taman. Mereka dipaksa menjeda proses

pemahaman dan pengenalan terhadap gerakan urban yang berubah-ubah. Hal itu

terjadi melalui dua asumsi: tokoh aku dan kau liris belum siap berada pada hasil

proses Wilayah Peri Urban atau fase urban yang terjadi tidak sepenuhnya mampu

diterima oleh norma tokoh aku dan kau liris tersebut.

(20) Bagian mana dari sisi bumi


yang berhak kumiliki
jika satu-satunya kekuatan
adalah kelemahlembutan?
-----

50

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(21) Bagian mana dari sisi bumi


yang bebas kutinggali
tanpa harus kumeterai
dengan tangis dan ngeri?
(Adimas, 2018: 95).

Kutipan (20) di atas merupakan retorisasi yang diutarakan oleh tokoh aku

liris ketika dihadapkan dengan arus dinamis urban yang berubah dan secara

langsung menciptakan distorsi yang mengarah kepada dua sikap berlawanan yang

dimiliki oleh tokoh aku liris: kekuatan dan kelemahlembutan. Ruang urban yang

digagas oleh tokoh aku liris seolah memberikan keraguan kepada kondisi alam yang

tidak lagi aman untuk ditempati secara bebas tanpa ada regulasi yang mengikat bagi

tiap subjek, terutama bagi tokoh aku liris.

Kutipan puisi (21) tersebut dapat menjadi penguat dari kutipan (20)

sebelumnya yang memiliki relasi langsung berbentuk pertanyaan tokoh aku liris

yang masih meragukan kedamaian lingkungan akibat perkembangan urban yang

terus mengubah regulasi kehidupan bumi. Adanya repetisi pada kedua kutipan di

atas berupa diksi ‘bagian mana dari sisi bumi’ seakan memberi dasar simpulan

bahwa bumi sudah menjadi tempat yang memiliki sedikit ruang: sesak.

2.3.4 Tragedi Urban

“Tragedi” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti: (1)

sandiwara sedih (pelaku utamanya menderita kesengsaraan lahir dan batin yang luar

biasa atau sampai meninggal); (2) peristiwa yang menyedihkan. Pada buku

kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut ini regulasi urban hadir

melalui pergerakan tokoh aku dan kau liris yang selalu menemui ketidakbahagiaan

51

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

karena ekosistem urban yang mengelilingi kedua tokoh tersebut mampu

menciptakan kekacauan dalam keyakinan mereka berdua untuk menjaga satu sama

lain. Beberapa judul puisi dalam buku tersebut yang dimanfaatkan karena memuat

mengenai tragedi urban, yaitu “Pejalan,” “Pencari,” “Pedagang,” dan “Penanya.”

(22) Lalu kita kehabisan waktu.


Tak ada yang bisa menyatu
di kandasan usang itu.
Kau mengemasi dirimu
mengepak baju dan vas bunga
segulung linen dan satin
surat-surat dan perada.
Kaubereskan sesuatu
yang tak pernah ada
(Adimas, 2018: 19).

Kutipan ke (22) dapat menjadi tanda mengenai pihak ‘kami liris’ yang

mendapat daya negatif dari urban yang menjadi pemisah antara tokoh aku dan kau

liris. Dalam kutipan tersebut, mereka berdua seolah dinobatkan sebagai sepasang

kekasih yang selalu gagal bersama dikarenakan arus urban yang memungkinkan

memberi pengaruh kurang baik ke dalam diri tokoh kau liris. Kapasitas tokoh kau

liris dalam kutipan (22) menjadi pengguna yang gagal memaknai keindahan benda-

benda (baju, vas bunga, linen, dan satin) yang fungsionalitasnya bisa jadi memberi

kesan urban. Segala jenis benda tadi kemudian dikerucutkan sebagai simbol sesuatu

yang tidak pernah bisa dimiliki oleh tokoh dan kau liris. Namun, tetap saja segala

yang tidak termiliki tersebut harus dibereskan. Alih-alih segala hal yang belum bisa

termiliki tersebut akan hilang, rupanya proses pembaharuan kondisi urban yang

dijalani oleh dua tokoh tersebut mengisyaratkan bahwa selalu ada pergeseran atau

penyimpangan, bahkan dalam suatu hubungan dua manusia sekali pun.

52

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(23) Kucari kau di jantung waktu, tapi kau tak ada di sana.
Kucari kau di semesta bahasa tapi kau meledakkan diri
dan tidak menyisakan sedikit pun kata-kata
untuk kubaca
-----
(24) Kau tak ada di mana-mana dan ketiadaanmu meluap
menjadi berita-berita, menjadi duka dan derita
menjadi penyakit dan bencana, menjadi kota-kota
yang memulai hari dengan kematian
sebagai tajuk utama
(Adimas, 2018: 27).

