Anda di halaman 1dari 50

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)/TERM OF REFERENCE (TOR)

PENATAAN KELEMBAGAAN PENERIMA AKSES REFORMA AGRARIA


(AKSES REFORMA AGRARIA TAHUN KE 2)
KATEGORI I
TAHUN ANGGARAN 2023

Kementerian Negara : Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Lembaga Pertanahan Nasional
Unit Eselon I/II : Direktorat Jenderal Penataan
Agraria/Direktorat Pemberdayaan Tanah
Masyarakat
Program : Program Pengelolaan dan Pelayanan
Pertanahan
Sasaran Program : Terwujudnya Akses Reform dalam Reforma
Agraria
Indikator Kinerja Program : Persentase realisasi Kepala Keluarga
penerima Akses Reform terhadap target
Kepala Keluarga penerima akses reform
Kegiatan : 6419. Penanganan Akses Reforma Agraria
(Acces Reform)
Sasaran Kegiatan : Terwujudnya pemberian Akses Reforma
Agraria
Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Kepala Keluarga penerima akses RA
Klasifikasi Rincian Output : 6419.QDD. Fasilitasi dan Pembinaan
Kelompok Masyarakat
Indikator Klasifikasi : Jumlah Kelompok Masyarakat
Rincian Output
Rincian Output : 6419.QDD.001. Penataan Kelembagaan
Penerima Akses Reforma Agraria (Akses
Reforma Agraria Tahun Ke 2) Kategori I
Indikator Rincian Output : Jumlah Kelompok Masyarakat
Volume Rincian Output : 25
Satuan Rincian Output : Kelompok Masyarakat

A. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria;
2. Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumberdaya Alam;

1
3. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2019
tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Kabinet
Indonesia Maju Tahun 2019-2024;
5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020, tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
6. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan
Pertanahan Nasional;
7. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan;
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 27 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional tahun 2020-2024;
10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
60/PMK.02/2021 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran
2022;
11. NOTA KESEPAHAMAN (MOU) antara Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional dengan Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah,
Kementerian Pertanian, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan
NOMOR: 37/SKB/XII/2017; NOMOR: 593/9395/SJ; NOMOR:
14/KB/M.KUKM/IX/2017; NOMOR: 07/MoU/HK.220/M/12/
2017; NOMOR: 16/MEN-KP/KB/XII/2017 TANGGAL 27 November
2017 Tentang Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat Bagi
Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudidaya Ikan;

2
12. Perjanjian Kerja Sama antara Direktur Jenderal Hubungan Hukum
Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, dengan Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah Kementerian Dalam Negeri, Deputi Bidang Pembiayaan
Kementerian Koperasi dan UKM, Direktur Jenderal Prasana dan
Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Direktur Jenderal
Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan
Perikanan Tentang Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat
Bagi Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudi Daya
Ikan NOMOR : 29/SKB-400/IV/2018 ; NOMOR :
500/1738/Bangda/2018 ; NOMOR : 01/pks/Dep.2/IV/2018 ;
NOMOR : 03/MoU/OT.160/B/04/2018 ; NOMOR : 01/PKS/DJPT-
KKP/IV/2018 ; NOMOR : 01/DJPB-KKP/PKS/IV/2018 Tanggal 5
April 2018.

b. Gambaran Umum
Tanah memiliki arti penting bagi manusia dan juga mempunyai
kedudukan yang strategis bagi pembangunan bangsa. Oleh karena itu
fungsi tanah menjadi sangat strategis, sehingga diundangkanlah UU
nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
atau lebih dikenal dengan UUPA sebagai dasar peraturan perundang-
undangan terkait pertanahan.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional sebagai Lembaga Pemerintah yang menangani tugas di bidang
pertanahan di tingkat Nasional dan Regional, mengemban sebagian
Program Prioritas Pengentasan Kemiskinan melalui kegiatan Reforma
Agraria. Unsur penting dalam Reforma Agraria yaitu Penataan Aset dan
Penataan Akses.
Penataan Akses adalah pemberian kesempatan akses
permodalan maupun bantuan lain dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan yang berbasis pada pemanfaatan tanah, yang disebut
juga pemberdayaan tanah masyarakat. Adapun tujuan penataan akses
salah satunya yaitu memperbaiki akses masyarakat kepada sumber

3
ekonomi. Masyarakat yang dimaksud merupakan subjek penerima
TORA (Tanah Objek Reforma Agraria).
Penataan Akses adalah salah satu bentuk Pemberdayaan
Masyarakat kepada masyarakat khususnya penerima Reforma
Agraria. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
86 Tahun 2018 Tentang Reforma Agraria Pasal 15, penataan akses
Reforma Agraria meliputi :
1. Pemetaan Sosial
Pelaksanaan pemetaan sosial dimaksudkan untuk mengetahui
potensi, peluang, dan kendala yang dimiliki Subjek Reforma
Agraria sebagai kelompok sasaran Penataan Akses;
2. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Peningkatan kapasitas kelembagaan merujuk pada penguatan
kapasitas kelembagaan yang merupakan suatu proses upaya
sistematis untuk menjadikan lembaga masyarakat menjadi lebih
baik, dinamis, berdaya dan kuat dalam menghadapi berbagai
pemenuhan kebutuhan dan tantangan atau hambatan yang dapat
mempengaruhi eksistensinya. Penguatan kapasitas kelembagaan
penting dilaksanakan karena berperan sebagai wujud dari sarana
dan media masyarakat dalam pengembangan sumber daya
manusia dan peningkatan perekonomian yang terpadu ke dalam
sistem pengelolaan bersama;
3. Pendampingan Usaha
Pendampingan usaha dilakukan melalui kemitraan yang
berkeadilan. Masyarakat yang memiliki dan menjalankan usaha
juga perlu diberikan pendampingan usaha baik dari segi produksi
maupun dari segi pengaturan keuangan sehingga usaha
masyarakat dapat lebih berkembang dan maju serta mandiri;
4. Peningkatan Keterampilan
Peningkatan keterampilan dilakukan melalui :
a. Penyuluhan;
b. Pendidikan;
c. Pelatihan, dan/atau;
d. Bimbingan teknis.

4
Peningkatan keterampilan yang diberikan kepada
subjek/kelompok sasaran penataan akses ditujukan untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan para penerima akses
Reforma Agraria dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha dan
kualitas produksi;
5. Penggunaan Teknologi Tepat Guna
Pada masa revolusi industri 4.0 sekarang ini teknologi memegang
peran penting hampir di semua lini sektor. Dengan era digital dan
permintaan pasar yang membutuhkan pemenuhan barang dan
jasa secara cepat berdampak pada persaingan usaha yang ketat
sehingga masyarakat yang memiliki usaha harus mampu bersaing
dengan menggunakan teknologi secara tepat guna. Pelatihan
penggunaan teknologi tepat guna dapat dilakukan melalui kerja
sama dengan perguruan tinggi, dunia usaha, lembaga penelitian,
serta kementerian/lembaga atau Pemerintah;
6. Diversifikasi Usaha
Usaha yang dijalankan/dikelola oleh masyarakat dituntut dapat
berkembang sesuai kebutuhan dan permintaan pasar melalui
produk-produk yang dihasilkan. Untuk memenuhi hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara diversifikasi usaha yaitu
penganekaragaman jenis usaha atau jenis barang/produk untuk
memaksimalkan upaya peningkatan kesejahteraan;
7. Fasilitasi Akses Permodalan
Dalam menjalankan sebuah usaha tidak bisa lepas dari kebutuhan
modal agar usaha yang dijalankan dapat terus bergerak.
Kebutuhan permodalan para pelaku usaha/kelompok usaha perlu
untuk difasilitasi ke sumber-sumber permodalan seperti lembaga
keuangan, koperasi dan badan usaha melalui dana tanggung
jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR).
8. Fasilitasi Akses Pemasaran
Produk-produk yang dihasilkan dari usaha masyarakat
memerlukan akses pemasaran agar produk tersebut dapat dijual
dengan baik yang memberikan penghasilan/pendapatan bagi
masyarakat pelaku usaha. Fasilitasi akses pemasaran dapat

5
dilakukan dengan menampung dan menyalurkan hasil usaha
pelaku usaha/kelompok usaha sasaran penataan akses;
9. Penguatan Basis Data dan Informasi Komoditas
Penataan akses yang dilakukan kepada masyarakat (kelompok
usaha) penerima manfaat akses Reforma Agraria harus dibuatkan
sebuah basis data yang memuat seluruh data pemilik
usaha/kelompok usaha beserta informasi komoditas usahanya.
Basis data yang disusun akan memberikan gambaran dalam
menginventarisir dan mengidentifikasi potensi-potensi usaha
masyarakat yang akan dikembangkan lebih lanjut. Selain itu basis
data dan informasi komoditas yang dibuat juga dapat digunakan
sebagai dasar pengawasan perkembangan usaha;
10. Penyediaan Infrastruktur Pendukung
Penyediaan dan pembangunan infrastruktur pendukung juga
diperlukan untuk menghubungkan masyarakat kepada akses-
akses yang diperlukan. Penyediaan infrastuktur pendukung ini
dapat berupa pembangunan jalan, jembatan, penyediaan aliran
listrik, dan lain sebagainya.
Penataan Akses dari segi kelembagaan menjadikan
kelembagaan memiliki peran tersendiri dalam sistem organisasi
masyarakat. Pembentukan kelembagaan berdasarkan jenis usaha
yang sama memberikan beberapa keuntungan antara lain
mempermudah koordinasi antar anggota dengan instansi pendamping,
mempermudah pemberian pelatihan atau pendampingan lainnya,
pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan perekonomian
terintegrasi dalam sistem pengelolaan bersama, dan lain sebagainya.
Terbentuknya kelembagaan masyarakat sebagai wujud sarana dan
media masyarakat, perlu dilaksanakan suatu penataan kelembagaan
dimana program pemberdayaan tanah masyarakat dapat melakukan
fasilitasi dan ikut terlibat dalam penguatan kelembagaan tersebut.

B. PENERIMA MANFAAT

6
Penerima manfaat dalam kegiatan Penataan Kelembagaan
Pendukung Reforma Agraria ini adalah Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kementerian/Lembaga terkait
sebagai fasilitator kegiatan Penanganan Akses, peserta program dan
pihak-pihak lainnya.

