ABSTRAK
Tectona grandis (Jati) dikenal sebagai spesies yang memiliki nilai ekonomi tinggi yang dapat dikembangkan
sebagai tanaman agroforestri. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memetakan kelas kesesuaian lahan untuk
Tectona grandis sebagai tanaman agroforestri di Arboretum Universitas Sumatera Utara (USU) di Kwala Bekala, Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Metode survei dilakukan untuk mengumpulkan sampel tanah di lapangan. Kelas
kesesuaian lahan tanaman Jati dianalisis dengan menggunakan metode matching. Metode tersebut mengacu pada
referensi dan kriteria yang diadopsi dari Kesesuaian Tanah Tanaman Pertanian oleh Pusat Penelitian Tanah dan
Agroklimat, Bogor-Indonesia. Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan untuk memetakan kelas kesesuaian lahan.
Salah satu aplikasi SIG adalah untuk mengevaluasi kesesuaian lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas
kesesuaian lahan untuk Tectona grandis adalah cukup sesuai (S2), sesuai marginal (S3) dan tidak sesuai (N) sebagai
tanaman agroforestri pada beberapa satuan lahan di Arboretum Kampus USU Kwala Bekala. Untuk kelas tidak sesuai
ditemukan pada unit lahan XIV, XV, dan XVI. Ada beberapa faktor pembatas dalam evaluasi kesesuaian lahan di
Arboretum USU, yaitu: ketersediaan Oksigen, ketersediaan air, dan bahaya erosi. Bahaya erosi adalah faktor pembatas
yang dominan, diikuti oleh ketersediaan air dan ketersediaan Oksigen. Bahaya erosi dapat diatasi dengan membuat teras
dan meningkatkan ketersediaan oksigen tanah di Arboretum USU Kwala Bekala.
Kata Kunci: Sistem Informasi Geografis, Kesesuaian Lahan, Tectona grandis, Agroforestri
ABSTRACT
Tectona grandis is known as species that has a high economic value that can be developed as an agroforestry
plant in the arboretum of Sumatera Utara University (USU). This study aimed to assess and map land suitability for
Tectona grandis as an agroforestry plant in the arboretum of USU at Kwala Bekala, Deli Serdang District, North
Sumatra Province. The field survey was conducted to collect soil samples in the study site. The matching method was
further used to analyze as well as evaluate Land suitability classification (LSC). The reference and criteria used in this
method were adopted from the Land Suitability for Agricultural Plants guidelines, developed by the Centre for Soil and
Agroclimate Research, Bogor-Indonesia. The Geographic Information System (GIS) was also used to map land
suitability classes, which one of its features.is to evaluate land suitability. The results showed that the land suitability
classes for Tectona grandis as an agroforestry plant in the study site were moderately suitable (S2), marginal suitable
(S3) and not suitable (N). Land categorized as not suitable classes were found in land unit XIV, XV, and XVI. In
addition, several limiting factors that play roles in land suitability evaluation in the arboretum of USU were oxygen
availability, water availability and erosion hazard. The erosion hazard was the most dominant limiting factor, followed
by water availability and oxygen availability respectively. Erosion hazard can be resolved by building terrace and
improving oxygen availability in soil so that the Tectona grandis can be developed as an agroforestry plant in
Arboretum USU Kwala Bekala.
Keywords: Geographic Information Systems, Land Suitability, Tectona grandis, Agroforestry
diperuntukkan untuk pembangunan arboretum, kesesuaian lahan aktual atau kelas kesesuaian
namun setelah penataan blok yang dilakukan lahan pada saat ini adalah kelas kesesuaian
oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang
(BP DAS) Wampu Sei Ular terjadi perubahan ada pada saat ini. Sedangkan kelas kesesuaian
luas menjadi kurang lebih 64,81 ha. Sebagai lahan potensial adalah kelas kesesuaian lahan
tahap awal pembangunan Arboretum, yang dihasilkan berdasarkan keadaan yang akan
Universitas Sumatera Utara (USU) bekerjasama dicapai apabila dilakukan usaha-usaha
dengan BP DAS Wampu Sei Ular perbaikan sehingga harkat kesesuaian lahannya
melaksanakan pembangunan arboretum meningkat.
berbasis rehabilitasi lahan di Kampus USU Sistem Informasi Geografis (SIG) telah
Kwala Bekala. Pada tahap awal pembangunan banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang,
arboretum, diterapkan konsep agroforestri, termasuk kehutanan dan pertanian.