Kutipan (23) di atas memiliki kapasitas repetisi dalam penggunaan predikasi

‘kucari kau’ yang diutarakan oleh tokoh aku liris yang tergambar mengalami

perjalanan yang tidak henti dalam menemukan dan memahami tokoh kau liris.

Pengadaan diksi ‘semesta bahasa’ seolah menegaskan bahwa sosok kau liris

menjadi sangat fundamental yang diperlukan tokoh aku liris guna mengkhatamkan

pemikirannya tentang seluk-beluk urban. Untaian tafsir yang dihasilkan dari pola

pemikiran tokoh aku liris menemukan titik kelam yang dialami oleh tokoh kau liris

yang menghilang tanpa adanya musabab yang dapat dicerna dalam perputaran

waktu. Repetisi ‘kucari kau’ tersebut juga dapat menjadi tanda bahwa peristiwa

urban yang sedang terjadi memiliki intensitas kompleks yang baru bisa dipahami

oleh tokoh aku liris ketika melakukan perulangan berpikir dengan acuan tokoh kau

liris. Kedua tokoh liris tersebut terjerembab pada pergeseran kondisi lingkungan

yang baru dan lebih rancu, mengingat konsep Wilayah Peri Urban hadir dengan

cara memilah segala yang tradisional dan berusaha membangun peradaban yang

lebih maju.

53

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pada kutipan (24) tersebut seakan menciptakan ruang hidup bagi tokoh aku

liris yang merasa keberadaan tokoh kau liris dikesankan lebur dengan sekelilingnya.

Pemaknaan lebur yang terorientasi dengan suasana sedih melalui pemanfaatan frasa

‘menjadi berita,’ ‘menjadi duka dan derita,’ serta ‘menjadi penyakit dan bencana’

mengesampingkan kadar fungsi ruang hidup dalam kutipan di atas mengenai tempat

yang penuh warna dan bahagia. Intensitas urban yang hadir melalui acuan nuansa

ruang publik tersebut menggambarkan bahwa daya negatif urban terjumpai melalui

sistem latar waktu yang dimiliki oleh tokoh aku liris yang ‘mengais’ keberadaan

tokoh kau liris dalam gelombang urban.

(25) Sebab cinta akan membangunkan kita di dunia yang lain


pada perjumpaan yang lain, ketika kita sama-sama
tersangkut di jala nelayan tua yang tidak
benar-benar menangkap
tapi juga tidak akan melepas kita
(Adimas, 2018: 27).

Pada kutipan (25) tokoh aku dan kau liris seolah menjadikan diri mereka

sebagai ikan yang terjala oleh nelayan. Keduanya dihadapkan dengan dua perasaan,

yaitu rasa pasrah karena tidak akan dilepas dan rasa yakin bahwa nelayan tersebut

akan melepas mereka. Kutipan di atas berusaha mencuatkan ekspresi bagi tragedi

yang disebabkan oleh urban yang memiliki gelombang naik dan turun yang dapat

memengaruhi situasi hidup subjek di dalamnya. Tokoh aku dan kau liris sama-sama

terjerat oleh corak peristiwa yang menyedihkan ketika keduanya berusaha berjuang

melawan arus urban hingga pada akhirnya tertangkap oleh nelayan yang berafiliasi

dengan pemegang ‘kemudi keurbanan.’

54

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

(26) Kendaraan ini terus melaju tanpa peduli hari-hari,


nilai tukar, maupun tangkapan yang berguncangan.
Kita tak akan bisa saling menggoda, mencuri
pandang, meningkahi ragu di kebun sendiri.
Tidak akan
(Adimas, 2018: 69).

Kutipan puisi di atas memberikan gambaran dari keberlangsungan hidup

tokoh aku dan kau liris yang memasrahkan diri mereka akibat ketidakadanya

kejelasan dalam perjalanan hidup mereka yang diibaratkan pada sebuah laju

kendaraan yang tidak memedulikan hari-hari. Kebiasaan mereka berdua seolah

dilenyapkan oleh arus hidup tadi yang merampas kemesraan yang tercipta di

wilayah mereka sendiri. Persentase urban yang hadir dan merenggut kebahagiaan

mereka terdapat juga pada usaha komunikasi sosial dan mata pencaharian bagi

subjek-subjek yang ikut merasakan ketimpangan hidup akibat adanya urban.