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


1. Metode Pelaksanaan.
a) Penguatan Kelembagaan dalam strategi pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya meningkatkan partisipasi aktif dan prakarsa
masyarakat dalam menentukan arah tujuan yang akan dicapai
dalam lembaga yang dibentuk bersama oleh masyarakat. Penguatan
ini ditujukan kepada penguatan kapasitas kelembagaan dengan
menitikberatkan pada proses perubahan perilaku untuk (1)
meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan,
keterampilan, dan sikap; (2) meningkatkan kemampuan
kelembagaan dalam organisasi dan manajemen, keuangan dan
budaya; (3) meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
kemandirian, keswadayaan dan mengantisipasi perubahan.
Penguatan kapasitas kelembagaan dapat dilakukan dengan cara
antara lain :
1. meningkatkan modal lembaga melalui peningkatan usaha
produktif anggota;
2. pelatihan kelembagaan, kewirausahaan, dan perencanaan
partisipatif bagi pengurus atau anggota untuk mendapat
pengetahuan, keterampilan, teknologi dan informasi pasar atau
alternatif permodalan;
3. membangun kerekatan dan keterikatan antar seluruh anggota
dengan menghasilkan tindakan bersama dan perilaku kerjasama
melalui norma yang disepakati bersama.
b) Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan dilakukan dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
melalui lembaga yang telah dibentuk. Pelaksanaan pendampingan
kewirausahaan/kelembagaan dapat dilakukan melalui kegiatan

7
seminar, pelatihan, lokakarya, in-house training, pendampingan dan
konsultansi serta dapat juga dengan membuka jaringan kerja dan
kemitraan dengan lembaga sejenis;
c) Pembentukan kerja sama dilakukan sebagai bentuk intervensi
program pemberdayaan tanah masyarakat untuk terlibat dalam
penyediaan offtaker di setiap provinsi yang diharapkan mampu
mewujudkan nilai-nilai pemanfaatan lahan yang diterima oleh
masyarakat beserta pengelolaannya di sektor pertanian, perikanan,
peternakan, UMKM dan sektor lainnya. Adanya bentuk kerja sama
dengan para offtaker akan memberikan perlindungan dalam bentuk
menjaga harga komoditas, memperoleh sarana dan prasarana yang
dibutuhkan serta sistem pemasaran yang baik dan berkelanjutan;
d) Penyusunan SK pembentukan kelompok masyarakat merupakan
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memformalkan
pembentukan kelompok masyarakat yang mengatur susunan
pengurus dan anggota kelompok serta tugas dan tanggung jawab
yang diemban oleh pengurus dan anggota kelompok. Penyusunan
SK (Surat Keputusan) ini kemudian disahkan oleh Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota yang terdapat lokasi kegiatan
penanganan akses reforma agraria tahun ke-2.
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan :
Untuk mencapai output dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut
:
a) Penguatan kelembagaan, kegiatan ini dilaksanakan dengan cara
melakukan rapat persiapan di dalam kantor dengan peserta rapat
melibatkan internal Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota dan Dinas terkait dalam rangka
koordinasi pelaksanaan kegiatan. Kegiatan juga dilaksanakan
melalui perjalanan dinas ke lokasi oleh petugas pelaksana yang
terdiri dari ASN (Aparatur Sipil Negara) dan Tenaga Pendukung
serta mengundang pihak Dinas/Lembaga yang terkait dan Aparat
Desa untuk secara bersama-sama memberikan pelatihan
keterampilan dengan menghadirkan narasumber pakar/praktisi
yang berpengalaman dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam

8
mendukung kegiatan ini juga dilakukan rekrutmen tenaga
pendukung yang akan ditempatkan di kabupaten/kota lokasi
pemberdayaan masyarakat dimana 1 (satu) orang tenaga
pendukung menangani 1 (satu) kabupaten/kota dan kepada tenaga
pendukung ini akan diberikan honor bulanan selama 6 (enam)
bulan;
b) Pendampingan kewirausahaan/kelembagaan, kegiatan ini
dilaksanakan dengan memberikan pendampingan ke kelompok
masyarakat dan/atau masyarakat yang belum membentuk
kelompok berupa pelatihan kewirausahaan/kelembagaan untuk
memperkuat usaha masyarakat. Pada pelaksanaan kegiatan di
lokasi disediakan biaya konsumsi bagi masyarakat sebanyak 100
(seratus) orang sebanyak 2 (dua) kali dan kepada petugas pelaksana
(ASN dan Tenaga Pendukung) diberikan biaya perjalanan dinas
sebanyak 4 (empat) kali;
c) Pembentukan kerjasama, yaitu dengan melaksanakan rapat
pembahasan di dalam kantor dalam menyiapkan bahan
pembentukan kerjasama. Rapat penyusunan kerja sama di dalam
kantor dilakukan sebanyak 4 (empat) kali di dalam kantor dengan
peserta rapat sejumlah 10 (sepuluh) orang terdiri dari internal Seksi
Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
dan Dinas/Lembaga lain yang terkait;
d) Penyusunan SK pembentukan kelompok masyarakat, dilaksanakan
dengan cara melakukan rapat penyusunan di dalam kantor dengan
peserta rapat dari internal Seksi Penataan dan Pemberdayaan
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota serta Dinas/Lembaga terkait.
Rapat penyusunan SK dilaksanakan dengan rapat internal di dalam
kantor sebanyak 2 (dua) kali dengan jumlah peserta 10 (sepuluh)
orang.

D. WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN

9
Pelaksanaan pencapaian keluaran dilakukan dalam tahun 2023 setelah
DIPA diterima dan dijabarkan ke dalam Petunjuk Operasional Kegiatan
(POK).

E. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah sebesar Rp.
1.577.500.000 (Satu Milyar Lima Ratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Lima
Ratus Ribu Rupiah) dengan sumber dana berasal dari Rupiah Murni yang
dialokasikan pada DIPA masing-masing Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota Tahun 2023.

Jakarta,

Direktur Pemberdayaan
Tanah Masyarakat

Ir. Andry Novijandri


NIP. 19641102 199003 1 004

10
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)/TERM OF REFERENCE (TOR)
PENATAAN KELEMBAGAAN PENERIMA AKSES REFORMA AGRARIA
(AKSES REFORMA AGRARIA TAHUN KE 2)
KATEGORI II
TAHUN ANGGARAN 2023

Kementerian Negara : Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Lembaga Pertanahan Nasional
Unit Eselon I/II : Direktorat Jenderal Penataan
Agraria/Direktorat Pemberdayaan Tanah
Masyarakat
Program : Program Pengelolaan dan Pelayanan
Pertanahan
Sasaran Program : Terwujudnya Akses Reform dalam Reforma
Agraria
Indikator Kinerja Program : Persentase realisasi Kepala Keluarga
penerima Akses Reform terhadap target
Kepala Keluarga penerima akses reform
Kegiatan : 6419. Penanganan Akses Reforma Agraria
(Acces Reform)
Sasaran Kegiatan : Terwujudnya pemberian Akses Reforma
Agraria
Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Kepala Keluarga penerima akses RA
Klasifikasi Rincian Output : 6419.QDD. Fasilitasi dan Pembinaan
Kelompok Masyarakat
Indikator Klasifikasi : Jumlah Kelompok Masyarakat
Rincian Output
Rincian Output : 6419.QDD.001. Penataan Kelembagaan
Penerima Akses Reforma Agraria (Akses
Reforma Agraria Tahun Ke 2) Kategori II
Indikator Rincian Output : Jumlah Kelompok Masyarakat
Volume Rincian Output : 40
Satuan Rincian Output : Kelompok Masyarakat

A. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria;
2. Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumberdaya Alam;

1
3. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2019
tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Kabinet
Indonesia Maju Tahun 2019-2024;
5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020, tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
6. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan
Pertanahan Nasional;
7. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan;
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 27 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional tahun 2020-2024;
10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
60/PMK.02/2021 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran
2022;
11. NOTA KESEPAHAMAN (MOU) antara Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional dengan Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah,
Kementerian Pertanian, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan
NOMOR: 37/SKB/XII/2017; NOMOR: 593/9395/SJ; NOMOR:
14/KB/M.KUKM/IX/2017; NOMOR: 07/MoU/HK.220/M/12/
2017; NOMOR: 16/MEN-KP/KB/XII/2017 TANGGAL 27 November
2017 Tentang Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat Bagi
Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudidaya Ikan;

2
12. Perjanjian Kerja Sama antara Direktur Jenderal Hubungan Hukum
Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, dengan Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah Kementerian Dalam Negeri, Deputi Bidang Pembiayaan
Kementerian Koperasi dan UKM, Direktur Jenderal Prasana dan
Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Direktur Jenderal
Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan
Perikanan Tentang Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat
Bagi Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudi Daya
Ikan NOMOR : 29/SKB-400/IV/2018 ; NOMOR :
500/1738/Bangda/2018 ; NOMOR : 01/pks/Dep.2/IV/2018 ;
NOMOR : 03/MoU/OT.160/B/04/2018 ; NOMOR : 01/PKS/DJPT-
KKP/IV/2018 ; NOMOR : 01/DJPB-KKP/PKS/IV/2018 Tanggal 5
April 2018.

b. Gambaran Umum
Tanah memiliki arti penting bagi manusia dan juga mempunyai
kedudukan yang strategis bagi pembangunan bangsa. Oleh karena itu
fungsi tanah menjadi sangat strategis, sehingga diundangkanlah UU
nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
atau lebih dikenal dengan UUPA sebagai dasar peraturan perundang-
undangan terkait pertanahan.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional sebagai Lembaga Pemerintah yang menangani tugas di bidang
pertanahan di tingkat Nasional dan Regional, mengemban sebagian
Program Prioritas Pengentasan Kemiskinan melalui kegiatan Reforma
Agraria. Unsur penting dalam Reforma Agraria yaitu Penataan Aset dan
Penataan Akses.
Penataan Akses adalah pemberian kesempatan akses
permodalan maupun bantuan lain dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan yang berbasis pada pemanfaatan tanah, yang disebut
juga pemberdayaan tanah masyarakat. Adapun tujuan penataan akses
salah satunya yaitu memperbaiki akses masyarakat kepada sumber