dimana pohon-pohon yang ditanam Kemampuan SIG dalam hal pengumpulan,
dikombinasikan dengan tanaman pokok seperti penyimpanan, dan manipulasi data yang
jagung dan ubi kayu untuk dimanfaatkan bereferensi geografis secara konvensional
masyarakat sekitar arboretum. Salah satu sudah tidak diragukan lagi. Operasi ini
tanaman hutan yang ditanam di arboretum melibatkan perangkat komputer (perangkat
adalah jati (Tectona grandis). Namun, saat ini keras dan perangkat lunak) yang mampu
belum dilakukan kajian evaluasi lahan dan menangani data mencakup (input), (b)
pemetaannya apakah tanaman tersebut sesuai manajemen data (penyimpanan dan
dikembangkan di Arboretum USU atau tidak pemanggilan data) dan (c) manipulasi dan
dan di lokasi mana tanaman tersebut sesuai analisis, dan (d) pengembangan produk dan
untuk dikembangkan. Oleh sebab itu, pencetakan (Aronoff, 1989). Salah satu
diperlukan kajian evaluasi lahan (kesesuaian aplikasi SIG di bidang kehutanan dan pertanian
lahan) tanaman jati beserta pemetaannya di adalah memetakan hasil evaluasi lahan dan
Arboretum Kwala Bekala USU. menyajikan hasil tersebut dalam bentuk peta.
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian Fungsi peta antara lain untuk menunjukkan
potensi suatu lahan untuk penggunaan tertentu
distribusi keruangan dari fenomena-fenomena
yang hasilnya digambarkan dalam bentuk peta.
geografis termasuk sifat dan karateristik yang
Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu lahan
untuk penggunaan tertentu, sebagai contoh posisinya sesuai dengan yang ada di permukaan
lahan sesuai untuk irigasi, tambak, pertanian bumi (Sukoco, 1991).
tanaman tahunan atau pertanian tanaman Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian
semusim (Arsyad, 2010; Azis et al., 2005; ini bertujuan untuk mengevaluasi kelas
Rahmawaty et al., 2011). Inti dari evaluasi kesesuaian lahan dan memetakan kelas
lahan adalah membandingkan persyaratan yang kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk
diminta oleh tipe penggunaan lahan yang akan Tectona grandis sebagai tanaman agroforestri
diterapkan dengan sifat-sifat lahan yang di Arboretum Kampus USU Kwala Bekala.
dimiliki oleh lahan yang akan digunakan.
Evaluasi Kesesuaian lahan perlu dilakukan agar II. METODE PENELITIAN
menjadi dasar pertimbangan dalam Penelitian ini dilaksanakan di Arboretum
pengambilan keputusan penggunaan lahan yang
Universitas Sumatera Utara, Kwala Bekala,
sesuai dengan kesesuaiannya (Ritung et al.,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera
2011). Menurut Hardjowigeno & Widiatmaka
(2007), hasil evaluasi lahan merupakan dasar Utara pada bulan Januari 2013 sampai dengan
untuk perencanaan tataguna lahan yang Juli 2013 (Gambar 1). Analisis sifat fisik dan
rasional, sehingga tanah dapat digunakan secara kimia tanah dilakukan di Laboratorium Riset
optimal dan lestari. Lebih lanjut Hardjowigeno dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas
(1994); Djaenudin et al., (2003); Arsyad (2010) Sumatera Utara. Pengelolaan dan analisis data
membedakan kelas kesesuaian lahan menjadi dilakukan di Laboratorium Manajemen
dua, yaitu: kelas kesesuaian lahan aktual dan Terpadu Program Studi Kehutanan Fakultas
kelas kesesuaian lahan potensial. Kelas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.