2.3.5 Kulminasi Urban

Kata “kulminasi” secara terminologi dalam KBBI memiliki arti: puncak

tertinggi/tingkatan teratas dari suatu hal, kejadian, keadaan, dan sebagainya yang

berkembang secara berangsur-angsur. Kondisi kehidupan urban yang dialami oleh

tokoh aku dan kau liris dalam memperjuangkan posisi mereka sebagai ‘penjelajah’

kehidupan urban secara perlahan terkungkung oleh regulasi urban yang memuncak

dan terlalu sukar untuk mereka perjuangkan. Tatanan lingkungan yang mendiami

luar pikiran dua tokoh tersebut mengindikasikan adanya benturan-benturan yang

harus terjadi oleh tiga sentral penggerak urban: tokoh aku liris, tokoh kau liris,

ruang waktu urban. Ketiga faktor tersebut seakan menjadi penghidup daya

keberlangsungan urban hingga mencapai fase puncak yang alhasil membuat tokoh

55

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

aku dan kau liris kehilangan makna hidup mereka masing-masing. Pada buku puisi

ini, kulminasi urban ditemukan pada puisi berjudul “Pencari” dan “Pedagang.”

(27) Kucari kau tapi tak ada di sini, tak juga di masa lalu atau
di masa depan. Kau lesap dari peristiwa dan makna
remuk terimpit jarak dan ruang, tenggelam
dalam waktu yang bergelombang
(Adimas, 2018: 27).

Kutipan (27) di atas mengisahkan fase tokoh aku liris yang menjadi

penjelajah antarruang dan antarwaktu demi menemukan tokoh kau liris yang hilang

entah ke mana. Hal tersebut dapat menjadi pemahaman dasar yang diacukan kepada

tokoh aku liris bahwa ia telah mampu menemukan puncak dari lingkup urban, yakni

memberanikan dirinya menyusuri segala aspek hidup urbannya. Dari hal tersebut

juga dapat dimengerti bahwa suasana urban yang memuncak semakin menciptakan

ruang-ruang waktu yang melorongkan tokoh aku liris dalam taraf urban. Maka dari

itu, kapasitas tokoh aku liris yang sudah terjebak dalam kekacauan bercorak urban

menjadikannya ia banyak menyusuri sudut-sudut hidup urban di kondisi kehilangan

yang begitu dalam.

(28) Mereka akan menukar kita dengan anggur, gandum


sutra, linen dan permata. Kita diberi sepasang sayap
tapi tak semata burung, kita terima kebebasan tapi
tak diajar bersuara, bahasa menjadi gaung
yang mengejar kita. Setelah jalan menikung,
ini kan, yang kausebut perhentian?
(Adimas, 2018: 69).

Pada kutipan (28) tokoh aku dan kau liris yang dileburkan menjadi ‘kita’

mendapati peristiwa yang menjadikan diri mereka sebagai korban dari puncak

urban yang penuh sumber daya: anggur, gandum, sutra, linen, dan permata.

56

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Keberlangsungan klimaks urban yang hadir pada diri mereka berdua terjadi ketika

segala kenikmatan yang mereka dapatkan justru menjadi ‘bumerang’ dan

menciptakan kesenjangan yang kuat antara hak dan kewajiban mereka berdua.

Untaian kata ‘diberi sayap tapi tak semata burung’ dan ‘terima kebebasan tapi tak

bersuara’ seolah menjadi aspek malfungsi yang melekat pada diri tokoh aku dan

kau liris sehingga pada akhirnya mereka berdua ibarat menjadi ‘korban’ dari puncak

kondisi urban yang semakin mengikat bagi kehidupan para subjeknya. Berikut

merupakan tabel sebagai peta ekspresi urban dalam tiap puisi.

Judul Puisi Ekspresi Ketaklangsungan Ekspresi


Urban (Arti)
Penggantian Penyimpangan Penciptaan
“Penjala” - Pengorbanan - Metafora - Enjambement
dalam urban - Metonimia
- Keraguan
berkehidupan
urban
- Dinamika
sosial urban
“Pejalan” - Tragedi - Metonimia - Ambiguitas - Pembaitan
urban dan Persajakan
- Dinamika
sosial urban
“Pencari” - Kulminasi - Metafora
urban - Hiperbola
- Tragedi - Personifikasi
urban
“Pedagang” - Pengorbanan - Metafora
dalam urban - Metonimia
- Tragedi - Personifikasi
urban
- Kulminasi
urban
“Penanya” - Dinamika -Kontradiksi - Pembaitan
sosial urban dan Persajakan

57

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Adapun pembahasan perihal hipogram potensial yang dikemukakan dalam

penelitian ini tampak dari bentuk matriks dari puisi-puisi yang telah dibahas, yaitu

ekspresi dalam kehidupan urban. Sedangkan aspek hipogram aktual mengarah

kepada bahasan mengenai proses penulis dalam menghasilkan karya. Adimas

Immanuel yang merupakan penulis buku kumpulan puisi Karena Cinta Kuat

Seperti Maut menganggap bahwa cinta mampu memengaruhi ekspresi atas

perjalanan kehidupan urban. Keadaan/suasana urban yang dihadirkan dalam buku

kumpulan puisi pun memiliki regulasi seperti eksistensi cinta: misteri dan tak

berkesudahan. Fungsi buku kumpulan puisi tersebut adalah kelanjutan dari

eksplorasi seorang Adimas Immanuel yang sebelumnya juga telah mengemukakan

variasi kehidupan ke dalam buku kumpulan puisi berjudul Di Hadapan Rahasia

dan Pelesir Mimpi.