3
ekonomi. Masyarakat yang dimaksud merupakan subjek penerima
TORA (Tanah Objek Reforma Agraria).
Penataan Akses adalah salah satu bentuk Pemberdayaan
Masyarakat kepada masyarakat khususnya penerima Reforma
Agraria. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
86 Tahun 2018 Tentang Reforma Agraria Pasal 15, penataan akses
Reforma Agraria meliputi :
1. Pemetaan Sosial
Pelaksanaan pemetaan sosial dimaksudkan untuk mengetahui
potensi, peluang, dan kendala yang dimiliki Subjek Reforma
Agraria sebagai kelompok sasaran Penataan Akses;
2. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Peningkatan kapasitas kelembagaan merujuk pada penguatan
kapasitas kelembagaan yang merupakan suatu proses upaya
sistematis untuk menjadikan lembaga masyarakat menjadi lebih
baik, dinamis, berdaya dan kuat dalam menghadapi berbagai
pemenuhan kebutuhan dan tantangan atau hambatan yang dapat
mempengaruhi eksistensinya. Penguatan kapasitas kelembagaan
penting dilaksanakan karena berperan sebagai wujud dari sarana
dan media masyarakat dalam pengembangan sumber daya
manusia dan peningkatan perekonomian yang terpadu ke dalam
sistem pengelolaan bersama;
3. Pendampingan Usaha
Pendampingan usaha dilakukan melalui kemitraan yang
berkeadilan. Masyarakat yang memiliki dan menjalankan usaha
juga perlu diberikan pendampingan usaha baik dari segi produksi
maupun dari segi pengaturan keuangan sehingga usaha
masyarakat dapat lebih berkembang dan maju serta mandiri;
4. Peningkatan Keterampilan
Peningkatan keterampilan dilakukan melalui :
a. Penyuluhan;
b. Pendidikan;
c. Pelatihan, dan/atau;
d. Bimbingan teknis.

4
Peningkatan keterampilan yang diberikan kepada
subjek/kelompok sasaran penataan akses ditujukan untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan para penerima akses
Reforma Agraria dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha dan
kualitas produksi;
5. Penggunaan Teknologi Tepat Guna
Pada masa revolusi industri 4.0 sekarang ini teknologi memegang
peran penting hampir di semua lini sektor. Dengan era digital dan
permintaan pasar yang membutuhkan pemenuhan barang dan
jasa secara cepat berdampak pada persaingan usaha yang ketat
sehingga masyarakat yang memiliki usaha harus mampu bersaing
dengan menggunakan teknologi secara tepat guna. Pelatihan
penggunaan teknologi tepat guna dapat dilakukan melalui kerja
sama dengan perguruan tinggi, dunia usaha, lembaga penelitian,
serta kementerian/lembaga atau Pemerintah;
6. Diversifikasi Usaha
Usaha yang dijalankan/dikelola oleh masyarakat dituntut dapat
berkembang sesuai kebutuhan dan permintaan pasar melalui
produk-produk yang dihasilkan. Untuk memenuhi hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara diversifikasi usaha yaitu
penganekaragaman jenis usaha atau jenis barang/produk untuk
memaksimalkan upaya peningkatan kesejahteraan;
7. Fasilitasi Akses Permodalan
Dalam menjalankan sebuah usaha tidak bisa lepas dari kebutuhan
modal agar usaha yang dijalankan dapat terus bergerak.
Kebutuhan permodalan para pelaku usaha/kelompok usaha perlu
untuk difasilitasi ke sumber-sumber permodalan seperti lembaga
keuangan, koperasi dan badan usaha melalui dana tanggung
jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR).
8. Fasilitasi Akses Pemasaran
Produk-produk yang dihasilkan dari usaha masyarakat
memerlukan akses pemasaran agar produk tersebut dapat dijual
dengan baik yang memberikan penghasilan/pendapatan bagi
masyarakat pelaku usaha. Fasilitasi akses pemasaran dapat

5
dilakukan dengan menampung dan menyalurkan hasil usaha
pelaku usaha/kelompok usaha sasaran penataan akses;
9. Penguatan Basis Data dan Informasi Komoditas
Penataan akses yang dilakukan kepada masyarakat (kelompok
usaha) penerima manfaat akses Reforma Agraria harus dibuatkan
sebuah basis data yang memuat seluruh data pemilik
usaha/kelompok usaha beserta informasi komoditas usahanya.
Basis data yang disusun akan memberikan gambaran dalam
menginventarisir dan mengidentifikasi potensi-potensi usaha
masyarakat yang akan dikembangkan lebih lanjut. Selain itu basis
data dan informasi komoditas yang dibuat juga dapat digunakan
sebagai dasar pengawasan perkembangan usaha;
10. Penyediaan Infrastruktur Pendukung
Penyediaan dan pembangunan infrastruktur pendukung juga
diperlukan untuk menghubungkan masyarakat kepada akses-
akses yang diperlukan. Penyediaan infrastuktur pendukung ini
dapat berupa pembangunan jalan, jembatan, penyediaan aliran
listrik, dan lain sebagainya.
Penataan Akses dari segi kelembagaan menjadikan
kelembagaan memiliki peran tersendiri dalam sistem organisasi
masyarakat. Pembentukan kelembagaan berdasarkan jenis usaha
yang sama memberikan beberapa keuntungan antara lain
mempermudah koordinasi antar anggota dengan instansi pendamping,
mempermudah pemberian pelatihan atau pendampingan lainnya,
pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan perekonomian
terintegrasi dalam sistem pengelolaan bersama, dan lain sebagainya.
Terbentuknya kelembagaan masyarakat sebagai wujud sarana dan
media masyarakat, perlu dilaksanakan suatu penataan kelembagaan
dimana program pemberdayaan tanah masyarakat dapat melakukan
fasilitasi dan ikut terlibat dalam penguatan kelembagaan tersebut.

B. PENERIMA MANFAAT

6
Penerima manfaat dalam kegiatan Penataan Kelembagaan
Pendukung Reforma Agraria ini adalah Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kementerian/Lembaga terkait
sebagai fasilitator kegiatan Penanganan Akses, peserta program dan
pihak-pihak lainnya.

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


1. Metode Pelaksanaan.
a) Penguatan Kelembagaan dalam strategi pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya meningkatkan partisipasi aktif dan prakarsa
masyarakat dalam menentukan arah tujuan yang akan dicapai
dalam lembaga yang dibentuk bersama oleh masyarakat. Penguatan
ini ditujukan kepada penguatan kapasitas kelembagaan dengan
menitikberatkan pada proses perubahan perilaku untuk (1)
meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan,
keterampilan, dan sikap; (2) meningkatkan kemampuan
kelembagaan dalam organisasi dan manajemen, keuangan dan
budaya; (3) meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
kemandirian, keswadayaan dan mengantisipasi perubahan.
Penguatan kapasitas kelembagaan dapat dilakukan dengan cara
antara lain :
1. meningkatkan modal lembaga melalui peningkatan usaha
produktif anggota;
2. pelatihan kelembagaan, kewirausahaan, dan perencanaan
partisipatif bagi pengurus atau anggota untuk mendapat
pengetahuan, keterampilan, teknologi dan informasi pasar atau
alternatif permodalan;
3. membangun kerekatan dan keterikatan antar seluruh anggota
dengan menghasilkan tindakan bersama dan perilaku kerjasama
melalui norma yang disepakati bersama.
b) Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan dilakukan dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
melalui lembaga yang telah dibentuk. Pelaksanaan pendampingan
kewirausahaan/kelembagaan dapat dilakukan melalui kegiatan

7
seminar, pelatihan, lokakarya, in-house training, pendampingan dan
konsultansi serta dapat juga dengan membuka jaringan kerja dan
kemitraan dengan lembaga sejenis;
c) Pembentukan kerja sama dilakukan sebagai bentuk intervensi
program pemberdayaan tanah masyarakat untuk terlibat dalam
penyediaan offtaker di setiap provinsi yang diharapkan mampu
mewujudkan nilai-nilai pemanfaatan lahan yang diterima oleh
masyarakat beserta pengelolaannya di sektor pertanian, perikanan,
peternakan, UMKM dan sektor lainnya. Adanya bentuk kerja sama
dengan para offtaker akan memberikan perlindungan dalam bentuk
menjaga harga komoditas, memperoleh sarana dan prasarana yang
dibutuhkan serta sistem pemasaran yang baik dan berkelanjutan;
d) Penyusunan SK pembentukan kelompok masyarakat merupakan
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memformalkan
pembentukan kelompok masyarakat yang mengatur susunan
pengurus dan anggota kelompok serta tugas dan tanggung jawab
yang diemban oleh pengurus dan anggota kelompok. Penyusunan
SK (Surat Keputusan) ini kemudian disahkan oleh Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota yang terdapat lokasi kegiatan
penanganan akses reforma agraria tahun ke-2.
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan :
Untuk mencapai output dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut
:
a) Penguatan kelembagaan, kegiatan ini dilaksanakan dengan cara
melakukan rapat persiapan di dalam kantor dengan peserta rapat
melibatkan internal Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota dan Dinas terkait dalam rangka
koordinasi pelaksanaan kegiatan. Kegiatan juga dilaksanakan
melalui perjalanan dinas ke lokasi oleh petugas pelaksana yang
terdiri dari ASN (Aparatur Sipil Negara) dan Tenaga Pendukung
serta mengundang pihak Dinas/Lembaga yang terkait dan Aparat
Desa untuk secara bersama-sama memberikan pelatihan
keterampilan dengan menghadirkan narasumber pakar/praktisi
yang berpengalaman dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam

8
mendukung kegiatan ini juga dilakukan rekrutmen tenaga
pendukung yang akan ditempatkan di kabupaten/kota lokasi
pemberdayaan masyarakat dimana 1 (satu) orang tenaga
pendukung menangani 1 (satu) kabupaten/kota dan kepada tenaga
pendukung ini akan diberikan honor bulanan selama 6 (enam)
bulan;
b) Pendampingan kewirausahaan/kelembagaan, kegiatan ini
dilaksanakan dengan memberikan pendampingan ke kelompok
masyarakat dan/atau masyarakat yang belum membentuk
kelompok berupa pelatihan kewirausahaan/kelembagaan untuk
memperkuat usaha masyarakat. Pada pelaksanaan kegiatan di
lokasi disediakan biaya konsumsi bagi masyarakat sebanyak 100
(seratus) orang sebanyak 2 (dua) kali dan kepada petugas pelaksana
(ASN dan Tenaga Pendukung) diberikan biaya perjalanan dinas
sebanyak 4 (empat) kali;
c) Pembentukan kerjasama, yaitu dengan melaksanakan rapat
pembahasan di dalam kantor dalam menyiapkan bahan
pembentukan kerjasama. Rapat penyusunan kerja sama di dalam
kantor dilakukan sebanyak 4 (empat) kali di dalam kantor dengan
peserta rapat sejumlah 10 (sepuluh) orang terdiri dari internal Seksi
Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
dan Dinas/Lembaga lain yang terkait;
d) Penyusunan SK pembentukan kelompok masyarakat, dilaksanakan
dengan cara melakukan rapat penyusunan di dalam kantor dengan
peserta rapat dari internal Seksi Penataan dan Pemberdayaan
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota serta Dinas/Lembaga terkait.
Rapat penyusunan SK dilaksanakan dengan rapat internal di dalam
kantor sebanyak 2 (dua) kali dengan jumlah peserta 10 (sepuluh)
orang.

D. WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN

9
Pelaksanaan pencapaian keluaran dilakukan dalam tahun 2023 setelah
DIPA diterima dan dijabarkan ke dalam Petunjuk Operasional Kegiatan
(POK).

E. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah sebesar Rp.
2.348.000.000 (Dua Milyar Tiga Ratus Empat Puluh Delapan Juta Rupiah)
dengan sumber dana berasal dari Rupiah Murni yang dialokasikan pada
DIPA masing-masing Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota Tahun 2023.

Jakarta,

Direktur Pemberdayaan
Tanah Masyarakat

Ir. Andry Novijandri


NIP. 19641102 199003 1 004

10
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)/TERM OF REFERENCE (TOR)
PENATAAN KELEMBAGAAN PENERIMA AKSES REFORMA AGRARIA
(AKSES REFORMA AGRARIA TAHUN KE 2)
KATEGORI III
TAHUN ANGGARAN 2023

Kementerian Negara : Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Lembaga Pertanahan Nasional
Unit Eselon I/II : Direktorat Jenderal Penataan
Agraria/Direktorat Pemberdayaan Tanah
Masyarakat
Program : Program Pengelolaan dan Pelayanan
Pertanahan
Sasaran Program : Terwujudnya Akses Reform dalam Reforma
Agraria
Indikator Kinerja Program : Persentase realisasi Kepala Keluarga
penerima Akses Reform terhadap target
Kepala Keluarga penerima akses reform
Kegiatan : 6419. Penanganan Akses Reforma Agraria
(Acces Reform)
Sasaran Kegiatan : Terwujudnya pemberian Akses Reforma
Agraria
Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Kepala Keluarga penerima akses RA
Klasifikasi Rincian Output : 6419.QDD. Fasilitasi dan Pembinaan
Kelompok Masyarakat
Indikator Klasifikasi : Jumlah Kelompok Masyarakat
Rincian Output
Rincian Output : 6419.QDD.001. Penataan Kelembagaan
Penerima Akses Reforma Agraria (Akses
Reforma Agraria Tahun Ke 2) Kategori III
Indikator Rincian Output : Jumlah Kelompok Masyarakat
Volume Rincian Output : 77
Satuan Rincian Output : Kelompok Masyarakat

A. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria;
2. Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumberdaya Alam;

1
3. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2019
tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Kabinet
Indonesia Maju Tahun 2019-2024;
5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020, tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
6. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan
Pertanahan Nasional;
7. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan;
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 27 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional tahun 2020-2024;
10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
60/PMK.02/2021 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran
2022;
11. NOTA KESEPAHAMAN (MOU) antara Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional dengan Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah,
Kementerian Pertanian, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan
NOMOR: 37/SKB/XII/2017; NOMOR: 593/9395/SJ; NOMOR:
14/KB/M.KUKM/IX/2017; NOMOR: 07/MoU/HK.220/M/12/
2017; NOMOR: 16/MEN-KP/KB/XII/2017 TANGGAL 27 November
2017 Tentang Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat Bagi
Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudidaya Ikan;

2
12. Perjanjian Kerja Sama antara Direktur Jenderal Hubungan Hukum
Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, dengan Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah Kementerian Dalam Negeri, Deputi Bidang Pembiayaan
Kementerian Koperasi dan UKM, Direktur Jenderal Prasana dan
Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Direktur Jenderal
Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan
Perikanan Tentang Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat
Bagi Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudi Daya
Ikan NOMOR : 29/SKB-400/IV/2018 ; NOMOR :
500/1738/Bangda/2018 ; NOMOR : 01/pks/Dep.2/IV/2018 ;
NOMOR : 03/MoU/OT.160/B/04/2018 ; NOMOR : 01/PKS/DJPT-
KKP/IV/2018 ; NOMOR : 01/DJPB-KKP/PKS/IV/2018 Tanggal 5
April 2018.

b. Gambaran Umum
Tanah memiliki arti penting bagi manusia dan juga mempunyai
kedudukan yang strategis bagi pembangunan bangsa. Oleh karena itu
fungsi tanah menjadi sangat strategis, sehingga diundangkanlah UU
nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
atau lebih dikenal dengan UUPA sebagai dasar peraturan perundang-
undangan terkait pertanahan.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional sebagai Lembaga Pemerintah yang menangani tugas di bidang
pertanahan di tingkat Nasional dan Regional, mengemban sebagian
Program Prioritas Pengentasan Kemiskinan melalui kegiatan Reforma
Agraria. Unsur penting dalam Reforma Agraria yaitu Penataan Aset dan
Penataan Akses.
Penataan Akses adalah pemberian kesempatan akses
permodalan maupun bantuan lain dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan yang berbasis pada pemanfaatan tanah, yang disebut
juga pemberdayaan tanah masyarakat. Adapun tujuan penataan akses
salah satunya yaitu memperbaiki akses masyarakat kepada sumber

3
ekonomi. Masyarakat yang dimaksud merupakan subjek penerima
TORA (Tanah Objek Reforma Agraria).
Penataan Akses adalah salah satu bentuk Pemberdayaan
Masyarakat kepada masyarakat khususnya penerima Reforma
Agraria. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
86 Tahun 2018 Tentang Reforma Agraria Pasal 15, penataan akses
Reforma Agraria meliputi :
1. Pemetaan Sosial
Pelaksanaan pemetaan sosial dimaksudkan untuk mengetahui
potensi, peluang, dan kendala yang dimiliki Subjek Reforma
Agraria sebagai kelompok sasaran Penataan Akses;
2. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Peningkatan kapasitas kelembagaan merujuk pada penguatan
kapasitas kelembagaan yang merupakan suatu proses upaya
sistematis untuk menjadikan lembaga masyarakat menjadi lebih
baik, dinamis, berdaya dan kuat dalam menghadapi berbagai
pemenuhan kebutuhan dan tantangan atau hambatan yang dapat
mempengaruhi eksistensinya. Penguatan kapasitas kelembagaan
penting dilaksanakan karena berperan sebagai wujud dari sarana
dan media masyarakat dalam pengembangan sumber daya
manusia dan peningkatan perekonomian yang terpadu ke dalam
sistem pengelolaan bersama;
3. Pendampingan Usaha
Pendampingan usaha dilakukan melalui kemitraan yang
berkeadilan. Masyarakat yang memiliki dan menjalankan usaha
juga perlu diberikan pendampingan usaha baik dari segi produksi
maupun dari segi pengaturan keuangan sehingga usaha
masyarakat dapat lebih berkembang dan maju serta mandiri;
4. Peningkatan Keterampilan
Peningkatan keterampilan dilakukan melalui :
a. Penyuluhan;
b. Pendidikan;
c. Pelatihan, dan/atau;
d. Bimbingan teknis.

4
Peningkatan keterampilan yang diberikan kepada
subjek/kelompok sasaran penataan akses ditujukan untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan para penerima akses
Reforma Agraria dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha dan
kualitas produksi;
5. Penggunaan Teknologi Tepat Guna
Pada masa revolusi industri 4.0 sekarang ini teknologi memegang
peran penting hampir di semua lini sektor. Dengan era digital dan
permintaan pasar yang membutuhkan pemenuhan barang dan
jasa secara cepat berdampak pada persaingan usaha yang ketat
sehingga masyarakat yang memiliki usaha harus mampu bersaing
dengan menggunakan teknologi secara tepat guna. Pelatihan
penggunaan teknologi tepat guna dapat dilakukan melalui kerja
sama dengan perguruan tinggi, dunia usaha, lembaga penelitian,
serta kementerian/lembaga atau Pemerintah;
6. Diversifikasi Usaha
Usaha yang dijalankan/dikelola oleh masyarakat dituntut dapat
berkembang sesuai kebutuhan dan permintaan pasar melalui
produk-produk yang dihasilkan. Untuk memenuhi hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara diversifikasi usaha yaitu
penganekaragaman jenis usaha atau jenis barang/produk untuk
memaksimalkan upaya peningkatan kesejahteraan;
7. Fasilitasi Akses Permodalan
Dalam menjalankan sebuah usaha tidak bisa lepas dari kebutuhan
modal agar usaha yang dijalankan dapat terus bergerak.
Kebutuhan permodalan para pelaku usaha/kelompok usaha perlu
untuk difasilitasi ke sumber-sumber permodalan seperti lembaga
keuangan, koperasi dan badan usaha melalui dana tanggung
jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR).
8. Fasilitasi Akses Pemasaran
Produk-produk yang dihasilkan dari usaha masyarakat
memerlukan akses pemasaran agar produk tersebut dapat dijual
dengan baik yang memberikan penghasilan/pendapatan bagi
masyarakat pelaku usaha. Fasilitasi akses pemasaran dapat

5
dilakukan dengan menampung dan menyalurkan hasil usaha
pelaku usaha/kelompok usaha sasaran penataan akses;
9. Penguatan Basis Data dan Informasi Komoditas
Penataan akses yang dilakukan kepada masyarakat (kelompok
usaha) penerima manfaat akses Reforma Agraria harus dibuatkan
sebuah basis data yang memuat seluruh data pemilik
usaha/kelompok usaha beserta informasi komoditas usahanya.
Basis data yang disusun akan memberikan gambaran dalam
menginventarisir dan mengidentifikasi potensi-potensi usaha
masyarakat yang akan dikembangkan lebih lanjut. Selain itu basis
data dan informasi komoditas yang dibuat juga dapat digunakan
sebagai dasar pengawasan perkembangan usaha;
10. Penyediaan Infrastruktur Pendukung
Penyediaan dan pembangunan infrastruktur pendukung juga
diperlukan untuk menghubungkan masyarakat kepada akses-
akses yang diperlukan. Penyediaan infrastuktur pendukung ini
dapat berupa pembangunan jalan, jembatan, penyediaan aliran
listrik, dan lain sebagainya.
Penataan Akses dari segi kelembagaan menjadikan
kelembagaan memiliki peran tersendiri dalam sistem organisasi
masyarakat. Pembentukan kelembagaan berdasarkan jenis usaha
yang sama memberikan beberapa keuntungan antara lain
mempermudah koordinasi antar anggota dengan instansi pendamping,
mempermudah pemberian pelatihan atau pendampingan lainnya,
pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan perekonomian
terintegrasi dalam sistem pengelolaan bersama, dan lain sebagainya.
Terbentuknya kelembagaan masyarakat sebagai wujud sarana dan
media masyarakat, perlu dilaksanakan suatu penataan kelembagaan
dimana program pemberdayaan tanah masyarakat dapat melakukan
fasilitasi dan ikut terlibat dalam penguatan kelembagaan tersebut.