74
Kesesuaian Lahan Tanaman Jati; ”Studi Kasus Di Arboretum…
(Rahmawaty, Nicho Chandra Siregar & Abdul Rauf)
Penelitian ini terdiri dari 4 tahap, yaitu: Penilaian dan penyajian hasil kelas kesesuaian
1. Persiapan lahan tersebut berdasarkan Food and
2. Pelaksanaan penelitian di lapangan Agriculture Organization (1976), yaitu: sesuai
3. Pengolahan data dan penilaian (S1), sesuai (S2), sesuai marjinal (S3), dan
4. Penyajian hasil tidak sesuai (N). Karateristik kesesuaian lahan
Pada tahap persiapan meliputi studi yang diperlukan tanaman mengacu pada Balai
literatur dan pengumpulan data yang berkaitan Penelitian Tanah (2003) dan Hardjowigeno &
dengan penelitian, seperti penelaahan peta kelas Widiatmaka (2007). Pemilihan jenis tersebut
lereng, peta tutupan lahan dan peta tanah. berdasarkan pengamatan lapangan bahwa
Selanjutnya peta-peta tersebut pohon-pohon tersebut tumbuh dan sangat
ditumpangsusunkan sehingga diperoleh peta disukai karena memiliki nilai ekonomi yang
tinggi namun waktu pemanennya cukup lama
satuan lahan pengamatan. Hasil penelahaan ini
sehingga sangat baik dan berpotensi untuk
digunakan sebagai referensi dalam penentuan
dikembangkan sebagai tanaman agroforestri di
lokasi yang dijadikan areal pengamatan
Arboretum Kwala Bekala Kampus USU.
penelitian. Pengambilan data parameter fisik Satuan lahan didefinisikan sebagai area
yang meliputi : kedalaman tanah, kemiringan homogen dalam beberapa parameter fisik lahan
lereng, batuan di permukaan, singkapan batuan, yang dapat diidentifikasikan langsung di
drainase, bahaya banjir. Pengambilan sampel lapangan. Satuan lahan ditentukan dengan
tanah dilakukan untuk memperoleh data berupa menumpang susunkan berbagai parameter
tekstur tanah, KTK, C-organik, kejenuhan basa lahan yang dapat dipetakan. Parameter yang
dan pH tanah. dipilih dalam penelitian ini adalah tanah,
Hasil penilaian kelas kesesuaian lahan lereng, dan penutupan lahan. Bila salah satu
aktual dan potensial disajikan dalam bentuk parameter berubah maka satuan lahan akan
tabel dan peta yang memberikan keterangan berubah pula. Peta satuan lahan yang dihasilkan
kelas kesesuaian lahan dari masing-masing dari tumpang susun peta tanah, peta lereng, dan
tanaman untuk setiap satuan lahan yang dinilai. peta penutupan lahan (hasil analisis citra
75
JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2 No. 2 Desember 2016: 73-82
landsat 7 tahun 2012 oleh Balai Pemantapan Bekala, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten
Kawasan Hutan Wilayah I) dapat digunakan Deli Serdang dan diresmikan oleh Menteri
sebagai peta acuan dasar dalam pembuatan peta Kehutanan RI pada tanggal 19 Juni 2006.
kelas kesesuaian lahan. Hal yang sama juga Arboretum USU dapat dicapai melalui dua
dilakukan oleh (Rahmawaty, et al. (2013) dan jalur, yaitu: Medan-Pancur Batu-Kampus USU
Tarigan, et al. (2016) dalam menganalisis Kwala Bekala dengan waktu tempuh sekitar 30
kesesuaian lahan ekaliptus dan durian sebagai menit dan Medan-Simalingkar-Kampus USU
tanaman agroforestri Kwala Bakala dengan waktu tempuh yang sama
Pada prinsipnya klasifikasi kesesuaian yaitu 30 menit dari pusat Kota Medan. Letak
lahan dilaksanakan dengan cara memadukan Arboretum USU ini sendiri berada dekat
antara kebutuhan tanaman atau persyaratan dengan areal Kebun Binatang Medan (Rauf,
tumbuh tanaman dengan karakteristik lahan. 2009).
Adapun jenis tanaman yang akan dipadukan Arboretum USU berbatasan dengan sungai
adalah tanaman jati. Oleh karena itu klasifikasi Bekala di sebelah selatan dan timur serta area
ini sering juga disebut metode matching. penggunaan lain untuk sarana kampus di
Perubahan klasifikasi menjadi setingkat lebih sebelah barat dan utara (Gambar 1). Keadaan
baik dimungkinkan terjadi apabila seluruh topografi Arboretum USU cenderung datar
hambatan yang ada dapat diperbaiki. Sub kelas hingga agak curam dengan kemiringan 0-60%
pada klasifikasi kesesuaian lahan ini juga dan berada pada ketinggian 73 meter di atas
mencerminkan jenis penghambat. Pada permukaan laut. Jenis tanah didominasi ordo
klasifikasi kesesuaian lahan tidak dikenal Ultisol (Podsolik Merah Kuning). Tipe iklim
prioritas penghambat, dengan demikian seluruh adalah tipe B dengan curah hujan rata-rata
hambatan yang ada pada suatu unit lahan akan 2000-2500 mm per tahun.