Orientasi buku kumpulan puisi Karena Cinta Kuat Seperti Maut mengacu

kepada proses daya gerak tokoh aku dan kau liris di dalam kehidupan urban yang

berbalut cinta. Sementara buku kumpulan puisi Di Hadapan Rahasia adalah

ungkapan Adimas Immanuel mengenai kompleksitas hidup yang ia temukan pada

ekspresi dalam wahana lain: lukisan, musik, dan game. Adapun buku kumpulan

puisi selanjutnya, yaitu Pelesir Mimpi terarah kepada cara pandang ia mendalami

kehidupan Ayah dan Ibu sebagai orang tua. Ketiga buku kumpulan puisi tersebut

merupakan usaha Adimas Immanuel dalam mengenali lebih dalam makna-makna

kehidupan yang begitu dekat dengan dirinya. Alhasil, tokoh aku dan kau liris yang

selalu dimanfaatkan pada puisi-puisi adalah common sense subjek yang memiliki

kapasitas sebagai narator guna menggali ruang hidup yang dinamis makna.

58

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Selanjutnya, sisi lain buku kumpulan puisi Karena Cinta Kuat Seperti Maut

adalah visualisasi sampul depannya yang mengambil objek sebuah pintu. Menurut

Aan Mansyur yang bertindak sebagai fotografer gambar penunjang buku puisi

Karena Cinta Kuat Seperti Maut, judul buku beserta beberapa sajak di dalam buku

puisi tersebut mampu mewakili kebermaknaan cinta dan maut. Singkat cerita, pintu

tersebut merupakan hasil jepretan seorang Aan Mansyur pada salah satu pintu di

kamp konsentrasi di Auschwitz. Pada foto pintu tersebut, juga terdapat beberapa

untai bunga yang dipasang seolah memeringati suatu hal yang penting. Bunga-

bunga tersebut ditujukan untuk mengenang seorang pastor bernama Santo

Maximilianus Kolbe yang dikisahkan sebagai orang yang sukar untuk meninggal

ketika dijatuhi hukuman oleh Nazi di kisaran tahun 1940-an. Kolbe yang saat itu

dikumpulkan bersama tahanan lain yang dihukum dengan cara tidak diberi makan

dan minum hingga seluruh tahanan lain meninggal, tetapi Kolbe masih bertahan.

Akhirnya, Nazi memberi suntikan carbolic acid kepada pastor tersebut untuk

mempercepat kematiannya.

59

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III

RANCANGAN POLA

PERIHAL EKSPRESI URBAN

DALAM KUMPULAN PUISI KARENA CINTA KUAT SEPERTI MAUT

3.1 Pengantar

Kebermaknaan lima puisi dalam buku antologi puisi berjudul Karena Cinta

Kuat Seperti Maut yang mengarah kepada urban secara ekspresif secara tidak

langsung menciptakan adanya pola yang berkelindan antara satu puisi dengan puisi

lainnya. Kalimat subjektif maupun kalimat objektif yang ditawarkan melalui kode

dan puitika dalam kelima puisi merupakan aspek-aspek yang berusaha ditafsir

‘permainan’ kelirisannya. Hal tersebut tidak terlepas dari upaya pemadatan kembali

dari lima bentuk ekspresi urban yang telah ditemukan dan dibahas pada bab

sebelumnya. Pola yang dapat dirancang pada subbab ini didasarkan pada

pertimbangan kehadiran bentuk ekspresi urban yang sama dalam puisi-puisi yang

berbeda dengan asumsi substansi dan regulasi mengekspresikan urban dengan

kapasitas yang sepadan: merupakan sebab-akibat (kausalitas) atau kode bahasa

yang saling melekat. Adapun beberapa pola yang dapat dibahas sebagai berikut.

3.1.1 Keterkaitan Predikasi pada Puisi “Penjala” dan Puisi “Pedagang”

Keterkaitan predikasi merupakan keterhubungan pergerakan subjek yang

juga dapat dikatakan sebagai motorik oleh subjek yang ada pada bangun diksi puisi.