B. PENERIMA MANFAAT

6
Penerima manfaat dalam kegiatan Penataan Kelembagaan
Pendukung Reforma Agraria ini adalah Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kementerian/Lembaga terkait
sebagai fasilitator kegiatan Penanganan Akses, peserta program dan
pihak-pihak lainnya.

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


1. Metode Pelaksanaan.
a) Penguatan Kelembagaan dalam strategi pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya meningkatkan partisipasi aktif dan prakarsa
masyarakat dalam menentukan arah tujuan yang akan dicapai
dalam lembaga yang dibentuk bersama oleh masyarakat. Penguatan
ini ditujukan kepada penguatan kapasitas kelembagaan dengan
menitikberatkan pada proses perubahan perilaku untuk (1)
meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan,
keterampilan, dan sikap; (2) meningkatkan kemampuan
kelembagaan dalam organisasi dan manajemen, keuangan dan
budaya; (3) meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
kemandirian, keswadayaan dan mengantisipasi perubahan.
Penguatan kapasitas kelembagaan dapat dilakukan dengan cara
antara lain :
1. meningkatkan modal lembaga melalui peningkatan usaha
produktif anggota;
2. pelatihan kelembagaan, kewirausahaan, dan perencanaan
partisipatif bagi pengurus atau anggota untuk mendapat
pengetahuan, keterampilan, teknologi dan informasi pasar atau
alternatif permodalan;
3. membangun kerekatan dan keterikatan antar seluruh anggota
dengan menghasilkan tindakan bersama dan perilaku kerjasama
melalui norma yang disepakati bersama.
b) Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan dilakukan dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
melalui lembaga yang telah dibentuk. Pelaksanaan pendampingan
kewirausahaan/kelembagaan dapat dilakukan melalui kegiatan

7
seminar, pelatihan, lokakarya, in-house training, pendampingan dan
konsultansi serta dapat juga dengan membuka jaringan kerja dan
kemitraan dengan lembaga sejenis;
c) Pembentukan kerja sama dilakukan sebagai bentuk intervensi
program pemberdayaan tanah masyarakat untuk terlibat dalam
penyediaan offtaker di setiap provinsi yang diharapkan mampu
mewujudkan nilai-nilai pemanfaatan lahan yang diterima oleh
masyarakat beserta pengelolaannya di sektor pertanian, perikanan,
peternakan, UMKM dan sektor lainnya. Adanya bentuk kerja sama
dengan para offtaker akan memberikan perlindungan dalam bentuk
menjaga harga komoditas, memperoleh sarana dan prasarana yang
dibutuhkan serta sistem pemasaran yang baik dan berkelanjutan;
d) Penyusunan SK pembentukan kelompok masyarakat merupakan
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memformalkan
pembentukan kelompok masyarakat yang mengatur susunan
pengurus dan anggota kelompok serta tugas dan tanggung jawab
yang diemban oleh pengurus dan anggota kelompok. Penyusunan
SK (Surat Keputusan) ini kemudian disahkan oleh Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota yang terdapat lokasi kegiatan
penanganan akses reforma agraria tahun ke-2.
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan :
Untuk mencapai output dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut
:
a) Penguatan kelembagaan, kegiatan ini dilaksanakan dengan cara
melakukan rapat persiapan di dalam kantor dengan peserta rapat
melibatkan internal Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota dan Dinas terkait dalam rangka
koordinasi pelaksanaan kegiatan. Kegiatan juga dilaksanakan
melalui perjalanan dinas ke lokasi oleh petugas pelaksana yang
terdiri dari ASN (Aparatur Sipil Negara) dan Tenaga Pendukung
serta mengundang pihak Dinas/Lembaga yang terkait dan Aparat
Desa untuk secara bersama-sama memberikan pelatihan
keterampilan dengan menghadirkan narasumber pakar/praktisi
yang berpengalaman dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam

8
mendukung kegiatan ini juga dilakukan rekrutmen tenaga
pendukung yang akan ditempatkan di kabupaten/kota lokasi
pemberdayaan masyarakat dimana 1 (satu) orang tenaga
pendukung menangani 1 (satu) kabupaten/kota dan kepada tenaga
pendukung ini akan diberikan honor bulanan selama 6 (enam)
bulan;
b) Pendampingan kewirausahaan/kelembagaan, kegiatan ini
dilaksanakan dengan memberikan pendampingan ke kelompok
masyarakat dan/atau masyarakat yang belum membentuk
kelompok berupa pelatihan kewirausahaan/kelembagaan untuk
memperkuat usaha masyarakat. Pada pelaksanaan kegiatan di
lokasi disediakan biaya konsumsi bagi masyarakat sebanyak 100
(seratus) orang sebanyak 2 (dua) kali dan kepada petugas pelaksana
(ASN dan Tenaga Pendukung) diberikan biaya perjalanan dinas
sebanyak 4 (empat) kali;
c) Pembentukan kerjasama, yaitu dengan melaksanakan rapat
pembahasan di dalam kantor dalam menyiapkan bahan
pembentukan kerjasama. Rapat penyusunan kerja sama di dalam
kantor dilakukan sebanyak 4 (empat) kali di dalam kantor dengan
peserta rapat sejumlah 10 (sepuluh) orang terdiri dari internal Seksi
Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
dan Dinas/Lembaga lain yang terkait;
d) Penyusunan SK pembentukan kelompok masyarakat, dilaksanakan
dengan cara melakukan rapat penyusunan di dalam kantor dengan
peserta rapat dari internal Seksi Penataan dan Pemberdayaan
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota serta Dinas/Lembaga terkait.
Rapat penyusunan SK dilaksanakan dengan rapat internal di dalam
kantor sebanyak 2 (dua) kali dengan jumlah peserta 10 (sepuluh)
orang.

D. WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN

9
Pelaksanaan pencapaian keluaran dilakukan dalam tahun 2023 setelah
DIPA diterima dan dijabarkan ke dalam Petunjuk Operasional Kegiatan
(POK).

E. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah sebesar Rp.
4.019.400.000 (Empat Milyar Sembilan Belas Juta Empat Ratus Ribu
Rupiah) dengan sumber dana berasal dari Rupiah Murni yang
dialokasikan pada DIPA masing-masing Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota Tahun 2023.

Jakarta,

Direktur Pemberdayaan
Tanah Masyarakat

Ir. Andry Novijandri


NIP. 19641102 199003 1 004

10
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)/TERM OF REFERENCE (TOR)
PENATAAN KELEMBAGAAN PENERIMA AKSES REFORMA AGRARIA
(AKSES REFORMA AGRARIA TAHUN KE 2)
KATEGORI IV
TAHUN ANGGARAN 2023

Kementerian Negara : Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Lembaga Pertanahan Nasional
Unit Eselon I/II : Direktorat Jenderal Penataan
Agraria/Direktorat Pemberdayaan Tanah
Masyarakat
Program : Program Pengelolaan dan Pelayanan
Pertanahan
Sasaran Program : Terwujudnya Akses Reform dalam Reforma
Agraria
Indikator Kinerja Program : Persentase realisasi Kepala Keluarga
penerima Akses Reform terhadap target
Kepala Keluarga penerima akses reform
Kegiatan : 6419. Penanganan Akses Reforma Agraria
(Acces Reform)
Sasaran Kegiatan : Terwujudnya pemberian Akses Reforma
Agraria
Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Kepala Keluarga penerima akses RA
Klasifikasi Rincian Output : 6419.QDD. Fasilitasi dan Pembinaan
Kelompok Masyarakat
Indikator Klasifikasi : Jumlah Kelompok Masyarakat
Rincian Output
Rincian Output : 6419.QDD.001. Penataan Kelembagaan
Penerima Akses Reforma Agraria (Akses
Reforma Agraria Tahun Ke 2) Kategori IV
Indikator Rincian Output : Jumlah Kelompok Masyarakat
Volume Rincian Output : 42
Satuan Rincian Output : Kelompok Masyarakat

A. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria;
2. Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumberdaya Alam;

1
3. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2019
tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Kabinet
Indonesia Maju Tahun 2019-2024;
5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020, tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
6. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan
Pertanahan Nasional;
7. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan;
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 27 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional tahun 2020-2024;
10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
60/PMK.02/2021 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran
2022;
11. NOTA KESEPAHAMAN (MOU) antara Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional dengan Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah,
Kementerian Pertanian, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan
NOMOR: 37/SKB/XII/2017; NOMOR: 593/9395/SJ; NOMOR:
14/KB/M.KUKM/IX/2017; NOMOR: 07/MoU/HK.220/M/12/
2017; NOMOR: 16/MEN-KP/KB/XII/2017 TANGGAL 27 November
2017 Tentang Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat Bagi
Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudidaya Ikan;