disebutkan semuanya. Penilaian kelas Satuan lahan di lokasi penelitian terdiri
kesesuaian lahan aktual dilakukan dengan cara dari 10 kelas (Gambar 2). Masing-masing kelas
matching Ritung, et al. (2007), yaitu memiliki luas yang berbeda-beda (Tabel 2).
membandingkan antara parameter karateristik Satuan lahan V seluas kurang lebih 1.300,75 ha
lahan dengan kriteria kesesuaian lahan yang (47,25%) merupakan satuan lahan terluas dan
dibutuhkan oleh tanaman (Tabel 1). yang terkecil adalah satuan lahan IV dengan
Penilaian kesesuaian lahan potensial luas kurang lebih 1,08 ha (0,04%). Peta satuan
dilakukan dengan melakukan perbaikan- lahan di lokasi penelitian disajikan pada
perbaikan yang memungkinkan pada kualitas Gambar 2.
lahan yang menjadi faktor penghambat, Satuan lahan yang terluas adalah satuan
sehingga kesesuaian lahannya diharapkan dapat lahan I seluas 20,52 ha (31,69%) dan yang
meningkat. Hasil penilaian kelas kesesuaian terkecil adalah satuan lahan XI seluas 0,013 ha
lahan aktual dan potensial disajikan dalam (0,02%) (Tabel 2). Dari 16 satuan lahan, satuan
bentuk peta dan tabel yang memberikan lahan VI pada penelitian ini tidak dievaluasi
keterangan kelas kesesuaian lahan dari masing- kemampuan dan kesesuaian lahannya, karena di
masing tanaman untuk setiap satuan lahan yang lapangan penggunaan lahan tersebut sudah
dinilai. diperuntukkan untuk jalan dengan luas 3,86 ha
atau sekitar 5,96% dari total luas Arboretum
III. HASIL DAN PEMBAHASAN USU. Penggunaan lahan yang lain adalah
Arboretum USU terletak di areal Kampus untuk perkebunan kelapa sawit, kebun jagung/
Universitas Sumatera Utara (USU) Kwala singkong, dan tanaman kehutanan.
Hasil analisis kelas kesesuaian lahan sejajar kontur, dan penanaman penutup tanah
Tectona grandis disajikan pada Tabel 3. maka kelas kesesuaian lahan potensial dapat
Berdasarkan Tabel 3, pada satuan lahan I-X menjadi cukup sesuai (S2) dengan faktor
kelas kesesuaian lahan aktual cukup sesuai (S2) penghambat lereng dan curah hujan.
seluas 51,09 Ha (78,82% dari total luas Luas areal kelas kesesuaian lahan Tectona
Arboretum USU) (Tabel 4) dengan faktor grandis aktual dan potensial dapat dilihat pada
penghambat curah hujan, bahaya erosi dan Tabel 4 dan Tabel 5. Kelas kesesuaian lahan
tambahan faktor pembatas ketersediaan aktual tidak sesuai (N) terdapat pada satuan
oksigen/drainase pada satuan lahan I. Faktor lahan XIV, XV dan XVI seluas 8,09 Ha
penghambat curah hujan merupakan faktor (12,48% dari total luas Arboretum USU) (Tabel
alam yang tidak dapat diperbaiki, ketersediaan 4) dengan faktor penghambat lereng. Sama
oksigen dapat diatasi dengan pembuatan
halnya dengan satuan lahan XI, XII, dan XIII,
saluran drainase dan bahaya erosi dapat diatasi
melalui usaha perbaikan seperti pembuatan
dengan pembuatan teras, penanaman sejajar
teras, penanaman sejajar kontur, dan
kontur, dan penanaman penutup tanah
(Satriawan et al., 2015). Oleh sebab itu, kelas penanaman penutup tanah maka satuan lahan
kesesuaian lahan potensial pada satuan lahan I- ini secara potensial dapat menjadi sesuai
X tetap cukup sesuai (S2) dengan faktor marginal (S3) seluas 8,09 Ha (12,48% dari total
penghambat ketersediaan air. luas Arboretum USU) (Tabel 5). Hal ini sejalan
Satuan lahan XI, XII, dan XIII memiliki dengan penelitian Wirawan (2008) yang
kesesuaian lahan aktual sesuai marginal (S3) dilakukan di kawasan agroforestri Sub DAS
seluas 1,73 Ha (2,67% dari total luas Solo Hulu dan penelitian Rahmawaty et al.,
Arboretum USU) (Tabel 4) dengan faktor (2011) yang dilakukan di DAS Besitang.