Urban yang hadir pada kedua puisi yang berjudul “Penjala” dan “Pedagang” yang

sama-sama diawali dengan menciptakan ekspresi bentuk urban berupa pengorbanan

60

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

dalam urban menunjukkan adanya ‘jalinan’ dengan mengacu pada tingkah laku

tokoh yang teruntai pada puisi “Penjala” ketika memahami diksi ‘jejak-jejak’ yang

menjadi tumpuan utama untuk melanjutkan asosiasi kepada rumah-rumah yang

ditinggalkan dan tempat peribadatan yang kosong. Selain itu, penggalan kalimat

‘jutaan orang keluar dari negerinya’ pun menjadi arah bagi tokoh kita ‘liris’ dalam

puisi “Pedagang” ketika mereka menyerahkan beberapa aspek kehidupan. Orientasi

tokoh aku dan kau liris yang dijadikan sebagai penghidup babak baru kehidupan

yang bertransisi dari secara luas (pada puisi “Penjala”) secara objektif hingga

dikerucutkan pada puisi “Pedagang” membuktikan bahwa pengorbanan urban yang

dimaksud ialah upaya penghadiran dua atau beberapa tokoh yang seolah melampaui

ruang untuk menuju ruang lain tanpa diimbangi oleh persiapan yang cukup guna

menghadapi persoalan-persoalan hidup di kemudian hari. Dasar dari kepasrahan

kedua tokoh dalam puisi “Pedagang” dikarenakan mereka berdua tidak

mengikutsertakan kebatinan dan keyakinan mereka yang termaktub pada puisi

“Penjala” yang menjadi dua subjek dari diksi ‘jutaan orang.’

3.1.2 Lapis Makna ‘Ikan’ pada Puisi “Penjala” dan Puisi “Pencari”

Pemanfaatan figur ikan dalam puisi berjudul “Penjala” dan “Pencari” seolah

memberi gambaran terhadap definisi ikan terhadap ekspresi urban. Pemanfaatan

diksi ikan yang berkapasitas secara lapis makna pada puisi berjudul “Penjala”

mengacu pada analogi yang mengikutsertakan tokoh kami liris sebagai jiwa-jiwa

yang terbawa arus sehingga menjadikan mereka penuh sisik dan licin. Dengan kata

lain, jiwa-jiwa yang demikian tersebut sangat sukar untuk dapat hidup dalam

kepekatan urban yang memiliki ‘arus’ begitu samar, sehingga licin dan bersisik

61

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

adalah karakter yang tidak mudah memertahankan dan memegang prinsip hidup

dalam keurbanan. Lapis makna ikan yang juga ditemukan pada puisi “Pencari”

lebih berorientasi kepada aspek cinta yang seolah menjerumuskan tokoh aku dan

kau liris kepada ‘jaring’ yang begitu menyesakkan. Maka dari itu, puisi “Penjala”

dan puisi “Pencari” memunculkan sebab-akibat mengenai hidup urban yang

memiliki arus begitu kacau, bahkan cinta pun juga tidak menutup kemungkinan

akan menjebak jiwa mereka yang bersisik dan licin seolah kesulitan memegang

prinsip hidup untuk dapat selamat dari urban. Aspek itulah yang dapat dijadikan

landasan puisi berjudul “Pedagang” dalam memunculkan kembali tokoh aku dan

kau liris yang begitu merana.

3.1.3 Kartografi Kepedihan Puisi “Pejalan,” “Pedagang,” dan “Penanya”

Substansi kata kerja ‘kepedihan’ yang ada pada tiga puisi berjudul

“Pejalan,” “Pedagang,” serta “Penanya” memberikan ‘denah’ tersendiri bagi

kepedihan itu sendiri sebagai cara mengungkap dan diungkap. Puisi berjudul

“Pejalan” memuat substansi mengenai keadaan atau suasana jalanan beserta

berbagai kehidupan yang ada di dalam bangunan kota. Tokoh aku aku liris seolah

menelusuri tiap-tiap kerumunan perihal pencarian terhadap tokoh kau liris yang

masing-masing tokoh tersebut diciptakan untuk saling mencari tanpa pernah

menemukan. Pada akhirnya, mereka berdua malah akan bertemu dengan peristiwa-

peristiwa di kehidupan urban yang secara tidak langsung memberikan kepedihan

bagi keduanya. Substansi tersebut kiranya dapat direlasikan pada orientasi puisi

berjudul “Penanya” yang juga memuat kepedihan yang dicondongkan pada tokoh

aku liris dengan visualisasi ‘bumi saat ini’ yang jauh dari kata damai.

62

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Keterhubungan pada puisi “Pejalan” dengan puisi “Penanya” ialah adanya proses

penciptaan suasana kota yang difokuskan secara motorik dari tokoh aku dan kau

liris yang menyusuri sudut-sudut kota yang memiliki daya urban cukup rigid hingga

mereka berdua menemukan beberapa fenomena lain yang justru menghadirkan

kepedihan pada diri masing-masing. Pola visualisasi latar antara kedua puisi

mencoba untuk memberikan ekspresi urban yang begitu dekat dengan masyarakat:

toko, binatu, rumah, taman, pasar, hingga jalanan berbatu yang semuanya

merupakan latar tempat yang berpola menciptakan kesedihan hingga melingkupi

tokoh aku dan kau liris.