2
12. Perjanjian Kerja Sama antara Direktur Jenderal Hubungan Hukum
Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, dengan Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah Kementerian Dalam Negeri, Deputi Bidang Pembiayaan
Kementerian Koperasi dan UKM, Direktur Jenderal Prasana dan
Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Direktur Jenderal
Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan
Perikanan Tentang Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat
Bagi Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudi Daya
Ikan NOMOR : 29/SKB-400/IV/2018 ; NOMOR :
500/1738/Bangda/2018 ; NOMOR : 01/pks/Dep.2/IV/2018 ;
NOMOR : 03/MoU/OT.160/B/04/2018 ; NOMOR : 01/PKS/DJPT-
KKP/IV/2018 ; NOMOR : 01/DJPB-KKP/PKS/IV/2018 Tanggal 5
April 2018.

b. Gambaran Umum
Tanah memiliki arti penting bagi manusia dan juga mempunyai
kedudukan yang strategis bagi pembangunan bangsa. Oleh karena itu
fungsi tanah menjadi sangat strategis, sehingga diundangkanlah UU
nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
atau lebih dikenal dengan UUPA sebagai dasar peraturan perundang-
undangan terkait pertanahan.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional sebagai Lembaga Pemerintah yang menangani tugas di bidang
pertanahan di tingkat Nasional dan Regional, mengemban sebagian
Program Prioritas Pengentasan Kemiskinan melalui kegiatan Reforma
Agraria. Unsur penting dalam Reforma Agraria yaitu Penataan Aset dan
Penataan Akses.
Penataan Akses adalah pemberian kesempatan akses
permodalan maupun bantuan lain dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan yang berbasis pada pemanfaatan tanah, yang disebut
juga pemberdayaan tanah masyarakat. Adapun tujuan penataan akses
salah satunya yaitu memperbaiki akses masyarakat kepada sumber

3
ekonomi. Masyarakat yang dimaksud merupakan subjek penerima
TORA (Tanah Objek Reforma Agraria).
Penataan Akses adalah salah satu bentuk Pemberdayaan
Masyarakat kepada masyarakat khususnya penerima Reforma
Agraria. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
86 Tahun 2018 Tentang Reforma Agraria Pasal 15, penataan akses
Reforma Agraria meliputi :
1. Pemetaan Sosial
Pelaksanaan pemetaan sosial dimaksudkan untuk mengetahui
potensi, peluang, dan kendala yang dimiliki Subjek Reforma
Agraria sebagai kelompok sasaran Penataan Akses;
2. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Peningkatan kapasitas kelembagaan merujuk pada penguatan
kapasitas kelembagaan yang merupakan suatu proses upaya
sistematis untuk menjadikan lembaga masyarakat menjadi lebih
baik, dinamis, berdaya dan kuat dalam menghadapi berbagai
pemenuhan kebutuhan dan tantangan atau hambatan yang dapat
mempengaruhi eksistensinya. Penguatan kapasitas kelembagaan
penting dilaksanakan karena berperan sebagai wujud dari sarana
dan media masyarakat dalam pengembangan sumber daya
manusia dan peningkatan perekonomian yang terpadu ke dalam
sistem pengelolaan bersama;
3. Pendampingan Usaha
Pendampingan usaha dilakukan melalui kemitraan yang
berkeadilan. Masyarakat yang memiliki dan menjalankan usaha
juga perlu diberikan pendampingan usaha baik dari segi produksi
maupun dari segi pengaturan keuangan sehingga usaha
masyarakat dapat lebih berkembang dan maju serta mandiri;
4. Peningkatan Keterampilan
Peningkatan keterampilan dilakukan melalui :
a. Penyuluhan;
b. Pendidikan;
c. Pelatihan, dan/atau;
d. Bimbingan teknis.

4
Peningkatan keterampilan yang diberikan kepada
subjek/kelompok sasaran penataan akses ditujukan untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan para penerima akses
Reforma Agraria dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha dan
kualitas produksi;
5. Penggunaan Teknologi Tepat Guna
Pada masa revolusi industri 4.0 sekarang ini teknologi memegang
peran penting hampir di semua lini sektor. Dengan era digital dan
permintaan pasar yang membutuhkan pemenuhan barang dan
jasa secara cepat berdampak pada persaingan usaha yang ketat
sehingga masyarakat yang memiliki usaha harus mampu bersaing
dengan menggunakan teknologi secara tepat guna. Pelatihan
penggunaan teknologi tepat guna dapat dilakukan melalui kerja
sama dengan perguruan tinggi, dunia usaha, lembaga penelitian,
serta kementerian/lembaga atau Pemerintah;
6. Diversifikasi Usaha
Usaha yang dijalankan/dikelola oleh masyarakat dituntut dapat
berkembang sesuai kebutuhan dan permintaan pasar melalui
produk-produk yang dihasilkan. Untuk memenuhi hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara diversifikasi usaha yaitu
penganekaragaman jenis usaha atau jenis barang/produk untuk
memaksimalkan upaya peningkatan kesejahteraan;
7. Fasilitasi Akses Permodalan
Dalam menjalankan sebuah usaha tidak bisa lepas dari kebutuhan
modal agar usaha yang dijalankan dapat terus bergerak.
Kebutuhan permodalan para pelaku usaha/kelompok usaha perlu
untuk difasilitasi ke sumber-sumber permodalan seperti lembaga
keuangan, koperasi dan badan usaha melalui dana tanggung
jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR).
8. Fasilitasi Akses Pemasaran
Produk-produk yang dihasilkan dari usaha masyarakat
memerlukan akses pemasaran agar produk tersebut dapat dijual
dengan baik yang memberikan penghasilan/pendapatan bagi
masyarakat pelaku usaha. Fasilitasi akses pemasaran dapat

5
dilakukan dengan menampung dan menyalurkan hasil usaha
pelaku usaha/kelompok usaha sasaran penataan akses;
9. Penguatan Basis Data dan Informasi Komoditas
Penataan akses yang dilakukan kepada masyarakat (kelompok
usaha) penerima manfaat akses Reforma Agraria harus dibuatkan
sebuah basis data yang memuat seluruh data pemilik
usaha/kelompok usaha beserta informasi komoditas usahanya.
Basis data yang disusun akan memberikan gambaran dalam
menginventarisir dan mengidentifikasi potensi-potensi usaha
masyarakat yang akan dikembangkan lebih lanjut. Selain itu basis
data dan informasi komoditas yang dibuat juga dapat digunakan
sebagai dasar pengawasan perkembangan usaha;
10. Penyediaan Infrastruktur Pendukung
Penyediaan dan pembangunan infrastruktur pendukung juga
diperlukan untuk menghubungkan masyarakat kepada akses-
akses yang diperlukan. Penyediaan infrastuktur pendukung ini
dapat berupa pembangunan jalan, jembatan, penyediaan aliran
listrik, dan lain sebagainya.
Penataan Akses dari segi kelembagaan menjadikan
kelembagaan memiliki peran tersendiri dalam sistem organisasi
masyarakat. Pembentukan kelembagaan berdasarkan jenis usaha
yang sama memberikan beberapa keuntungan antara lain
mempermudah koordinasi antar anggota dengan instansi pendamping,
mempermudah pemberian pelatihan atau pendampingan lainnya,
pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan perekonomian
terintegrasi dalam sistem pengelolaan bersama, dan lain sebagainya.
Terbentuknya kelembagaan masyarakat sebagai wujud sarana dan
media masyarakat, perlu dilaksanakan suatu penataan kelembagaan
dimana program pemberdayaan tanah masyarakat dapat melakukan
fasilitasi dan ikut terlibat dalam penguatan kelembagaan tersebut.

B. PENERIMA MANFAAT

6
Penerima manfaat dalam kegiatan Penataan Kelembagaan
Pendukung Reforma Agraria ini adalah Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kementerian/Lembaga terkait
sebagai fasilitator kegiatan Penanganan Akses, peserta program dan
pihak-pihak lainnya.

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


1. Metode Pelaksanaan.
a) Penguatan Kelembagaan dalam strategi pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya meningkatkan partisipasi aktif dan prakarsa
masyarakat dalam menentukan arah tujuan yang akan dicapai
dalam lembaga yang dibentuk bersama oleh masyarakat. Penguatan
ini ditujukan kepada penguatan kapasitas kelembagaan dengan
menitikberatkan pada proses perubahan perilaku untuk (1)
meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan,
keterampilan, dan sikap; (2) meningkatkan kemampuan
kelembagaan dalam organisasi dan manajemen, keuangan dan
budaya; (3) meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
kemandirian, keswadayaan dan mengantisipasi perubahan.
Penguatan kapasitas kelembagaan dapat dilakukan dengan cara
antara lain :
1. meningkatkan modal lembaga melalui peningkatan usaha
produktif anggota;
2. pelatihan kelembagaan, kewirausahaan, dan perencanaan
partisipatif bagi pengurus atau anggota untuk mendapat
pengetahuan, keterampilan, teknologi dan informasi pasar atau
alternatif permodalan;
3. membangun kerekatan dan keterikatan antar seluruh anggota
dengan menghasilkan tindakan bersama dan perilaku kerjasama
melalui norma yang disepakati bersama.
b) Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan dilakukan dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
melalui lembaga yang telah dibentuk. Pelaksanaan pendampingan
kewirausahaan/kelembagaan dapat dilakukan melalui kegiatan

7
seminar, pelatihan, lokakarya, in-house training, pendampingan dan
konsultansi serta dapat juga dengan membuka jaringan kerja dan
kemitraan dengan lembaga sejenis;
c) Pembentukan kerja sama dilakukan sebagai bentuk intervensi
program pemberdayaan tanah masyarakat untuk terlibat dalam
penyediaan offtaker di setiap provinsi yang diharapkan mampu
mewujudkan nilai-nilai pemanfaatan lahan yang diterima oleh
masyarakat beserta pengelolaannya di sektor pertanian, perikanan,
peternakan, UMKM dan sektor lainnya. Adanya bentuk kerja sama
dengan para offtaker akan memberikan perlindungan dalam bentuk
menjaga harga komoditas, memperoleh sarana dan prasarana yang
dibutuhkan serta sistem pemasaran yang baik dan berkelanjutan;
d) Penyusunan SK pembentukan kelompok masyarakat merupakan
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memformalkan
pembentukan kelompok masyarakat yang mengatur susunan
pengurus dan anggota kelompok serta tugas dan tanggung jawab
yang diemban oleh pengurus dan anggota kelompok. Penyusunan
SK (Surat Keputusan) ini kemudian disahkan oleh Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota yang terdapat lokasi kegiatan
penanganan akses reforma agraria tahun ke-2.
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan :
Untuk mencapai output dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut
:
a) Penguatan kelembagaan, kegiatan ini dilaksanakan dengan cara
melakukan rapat persiapan di dalam kantor dengan peserta rapat
melibatkan internal Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota dan Dinas terkait dalam rangka
koordinasi pelaksanaan kegiatan. Kegiatan juga dilaksanakan
melalui perjalanan dinas ke lokasi oleh petugas pelaksana yang
terdiri dari ASN (Aparatur Sipil Negara) dan Tenaga Pendukung
serta mengundang pihak Dinas/Lembaga yang terkait dan Aparat
Desa untuk secara bersama-sama memberikan pelatihan
keterampilan dengan menghadirkan narasumber pakar/praktisi
yang berpengalaman dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam

8
mendukung kegiatan ini juga dilakukan rekrutmen tenaga
pendukung yang akan ditempatkan di kabupaten/kota lokasi
pemberdayaan masyarakat dimana 1 (satu) orang tenaga
pendukung menangani 1 (satu) kabupaten/kota dan kepada tenaga
pendukung ini akan diberikan honor bulanan selama 6 (enam)
bulan;
b) Pendampingan kewirausahaan/kelembagaan, kegiatan ini
dilaksanakan dengan memberikan pendampingan ke kelompok
masyarakat dan/atau masyarakat yang belum membentuk
kelompok berupa pelatihan kewirausahaan/kelembagaan untuk
memperkuat usaha masyarakat. Pada pelaksanaan kegiatan di
lokasi disediakan biaya konsumsi bagi masyarakat sebanyak 100
(seratus) orang sebanyak 2 (dua) kali dan kepada petugas pelaksana
(ASN dan Tenaga Pendukung) diberikan biaya perjalanan dinas
sebanyak 4 (empat) kali;
c) Pembentukan kerjasama, yaitu dengan melaksanakan rapat
pembahasan di dalam kantor dalam menyiapkan bahan
pembentukan kerjasama. Rapat penyusunan kerja sama di dalam
kantor dilakukan sebanyak 4 (empat) kali di dalam kantor dengan
peserta rapat sejumlah 10 (sepuluh) orang terdiri dari internal Seksi
Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
dan Dinas/Lembaga lain yang terkait;
d) Penyusunan SK pembentukan kelompok masyarakat, dilaksanakan
dengan cara melakukan rapat penyusunan di dalam kantor dengan
peserta rapat dari internal Seksi Penataan dan Pemberdayaan
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota serta Dinas/Lembaga terkait.
Rapat penyusunan SK dilaksanakan dengan rapat internal di dalam
kantor sebanyak 2 (dua) kali dengan jumlah peserta 10 (sepuluh)
orang.

D. WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN

9
Pelaksanaan pencapaian keluaran dilakukan dalam tahun 2023 setelah
DIPA diterima dan dijabarkan ke dalam Petunjuk Operasional Kegiatan
(POK).

E. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah sebesar Rp.
2.041.200.000 (Dua Milyar Empat Puluh Satu Juta Dua Ratus Ribu
Rupiah) dengan sumber dana berasal dari Rupiah Murni yang
dialokasikan pada DIPA masing-masing Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota Tahun 2023.

Jakarta,

Direktur Pemberdayaan
Tanah Masyarakat

Ir. Andry Novijandri


NIP. 19641102 199003 1 004

10
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)/TERM OF REFERENCE (TOR)
PENATAAN KELEMBAGAAN PENERIMA AKSES REFORMA AGRARIA
(AKSES REFORMA AGRARIA TAHUN KE 2)
KATEGORI V
TAHUN ANGGARAN 2023

Kementerian Negara : Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Lembaga Pertanahan Nasional
Unit Eselon I/II : Direktorat Jenderal Penataan
Agraria/Direktorat Pemberdayaan Tanah
Masyarakat
Program : Program Pengelolaan dan Pelayanan
Pertanahan
Sasaran Program : Terwujudnya Akses Reform dalam Reforma
Agraria
Indikator Kinerja Program : Persentase realisasi Kepala Keluarga
penerima Akses Reform terhadap target
Kepala Keluarga penerima akses reform
Kegiatan : 6419. Penanganan Akses Reforma Agraria
(Acces Reform)
Sasaran Kegiatan : Terwujudnya pemberian Akses Reforma
Agraria
Indikator Kinerja Kegiatan : Jumlah Kepala Keluarga penerima akses RA
Klasifikasi Rincian Output : 6419.QDD. Fasilitasi dan Pembinaan
Kelompok Masyarakat
Indikator Klasifikasi : Jumlah Kelompok Masyarakat
Rincian Output
Rincian Output : 6419.QDD.001. Penataan Kelembagaan
Penerima Akses Reforma Agraria (Akses
Reforma Agraria Tahun Ke 2) Kategori V
Indikator Rincian Output : Jumlah Kelompok Masyarakat
Volume Rincian Output : 97
Satuan Rincian Output : Kelompok Masyarakat

A. LATAR BELAKANG
a. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria;
2. Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumberdaya Alam;

1
3. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2018 tentang Reforma Agraria;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 tahun 2019
tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kementerian Negara Kabinet
Indonesia Maju Tahun 2019-2024;
5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020, tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
6. Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan
Pertanahan Nasional;
7. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional;
8. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 17 Tahun 2020 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor
Pertanahan;
9. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 27 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional tahun 2020-2024;
10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
60/PMK.02/2021 tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran
2022;
11. NOTA KESEPAHAMAN (MOU) antara Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional dengan Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah,
Kementerian Pertanian, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan
NOMOR: 37/SKB/XII/2017; NOMOR: 593/9395/SJ; NOMOR:
14/KB/M.KUKM/IX/2017; NOMOR: 07/MoU/HK.220/M/12/
2017; NOMOR: 16/MEN-KP/KB/XII/2017 TANGGAL 27 November
2017 Tentang Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat Bagi
Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudidaya Ikan;

2
12. Perjanjian Kerja Sama antara Direktur Jenderal Hubungan Hukum
Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional, dengan Direktur Jenderal Bina Pembangunan
Daerah Kementerian Dalam Negeri, Deputi Bidang Pembiayaan
Kementerian Koperasi dan UKM, Direktur Jenderal Prasana dan
Sarana Pertanian Kementerian Pertanian, Direktur Jenderal
Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan
Perikanan Tentang Pemberdayaan Hak Atas Tanah Masyarakat
Bagi Usaha Mikro dan Kecil, Petani, Nelayan dan Pembudi Daya
Ikan NOMOR : 29/SKB-400/IV/2018 ; NOMOR :
500/1738/Bangda/2018 ; NOMOR : 01/pks/Dep.2/IV/2018 ;
NOMOR : 03/MoU/OT.160/B/04/2018 ; NOMOR : 01/PKS/DJPT-
KKP/IV/2018 ; NOMOR : 01/DJPB-KKP/PKS/IV/2018 Tanggal 5
April 2018.

b. Gambaran Umum
Tanah memiliki arti penting bagi manusia dan juga mempunyai
kedudukan yang strategis bagi pembangunan bangsa. Oleh karena itu
fungsi tanah menjadi sangat strategis, sehingga diundangkanlah UU
nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
atau lebih dikenal dengan UUPA sebagai dasar peraturan perundang-
undangan terkait pertanahan.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional sebagai Lembaga Pemerintah yang menangani tugas di bidang
pertanahan di tingkat Nasional dan Regional, mengemban sebagian
Program Prioritas Pengentasan Kemiskinan melalui kegiatan Reforma
Agraria. Unsur penting dalam Reforma Agraria yaitu Penataan Aset dan
Penataan Akses.
Penataan Akses adalah pemberian kesempatan akses
permodalan maupun bantuan lain dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan yang berbasis pada pemanfaatan tanah, yang disebut
juga pemberdayaan tanah masyarakat. Adapun tujuan penataan akses
salah satunya yaitu memperbaiki akses masyarakat kepada sumber

3
ekonomi. Masyarakat yang dimaksud merupakan subjek penerima
TORA (Tanah Objek Reforma Agraria).
Penataan Akses adalah salah satu bentuk Pemberdayaan
Masyarakat kepada masyarakat khususnya penerima Reforma
Agraria. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
86 Tahun 2018 Tentang Reforma Agraria Pasal 15, penataan akses
Reforma Agraria meliputi :
1. Pemetaan Sosial
Pelaksanaan pemetaan sosial dimaksudkan untuk mengetahui
potensi, peluang, dan kendala yang dimiliki Subjek Reforma
Agraria sebagai kelompok sasaran Penataan Akses;
2. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Peningkatan kapasitas kelembagaan merujuk pada penguatan
kapasitas kelembagaan yang merupakan suatu proses upaya
sistematis untuk menjadikan lembaga masyarakat menjadi lebih
baik, dinamis, berdaya dan kuat dalam menghadapi berbagai
pemenuhan kebutuhan dan tantangan atau hambatan yang dapat
mempengaruhi eksistensinya. Penguatan kapasitas kelembagaan
penting dilaksanakan karena berperan sebagai wujud dari sarana
dan media masyarakat dalam pengembangan sumber daya
manusia dan peningkatan perekonomian yang terpadu ke dalam
sistem pengelolaan bersama;
3. Pendampingan Usaha
Pendampingan usaha dilakukan melalui kemitraan yang
berkeadilan. Masyarakat yang memiliki dan menjalankan usaha
juga perlu diberikan pendampingan usaha baik dari segi produksi
maupun dari segi pengaturan keuangan sehingga usaha
masyarakat dapat lebih berkembang dan maju serta mandiri;
4. Peningkatan Keterampilan
Peningkatan keterampilan dilakukan melalui :
a. Penyuluhan;
b. Pendidikan;
c. Pelatihan, dan/atau;
d. Bimbingan teknis.