penghambat bahaya erosi. Melalui usaha Peta kelas kesesuaian lahan aktual di
perbaikan yaitu pembuatan teras, penanaman Arboretum USU disajikan pada Gambar 3.
78
Kesesuaian Lahan Tanaman Jati; ”Studi Kasus Di Arboretum…
(Rahmawaty, Nicho Chandra Siregar & Abdul Rauf)
Tabel 3. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial Tectona grandis di Arboretum USU
Table 3. Actual and potential land suitability for Tectona grandis in the Arboretum of USU
Kelas Kesesuaian lahan
No. Satuan Lahan
Aktual Potensial
1 I S2,wa,oa,eh S2,wa
2 II S2,wa,eh S2,wa
3 III S2,wa,eh S2,wa
4 IV S2,wa,eh S2,wa
5 V S2,wa,eh S2,wa
6 VI - -
7 VII S2,wa,eh S2,wa
8 VIII S2,wa,eh S2,wa
9 IX S2,wa,eh S2,wa
10 X S2, wa, eh S2, wa
11 XI S3, eh S2, wa, eh
12 XII S3, eh S2, wa, eh
13 XIII S3, eh S2, wa, eh
14 XIV N,eh S3,eh
15 XV N,eh S3,eh
16 XVI N,eh S3,eh
Sumber: diolah dari data primer
Keterangan: rc (media perakaran)
eh (bahaya erosi)
oa (ketersediaan oksigen/drainase)
wa (ketersediaan air/curah hujan)
S1 = Sangat sesuai
S2 = Cukup sesuai
S3 = Sesuai Marginal
N= Tidak Sesuai
79
JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2 No. 2 Desember 2016: 73-82
80
Kesesuaian Lahan Tanaman Jati; ”Studi Kasus Di Arboretum…
(Rahmawaty, Nicho Chandra Siregar & Abdul Rauf)
81
JURNAL Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2 No. 2 Desember 2016: 73-82
Rahmawaty, Villanueva, T. R., & Carandang, M. G. Conservation to Erosion Control on Several Land
(2011). Participatory Land Use Allocation, Case Use Types. Agriculture Poľnohospodárstvo, 61(2),
Study in Besitang Watershed, Langkat, North 61–68.
Sumatera, Indonesia. Lambert Academic Sukoco, M. (1991). Kartografi Perencanaan Wilayah.
Publishing. Forum Geografi.
Rauf, A. (2009). Profil Arboretum USU 2006-2008. Tarigan, A., Rauf, A., & Rahmawaty. (2016). Evaluasi
Medan: USU Press. Kesesuaian Lahan Kentang Di Kawasan Relokasi
Ritung, S., Nugroho, K., Mulyani, A., & Suryani, E. Siosar Kabupaten Karo. Jurnal Pertanian Tropik,
(2011). Petunjuk teknis evaluasi lahan untuk 3(2), 124–131.
komoditas pertanian (Edisi revisi). Balai Besar Triwilaida. (2000). Efektivitas bebagai jenis tanaman
Penelitian dan Pengembagan Sumberdaya Lahan, kayu-kayuan dalam pengendalian erosi di DTW
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Wonogiri : suatu analisis. Buletin Teknologi
Bogor. Pengelolaan DAS, 6(1), 32–46.
Ritung, S., Wahyunto, F., Agus, & Hidayat, H. (2007). Wirawan, B. (2008). Kesesuaian Lahan untuk Tanaman
Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan. Balai Jati (Tectona grandis L.) dan Kacang Tanah
Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. (Arachis hypogaea L.) pada Kawasan Agroforestri
Bogor. di Sub DAS Solo Hulu. Universitas Sebelas Maret.
Satriawan, H., Masrul Harahap, E., Rahmawaty, & Solo.
Karim, A. (2015). Effectiveness of Soil
82