Puisi berjudul “Pedagang” berposisi sebagai ‘jembatan’ di antara pola

keterkaitan predikasi, lapis makna ikan, serta kartografi kesedihan. Maka dari itu,

substansi puisi berjudul “Pedagang” selalu muncul dalam semua pola. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa tokoh aku dan kau liris yang ada ketika jiwa mereka

dianggap licin dan penuh sisik hingga tidak mampu memegang keteguhan prinsip

dalam menghadapi hidup urban adalah akibat dari meninggalkan objek-objek yang

dihadirkan pada puisi “Penjala,” yaitu peristiwa ketika jutaan individu lebih

memilih untuk meninggalkan suatu ruang yang lama (dalam hal ini ialah

rumah/kampung halaman) untuk mendatangi sebuah tempat yang dinilai lebih layak

untuk menjalani penghidupan. Beberapa objek yang menjadi penyebab mereka

seolah ‘ikan’ tidak hanya ditemukan pada puisi “Penjala” sebagai ruang yang

ditinggalkan, tetapi pada puisi “Pedagang” pun juga terdapat diksi yang menunjang

bahwa tempat/ruang/objek yang menciptakan mereka seolah ‘ikan’ terdapat pada

tempat-tempat baru yang mereka kunjungi: ruang publik yang asing.

63

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Adapun pola lain, yaitu kartografi kepedihan juga tersambung melalui puisi

“Pedagang” yang menghadirkan suasana tempat tokoh aku dan kau liris melakukan

usaha mereka untuk meraih kebahagiaan di kehidupan urban, yaitu suatu tempat

yang penuh ragam sumber daya dan keramaian. Namun mereka selalu gagal dalam

setiap usahanya. Kapasitas puisi berjudul “Penanya” dan puisi berjudul “Pencari”

sebagai perinci bahwa visualisasi keadaan lingkungan (bumi) sekitar telah berubah

total ketika fenomena urban berkembang dalam suatu wilayah. Substansi pada puisi

“Pedagang” seolah memberikan gerak bagi puisi “Penanya” dan “Pencari” bahwa

kondisi alam yang indah dan riuh tidak selalu menandakan alam tersebut

menjanjikan kebahagiaan. Adapun pola yang dapat divisualisasikan ialah sebagai

berikut.

“Penjala” Keterkaitan
Predikasi

Ekspresi “Pedagang” Lapis Makna


Urban ‘Ikan’
“Pencari”

“Pejalan”
Kartografi
Kepedihan
“Penanya”

64

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya

Adimas Immanuel mampu menciptakan suatu ‘semesta’ yang merekonstruksi

ragam keadaan urban yang terwakili dalam ekspresi pada beberapa puisi. Hal

tersebut disajikan melalui tanda-tanda yang termaktub dalam frasa, klausa, bahkan

kalimat tiap-tiap puisi sebagai pelebur licencia poetika penulis mengenai kondisi

urban melalui keterlapisan makna. Ekspresi urban yang mampu ditemukan dan

dianalisis merujuk terhadap setidaknya lima puisi dengan judul “Penjala,”

“Pejalan,” “Pencari,” “Pedagang,” dan “Penanya” guna diolah menjadi gagasan

ekspresi urban yang terintegritas.

Adapun pemanfaatan teori semiotika Riffaterre bertujuan guna

mengakomodasi tanda-tanda dalam lima puisi (“Penjala,” “Pejalan,” “Pencari,”

“Pedagang,” dan “Penanya”) yang memerhatikan beberapa patron dari teori

tersebut: (1) pembacaan hermeneutik; (2) ketaklangsungan ekspresi; serta (3)

matriks, model, varian. Ketiga langkah kerja dalam teori semiotika Riffaterre

tersebut berusaha memadatkan satu demi satu tanda perihal urban yang secara

implisit hadir dalam bagian-bagian puisi.

Pembacaan hermeneutik merupakan proses baca yang dipahami dalam

wilayah teori semiotika Riffaterre sebagai metode identifikasi aspek

65

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ketaklangsungan ekspresi yang ditemukan dalam lima puisi (“Penjala,” “Pejalan,”

“Pencari,” “Pedagang,” dan “Penanya”) yang telah memaparkan adanya tanda-

tanda perihal ekspresi urban. Hal tersebut dibuktikan dengan terdapatnya variasi

gaya bahasa sebagai wujud penggantian arti (displacing of meaning) yang ada pada

beberapa puisi: (a) “Penjala”: metafora dan metonimia; (b) “Pejalan”: metonimia;

(c) “Pencari”: metafora, hiperbola, dan personifikasi; serta (d) “Pedagang”:

metafora, metonimia, dan personifikasi. Adapun penyimpangan arti (distorting of

meaning) yang ditemukan dalam beberapa puisi: (a) “Pejalan”: ambiguitas; dan (b)

“Penanya”: kontradiksi. Adapula penciptaan arti (creating of meaning) yang juga

dapat dibuktikan terhadap beberapa puisi: (a) “Penjala”: enjambement; (b)

“Pejalan”: pembaitan dan persajakan; serta (c) “Penanya”: pembaitan dan

persajakan. Puisi berjudul “Pejalan” adalah puisi yang paling kompleks perihal

menciptakan ketaklangsungan ekspresi, yakni adanya penggantian, penyimpangan,

hingga penciptaan arti.