4
Peningkatan keterampilan yang diberikan kepada
subjek/kelompok sasaran penataan akses ditujukan untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan para penerima akses
Reforma Agraria dalam rangka meningkatkan kapasitas usaha dan
kualitas produksi;
5. Penggunaan Teknologi Tepat Guna
Pada masa revolusi industri 4.0 sekarang ini teknologi memegang
peran penting hampir di semua lini sektor. Dengan era digital dan
permintaan pasar yang membutuhkan pemenuhan barang dan
jasa secara cepat berdampak pada persaingan usaha yang ketat
sehingga masyarakat yang memiliki usaha harus mampu bersaing
dengan menggunakan teknologi secara tepat guna. Pelatihan
penggunaan teknologi tepat guna dapat dilakukan melalui kerja
sama dengan perguruan tinggi, dunia usaha, lembaga penelitian,
serta kementerian/lembaga atau Pemerintah;
6. Diversifikasi Usaha
Usaha yang dijalankan/dikelola oleh masyarakat dituntut dapat
berkembang sesuai kebutuhan dan permintaan pasar melalui
produk-produk yang dihasilkan. Untuk memenuhi hal tersebut
dapat dilakukan dengan cara diversifikasi usaha yaitu
penganekaragaman jenis usaha atau jenis barang/produk untuk
memaksimalkan upaya peningkatan kesejahteraan;
7. Fasilitasi Akses Permodalan
Dalam menjalankan sebuah usaha tidak bisa lepas dari kebutuhan
modal agar usaha yang dijalankan dapat terus bergerak.
Kebutuhan permodalan para pelaku usaha/kelompok usaha perlu
untuk difasilitasi ke sumber-sumber permodalan seperti lembaga
keuangan, koperasi dan badan usaha melalui dana tanggung
jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR).
8. Fasilitasi Akses Pemasaran
Produk-produk yang dihasilkan dari usaha masyarakat
memerlukan akses pemasaran agar produk tersebut dapat dijual
dengan baik yang memberikan penghasilan/pendapatan bagi
masyarakat pelaku usaha. Fasilitasi akses pemasaran dapat

5
dilakukan dengan menampung dan menyalurkan hasil usaha
pelaku usaha/kelompok usaha sasaran penataan akses;
9. Penguatan Basis Data dan Informasi Komoditas
Penataan akses yang dilakukan kepada masyarakat (kelompok
usaha) penerima manfaat akses Reforma Agraria harus dibuatkan
sebuah basis data yang memuat seluruh data pemilik
usaha/kelompok usaha beserta informasi komoditas usahanya.
Basis data yang disusun akan memberikan gambaran dalam
menginventarisir dan mengidentifikasi potensi-potensi usaha
masyarakat yang akan dikembangkan lebih lanjut. Selain itu basis
data dan informasi komoditas yang dibuat juga dapat digunakan
sebagai dasar pengawasan perkembangan usaha;
10. Penyediaan Infrastruktur Pendukung
Penyediaan dan pembangunan infrastruktur pendukung juga
diperlukan untuk menghubungkan masyarakat kepada akses-
akses yang diperlukan. Penyediaan infrastuktur pendukung ini
dapat berupa pembangunan jalan, jembatan, penyediaan aliran
listrik, dan lain sebagainya.
Penataan Akses dari segi kelembagaan menjadikan
kelembagaan memiliki peran tersendiri dalam sistem organisasi
masyarakat. Pembentukan kelembagaan berdasarkan jenis usaha
yang sama memberikan beberapa keuntungan antara lain
mempermudah koordinasi antar anggota dengan instansi pendamping,
mempermudah pemberian pelatihan atau pendampingan lainnya,
pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan perekonomian
terintegrasi dalam sistem pengelolaan bersama, dan lain sebagainya.
Terbentuknya kelembagaan masyarakat sebagai wujud sarana dan
media masyarakat, perlu dilaksanakan suatu penataan kelembagaan
dimana program pemberdayaan tanah masyarakat dapat melakukan
fasilitasi dan ikut terlibat dalam penguatan kelembagaan tersebut.

B. PENERIMA MANFAAT

6
Penerima manfaat dalam kegiatan Penataan Kelembagaan
Pendukung Reforma Agraria ini adalah Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kementerian/Lembaga terkait
sebagai fasilitator kegiatan Penanganan Akses, peserta program dan
pihak-pihak lainnya.

C. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN


1. Metode Pelaksanaan.
a) Penguatan Kelembagaan dalam strategi pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya meningkatkan partisipasi aktif dan prakarsa
masyarakat dalam menentukan arah tujuan yang akan dicapai
dalam lembaga yang dibentuk bersama oleh masyarakat. Penguatan
ini ditujukan kepada penguatan kapasitas kelembagaan dengan
menitikberatkan pada proses perubahan perilaku untuk (1)
meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan,
keterampilan, dan sikap; (2) meningkatkan kemampuan
kelembagaan dalam organisasi dan manajemen, keuangan dan
budaya; (3) meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
kemandirian, keswadayaan dan mengantisipasi perubahan.
Penguatan kapasitas kelembagaan dapat dilakukan dengan cara
antara lain :
1. meningkatkan modal lembaga melalui peningkatan usaha
produktif anggota;
2. pelatihan kelembagaan, kewirausahaan, dan perencanaan
partisipatif bagi pengurus atau anggota untuk mendapat
pengetahuan, keterampilan, teknologi dan informasi pasar atau
alternatif permodalan;
3. membangun kerekatan dan keterikatan antar seluruh anggota
dengan menghasilkan tindakan bersama dan perilaku kerjasama
melalui norma yang disepakati bersama.
b) Pendampingan Kewirausahaan/Kelembagaan dilakukan dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
melalui lembaga yang telah dibentuk. Pelaksanaan pendampingan
kewirausahaan/kelembagaan dapat dilakukan melalui kegiatan

7
seminar, pelatihan, lokakarya, in-house training, pendampingan dan
konsultansi serta dapat juga dengan membuka jaringan kerja dan
kemitraan dengan lembaga sejenis;
c) Pembentukan kerja sama dilakukan sebagai bentuk intervensi
program pemberdayaan tanah masyarakat untuk terlibat dalam
penyediaan offtaker di setiap provinsi yang diharapkan mampu
mewujudkan nilai-nilai pemanfaatan lahan yang diterima oleh
masyarakat beserta pengelolaannya di sektor pertanian, perikanan,
peternakan, UMKM dan sektor lainnya. Adanya bentuk kerja sama
dengan para offtaker akan memberikan perlindungan dalam bentuk
menjaga harga komoditas, memperoleh sarana dan prasarana yang
dibutuhkan serta sistem pemasaran yang baik dan berkelanjutan;
d) Penyusunan SK pembentukan kelompok masyarakat merupakan
kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memformalkan
pembentukan kelompok masyarakat yang mengatur susunan
pengurus dan anggota kelompok serta tugas dan tanggung jawab
yang diemban oleh pengurus dan anggota kelompok. Penyusunan
SK (Surat Keputusan) ini kemudian disahkan oleh Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota yang terdapat lokasi kegiatan
penanganan akses reforma agraria tahun ke-2.
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan :
Untuk mencapai output dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut
:
a) Penguatan kelembagaan, kegiatan ini dilaksanakan dengan cara
melakukan rapat persiapan di dalam kantor dengan peserta rapat
melibatkan internal Seksi Penataan dan Pemberdayaan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota dan Dinas terkait dalam rangka
koordinasi pelaksanaan kegiatan. Kegiatan juga dilaksanakan
melalui perjalanan dinas ke lokasi oleh petugas pelaksana yang
terdiri dari ASN (Aparatur Sipil Negara) dan Tenaga Pendukung
serta mengundang pihak Dinas/Lembaga yang terkait dan Aparat
Desa untuk secara bersama-sama memberikan pelatihan
keterampilan dengan menghadirkan narasumber pakar/praktisi
yang berpengalaman dalam pemberdayaan masyarakat. Dalam

8
mendukung kegiatan ini juga dilakukan rekrutmen tenaga
pendukung yang akan ditempatkan di kabupaten/kota lokasi
pemberdayaan masyarakat dimana 1 (satu) orang tenaga
pendukung menangani 1 (satu) kabupaten/kota dan kepada tenaga
pendukung ini akan diberikan honor bulanan selama 6 (enam)
bulan;
b) Pendampingan kewirausahaan/kelembagaan, kegiatan ini
dilaksanakan dengan memberikan pendampingan ke kelompok
masyarakat dan/atau masyarakat yang belum membentuk
kelompok berupa pelatihan kewirausahaan/kelembagaan untuk
memperkuat usaha masyarakat. Pada pelaksanaan kegiatan di
lokasi disediakan biaya konsumsi bagi masyarakat sebanyak 100
(seratus) orang sebanyak 2 (dua) kali dan kepada petugas pelaksana
(ASN dan Tenaga Pendukung) diberikan biaya perjalanan dinas
sebanyak 4 (empat) kali;
c) Pembentukan kerjasama, yaitu dengan melaksanakan rapat
pembahasan di dalam kantor dalam menyiapkan bahan
pembentukan kerjasama. Rapat penyusunan kerja sama di dalam
kantor dilakukan sebanyak 4 (empat) kali di dalam kantor dengan
peserta rapat sejumlah 10 (sepuluh) orang terdiri dari internal Seksi
Penataan dan Pemberdayaan Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
dan Dinas/Lembaga lain yang terkait;
d) Penyusunan SK pembentukan kelompok masyarakat, dilaksanakan
dengan cara melakukan rapat penyusunan di dalam kantor dengan
peserta rapat dari internal Seksi Penataan dan Pemberdayaan
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota serta Dinas/Lembaga terkait.
Rapat penyusunan SK dilaksanakan dengan rapat internal di dalam
kantor sebanyak 2 (dua) kali dengan jumlah peserta 10 (sepuluh)
orang.

D. WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN

9
Pelaksanaan pencapaian keluaran dilakukan dalam tahun 2023 setelah
DIPA diterima dan dijabarkan ke dalam Petunjuk Operasional Kegiatan
(POK).

E. BIAYA YANG DIPERLUKAN


Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan ini adalah sebesar Rp.
4.277.700.000 (Empat Milyar Dua Ratus Tujuh Puluh Tujuh Juta Tujuh
Ratus Ribu Rupiah) dengan sumber dana berasal dari Rupiah Murni yang
dialokasikan pada DIPA masing-masing Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota Tahun 2023.

Jakarta,

Direktur Pemberdayaan
Tanah Masyarakat

Ir. Andry Novijandri


NIP. 19641102 199003 1 004

10

Anda mungkin juga menyukai