Varian ditemukan melalui kesatuan ‘tubuh’ tiap-tiap puisi yang menjadi

objek variabel penelitian ini. Artinya, dalam penelitian ini menemukan adanya lima

varian dari lima puisi (“Penjala,” “Pejalan,” “Pencari,” “Penanya,” dan

“Pedagang”) yang mengacu terhadap ekspresi urban: (1) puisi “Penjala”

mengemukakan perihal kondisi sosial yang begitu sunyi dan miris akibat

perpindahan penduduk; (2) puisi “Pejalan” mengemukakan perihal kerumunan

dalam suatu lingkungan tidak selalu ramai dan mampu menciptakan kesedihan; (3)

puisi “Pencari” mengemukakan perihal kekacauan di perkotaan adalah suatu

bencana dan bahaya bagi penduduk; (4) puisi “Pedagang” mengemukakan perihal

66

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

pasar sebagai ruang publik yang penuh dengan kerugian; dan (5) puisi “Penanya”

mengemukakan perihal ketidakberdayaan masyarakat terhadap penguasa. Adapun

model yang menjadi pengerucutan dari pemaparan temuan-temuan varian

sebelumnya sebagai berikut: (1) ketidakberdayaan manusia-manusia akibat

kehilangan prinsip hidup; (2) kesedihan yang diakibatkan oleh kerumunan dalam

suatu kota; (3) kontradiksi dalam kehidupan yang justru disebabkan oleh dua hal

yang saling lekat; (4) kekacauan dalam kehidupan telah menciptakan suatu

imajinasi penduduk mengenai utopia dalam wilayah urban; (5) ketidaknormalan

fungsi pasar yang telah menjadi sumber kerugian bagi manusia; (6) hilangnya hak

tiap-tiap individu berupa kenyamanan beserta keamanan dalam berkehidupan; serta

(7) terjadinya culture shock dan culture lag dalam kehidupan diindikasikan sanggup

menyebabkan kematian. Maka dari itu, matriks yang dapat diaktualisasi dari tujuh

model sebelumnya sebagai berikut: (1) kerugian beserta pertumpahan darah dalam

kondisi sosial mengaktualisasi ekspresi urban berupa pengorbanan hidup urban;

(2) kehilangan jiwa dan prinsip hidup akibat kehilangan cinta mengaktualisasi

ekspresi urban berupa keraguan berkehidupan urban; (3) perubahan kondisi

lingkungan urban dengan adanya culture shock dan culture lag mengaktualisasi

ekspresi urban berupa dinamika sosial urban; (4) beberapa individu yang terpaksa

merelakan suatu hal yang begitu disayangi mengaktualisasi ekspresi urban berupa

tragedi urban; serta (5) suasana kacau sebagai sebab dari munculnya suatu utopia

dalam masyarakat mengaktualisasi ekspresi urban berupa kulminasi urban.

Matriks yang diformulasikan menjadi ekspresi-ekspresi urban berwujud

pengorbanan dalam urban, keraguan berkehidupan urban, dinamika sosial urban,

67

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

tragedi urban, serta kulminasi urban telah membuktikan bahwa ruang urban yang

disemestakan dalam buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti

Maut yang tersaji dalam lima puisi (“Penjala,” “Pejalan,” “Pencari,” “Pedagang,”

dan “Penanya”) adalah kehidupan urban yang mengandung beberapa bahaya.

Adapun pola yang dapat dirumuskan melalui lima ekspresi urban tersebut sebagai

berikut: (1) keterkaitan predikasi didasarkan pada cara laku tokoh aku dan kau liris

dalam melakukan pengorbanan yang saling terkait dalam puisi “Penjala” dan

“Pedagang”; (2) lapis makna ‘ikan’ didasarkan pada wujud anatomi ikan sebagai

pengibaratan manusia-manusia penuh ketidakberdayaan terhadap ruang urban yang

berkelindan oleh puisi “Penjala” dan “Pencari”; serta (3) kartografi kepedihan

didasarkan pada proses penciptaan ruang dan suasana urban yang teruntai di antara

puisi “Pejalan,” “Pedagang,” serta “Penanya.” Puisi berjudul “Pedagang” diyakini

sebagai ‘jembatan’ yang memberi keterikatan pada ketiga pola tersebut yang juga

mengacu kepada siratan sebab-akibat (kausalitas) berupa “ketidakberdayaan”

manusia-manusia dalam pola lapis makna ‘ikan.’

Lima ekspresi urban yang ditemukan dalam puisi-puisi yang telah dikurasi

dari buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut karya Adimas

Immanuel membuktikan bahwa keurbanan yang dimaksud ialah kehidupan yang

utuh kesedihan dalam penuh kebahagiaan. Hal itu tidak terlepas dari adanya sistem

tanda mengenai segala sesuatu yang berasosiasi dengan urban yang dimanfaatkan

secara berangsur dalam tiap-tiap puisi. Buku puisi tersebut seolah berusaha

memberikan ‘peringatan’ secara terselubung kepada para pembaca agar lebih

68

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

berhati-hati dalam berpikir serta bertindak pada suatu kehidupan urban sebagai

bagian dari ekosistem manusia yang tidak pernah konstan.

4.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan pada penelitian buku kumpulan puisi

berjudul Karena Cinta Kuat Seperti Maut dengan topik bahasan ekspresi urban

sebagai berikut.

1. Kajian terhadap buku kumpulan puisi berjudul Karena Cinta Kuat

Seperti Maut karya Adimas Immanuel mengenai ekspresi urban dengan

memanfaatkan teori semiotika Riffaterre dapat diasumsikan masih perlu

perbaikan. Empat cara kerja dalam operasi semiotika Riffaterre hanya

merupakan tawaran dan tidak serta-merta dimanfaatkan secara

bersamaan, tetapi mengacu pada wujud teks (puisi) sebagai objek material

yang diteliti. Selain itu, masih minimnya pemanfaatan teori semiotika

Riffaterre menyebabkan parameter keoptimalan penelitian semiotika

dipertaruhkan validasi dan keutuhan penjelasannya.

2. Bahasan ekspresi urban dalam buku kumpulan puisi berjudul Karena

Cinta Kuat Seperti Maut dianggap masih sanggup dioptimalkan kembali.

Terdapat aspek-aspek lain yang mampu dikaji dalam buku puisi

tersebut, misalnya mengenai religiusitas, cinta secara utuh, psikologis, dan

lain-lain.

69

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

3. Perlu usaha besar dalam memahami teori semiotika. Dibutuhkan

ketekunan, ketelitian, serta pemahaman yang mendalam agar mendapatkan

hasil penelitian yang maksimal.

70

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.


Semarang: IKIP Semarang Press.
Arfan, Khusnul. 2013. “Analisis Semiotika Riffaterre dalam Puisi Das Theater,
Stätte der Träume Karya Bertolt Brecht.” Skripsi Tidak Diterbitkan.
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
Eco, Umberto. 2009. Teori Semiotika. Bantul: Kreasi Wacana.
Immanuel, Adimas. 2018. Karena Cinta Kuat Seperti Maut. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Jabrohim(Ed.). 2017. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jaelani, Jejen. 2020. Semiotika Kota: Pertarungan Ideologis di Ruang Urban.
Yogyakarta: Cantrik Pustaka.
Jaya, I Made Laut Mertha. 2020. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Quadrant.
Lantowa, Jafar, dkk. 2017. Semiotika: Teori, Metode, dan Penerapannya dalam
Penelitian Sastra. Yogyakarta: Budi Utama.
Lisnasya, Devi Masita. 2018. “Makna Rindu dalam Kumpulan Puisi Tidak Ada
New York Hari Ini Karya M. Aan Mansyur: Kajian Semiotik Riffaterre.”
Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga.
Lubis, Mochtar. 1997. Sastra dan Tekniknya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ministry, Creative. 2019. “Santo Maximilianus Kolbe.” http://cg.amoredio.org/cg-
reading/santo-maximilianus-kolbe (diakses tanggal 5 Juni 2021).
Moelong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1997. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2000. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan
Analisis Struktural dan Semiotik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington&London: Indiana
University Press.

71

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH


IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Rusmana, Dadan. 2014. Filsafat Semiotika. Bandung: CV Pustaka Setia.


Sudjiman, Panuti&Aart van Zoest. 1992. Serba-serbi Semiotika. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sumardjo, Jakob&Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Wellek, Rene&Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia.
Widi, Iklima Saskia. 2017. “Makna Lirik Lagu Band My First Story dalam Album
Antithese Kajian Semiotika Riffaterre.” Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
Yuanda, Rinaldi Seira. 2013. “Analisis Puisi Deutschland Karya Bertolt Brecht
Melalui Kajian Semiotika Riffaterre.” Skripsi Tidak Diterbitkan. Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Yogyakarta.

72

SKRIPSI EKSPRESI URBAN DALAM ... BAYU PUTIH

Anda mungkin juga menyukai